Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH

BORING & SONDIR TEST

Disusun oleh:

Kelompok V / TRPPBS-A 2019

1. Zakky Abdillah NRP 10111910010022


2. Akmal Firmansyah NRP 10111910010023
3. Farhan Rizal Ramadhan NRP 10111910010024
4. Oriza Shafa Ramadita NRP 10111910010025
5. Reihansyach Ardhita Maulana NRP 10111910010026

Program Studi Teknik Rekayasa Pembangunan dan Pemeliharaan Bangunan Sipil


Teknik Infrastruktur Sipil, Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami selaku mahasiswa Diploma Sipil
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Praktikum Mekanika Tanah Boring dan Sondir Test ini. Segala hambatan dan rintangan yang
kami alami dalam proses penyusunan laporan ini telah menjadi sebuah pelajaran bagi kami
untuk meningkatkan kinerja dan kesolidaritasan kelompok kerja sehingga laporan ini
diharapkan dapat menjadi laporan yang baik.

Keberhasilan penyusunan laporan ini merupakan kinerja keras kelompok kami yang
tentunya tidak lepas dari pengarahan beberapa pihak. Tidak lupa kami menyampaikan terima
kasih kepada Ibu/Bapaak dosen.

Kami harapkan laporan ini dapat menjadi jendela kecil bagi kalangan pembaca lebih
luas untuk mengetahui tentang teknik pengukuran. Tetapi kami juga menyadari bahwa
kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, untuk itu kami selalu menerima kritik
dan saran membangun bagi majunya laporan ini.

Surabaya, 27 Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………… 1
Daftar Isi………………………………………………………………………………. 2
PERCOBAAN 1 : BORING TEST
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang……………………………………………………………… 3
2. Tujuan Umum………………………………………………………………. 4
3. Tujuan Khusus……………………………………………………………… 4
4. Dasar Teori…………………………………………………………………. 5
BAB II METODE PELAKSANAAN
1. Alat Kerja………………………………………………………………….... 6
2. Langkah Percobaan…………………………………………………………. 7
BAB III PEMBAHASAN
1. Data Percobaan……………………………………………………………... 9
2. Analisa Data………………………………………………………………... 11
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan…………………………………………………………………. 14
PERCOBAAN 2 : SONDIR TEST
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang……………………………………………………………… 15
2. Tujuan Umum………………………………………………………………. 15
3. Tujuan Khusus……………………………………………………………… 15
4. Dasar Teori…………………………………………………………………. 16
BAB II METODE PERCOBAAN
1. Alat Kerja………………………………………………………………….... 17
2. Langkah Percobaan…………………………………………………………. 18
BAB III PEMBAHASAN
1. Data Percobaan……………………………………………………………... 21
2. Analisa Data………………………………………………………………... 23
3. Grafik Percobaan…………………………………………………………… 25
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan…………………………………………………………………. 26
Daftar Pustaka………………………………………………………………………… 27

3
BORING TEST

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebelum mendirikan suatu konstuksi bangunan, terlebih dahulu harus diteliti keadaan
tanah dimana konstruksi itu akan diadakan. Perlunya penelitian ini tidak lain untuk keamanan
konstruksi, karena faktor tanah ini sangat menentukan untuk perencanaan kestabilan
konstruksi.Untuk itu diperlukan berbagai upaya strategis untuk meningkatkan pengerjaan
ilmu Mekanika Tanah. Penyelidikan sifat tanah pada umumnya dilakukan dengan cara
mengambil contoh tanah dari lapangan untuk kemudian diselidiki di laboratorium.
Penyelidikan sifat tanah akan dikerjakan dalam percobaan lain sebagai kelanjutan dari
percobaan ini. Diharapkan agar sifat yang diselidiki di laboratorium mencerminkan sifat-sifat
tanah tersebut dilapangan, maka contoh tanah yang diselidiki harus berada pada kondisi
aslinya dilapangan (tidak terganggu). Metode pemboran tangan (hand auger boring)
termasuk metode pengamatan yang banyak digunakan untuk eksplorasi geoteknik dangkal
dari jenis tanah lunak dan kenyal.Dengan pemboran tangan dapat dilakukan pengambilan
sampel tanah terganggu (disturbed sample) maupun sampel tanah tak terganggu (undisturbed
sample).

2. Tujuan Umum
Mengambil contoh tanah asli (undisturbed samples) dan contoh tanah tidak asli
(disturbed samples) melalui pengeboran di tanah, sehingga diketahui sifat / jenis lapisan
tanah bawah permukaan.

3. Tujuan Khusus
 Dapat menerangkan prosedur pengeboran di lapangan.
 Dapat menggambarkan profil tanah dari hasil pengeboran.
 Dapat menggunakan peralatan pengeboran dengan baik.

