Anda di halaman 1dari 21

TEKNIK PEMBIBITAN KAKAO KLON MCOO2

( Laporan Praktikum Dasar – Dasar Agronomi )

Oleh

Naufal Putra Rahmadhan


2154181001
Kelompok 2

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kakao berasal dari Amerika Selatan dan tempat tumbuhnya di hutan
hujan tropis, tanaman kakao telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat
selama 2000 tahun. Nama latin tanaman kakao adalah Theobroma Cacao yang
berarti makanan untuk Tuhan. Masyarakat Aztec dan Mayans di Amerika Tengah
telah membudidayakan tanaman kakao sejak lama, yaitu sebelum kedatangan
orang-orang Eropa. Orang-orang Indian Mesoamerika yang pertama kali
menciptakan minuman dari serbuk coklat yang dicampur dengan air dan
kemudian diberi perasa seperti: merica, vanili, dan rempah-rempah lainnya.
Minuman ini merupakan minuman spesial yang biasanya dipersembahkan untuk
pemerintahan Mayan dan untuk upacara-upacara special. Masyarakat Mayan
menggunakan biji kakao sebagai mata uang (sebagai alat pembayaran) (Hikmatul,
2015).

Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang


peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional di Indonesia, khususnya
sebagai penyedia lapangan kerja, dan sumber pendapatan. Selain itu, kakao juga
berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan
agroindustri. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan
tanaman kakao adalah penggunaan bibit unggul dan bermutu. Tanaman kakao
merupakan tanaman tahunan, karena itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan
berakibat buruk dalam pengusahaannya, walaupun diberi perlakuan kultur teknis
yang baik tidak akan memberikan hasil yang diinginkan, sehingga modal yang
dikeluarkan tidak akan kembali karena adanya kerugian dalam usaha tani. Untuk
menghindari masalah tersebut, perlu dilakukan cara pembibitan kakao yang baik
(Nasaruddin, 2008).
Tanaman kakao merupakan komoditas perkebunanan yang memegang peranan
penting dalam perekonomian indonesia karena merupakan penghasil devisa
perkebunan nomor tiga setelah kelapa sawit dan karet. Indonesia merupakan
negara penghasil biji kakao terbesar ketiga dunia setelah cote d’Ivoire atau Ivory
Coast (Pantai Gading) dan Ghana. Sebanyak 40% produksi kakao berasal dari
Pantai Gading, Ghana dan Indonesia masing-masing menghasilkan 15% buah
kakao, Brasil, Nigeria, Kamerun, Guatemala, Honduras, Ekuador, Kolombia, dan
Venezuela memproduksi dalam jumlah yang lebih kecil. Kakao dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan, karena memiliki cita rasa yang khas,
bahan baku kosmetik, dan bahan baku pembuat obat. Dalam buku yang berjudul
medical herb index in indonesia disebut bahwa, beberapa negara penghasil kakao
seperti Ghana, Meksiko, Panama, dan Venezuela telah mengembangkan kakao
sebagai bahan baku obat antideuretik, antiseptik, reumatik, antibisa ular,
penambah nafsu makan, dan obat batuk (Pracaya, P.C. dan Kahono, 2011).

1.2 Tujuan

Tujuan dari laporan ini adalah sebagai berikut


1. untuk mengetahui tahapan pasca panen kakao,
2. Untuk Mengetahui penanganan pasca panen kakao yang menghasilkan biji
bermutu tinggi.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Dasar - Dasar Agronomi dilaksanakan pada hari Selasa pukul 07.00 -
09.50 WIB di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu polybag, penggaris, platik. Bahan yang digunakan
yaitu media tanam tiga perlakuan biochar, tanah, NPK, dan benih kakao.

2.3 Metode Praktikum

Disiapkan alat dan bahan yaitu polybag, penggaris, plastic, dan media tanam
dengan tiga perlakuan.

Polibag ukuran 20 x 10 cm, diberi lubang, dibalik, dan diisi media tanah
top soil sepertiga bagian bawah, seperempat bagian selanjutnya diisi
biochar, dan seperempat bagian atas diisi tanah, sehingga 5/6 bagian
polibag terisi media.
Buah kakao dari pohon klonal MCC 02, difoto, diukur panjang dan lilit
buah,
dibelah dan dihitung jumlah biji.

