Anda di halaman 1dari 59

TEROWONGAN (DRAFT)

TEROWONGAN

KONSEPTOR

1. Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang, MT. (HATTI)


2. Fahmi Aldiamar, ST., MT. (PUSJATAN)
Sumber

1. JSCE. 2006. Standard Specifications for Tunneling: Mountain Tunnels
2. JSCE. 2006. Standard Specifications for Tunneling: Shield Tunnels
3. JSCE. 2006. Standard Specifications for Tunneling: Cut and Cover Tunnels
4. FHWA. 2005. Road Tunnel Design Guidelines. Federal Highway
Administration. US Department of Transportation. Washington DC
5. FHWA. 2009. Technical Manual for Design and Construction of Road Tunnels.
Federal Highway Administration. US Department of Transportation.
Washington DC
6. CIRIA (1996). Prediction and effects of ground movements caused by
tunnelling in soft ground beneath urban areas, Construction Industry
Research and Information Association, Project Report 30
7. Kementerian Pekerjaan Umum. 2013. Manual Perencanaan Pekerjaan
Underpass
Jenis Terowongan


1. Terowongan Pegunungan/Batuan Keras
2. Terowongan Perisai
3. Terowongan Gali dan Tutup
4. Terowongan di Bawah Air (Immersed Tunnel)
5. Terowongan Dongkrak (Box Jacked Tunnel)
Jenis Terowongan


Jenis Terowongan


Jenis Terowongan


Terowongan Pegunungan


Terowongan Pegunungan


1,036 m
(3,399 ft)
length in
Samos,
Greece, built
in the 6th
century BC
Terowongan Pegunungan


Terowongan Pegunungan


Terowongan Pegunungan


Terowongan Pegunungan


Terowongan Pegunungan

Terowongan Lintas Cirebon - Kroya


Terowongan Pegunungan

Terowongan Pegunungan

Jenis Terowongan


Penyelidikan Batuan

No Parameter Metode Pengujian



No Parameter Jenis Pengujian
1 Tegangan insitu Hydraulic Fracturing
1 Sifat fisik batuan Uji Densitas
Overcoring
Uji Porositas
Flat Jack Test
Point Load Index
2 Modulus deformasi Plat Bearing Test
Uji Ultrasonic Velocity
Borehole Dilatometer Test
2 Kekuatan batuan Uji Kuat Tekan Uniaksial
Flat Jack Test
Uji Kuat Tarik Triaksial
Radial Jacking Test
Uji Kuat Tarik Brazillian
3 Diskontinuitas Accoustic Televiewing
3 Dependensi Waktu Uji Rayapan
Borehole Studio Televiewing
4 Mineralogi dan Ukuran Analisis Sayatan Tipis
4 Permeabilitas Slug Test
Butir
Pucker Test
Pumping Test
Persyaratan Area Portal dan Portal

Gambar 31 - Tipikal area portal terowongan (JSCE, 200)


Persyaratan Area Portal dan Portal


Persyaratan Penggalian


Penentuan Penampang Penggalian
Pemilihan Metode Penggalian
Pemilihan Metode Penerowongan
Metode Penggalian


Persyaratan Perkuatan


Konsep Desain Perkuatan Terowongan
Perubahan Sistim Perkuatan Terowongan
Beton Semprot (Shotcrete)
Karakteristik mekanis beton semprot
Campuran beton semprot
Desain ketebalan beton semprot
Perkuatan pada beton semprot
Baut Batuan
Penyangga Baja
Persyaratan Perkuatan

Tabel 32 - Kriteria pemilihan jenis perkuatan terowongan

Jenis-jenis Perkuatan
Kategori Tanah/Batuan Beton Baut Penyangga Lantai Catatan
Semprot Batuan Baja Kerja Beton

Batuan Keras Sedikit rekahan r r


(Kelas B, C) Banyak rekahan r

Untuk memastikan kondisi lapisan


Faktor Kompetensi
pondasi (base course ) yang baik pada
Tanah Besar r
masa layan, diperlukan lantai kerja beton
(Kelas DI)
Batuan Lunak jika jenis batuannya adalah batu lempung.
(Kelas D)
Harus dipertimbangkan mengenai
Faktor Kompetensi
penempatan awal lantai kerja beton atau
Tanah Kecil
penutupan awal penampang melintang
(Kelas DII)
penggalian.
Media Tanah Dinding dapat dianggap sebagai bagian
(Overburden Kecil) r
(Kelas E) penyangga.
Harus dipertimbangkan mengenai
penutupan awal penampang melintang
Zona Patahan (Overburden Besar)
penggalian dan besarnya deformasi yang
diizinkan.
Harus dipertimbangkan mengenai
penutupan awal penampang melintang
Tanah/batuan Squeezing penggalian, fungsi penyanggaan dari
dinding dan besarnya deformasi yang
diizinkan.

: sangat efektif, : efektif, : pada prinsipnya tidak perlu


Persyaratan Perkuatan


Tabel 33 - Contoh tipikal pola perkuatan untuk terowongan jalan (JSCE, 2007)
(Terowongan berpenampang besar, lebar bagian dalam: sekitar 12,5 m hingga 14,0 m)

Baut batuan Penyangga baja Ketebalan dinding

Jarak Besarnya
Panjang Ketebalan Lengkung
Kategori deformasi
Pola lengkung beton (arch), Lantai
Tanah/B yang Metode penggalian
perkuatan standar Panjang Arah Arah Area Heading Jarak semprot dinding kerja
atuan Bench diizinkan
(m) (m) melengkung memanjang pemasangan atas (m) (cm) samping (invert )
(cm)
(m) (m) (side wall) (cm)
(cm)

B B 2,0 4,0 1,5 2,0 Heading atas . - - 10 40 - 0


Metode penggalian
Heading atas, seluruh muka dengan
CI CI 1,5 4,0 1,2 1,5 - - - 15 40 (45) 0
bench bench tambahan,
Heading atas, metode penggalian
C II C II 1,2 4,0 1,2 1,2 H-150 - 1,2 15 40 (45) 0
bench bench, metode
diafragma tengah,
Heading atas,
DI DI 1,0 6,0 1,0 1,0 H-150 H-150 1,0 20 40 50 0 metode penggalian
bench
samping tengah
1,0 atau 1,0 atau Heading atas, 1,0 atau
D II D II 6 1,0 H-200 H-200 25 40 50 10
kurang kurang bench kurang
Shotcrete




Karakteristik Mekanis Beton Semprot


Karekteristik mekanis dari beton semprot harus diperhitungkan dengan
mempertimbangkan fungsi dan efek yang diharapkan, serta kondisi batuan
dasar.
Umumnya, pada konstruksi terowongan dibutuhkan kuat tekan yang tinggi
sesaat setelah beton semprot diterapkan. Tipikal kebutuhan kuat tekan setelah 1
hari beton semprot diaplikasikan, adalah 5 N/mm2 untuk terowongan 2 lajur,
dan 10 N/mm2 untuk terowongan jalan berpenampang besar.
Secara garis umur dari material dibagi menjadi 3 tahap: tahap pertama/initial
(satu hari setelah aplikasi), tahap awal (tujuh hari setelah aplikasi), dan tahap
jangka panjang (lebih dari dua puluh delapan hari setelah aplikasi).
Desain standar kuat tekan biasanya ditetapkan sebagai kuat tekan uniaksial 28
hari setelah aplikasi, misalnya untuk periode jangka panjang pada terowongan
jalan 2 lajur ditetapkan sebesar 18 N/mm2. Disisi lain, kuat tekan sebesar 36
N/mm2 dapat ditetapkan untuk terowongan berpenampang besar, untuk
mengurangi ketebalan beton semprot, dan menaikan kekuatan pada batuan
dasar yang ekspansif.
Persyaratan Perkuatan
Penyangga Baja


Persyaratan Sistim Kedap Air


Persyaratan Drainase


Terowongan Perisai (Shield Tunnel)


The Need of Shield Tunnel


Membangun terowongan di daerah perkotaan

Bangunan di atas tanah tidak boleh terganggu


Terowongan Perisai


Ketentuan Umum
Ketentuan Survey dan Penyelidikan
Ketentuan Perencanaan
Bentuk dan ukuran penampang
Alinyemen terowongan
Kedalaman posisi terowongan
Kemiringan terowongan
Pemilihan metode perisai
Dinding terowongan perisai
Beban rencana
Fasilitas tambahan pada terowongan perisai
Metode-metode tambahan lainnya
Terowongan vertikal
Perlindungan lingkungan
Monitoring
Pembebanan


1. Tekanan tanah vertikal dan horisontal.
2. Tekanan air.
3. Beban mati.
4. Pengaruh muatan tambahan.
5. Reaksi tanah.
6. Beban dalam.
7. Beban-beban konstruksi.
8. Pengaruh gempa.
9. Pengaruh pembangunan dua atau lebih terowongan
perisai.
10. Pengaruh pekerjaan terhadap lingkungan sekitar.
11. Pengaruh penurunan tanah.
12. Lain-lain.
Pengaruh terhadap bangunan sekitar


Kategori Kemiringan Bangunan Penurunan Bangunan
Deskripsi Risiko
Risiko Maksimum Maksimum (mm)
Diabaikan: kerusakan dangkal tidak
1 < 1/500 <10
mungkin terjadi
Kecil: kerusakan dangkal dapat
2 1/500 hingga 1/200 10 hingga 50 terjadi namun bukan kerusakan
struktural yang signifikan

Sedang: kerusakan dangkal dengan


kerusakan struktural pada
3 1/200 hingga 1/50 50 hingga 75 bangunan diperkirakan terjadi,
kemungkinan kerusakan pipa yang
relatif kaku

Tinggi: kerusakan stuktural


4 > 1/50 > 75 bangunan dan pipa kaku atau pipa
lainnya
Prediksi Penurunan


Shield Tunnel (Terowongan Perisai)


Dibangun tahun 1825

Thames River in London

Marc Brunel
Urban
Soft Soil
Area

Shield Tunnel (Terowongan


Perisai)

Geologic Geometri
Condition TBM Terowongan
Tunnel Boring Machine (TBM)
Tunnel Boring Machine (TBM)
Tunnel Boring Machine (TBM)
Cutterhead

Segmental Lining
Tunnel Boring Machine (TBM)


Type of Machine
TBM design conditions
Design Basis
TBM Components
Manufacturing of TBM
Maintenance of TBM
Tunnel Boring Machine (TBM)
Face system TBM type

Earth Pressure Balanced (EPB) type


Closed
Slurry type

Mechanical type

Open Semi-mechanical type

Manual excavation type


EPB TBM
EPB TBM
Slurry TBM
Applicability of machine type
TBM type
Soil type
Open type Closed type

SPT Semi- EPB


Classification mechanical Slurry
blow mechanical W/o injection With injection
Humus 0 NA NA NA AC AC

Alluvial Clay, silt 0-2 NA NA A A A


clay 0-5 NA NA A A A
Sandy silt
Sandy clay 5 - 10 AC AC A A A
Loam, clay 10 - 20 A AC AC A A
Diluvial
Sandy loam 15 - 25 A A AC A A
clay
Sandy clay 25 - A A AC A A
Soft
Mudstone 50 - AC AC AC AC AC
rock
Sand w/ clay 10 - 15 AC AC A A A
Sandy
Loose sand 10 - 30 NA AC AC A A
soil
Stiff sand 30 - AC AC AC A A
Loose gravel 10 - 40 AC AC AC A A
Stiff gravel 40 - AC AC AC A A
Gravel,
boulder Gravel with
--- AC AC AC A AC
boulder
Boulder --- AC NA AC AC AC
Terowongan Gali dan Tutup
Tahap penyelidikan Penyelidikan pada Penyelidikan untuk
Penyelidikan
tahap perencanaan pelaksanaan
pendahuluan
Tinjauan konstruksi konstruksi
Tujuan i) Mengidentifikasi kondisi i) Mendapatkan informasi i) Memastikan apakah utilitas


keseluruhan utilitas bawah untuk perencanaan eksisting akan
tanah konstruksi setelah memengaruhi pekerjaan
ii) Memperkirakan utilitas memastikan kondisi terkait atau tidak.
bawah tanah yang dapat dengan utilitas bawah
memengaruhi tanah yang dapat
pembangunan lintas memengaruhi
bawah; memastikan lokasi- pembangunan lintas
lokasi yang akan dikaji bawah,
setelah penyelidikan ii) Menyiapkan denah utilitas
pendahuluan. bawah tanah.
Metode i) Menggunakan peta i) Penyelidikan di dalam i) Parit uji yang detail pada
pengukuran (plane survey gorong-gorong, utilitas, dan lokasi-lokasi yang
maps) untuk menyelidiki lubang pemeriksaan diperlukan,
posisi lubang pemeriksaan (manhole) eksisting, ii) Memastikan posisi dan
(manhole), ii) Parit uji, kondisi di dalam gorong-
ii) Memeriksa buku catatan iii) Pendugaan magnetik, gorong, utilitas, dan lubang
utilitas bawah tanah iv) Georadar (ground pemeriksaan (manhole)
(dipegang oleh penetrating radar). eksisting.
administrator),
iii) Memastikan dengan
melakukan survei
rekonesan.
Keterangan Dicatat dan dibuat sketsa Dicatat dan dipetakan Berkoordinasi dengan
oleh petugas yang oleh petugas yang petugas pada tahap
berwenang berwenang penyelidikan
pendahuluan dan
perencanaan. Diskusikan
bagaimana cara
menangani pipa-pipa
yang usang atau tidak
terpakai.
Terowongan Gali dan Tutup


Terowongan Gali dan Tutup


Penyelidikan
Penyelidikan kondisi lokasi proyek
Penyelidikan terhadap hambatan
Penyelidikan kondisi bawah permukaan
Penyelidikan untuk perlindungan lingkungan
Penyelidikan tentang hukum dan peraturan terkait
Dasar-dasar Desain
Persyaratan dimensi bagian dalam dan bentuk terowongan
Penempatan dan kelurusan terowongan
Pemilihan metode konstruksi
Prosedur Desain
Kriteria desain
Material
Terowongan Gali dan Tutup


Pembebanan

(1) Tekanan tanah vertikal (EVP)



(2) Tekanan lateral
Tekanan tanah lateral (EHP)
Tekanan air lateral (WHP)
(3) Tekanan pengangkatan (WVP)
(4) Beban mati
Beban mati tetap (D1)
Beban mati tambahan (D2)
(5) Beban hidup dan Impact
Beban lalu lintas (diberikan sebagai fluktuasi tekanan tanah vertikal (1))
Beban kenderaan (L)
Impact (I)
(6) Pengaruh perubahan temperatur dan susut kering (dry shrinkage)
Perubahan temperatur (T)
Dry shrinkage (SH)
(7) Efek gempa bumi (EQ)
(8) Beban konstruksi (ER)
(9) Beban lain
Pengaruh perubahan lingkungan (contoh : perubahan tinggi muka air)
Pengaruh pada konstruksi yang berdekatan (contoh : penggalian, tanggul, dan perubahan
tinggi muka air)
Beban Vertikal

pV (1 ) H
PV : Tekanan tanah vertikal tambahan (kN/m2)
g : Berat jenis tanah di atas terowongan G&T (kN/m3)
(di bawah muka air tanah digunakan berat jenis dalam
kondisi jenuh)

l : Additional rate =0.25 H/B


H : Ketebalan cover terowongan G&T (m)
B : Lebar terowongan (m)
Beban lalu-lintas


Tabel 8.4 Contoh beban lalu lintas permukaan yang mencakup impak1)
1.Beban kendaraan sebesar 250kN dianggap bekerja pada permukaan jalan tanpa clearance
2.Sudut distribusi beban diasumsikan sebesar 550 dengan menggunakan Metode Koglers
3.Impact diperhitungkan jika ketebalan cover kurang dari atau sama dengan 3 m

Ketebalan tutup H (m) 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.5 > 4.5

Beban lalu lintas permukaan


(kN/m2)
35.5 28.5 20.5 15.0 12.0 11.5 10.5 10.0
Ketentuan Pemantauan dan Pengukuran
Perencanaan pemantauan & pengukuran
(pengaturan jenis dan kriteria pengendalian)

Konstruksi
Tergantung situasi Penyelidikan kondisi dibelakang
muka bidang galian

Pemantauan/pengukuran
Pekerjaan perkuatan
(penambahan perkuatan)

Tidak
Perubahan metode konstruksi Aman? (dibandingkan dengan kriteria pengendalian)
(penambahan perkuatan)
Ya

Perubahan metode konstruksi Tidak


Ekonomis? (dibandingkan dengan kriteria pengendalian)
(perkuatan berkurang)

Ya

Perubahan Ya Apakah perubahan kriteria


kriteria pengendalian pengendalian perlu diubah?

Tidak

Tidak
Penyelesaian pekerjaan

Ya

Penyimpanan data
pemantauan & pengukuran
Ketentuan Pemantauan dan Pengukuran

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai