Anda di halaman 1dari 13

PENGELOLAAN PANEN TANAMAN TEH (Camellia sinensis L.

LAPORAN

OLEH :

FEBRY HARDIANSYAH MRP 150301235


DICKY OCNIEL 150301236
MARIYETHA SAGALA 150301245
KHORINTHIA H NAINGGOLAN 150301260

ILMU TANAH
KELOMPOK VII

MATA KULIAH PRODUKSI DAN TEKNOLOGI BENIH


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
ISI

PANEN TANAMAN TEH

Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara menerus

setelah umur 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat

memberikan hasil daun teh yang cukup besar selama 40 tahun. Kebun-kebun teh

karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan secara teratur, bebas

serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pemangkasan secara baik,

memperoleh curah hujan yang cukup. Kebun-kebun teh perlu diremajakan setelah

tehnya brumur 40 tahun keatas.

Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dpetik sekali

dengan selang 7 14 hari, tergantung dengan keadaan tanaman dimasing-masing

daerah. Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu 55 hari

sekali. Produksi diharapkan mencapai 200 kg berat kering /ha.tahun. Cara

pemetikan daun selain mempengaruhi jumlah hasil teh, juga sangat menetukan

mutu teh yang dihasilkannya. Pemetikan daun hingga kini masih dilakukan oleh

tenaga manusia, bahkan sebagian besar oleh tenaga-tenaga wanita

(Siswoputranto, 1987).

Pada tanaman teh panen berarti memetik pucuk/daun teh muda yang

berkualitas dalam jumlah yang sebesar-besarnya dengan memperhatikan

kestabilan produksi dan kesehatan tanaman. Tanaman memasuki saat dipetik

setelah berumur 3 tahun. Daun yang dipetik adalah:

1. Peko yaitu pucuk atau tunas yang sedang tumbuh aktif

2. Burung yaitu pucuk atau tunas yang sedang istirahat

3. Kepel yaitu daun kecil yang terletak diketiak daun tempat ranting tumbuh.
CARA-CARA PANEN

Pada tanaman teh panen berarti memetik pucuk/daun teh muda yang

berkualitas. Pemetikan merupakan kegiatan memungut sebagian dari tunas-tunas

teh beserta daun yang masih muda untuk kemudian diolah menjadi produk kering.

Pemetikan dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sistem petikan dan syarat-

syarat pengolahan yang baik.

Fungsi dari pemetikan pucuk tanaman teh agar memenuhi syarat-syarat

pengolahan dimana tanaman mampu membentuk suatu kondisi yang berproduksi

secara berkesinambungan. Kecepatan pertumbuhan dari tunas baru tergantung dari

tebal lapisan daun pendukung pertumbuhan tunas 15-20 cm. Kecepatan

pembentukan tunas menentukan aspek-aspek pemetikan seperti: jenis pemetikan,

jenis petikan, daun petik, areal petik, tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan.

Pemetikan teh adalah pengambilan pucuk meliputi: 1 kuncup + 2-3 daun

muda. Akibat pucuk dipetik maka pembuatan zat pati berkurang untuk

pertumbukan tanaman. Pemetikan pucuk akan menghilangkan zat pati sekitar

7,5%, semakin kasar pemetikan semakin tinggi kehilangan zat pati. Kehilangan

zat pati akibat pemetikan pucuk tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman

asalkan lapisan daun pemeliharaan cukup untuk melakukan proses asimilasi.


A. Macam dan Rumus Pemetikan

Macam petikan didasarkan pada mutu pucuk yang dihasilkan tanpa

memperhatikan bagian yang ditinggalkan, sedangkan rumus digambarkan dengan

lambang huruf dan angka. Macam dan rumus petikan ditentukan berdasarkan:

(1) Petikan imperial, dimana hanya kuncup peko (p) yang dipetik (p+0)

(2) Petikan pucuk pentil, peko+satu daun di bawahnya (p+1m)

(3) Petikan halus, peko + satu / dua lembar daun muda/burung dengan satu lembar

daun muda (p+2m, b+1m)

(4) Petikan medium, (p+2m, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m)

(5) Petikan kasar (p+3, p+4, b+1t, b+2t, b+3t)

(6) Petikan kepel, daun yang tinggal pada perdu hanya kepel (p+n/k, b+n/k).
B. Jenis Pemetikan

Dalam satu daur pangkas jenis pemetikan dapat dibagi atas: pemetikan

jendangan dan pemetikan produksi. Nama pemetikan jendangan bila pemetikan

dilakukan pada tahap awal setelah pemangkasan tanaman. Tinggi bidang petik

jendangan dari bidang pangkasan tergantung pada tinggi pangkasan.

1. Pangkasan 40-45 cm, tinggi jendangan 20-25 cm,

2. Pangkasan 45-50 cm, tinggi jendangan 15-20 cm,

3. Pangkasan 50-55 cm, tinggi jendangan 15-20 cm,

4. Pangkasan 55-60 cm, tinggi jendangan 10-15 cm,

5. Pangkasan 60-65 cm, tinggi jendangan 10-15 cm.

Pemetikan jendangan dapat dilaksanakan apabila 60% areal telah

memenuhi syarat untuk dijendang. Biasanya pemetikan jendangan dilakukan

setelah 10 kali pemetikan, kemudian dilanjutkan dengan pemetikan produksi.

Sedangkan pemetikan produksi dapat dilakukan terus menerus dengan jenis

petikan tertentu sampai pangkasan dilakukan. Berdasarkan daun yang

ditinggalkan, pemetikan produksi dapat dikategorikan sbb:

1. Pemetikan ringan, apabila daun yang tertinggal pada perdu satu atau dua daun

di atas kepel (rumus k+1 atau k+2),

2. Pemetikan sedang, apabila daun yang tertinggal pada bagian tengah perdu tidak

ada, tetapi di bagian pinggir ada satu atau dua daun di atas kepel (rumus k+o

pada bagian tengah, k+1 pada bagian pinggir),

3. Petikan berat, apabila tidak ada daun yang tertinggal pada perdu di atas kepel

(k+0).

Umumnya yang dilakukan hanya pemetikan sedang dengan bidang petik rata.
C. Jenis Petikan

Maksud dari jenis petikan yaitu macam pucuk yang dihasilkan dari

pelaksanaan pemetikan. Berdasarkan jumlah helaian daun, jenis petikan terdiri

atas beberapa kategori,yaitu :

1. Petikan halus, pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan

satu daun muda (m), rumus p+1 atau b+1m.

2. Petikan medium, pucuk peko dengan dua atau tiga daun muda, serta pucuk

burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m).

3. Petikan kasar, pucuk peko dengan lebih empat daun dan pucuk burung dengan

beberapa daun tua (t) { (p+4 atau lebih, b+(1-4t)}.

D. Daur Petik

Pengertian tentang daur petik adalah jangka waktu pemetikan yang

pertama dan jadwal selanjutnya. Lamanya waktu daur petik tergantung

pertumbuhan pucuk teh. Beberapa faktor yang menentukan pertumbuhan pucuk

teh antara lain:

a. Umur pangkas yang makin lambat berakibat pada daur petik yang semakin

panjang.

b. Makin tinggi letak kebun pertumbuhan semakin lambat sehingga daur petik

jadi panjang.

c. Daur petik lebih panjang pada musim kemarau dibanding musim hujan.

d. Tanaman makin sehat maka daur petik lebih cepat dibandingkan dengan yang

kurang sehat.
Gilir Petik dan Hanca Petik

Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan

berikutnya yang dinyatakan dalam hari. Panjang pendeknya gilir petik ditentukan

oleh kecepatan pertumbuhan pucuk yang dipengaruhi beberapa factor antara lain :

umur pangkas, ketinggian tempat, iklim, dan kesehatan tanaman. Gilir petik yang

dilaksanakan di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning adalah 9-12 hari Hanca petik

adalah luas real yang harus diselesaikan dalam waktu satu hari.

Hanca petik ditentukan berdasarkan kapasitas rata-rata pemetik, blok

kebun dan gilir petik. Pengaturan gilir petik merupakan tanggung jawab mandor

petik.

Perlengkapan Pemetikan

Perlengkapan yang harus dibawa oleh pemetik anatara lain celemek

plastik, sarung tangan, sepatu boot, waring, keranjang dan alat bantu berupa pisau.

Pucuk teh yang telah dipetik ditempatkan dalam keranjang gendong. Waring

merupakan wadah untuk meletakkan pucuk teh apabila keranjang telah penuh

yang bersifat sementara,waring biasa terbuat dari plastik berbentuk jala dengan

kapasitas 25-30 kg. Pisau digunakan hanya apabila terdapat pucuk yang telah tua

agar pada batang tidak terjadi luka. Sarung tangan digunakan untuk melindungi

tangan dari luka-luka akibat pemetikan.

Kapasitas Pemetik

Kapasitas pemetik adalah bobot pucuk yang mampu dipetik oleh seorang

pemetik dalam satu hari kerja. Kapasitas pemetik tiap harinya sangat bervariasi.

Kapasitas pemetik ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca, populasi tanaman,


keterampilan pemetik serta topografi lahan. Basic yield adalah standar pucuk

minimal yang harus dicapai oleh pemetik.

PENGANGKUTAN DAN PENIMBANGAN PUCUK

Menurut Nazaruddin dkk, (1993) perlu diperhatikan bahwa sebelum

melaksanakan proses pengolahan, pucuk daun teh harus dalam keadaan baik,.

yaitu keadaan pucuk teh dari pemetikan sampai ke lokasi pengolahan belum

terjadi perubahan. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan teh yang bermutu.

Yang sangat berperan untuk mendapatkan pucuk yang segar adalah proses

pengangkutan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah kerusakan

daun antara lain :

1. Agar daun tidak terperas maka daun teh tidak boleh ada penekanan. Daun yang

terperas akan menyebabkan proses prafermentasi yang sebenarnya tidak

dikehendaki.

2. Dalam memuat atau membongkar daun janganlah menggunakan barang-barang

dari besi atau yang tajam agar daun tidak sobek atau patah. Gunakan alat-alat

angkut pucuk daun teh yang terbuat dari keranjang yang bukan logam.

3. Agar tidak terjadi perubahan kimia dan warna maka tidak boleh terkena sinar

matahar secara langsungi.

4. Daun teh tidak boleh ditumpuk sebelum dilayukan.

Penimbangan dilakukan oleh mandor panen dan krani timbang serta

dibantu oleh pemetik dengan menggunakan alat timbang gantung. Data

penimbangan dicatat selain oleh krani timbang dilakukan juga oleh mandor panen,

hal ini dilakukan untuk membandingkan rencana (plan) yang telah diperkirakan

dengan hasil (actual) yang telah didapat. Krani timbang di Perkebunan Rumpun
Sari Kemuning berjumlah 6 orang. Tenaga kerja yang digunakan dalam satu kali

pengangkutan berjumlah 4 orang yang terdiri dari pencatat hasil panen, supir dan

pengangkut pucuk.

Pelayuan

Daun-daun teh yang dipetik dari kebun segera dibawa ke pabrik,

ditimbang dan kemudian dimulai pelayuan (withering). Hal ini dilakukan untuk

menurunkan kandungan air dari daun teh serta untuk melayukan daun daun teh

agar mudah digulung. Proses pelayuan, umumnya dilakukan dengan

menempatkan daun di rak-rak dalam gedung. Udara dingin disemprotkan melalui

rak-raknya, proses pelayuan dilakukan selama 16-24 jam (Siswoputranto, 1978).

Tujuan utama dari proses pelayuan adalah membuat daun teh lebih lentur

dan mudah digulung serta memudahkan cairan sel keluar dari jaringan pada saat

digulung (Nasution dan Wachyudin, 1975). Cara sederhana untuk melayukan

daun teh adalah dengan menghamparkan daun-daun tersebut dalam tempat yang

teduh dalam lapisan yang tipis (Nasution dan Wachyudin, 1978).

Udara yang bergerak akan menguapkan airnya dan lambat lau menjadi

layu (Adisewejo, 1982). Hal ini sangat mudah dikerjakan jika daun yang

diperoleh dalam jumlah sedikit. Pada perusahaan-perusahaan besar, dibuat gudang

pelayuan yang mempunyai diding dengan banyak fentilasi udara. Temperatur di

dalam gudang diatur antara 28C 30C, hal ini bertujuan agar panas dan

kelembabannya relatif tetap, pemeriksaanya dengan memasang alat-alat pengukur

panas dan kelembaban udara.


Penggulungan

Menurut Nasution dan Wachyudin (1975). Penggulungan yang dilakukan

secara berulang-ulang dapat mengakibatkan perubahan pada sifat fisik daun teh.

Proses penggulungan tanpa penekanan, menyebabkan daun teh hanya diarahkan

pada memulas dan memlintir. Sebaiknya, jika penggulungan dengan penekanan

menimbulkan kecenderungan daun teh akan tersobek dan terpotong.

Penggilingan

Menurut Loo (1983), penggilingan daun teh bertujuan untuk

memecahkan sel-sel daun segar agar cairan sel dapat dibebaskan sehingga terjadi

reaksi antara cairan sel dengan O2 yang ada di udara. Peristiwa ini dikenal dengan

nama oksidasi enzimatis (Fermentasi). Pemecahan daun perlu dilakukan dengan

intensif agar fermentasi dapat berjalan dengan baik.

Fermentasi

Setelah proses penggilingan selesai bubuk teh yang dihasilkan kemudian

diperam atau difermentasi selama kurang lebih 110-180 menit. Fermentasi

merupakan bagian yang paling khas pada pengolahan teh hitam, karena sifat-sifat

teh hitam yang terpenting timbul selama fase pengolahan ini. Sifat-sifat yang

dimaksud ialah warna seduhan, aroma, rasa, dan warna dari produk yang telah

dikeringkan (Adisewojo, 1982).