Biji dikupas pulpnya secara hati-hati, biji-biji difoto, disemai di polibag


dengan bagian runcing menghadap ke atas, tanah agak dipadatkan, posisi
biji hampir terendam tanah, sedikit disiram.

Polibag diberi label sesuai perlakuan dan disusun di bedengan, diberi tanah
disekitar polibag

Jika hari tidak ujan maka tanaman setiap hari disiram

Diamati persentase biji yang tumbuh, tinggi tanahan, jumlah daun, dan
diameter bibit.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 1. Pembibitan tanaman kakao klon MCOO2 dengan perlakuan tanah, tanah
+biochar, dan tanah+biochar+ NPK.

No. Gambar Keterangan

1. Perlakuan 1 Tanah
 Jumlah ulangan 7
 Waktu berkecambah 7 hari
 Tinggi dan jumlah
daun Minggu ke 1
• T1 = 10 cm 3 daun
• T2 = 11 cm 3 daun
• T3 = 9 cm 4 daun
• T4 = 10 cm 4 daun
• T5 = 10 cm 3 daun
• T6 = 11 cm 3 daun
• T7 = 12 cm 4
daun Minggu ke 2
• T1 = 15 cm 3 daun
• T2 = 16 cm 3 daun
• T3 = 15 cm 4 daun
• T4 = 16 cm 4 daun
• T5 = 16 cm 3 daun
• T6 = 15 cm 3 daun
• T7 = 15 cm 4 daun
Minggu ke 3
• T1 = 20 cm 5 daun
• T2 = 21 cm 3 daun
• T3 = 20 cm 5 daun
• T4 = 20 cm 5 daun
• T5 = 22 cm 3 daun
• T6 = 18 cm 4 daun
• T7 = 18 cm 5 daun
Minggu ke 4
• T1 = 26 cm 7 daun
• T2 = 27 cm 5 daun
• T3 = 26 cm 6 daun
• T4 = 26 cm 6 daun
• T5 = 28 cm 4 daun
• T6 = 25 cm 5 daun
• T7 = 25 cm 6 daun
Minggu ke 5
• T1 = 28 cm 8 daun
• T2 = 29 cm 5 daun
• T3 = 28 cm 6 daun
• T4 = 28 cm 6 daun
• T5 = 30 cm 4 daun
• T6 = 27 cm 5 daun
• T7 = 27 cm 6 daun
Minggu ke 6
• T1 = 30 cm 9 daun
• T2 = 31 cm 5 daun
• T3 = 30 cm 6 daun
• T4 = 30 cm 6 daun
• T5 = 32 cm 4 daun
• T6 = 29 cm 5 daun
• T7 = 29 cm 6 daun
Minggu ke 7
• T1 = 32 cm 10 daun
• T2 = 33 cm 6 daun
• T3 = 32 cm 7 daun
• T4 = 32 cm 7 daun
• T5 = 34 cm 5 daun
• T6 = 31 cm 6 daun
• T7 = 31 cm 6 daun
Minggu ke 8
 T1 = 34 cm 11 daun
 T2 = 35 cm 7 daun
 T3 = 34 cm 8 daun
 T4 = 34 cm 8 daun
 T5 = 36 cm 6 daun
 T6 = 33 cm 7 daun
 T7 = 33 cm 7 daun
 Kondisi tanaman dengan
perlakuan tanah sehat secara
keseluruhan serta mengalami
pertumbuhan dan perkembangan
secara signifikan.
2. Perlakuan 2 Tanah+Biochar
 Jumlah ulangan 7
 Waktu berkecambah 7 hari
 Tinggi dan jumlah
daun Minggu ke 1
• TB1 = 10 cm 3 daun

• TB2 = 12 cm 2 daun
• TB3 = 11cm 4 daun

• TB4 = 12 cm 4 daun
• TB5 = 10 cm 3 daun
• TB6 = 9 cm 0 daun
• TB7 = 9 cm 3
daun Minggu ke 2
• TB1 = 15 cm 3 daun

• TB2 = 18 cm 2 daun
• TB3 = 17 cm 4 daun

• TB4 = 17 cm 4 daun
• TB5 = 16 cm 3 daun
• TB6 = 9 cm 0 daun
• TB7 = 14 cm 3
daun Minggu ke 3
• TB1 = 20 cm 4 daun

• TB2 = 23 cm 2 daun
• TB3 = 22 cm 4 daun
• TB4 = 20 cm 4 daun
• TB5 = 19 cm 3 daun
• TB6 = 9 cm 0 daun
• TB7 = 16 cm 3
daun Minggu ke 4
• TB1 = 24 cm 5 daun

• TB2 = 25 cm 3 daun
• TB3 = 24 cm 5 daun
• TB4 = 22 cm 5 daun
• TB5 = 21 cm 4 daun
• TB6 = 9 cm 0 daun
• TB7 = 18 cm 4
daun Minggu ke 5
• TB1 = 26 cm 6 daun

• TB2 = 27 cm 4 daun
• TB3 = 26 cm 6 daun

• TB4 = 24cm 6 daun


• TB5 = 23 cm 5 daun
• TB6 = 9 cm 0 daun
• TB7 = 20 cm 5
daun Minggu ke 6
• TB1 = 26 cm 6 daun

• TB2 = 26 cm 4 daun
• TB3 = 28 cm 6 daun

• TB4 = 26 cm 6 daun
• TB5 = 25 cm 5 daun
• TB6 = 9 cm 0 daun
• TB7 = 22 cm 5
daun Minggu ke 7
• TB1 = 29 cm 7 daun

• TB2 = 29 cm 5 daun
• TB3 = 30 cm 7 daun
• TB4 = 29 cm 7 daun
• TB5 = 28 cm 6 daun
• TB6 = 9 cm 0 daun
• TB7 = 25 cm 6
daun Minggu ke 8
• TB1 = 31 cm 7 daun
• TB2 = 31 cm 5 daun
• TB3 = 32 cm 7 daun
• TB4 = 31 cm 7 daun
• TB5 = 30 cm 6 daun
• TB6 = 9 cm 0 daun
• TB7 = 27 cm 6 daun
 Kondisi tanaman dengan perlakuan
tanah sehat secara keseluruhan
serta mengalami pertumbuhan dan
perkembangan secara signifikan
kecuali pada TB6 tanaman tidak
mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang signifikan.
3. Perlakuan 2 Tanah+Biochar+NPK
 Jumlah ulangan 7
 Waktu berkecambah 7 hari
 Tinggi dan jumlah
daun Minggu ke 1
• TBN1 = 8 cm 3 daun
•TBN2 = 10 cm 3 daun
•TBN3 = 8 cm 4 daun
•TBN4 = 9 cm 4 daun
•TBN5 = 9 cm 3 daun
•TBN6 = 10 cm 3 daun
•TBN7 = 13 cm 3
daun Minggu ke 2
•TBN1 = 11 cm 3 daun
•TBN2 = 12 cm 3 daun
•TBN3 = 11 cm 4 daun
•TBN4 = 13 cm 4 daun
•TBN5 = 13 cm 3 daun
•TBN6 = 15 cm 4 daun
•TBN7 = 16 cm 4
daun Minggu ke 3
• TBN1 = 15 cm 4daun
•TBN2 = 12 cm 4 daun
•TBN3 = 17 cm 4 daun
•TBN4 = 18 cm 5 daun
•TBN5 = 18 cm 3 daun
•TBN6 = 19 cm 4 daun
•TBN7 = 20 cm 4
daun Minggu ke 4
•TBN1 = 20 cm 5 daun
•TBN2 = 18 cm 4 daun
•TBN3 = 22 cm 4 daun
•TBN4 = 20 cm 5 daun
•TBN5 = 20 cm 4 daun
•TBN6 = 24 cm 5 daun
•TBN7 = 25 cm 4
daun Minggu ke 5
•TBN1 = 26 cm 6 daun
•TBN2 = 24 cm 5 daun
•TBN3 = 28 cm 6 daun
•TBN4 = 30 cm 5 daun
•TBN5 = 26 cm 5 daun
•TBN6 = 30 cm 5 daun
•TBN7 = 29 cm 4
daun Minggu ke 6
•TBN1 = 28 cm 6 daun
•TBN2 = 26 cm 5 daun
•TBN3 = 30 cm 6 daun
•TBN4 = 32 cm 5 daun
•TBN5 = 28 cm 5 daun
•TBN6 = 32 cm 5 daun
•TBN7 = 31 cm 4
daun Minggu ke 7
• TBN1 = 30 cm 7 daun
• TBN2 = 28 cm 6 daun
• TBN3 = 32 cm 7 daun
• TBN4 = 34 cm 6 daun
• TBN5 = 29 cm 6 daun
• TBN6 = 34 cm 6 daun
• TBN7 = 33 cm 5
daun Minggu ke 8
• TBN1 = 30 cm 7 daun
• TBN2 = 30 cm 6 daun
• TBN3 = 32 cm 7 daun
• TBN4 = 36 cm 6 daun
• TBN5 = 31 cm 6 daun
• TBN6 = 36 cm 6 daun

