Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teh merupakan salah satu tanaman industri yang sangat penting.


Berdasarkan proses pengolahannya, jenis teh dapat dibedakan menjadi teh tanpa
fermentasi (teh putih dan teh hijau), teh semi fermentasi (teh oolong), serta teh
fermentasi (teh hitam). Dari tanaman ini diambil daunnya yang masih muda,
kemudian diolah dan digunakan untuk bahan minuman yang lezat. Disamping itu,
teh juga diekspor dan menghasilkan devisa untuk negara. Kebutuhan akan teh
didalam dan diluar negeri terus meningkat. Karena itu, diusahakan penanaman teh
diperluas dan diperbaiki. Tanaman teh karena berasal dari subtropis, maka cocok
ditanam di daerah pegunungan. Garis besar syarat tumbuh untuk tanaman teh
adalah kecocokan iklim dan tanah.
Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama telah dikenal
dalam peradaban manusia. Penanaman botani tanaman ini memiliki sejarah
sendiri. Dalam buku Species Plantarum, menamakan tanaman ini sebagai Thea
sinensis. Kemudian, selama bertahun-tahun diperkenalkan dua nama ilmiah oleh
para ahli botani, yaitu Camellia thea di India dan Sri Lanka dan Cohen Stuart dari
Indonesia menggunakan nama Camellia theiufera. Tetapi sekarang terdapat ke-
seragaman nama ilmiah untuk tanaman ini yaitu Camellia sinensis (L) yang
diperkenalkan oleh O. Kuntze (Eden, 1956).
Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara menerus
setelah umur 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat
memberi hasil daun teh yang cukup besar selama 40 tahun. Pemetikan pada daun
teh tidak asal petik, daun teh dipetik dengan beberapa macam jenis pemetikan,
yang tujuannya untuk mendapatkan kualitas rasa yang baik. Pemetikan terbaik
adalah pemetikan yang dekat dengan ujung pucuk. Dalam laporan ini, akan
dibahas tentang pemetikan dan jenis pemetikan daun teh yang telah dipraktikkan
di Lahan Praktik Jurusan Perkebunan Polbangtan Medan, yang akan digunakan
sebagai bahan ajar ke depan.

1
B. Tujuan
1. Mahasiswa/i mengetahui apa yang dimaksud dengan pemetikan daun teh
dalam penanganan pascapanen budidaya tanaman tersebut
2. Mahasiswa/i mengetahui jenis pemetikan daun teh dan dapat
membedakannya ketika terjun ke lapangan

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Teh
Menurut Fitri (2009) taksonomi tanaman teh sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Kelas : Dichotyledoneae
Ordo : Trantroemiaccae
Family : Theaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis
Sejak abad ke-4 M teh dikenal di Cina dan dimanfaatkan sebagai ramuan
obat. Tanaman teh (Camellia sinensis) berasal dari Asia Tenggara. Teh
merupakan tanaman yang dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi.
Namun di Indonesia umumnya tanaman teh ditanam di daerah dataran tinggi yang
beriklim sejuk. Semakin tinggi daerah penanamna teh maka semakin tinggi mutu
daun teh yang dihasilkan (Ghani, 2002).
Berdasarkan proses pengolahannya, jenis teh dapat dibedakan menjadi teh
tanpa fermentasi (teh putih dan teh hijau), teh semi fermentasi (teh oolong), serta
teh fermentasi (teh hitam).
Gambar 1. Proses Pengolahan Teh

3
Tanaman teh dapat tumbuh di suhu antara 130-250C, dan suhu
pertumbuhan optimal antara 130-150C. Suhu maksimal untuk tanaman teh adalah
300, diatas suhu tersebut maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Kualitas
dan aroma teh pada dataran tinggi lebih baik daripada dataran rendah. Curah hujan
rata-rata yang ideal untuk tanaman teh adalah 2.000 mm dan kelembaban relatif
>70%. Tanaman teh dapat tumbuh di daerah rendah, yaitu 400 -800 meter diatas
permukaan laut, namun dibutuhkan tanaman pelindung. Di daerah tropis
ketinggian wilayah yang baik bagi tanaman teh adalah antara 800 -1.500 meter
diatas permukaan laut, namun teh akan dapat tumbuh secara optimal di ketinggian
diatas 1.300 mdpl (Pusat Penelitian dan PengembanganPerkebunan, 2010).
Hasil dari tanaman teh adalah pucuk daun (peko) dan daun muda yang
dipanen dengan cara dipetik. Pemetikan teh bertujuan untuk memetik daun-daun
teh yang cocok untuk pengolahan, dan bertujuan untuk mengkondisikan tanaman
untuk dapat berproduksi secara berkesinambungan (Murti, 2009).
Pemetikan teh akan memacu pertumbuhan tunas baru, yang dapat dipetik
kembali dalam kurun waktu sekitar 1-2 minggu setelah pemetikan terakhir.
Produktivitas perkebunan teh ditentukan oleh jumlah dan kualitas para
pemetiknya. Tanaman teh akan siap dipetik ketika sudah memiliki ketinggian
antara 80 cm -120 cm. Pemetikan daun teh menggunakan cara pemetikan semi
mekanis (gunting dan waring), pemetikan mekanis (mesin petik), dan pemetikan
manual. Bagian dari tanaman teh yang dipetik adalah pucuk daun (peko) beserta 2
atau 3 daun muda dibawahnya (p+2, p+3) dan pucuk burung beserta 1, 2, atau 3
daun dibawahnya (b+1, b+2, b+3) (Suswono, 2014).

4
III. METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktek Lapangan mahasiswa/mahasiswi Polbanhgtan Medan
jurusan Penyuluhan Perkebunan mengenai pemetikan tanaman teh dilaksanakan di
lahan praktikum teh Polbangtan Medan. Dilaksanakan pada hari Kamis, 31
Oktober 2019 pada pukul 08.00 wib sampai dengan pukul 11.30 wib.

B. Persiapan
Pada pukul 08.00 sampai dengan 10.00 mahasiswa/mahasiswi Polbangtan
Medan Jurusan Penyuluhan Perkebunan semester VII (tujuh) B berkumpul di
dalam ruangan kelas Theobroma cacao untuk diberikan materi dan pengarahan
sebelum melakukan praktek. Setelah itu mahasiswa/mahasiswi langsung menuju
ke lahan praktikum tanaman teh untuk mempraktekan langsung carapemetikan
tanaman teh serta mempresentasikan langsung hasilnya.

C. Prosedur Kegiatan
Adapun prosedur kegiatan yang dilakukan sebagai berikut.
1. Mendengarkan materi dan pengarahan dari dosen
2. Mengamati lahan praktikum
3. Mahasiswa/mahasiswi mempraktekan langsung teori yang sudah di bahas di
dalam kelas dengan memetik tanaman teh yang di bagi menjadi tujuh jenis
petikan, diantaranya petikan imperial, petikan pucuk putih, petikan halus,
petikan sedang, petikan kasar, petikan kasar sekali, dan petikan lempar
dengan menerapkan masing-masing rumus di setiap petikan
4. Hasil pemetikan tanaman teh kemudian dikumpulkan dan di tempelkan pada
kertas double folio sebagai hasil praktikum di lapngan
5. Hasil praktikum dalam double folio kemudian di presentasikan di depan
dosen pemangku mata kuliah teknologi inovasi pengolahan
6. Mahasiswa/mahasiswi kembali ke asrama dan menyusun laporan praktikum
mengenai pemetikan tanaman teh

5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan untuk menyediakan daun teh segar adalah pemetikan daun teh.
Kegiatan ini berupa pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat
pengolahan. Pemetikan menjadi sangat penting karena dapat menentukan mutu
teh yang akan diolah. Apabila petikan merupakan petikan halus maka potensi
kualitas teh jadi tinggi. Makin kasar petikannya maka makin rendah potensi
kualitas teh . Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha membentuk kondisi
tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Berikut ini
adalah hasil jenis pemetikan yang dilakukan penulis saat melakukan praktek yang
berada di lokasi lahan praktek Politeknik Pembangunan (POLBANGTAN)
Medan.
A. Jenis – Jenis Pemetikan
1. Petikan imperial, yaitu satu pucuk peko hanya diambil kuncup pekonya saja,
kuncup dan daun tetap dibiarkan di ranting burung serta tidak
memperhatikan jumlah daun.
2. Petikan pucuk putih atau petikan pucuk emas, rumus petiknya adalah
p+1/k+1 atau p+1/k+2. Rumus p+1/k+1 artinya dari satu ranting peko
dipetik pucuknya yang terdiri dari kuncup peko dan satu helai daun tua
dengan meninggalkan kepel dan satu helai daun tua di ranting. Sedangkan
p+1/k+2 artinya dari satu ranting peko dipetik pucuknya yang terdiri dari
kuncup peko dan satu helai daun tua dengan meninggalkan kepel dan dua
helai daun tua di ranting.
3. Petikan halus, rumus petiknya adalah p+2 muda/k+1, p+2/k+1, atau b+1
muda/k+1. Rumus p+2 muda/k+1 artinya dari satu ranting peko dipetik
pucuknya yang terdiri dari kuncup peko dan dua helai daun dengan satu
daun termuda masih menggulung dan meninggalkan kepel dengan satu helai
daun tua di ranting. Rumus p+2/k+1 artinya dari satu ranting peko dipetik
pucuknya yang terdiri dari kuncup peko dan dua helai daun tua dengan
meninggalkan kepel dan satu helai daun tua di ranting. rumus b+1
muda/k+1.

6
4. Petikan sedang, rumus petiknya adalah p+3 muda/k+1, rumus petik p+3
muda/k+1 artinya dari satu ranting peko dipetik pucuknya yang terdiri dari
kuncup peko dan tiga helai daun (satu helai daun masih muda dan
menggulung) dengan meninggalkan kepel dan satu helai daun tua di ranting.
5. Petikan kasar, rumus petiknya adalah p+3/k+1 dan p+4 muda/k+1. Rumus
petik p+3/k+1 artinya dari satu ranting peko dipetik pucuknya yang terdiri
dari kuncup peko dan tiga helai daun tua dengan meninggalkan kepel dan
satu helai daun tua di ranting.
6. Petikan kasar sekali, rumus petiknya adalah p+4/k+1. artinya dari satu
ranting peko dipetik pucuknya yang terdiri dari kuncup peko dan empat
helai daun tua dengan meninggalkan kepel dan satu helai daun tua di
ranting.
7. Petikan lempar, rumus petiknya adalah p+5 muda/k+1 dan p+5/k+1. Rumus
petik p+5 muda/k+1 artinya dari satu ranting dipetik pucuknya yang terdiri
dari kuncup peko dan lima helai daun (satu helai daun masih muda dan
menggulung) dengan meninggalkan kepel dan satu helai daun tua di ranting.

Berikut Gambar petikannya :

7
V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulannya sebagai berikut.
1. Pemetikan tanaman teh adalah pekerjaan memetik pucuk teh yang terdiri
dari kuncup, ranting muda, dan daunnya.
2. Ada 2 jenis ranting pada tanaman teh, yaitu ranting peko dan ranting pucuk
burung.
3. Pemetikan tanaman teh yang di bagi menjadi tujuh jenis petikan,
diantaranya petikan imperial, petikan pucuk putih, petikan halus, petikan
sedang, petikan kasar, petikan kasar sekali, dan petikan lempar dan masing-
masing memiliki rumus di setiap petikan.

B. Saran
Adapun saran dalam laporan kegiatan Teknik Pemetikan Teh sebagai
berikut.
1. Sebaiknya kegiatan praktikum ini bisa dilakukan secara terus menerus
supaya mahasiswa/mahasiswi lebih memahami materi yang di sampaikan
oleh dosen.
2. Sebaiknya kegiatan dilakukan tidak pada saat tanaman teh sudah di pangkas
karena kesulitan dalam mencari pucuk tanaman teh.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ghani, M.A. 2002. Buku Pintar Mandor Dasar-dasar Budidaya Teh. Penebar
Swadaya. Jakarta

Murti, K. 2009. Buku Ajar Budidaya Tanaman Teh dan Karet

Suswono. 2014. Pedoman Teknis Budidaya Teh yang baik (Good Agriculture
Practices/GAP on tea). Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai