Disusun oleh :
Reza umami
M.Firlian Alfan
Siva Fuadiyah
MA MA’ARIF NU PAGUYANGAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,
dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Perkembangan Islam Di Indonesia” ini dengan tepat waktu.
Di tugas kali ini kami akan menyatakan tentang perkembangan Islam di Indonesia. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak kekurangan dan memerlukan
banyak perbaikan. Pada kesempatan ini, dengan tulus ikhlas kami menyampaikan terimakasih
yang tak terhingga kepada kedua orang tua kami, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
kelas XII IPS 3 Dra. Hj. Mardiyah, teman-teman kelas XII IPS 3, dan semua orang yang telah
turut serta membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Kami berharap semua pihak dapat
mendukung berjalannya tugas kami ini, kami mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun guna menjadikan tugas kami menjadi lebih baik kedepannya.
Kami selaku penyusun berharap semoga karya tulis ini ada guna dan manfaatnya bagi para
pembaca. Serta kami minta maaf apabila ada beberapa hal yang belum tepat atau salah.
Penyusun,
Oktober 2019
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Islam adalah salah satu agama yang memiliki penganut terbesar di dunia. Selain
itu, penganutnya juga terus menerus mengalami peningkatan dan perkembangan yang
sangat signifikan setiap tahunnya. Perkembangan tersebut terjadi di seluruh dunia, tanpa
terikat oleh geografis, etnis, dan lain sebagainya.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa agama Islam diturunkan oleh Allah
kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Sejak saat itulah, rasulullah SAW
mulai menyebarkan keseluruh penjuru dunia khususnya Jazirah Arab.
Agama Islam lahir dan berkembang di Jazirah Arab. Dalam perkembangannya,
Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Islam masuk ke Indonesia
dibawa oleh para pedagang muslim dari Arab dan India sekitar abad ke-7M. Para
pedagang muslim tersebut melakukan kegiatan perdagangan sambil menyebarkan agama
Islam.
Kehadiran agama Islam pada abad ke-6 Masehi membawa kemajuan peradaban di
Jazirah Arab dan sekitarnya. Peradaban dunia Arab yang semula terbelakang, menjadi
peradaban yang maju dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Seiring dengan
perkembangan Daulah Islamiah, wilayah kekuasaan Islam semakin luas, hingga
mencapai daratan Eropa. Dalam perkembangan selanjutnya, Islam tersebar sampai
keseluruh benua di dunia.
Mengenai sejarah awal mula masuknya Islam di Indonesia sedikit mengalami
kerancuan antara beberapa pakar. Hal itu terjadi karena tidak adanya bukti yang kuat.
Sehingga menimbulkan beberapa teori yang mutlak kebenarannya dan diterima oleh para
ahli sejarah. Sebagai warga negara Indonesia dan umat Islam yang baik, maka kita harus
mengetahui bagaimana perkembangan Islam di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penyebaran Islam di Indonesia?
2. Bagaimana cara masuknya Islam di Indonesia?
3. Bagaimana peran umat Islam pada masa penjajahan, perang kemerdekaan dan
pembangunan?
4. Siapa saja tokoh-tokoh perkembangan Islam di Indonesia?
C. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan Khusus :
Untuk memenuhi syarat mengikuti Ujian Nasional Tahun 2014-2015
b. Tujuan Umum :
1. Mengingat kembali tentang bagaimana Islam masuk ke Indonesia
2. Mengetahui bagaimana perkembangan Islam pada awal masuknya di Indonesia
3. Dapat mengambil hikmah dari sejarah perkembangan Islam di Indonesia
D. MANFAAT PENULISAN
Dari data di atas, terdapat manfaat yang dapat diambil yaitu :
1. Bagi masyarakat umum
Membantu memberikan wawasan pada masyarakat tentang perkembangan Islam di
Indonesia.
2. Bagi penulis
a. Dapat memberikan wawasan tentang perkembangan Islam di Indonesia
b. Sebagai tambahan materi di luar sekolah
c. Menambah pembendaharaan pustaka yang menunjang minat baca siswa agar
pengetahuannya lebih lua
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut hasil seminar “Masuknya Islam di Indonesia,” pada tanggal 17-20 Maret
1963 di Medan yang dihadiri oleh sejumlah budayawan sejarawan Indonesia, disebutkan
bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pertama kali pada abad pertama Hijriah (kira-
kira abad 8 Masehi).
1. Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan.
Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagang-
pedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan
dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi
melaui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut
serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham.
Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar
sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu
menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa
yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa
banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang
sedang goyah, tetapi karena faktor hubungan ekonomi dengan pedagang-pedagang
Muslim.
Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan
kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
2. Saluran Perkawinan
Dilihat dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial lebih
baik dari pada pribumi Indonesia sendiri, sehingga tidak sedikit penduduk pribumi
yang tertarik dengan para pedagang muslim tersebut khususnya putri-putri raja dan
bangsawan. Proses Islamisasi ini dilakukan sebelum adanya pernikahan yang
kemudian dilanjutkan dengan proses pernikahan sampai pada akhirnya mereka
mempunyai keturunan dan mampu membuat daerah-daerah atau bahkan kerajaan-
kerajaan Islam.
Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim
dengan anak bangsawan atau anak raja dan adipati, karena bangsawan, raja, dan
adipati dapat mempercepat proses masuknya Islam di Indonesia.
Demikianlah yang terjadi antara raden rahmat atau sunan ampel dengan nyai
manila. Sunan Gunung Jati dengan Putri Kaunganten. Brawijaya dengan Putri
Campa yang menurunkan Raden Fatah ( Raja pertama Demak ).
3. Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawauf atau para sufi, mengajarkan teosofi yangb bercampur
dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka
mempunyai kemampuan dan kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka
ada juga yang mengawini putri-putri bangsawan setempat . dengan ilmu tasawufnya
mereka mengajarkan Islam kepada pribumi yang mempunyai persamaan dengan
alam pikiran mereka yangb se4belumnya menganut agama hindu, sehingga agama
baru itu mudah dimenerti dan di terima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan
ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra Islam itu
adalah Hamzah Fansuri di aceh, syeh lemah abang, dan sunan panggung di jawa.
Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di Indonesia di abad ke-19 M bahkan di
abad ke-20 M ini.
4. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok
yang diselenggaakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Di
pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama, dam kiai mendapat pendidikan
agama. Setelah kelua dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing
kemudian mereka berdakwah ketempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya,
pesantren yang didirikan oleh raden rahmat di Ampel Denta Surabaya dan sunan giri
di giri. Keluaran pesantren giri ini banyak yang di undang ke maluku untuk
mengajarkan agama Islam.
5. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan
wayang. Dikatakan, sunan kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam
mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia
meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat.
Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita mahabarata dan Ramayana,
tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam.
Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra ( hikayat, babad,
dan sebagainya ), seni bangunan dan seni ukir.
6. Saluran Politik
Di maluku dan sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya
memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya
Islam didaerah ini. Di samping itu, baik di sumatera dan jawa maupun di Indonesia
bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi
kerajaan-kerajaan non-Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak
menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
Berawal dari daerah itulah Islam mulai menyebar ke berbagai pelosok Indonesia,
yaitu: wilayah-wilayah Pulau Sumatera (selain pantai Sumatera bagian utara), Pulau
Jawa, Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, Kepulauan Maluku dan sekitarnya, dalam
kurun waktu yang berbeda-beda. Hal itu disebabkan antara lain sebagai berikut:
Adanya dorongan kewajiban bagi setiap Muslim/Muslimah, khususnya para
ulamanya, untuk berdakwah mensyiarkan Islam sesuai dengan kemampuan
mereka masing-masing.
Adanya kesungguhan hati dan keuletan para juru dakwah untuk berdakwah
secara terus-menerus kepada keluarga, para tetangga, dan masyarakat sekitarnya.
Persyaratan untuk memasuki Islam sangat mudah, seseorang telah dianggap
masuk Islam hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Ajaran Islam tentang persamaan dan tidak adanya sistem kasta dan diskriminasi
mudah menarik simpati rakyat, terutama dari lapisan bawah.
Banyak raja-raja Islam yang ada di berbagai wilayah Indonesia ikut berperan
aktif melaksanakan kegiatan dakwah Islamiah, khususnya terhadap rakyat
mereka.
1. Sumatera
Daerah yang dimasuki Islam dari kepulauan Indonesia adalah Sumatera bagian
utara, seperti Pasai dan Perlak. Karena wilayah Sumatera bagian Utara letaknya di
tepi Selat Malaka, tempat lalu lintas kapal-kapal dagang dari India ke Cina.
Para pedagang dari India, yakni bangsa Arab, Persi, dan Gujarat, yang juga para
mubalig Islam, banyak yang menetap di Bandar-bandar sepanjang Sumatera Utara.
Mereka menikah dengan wanita-wanita pribu yang sebelumnya telah diIslamkan,
sehingga terbentuknya keluarga Muslim. Mereka mensyiarkan Islam dengan cara
bijaksana, baik dengan lisan maupun sikap dan perbuatan, terhadap sanak famili, para
tetangga, dan masyarakat sekitarnya.
Hingga akhirnya berdiri kerajaan Islam pertama, yaitu Samudra Pasai. Kerajaan
ini berdiri pada tahun 1261 M, di pesisir timur Laut Aceh Lhokseumawe (Aceh
Utara), rajanya bernama Merah Silu, bergelar Sultan Al-Malik As-Saleh. Beliau
menikah dengan putrid Raja Perlak yang memeluk agama Islam.
Samudra Pasai makin berkembang dalam bidang politik, ekonomi, dan
kebudayaan. Seiring dengan kemajuan kerajaan Samudra Pasai yang sangat pesat,
pengembangan agama Islam pun mendapat perhatian dan dukungan penuh. Samudra
Pasai terkenal dengan sebutan Serambi Mekah.
2. Jawa
Penemuan nisan makam Siti Fatimah binti Maimun di daerah Leran/Gresik yang
wafat tahun 1101 M dijadikan tonggak awal kedatangan Islam di Jawa. Hingga
pertengahan abad ke-13, bukti-bukti kepurbakalaan maupun berita-berita asing
tentang masuknya Islam di Jawa sangatlah sedikit. Baru sejak akhir abad ke-13 M
hingga abad-abad berikutnya, terutama sejak Majapahit mencapai puncak
kejayaannya, bukti-bukti proses pengembangan Islam ditemukan lebih banyak lagi.
Misalnya, penemuan kuburan Islam di Troloyo, Trowulan, dan Gresik, juga berita Ma
Huan (1416 M) yang menceritakan tentang adanya orang-orang Islam yang bertempat
tinggal di Gresik.
Pertumbuhan masyarakat Muslim di sekitar Majapahit sangat erat kaitannya
dengan perkembangan hubungan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-
orang Islam yang telah memiliki kekuatan politik dan ekonomi di Kerajaan Samudra
Pasai dan Malaka. Pengembangan Islam di tanah Jawa dilakukan oleh para ulama dan
mubalig yang kemudian terkenal dengan sebutan Wali Sanga (sembilan wali).
2. Sunan Ampel
Sunan Ampel nama aslinya adalah Raden Rahmat. Lahir pada tahun 1401
M dan wafat pada tahun 1481 M serta dimakamkan di di desa Ampel. Sunan
Ampel menikah dengan seorang putri Tuban bernama Nyi Ageng Manila dan
dikaruniai empat orang anak, yaitu: Maulana Makdum Ibrahim (Sunan
Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat), Nyi Ageng Maloka, dan putri yang
menjadi istri Sunan Kalijaga.
Jasa-jasa Sunan Ampel antara lain:
Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya.
Berperan aktif dalam membangun masjid agung Demak, yang
dibangun pada tahun 1479 M.
Memelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan
Raden Fatah sebagai sultan pertamanya.
3. Sunan Bonang
Sunan Bonang nama aslinya adalah Maulana Makdum Ibrahim, putra
Sunan Ampel. Lahir pada tahun 1465 M dan wafat tahun 1515 M. semasa
hidupnya beliau mempelajari Islam dari ayahnya sendiri, kemudian bersama
Raden Paku merantau ke Pasai untuk mendalami Islam. Jasa beliau sangat
besar dalam penyiaran Islam.
5. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifuddin, putra Sunan Ampel dan adik Sunan
Bonang. Beliau berjasa dalam mensyiarkan Islam dan mendidik para santri
sebagai calon mubalig.
7. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq, lahir pada pertengahan abad ke-15 dan
wafat pada tahun 1550 M (960 H). Beliau berjasa dalam menyebarkan Islam
di daerah Kudus dan sekitarnya, Jawa Tengah bagian utara. Sunan Kudus
membangun sebuah masjid yang terkenal sebagai Masjid Menara Kudus.
Sunan Kudus juga terkenal sebagai seorang sastrawan, di antara karya
sastranya yang terkenal adalah gending Maskumambang dan Mijil.
8. Sunan Kalijaga
Nama aslinya adalah Raden Mas Syahid, salah seorang Wali Sanga yang
terkenal karena berjiwa besar, toleran, dan juga pujangga. Beliau adalah
seorang mubalig yang berdakwah sambil berkelana. Di dalam dakwahnya
Sunan Kalijaga sering menggunakan kesenian rakyat (gamelan, wayang, serta
lagu-lagu daerah). Belau wafat pada akhir ke-16 dan dimakamkan di desa
Kadilangu sebelah timur laut kota Demak.
9. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Umar Said, putra dari Sunan Kalijaga. Beliau
seorang mubalig yang berdakwah ke pelosok-pelosok desa dan daerah
pegunungan. Di dalam dakwahnya beliau menggunakan sarana gamelan serta
kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, yang terletak
di sebelah utara kota Kudus.
3. Sulawesi
Menurut berita Tom Pires, pada awal abad ke-16 di Sulawesi banyak kerajaan-
kerajaan kecil yang sebagian masih memeluk kepercayaan Animisme dan
Dinamisme. Di antara kerajaan-kerajaan itu yang paling terkenal dan besar adalah
kerajaan Gowa Tallo, Bone, Wajo, dan Sopang.
Pada tahun 1562-1565 M, di bawah pimpinan Raja Tumaparisi Kolama, kerajaan
Gowa Tallo berhasil menaklukkan daerah Selayar, Bulukumba, Maros, Mandar, dan
Luwu. Pada masa itu, di Gowa Tallo telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat
Muslim dalam jumlah yang cukup besar. Atas jasa Dato Ribandang dan Dato
Sulaemana, penyebaran dan pengembangan Islam lebih intensif dan mendapat
kemajuan yang pesat. Pada tanggal 22 September 1605 Raja Gowa yang bernama
Karaeng Tonigallo masuk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin. Beliau
berhubungan baik dengan Ternate, bahkan secara pribadi beliau bersahabat baik
dengan Sultan Babullah dari Ternate.
Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam, Gowa melakukan perluasan
kekuasaannya. Daerah Wajo dan Sopeng berhasil ditaklukkan pada tahun 1611 M.
Sejak saat itu Gowa menjadi pelabuhan transit yang sangat ramai.
4. Kalimantan
Sebelum Islam masuk ke Kalimantan, di Kalimantan Selatan terdapat kerajaan-
kerajaan Hindu yang berpusat di negara Dipa, Daha, dan Kahuripan yang terletak di
hulu sungai Nagara dan Amuntai Kimi. Kerajaan-kerajaan ini sudah menjalin
hubungan dengan Majapahit, bahkan salah seorang raja Majapahit menikah dengan
Putri Tunjung Buih. Hal tersebut tercatat dalam Kitab “Negara Kertagama” karya
Empu Prapanca.
Menjelang kedatangan Islam, Kerajaan Daha diperintah oleh Maha Raja
Sukarana. Setelah beliau meninggal digantikan oleh Pangeran Tumenggung. Hal ini
menimbulkan kemelut keluarga, karena Pangeran Samudra (cucu Maha Raja
Sukarama) merasa lebih berhak atas takhta kerajaan. Akhirnya Pangeran Samudra
dinobatkan menjadi Raja Banjar oleh para pengikut setianya, yang membawahi
daerah Masik, Balit, Muhur, Kuwin dan Balitung, yang terletak di hilir sungai
Nagara.
Berdasarkan hikayat Banjar, Pangeran Samudra meminta bantuan Kerajaan
Demak (Sultan Trenggono) untuk memerangi Kerajaan Daha, dengan perjanjian
apabila Kerajaan Daha dapat dikalahkan maka Pangeran Samudra beserta rakyatnya
bersedia masuk Islam. Ternyata berkat bantuan tentara Demak, Pangeran
Tumenggung dari Kerajaan Daha dapat ditundukkan sesuai dengan perjanjian,
akhirnya Raja Banjar, Pangeran Samudra beserta segenap rakyatnya masuk Islam dan
bergelar Sultan Suryamullah. Menurut A.A Cense dalam bukunya, “De Kroniek van
Banjarmasin 1928,” peristiwa itu terjadi pada tahun 1550 M.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian.
Daerah-daerah Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah Miso, Jalawati, Pulau Waigio
dan Pulau Gebi.
1. Masa Penjajahan
a. Peranan Umat Islam pada Masa Penjajahan
Dengan dianutnya agama Islam oleh mayoritas masyarakat Indonesia, ajaran
Islam telah banyak mendatangkan perubahan. Perubahan-perubahan itu antara lain:
Masyarakat Indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan pendewaan raja-
raja serta dibimbing agar menghambakan diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha
Esa.
Rasa persamaan dan rasa keadilan yang diajarkan Islam, (lihat Q.S. An-Nahl:
90), mampu mengubah masyarakat Indonesia yang dulunya menganut system
kasta dan diskriminasi menjadi masyarakat yang setiap anggotanya mempunyai
kedudukan, harkat, martabat, dan hak-hak yang sama.
Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan Islam
dengan semboyan “Habbul Watan Minal-Iman” (cinta tanah air sebagian dari
iman) mampu mengubah cara berpikir masyarakat Indonesia, khususnya para
pemuda, yang dulunya bersifat sekatrian (lebih mementingkan sukunya dan
daerahnya) menjadi bersifat nasionalis (lebih mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara).
Semboyan yang diajarkan Islam yang berbunyi “Islam adalah agama yang cinta
damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan” telah mampu mendorong masyarakat
Indonesia untuk melakukan usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan bangsanya
dengan berbagai cara.
َّللاِ الَذِينَ َولَيُقَاتِلُونَ ُك ْم ت َ ْعتَد ُواۚ ِإ َن ََل َّللَ يُ ِحب ْال ُم ْعتَدِين َ َوقَاتِلُوا فِي
َ س ِبي ِل
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas,” (Q.S. Al-Baqarah: 190).
Menurut Islam, berperang dalam rangka mewujudkan dan
mempertahankan kemerdekaan bangsa, negara, dan agama merupakan “Jihad fi
sabilillah” yang hukumnya wajib. Sedangkan umat Islam yang mati dalam
“Jihad fi sabilillah” tersebut dianggap mati syahid, yang imbalannya adalah
surga.
Para pahlawan Islam yang telah berjuang melawan imperialis Portugis dan
Belanda, seperti: Fatahillah, Sultan Baabullah, Pangeran Diponegoro, Imam
Bonjol, dan Habib Abdurrahman, adalah juga para ulama yang beriman dan
bertakwa, yang berakhlak baik dan bermanfaat bagi orang banyak sehingga
mereka menjadi panutan umat.
4. Pondok Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, yang
penyelenggaraan pendidikannya bersifat tradisional dan sederhana. Mata
pelajaran yang diajarkan di pesantren adalah: Ilmu Tauhid, Fikih Islam,
Akhlak, Ushul Fikih, Nahwu, Saraf, dan Ilmu Mantik. Sumber pelajaraannya,
biasanya kitab-kitab berbahasa Arab yang tidak berharakat atau gundul, yang
biasa disebut dengan “Kitab Kuning”.
3. Masa Pembangunan
a. Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan
Dalam usaha mempertahankan kemerdekaan negara Republik Indonesia,
umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk, tampil di barisan terdepan dan
perjuangan, baik perjuangan fisik (berperang) maupun perjuangan diplomasi. Di
tahun-tahun awal kelahirannya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat,
bangsa Indonesia harus menghadapi Jepang (September 1945), negara Sekutu
(November 1945 – Maret 1946), dan Belanda (Agresi Belanda I pada 21 Juli 1947
dan Agresi Belanda II pada 19 Desember 1948).
Selain itu, kemerdekaan negara Republik Indonesia dipertahankan melalui
usaha-usaha diplomatic, yaitu perundingan antara Indonesia dan Belanda,
misalnya: perundingan Linggarjati (November 1946), perjanjian Renville
(Desember 1947), perjanjian Roem Royen (April 1949), dan Konferensi Meja
Bundar di Den Haag (2 November 1949).
Organisasi ini pertama kali diketuai oleh Prof. DR. B.J. Habibie, yang
kemudian menjadi presiden ketiga Republik Indonesia.
Kesimpulan ini kita dapat dari hikmah Rukun Islam yang pada hakekatnya adalah bagaimana
tata cara menjalin komunikasi dan berinter-aksi dengan 3 jenis bentuk komunikasi.
Pertama, salat yaitu melambangkan komunikasi dengan Allah Sang Mahapencipta manusia.
Syarat untuk dapat berkomunikasi dengan Allah haruslah akui dengan tulus eksistensi Allah,
itulah syahadatain.. Jika ingin aman dan selamat dunia akhirat maka haruslah selalu intensif
berkomunikasi dengan Allah disimbolkan dengan salat dan zikir, jalankan perintahnya dengan
patuh tanpa membantah baik dalam pikiran, perasan maupun sikap dan perilaku.
b. Belgia
Di Belgia, berdiri pula gedung Islamic Center sebagai pusat kegiatan dakwah Islam. Jumlah
umat Islam disana sekitar 150.000 orang. Pada tahun 1980 di Brussel
diselanggarakan Mukhtamar Islam Eropa.
c. Austria
Di Austria, pada awala abad 15 H. Pada tahun 1979 dibuka Islamic Center di kota wina yang
dapat menampung 30.000 jamaah, dilengkapi masjid jami’, perpustakaan Muslim’s Social
Service, madrasah dan perumahan imam. Agama Islam diakui agama resmi setelah Kristen.
d. Belanda
Di Belanda, tepatnya di kota Almelo telah dibangun sebuah masjid yang megah. Di kota ini pula
telah dibentuk federasi organisasi Islam dipimpin Abdul Wahid Van Bomel (bangsa Belanda
asli). Bomel memperjuangkan agar buruh-buruh muslim yang umumnya dari Asia Selatan dan
Afrika supaya diberi kesempatan melakukan shalat lima waktu. Tanggal 14 oktober 1983 di kota
Redderkerk dibangun sebuah masjid yang dapat menampung 500 jamaah dilengkapi ruang
diskusi, ruang tamu, tempat wudhu, dan lain sebagainya.
e. Inggris
Inggris, termasuk salah satu negara yang cukup bagus pengembangan Islamnya. Hal ini
didukung dengan kepeloporannya dalam pemindahan Universitas Islam Toledo di Spanyol ke
Inggris. Sejak itu Inggris mempunyai Universitas Cambridge dan Oxford. Mozarabes salah satu
tokoh yang amat berjasa dan aktif dalam penyebaran ilmu pengetahuan agama Islam. Ia
mengganti namanya menjadi Petrus Al Ponsi, dan beliau menjadi dokter istana Raja Henry I.
Pengembangan Islam dilakukan tiap hari libur, seperti hari Sabtu dan Ahad baik untuk anak-anak
maupun orang dewasa.
f. Roma
Roma merupakan negeri pusat agama Katolik, disana berdiri ± 917 gereja khatolik, protestan,
ortodhox, yunani maupun synagoge. Perkembangan Islam dinegeri itu tidak seperti negara-
negara Eropa lainnya. Meskipun demikian, sejak tahun 1984 umat Islam berhasil meletakkan
batu pertama pembangunan masjid di taman Morst Antene di Pariali, yakni suatu daerah yang
tertib di roma. Selama ini umat Islam di Italia baru memiliki mesjid di kota Catania Sicilia, dan
pertengahan tahun 1995 mesjid bantuan Arab Saudi itu telah diresmikan pemakaiannya. Jumlah
umat Islam di Roma sekitar 30.000 orang, sedang di Italia (selain Roma) berjumlah 29.000
jamaah.
b. Libya
Negeri Mouamar Ghadafi ini merupakan kawasan terpanas di Timur Tengah, dengan luas
1.795.540 km berpenduduk ± 3 juta jiwa terdiri dari bangsa Arab, Barbar serta Palestina hampir
seluruhnya beragama Islam. Rakyat hidup dari sektor pertanian, dan setelah ditemukan sumur-
sumur minyak berkualitas tinggi sebagian penduduknya menjadi tenaga kerja dalam industri ini,
selebihnya mengandalkan tenaga-tenaga asing.
c. Nigeria
Nigeria terletak di sebelah barat Afrika termasuk negara yang kaya minyak yang diekspor ke
Amerika Serikat terbesar kedua setelah Saudi Arabia. Penduduknya terdiri atas macam-macam
suku bangsa berjumlah ± 90 juta dan 75 % beragama Islam selebihnya Kristen maupun
Animisme. Negeri-negeri yang menikmati pengaruh Islam di kawasan Afrika dan hingga kini
penduduknya mayoritas beragama Islam antara lain Maroko, Sudan, Al-Jazair, dan Ethiopia.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut hasil seminar “Masuknya Islam di Indonesia,” pada tanggal 17-20 Maret
1963 di Medan menyebutkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pertama kali pada
abad pertama Hijriah (kira-kira abad 8 Masehi).
Perkembangan Islam di Indonesia terbagi menjadi beberapa wilayah diantaranya
yaitu Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku. Para tokoh yang menyebarkan
Islam di Indonesia di antaranya yaitu wali songo (Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel,
Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Sunan
Kudus dan Sunan Muria).
Sedangkan masuknya Islam di Indonesia menurut Uka Tjandrasasmita dilakukan
dengan enam saluran yaitu: Saluran perdagangan, Saluran perkawinan, Saluran tasawuf,
Saluran pendidikan, Saluran kesenian, dan Saluran politik. Dari keenam saluran di ataslah
Islam bisa menjangkau hampir ke seluruh pelosok Indonesia yang salah satu pengaruhnya
diakui sebagai kebudayaan Indonesia sendiri sampai sekarang seperti Pengaruh bahasa
dan nama, Pengaruh adat-istiadat, Pengaruh kesenian.
B. SARAN
Islam adalah agama yang damai. Islam masuk ke Indonesia bukan dengan peperangan
ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara
damai berkat kegigihan para ulama. Maka dari itu melalui makalah ini kita di ajarkan
untuk dapat berdamai dengan orang-orang disekitar kita. Hindarilah segala pertengkaran
yang dapat merusak hubungan silaturrahmi kita.