4
4. Dasar Teori

SPT (Standard Penetration Test) adalah salah satu jenis uji tanah yang sering
digunakan untuk mengetahui daya dukung tanah. SPT dilaksanakan bersama dengan
pengeboran (Boring) untuk mengetahui baik perlawanan dinamik tanah. Uji SPT terdiri atas
uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah dan disertai pengukuran jumlah
pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300 mm vertikal. dilakukan dengan
memukul sebuah tabung standar kedalam lubang bor sedalam 450 mm menggunakan palu
63,5 kg yang jatuh bebas dari ketinggian 760 mm, Yang dihitung adalah jumlah pukulan
untuk melakukan penetrasi sedalam 150 mm. Jumlah pukulan yang digunakan adalah pada
penetrasi sedalam 300 mm terakhir. Sewaktu melakukan pengeboran inti, jika kedalaman
pengeboran telah mencapai lapisan tanah yang akan diuji, mata bor dilepas dan diganti
dengan alat yang disebut tabung belah standar (Standar Split barrel sampler). Setelah tabung
ini dipasang, bersama-sama dengan pipa bor, alat diturunkan sampai ujungnya menumpu
lapisan tanah dasar, dan kemudian dipukul dari atas.

Tahap pertama dicatat sebagai dudukan, sementara jumlah pukulan untuk


memasukkan tahap kedua dan ketiga dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N atau
perlawanan SPT (dinyatakan dalam pukulan /0,3 m atau pukulan per foot(ft)). Uji
SPT dilakukan pada setiap 2m pengeboran dan dihentikan pada saat uji SPT N diatas 60 N
berturut turut sebanyak 3 kali.

Teknik pemboran yang baik merupakan salah satu prasyarat untuk mendapatkan hasil
uji SPT yang baik. Teknik pemboran yang umum digunakan adalah teknik bor bilas (wash
boring), teknik bor inti (core drilling) dan bor ulir (auger boring). Peralatan yang digunakan
pada masing-masing teknik pemboran harus mampu menghasilkan lubang bor yang bersih
untuk memastikan bahwa uji SPT dilakukan pada tanah yang relatif tidak terganggu Bila
digunakan teknik bor bilas maka mata bor yang digunakan harus mempunyai jalan air melalui
samping mata bor dan bukan melalui ujung mata bor. Apa bila air yang dipompakan melalui
batang pancang kedasar lubang keluar dari ujung mata bor maka aliran air dari ujung mata
bor tersebut dapat mengakibatkan terjadinya pelunakan\ganguan pada dasar lubang bor, yang
pada gilirannya akan menghasikkan nilai N yang lebih rendah dari pada yang seharusnya.

5
BAB II
METODE PELAKSANAAN

1. Alat Kerja
1. Mesin bor (Boring) dilengkapi dengan peralatannya

2. Mesin pompa

3. Split barrel sampler

4. Tabung Shelby

5. Hammer dengan berat 63,5 Kg dengan toleransi ±1%.

6
6. Alat penahan (Tripod)

7. Kunci pipa

2. Langkah Percobaan
a) Persiapan pengujian
1. Lakukan persiapan alat sebelum pengujian SPT
2. Pasang blok penahan (Knocking Block) pada pipa bor
3. Beri tanda pada ketinggian sekitar 75cm pada pipa bor yang berada di atas
penahan
4. Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan pengujian dari bekas-bekas
pengeboran
5. Pasang split barrel samplerpada pipa bor, dan pada ujung lainnya disambungkan dengan
pipa bor yang telah dipasangi blok penahan
6. Masukkan peralatan uji  SPT ke dalam dasar lubang bor atau sampai kedalaman
pengujian yang diinginkan
7. Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian 15 cm, 30 cm dan
45 cm
b) Prosedur pengujian
1. Lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau pada interval sekitar 1,50 m
s.d 2,00 m atau sesuai keperluan
2. Tarik tali pengikat palu (hammer) sampai pada tanda yang telah dibuat sebelumnya (kira-
kira 75 cm)
3. Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan 

7
4. Ulangi 2) dan 3) berkali-kali sampai mencapai penetrasi 15 cm
5. Hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada penetrasi 15 cm yang pertama
6. Ulangi 2), 3), 4) dan 5) sampai pada penetrasi 15 cm yang ke-dua dan ke-tiga
7. Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15 cm:
- 15 cm pertama dicatat N1
- 15 cm ke-dua dicatat N2
- 15 cm ke-tiga dicatat N3
Jumlah pukulan yang dihitung adalah N2+ N3.  Nilai N1 tidak diperhitungkan karena
masih kotor bekas pengeboran
8.  Bila nilai N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan pengujian dan tambah pengujian
sampai minimum 6 meter
9. Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5 cm untuk jenis tanah batuan

