Anda di halaman 1dari 9

ANALISA KESTABILAN LERENG

MENGGUNAKAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.22/PRT/M/2007 DAN METODE BISHOP


(STUDI KASUS: KECAMATAN SELOMERTO, KABUPATEN WONOSOBO)
Wardah Yustisia Dewi Rizka Desi Saputri Ilham Bayu Aji Masita Fika Maghfiroh
5113414024 5113414025 5113414055 5113414056
Yustisiadewi96@gmil.com riskasipil@gmail.com Ilhambayuaji.jr@gamil.com Fika.masita@gmail.com
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Kampus Unnes Gd E4, Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229

ABSTRAK

Analisis stabilitas lereng merupakan hal yang diperlukan untuk mengetahui seberapa kuat suatu lereng dalam
menahan gaya geser yang mendorognya. Salah satunya menggunakan Metode Bishop yang dapat diketahui bahwa lereng
memiliki nilai faktor keamanan 2,04. Dengan kondisi yang tergolong stabil tersebut kemudian dilakukan pula permodelan
menggunakan program plaxis agar hasil lebih mendukun, yang diketahui bahwa lereng memiliki total pergeseran sebesar
1500 m sehingga diperlukan pemasangan angkur yang mampu menekan angka deformasi lereng menjadi 16,57 x 10-3 m
dengan angka keamanan akhir sebesar 2,066.

Kata Kunci: Kestabilan lereng; metode bishop; plaxis

1. PENDAHULUAN podsolik yang memiliki karakteristik mudah mengalami


Lereng merupakan suatu bidang yang memiliki pencucian oleh air hujan dengan tekstur tanah lempung
kemiringan tertentu dan berpotensi terjadi kelongsoran berpasir. Selain itu Kecamatan Selomerto memiliki
apabila berada dalam kondisi yang tidak stabil (Wesley intensitas curah hujan mencapai 70 mm/ jam atau 100
dan Pranyoto, 2010). Jika komponen gravitasi lebih besar mm/ hari, dengan curah hujan tahunan mencapai lebih
untuk menggerakkan lereng yang melampaui perlawanan dari 2500 mm.
terhadap pergeseran yang dikerahkan tanah pada bidang
longsornya maka dimungkinan akan terjadi kelongsoran 3. METODOLOGI
tanah. 3.1 Metode Pengharkatan Berdasarkan Peraturan
Analisis stabilitas lereng merupakan proses Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007
menghitung dan membandingkan tegangan geser yang Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
terbentuk sepanjang permukaan longsor yang paling 22/PRT/M/2007 merupakan salah satu Pedoman
mungkin dengan kekuatan geser dari tanah yang Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor yang
bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan terdiri dari beberapa parameter fisik suatu lereng untuk
faktor aman dari bidang longsor yang mana sebagai nilai mengetahu tingkat kerawanan longsor.
banding antara gaya yang menahan dan gaya yang Penilaian harkat setiap indikator melalui
menggerakkan tanah tersebut. perkalian antara skor indikator dengan bobot penilaian
Dalam menentukan analisis stablititas lereng tingkat kerawanan setiap variabel.Penilaian terhadap
tersebut beberapa metode dapat digunakan, diantaranya: tingkat kerawanan zona berpotensi longsor dapat
Metode Peraturan Menteri PU, metode Bishop, dan diketahui dari penjumlahan jumlah harkat aspek fisik
anilisis kekuatan lereng menggunakan PLAXIS. alami dan jumlah harkat aspek aktifitas manusia
kemudian dibagi dua. Untuk mengetahui tipe zona
2. LOKASI PENELITIAN potensi longsor digunakan gambar berikut:
Wilayah studi yang dikaji adalah Kabupaten
Wonosobo tepatnya Kecamatan Selomerto. Secara
administratif Wonosobo berbatasan langsung dengan
enam kabupaten, yaitu: Sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kendal dan
Kabupaten Batang; timur berbatasan dengan Kabupaten
Temanggung dan Kabupaten Magelang; Sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Purworejo dan Kabupaten
Kebumen; serta di barat berbatasan dengan Kabupaten
Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen. Secara garis
besar jenis tanah penyusun Kabupaten Wonosobo terbagi
menjadi Tanah andosol (25%), tanah Regosol (40%), dan
tanah Podsolik (35%) yang terdapat di Kecamatan
Selomerto, Kecamatan Leksono dan Kecamatan Sapuran.
Lokasi penelitian berpusat pada Kecamatan
Selomerto Kabupaten Wonosobo. Secara georafis
Kecamatan Selomerto terletak antara 70 22 32 sampai (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
7027 28 Lintang Selatan (LS) dan 1090 51 58 sampai 22/PRT/M/2007)
1090 56 47 Bujur Timur (BT), serta berada pada Gambar 1. Tipologi zona berpotensi longsor berdasarkan
ketinggian berkisar antara 560 m diatas permukaan laut. hasil kajian hidrogeomorfologi
Memiliki luas daerah 3971 Ha, dengan jenis tanah
3.2 Metode Bishop Yang Disederhanakan (Simplified Keterangan:
Bishop Method) F = faktor aman
Metode Bishop Yang Di Sederhanakan untuk c = kohesi tanah efektif (kN/m2)
menentukan bidang gelincir yang dapat terjadi pada Wi = berat irisan tanah ke-i (kN)
lereng sehingga dapat mengetahui batas minimal faktor i = sudut
keamanan stabilitas lereng tebing. bi = lebar irisan ke-i (m)
Metode Bishop adalah Metode yang = sudut gesek dalam efektif (o)
diperkenalkan oleh A.W. Bishop menggunakan cara ru = rasio tekanan air pori
potongan dimana gaya-gaya yang bekerja pada tiap
potongan ditunjukkan seperti pada gambar Metode 3.3 Perhitungan dan anilisis kekuatan lereng dengan
Bishop disederhanakan (Bishop,1955 dalam Hardiyatmo, Program PLAXIS 2D
2003:364) menganggap bahwa gaya-gaya yang bekerja Kemudian untuk perhitungan stabilitas lereng
pada sisi-sisi irisan mempunyai resultan nol pada arah digunakan Program Plaxis 2D serta analisis kelongsoran
vertikal. Metode Bishop dipakai untuk menganalisis lereng setelah penanganan. Dari hasil output perhitungan
permukaan gelincir (slip surface) yang berbentuk didapatkan angka kemanan untuk gravity loading.
lingkaran. Persyaratan keseimbangan dipakai pada
potongan-potongan yang membentuk lereng tersebut. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode Bishop menganggap bahwa gaya-gaya yang 4.1 Metode Pengharkatan Berdasarkan Peraturan
bekerja pada irisan mempunyai resultan nol pada arah Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007
vertikal (Bishop,1955). Berdasarkan hasil pengamatan di Kecamatan
Selomerto Kabupaten Wonosobo diperoleh data sebagai
berikut:

Tabel 1. Persentase Kemiringan Lereng


Kemiringan Lereng
Nomor Klasifikasi
Dalam Keterangan
Lereng Dalam persen Tipe Zona
derajat
Zona berpotensi longsor pada daerah kaki
2 15o Tipe B
gunung, kaki pegunungan, kaki bukit, kaki
perbukitan, dan tebing sungai dengan
kemiringan lereng berkisar antara 21%
4 12o Tipe B sampai dengan 40%, dengan ketinggian
500 meter sampai dengan 2000 meter di
atas permukaan laut.
Zona berpotensi longsor pada
daerah lereng gunung, lereng pegunungan,
lereng bukit, lereng perbukitan, dan tebing
3 20o Tipe A
sungai dengan kemiringan lereng lebih dari
40%, dengan ketinggian di atas 2000
meter di atas permukaan laut.
Zona berpotensi longsor pada daerah
5 2o Tipe C
dataran tinggi, dataran rendah, dataran,
tebing sungai, atau lembah sungai dengan
kemiringan lereng berkisar antara 0%
1 6o Tipe C sampai dengan 20%, dengan ketinggian 0
sampai dengan 500 meter di atas
permukaan laut.

Gambar 2. Peta jenis tanah Kabupaten Wonosobo Gambar 3. Peta jenis geologi Kabupaten Wonosobo
Gambar 4. Peta kemiringan lereng Kabupaten
Wonosobo Gambar 6. Peta kepadatan penduduk Kabupaten
Wonosobo

Gambar 5. Peta banyaknya curah hujan Kabupaten


Wonosobo

Masing-masing indikator tingkat kerawanan berdasarkan aspek fisik alami dan aspek fisik manusia diberikan
bobot indikator sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria Aspek Fisik Alami


Indikator Nilai Bobot Lereng 1 Lereng 2 Lereng 3 Lereng 4 Lereng 5
Kemiringan Lereng 0,60 0,60 0,90 0,30 0,30
Kondisi Tanah 0,30 0,45 0,30 0,45 0,30
Batuan Penyusun Lereng 0,40 - 0,60 - 0,40
Curah Hujan 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60
Tata Air Lereng 0,21 0,14 0,21 0,21 0,21
Kegempaan 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
Vegetasi 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
Jumlah Bobot 2,19 1,94 2,69 1,64 1,89

Tabel 3. Kriteria Aspek Fisik Manusia


Indikator Nilai Bobot Lereng 1 Lereng 2 Lereng 3 Lereng 4 Lereng 5
Pola Tanam 0,20 0,20 0,10 0,20 0,20
Penggalian dan
0,40 - 0,40 - 0,40
Pemotongan Lereng
Pencetakan Kolom 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20
Drainase 0,20 0,40 0,20 0,40 0,20
Pembangunan Konstruksi 0,40 0,20 0,40 0,20 0,40
Kepadatan Penduduk 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20
Usaha Mitigasi 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20
Jumlah Bobot 1,8 1,6 1,7 1,6 1,8
4.2 Metode Bishop Yang Disederhanakan Parameter tanah:
(Simplified Bishop Method)

Berdasarkan Persamaan daan parameter tanah yang ada,


maka menggunakan Ms Excel didapat table perhitungan
sebagai berikut

Dari rumus diatas didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:

Berdasarkan metode Bishop maka diperoleh faktor keamanan sebesar 2,04

4.3 Perhitungan dan anilisis kekuatan lereng dengan Program PLAXIS 2D


Dalam analisis kestabilan lereng perhitungan dilakukan secara komputasi menggunakan program Plaxis 2D,
dengan dicobakan dua lereng yang mana satu merupakan kondisi awal lereng tanpa perbaikan dan selanjutnya dicoba untuk
dipasang suatu perkuatan.
4.3.1 Kondisi Awal Tanpa Perkuatan

Gambar 7. Jendela permodelan geometri yang akan dianalisis

Gambar 8. Jendela tegangan efektif

Gambar 9. Jaring elemen terdeformasi


Gambar10. Arah gerakan tanah dan penurunan akibat Gravity Loading kondisi awal

Gambar 11. Angka keamanan akibat Gravity Loading dan Vertical Loading kondisi awal

Berdasarkan data-data yang telah diketahui diatas dan dimasukkan ke dalam program Plaxis maka didapatkan
faktor keamanan sebesar 2,065 dan lereng mengalami deformasi sebesar 1500 m.

1.1.1 Analisis Lereng dengan Perkuatan


Dari hasil output perhitungan pada langkah-langkah sebelumnya, didapatkan angka kemanan lereng yang sudah stabil
akan tetapi deformasi total yang dimiliki masih cukup besar. Maka dicoba menggunakan perkuatan angkur dengan hasil
sebagai berikut:

Gambar 12. Hasil input data material anchored


Gambar 13. Hasil tegangan efektif setelah dipasang dengan angkur

Gambar 14. Arah gerakan tanah dan penurunan akibat Gravity Loading lereng dengan angkur

Gambar 15. Angka keamanan akibat Gravity Loading dan Vertical Loading lereng dengan angkur
Dari hasil output diatas maka angka keamanan 5. KESIMPULAN
untuk gravity loading yaitu sebesar 2,066 dimana lereng Melalui analisis data kestabilan lereng
tetap pada keadaan stabil, akan tetapi deformasi lereng Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo dapat
jauh bekurang menjadi 0,017 m, sehingga lereng dalam diambil kesimpulan sebagai berikut:
keadaan stabil. Dari analisis kerawanan longsor Metode
Pengharkatan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 22/PRT/M/2007 di Kecamatan
Solomerto Kabupaten Wonosobo memiliki
nilai akhir:

Table 4. Nilaik akhir pengharkatan


Klasifikasi Tingkat
Nomor Tingkat Jumlah
Zona Kerawanan
Lereng Kemiringan Pengharkatan
Kerawanan Longsor
1 13,3% Zona C Sedang
2 33,3% Zona B Sedang
3 44,4 % 2,195 Zona A Sedang
4 26,7% Zona B Rendah
5 4,4% Zona C Sedang

Maka dari 5 lereng hanya terdapat satu lereng


yang memiliki kriteria zona A dengan tinkat
kerawanan longsor sedang.
Metode Bishop
Berdasarkan metode Bishop maka diperoleh
faktor keamanan sebesar 2,04
Metode Permodelan Plaxis 2D
1. Lereng tersebut mempunyai faktor keamanan
dengan menggunakan metode Bishop sebesar
2,04 dan menggunakan Plaxis 2D sebesar
2,065
2. Total Longsoran yang terjadi sebelum
pemasangan angkur sebesar 1500 m
3. Setelah dipasang perkuatan berupa angkur
maka didapatkan faktor keamanan sebesar
2,066 dan total longsoran 16,57 x 10-3 m

DAFTAR PUSTAKA
[1] Fachrudin Arrozi. 2015. Analisis Stabilitas Lereng
Berdasarkan Pengaruh Hujan Bulanan Maksimum
di DAS Tirtomoyo Wonogiri Menggunakan Metode
Bishop Disederhanakan (Studi Kasus di Dusun
Pagah, Hargantoro, Tirtomoyo, Wonogiri).
Surakarta : Universitas Sebeas Maret
[2] Depertemen Pekerjaan Umum. 2007. Pedoman
penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana
Longsor. Jakarta: Depertemen Pekerjaan Umum
[3] Arif, Firman Nur. 2015. Analisis Kerawanan Tanah
Longsor dan Mitigasi Bencana di Kecamatan
Kemiri Kabupaten Purworejo. Universitas Negeri
Semarang

Anda mungkin juga menyukai