Anda di halaman 1dari 3

Jurnal Natural

Vol. 14, No. 2, 2014


ISSN 1141-8513

INTERPRETASI POTENSI MASSA LONGSORAN DENGAN


METODA GEOLISTRIK (STUDI KASUS DAERAH GAYO
LUES)
Muchlis

Prodi Teknik Pertambangan


Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Darussalam - Banda Aceh

Abstract.  Salah satu indikasi suatu kawasan memiliki potensi longsor adalah terbentuk bidang gelincir di sepanjang
lereng. Bidang gelincir ini terbentuk karena perbedaan lapisan antara lapisan penutup (tanah bagian atas) dengan lapisan
yang berada di bawahnya. Lapisan paling atas sebuah lereng biasanya adalah lapisan tanah yang lolos air sehingga air
hujan bisa dengan mudah terinfiltrasi ke dalam lereng. Namun air hujan yang terinfiltrasi atau masuk ke dalam tanah
tersebut sering kali tidah bisa terus masuk ke jauh ke dalam tanah karena ada lapisan tidak tembus air (impermeable)
yang menjadi bidang telincir. Metode geolistrik resistivitas umumnya digunakan untuk eksplorasi dangkal, sekitar 300 –
500 m. Prinsip dalam metode ini yaitu arus listrik diinjeksikan ke alam bumi melalui dua elektrode arus, sedangkan beda
potensial yang terjadi diukur melalui dua elektrode potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik dapat
diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada lapisan di bawah titik ukur. Dari variasi beda resistivitas ini bisa diketahui
perlapisan bawah perbukaan tanah dan pada lapisan berapa terdapat lapisan bidang gelincir. Dari penelitian ini
diharapkan akan adanya penampang resistivitas tanah 2D yang menunjukkan kedalaman dan dimensi bidang gelincir
pada lereng yang dikaji sehingga dapat memberikan rekomendasi tentang metode penstabilan lereng yang sesuai.

Kata Kunci: Geolistrik, Bidang Gelincir Longsor, Resistivitas Batuan/Tanah.

I. INTRODUCTION Bencana Daerah (BPBD) Kab. Gayo Lues telah


menginisiasi pemetaan kawasan rawan bencana
Secara Geologi, Kabupaten Gayo Lues bencana. Salah satu peta rawan bencana yang
mempunyai sejarah yang kompleks ditandai oleh dibuat adalah Peta Bahaya/Ancaman Tanah
adanya tiga siklus pembentukan endapan sedimen Longsor. Pada peta tersebut, Kab. Gayo Lues
gunungapi Pra-Tersier yang dipisahkan oleh tiga dibagi kepada tiga tingkatan bahaya tanah longsor
episoda deformasi Kenozoikum berupa patahan dan yaitu; tinggi, sedang dan rendah dan Kab. Gayo
pergeseran[1]. Batuan tertua di daerah tersebut Lues sebagaian besarnya masuk dalam kategori
ditempati oleh batuan malihan derajat tinggi (batu kawasan tinggi bahaya tanah longsor. Skala peta
sabak, metaserpih dan metakuarsit arenit) Formasi tersebut sangatlah kasar sehingga perlu dilakukan
Kluet (Puk) berumur Akhir Paleozoikum yang pendetailan untuk mendapatkan data yang lebih
diendapkan pada lingkungan cekungan ensialic di akurat lagi.
kedalaman air sedang. Di atasnya diendapkan Dalam upaya pengurangan risiko bencana
selang-seling batugamping dengan batuan tanah longsor dan untuk menandai kawasan yang
gunungapi mafik Peusangan Group berumur akhir berpotensi longsor, maka perlu dilakukan
Permian ~ akhir Triasik pada lingkungan laut pengukuran secara detail dan menyeluruh pada
dangkal yang terpotong oleh patahan naik Takengon kawasan lereng yang terbentuk dari tanah dan
yang terjadi pada Tersier. Selain kondisi geologi berpotensi longsor. Salah satu indikasi suatu
yang sangat komplek, pelapukan batuan yang sangat kawasan memiliki potensi longsor adalah
tinggi juga menjadikan kawasan Gayo Lues rawan terbentuk bidang gelincir di sepanjang lereng.
terhadap bencana geologi seperti tanah longsor. Bidang gelincir ini dikarenakan perbedaan lapisan
Selain kondisi yang komplek, Kab. Gayo Lues antara lapisan penutup (tanah bagian atas) dengan
berada di kawasan yang memiliki marfologi lapisan yang berada dibawahnya. Lapisan paling
perbukitan dan pergunungan dengan ketinggian atas sebuah lereng biasanya adalah lapisan tanah
berkisar dari 400-1200 meter di atas permukaan laut yang lolos air sehingga air hujan bisa dengan
(m dpl). Pada tahun 2012, Badan Penanggulangan mudah terinfiltrasi ke dalam lereng. Namun air
hujan yang terinfiltrasi atau masuk ke dalam tanah
INTERPRETASI POTENSI MASSA LONGSORAN DENGAN METODA GEOLISTRIK (STUDI KASUS DAERAH GAYO LUES)
_____________________________________________________________________________________________________________

tersebut sering kali tidak bisa terus masuk ke jauh ke Resistivitimeter Jenis Super String R8 IP
dalam tanah karena ada lapisan tidak tembus air Multichannel. Proses pengukuran dilakukan
(impermeable) yang menjadi bidang telincir. Bidang dengan cara memasang elektroda arus dan
gelincir ini bisa dideteksi menggunakan geolistrik elektroda potensial dengan arah bentangan tegak
resistivitas karena antara lapisan tanah bagian atas lurus terhadap arah jurus lereng atau tegah lurus
dengan lapisan bawah yang tidak tembus memiliki dengan arah jalan. Elektroda arus yang dipasang
nilai kontras resistivitas yang tinggi. berfungsi untuk mengalirkan arus dan elektroda
Penggunaan metode resistivitas untuk mendeteksi potensial berfungsi untuk mengukur nilai potensial
bidang gelincir longsor pada sebuah lereng telah yang direspon akibat injeksi arus[4].
banyak dilakukan oleh Sugito dan kawan-kawan Setelah studi pustaka dan lapangan, penelitian
pada tahun 2010 yang melakukan investigasi bidang lain yang akan dilakukan adalah pemproseskan
gelincir tanah longsor menggunakan metode atau pengolahan data dengan cara inversi
geolistrik tahanan jenis di desa Kebarongan Kec. menggunakan software Earth Imager 2D. Data
kemranjen Kab. Banyumas [2]. Dari hasil Citra berupa penampang 2-Dimensi kondisi bawah
investigasi mereka di temukan bahwa Bidang permukaan lereng yang dihasil oleh software harus
gelincir terletak pada kedalaman 10 - 14 m, yang memiliki RMS error di bawah 10%. Tahapan
dapat diinterpretasikan sebagai batulempung dengan selanjutnya yang akan dilakukan interpretasi
nilai resistivitas sebesar 11 Ωm sebagaimana (penafsiran) data untuk menilai dimensi bidang
ditunjukkan pada Gambar 1. gelincir. Apabila dimensi bidang gelincir sudah
didapatkan maka proses selanjutnya adalah
memperkirakan metode penstabilan lereng yang
sesuai diaplikasikan di tempat tersebut.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar1. Hasil penampang resistivity
Lintasan pengukuran mengambil tempat di sekitar
Pada tahun 2012, Darsono dan kawan-kawan juga jalan bawah lereng dekat perumahan penduduk.
melakukan pendugaan bidang gelincir menggunakan Pengukuran tegak lurus dengan kemiringan lereng.
metode geolistrik konfigurasi dipole-dipole di desa Panjang total bentangan pada lintasan 2 ini adalah
Pablengan Kecamatan Matesih Kabupaten 110 meter dengan spasi antar elektroda 2 meter.
Karanganyar [3]. Hasil penelitianya menunjukkan Elektroda 1 terletak pada koordinat 3°58'7.55" LU,
bahwa bidang gelincir terdeteksi dengan kedalaman 97°25'50.21" BT dan elektroda 56 terletak pada
dari permukaan bervariasi dari 1,7 meter – 17 meter koordinat 3°58'7.86" LU, 97°25'53.95" BT dengan
dengan nilai tahanan jenis 19,3 Ω m – 35,5 Ω m sudut azimut lintasan 85o dari Utara. Karena
yang berupa lapisan lempung basah. Pada bagian pengukuran ini dilakukan pada kaki lereng,maka
atas bidang gelincir terdeteksi diduga lapisan batuan tidak terdapat perbedaan elevasi yang signifikan
lapuk/berupa lempung pasiran sampai pasir antara elektroda 1 dengan elektroda 56.
lempungan yang dapat menyimpan kandungan air, Pengukuran sekitar kaki lereng ini dilakukan untuk
dengan variasi tahanan jenis 35,5 Ω m – 170 Ω m mendapat bidang gelincir yang tegak lurus dengan
dengan ketebalan lapisan + 10 meter. Jika arah gelincir. Kedalaman dan luasan tanah yang
hujan/curah hujan yang tinggi, kemungkinan air akan turun bisa menjadi petunjuk awal tentang
akan terakumulasi di lapisan tersebut dan bisa kawasan yang rawan di kaki lereng, mengingat di
menyebabkan bencana tanah longsor. kaki lereng terdapat beberapa bangunan public dan
perumahan penduduk. Kedalaman dan keluasan
bidang gelincir ini juga bisa menjadi pertimbangan
II. METODOLOGI apabila ke depan ingin dilakukan pekerjaan
penguatan tebing/lereng.
Penelitian ini dimulai dengan melakukan studi
pustaka dan survey lapangan. Studi pustaka
dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai
kondisi geologi dan marfologi kawasan Gayo Lues.
Sedangkan survey lapangan dilakukan untuk
kawasan lereng mana saja yang rentan terhadap
bencana tanah longsor.
Setelah ditentukan kawasan-kawasan yang
memiliki potensi tanah longsor, tahap selanjutnya
yang akan dilakukan adalah pengukuran lapangan
atau akuisisi data geolistrik profiling 2-Dimensi. Gambar2. Peta lokasi lintasan
Akuisisi data dilakukan menggunakan peralatan

40
INTERPRETASI POTENSI MASSA LONGSORAN DENGAN METODA GEOLISTRIK (STUDI KASUS DAERAH GAYO LUES)
_____________________________________________________________________________________________________________

apabila curah hujan meningkat maka akan


sangat dimungkinkan terjadinya gerakan tanah
atau tanah longsor terlebih lagi pada bidang
gelincir B. Apabila ke depan ingin dilakukan
pekerjan penguatan tebing berupa pemasangan
retaining wall atau pemasang soilnail atau
penguatan menggunakan tiang. Maka
kedalaman soil nail atau tiang pancang yang
harus dipasang tempat tersebut harus lebih
dalam dari kedalaman bidang gelincir.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Semua


Potensi longsoran A Potensi longsoranB pihak yang telah membantu terutama masyarakat
Desa Badak Ukeun Gayo Lues yang telah
Gambar3. Imaging resistivity bawah permukaan membantu terlaksananya pengambilan data secara
aman.

KESIMPULAN REFERENSI

1. Bidang gelincir A yang ditandai dengan titik


putus-putus berwarna hitam terdapat mulai jarak 1. A.J. Barber, M.J.Crow, J.S.Wilson, 2005,
36 meter menerus ke bawah sampai kedalaman 3 Sumatra: Geology,Resource and tectonic
meter di jarak 48 meter dan naik ke atas pada Evolution, Geological Society no.31.
jarak 64 meter. Lapisan batuan/tanah yang
menjadi bidang gelincir memiliki nilai 2. Sugito, Zaroh Irayani, dan Indra Permana Jati,
resistivitas 25 Ωm yang diduga sebagai lapisan 2010, Investigasi Bidang Gelincir Tanah
tanah lempung yang kedap air. Longsor Menggunakan Metode Geolistrik
2. Bidang gelincir B yang ditandai dengan garis Tahanan Jenis di Desa Kebarongan Kec.
putus-putus berwarna hitam, mulai terdapat pada Kemranjen Kab. Banyumas,Berkala Fisika,
jarak 66 – 110 meter. Bidang gelincir B ini Vol. 13 , No. 2, , hal 49 – 54
paling dalam terdapat pada jarak 90 meter
dengan kedalaman 13 meter dari permukaan 3.  Darsono, Bambang Nurlaksito, Budi Legowo,
tanah. Bidang gelincir B ini memiliki nilai 2012, Identifikasi Bidang Gelincir Pemicu
resistivitas sama dengan bidang gelincir A yang Bencana Tanah Longsor Dengan Metode
juga diduga sebagai lapisan lempung yang kedap Resistivitas 2 Dimensi Di Desa Pablengan
air. Luasnya bidang gelincir B menjadi indikasi Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar,
bahwa terdapat potensi gerakan tanah dengan Indonesian Journal of Applied Physics (2012)
volume tanah yang lebih besar dibandingkan Vol.2 No.1 hal. 51.
pada bidang gelincir A.
3. Dengan diketahuinya jumlah dan kedalaman 4. Reynold J.M,1997. An Introduction to Applied
bidang gelincir yang terdapat di kaki lereng desa and Environmental Geophysics, John Wiley
tersebut, mudah-mudah bangunan public atau and Sons Ltd., New York.
perubahan yang terdapat pada ke-2 bidang
gelincir tersebut bisa segera dipindahkan karena

41

Anda mungkin juga menyukai