8
BAB III

PEMBAHASAN

1. Data Percobaan

Form Uji Boring


N1 = 15 cm
Kedalama SPT (standard penetration test) Deskripsi Tanah
N2 = 30 cm
n N1 N2 N3
0-1         N3 = 45 cm
1-2 1 1 2 Lempung Berlanau
2-3        
3-4 1 0 0 Lempung
4-5        
5-6 1 0 0 Lempung Pasir Lanau
6-7        
7-8 1 0 0 Lempung Berlanau
8-9        
Lempung Lanau
9-10 1 0 0 Sedikit Pasir
10-11        
11-12 1 0 0 Lempung Berlanau
12-13        
13-14 1 1 2 Lempung Lanau Pasir
14-15        
15-16 1 1 1 Lempung Lanau Pasir

DRILLING LOG

SPT Standard Penetrations Test


Relative Density or

Blows/30cmN-Value
General Remarks

N-Value
Thickness in M

Blows per each 15 cm


Consistency
Type of soil
Depth in M
Scale in M

Sample Code
Elevation

Depth in M
Legend

Colour

15c 15c 15c


m m m N Value

9
 
0   0.00                        
N VALUE

Coklat keabu-abuan
     

lempung berlanau

lentur dan plastis


sedikit basah
1      
  0 1 2 3 4 5 6 7 8 910 3 1 1 2
0 1,5    
-
2 2,00 2     2,0    
lempung berlanau SPT

plastis, lentur,
  sedikit pasir 2,5   -1

abu-abu

lembab
2  
3     0 1 0 0
- 3,5    
4   4,00 2     4,0    
plastis sedikit kaku, plastis dan lentur SPT
Lempung pasir

  4 sedikit kaku 4,5   -2


abu-abu
lanau

5       0 1 0 0
-
6   6,00 2     5,5    
SPT
6
lempung lanau

  6,5   -3
agak kering
abu-abu

7      
0 1 0 0
  7,5    
- UD-
8   8 8,00 2     8,0   4
SPT
lempung lanau sedikit

Coklat keabu-abuan

agak plastis sedikit

  8,5   -4
kaku, kering

9      
pasir

0 1 0 0
  10 9,5    
- UD-
10   9,00 2     10,0   5
SPT
agak plastis, sedikit

  10,5   -5
lempung lanau

kaku, kering

12
abu-abu

11      
0 1 0 0
  11,5    
- UD-
12   10,0 2     12,0   6
14 SPT
lempung lanau

kaku dan

  12,5   -6
abu-abu
berpasir

kering

  3 1 1 2
13   -  
14   12,0 2     13,5    
16 SPT
cenderung keras
lempung lanau

  14,5   -7
kaku, kering
abu-abu
berpasir

15       2 1 1 1
-    
16   18 14,0 2          

Kedalama Qu (dari Kedalaman Qu (dari


N Value N Value
n (m) tabel 1) (m) tabel 1)
<25
25-50
(tanah
1-2 3 (tanah 9-10 0
sangat
lunak)
lunak)
3-4 0 <25 11-12 0 <25

10
(tanah (tanah
sangat sangat
lunak) lunak)
<25
25-50
(tanah
5-6 0 13-14 3 (tanah
sangat
lunak)
lunak)
<25
25-50
(tanah
7-8 0 15-16 2 (tanah
sangat
lunak)
lunak)

2. Analisa Data

Boring Test yaitu pengujian tanah untuk mengetahui kondisi tanah setiap layer hingga
sampai ke tanah keras. Standart yang ditetapkan dalam pengujian ini yaitu SPT (Standart
Peneteration Test) dengan nilai setiap interval 2,0m.

Standart ini mengacu pada ASTM D.1586 dengan berat hammer yang digunakan
adalah 63,5 kg dengan tinggi jatuh bebas hammer yaitu 76 cm. Biasanya, model alat boring
yang digunakan memiliki hammer otomatis. Contoh tanah dari tabung SPT dimasukan ke
dalam plastic kemudia diberi nama atau label yang sesuai dengan jumlah pukulan hammer,
nomor bor dan tingkat kedalamannya.

Adapun contoh tanah yang didapat dari proses boring akan diiuji dalam laboratorium dengan
index :

 Water Content : Perbandingan berat kandungan air terhadap berat tanah kering
dinyatakan dalam persen.
 Wet Density : Nilai berat isi tanah (basah) yaitu perbandingan anatar berat tanah lembab
asli per sartuan volume, dalam gr/cm3.
 Dry Density : Nilai isi tanah (kering) yaitu perbandingan anatar berat tanah kering per
satuan volume, dalam gr/cm3.
 Specific Gravity (ASTM.D854) : Nilai berat jenis butiran.
 Degree of Saturation : Derajat kejenuhan tanah yaitu prosentase berat air yang mengisi
rongga atau pori-pori dalam persen.
 Atterberg Limits (ASTM D.4318) : Batas Cair (liquid limit), batas Plastis (plastic limit),
dan indeks plastis (plasticity index). Dari test ini juga bisa diketahui clasifikasi tanah
berdasarkan ketentuan USCS (unified soil classification system).
 Unconfined Compression (ASTM D.2166) : diperoleh nilai daya dukung tanah dalam
keadaan tanpa tekanan samping (uncofined) yang dinyatakan dalam satuan kg/cm2.

11
 Triaxial UU Test (ASTM D.2850) : Bertujuan untuk mendapatkan nilai kohesi c
(kg/cm2). Dan sudut gelincir dalam atau internal friction angel tanpa tekanan pori dan
dengan tekanan pori dinyatakan dalam derajat.
 Consolidation (ASTM D.2435) : untuk mendapatkan parameter koefisien konsolidasi dan
indeks konsolidasi untuk menghitung penurunan pondasi bangunan.

Jenis pondasi yang dipilih harus disesuaikan dengan jenis tanahnya. Selain itu, harus
diperhatikan efek getaran dari pemasangan pondasi terhadap lingkungan sekitar. Untuk
wilayah perumahaan atau dekat pemukiman penduduk maka Pondasi bor pile dinilai sangat
bagus karena pada saat proses pemasangan tidak menimbulkan getaran, sehingga warga
sekitar tidak merasa terganggu.

 Teori SPT
Pada tanah lempung korelasi antara N-SPT dengan sifat-sifat fisik dan mekanis tanah
menunjukan bahwa peningkatan nilai N-SPT ditunjukkan dengan meningkatnya kuat geser
tanah seperti nilai kohesi dan sudut geser dalam tanah meningkat. Selanjutnya peningkatan
N–SPT akan diikuti oleh meningkatnya nilai daya dukung tanah seperti berat volume tanah
kering maupun berat volume tanah basah. Tetapi peningkatan nilai NSPT akan diikuti dengan
menurunnya angka koefisien kompresi dan koefisien konsolidasi yang ditunjukan dengan
menurunnya harga Cc dan Cv. Hal ini menjelaskan bahwa adanya hubungan yang kuat antara
N-SPT dengan sifat-sifat fisik dan mekanis tanah.
SPT Merupakan singkatan dari standard penetration test, merupakan salah satu uji
tanah yang paling sering dilakukan, dilakukan dengan menjatuhkan batangan besi (pemukul)
ke bor yang ada di dalam tanah, dan menghitung jumlah pukulan yang diperlukan untuk
memperdalam lubang bor sedalam 15 cm. Semakin banyak pukulan yang diperlukan,
semakin keras tanah yang sedang diteliti, dan dapat disimpulkan juga semakin besar phi
ataupun kohesi dari tanah tersebut
Pada pemukulan pertama alat ini dipukul hingga sedalam 15 cm.Kemudian
dilanjutkan dengan pemukulan tahap kedua sedalam 30 cm dan dilanjutkan sedalam 45.
Pukulan kedua dan ketiga inilah muncul nilai "N" yang merupakan manifestasi jumlah
pukulan yang dibutuhkan untuk membuat tabung standar mencapai kedalaman 45 cm.
Teknik pemboran yang baik merupakan salah satu prasyarat untuk mendapatkan hasil
uji SPT yang baik. Teknik pemboran yang umum digunakan adalah teknik bor bilas (wash
boring), teknik bor inti (core drilling) dan bor ulir (auger boring). Peralatan yang digunakan

12
pada masing-masing teknik pemboran harus mampu menghasilkan lubang bor yang bersih
untuk memastikan bahwa uji SPT dilakukan pada tanah yang relatif tidak terganggu Bila
digunakan teknik bor bilas maka mata bor yang digunakan harus mempunyai jalan air melalui
samping mata bor dan bukan melalui ujung mata bor.

BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan kelompok 5 yang berlokasi di area Kampus

13
ITS Manyar dapat diambil kesimpulan bahwa secara garis besar, jenis tanah pada lokasi
tes tersebut adalah tanah lanau dan pasir.

Dengan detail sebagai berikut.

 Pada kedalaman 1 – 2 meter lapisan tanahnya merupakan tanah lempung berlanau.


 Pada kedalaman 3 – 4 meter lapisan tanahnya merupakan tanah lempung.
 Pada kedalaman 5 - 6 meter lapisan tanahnya merupakan tanah lempung pasir
berlanau.
 Pada kedalaman 7 – 8 meter lapisan tanahnya merupakan tanah lempung berlanau.
 Pada kedalaman 9 – 10 meter lapisan tanahnya merupakan tanah lempung berlanau
sedikit pasir.
 Pada kedalaman 11 – 12 meter lapisan tanahnya merupakan tanah lempung berlanau.
 Pada kedalaman 13 – 14 meter lapisan tanahnya merupakan tanah lempung lanau
berpasir.
 Pada kedalaman 15 – 16 meter lapisan tanahnya merupakan tanah lempung lanau
berpasir.

SONDIR TEST

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
14
Pondasi merupakan bagian bangunan yang menyalurkan beban langsung ke dalam
lapisan tanah. Jika kondisi tanah di bawah struktur cukup kuat dan mampu mendukung beban
yang ada berarti pondasi plat setempat dapat digunakan untuk menyalurkan beban. Dilain
pihak, seandainya kondisi tanah permukaan adalah lunak berarti tiang atau pier dapat
digunakan untuk menyalurkan beban lebih dalam pada kondisi tanah yang paling sesuai. Pada
tulisan ini pembahasan dibatasi hanya pada pondasi dangkal. Dalam dunia konstruksi yang
menentukan daya dukung ijin pondasi dangkal biasanya adalah insinyur geoteknik.
Berdasarkan pengalaman dan didukung oleh teori-teori, insinyur geoteknik
menginterprestasikan informasi hasil soil investigation untuk mendapatkan prediksi
performansi pondasi. Penyelidikan tanah untuk pondasi dangkal di Indonesia umumnya
menggunakan metode Conus Penetration Test (CPT) atau sounding/sondir. Dan hasil prediksi
tersebut berakhir pada laporan rekomendasi yang dibuat oleh insinyur geoteknik. Ada
berbagai cara untuk menentukan daya dukung tanah, salah satu diantaranya adalah
melakukan pengetesan dengan alat sondir.

2. Tujuan Umum

Mengetahui metode uji penekanan yang dilakukan untuk menganalisa daya dukung
tanah dan mengukur kedalaman lapisan tanah keras atau pendukung yang biasa disebut tanah
sondir, serta menentukan perlawanan konus dan hambatan lekat pada setiap kedalaman.

3. Tujuan Khusus
 Dapat memahami prosedur pelaksanaan pengujian sondir.
 Dapat mengenal dan menggunakan peralatan untuk penguian sondir dengan baik dan
benar.
 Dapat menganalisa data percobaan sondir.
 Dapat menyimpulkan perletakan tanah keras dan daya dukung tanah.

4. Dasar Teori

Tes sondir merupakan salah satu tes dalam bidang teknik sipil yang berfungsi untuk
mengetahui letak kedalaman tanah keras, yang nantinya dapat diperkirakan seberapa kuat
tanah tersebut dalam menahan beban yang didirikan di atasnya. Tes ini biasa dilakukan
sebelum membangun pondasi tiang pancang, atau pondasi-pondasi dalam lainnya. Data yang

15
didapatkan dari tes ini nantinya berupa besaran gaya perlawanan dari tanah terhadap konus,
serta hambatan pelekat dari tanah yang dimaksud. Hambatan pelekat adalah perlawanan geser
dari tanah tersebut yang bekerja pada selubung bikonus alat sondir dalam gaya per satuan
panjang.

Sondir adalah alat berbentuk silindris dengan ujungnya berupa konus. Biasanya
dipakai adalah bi-conus type Begemann yang dilengkapi dengan selimut atau jaket untuk
mengukur hambatan pelekat lokal (side friction).

Dalam uji sondir, stang alat ini ditekan ke dalam tanah dan kemudian perlawanan
tanah terhadap ujung sondir (tahanan ujung) dan gesekan pada silimur silinder diukur. Alat
ini telah lama di Indonesia dan telah digunakan hampir pada setiap penyelidikan tanah pada
pekerjaan teknik sipil karena relatif mudah pemakaiannya, cepat dan amat ekonomis.
Sesungguhnya alat uji sondir ini merupakan representase atau model dari pondasi tiang dalam
skala kecil. Teknik pendugan lokasi atau kedalaman tanah keras dengan suatu batang telah
lama dipraktekan sejak zaman dulu. Versi mula-mula dari teknik pendugaan ini telah
dikembangkan di Swedia pada tahun 1917 oleh Swedish State Railwaysdan kemudian
oleh Danish Railways tahun 1927. Karena kondisi tanah lembek dan banyaknya penggunaan
pondasi tiang, pada tahun 1934 orang-orang Belanda memperkenalkan alat sondir
sebagaimana yang kita kenal sekarang (Barentseen, 1936). Uji Sondir lebih dari sekedar
syarat pengurusan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) saja, tapi lebih dari itu, Uji Sondir
adalah alat keselamatan Anda dan bangunan Anda.

