Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menurut Samarayasevika (2012:1), tebu (saccharum officanarium L.)


merupakan tanaman yang masih dalam golongan graminae atau sejenis dalam
suku rumput-rumputan. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim
tropis. Bentuk pohon dari tanaman tebu yaitu batang yang berbentuk
memanjang keatas dan terdapat ruas-ruas dibatangnya. Daunya terdapat pada
setiap ruasnya.

Tebu atau sugar cane memiliki kadar gula yang tinggi. Oleh karena itu,
tebu dikenal pemanfaatannya sebagai bahan pokok pembuatan gula. Salih
Husain sebagai Mentri Perindustrian mengatakan terdapat 62 unit pabrik gula
kristal purih berbasis tebu tersebar di seluruh Indonesia, dengan rincian 50
unit dikelola BUMN dan 12 pabrik swasta.

Samarayarasevika (2012:3) mengatakan bahwa selain digunakan untuk


bahan pembuatan gula, nira atau air tebu dapat juga dimanfaatkan untuk
menjaga kesehatan gigi, kesehatan jantung, meningkatkan metabolisme,
membantu pengobatan penyakit kuning karena memberikan kekuatan untuk
hati yang menjadi lemah saat penyakit kuning, membantu dalam menjaga
aliran seni dan juga membantu ginjal untuk menjalanan fungsi mereka dengan
baik.

Nira atau air tebu memanglah sangat bermanfaat, lalu bagaimana dengan
limbah yang dihasilkan oleh tebu? Dengan banyaknya gula berbasis tebu di
Indonesia, apakah limbah tebu yang berupa ampas atau bagasse hanya
dibuang begitu saja? Sedangkan dalam Wikipedia ensiklopedia bebas
diterangkan bahwa, dari proses pembuatan gula tersebut akan dihasilkan gula
dengan presentase 5,0%, ampas tebu 90%, dan sianya berupa tetes (molase)
dan air.

Ainun Mardhiah dan Misbahul Jannah (2016:01) mengatakan bahwa


ampas tebu selama ini hannya dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengolahan

1
tebu atau hanya dibakar dan menghasilkan abu. Abu hasil pembakaran.
Ampas ini dapat menyebabkan pencemaran sehingga perlu difikirkan
alternatif pemanfaatannya yang lebih berguna dan tanpa menyebabkan
pencemaran lingkungan.

Menurut Subroto (2006:47), ampas tebu atau bagasse diperoleh dari sisa
pengolahan tebu (saccharum officinarum L.) pada industri gula. Pemanfaatan
ampas tebu masih belum optimal. Dari proses pengolahan tebu menjadi gula,
dihasilkan limbah berupa ampas tebu sekitar 32% dari berat tebu yang
digiling. Sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan sebagai bahan
bakar, bahan baku untuk industri pulp/kertas dan industri jamu, sisanya
sebanyak 40% belum dimanfaatkan.

Dalam tulisanya Rowell (1997:02), komposisi kimia ampas tebu


memiliki kandungan selulosa 32 - 48%, pentosan 27 - 29%, lignin 19 - 24%,
abu 1,5 - 5% dan silica 0,7 - 3,5%, sehingga berpotensi untuk dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku papan partikel.

Dalam Anonim (2004:04), industri pengolahan kayu sendiri saat ini


banyak mengalami kekurangan bahan baku khususnya dalam bentuk kayu
bundar, karena kemampuan produksi kayu tersebut terutama dari hutan alam
semakin menurun dan terbatas. Realisasi produksi kayu bulat tahun 2008
sebesar 31.491.584 m, jumlah ini di bawah dari yang dibutuhkan oleh industri
kayu yaitu sekitar 50.000.000 m, sehingga pada tahun tersebut dilakukan
impor kayu bulat sebesar 17.003.001 m.

Mengingat kondisi hutan Indonesia yang menurun kemampuan


produksinya, diperkirakan kekurangan akan bertambah parah sejalan dengan
waktu. Kesulitan yang dialami industri dalam memenuhi bahan bakunya,
dikhawatirkan menjadi pemicu maraknya penebangan dan perdagangan kayu
secara illegal di Indonesia. Dampak negatif dari kondisi ini antara lain
tutupnya perusahaan pengolahan kayu, rusaknya hutan beserta ekosistem di
dalamnya dan makin besarnya tekanan dunia internasional terhadap
manajemen hutan dan produk hasil hutan dari Indonesia.

2
Untuk menanggulangi atau paling tidak mengurangi berbagai
permasalahan ini, perlu dilakukan berbagai usaha antara lain efisiensi
pemanfaatan kayu, diversifikasi produk dan pemanfaatan limbah kayu baik
dari hasil pemanenan maupun penggunaan industri serta mencari alternatif
pemanfaatan bahan baku kayu yang dapat mensubstitusi penggunaan bahan
baku kayu.

Adapun sumber alternatif lain yang dapat digunakan adalah,


memanfaatkan ampas tebu yang dapat dibuat menjadi papan partikel. Dengan
begitu, dua masalah dapat tersolusikan. Yaitu, mengurangi limbah pabrik gula
yang berupa ampas sehingga tidak lagi menumpuk secara terus-menerus dan
menimbulkan pencemaran lingkungan. Dan memenuhi bahan baku
pembuatan papan, sehingga pabrik industri papan tidak harus menebang
hutan secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan konsumen, akibatnya
hutan akan tetap terjaga keseimbanganya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis menemukan
rumusan masalah berupa:

1. Apakah ampas tebu dapat dimanfaatkan menjadi papan partikel?


2. Bagaimana cara membuat papan partikel dari ampas tebu?

C. Tujuan Penelitian
Banyaknya limbah tebu yang dihasilkan dari pembuatan gula mendorong
penulis untuk mengolahnya agar:

1. Dapat memanfaatkan ampas tebu menjadi papan.


2. Mengetahui cara pembuatan papan dari ampas tebu.

D. Manfaat Penelitian
Penulis membuat karya tulis ini dibantu dan didukung oleh banyak pihak.
Oleh karena itu penulis juga berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi berbagai pihak. Terutama bermanfaat untuk:

3
1. Penulis
a) Memperluas pengetahuan umum.
b) Mengetahui manfaat dari ampas tebu.
c) Menambah wawasan tentang penulisan karya ilmiah yang baik dan
benar.
d) Dapat memenuhi tugas karya ilmiah sebagai persyaratan dalam
mengikuti Ujian Nasional.
2. Pembaca:
a) Mengetahui dan memahami konsep dasar penulisan karya ilmiah.
b) Mengetahui langkah-langkah penulisan karya ilmiah.
c) Mendapat wawasan yang lebih mengenai ampas tebu dan
pemanfaatanya.
d) Sebagai bahan acuan atau penelitian selanjutnyaagar lebih
disempurnakan pembaca.
3. Bagi madrasah:
a) Sebagai referensi dan pemberdayaan perpustakaan.
b) Memberikan nilai tambahan dan unggulan kompetitif bagi madrasah.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Tebu
Dalam bukunya M. Syakir menjelaskan bahwa tanaman tebu tumbuh
didaerah tropika dan sub tropika sampai batas garis isoterm 20o C – 33o yaitu
antara 19o LU – 35o LS. Kondisi tanah yang baik bagi tanaman tebu adalah
yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah, selain itu akar tanaman tebu
sangat sensitif terhadap kekurangan udara dalam tanah sehingga pengairan
dan drainase harus sangat diperhatikan. Drainase yang baik dengan
kedalaman sekitar 1 meter memberikan
peluang akar tanaman menyerap air dan unsur
hara pada lapisan yang lebih dalam sehingga
pertumbuhan tanaman pada musim kemarau
tidak terganggu.

Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik


didaerah dengan curah hujan berkisar antara
1.000 – 1.300 mm per tahun dengan sekurang-
kurangnya 3 bulan kering.

Pengaruh suhu pada pertumbuhan dan Sumber:arluki.wordpress.com

pembentukan sukrisa pada tebu cukup tinggi. Gambar 2.1 tanaman tebu
Suhu ideal bagi tanaman tebu berkisar antara 24 0C–34 0C dengan perbedaan
suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 10 0C. Pembentukan sukrosa
terjadi pada siang hari dan akan berjalan lebih optimal pada suhu 30 0C.
Sukrosa yang terbentuk akan ditimbun/disimpan pada batang dimulai dari
ruas paling bawah pada malam hari. Proses penyimpanan sukrosa ini paling
0
efektif dan optimal pada suhu 15 C. selain itu, tanaman tebu juga
membutuhkan penyinaran 12-14 jam setiap harinya.

5
Tanaman tebu tergolong tanaman perdu dengan nama latin Saccharum
officinarum. Di daerah Jawa Barat disebut Tiwu, di daerah Jawa Tengah dan
Jawa Timur disebut Tebu atau Rosan.

Akar tanaman tebu


termasuk akar serabut tidak
panjang yang tumbuh dari
cincin tunas anakan. Pada fase
pertumbuhan batang, terbentuk
pula akar dibagian yang lebih
atas akibat pemberian tanah
sebagai tempat tumbuh.

Buah tebu seperti padi,


Sumber:kelasbiologiku.blogspot.com memiliki satu biji dengan besar
Gambar 2.2 akar tanaman tebu lembaga 1/3 panjang biji. Biji
tebu dapat ditanam di kebun
percobaan untuk mendapatkan
jenis baru hasil persilangan
yang lebih unggul.

Daun tebu berbentuk busur


panah seperti pita, berseling
kanan dan kiri, berpelepah
seperti daun jagung dan tak
bertangkai. Tulang daun
sejajar, ditengah berlekuk. Tepi
daun kadang-kadang
Sumber:masbidin.net
bergelombang serta berbulu
Gambar 2.3 daun tanaman tebu
keras.

Bunga tebu berupa malai dengan panjang antara 50- 80 cm. Cabang
bunga pada tahap pertama berupa karangan bunga dan pada tahap selanjutnya

6
berupa tandan dengan dua bulir panjang 3-4
mm. Terdapat pula benangsari, putik dengan
dua kepala putik dan bakal biji.

Batang tanaman tebu berdiri lurus dan


beruas-ruas yang dibatasi dengan buku-
buku. Pada setiap buku terdapat mata tunas.
Sumber: namajawa.blogspot
Batang tanaman tebu berasal dari mata tunas
Gambar 2.4 bunga tanaman tebu
yang berada dibawah tanah yang tumbuh
keluar dan berkembang membentuk rumpun. Diameter batang antara 3-5 cm
dengan tinggi batang antara 2-5 meter dan tidak bercabang.

Sumber:khasiat.co.id

Gambar 2.5 batang tanaman tebu

Menurut Samarayarasevika (2012:03), tanaman tebu juga banyak


mengandung manfaat. Seperti, manjaga kesehatan dari penyakit jantung,
menjaga kesehatan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh, dan juga dapat
menyebuhkan penyakit kuning.

Seperti yang sudah diketahui, tebu kebanyakan dipasarkan dalam bentuk


gula kristal curah. Pertama-tama bahan mentah dihancurkan dan diperas,
sarinya dikumpulkan dan disaring, cairan yang terbentuk kemudian
ditambahkan bahan tambahan (biasanya menggunakan kalsium oksida) untuk
menghilangkan ketidakmurnian, campuran tersebut kemudian diputihkan
dengan belerang dioksida. Campuran yang terbentuk kemudian dididihkan,
endapan dan sampah yang mengambang kemudian dapat dipisahkan.

7
Proses pembuatan tebu menjadi gula menghasilkan cukup banyak ampas.
Dan ketika ampas tersebut dibakar, bagian dari tebu tersebut menjadi tidak
berguna.

Rowell (1977:02) mengatakan bahwa, ampas tebu atau lazimnya disebut


bagasse, adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu.
Komposisi kimia ampas tebu memiliki kandungan selulosa 32 - 48%,
pentosan 27 - 29%, lignin 19 - 24%, abu 1,5 - 5% dan silica 0,7 - 3,5%,
sehingga berpotensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku papan
partikel.

B. Papan Partikel
Berdasarkan SNI 03-2105-2006 tentang papan partikel, papan partikel
adalah panel kayu yang dihasilkan dari hasil pengempaan panas campuran
partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya dengan perekat organik
serta bahan lainnya. Papan partikel merupakan salah satu jenis produk
komposit atau panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan
berlignoselulosa lainnya, yang diikat dengan perekat sintetis atau bahan
perekat lain dan dikempa panas.

Haygreen dan Bowyer (1989)


menyatakan bahwa papan partikel
merupakan produk panil yang
dihasilkan dengan memanfaatkan
partikel-partikel kayu dan
sekaligus mengikatnya dengan
suatu perekat. Tipe-tipe papan
partikel dapat dibedakan dalam
Sumber:archozone.org hal ukuran dan bentuk partikel,

Gambar 2.6 papan partikel jumlah resin yang digunakan dan


kerapatan panil yang dihasilkan.

Pada dasarnya sifat papan partikel dipengaruhi oleh bahan baku kayu
pembentuknya, jenis perekat, komposisi yang digunakan serta proses

8
pembuatan partikel tersebut, mulai dari persiapan bahan baku, pembentukan
partikel, pengeringan partikel, proses kempa dan finishingnya.
Sifat Fisis dan Mekanis papan partikel menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI) tentang Papan Partikel No. 03-2105-2006 tercantum pada
Table 2.1.

Tabel 2.1. Standar Papan Partikel menurut SNI 03-2105-2006

Sifat Papan Partikel Persyaratan Nilai


Kerapatan (g/cm3) 0,4-0,9
Kadar Air (%) ≤ 14
Pengembangan Tebal (%) ≤ 12
Keteguhan Rekat Internal (kg/cm²) ≥ 1,5
Kuat pegang sekrup (kg) ≥ 31
MOE (kg/cm²) ≥ 2,04 x 104
MOR (kg/cm²) ≥82
Sumber : SNI 03-2015-2006 tentang papan partikel

Menurut Maloney (1997:27), berdasarkan kerapatannya papan partikel


dibagi dalam 3 golongan, yang pertama adalah papan partikel berkerapatan
rendah (Low Density Particleboard), yaitu papan partikel yang mempunyai
kerapatan kurang dari 0,59 g/cm3. Kedua adalah papan partikel berkerapatan
sedang (Medium Density Particleboard), yaitu papan partikel yang
mempunyai kerapatan antara 0,59 - 0,8 g/cm3. Dan yang terakhir adalah
papan partikel berkerapatan tinggi (High Density Particleboard), yaitu papan
partikel yang mempunyai kerapatan lebih dari 0,8 g/cm3.
Maloney (1997:89) menyatakan berdasarkan morfologinya, partikel yang
digunakan sebagai bahan baku dapat dibedakan menjadi 3 ukuran. Ukuran
yang pertama adalah Flakes, dimensinya bervariasi dengan ketebalan antara
0,2-0,5 mm dengan panjang antara 10-50 mm dan lebar antara 2-2,5 mm.
Ukuran yang kedua adalah Slivers, berbentuk serpihan dengan tebal sampai 5
mm dan panjang sampai 2,5 mm, sedangkan ukuran yang ketiga berupa
serbuk gergaji atau serbuk hasil pengamplasan disebut Fines.

9
Menurtut Maloney (1997:253), papan partikel memiliki keunggulan
dibandingkan kayu asalnya diantaranya adalah bebas mata kayu, tidak pecah,
tidak retak, sifat dan kualitasnya dapat diatur serta ukuran dan kerapatan
dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi papan partikel mempunyai
ketahanan yang rendah terhadap air, yaitu papan partikel mudah menyerap air
dan dalam keadaan basah sifat-sifat yang berhubungan dengan kekuatan
mekanis menurun drastis.

Penggunaan papan partikel antara lain adalah untuk perabotan rumah


tangga, dinding dalam ruang, plafon, lantai dan lain-lain. Keuntungan dari
penggunaan papan partikel antara lain yaitu bahan konstruksi yang cukup
kuat, pengerjaannya mudah dan cepat, mudah melakukan finishing, dan dapat
menghasilkan bidang yang luas. Masyarakat kita juga lebih menyukai
penggunaan barang-barang interior yang terbuat dari papan partikel karena
harganya yang jauh lebih murah, desainnya lebih menarik dan modelnya yang
beraneka ragam dibandingkan dengan barang yang terbuat dari kayu asli.

Menurut Hepi Ari P. (2016:03), karena ampas tebu sebagian besar


mengandung ligno-cellulose. Panjang seratnya antara 1,7 sampai 2 mm
dengan diameter sekitar 20 mikro, sehingga ampas tebu ini dapat memenuhi
persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan buatan.

10
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah ampas tebu yang sudah dikeringkan.

B. Teknik Pengumpulan Data


Dalam memperoleh data, penulis mengumpulkan data dengan melakukan
percobaan secara langsung dan mengmbil data-data yang bersumber dari
jurnal dan tesis.

C. Teknik Percobaan Langsung


Dalam pembuatan papan partikel menggunakan ampas tebu kita perlu
menggunakan alat beserta bahan yang lengkap dan sesuai. Karena setiap alat
dan bahan yang digunakan akan mempengaruhi hasil dari percobaan.
1. Alat:
Berhubung papan partikel yang akan dibuat dalam percobaan ini
adalah jenis yang sederhana, maka alat dan bahan yang digunakan adalah
alat-alat yang sederhana, seperti:
a. 1 buah blander
b. 1 buah kain kasa
c. 1 buah gunting
d. 1 buah mangkuk
e. 1 buah kotak pencetak
2. Bahan:
a. Ampas tebu
b. Lem kayu (dalam percobaan ini penulis menggunakan lem fox)
c. Resin
d. Katalis

11
a b c
Gambar 3.1(a) ampas tebu yang sudah halus dan kering, (b) resin dan kaltalis, (c) lem kayu

3. Cara pembuatan:

Cara pembuatan papan partikel dari ampas tebu juga cukup mudah.
Berikut adalah langkah-langkah pembuatan papan partikel dari ampas
tebu:
a. Bersihkan ampas tebu dari partikel-partikel kecil yang diangggap
mengganggu penggilingan ampas.
b. Ampas tebu dipotong kecil-kecil supaya lebih mudah untuk
dihaluskan.
c. Haluskan ampas tebu menggunakan blender.
d. Keringkan ampas tebu sampai benar-benar kering.

Gambar 3.2 ampas tebu yang sudah kering

12
e. Campurkan ampas tebu dengan lem kayu.

Gambar 3.3 mencampurkan perekat dengan ampas tebu

f. Aduk hingga tercampur rata kemudian tambahkan sedikit resin


dan katalis dengan perbandingan 3 : 1 (penulis mengggunakan 90
ml resin dan 30 ml katalis, disesuaikan dengan kapasitas ampas
tebu yang digunakan).

Gambar 3.4 mencampurkan resin dan katalis

g. Lalu ampas tebu yang sudah dicampur perekat dan resin


dimasukan kedalam cetakan papan (ukuran cetakan disesuaikan
dengan kebutuhan) dan pastikan ampas tebu dicetak dengan
padat.

13
Gambar 3.5 mencetak adonan ampas tebu menjadi papan

h. Setelah itu tunggu sampai kering.

Gambar 3.6 mengeringkan adonan ampas tebu menjadi papan

i. Setelah dipastikan kering ampas tebu yang sudah merekat satu


sama lain dapat di keluarkan dari cetakan.
j. Jadilah papan partikel dari ampas tebu dan siap digunakan sesuai
kebutuhan.

Gambar 3.7 papan partikel dari ampas tebu

14
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Melalui beberapa percobaan penulis mendapatkan bahwa ampas dapat
dijadikan papan partikel. Dan menurut data penulis komposisi kimia ampas
tebu memiliki kandungan selulosa 32 - 48%, pentosan 27 - 29%, lignin 19 -
24%, abu 1,5 - 5% dan silica 0,7 - 3,5%, sehingga berpotensi untuk dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku papan partikel.

B. Pembahasan
Dalam pembuatan papan partikel dari ampas tebu penulis menggunakan
takaran ampas tebu kering 50 gr, lem secukupnya, resin 90 ml, dan katalis 30
ml.

Untuk membuat papan partikel dari ampas tebu juga di perlukan bahan
yang lengkap. Seperti ampas tebu, lem kayu, resin dan katalis.

Ampas tebu mudah saja didapat karena tebu merupakan tanaman yang
sering dijumpai dikalangan masyarakat. Ampas tebu yang digunakan dapat
dari jenis tebu apa saja. Jika ampas tebu yang digunakan dari berbagai jenis
tebu juga tidak akan menimbulkan masalah. Yang terpenting adalah
bagaimana kita mengolahnya menjadi pertikel-partikel halus dan proses
pengeringan yang sempurna.

Lem yang digunakan adalah lem kayu. Yang biasa ditemukan di toko
material terdekat. Pencampuran lem dengan ampas tebu yang sesuai ditandai
dengan ampas tebu yang sudah menggumpal.

Resin dan katalis adalah bahan yang tidak dapat dipisahkan. Jika
membeli resin pasti secara otomatis penjual toko juga akan memberikan
katalisnya. Cara penggunaanya juga harus sesuai takaran, dengan
perbandinagn resin dan katalis adalah 3 : 1.

15
Selain takaran yang sesuai dan bahan yang lengkap, langkah-langkah
pembuatan papan partikel juga harus diperhatikan. Langkah-langkah
pembuatan papan partikel dari ampas tebu adalah sebagai berikut.

Langkah pertama siapkan ampas tebu yang sudah dibersihkan dari


partikel-partikel kecil yang sekiranya mengganggu dalam proses
penggilingan. Dalam proses penggilingan ampas tebu harus benar benar halus
supaya didapat papan dengan kepadatan tinggi.

Setelah itu keringkan ampas tebu dibawah terik sinar matahari dan
pastikan ampas tebu benar-benar kering. Jika matahari sedang terik,
dibutuhkan waktu satu hari untuk didapatkan ampas tebu yang benar-benar
kering. Tetapi, jika kondisinya sedang tidak mendukung, proses pengeringan
bisa memakan waktu Selama 2 – 3 hari. Proses pengeringan ini, bertujuan
untuk memisahkan fraksi bukan serat lingo-selulosa dari bagasse seperti sisa
gula, zat warna dan jaringan parenkim yang sekiranya dapat mengganggu
proses perekatan antar partikel ampas tebu dengan perekat.

Pencampuran ampas tebu dengan perekat dilakukan setelah ampas tebu


benar-benar kering. Kadar perekat yang dicampurkan juga harus diperhatikan.
Karna sangat bepengaruh pada kekuatan papan partikel yang dihasilkan.
Semakin banyak kadar perekat maka akan semakin kuat papan yang
dihasilkan.
Setelah tercampur rata campuran ampas tebu dicetak dalam cetakan
dengan ukuran sesuai keinginan. Dalam proses pencetakan ampas tebu harus
dipadatkan supaya perekat bekerja dengan sempurna dan menghasilkan papan
yang kuat.

Ampas tebu yang sudah dicetak kemudian dijemur sampai adonan benar-
benar keras dan merekat dengan sempurna.

Setelah benar-benar kering ampas tebu yang sudah merekat bisa


dikeluarkan dari cetakan. Ampas yang sudah kering ditandai dengan bagian
permukaanya terasa keras dan mudah dikeluarkan dari cetakan. Terkadang
kita menemukan began luar adonan yang sudah mengeras namun sukar untuk
di keluarkan dari cetakan. Itu menandakan bahwa adonan belum benar-benar

16
kering. Bahkan jika dipaksa untuk dilepas itu akan merusak bagian dari papan
partikel.
Jika papan sudah dipastikan kering maka papan partikel dari ampas tebu
siap untuk diaplikasikan dalam berbagai olahan. Seperti, meja belajar, almari,
bingkai foto, hiasan dinding, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini yang menjadi kendala penulis untuk membuat papan
partikel dari ampas tebu adalah menemukan resin. Resin hanya dapat
ditemukan di toko kimia. Jarak yang jauh dari toko kimia menjadi alasan
tertundanya percobaan. Namun, dengan dukungan dari berbagai pihak,
penulis dapat menyelesaikan percobaan ini hingga berhasil.

17
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari percobaan yang sudah dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa
ampas tebu dapat dijadikan sebagai papan. Kadar perekat berpengaruh nyata
terhadap keteguhan patah papan partikel ampas tebu. Makin tinggi kadar
perekat, semakin tinggi nilai modulus patah, modulus elastisitas, keteguhan
rekat, kuat cabut sekrup dan menurunkan pengembangan tebal.

B. Saran

Dari penelitian yang sudah dilakukan, penulis memiliki saran yang perlu
diperhatikan oleh pembaca:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan


yang masih bisa dimanfaatkan dalam ampas tebu.
2. Perlu adanya lembaga yang memanfaatkan limbah seperti ampas tebu
yang ternyata dapat menghaslkan nilai jual yang tinggi.
3. Pemerintah seharusnya menyadari dengan banyaknya pabrik gula
berbasis tebu dengan limbahnya yang terus bertambah dapat mencemari
lingkungan. Disamping itu, hutan industri yang semakin berkurang karna
tingginya kebutuhan dapat merusak ekosistem alam. Dengan menjadikan
ampas tebu untuk memenuhi pemasokan yang dihasilkan oleh hutan
industri, negara akan mendapat dua keuntungan, yaitu berkurangnya
limbah tebu dan kebutuhan yang berbahan baku kayu dapat teralternatif
dengan limbah ampas tebu, dengan begitu ekosistem alam akan terjaga.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004, Teknologi Ramah Lingkungan Untuk Industri Pulp & Kertas.
Jurnal Edukasi Kimia.
Ari, Hepi & Enggar Herman, 2016. Studi Awal Mengenai Pembuatan Surfaktan
Dari Ampas Tebu. Jurnal Edukasi Kimia. Hal:03
DSN. 1996. Mutu Papan Partikel. Dewan Standar Nasional. DSN. Jakarta. SNI
03-2105-1996.
Heyger John G, 1986. Hutan Dan Kehutanan, Kayu.Yogyakarta:UGM Press
Iskandar & Supriadi, Ahmad. 2013. Pengaruh Kadar Perekat Terhadap Sifat
Papan Partikel Ampas Tebu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Hal:20
Kemenperin, Jumlah Pabrik Gula Harus Dikurangi, 2012
http://www.kemenperin.go.id/artikel/11582/Menperin:-Jumlah-Pabrik-
Gula-Harus-Dikurangi. Diunduh tanggal 15 Oktober 2018
Maloney.Thomas,1997. Modern Particleboard &Dry Process Fiberboard
Manifacturing. Universitas Michigan. Miller Freeman Publication. Hal 27.
89, 253.
Mardhiah, Ainun & Jannah, Misbahul. 2016. Pembuatan Kertas Kraft Dari
Ampas Tebu Menggunakan Metode Organosolv Jurnal Edukasi Kimia.
Hal: 01
Rowell, R.M., Raymond, A.Y., Judith, K.R. 1997. Paper Composit From
Agrobased Resources. CRC Press, Inc : Lewis Publisher.
Samarayarasevika, Tanaman Tebu Dengan Sejuta Manfaat, 2012.
https://sharingactivemotional.wordpress.com/2012/11/24/tanaman-tebu-
dengan-sejuta-manfaat/ diunduh tanggal 15 Oktober 2018
Subroto, 2006. Karakteristik Pembakaran Biobriket Campuran Batu Bara,
Ampas Tebu Dan Jerami. Jurnal Media Mesin 7(2) : 47 - 54.
Sulastiningsih, I.M., Novitasari dan A. Turoso. 2006. Pengaruh Kadar
Perekat Terhadap Sifat Papan Partikel Bambu. Jurnal Penelitian
Hasil Hutan 24(1): 1-8. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil
Hutan. Bogor.
Syakir, dkk. 2010. Budidaya Dan Pasca Panen Tebu. Bogor: Eska Media. Hal:5-9

Wikipedia,2018. Klarifikasi Tanaman Tebu, https://id.wikipedia.org/wiki/tebu.


Diunduh tanggal 15 Oktober 2018.

19

Anda mungkin juga menyukai