Oleh:
Latar Belakang
Permukaan bumi terus mengalami perubahan bentuk dari waktu ke waktu akibat
proses topografi baik dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) Bumi.
Studi geomorfologi fokus pada studi morfologi lanskap. Medan sendiri merupakan
suatu formasi di permukaan bumi sebagai akibat dari perubahan bentuk permukaan
bumi akibat proses geomorfologi yang terjadi di permukaan bumi. Proses
geomorfologi disebabkan oleh energi yang dihasilkan media alam di permukaan
bumi. Informasi tentang kondisi medan setempat merupakan dasar utama untuk
persiapan pengelolaan lahan. Peta topografi yang memuat data topografi dan proses
geomorfologi merupakan bentuk data potensi sumberdaya lahan yang relatif
lengkap (Raharjo, 2013).
Adanya berbagai macam bentuk muka bumi itu antara lain disebabkan oleh
tekanan dari dalam bumi. Pengaruh dari dalam bumi berupa suatu tenaga yang
sangat besar sehingga dapat membentuk permukaan bumi beranekaragam. Tenaga
yang berasal dari dalam bumi itu disebut tenaga endogen.Tenaga endogen adalah
kekuatan yang bersumber dari dalam bumi. Tenaga ini dapat membentuk
permukaan bumi, misalnya membentuk gunung berapi, perbukitan, dan
pegunungan. Akibat tekanan dari dalam bumi atau tenaga endogen dapat
mengakibatkan terjadinya gempa bumi (Hendrawansyah Dan Pamudi, 2009).
Bentuk lahan adalah kenampakan medan yang dibentuk oleh prosesproses alam dan
mempunyai komposisi serangkaian, karateristik fisik dan visual tertentu di manapun
bentuk lahan ditemui. Bentuk lahan mengalami proses perubahan secara dinamis
selama proses geomorfologi bekerja pada bentuk lahan tersebut. Tenaga yang
bekerja disebut dengan tenaga geomorfologi yaitu semua media alami yang mampu
mengikis dan mengangkut material di permukaan bumi, tenaga ini dapat berupa air
mengalir, air tanah, gelombang, arus, tsunami, angin, dan gletser. Berdasarkan pada
proses yang bekerja pada permukaan bumi dikenal dengan proses, fluvial, marine,
eolin, pelarutan, dan proses gletser (Zuidam dkk, 1979).
Tujuan
Lahan adalah suatu lingkungan fisik tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi
dimana fakta tersebut mempengaruhi potensi pengunaannya termasuk didalamnya
kegiatan manusia. Faktor alam dan kegiatan manusia tersebut sangat mempengaruhi
potensi alam termasuk didalamnya potensi terjadinya longsor lahan. Longsor lahan
adalah pergerakan dari batuan atau tanah yang terpisah dari bagian dasar yang
bergerak pada lereng pada daerah. Bentuk lahan secara dinamis mengalami
perubahan selama proses geomorfologi bekerja pada bentuklahan tersebut. Proses
geomorfologi antara lain meliputi proses pelapukan, erosi, dan gerak masa. Gerak
masa tanah atau sering disebut tanah longsor merupakan salah satu bencana alami
yang sering melanda daerah perbukitan di daerah tropis basah (Van Zuidam dalam
Dedi Suryadi, 2006).
Horst adalah hasil dari terjadinya patahan pada kulit bumi yang mengalami
pengangkatan sehingga menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
sekitarnya. Pegunungan Vosges di Prancis adalah salah satu contoh dari terjadinya
horst. Graben adalah dataran yang mengalami penurunan akibat dari tarikan tenaga
endogen. Penurunan ini terjadi secara cepat. Graben terjadi akibat dari gerakan
tektogenesa yang memusat, dan menarik sesar ke arah bawah melalui dua titik.
Graben menyebabkan patahan di kanan dan kiri sesar. Graben dapat berbentuk
lembah. Tekanan tenaga endogen yang berbeda, menyebabkan bentuk grabien
menjadi berbeda juga (Hartono, 2014)
Tapal kuda atau oxbow lake, merupakan danau yang dihasilkan bila sungai yang
berkelok- kelok atau sungai meander melintasi daratan mengambil jalan pintas dan
meninggalkan potongan-potongan yang akhirnya membentuk danau tapal kuda.
Oxbow lake terbentuk dari waktu ke waktu sebagai akibat dari erosi dan
sedimentasi dari tanah disekitar sungai meander. Proses pembentukan oxbow lake
diawali dengan meander yang terbentuk oleh pengikisan dan pengendapan. Dalam
jangka waktu yang panjang, cut bank pada meander akan melebar ke arah luar dan
juga point bar akan melebar ke arah sungai. Karena pengendapan yang akan terjadi,
akan terbentuk lekukan yang semakin menajam. Lekukan tersebut lama -lama akan
berubah jadi neck, yaitu ujung dari lekukan yang seperti akan terhubung akan
dengan ujung lekukan yang lain (Brata, 2011).
Lembah glasial dapat berkembang dalam satu siklus glasial tunggal, tetapi biasanya
berkembang selama beberapa siklus glasial dan oleh karena itu menandakan lokasi
yang telah mengalami glasial beberapa kali di masa lalu . Lembah glasial memiliki
sisi yang sangat curam dan dasar yang lebar dan datar akibat pola erosi glasial .
Lembah glasial adalah bentang alam skala besar yang membentuk penampang
berbentuk U yang khas. Palung glasial (lembah berbentuk U dengan relief yang
lebih landai. Lihat munculnya lembah glasial berbentuk U di aspek utara dan
selatan menunjukkan lembah glasial lengkap yang berbeda dari lembah berbentuk
V. Ice Wedges merupakan massa es yang menembus secara vertikal hingga 10
meter ke dalam permukaan bumi.
Ice wedges terbentuk sebagai hasil dari tingginya kandungan es tanah dan fluktuasi
suhu yang signifikan sepanjang tahunnya. Selama musim panas, air lelehan akan
memasuki retakan tanah dan kemudian membeku saat temperatur menurun. Sifat
fisis air yang volumenya membesar seiring berubah menjadi es (air memiliki
volume terendah saat bersuhu 4°C) memecah material di sekitarnya dan membuat
rekahan yang ada semakin dalam dan lebar. Dalam musim dingin yang intens,
kontraksi lapisan tanah menciptakan celah antara ice wedges yang berkembang dan
lapisan tanah yang berada di sekitarnya, memungkinkan lebih banyak air dapat
terisi pada celah. Proses pencairan dan pembekuan ini akan terus terjadi seiring
waktu dan ice wedges akan terus melebar dan semakin dalam (Nagle, Garrett,
2017)
Bentukan sandbar yaitu pasir penghalang yang terbentuk di muara sungai/perairan,
bentukan memanjang yang menutupi kedua muara terjadi ketika musim kemarau.
Dengan semakin turunnya debit sungai dan arus laut mampu sampai ke kedua
muara. Hal ini dubantu oleh kecepatan angin, maka air yang kering akan
dikembalikan ke arah muara dan diendapkan di sekitar muara. akibatnya akan
terjadi muara yang tertutup oleh pasir tersebut. Adanya delta yang terbentuk di
dasar muara, karena kedua sungai didominasi oleh material pasir, maka delta yang
terbentuk disebabkan oleh besarnya gelombang dan kecepatan arus laut yang
tinggi. terbentuknya laguna disekitaran sungai, yang genangan-nya terpisah dari
sungai maupun laut yang terletak di sisi kanan maupun kiri muara sungai. Bentukan
ini akan terbentuk apabila laut mengalami pasang sehingga air masuk ke daratan,
akan tetapi tidak dapat kembali ke laut karena adanya sandbar yang ada (Bronto,s
,2008).
Landform ini merupakan jenis landform dari Marin, yaitu landform yang terbentuk
oleh atau dipengaruhi oleh proses marin, baik proses yang bersifat konstruktif
(pengendapan) maupun destruktif (abrasi). Daerah yang terpengaruh air asin
ataupun daerah pasang-surut tergolong dalam landform marin. Susunan pesisir
konstruktif terbentuk oleh sedimen pengendapan di lingkungan pesisir. Spits adalah
pantai endapan sedimen paralel yang terhubung ke daratan di satu ujung. Spits
ditemukan di banyak garis pantai, termasuk di danau pedalaman besar. Transportasi
pantai dibangun dengan spits memberikan sedimen ke ujung, atau ujung, dari spits
di mana pasir diendapkan, memungkinkan spit untuk membangun lebih dalam air
(Bickford, 2013).
Delta sungai atau Kuala adalah endapan di muara sungai yang terletak di lautan
terbuka, pantai, atau danau, sebagai akibat dari berkurangnya laju aliran air saat
memasuki laut. Tipe muara sungai yang lain adalah estuaria. Sebuah Deltas
biasanya berbentuk segitiga yang terdapat di muara sungai. Sungai akan
mengendapkan bebannya di daratan jika tidak mampu lagi mengangkutnya. Ini
dapat terjadi pada lekuk lereng, sisi dalam meander, pertemuan antara dua aliran
sungai, dan pada perubahan graden. Tetapi endapan juga terjadi jika sungai masuk
ke dalam danau atau laut, maka akan terbentuk delta.
Delta terbentuk di hampir semua benua di dunia kecuali di Antarika dan Greenland,
yang daerahnya tertutup salju), dimana terdapat pola penyaluran sungai dengan
dimensi yang luas dan jumlah material sedimen yang besar (Boggs, 1987). Pada
umumnya, delta akan terbentuk apabila material sedimen dari daratan yang
terangkut lewat sungai dalam jumlah yang besar masuk ke dalam suatu tubuh air
yang tenang (standing body water). Sebagian material yang terendapkan di muara
sungai tersebut terendapkan pada kondisi subaerial (Barrel, 1912 vide Walker
1984).
Bentuklahan muda yang terbentuk dari proses fluvial (aktivitas sungai), koluvial
(gravitasi), atau gabungan dari proses fluvial dan koluvial. Berupa dataran di
daerah luas pengaruh sungai yang besar atau dataran sempit di sekitar sungai.
Dendritik merupakan pola pengairan dengan bentuk seperti pohon, dengan anak-
anak sungai dan cabang-cabangnya mempunyai arah yang tidak beraturan.
Umumnya berkembang pada batuan yang resistensinya seragam.
Bentuk lahan vulkanik merupakan landform yang terbentuk dari aktivitas vulkan/gunung
berapi (resen atau subresen). Bentuk lahan ini dicirikan dengan adanya bentukan kerucut
vulkan, alran lahar, lava ataupun dataran yang merupakan akumulasi bahan vulkan. Bentuk
lahan dari bahan vulkan yang mengalami proses patahan dan lipatan (sebagai proses
sekunder) tidak dimasukkan kedalam landform vulkanik (Sudarto, 2007).
Doline merupakan cekungan tertutup berbentuk bulat atau lonjong degan ukuran beberapa
meter hingga lebih kurang satu kilometer. Doline dikategorikan sebagai bentuk lahan karst
berskala sedang. Doline di literatur-literatur karst sering disebut dengan berbagai istilah,
seperti sinkhole, sink, swallow holes, cenote, dan blue hole. Kemiringan lereng miring
hingga vertikal dengan kedalaman beberapa meter hingga ratusan meter. Uvala adalah
cekungan tertutup yang terbentuk dari beberapa doline. Lahan ini terjadi karena atap sebuah
sungai bawah tanah mengalami runtuhan, sehingga menyebabkan sungai tersebut terlihat
dari atas (Haryono dkk, 2017).
Kubah antiklin merupakan kubah yang dulunya merupakan punggungan dari antiklin.
Daerah bersrtuktur kubah ialah daerah luas yang mengalami pencembungan akibat adanya
tenaga endogin yang berarah tegak lurus ke arah luar bumi, sehingga mempunyai dips
(kemiringan) yang relatif sama menuju ke semua arah. Antiklin merupakan
struktur geologi berupa lipatan lapisan batuan sedimen atau batuan metamorfosis yang
cembung ke atas. Bangun Antiklin di bawah permukaan merupakan objek pencarian karena
sering kali merupakan perangkap minyak dan gas bumi (Sadhily, 1983).
Sesar adalah retakan pada batuan yang telah mengalami pergeseran sehingga terjadi
perpindahan antara bagian yang berhadapan. Sesar juga merupakan permukaan atau
zonasempit dengan perpindahan geser yang terlihat di sepanjang zona tersebut. Sesar pada
struktur batuan dapat mengakibatkan perubahan maupun perkembangan topografi,
mengubah aliran air di bawah dan di atas permukaan permukaan serta merusak stratigrafi
batuan dan sebagainya (Junior, 2021).
III. KESIMPULAN
Anshori, A. 2015. Erosi Nol Untuk Keberlanjutan Bukit Karst di Gunungkidul. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) : 197-202.
Bickford, Marion E. 2013. The Web of Geological Sciences: Advances, Impacts, and
Interactions. The Geological Society Of America. America.
Brahmantyo, B., Dan Salim, B. 2006. Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform) untuk
Pemetaan Geomorfologi pada Skala 1: 25.000 dan Aplikasinya untuk Penataan
Ruang. Jurnal Geoaplika. 1(2): 71-79.
Bronto, S. 2008. Tinjaun Gunung api Jawab Barat - Banten dan Implikasinya. Jurnal Geoplika.
3(2): 047-061.
Haryanto, I., 2014. Evolusi Tektonik Pulau Jawa Bagian Barat Selama Kurun Waktu
Kenozoikum. Disertasi Doktor, Pasca Sarjana UNPAD (Tidak dipublikasikan).
Haryono, E. dan Adji, T. N. 2017. Geomorfologi dan Hidrologi Karst. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Junior, R. H. 2021. Studi Struktur Geologi Zona Sesar Saddang dengan Menggunakan
Program Dips. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Marsoedi, Jumus, Suharta, Darul, Hardjowigeno. s, Holft dan Jordens. 1997. Pedoman Klasifikasi
Landform/ Guideliers for Landform Clasification Second Land Resource Evaluation and
Planning Project II (LREPP II). Centre For Soil and Agroclimate Research. Bogor.
Mulyanto, D., Subroto P.S, dan Lukito, H., 2011. Genesis Pedon Tanah yang Berkembang di
Atas Batuan Karbonat Wonosari Gunungkidul. Forum Geografi, 25 (2), 100-115.
Van Zuidam, R.A. dan Van Zuidam-Cancelado, F.I. 1979. Terrain analysis and
classification using aerial photographs, A geomorphological approach. ITC
Textbook of Photo-interpretation. Enschede.
Raharjo, P. D. 2010. Penggunaan data penginderaan jauh dalam analisis bentukan lahan
asal proses fluvial di wilayah Karangsambung. Jurnal Geografi: Media Informasi
Pengembangan dan Profesi Kegeografian. 7(2):167-174.
Santoso, S. 2007. Deformasi Landform Pasca Gempa Tektonik Yogyakarta 27 MEI 2006.
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral. 17(5): 322-335.
Verstappen, H.Th. 1977. The Use of Aerial Photography in Geomorphological Mapping. ITC
Textbook VII. 5. International Institute for Aerial Survey and Earth Sciences (ITC), The
Netherlands.