Selama proses fermentasi terjadi oksidasi cairan sel yang dikeluarkan

selama penggilingan dengan oksigen dengan adanya enzim yang berfungsi

sebagai katalisator. Senyawa penting yang terdapat dalam cairan adalah catechin

dan turunannya. Fermentasi mengubah senyawa tersebut menjadi tea-flavin dan

selanjutnya berubah menjadi tea-rubigin. Semakin lama semakin banyak tea-


flavin terkondensasi menjadi tea-rubigin sehingga cairan sel berwarna lebih gelap

(Werkhoven, 1974).

Pengeringan

Setelah proses fermentasi selesai, bubuk teh yang telah digiling

kemudian dimasukkan ke ruang pengeringan. Pengeringan bertujuan untuk

mengurangi kadar air sehingga diperoleh teh kering dan proses fermentasi

berhenti, dengan demikian sifat-sifat teh tidak berubah, karena proses fermentasi

berhenti (Loo, 1983). Pengeringan dimaksudkan untuk menghentikan proses

oksidasi (terhentinya aktivitas enzim). Suhu 900C-950C yang dipakai pada

pengeringan akan mengurangi kandungan air teh sampai menjadi 2-3 % yang

membuatnya tahan lama disimpan dan ringan dibawa. Daun teh yang sudah kering

selanjutnya disortir berdasarkan penggolongan kelasnya sebelum pengemasan

(Arifin, 1994).

A. Pengeringan Awal

Pengeringan awal merupakan proses untuk menurunkan kadar air pucuk

teh sampai berkisar antara 25 35%. Mesin yang digunakan untuk proses

pengeringan awal adalah mesin ECP (Endless Chain Pressure) atau mesin

pengering dengan rantai tidak terputus dan bertingkat yang menggunakan uap

panas. Mesin ECP memiliki kapasitas 250 400 kg/jam dan suhu yang digunakan

yaitu 110 135C yang berasal dari angin yang dihisap oleh blower melalui

tungku api besi panas. Lama pengeringan kurang lebih 25 menit. Mesin ECP yang

terdapat di pabrik Rumpun Sari Kemuning berjumlah 2 unit.

Proses pengeringan dimulai dengan memanaskan ECP terlebih dahulu

selama kurang lebih 15 20 menit sebelim pucuk hasil gulungan dimasukkan.


Tenaga kerja yang digunakan untuk proses pengeringan awal berjumlah 2 pekerja

(KHL/KHT).

B. Pengeringan Akhir

Pengeringan akhir menggunakan dua mesin pengering yaitu Rotarry

Dryer (RD) dan Ball Tea. Kedua mesin ini berbentuk silinder berputar yang

digerakkan oleh sebuah electromotor dan sumber panas didapat dari burner yang

dipasang untuk memanaskan silinder.

Mesin Rotary Dryer (RD) merupakan mesin yang digunakan untuk

menyeragamkan keringan dan menurunkan kadar air hingga 10 15%. Kapasitas

rotary dryer adalah 100 kg. Suhu yang dihasilkan pada rotary dryer adalah 100C.

Pucuk dikeringkan dalam mesin Rotary Dryer selama 20 30 menit, mesin ini

berjumlah 3 unit.

Setelah melewati Rotary Dryer, teh masuk kedalam mesin Ball Tea yang

berfungsi untuk pengeringan akhir yang akan menyempurnakan mutu dengan

membentuk gulungan teh. Ball Tea memiliki kapasitas 2 000 2 250 kg. Teh

kering dari rotary dryer dikeringkan dalam ball tea dengan suhu 125 150C

dalam waktu 10 12 jam.

Sortasi

Proses berikutnya yaitu sortasi kering, tujuan sortasi kering adalah

menjeniskan teh kering dan mendapatkan ukuran, bentuk, dan warna partikel teh

yang seragam sesuai dengan standar (Arifin, 1994). Disamping itu juga bertujuan

untuk menghilangkan kotoran, serat, tulang daun dan debu. Hal ini merupakan

proses yang penting untuk mencapai harga rata-rata tertinggi dari teh kering yang

dihasilkan. Syarat-syarat yang ditentukan oleh pasaran teh perlu diperhatikan oleh
pabrik teh yang bersangkutan agar dapat dihasilkan teh dengan harga setinggi

mungkin (Adisewojo, 1982).

Pengemasan

Pengemasan memegang peranan penting dalam penyimpanan bahan

pangan. Dengan pengemasan dapat membantu mancegah dan mengurangi

terjadinya kerusakan. Kerusakan yang terjadi berlangsung secara spontan karena

pengaruh lingkungan dan kemasan yang digunakan. Kemasan akan membatasi

bahan pangan dari lingkungan sekitar untuk mencegah proses kerusakan selama

penyimpanan (Winarno dan Jenie, 1982).

Anda mungkin juga menyukai