• TBN7 = 35 cm 5 daun
 Kondisi tanaman dengan perlakuan
tanah sehat secara keseluruhan
serta mengalami pertumbuhan dan
perkembangan secara signifikan

3.2 Pembahasan

3.2.1 Bahas Data

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pada tanaman


kakao dengan perlakuan 3 Tanah+Biochar+NPK memiliki pertumbuhan yang
lebih baik dibandingkan 2 perlakuan lainnya. Pada tanaman kakao dengan
perlakuan 2 Tanah+Biochar memiliki pertumbuhan yang lambat dan juga terdapat
1 tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan baik. Pada tanaman kakao dengan
perlakuan 1 Tanah memiliki pertumbuhan yang signifikan namu tidak sebaik
perlakuan 3. Hal ini disebabkan karena Jaringan tanaman kakao mengandung
sekurang-kurangnya 16 unsur hara yang biasa di sebut dengan unsur hara esensial.
Oleh karena itu, media pertumbuhan tanaman (tanah) dan lingkungannya harus
mampu menyuplai unsur-unsur hara yang mutlak di perlukan untuk pertumbuhan
tersebut. Jumlah dan macam unsur hara yang di perlukan tanaman kakao dapat di
diestimasi dari hasil analisis jaringan tanaman pada beberapa stadia
pertumbuhannya. Jadi pertumbuhan tanaman kakao dapat dipengaruhi oleh
lingkungan karena faktor lingkungan menjadi pendukung dalam pertumbuhan
tanaman kakao (Reza,2018).

3.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kakao

Faktor produksi adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk menghasilkan


produksi. Faktor produksi yang sangat penting meliputi luas lahan merupakan
salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam sektor pertanian di mana
hasil pertanian di tentukan oleh luas lahan, semakin luas lahan maka semakin
besar hasil pertanian yang di peroleh. Faktor produksi dalam usahatani yang
mencakup adalah luas lahan, pupuk, dan tenaga kerja merupakan faktor dalam
usaha pertanian karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan
suatu produk maka di perlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi
(input) dan (output) (Akhmad, 2008).
3.2.3 Faktor Yang Mmepengaruhi Pertumbuhan Tanaman Kakao

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terdiri dari faktor


internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang terdapat pada
benih atau tanaman itu sendiri. Faktor eksternal merupakan faktor yang terdapat di
luar benih atau tanaman, salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan dari segi
faktor eksternal yaitu media tanam, Media tanam yang baik adalah media yang
mampu menyediakan air dan unsur hara dalam jumlah cukup bagi pertumbuhan
tanaman. Hal ini dapat ditemukan pada tanah dengan tata udara yang baik,
mempunyai agregat mantap, kemampuan menahan air yang baik dan ruang untuk
perakaran yang cukup (Puslitkoka. 2011).
3.2.4 Faktor Lingkungan

Hutan hujan tropis upper Amazon adalah daerah tanaman kakao yang tumbuh dan
terlindung oleh pohon-pohon yang lebih besar dari tanaman kakao. Mungkin
karena itulah timbul anggapan bahwa pohon kakao perlu pohon pelindung.
Tanaman kakao memerlukan batas temperatur tertentu. Temperature rata-rata
setahun 250C dengan temperatur harian rata-rata terdingin tidak boleh kurang dari
150C. Bila terjadi penurunan temperatur dibawah 220C, maka perkembangan
primordial bunga terhenti dan akan normal kembali setelah suhu naik menjadi
250C (Waluyo, 2010).

Lingkungan hidup tanaman kakao adalah daerah hutan yang banyak di tumbuhi
pohon yang tinggi sehingga memberi naungan dan mengurangi pencahayaan
penuh. Tanaman kakao kalau tidak diberi naungan pelindung akan mengakibatkan
lilit batang kecil, daun sempit dan tanaman relatif pendek

3.2.5 Faktor Iklim

Agar potensi genetis tanaman kakao yang dibudidayakan mampu terekspresikan


Faktor iklim yang relevan dengan pertumbuhan kakao adalah curah hujan tahunan
dan sebarannya sepanjang tahun. Curah hujan yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi mempunyai dampak negatif pada tanaman kakao. Bila terlalu rendah, tidak
tersedia cukup air bagi tanaman, dapat menyebabkan stress dan kematian
tanaman, tergantung pada taraf kekeringannya. Sebaliknya, curah hujan tahunan
terlalu tinggi dapat menyebabkan dampak negatif berupa pelindihan dan erosi
tanah (Prawoto, 2008).

3.2.6 Media Tanam Yang Digunakan


Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang
ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis
tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini
dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang
berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah
sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur
hara. Media tanam yang baik untuk tanaman harus menyediakan faktor-faktor
utama untuk pertumbuhan tanaman, yaitu unsur hara, air, dan udara dengan
fungsinya sebagai media tunjangan mekanik akar dan suhu tanah. Semua faktor
tersebut harus seimbang agar pertumbuhan tanaman baik dan berkelanjutan.
Berbagai jenis media tanam dapat kita gunakan, tetapi pada prinsipnya media
tanam yang digunakan mampu menyediakan nutrisi, air, dan oksigen bagi
tanaman. Penggunaan media yang tepat akan memberikan pertumbuhan yang
optimal bagi bibit tanaman kakao (Zaenuddin, 2012)

3.2.7 Jenis Tanah

Kakao dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Hal yang terpenting adalah lapisan
tanah harus dalam, sehingga dapat memberi kesempatan pertumbuhan akar
dengan bebas, dan kandungan bahan organik yang cukup. Artinya tidak
kekurangan air dan tidak pula terendam air untuk waktu lebih dari 24 jam.
Perbedaan dalam pertumbuhan semata-mata akibat pengaruh curah hujan dan
kesuburan tanah atau kadar humus dari tanah (Hardjowigeno, 2010).

Tanaman kakao memerlukan solum tanah yang dalam (minimal 1,5 m, bahkan
lebih dalam untuk tanah berpasir dengan curah hujan rendah), sebaiknya
mempunyai strutur tanah yang berdrainase baik, serta kelembapan tanah yang
cukup. Sistem perakaran tanaman kakao sangat dangkal; lebih dari 80% dari akar-
akarnya berada pada kedalaman 15 cm dari permukaan tanah, sehingga sangat
peka terhadap kekeringan. Hal itu merupakan masalah yang sering didapatkan
pada tanah yang bertekstur ringan yang biasanya mempunyai kapasitas menahan
air dan kapasitas tukar kation rendah (Suyamto, 2010).

3.2.8 Pembibitan Tanaman Kakao

Tanaman kakao dapat dikembangkan secara vegetatif maupun generatif.


Perkembangbiakan generatif adalah bahwa tanaman tersebut berkembang biak
secara kawin, yaitu bertemunya sel jantan yang terdapat pada benang sari dan sel
betina yang terdapat pada putik. Bertemunya 2 sel ini nantinya akan menghasilkan
buah yang berkotil 2 yaitu dikotil. Tanaman yang dikembangbiakan melalui cara
ini biasanya memiliki sifat genetis yang berbeda dari tanaman induk dan biasanya
mengalami kemunduran. Perkembangbiakan generatif adalah yang paling sering
dilakukan karena cepat menghasilkan bibit dalam jumlah yang besar.
Perkembangbiakan secara vegetatif dapat terbentuk dari sel jaringan nukleus, serta
terbentuknya tanaman dari bagian-bagian khusus. Perkembangbiakan secara
vegetatif jarang dilakukan karena jumlah bibit yang dihasilkan sedikit dan
membutuhkan waktu yang lama. Benih kakao dikecambahkan selama 4-7 hari
hingga keping benih terbuka (

3.2.9 Jumlah/dosis Pupuk yang Diberikan

Tanaman dapat memenuhi kebutuhan akan hara dengan cara memanfaatkan


unsur-unsur hara yang memang sudah tersedia di dalam tanah rendah namun, jika
kadar hara di dalam tanah rendah, pembudidaya mutlak harus member tambahan
hara melauli pemupukan. Tujuannya tak lain adalah untuk memacu pertumbuhan
tanaman dan meningkatkan produksinya. Jumah hara yang ditambahkan harus
memperhitungkan efisiensi pupuk yang diberikan karena tidak semua unsur hara
dari pupuk yang diberikan dapat diserap tanaman. Dalam melakukan pemupukan
ternyata tetap harus memperhatikan kondisi tanaman dan lingkungannya. Pada
tanaman kakao yang tumbuh didaerah dengan kondisi iklim lingkungan yang
menunjang (penaungnya baik, curah hujan cukup, serta sifiat fisika dan kimia
tanahnya baik), jumlah atau dosis tentative pupuk yang bisa diberikan (Sidabutar
dkk, 2013).
BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini yaitu:


1. Untuk mendapatkan kualitas kakao yang bermutu tinggi, dimana dalam tahapan
pasca panen kakao ada tahapan fermentasi.
2. Proses fermentasi yang baik akan menghasilkan cita rasa khas coklat, mengurangi
rasa pahit dan sepat yang ada di dalam biji kakao sehingga menghasilkan biji
kakao dengan mutu dan aroma yang khas serta warna coklat cerah dan bersih.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajat. (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan


Model Pembelajaran.

Ferdiles.2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktifitas Komoditi Kakao


Yang siap Diekspor. Universitas KristenSatya Wacana Salatiga. Salatiga.

Hardjowigeno. S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademik Pressindo

Hikmatul.2015.Budidaya Tanaman Kakao. Universitas Mataram. Mataram.

Nasaruddin, 2008. Kakao, budidaya dan beberapa aspek fisiologisnya. Jurusan


Budidaya Tanaman Fakultas Pertanian dan Kehutanan. Universitas Hasanuddin
Makassar.

Pracaya, P.C. dan Kahono. 2011. Kiat Sukses Budidaya Kakao. PT Macana Jaya
Cemerlang. Klaten.

Prawoto, A.A. dan R. Erwiyono. 2008. Potensi Budi Daya Kakao untuk
Pembangunan Ekonomi di Aceh Barat. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia.

[Puslitkoka] Pusat Penelitian Kopi Kakao, 2011. Panduan lengkap budidaya


kakao. Jakarta : Agromedia Pustaka..

Reza Maulana.2018. Budidaya Tnaman Kakao Dengan Penggunaan Beberapa


Pupuk Yang Berbeda. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Banten
Sidabutar, S.V., B. Siagian, dan Meiriani. 2013. Respons pertumbuhan bibit kakao
(Theobroma cacao L) terhadap pemberian abu janjang kelapa sawit dan
pupuk urea pada media pembibitan. Jurnal Online Agroteknologi, 1(4)

Suyamto, 2010. Ilmu Tanah. Akademik Pressindo, Jakarta

Waluyo, K. 2010. Budidaya Coklat. Epsilon Grup. Buahbatu. Bandung.

Zaenuddin, 2012. Klasifikasi Tanah


Dasarteoribagipenelititanahdanpelaksaanpertanian di Indonesia. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai