KELOMPOK 7 :
Christian
1106011814
Fitri Suryani
1106003964
Junaidi Sidiq
1106015825
M. Ardan M Corny
1106068693
Sepinia Indrawati
1106001353
Tanggal Praktikum
: 6 Oktober 2012
Asisten Praktikum
: Muhammad Azmi
Tanggal Disetujui
Nilai
Paraf
LABORATORIUM BAHAN
DEPARTEMEN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2012
L0
(cm)
Lc
(cm)
9.5
50
58.2
Tegangan (kN)
Leleh
Maximum
Putus
28
44
20
Diameter Terkecil
(mm)
Kekuatan tarik : B =
P = 44000 N
So = 70.88 mm2
(N/mm2)
=
=
(N/mm2)
44000
70.88
= 620.77 N/mm2
Batas ulur : V
Q = 28000 N
So = 70.88 mm2
V=
28000
70.88
6.5
= 395.03 N/mm2
Kekuatan putus : f =
R = 20000 N
R
So
R
So
=
20000
70.88
= 282.17 N/mm2
Regangan
Lc = 58.2 cm
Lo = 50.0 cm
Kontraksi
58.250
50
x 100%
x 100 % = 16.4 %
SoSu
So
So = 70.88 mm2
Su = 33.18 mm2
70.8833.18
70.88
x 100 %
x 100% = 53.2 %
Baja ulir :
Diameter
(mm)
L0
(cm)
Lc
(cm)
10
52.5
58.5
Tegangan (kN)
Leleh
Maximum
Putus
35
54
20
Kekuatan tarik : B =
P = 54000 N
So = 78.54 mm2
(N/mm2)
=
=
(N/mm2)
54000
78.54
= 687.55 N/mm2
Batas ulur : V =
Q = 35000 N
So = 78.54 mm2
V=
35000
78.54
= 445.63 N/mm2
Kekuatan putus : f =
R = 20000 N
So = 78.54 mm2
R
So
Diameter Terkecil
(mm)
7.5
R
So
20000
78.54
= 254.65 N/mm2
Regangan
Lc = 58.5 cm
Lo = 52.5 cm
Kontraksi
58.552.5
52.5
x 100%
x 100 % = 11.4 %
SoSu
So
x 100 %
So =78.54 mm2
Su = 44.18 mm2
78.5444.18
=
78.54
x 100% = 43.75 %
Regan
gan
Tegangan
Jeni
s
Diamet
er (mm)
Panjan
g (cm)
Leleh
(N/
mm2)
Maksimu
m
(N/
mm2)
Putus
(N/
mm2)
Pol
os
9,5
50
395,03
620,77
282,17
16,4 %
Ulir
10
52.5
445,63
687,55
254,65
11,4 %
Kontr
aksi
53,17
%
43,75
%
L0 (cm)
Beban
Hasil Test
50
(N)
300
Tekuk
Tidak retak
L0 (cm)
Beban
Hasil Test
52.5
(N)
600
Tekuk
Tidak retak
Baja ulir :
Diameter
(mm)
10
F. GRAFIK PERCOBAAN
700
500
400
Tegangan (N/mm2)
600
300
200
Regangan
100
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16
0.18
800
600
500
Tegangan (N/mm2)
700
400
300
200
Regangan
100
0
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
0.1
0.11
0.12
G. ANALISIS
Analisis Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kekuatan tarik dan tekuk suatu
baja beton. Baja yang digunakan dalam percobaan ini adalah baja polos dan baja
ulir.
Percobaan kuat tarik baja ini tidak dilakukan oleh praktikan, melainkan
dilakukan oleh laboran. Hal ini dikarenakan karena keterbatasan alat dan karena
percobaan ini harus dilakukan oleh orang yang ahli. Sebelum melakukan
percobaan semua praktikan diperkenalkan akan bentuk baja polos dan baja ulir
sebagai bahan percobaan. Laboran juga menjelaskan tentang semua rumus yang
dipakai dalam pengujian ini, hal ini dimaksudkan agar praktikan mengerti datadata apa saja yang harus diambil dan perubahan apa saja yang akan diaamati pada
percobaan ini.
Percobaan yang dilakukan pertama kali adalah uji tarik. Awalnya kedua
ujung baja dijepit oleh pegangan alat penjepit mesin uji tarik. Kemudian
menyalakan mesin uji (Universal Testing Machine). Kecepatan mesin diatur
sebesar 1 kg/mm2 tiap detik. Kemudian diberikan gaya untuk dapat menentukan
tida titik, yaitu titik leleh, titik maksimum dan titik putus. Baja ditarik dengan
gaya yang berubah-ubah, mulai dari nol sampai gaya yang mengakibatkan baja
putus. Pada saat baja ditarik, besar tegangan pada saat leleh, maksimum, dan
putus dan regangan diamati untuk mengetahui dat yang dibutuhkan.
Percobaan tekuk
baja,
baja
beton
Analisis Hasil
108
10
N/
antara gaya tarik yang diberikan dengan luas penampang pada saat baja tersebut
meleleh. Keadaan ini akan menyebabkan baja mengalami perubahan bentuk fisik
seperti perubahan panjang dan diameter.
Tegangan maksimum untuk baja polos adalah 6.21 x
baja ulir 6.88 x
108
10
N/ m2 dan
dapat diterima oleh baja sebelum baja tersebut putus, atau keadaan dimana gaya
tarik sebagai aksi yang diberikan kepada baja akan sama besar dengan gaya
perlawanan sebagai reaksi yang ditimbulkan oleh baja.
Sedangkan tegangan putus yang didapatkan adalah 2.82 x
dan baja ulir 2.54 x
108
10
N/ m2
baja tersebut putus dimana tegangan yang diterima oleh baja lebih besar dari
tegangan ijin yang dimiliki.
Gaya yang diberikan juga mengakibatkan adanya perubahan panjang dan
diameter baja sebelum dan sesudah pengujian. Baja polos mengalami
pertambahan panjang dari 50 cm menjadi 58.2 cm Perubahan panjang tersebut
menyebabkan adanya regangan pada baja yang dapat dikur dengan membagi
perubahan panjang dan didapatkan regangan untuk baja polos adalah 16 %. Bagitu
juga dengan baja ulir mengalami pertambahan panjang dari 52.5 cm menjadi 58.5
cm dan diperoleh regangan sebesar 11 %. Regangan yang diperoleh pada saat baja
putus menentukan tingakat keuletan baja. Semakin tinggi regangan yang dicapai
pada saat baja putus maka keuletan baja itu juga semakin tinggi. Regangan juga
menentukan kuat tarik yang dimiliki oleh baja. Baja yang mempunyai kuat tarik
tinggi pada umumnya regangan batasnya rendah atau getas, sedang baja yang kuat
tariknya rendah mempunyai regangan batas yang tinggi sehingga dapat dinyatakan
daktail.
Dari tegangan dan regangan yang diperoleh dapat dikalsifikasikan kelas
baja tulangan. Dari hasil yang didapatkan kelas baja tulangan polos adalah BjTP
(Baja Tulangan Polos) 30 dan kelas baja tulangan sirip adalah BjTS (Baja
Tulangan Sirip) 40.
Untuk uji tekuk baja, dapat disimpulkan bahwa baja memiliki kualitas baik
karena tahan terhadap gaya tekan yang diberikan, sehingga tidak menimbulkan
keretakan.
Analisis Grafik
Grafik kekuatan tarik baja merupakan hubungan antara tegangan yang
dialami batang baja terhadap regangan yang terjadi ketika batang baja
mengalami perubahan panjang ketika penarikan. Dari grafik yang ditampilkan,
terlihat bahwa baja akan mengalami penarikan hingga mencapai titik leleh
kemudian berlanjut kepada titik maksimum baja ini hingga akhirnya baja ini akan
putus. Dari grafik terlihat sekali bagaimana grafik naik hingga mencapai titik
maksimum kemudian turun dan akhirnya putus.
Analisis Kesalahan
Kesalahan yang mungkin terjadi dalam percobaan ini relatif kecil.
Percobaan kali ini dilaksanakan oleh laboran, sehingga peran praktikan dalam
percobaan in tidak terlalu dominan. Kesalahan dapat diakibatkan karena kesalahan
pembacaan jarum penunjuk pada mesin uji tarik oleh praktikan maupun
perhitungan hasil data pengamatan seperti penghitungan tegangan, dan regangan
pada baja. Kesalahan pembacaan jarum sering terjadi pada fase pengukuran gaya
tarik maksimum dengan gaya tarik putus, pada fase ini, pembacaan terjadi dalam
waktu yang cukup singkat. Sehingga, tingkat keakuratan pembacaan skala akan
menurun.
Perbedaan nilai diameter aktual dan tertulis juga dapat dijadikan indikasi
perbedaan hasil perhitungan terhadap data acuan yang ada. Ha tersebut
mengakibatkan hasil perhitungan mengalami sedikit penyimpangan nilai dari nilai
standar yang ada.
Pada pengujian tekuk baja, kesalahan dapat disebabkan karena kurangnya
pemahaman praktikan dalam melihat fisik material hasil uji tekuk, mengalami
peretakan atau tidak.
G. KESIMPULAN
1. Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kekuatan tarik dan tekuk baja
beton.
2. Pada pemeriksaan kekuatan tarik baja, diperoleh hasil sebagai berikut :
Baja Polos :
Kekuatan leleh
= 395,03 N/mm2
Kekuatan maksimum
= 620.77 N/mm2
Kekuatan putus
= 282.17 N/mm2
Baja Ulir :
Kekuatan leleh
= 445.63 N/mm2
Kekuatan maksimum
= 687.55 N/mm2
Kekuatan putus
= 254.65 N/mm2
3. Semakin besar beban maka kekuatan tarik juga akan semakin besar karena
kekuatan tarik berbanding lurus dengan beban yang dimiliki oleh baja,
dimana aksi yang diberikan akan mengimbangi reaksi yang ditimbulkan
4. Dengan melakukan percobaan ini dapat diketahui jenis kelas baja tulangan
baja berdasarkan SNI 07-2052-2002. Dengan baja polos digolongkan
sebagai BjTP 30 dan baja ulir digolongkan sebagai BjTS 40.
H. LAMPIRAN
I. REFERENSI
Pedoman Praktikum Pemeriksaan Bahan Beton dan Mutu Beton.
Laboratorium Struktur dan Material. Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Indonesia.