Anda di halaman 1dari 2

NAMA : YOSEP BASTIAN N

NIM : R1A119013

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN METODE


GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER – SCHLUMBERGER
DI KECAMATAN POASIA

Bencana tanah longsor atau sering kemiringan lereng, litologi, sesar dan
disebut gerakan tanah semakin sering kekar pada batuan.Faktor pemicu adalah
terjadi di Indonesia dari tahun ketahun. faktor yang menyebabkan bergeraknya
Tanah longsor merupakan salah satu material tersebut seperti curah hujan,
kejadian alam yang terjadi di wilayah gempabumi, erosi kaki lereng dan aktivitas
peggunungan, terutama di musim hujan. manusia (Naryanto, 2013; Naryanto,
Kondisi tektonik di Indonesia yang 2017). Tanah longsor adalah bencana alam
membentuk morofolagi tinggi, patahan, yang mengakibatkan hilangnya nyawa
batuan vulkanik yang mudah rapuh serta manusia dan menyebabkan kerusakan luas
ditunjang dengan iklim di Indonesia yang pada properti dan infrastruktur.Tanah
berupa tropis basah, sehingga longsor, secara umum mencakup semua
menyebabkan potensi tanah longsor gerakan ke bawah atau tiba-tiba material
menjadi tinggi.Hal ini ditunjang dengan permukaan seperti tanah liat, pasir, kerikil
adanya degradasi perubahan tataguna dan batu.Tanah longsor merupakan salah
lahan akhir-akhir ini, menyebabkan satu bencana utama yang merusak di
kejadian tanah longsor menjadi semakin daerah pegunungan, yang diaktifkan
meningkat.Kombinasi faktor antropogenik karena pengaruh gempa bumi dan curah
dan alam sering merupakan penyebab hujan (Pareta& Pareta, 2012).
terjadinya longsor yang memakan korban Tingginya tingkat kerugian yang
jiwa dan kerugian harta benda.(Naryanto, dialami oleh masyarkat yang diakibatkan
2013; Naryanto, 2017).Wang et al. karena terjadinya bencana alam
(2017)mengatakan bahwa kejadian tanah disebabkan karena kurangnya informasi
longsor berhubungan dengan berbagai yang diperoleh masyarakat akan
faktor seperti presipitasi, geologi, jarak kemungkinan kemungkinan bencana yang
dari patahan, vegetasi, dan topografi. terjadi disekitarnya, sehingga kesadaran
Tanah longsor adalah proses masyarakat akan tanggap bencana menjadi
perpindahan massa batuan (tanah) akibat sangat minim. Oleh karena itu, informasi
gaya berat (gravitasi). Longsor terjadi awal mengenai potensi dan risiko bencana
karena adanya gangguan kesetimbangan merupakan salah satu media informasi
gaya yang bekerja pada lereng, yaitu gaya yang dapat digunakan sebagai pendidikan
penahan dan gaya peluncur. Gaya peluncur dasart anggap bencana bagi masyarakat
dipengaruhi oleh kandungan air, berat (Damanik, 2012; Rahmad et al., 2018).
massa tanah itu sendiri berat beban Tanah longsor yang banyak terjadi
bangunan. Ketidakseimbangan gaya di Indonesia biasanya terjadi pada
tersebut diakibatkan adanya gaya dari luar topografi terjal dengan sudut lereng 15º -
lereng yang menyebabkan besarnya gaya 45 º (Naryanto, 2011). Kondisi
peluncur pada suatu lereng menjadi lebih geomorfologi dan geologi merupakan
besar daripada gaya penahannya, sehingga parameter – parameter dari pemicu
menyebabkan massa tanah bergerak turun gerakan tanah. Aspek geomorfologi seperti
(Naryanto, 2011; Naryanto et al., 2016). kelerengan berperan aktif dalam
Tanah longsor terjadi karena dua mengontrol terjadinya gerakan tanah.
faktor utama yaitu faktor pengontrol dan Semakin besar kelerengan semakin besar
faktor pemicu.Faktor pengontrol adalah gaya penggerak massa tanah atau batuan
faktor-faktor yang memengaruhi kondisi penyusun lereng. Namun tidak semua
material itu sendiri seperti kondisi geologi, lahan yang miring selalu rentan untuk
bergerak. Hal ini sangat tergantung kondisi daerah longsor ditandai dengan adanya dua
geologinya, seperti struktur, dan komposisi lapisan tanah/batuan yang nilai tahanan
tanah atau batuan peyusun lereng jenisnya sangat kontras (VSI, 2005).
(BAPEKOINDA, 2002). Air akan mudah masuk ke bawah
Luas wilayah daratan Kecamatan permukaan apa bila terdapat retakan
Poasia sebesar 37, 74 km2 atau 14,12 % (cracks) dalam tanah, dengan adanya
dari luas daratan Kota Kendari, Sulawesi cracks air hujan yang masuk akan
Tenggara (Dinas PU Kota Kendari). Luas menambah beban lereng sehingga
wilayah menurut Kelurahan sangat memepercepat proses terjadinya bencana
beragam, Kelurahan Rahandouna tanah longsor. Metode geofisika yang
merupakan wilayah Kelurahan yang paling mampu mendeteksi adanya cracks adalah
luas, kemudian menyusul Kelurahan metode resistivitas, dimana dengan metode
Anggoeya, Kelurahan Anduonohu dan ini zona yang memiliki kandungan air
Kelurahan jenuh dapat dijadikan acuan tentang
Matabubu (Dinas PU Kota Kendari). adanya cracks dalam tanah (Agustin,
Poasia hanya dikenal dua musim 2017).
yakni musim hujan dan musim kemarau. Selain mampu mengedentifikasi
Keadaan musim sangat dipengaruhi oleh cracks, metode geolistrik resistivitas juga
arus angin yang bertiup diatas wilayahnya. dapat digunakan dalam penentuan jenis
Menurut data yang diperoleh dari Badan lapisan batuan yang berperan sebagai
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika bidang gelincir dan kedalamannya dari
Stasiun Meteorologi Maritim Kendari permukaan bumi seperti yang
tahun 2010 terjadi 258 hari hujan dengan dikemukakan oleh Helmi dkk (2012).
curah hujan 2.859,3 mm.Wilayah poasia Resistivitas merupakan salah satu sifat
merupakan daerah bersuhu tropis. Menurut fisis dari suatu material, dengan
data yang diperoleh dari Badan diketahunya nilai tahanan jenis maka dapat
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika diketahui jenis materialnya. Metode
Stasiun Meteorologi Maritim Kendari geolistrik resistivitas 2D dapat
selama tahun 2010 suhu udara menghasilkan citra lapisan batuan bawah
maksimum32,4 0C. Tekanan udara rata- permukaan bumi secara dua dimensi
rata 1.011,158 milibar dengan kelembaban berdasarkan nilai tahanan jenis batuan
udara rata-rata 85,08 %. Kecepatan angin penyusun lapisan tersebut (Telford, 1976).
di Kota Kendari selama tahun 2010 pada Pada metode geolistrik tahanan jenis, arus
umumnya berjalan normal, mencapai listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui
1,814167 m/detik.. Kemiringan 3% – 15% dua elektroda arus. Beda potensial yang
merupakan kemiringan lahan tahap kedua terjadi di ukur melalui dua elektroda
terluas di wilayah Kota Kendari, tersebar potensial. Dari hasil pengukuran arus dan
merata di 3 (tiga) kecamatan yaitu Poasia, beda potensial untuk setiap jarak elektroda
Baruga dan Mandonga serta sebagian kecil tertentu, dapat di tentukan variasi harga
di Kecamatan Kendari. hambatan jenis masing – masing lapisan
Dengan adanya pemetaan daerah dibawah titik ukur.
rawan longsor, studi lanjutan yang perlu Berdasarkan uraian diatas untuk
dilakukan ialah dengan mengetahui mengurangi dampak negatif dari tanah
kondisi lapisan serta struktur tanah pada longsor yang terjadi Di Kecammatan
daerah yang rawan terjadinya tanah Poasia maka perlu dilakukan penelitian
longsor tersebut. Bidang Gelincir dengan judul: Analisis Daerah Rawan
merupakan bidang yang bersifat menahan Longsor Menggunakan Metode Geolistrik
air (permeabilitas rendah), bersifat padat Resistivitas Konfigurasi Wenner –
yang memungkinkan tanah pelapukan Schlumberger Di Kecamatan Poasia.
bergerak di atasnya. Bidang gelincir di

Anda mungkin juga menyukai