Hasil dari tes sondir ini dipakai untuk:

 Menentukan tipe atau jenis pondasi apa yang cocok dipakai,


 Menghitung daya dukung tanah asli,
 Menentukan seberapa dalam pondasi harus diletakkan nantinya.

BAB II
METODE PERCOBAAN

1. Alat Kerja

1.        Mesin Sondir 

16
2.        Seperangkat pipa sondir 

3.        Manometer 2 buah dengan beda kapasitas 

4.        Konus dan batang konus

5.        Kunci pipa

6.        Oil SAE 20

17
7.        Kunci inggris 

2. Langkah Percobaan
1. Bersihkan lokasi percobaan lalu pasanglah dua atau empat jangkar spiral sesuai
dengan kondisi tanah dengan jarak tertentu agar cocok dengan kaki sondir.
2. Jepitlah rangka sondir dengan ambang pada jangkar tersebut, lalu atur posisi sondir
agak tegak lurus, dengan cara mengendurkan kunci tiang samping lalu gunakan water
pass untuk mengontrolnya.
3. Bukalah baut penutup lubang pengisian oli dan buka kedua kran manometer, lalu
pasang kunci piston pada ujung piston.
4. Tekan berkali-kali kunci piston ke atas sampai oli keluar semua.
5. Setelah oli yang lama habis, tetap terbuka. Isilah oli dari lubang pengisian sampai
penuh, gerakan kunci piston naik turun secara perlahan untuk menghilangkan
gelembung udara. Setelah tidak ada gelembung udara tutup lubang kembali lubang
pengisian tadi.
6. Tutup salah satu kran manometer, tekan kunci piston pada alas rangka, perhatikan
kenaikan jarum manometer hentikan penekanan dan tahan (kunci), stang pemutar
apabila jarum akan mencapai 25% ke maksimal manometer. Bila terjadi penurunan
pada jarum manometer berarti ada kebocoran antara lain pada sambungan-sambungan
nepel, buat penutup oli atau pada seal piston. Lakukan hal yang sama untuk
manometer yang lainnya.

18
7. Pasang friction cone/mantle cone pada draad stang sondir berikut stang dalamnya.
Tempatkan stang sondir tersebut pada lubang pemusat pada rangka sondir tepat
dibawah ruang oli. Pasang kop penekan.
8. Dorong treker, pada posisi lubang terpotong lalu putarlah engkol pemutar sampai
menyentuh ujung atas stang sondir. Percobaan dan pengukuran sudah siap dilakukan
9. Tiang sondir diberi tanda setiap 20 cm dengan menggunakan spidol, gunanya untuk
mengetahui saat dilakukan pembacaan manometer.
10. Engkol pemutar kembali diputar sehingga patent friction cone/mantle cone masuk ke
dalam tanah.
11. Setelah mencapai batas 20 cm (lihat tanda spidol), engkol pemutar diputar sedikit
dengan arah berlawanan. Treker ditarik ke depan dalam posisi lubang bulat. Buka
kran yang menuju manometer 60 kg/cm².
12. Engkol pemutar diputar kembali sehingga stang dalam tertekan ke dalam tanah
dengan kecepatan 2 cm/detik. Stang dalam akan menekan piston lalu akan menekan
oli di dalamnya, tekanan yang terjadi akan terbaca pada manometer.
13. Mantle cone hanya akan mengukur tahanan ujung konus (qc) sedangkan friction cone
akan mengatur tahanan ujung konus dan gesekan dinding terhadap tanah.
14. Tekan stang, catat angka penunjukan pertama pada jarum manometer, teruskan
penekanan sampai jarum manometer bergerak yang kedua kalinya.
15. Lakukan penekanan dengan hati-hati dan amati selalu jarum manometer. Bila
diperkirakan tekanan akan melebihi kapasitas manometer, tutup kran manometer
tersebut dan kran manometer yang berkapasitas besar dibuka. Stang sondir jangan
menyentuh piston karena dapat menyebabkan kelebihan tekanan secara drastis dan
merusak manometer.
16. Putar kembali engkol pemutar berlawanan arah lalu posisi treker dipindahkan kembali
menjadi posisi lubang terpotong. Lakukan penekanan kembali sejarak 20 cm
berikutnya dan ulang prosedur 12 sampai dengan 14.
17. Setelah mencapai ke dalam 1 meter, stang sondir perlu ditambah. Caranya terlebih
dahulu naikkan piston penekan supaya stang sondir dapat disambung. Gunakan kunci
pipa untuk mengencangkannya. Ulangi prosedur 8 sampai dengan 15.
18. Setelah mencapai kedalaman tanah keras (tahanan konus lebih besar dari 150 kg/cm²)
penyelidikan dihentikan. Stang sondir yang sudah tertanam dicabut kembali dengan
cara sebagai berikut :
 Putar engkol pemutar agar piston penekan terangkat.
19
 Tarik treker pada posisi lubang penuh.
 Dorong treker pada posisi lubang terpotong.
 Putar engkol pemutar sehingga stang sondir terangkat sampai stang sondir
berikutnya terlihat.
 Tahan stang sondir bawah dengan kunci pipa agar rangkaian dibawahnya tidak
jatuh.
 Lepaskan stang sondir atas dengan kunci pipa yang lain.
 Ulangi prosedur ini stang sondir berikutnya.
19. Percobaan sondir telah selesai dilakukan.

BAB III

PEMBAHASAN

1. Data Percobaan

Kedalama Manometer Tekana Local Friction Hambata Jumlah

20
n n
n Bacaan 1 Bacaan II Konus Friction Ratio Pelekat HP
Kg/cm² Kg/cm² Kg/cm² Kg/cm² (%) Kg/cm Kg/cm
A B C D E F G H
      Cn Cl FR HP JHP
1 3 4 3 0,1 0,03 2 2
1,2 6 7 6 0,1 0,02 2 2
1,4 4 5 4 0,1 0,03 2 2
1,6 6 8 6 0,2 0,03 4 6
1,8 4 8 4 0,4 0,10 8 14
2 5 7 5 0,2 0,04 4 18
2,2 5 7 5 0,2 0,04 4 22
2,4 4 6 4 0,2 0,05 4 26
2,6 6 8 6 0,2 0,03 4 30
2,8 5 7 5 0,2 0,04 4 34
3 5 6 5 0,1 0,02 2 36
3,2 6 9 6 0,3 0,05 6 42
3,4 7 10 7 0,3 0,04 6 48
3,6 7 9 7 0,2 0,03 4 52
3,8 7 8 7 0,1 0,01 2 54
4 5 6 5 0,1 0,02 2 56
4,2 3 5 3 0,2 0,07 4 60
4,4 5 8 5 0,3 0,06 6 66
4,6 7 9 7 0,2 0,03 4 70
4,8 3 5 3 0,2 0,07 4 74
5 4 6 4 0,2 0,05 4 78
5,2 6 8 6 0,2 0,03 4 82
5,4 5 6 5 0,1 0,02 2 84
5,6 4 6 4 0,2 0,05 4 88
5,8 3 6 3 0,3 0,10 6 94
6 15 22 15 0,7 0,05 14 108
6,2 40 48 40 0,8 0,02 16 124
6,4 20 22 20 0,2 0,01 4 128
6,6 6 10 6 0,4 0,07 8 136
6,8 4 5 4 0,1 0,03 2 138
7 3 5 3 0,2 0,07 4 142

21
7,2 3 5 3 0,2 0,07 4 146
7,4 3 6 3 0,3 0,10 6 152
7,6 3 6 3 0,3 0,10 6 158
7,8 3 6 3 0,3 0,10 6 164
8 3 5 3 0,2 0,07 4 168
8,2 4 5 4 0,1 0,03 2 170
8,4 5 7 5 0,2 0,04 4 174
8,6 4 8 4 0,4 0,10 8 182
8,8 5 8 5 0,3 0,06 6 188
9 5 9 5 0,4 0,08 8 196
9,2 5 9 5 0,4 0,08 8 204
9,4 4 8 4 0,4 0,10 8 212
9,6 4 8 4 0,4 0,10 8 220
9,8 4 6 4 0,2 0,05 4 224
10 4 5 4 0,1 0,03 2 226

KETERANGAN
A = KEDALAMAN PENYODIRAN

B = BACAAN PERTAMA (TEKANAN


AKIBAT KONUS)

C = BACAAN KEDUA (TEKANAN AKIBAT


KONUS + LEKATAN SELIMUT BIKONUS)
D = B x (J/I)
E = (C-B) x (J/K)
F = E/D x 100%
G=ExL
H = KUMULATIF DARI G
I = LUAS KONUS (10 CM²)
J = LUAS PISTON PLUNGER
K = LUAS SELIMUT BIKONUS
L = INTERVAL PEMBACAAN DATA

2. Analisa Data

Dari percobaan yang telah dilakukan di lapangan, kami dapat memperoleh data dari
manometer yang menunjukan 2 bacaan yaitu bacaan 1 dan bacaan 2 seperti yang ditunjukkan
22
pada table sebelumnya. Dari 2 bacaan tersebut nantinya juga dapat dihitung untuk
mendapatkan nilai tekanan konus.

Tekanan konus sendiri merupakan tekanan perlawanan tanah yang terjadi pada unung
konus. Hal ini dilakukan hanya dengan menekan stang dalam yang segera menekan konus
tersebut ke bawah sedangkan seluruh casing luar tetap di luar. Gaya yang dibutuhkan untuk
menekan konus tersebut ke bawah diukur dengan suatu alat pengukur. Alat pengukur yang
akan diletakkan pada kekuatan rangka didongkrak. Setelah dilakukan
pengukuran,konus,stang dalam,dan casing luar dimajukan sampai pada kedalaman berikutnya
dimana pengukuran selanjutnya dilakukan hanya dengan menekan stang dalamnya saja.

Pada tabel diatas juga menunjukkan data local friction, friction ratio, hambatan
pelekat, dan jumlah HP. Keempat data tersebut diperoleh dari rumus sebagai berikut.

 Local Friction
(Bacaaan II – Bacaan I) × ( Luas Piston Plunger / Luas Selimut Biconus)
Dimana :
Luas Piston Plunger : 10 cm²
Luas Selimut Biconus : 100 cm²
 Friction Ratio

(Local Friction / Tekanan Konus) × 100%

 Hambatan Pelekat : perlawanan geser dari tanah tersebut yang bekerja pada selubung
bikonus alat sondir dalam gaya per satuan panjang.

(Local Friction × Interval Pembacaaan Data)

Dimana :

Interval Pembacaan Data : 20 cm²

 Jumlah HP : Komulatif dari jumlah hambatan pelekat di kedalaman sebelumnya

23
3. Grafik Percobaan

0 10 20 30 40 50 60 70 80
45 45
Local Friction (gesekan lokal)
(Kg/cm²) Friction Radio (%)
40 40
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
0

35 35

2 30 30
Kedalaman (m)

25 25
4

20 20

6 15 15

10 10
8

5 5

10
0 0

Jumlah Hambatan Pelekat (JHP)

12

24
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan kelompok 5 yang berlokasi di area Kampus

ITS Manyar dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Grafik qc
Hampir pada semua kedalaman tanah yang diteliti, cenderung lunak. Pada
kedalaman 1 hingga 5,8 meter, tanah cenderung lunak karena memiliki tekanan konus
tidak lebih dari 10 kg/cm2. Sedangkan pada kedalaman 6 meter, tanah cenderung
sedang. Lalu pada kedalaman 6,2 meter, menunjukan tekanan konus yang tinggi dan
bisa disebut juga tanah keras. Selanjutnya, di kedalaman 6,4 meter, tekanan konus
kembali turun dan dikategorikan sebagai tanah sedang. Dan pada kedalaman
berikutnya yaitu 6,6 hingga 10 meter, tanah dikategorikann sebagai tanah lunak.
2. Grafik Tf
Grafik kedalaman dan Tf memperlihatkan penambahan hambatan lekat yang
cukup drastis pada kedalaman 3,6 m menuju 3,8 m, hal tersebut terlihat dari Tf yang
semula sebesar 186,67 kg/cm berubah menjadi 293,33 kg/cm, ini menunjukkan
hambatan lekat pada tanah tersebut cukup besar.

25
Percobaan sondir dilakukan mencapai kedalaman 7 m. percobaan ini untuk
memberikan gambaran mengenai keadaan tanah dan menghasilkan data-data daya
dukung tanah maksimum dan hambatan lekat tanah maksimum yaitu :

 Kedalaman max (>150 kg/cm2) : 7.00 m


 Bacaan Pertama (Cw) : 115 kg/cm²
 Bacaan Kedua (Tw) : 115 kg/cm²
 Hambatan Lekat Tanah (HL) : 0,0 kg/cm²
 Jumlah Hambatan Lekat Tanah (Tf) : 520,0 kg/cm
 Friction Ratio : 0,0 %

DAFTAR PUSTAKA

http://heru06susanto.blogspot.com/2017/04/sondir-dan-boring-tanah-serta-contoh.html?m=1

https://www.academia.edu/10198209/Laporan_Praktikum_Pekerjaan_Sondir

https://sipil.ft.uns.ac.id/web/wp-content/uploads/2018/11/Modul_MekTan.pdf

https://tekniksipil006.wordpress.com/2014/10/12/makalah-penyelidikan-tanah-dengan-
sondir/

https://testindo.com/article/509/pengertian-uji-sondir-dan-boring-test
https://geezaliori20.blogspot.com/search?q=sondir

https://www.academia.edu/30648036/MEKANIKATANAH

http://dw.binamarga.pu.go.id/invit/dokumen/LAPORAN%20MEKANIKA%20TANAH.pdf
https://geezaliori20.blogspot.com/2017/03/standart-penetration-testspt.html

26

Anda mungkin juga menyukai