PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tebu atau sugar cane memiliki kadar gula yang tinggi. Oleh karena itu,
tebu dikenal pemanfaatannya sebagai bahan pokok pembuatan gula. Salih
Husain sebagai Mentri Perindustrian mengatakan terdapat 62 unit pabrik gula
kristal purih berbasis tebu tersebar di seluruh Indonesia, dengan rincian 50
unit dikelola BUMN dan 12 pabrik swasta.
Nira atau air tebu memanglah sangat bermanfaat, lalu bagaimana dengan
limbah yang dihasilkan oleh tebu? Dengan banyaknya gula berbasis tebu di
Indonesia, apakah limbah tebu yang berupa ampas atau bagasse hanya
dibuang begitu saja? Sedangkan dalam Wikipedia ensiklopedia bebas
diterangkan bahwa, dari proses pembuatan gula tersebut akan dihasilkan gula
dengan presentase 5,0%, ampas tebu 90%, dan sianya berupa tetes (molase)
dan air.
1
tebu atau hanya dibakar dan menghasilkan abu. Abu hasil pembakaran.
Ampas ini dapat menyebabkan pencemaran sehingga perlu difikirkan
alternatif pemanfaatannya yang lebih berguna dan tanpa menyebabkan
pencemaran lingkungan.
Menurut Subroto (2006:47), ampas tebu atau bagasse diperoleh dari sisa
pengolahan tebu (saccharum officinarum L.) pada industri gula. Pemanfaatan
ampas tebu masih belum optimal. Dari proses pengolahan tebu menjadi gula,
dihasilkan limbah berupa ampas tebu sekitar 32% dari berat tebu yang
digiling. Sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan sebagai bahan
bakar, bahan baku untuk industri pulp/kertas dan industri jamu, sisanya
sebanyak 40% belum dimanfaatkan.
2
Untuk menanggulangi atau paling tidak mengurangi berbagai
permasalahan ini, perlu dilakukan berbagai usaha antara lain efisiensi
pemanfaatan kayu, diversifikasi produk dan pemanfaatan limbah kayu baik
dari hasil pemanenan maupun penggunaan industri serta mencari alternatif
pemanfaatan bahan baku kayu yang dapat mensubstitusi penggunaan bahan
baku kayu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis menemukan
rumusan masalah berupa:
C. Tujuan Penelitian
Banyaknya limbah tebu yang dihasilkan dari pembuatan gula mendorong
penulis untuk mengolahnya agar:
D. Manfaat Penelitian
Penulis membuat karya tulis ini dibantu dan didukung oleh banyak pihak.
Oleh karena itu penulis juga berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi berbagai pihak. Terutama bermanfaat untuk:
3
1. Penulis
a) Memperluas pengetahuan umum.
b) Mengetahui manfaat dari ampas tebu.
c) Menambah wawasan tentang penulisan karya ilmiah yang baik dan
benar.
d) Dapat memenuhi tugas karya ilmiah sebagai persyaratan dalam
mengikuti Ujian Nasional.
2. Pembaca:
a) Mengetahui dan memahami konsep dasar penulisan karya ilmiah.
b) Mengetahui langkah-langkah penulisan karya ilmiah.
c) Mendapat wawasan yang lebih mengenai ampas tebu dan
pemanfaatanya.
d) Sebagai bahan acuan atau penelitian selanjutnyaagar lebih
disempurnakan pembaca.
3. Bagi madrasah:
a) Sebagai referensi dan pemberdayaan perpustakaan.
b) Memberikan nilai tambahan dan unggulan kompetitif bagi madrasah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Tebu
Dalam bukunya M. Syakir menjelaskan bahwa tanaman tebu tumbuh
didaerah tropika dan sub tropika sampai batas garis isoterm 20o C – 33o yaitu
antara 19o LU – 35o LS. Kondisi tanah yang baik bagi tanaman tebu adalah
yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah, selain itu akar tanaman tebu
sangat sensitif terhadap kekurangan udara dalam tanah sehingga pengairan
dan drainase harus sangat diperhatikan. Drainase yang baik dengan
kedalaman sekitar 1 meter memberikan
peluang akar tanaman menyerap air dan unsur
hara pada lapisan yang lebih dalam sehingga
pertumbuhan tanaman pada musim kemarau
tidak terganggu.
pembentukan sukrisa pada tebu cukup tinggi. Gambar 2.1 tanaman tebu
Suhu ideal bagi tanaman tebu berkisar antara 24 0C–34 0C dengan perbedaan
suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 10 0C. Pembentukan sukrosa
terjadi pada siang hari dan akan berjalan lebih optimal pada suhu 30 0C.
Sukrosa yang terbentuk akan ditimbun/disimpan pada batang dimulai dari
ruas paling bawah pada malam hari. Proses penyimpanan sukrosa ini paling
0
efektif dan optimal pada suhu 15 C. selain itu, tanaman tebu juga
membutuhkan penyinaran 12-14 jam setiap harinya.
5
Tanaman tebu tergolong tanaman perdu dengan nama latin Saccharum
officinarum. Di daerah Jawa Barat disebut Tiwu, di daerah Jawa Tengah dan
Jawa Timur disebut Tebu atau Rosan.
Bunga tebu berupa malai dengan panjang antara 50- 80 cm. Cabang
bunga pada tahap pertama berupa karangan bunga dan pada tahap selanjutnya
6
berupa tandan dengan dua bulir panjang 3-4
mm. Terdapat pula benangsari, putik dengan
dua kepala putik dan bakal biji.
Sumber:khasiat.co.id
7
Proses pembuatan tebu menjadi gula menghasilkan cukup banyak ampas.
Dan ketika ampas tersebut dibakar, bagian dari tebu tersebut menjadi tidak
berguna.
B. Papan Partikel
Berdasarkan SNI 03-2105-2006 tentang papan partikel, papan partikel
adalah panel kayu yang dihasilkan dari hasil pengempaan panas campuran
partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya dengan perekat organik
serta bahan lainnya. Papan partikel merupakan salah satu jenis produk
komposit atau panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan
berlignoselulosa lainnya, yang diikat dengan perekat sintetis atau bahan
perekat lain dan dikempa panas.
Pada dasarnya sifat papan partikel dipengaruhi oleh bahan baku kayu
pembentuknya, jenis perekat, komposisi yang digunakan serta proses
8
pembuatan partikel tersebut, mulai dari persiapan bahan baku, pembentukan
partikel, pengeringan partikel, proses kempa dan finishingnya.
Sifat Fisis dan Mekanis papan partikel menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI) tentang Papan Partikel No. 03-2105-2006 tercantum pada
Table 2.1.
9
Menurtut Maloney (1997:253), papan partikel memiliki keunggulan
dibandingkan kayu asalnya diantaranya adalah bebas mata kayu, tidak pecah,
tidak retak, sifat dan kualitasnya dapat diatur serta ukuran dan kerapatan
dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi papan partikel mempunyai
ketahanan yang rendah terhadap air, yaitu papan partikel mudah menyerap air
dan dalam keadaan basah sifat-sifat yang berhubungan dengan kekuatan
mekanis menurun drastis.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah ampas tebu yang sudah dikeringkan.
11
a b c
Gambar 3.1(a) ampas tebu yang sudah halus dan kering, (b) resin dan kaltalis, (c) lem kayu
3. Cara pembuatan:
Cara pembuatan papan partikel dari ampas tebu juga cukup mudah.
Berikut adalah langkah-langkah pembuatan papan partikel dari ampas
tebu:
a. Bersihkan ampas tebu dari partikel-partikel kecil yang diangggap
mengganggu penggilingan ampas.
b. Ampas tebu dipotong kecil-kecil supaya lebih mudah untuk
dihaluskan.
c. Haluskan ampas tebu menggunakan blender.
d. Keringkan ampas tebu sampai benar-benar kering.
12
e. Campurkan ampas tebu dengan lem kayu.
13
Gambar 3.5 mencetak adonan ampas tebu menjadi papan
14
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Melalui beberapa percobaan penulis mendapatkan bahwa ampas dapat
dijadikan papan partikel. Dan menurut data penulis komposisi kimia ampas
tebu memiliki kandungan selulosa 32 - 48%, pentosan 27 - 29%, lignin 19 -
24%, abu 1,5 - 5% dan silica 0,7 - 3,5%, sehingga berpotensi untuk dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku papan partikel.
B. Pembahasan
Dalam pembuatan papan partikel dari ampas tebu penulis menggunakan
takaran ampas tebu kering 50 gr, lem secukupnya, resin 90 ml, dan katalis 30
ml.
Untuk membuat papan partikel dari ampas tebu juga di perlukan bahan
yang lengkap. Seperti ampas tebu, lem kayu, resin dan katalis.
Ampas tebu mudah saja didapat karena tebu merupakan tanaman yang
sering dijumpai dikalangan masyarakat. Ampas tebu yang digunakan dapat
dari jenis tebu apa saja. Jika ampas tebu yang digunakan dari berbagai jenis
tebu juga tidak akan menimbulkan masalah. Yang terpenting adalah
bagaimana kita mengolahnya menjadi pertikel-partikel halus dan proses
pengeringan yang sempurna.
Lem yang digunakan adalah lem kayu. Yang biasa ditemukan di toko
material terdekat. Pencampuran lem dengan ampas tebu yang sesuai ditandai
dengan ampas tebu yang sudah menggumpal.
Resin dan katalis adalah bahan yang tidak dapat dipisahkan. Jika
membeli resin pasti secara otomatis penjual toko juga akan memberikan
katalisnya. Cara penggunaanya juga harus sesuai takaran, dengan
perbandinagn resin dan katalis adalah 3 : 1.
15
Selain takaran yang sesuai dan bahan yang lengkap, langkah-langkah
pembuatan papan partikel juga harus diperhatikan. Langkah-langkah
pembuatan papan partikel dari ampas tebu adalah sebagai berikut.
Setelah itu keringkan ampas tebu dibawah terik sinar matahari dan
pastikan ampas tebu benar-benar kering. Jika matahari sedang terik,
dibutuhkan waktu satu hari untuk didapatkan ampas tebu yang benar-benar
kering. Tetapi, jika kondisinya sedang tidak mendukung, proses pengeringan
bisa memakan waktu Selama 2 – 3 hari. Proses pengeringan ini, bertujuan
untuk memisahkan fraksi bukan serat lingo-selulosa dari bagasse seperti sisa
gula, zat warna dan jaringan parenkim yang sekiranya dapat mengganggu
proses perekatan antar partikel ampas tebu dengan perekat.
Ampas tebu yang sudah dicetak kemudian dijemur sampai adonan benar-
benar keras dan merekat dengan sempurna.
16
kering. Bahkan jika dipaksa untuk dilepas itu akan merusak bagian dari papan
partikel.
Jika papan sudah dipastikan kering maka papan partikel dari ampas tebu
siap untuk diaplikasikan dalam berbagai olahan. Seperti, meja belajar, almari,
bingkai foto, hiasan dinding, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini yang menjadi kendala penulis untuk membuat papan
partikel dari ampas tebu adalah menemukan resin. Resin hanya dapat
ditemukan di toko kimia. Jarak yang jauh dari toko kimia menjadi alasan
tertundanya percobaan. Namun, dengan dukungan dari berbagai pihak,
penulis dapat menyelesaikan percobaan ini hingga berhasil.
17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang sudah dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa
ampas tebu dapat dijadikan sebagai papan. Kadar perekat berpengaruh nyata
terhadap keteguhan patah papan partikel ampas tebu. Makin tinggi kadar
perekat, semakin tinggi nilai modulus patah, modulus elastisitas, keteguhan
rekat, kuat cabut sekrup dan menurunkan pengembangan tebal.
B. Saran
Dari penelitian yang sudah dilakukan, penulis memiliki saran yang perlu
diperhatikan oleh pembaca:
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004, Teknologi Ramah Lingkungan Untuk Industri Pulp & Kertas.
Jurnal Edukasi Kimia.
Ari, Hepi & Enggar Herman, 2016. Studi Awal Mengenai Pembuatan Surfaktan
Dari Ampas Tebu. Jurnal Edukasi Kimia. Hal:03
DSN. 1996. Mutu Papan Partikel. Dewan Standar Nasional. DSN. Jakarta. SNI
03-2105-1996.
Heyger John G, 1986. Hutan Dan Kehutanan, Kayu.Yogyakarta:UGM Press
Iskandar & Supriadi, Ahmad. 2013. Pengaruh Kadar Perekat Terhadap Sifat
Papan Partikel Ampas Tebu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Hal:20
Kemenperin, Jumlah Pabrik Gula Harus Dikurangi, 2012
http://www.kemenperin.go.id/artikel/11582/Menperin:-Jumlah-Pabrik-
Gula-Harus-Dikurangi. Diunduh tanggal 15 Oktober 2018
Maloney.Thomas,1997. Modern Particleboard &Dry Process Fiberboard
Manifacturing. Universitas Michigan. Miller Freeman Publication. Hal 27.
89, 253.
Mardhiah, Ainun & Jannah, Misbahul. 2016. Pembuatan Kertas Kraft Dari
Ampas Tebu Menggunakan Metode Organosolv Jurnal Edukasi Kimia.
Hal: 01
Rowell, R.M., Raymond, A.Y., Judith, K.R. 1997. Paper Composit From
Agrobased Resources. CRC Press, Inc : Lewis Publisher.
Samarayarasevika, Tanaman Tebu Dengan Sejuta Manfaat, 2012.
https://sharingactivemotional.wordpress.com/2012/11/24/tanaman-tebu-
dengan-sejuta-manfaat/ diunduh tanggal 15 Oktober 2018
Subroto, 2006. Karakteristik Pembakaran Biobriket Campuran Batu Bara,
Ampas Tebu Dan Jerami. Jurnal Media Mesin 7(2) : 47 - 54.
Sulastiningsih, I.M., Novitasari dan A. Turoso. 2006. Pengaruh Kadar
Perekat Terhadap Sifat Papan Partikel Bambu. Jurnal Penelitian
Hasil Hutan 24(1): 1-8. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil
Hutan. Bogor.
Syakir, dkk. 2010. Budidaya Dan Pasca Panen Tebu. Bogor: Eska Media. Hal:5-9
19