Anda di halaman 1dari 44

ISI PAPARAN

LATAR STANDAR/PEDOMAN
1 BELAKANG TEROWONGAN JALAN
3 4
KEGIATAN LITBANG
TEROWONGAN JALAN

2
PEMILIHAN
TEKNOLOGI
TEROWONGAN
LATAR BELAKANG

3
KONDISI GEOLOGI DI INDONESIA

▰ Kondisi geologi yang bervariasi dan


kompleks sebagai akibat dari
aktivitas tektonik.
▰ Kondisi geologi yang kompleks
membuat pembangunan
terowongan menjadi berisiko,
karena akan berdampak pada
kondisi kestabilan massa
batuan/tanah selama penggalian.
▰ Ketidakstabilan massa
batuan/tanah terjadi karena:
▻ Stand-up time rendah
▻ Tanah pasiran jenuh air
▻ Batuan dengan retakan/kekar

4
PERMASALAHAN
KETIDAKSTABILAN
PADA TEROWONGAN

EVALUASI KONDISI GEOLOGI, GEOTEKNIK & HIDROGEOLOGI


KEKAR DAN BIDANG RETAKAN

EVALUASI KONDISI GEOTEKNIK


diperlukan untuk mengurangi
ketidakpastian & menjamin
pelaksanaan konstruksi KONDISI MEDIA CAMPURAN
terowongan yang aman

KONDISI MEDIA PASIR LEPAS

CONTOH KONDISI GEOLOGI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN


PEMILIHAN TEKNOLOGI
TEROWONGAN
TEKNOLOGI
TEROWONGAN
pemilihan berdasarkan
kondisi media &
rintangan yang
dihadapi
Jalan menyusuri kontur
pegunungan

VS

Terowongan

OPSI TEKNOLOGI UNTUK JALAN DI PEGUNUNGAN


KONTRADIKSI PERENCANAAN GALIAN DALAM DAN TEROWONGAN
GALIAN DALAM TEROWONGAN
• Berusaha menghindari semaksimal mungkin tanah keras atau • Berusaha diletakkan pada ruang yang bertanah keras/batuan
batuan keras
• Alinemen horisontal menyesuaikan kontur permukaan • Alinemen horisontal diusahakan selurus mungkin dengan
(berkelok kelok mengitari bukit) capaian selisih elevasi yang kecil dari satu titik ke titik yang
lain (menembus bukit)

KONTRADIKSI PERENCANAAN GALIAN DALAM & TEROWONGAN


STANDAR/PEDOMAN
TEROWONGAN JALAN
STANDAR & PEDOMAN TEKNIS NASIONAL harus disusun sebagai acuan dalam desain,
pelaksanaan konstruksi dan pemeliharaan untuk menjamin kualitas konstruksi
terowongan jalan

STANDAR & PEDOMAN TEKNIS TEROWONGAN JALAN NEGARA LAIN


Standar & Pedoman
Teknis Nasional

13
PERSYARATAN TEKNIS TEROWONGAN JALAN

NO KRITERIA PERSYARATAN TEKNIS


1 Fasilitas terowongan • Sistem drainase
• Ruang khusus untuk utilitas
• Sistem ventilasi
• Penerangan
• Fasilitas Darurat
2 Gradien terowongan 3% maximum
3 Ventilasi • Ventilasi diperlukan untuk terowongan dengan panjang > 300m dan
AADT ≥ 6000 kendaraan/hari or 75% kapasitas jalan (nilai terkecil)
• Ventilasi diperlukan untuk terowongan dengan panjang ≥ 1000m
• Ventilasi tidak diperlukan jika AADT ≤ 6000 kendaraan/hari
4 Lebar badan jalan Minimum 8 m
5 Ruang bebas vertikal Minimum 5,1 m
6 Panjang jalan keluar Minimum 300 m (untuk penempatan rambu lalu lintas yang diperlukan)
terowongan sampai ke
persimpangan jalan
SNI 8460:2017 PERSYARATAN PERANCANGAN GEOTENIK

Ruang Lingkup Pekerjaan Terowongan

Persyaratan Perancangan Terowongan


Pegunungan/Batuan

Persyaratan Perancangan Terowongan


Perisai

Persyaratan Perancangan Terowongan


Lintas Bawah (Metode Gali-dan-Tutup)

Pertimbangan Lain Dalam


Perancangan
Identifikasi Risiko

Analisis Risiko

MANAJEMEN
RISIKO Kategori Risiko
TEROWONGAN

Mitigati Risiko

Monitoring & Evaluasi

PEDOMAN TEKNIS MANAJEMEN RISIKO TEROWONGAN JALAN


PERKUATAN AWAL
KATEGORI
(Forepoling)
METODE
TAMBAHAN
PERKUATAN KAKI
(pile at sidewall)

DRAINASE AIR TANAH

BETON SEMPROT

JENIS SISTEM BAUT BATUAN


PERKUATAN
TEROWONGAN PENYANGGA BAJA

LANTAI (INVERT)

PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN PENGGALIAN & SISTEM PERKUATAN TEROWONGAN JALAN


PADA MEDIA CAMPURAN TANAH-BATUAN
KUALIFIKASI
PERSONEL

 Tahap
PERSYARATAN persiapan PROSEDUR
 Material
MATERIAL buangan
 Survei, PELAKSANAAN
pengukuran &
 Beton semprot
pemantauan
 Baut batuan
 Pelaksanaan
 Penyangga baja
penggalian
 Forepoling
 Pelaksanaan
 Perkuatan kaki
pemasangan
 Well point
sistem
perkuatan

PERSYARATAN Peralatan:
PENGENDALIAN
PERALATAN  Penggalian
 Pembuangan
material  Penggalian
MUTU
 Pemasangan  Sistem
sistem perkuatan
perkuatan

PERTIMBANGAN
K3

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PENGGALIAN & SISTEM PERKUATAN TEROWONGAN JALAN


PADA MEDIA CAMPURAN TANAH-BATUAN
TAHAPAN PERENCANAAN & PELAKSANAAN TEROWONGAN JALAN
PENENTUAN KATEGORI TANAH/BATUAN
KELAS/KATEGORI TANAH/BATUAN
KELAS/KATEGORI TANAH/BATUAN
PEMILIHAN METODE PENGGALIAN & SISTEM PERKUATAN
 PENDEKATAN EMPIRIS
Kriteria Pemilihan Jenis Perkuatan
Penampang Melintang Tipikal Penampang Memanjang Tipikal
Pola Perkuatan & Dinding Terowongan Pola Perkuatan & Dinding Terowongan

SKEMA TIPIKAL POLA PERKUATAN DAN DINDING SERTA DEFORMASI IZIN


METODE PENGGALIAN & SISTEM PERKUATAN
KONDISI BENTUK & METODE DAMPAK PADA
METODE PENGGALIAN UKURAN PENEROWONG STRUKTUR &
TANAH/ PENAMPANG AN YANG LINGKUNGAN
BATUAN PENGGALIAN DIGUNAKAN SEKITAR

SKEMA METODE PENGGALIAN


TIPIKAL METODE TAMBAHAN & KEGUNAANNYA (JSCE, 2006)
METODE TAMBAHAN: PERKUATAN AWAL
METODE TAMBAHAN: PERKUATAN MUKA BIDANG GALIAN
METODE TAMBAHAN: PERKUATAN KAKI TEROWONGAN
METODE TAMBAHAN: PENGENDALIAN ALIRAN AIR
Bagian mahkota/atap
terowongan

Bagian Bagian
bawah bawah mahkota
Jalan
akses

Bagian
bawah

Lantai

CONTOH & ILLUSTRASI PELAKSANAAN PENGGALIAN


lubang-ledak kontur
lubang-ledak produksi

daerah pemotongan

lubang-ledak kosong

PEMBUATAN LUBANG-LEDAK MENGGUNAKAN BOOM ELECTRO HYDRAULIC JUMBO

Tahap peledakan

Evaluasi kondisi geologi dan sistem perkuatan

METODE PENGGALIAN DRILL & BLAST


Keterangan gambar:
1 adalah kepala pemotong
2 adalah dongkrak
3 adalah konveyor ulir
4 adalah konveyor sabuk dan penampungan material galian di troli

MESIN BOR TEROWONGAN (TUNNEL BORING MACHINE)


Roadheader dapat digunakan pada media batuan sedang dan batuan dengan
retakan/kekar dengan Rock Mass Rating (RMR) antara 30-60.

PENGGALIAN TEROWONGAN DENGAN ROADHEADER


Ripper

Excavator dapat digunakan pada terowongan di media batuan lunak


atau batuan dengan retakan/kekar (RMR <30) atau tanah

METODE PENGGALIAN MEKANIS


KEGIATAN LITBANG
TEROWONGAN JALAN DI PUSJATAN
PROYEK PEMBANGUNAN
TEROWONGAN DI INDONESIA
PROYEK PEMBANGUNAN TEROWONGAN JALAN CISUMDAWU
merupakan contoh proyek pembangunan terowongan pada daerah perbukitan
(mountain tunnel) dengan menggunakan metode NATM.
 Kajian litbang dilakukan pada proyek ini & hasilnya menjadi dasar & masukan
untuk penyusunan pedoman perencanan & pelaksanaan di media campuran
tanah-batuan.
 Kerjsama litbang dengan Public Work Research Institute (PWRI), Japan,
untuk menyusun pedoman teknis metode tambahan (auxiliary method).

PROYEK PEMBANGUNAN TEROWONGAN KERETA API MRT


merupakan contoh proyek pembangunan terowongan pada daerah perkotaan tunnel)
dengan menggunakan metode terowongan perisai (shield tunneling)
 Kerjasama litbang dilakukan dengan PT. MRT Jakarta untuk menyusun
pedoman perancangan & pelaksanaan terowongan perisai dengan metode
keseimbangan tekanan tanah.

Kegiatan litbang focus terutama untuk penyusunan STANDAR & PEDOMAN


TEKNIS berdasarkan KONDISI & PENGALAMAN DI INDONESIA
PENYUSUNAN PEDOMAN TEROWONGAN JALAN

Pedoman teknis yang Sebagian besar kriteria Aspek tambahan


diacu dari Jepang & merujuk kepada SNI 8460 mengacu pada
USA 2017 (Persyaratan International
Perancangan Geoteknik) Tunnelling
Association, ITA

KAJIAN TERHADAP STANDAR/PEDOMAN YANG TELAH ADA


KAJIAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN TEROWONGAN CISUMDAWU

Posisi Instrumentasi pada  Instrumentasi


Penampang Melintang INKLINOMETER &
EKSTENSOMETER
dipasang pada portal inlet
& outlet terowongan
jalan Cisumdawu.
 Mengetahui deformasi
lateral & vertikal yang
terjadi akibat proses
penggalian terowongan
Posisi Instrumentasi pada
Penampang Memanjang

PEMASANGAN INSTRUMENTASI
KAJIAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN TEROWONGAN CISUMDAWU

Skema Perkuatan Terowongan Cisumdawu

SKEMA PENGGALIAN

Geometri Model Numerik Deformasi selama proses penggalian


Terowongan Cisumdawu

EVALUASI STABILITAS MODEL NUMERIK 3D


KAJIAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN TEROWONGAN MRT
Evaluasi prosedur desain & metode yang
dilakukan berdasarkan studi kasus proyek
MRT Jakarta

Kesimpulan untuk menggunakan proses


desain & metode tertentu

Shield cutter and position of pressure gauge


(Shimizu-Obayashi-Wijaya-Jaya,SOWJ, 2015)

EVALUASI DESAIN TEKANAN TANAH


KAJIAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN TEROWONGAN MRT
Cumulative displacement (mm)
A (Direction to Meridien Building)
-10 Deformasi lateral yang dievaluasi berdasarkan
-9
inklinometer (instrumentasi lapangan)
- -8
-7
A
B
-6 (Direction to Meridien
(Direction to HSBC
Tunnel direction Building)
Building)
-5 Displacement (mm)
-4 -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-3 0
Displacment 1
direction -2
2
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 -1
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10
D (Direction C (Direction 3
0
to D-Wall) to Setiabudi
1 4
Station)
2 5

3 6

4 7

5 8

6 9
Ground water level (-10.10m)
November 28, 2016 (08:00 AM) 7 10
December 08, 2016 (01:00 AM)
December 09, 2016 (01:00 AM) 8 11
December 10, 2016 (01:00 AM) 12
December 11, 2016 (04:00 PM) 9
April 06, 2017 (01:00 PM)
10 13
14
B (Direction to HSBC Building)
Simulasi Numerik

Depth (m)
15
3.45 m
16
17
-30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35
3.00 Evaluasi numerik & 18
19
CROSS SECTION 1-10 (21 NOV 2016-9 APR 2017)
ACTUAL DEFORMATION (AVERAGE VALUE) 2.00 analitik dilakukan & 6.65 m
20
21
MOHR-COULOMB MODEL
dibandingkan dengan 22
Deformation (cm)

HARDENING SOIL MOEL 1.00 23

0.00
hasil pemantauan di Tunnel position
24
25

-1.00
lapangan untuk (Not Scaled) 26
27

menentukan metode 28
29
-2.00
perhitungan desain yang 30
November 28, 2016 (08:00 AM)
December 08, 2016 (01:00 AM)
-3.00
Distance (m) tepat December 09, 2016 (01:00 AM)
December 10, 2016 (01:00 AM)
December 11, 2016 (04:00 PM)
April 06, 2017 (01:00 PM)
Penurunan permukaan berdasarkan pengukuran lapangan & simulasi
numerik

EVALUASI DESAIN PENURUNAN PERMUKAAN & DEFORMASI LATERAL


TERIMA KASIH!

43
FAHMI ALDIAMAR
HARDIANSYAH PUTRA
SUSY K ARIESTIANTY
DESYANTI

44

Anda mungkin juga menyukai