Anda di halaman 1dari 23

TATA CARA PENYELENGGARAAN JENAZAH

Makalah diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata pelajaran

pendidikan agama Islam dan budi pekerti pada kelas XI semester II.

Oleh :

Kelompok II

A.Muh. Febri Angga (16242)

A. Moh. Nabawi Paccingi P. Pawi (16441)

Afifah Irianto (16298)

Wahyuni (16324)

Widia Astuti (16355)

Yuzril Dzul Aldza (16295)

SMA NEGERI 1 BONE

2017/2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-

Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah pendidikan agama Islam

ini. Shalawat dan salam kita curahkan kepada baginda Muhammad SAW, yang

telah mengangkat drajat manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang

benderang sekaligus sebagai rahmatan lil alamin (rahmat bagi alam semesta).

Dalam makalah yang kami susun ini terdapat suatu pembelajran yang di

dalamnya menyangkut tentang “TATA CARA PENYELENGGARAAN

JENAZAH”. Makalah yang kami susun ini bertujuan untuk memberikan

referensi dan ilmu pengetahuan terhadap para pembaca agar dapat mencermati

dan mengetahui tata cara penyelenggaraan jenazah yang dilakukan sesuai dengan

sunnah Rasulullah SAW.

Sebelumnya kami mengucapkan permintaan maaf karena kami tidak

menggunakan persiapan yang kurang matang, sehingga makalah yang kami buat

sangat jauh dari kata sempurna. Dan juga ucapan permintaan maaf, jika dalam

makalah kami terdapat suatu kesalahan ataupun kekurangan yang tak lepas dari

kelalaian dari kami itu sendiri.

Kami berharap makalah yang kami susun dapat memperoleh dukungan

dan apresiasi dari guru dan terutama kepada pembaca. Dan kami berharap sebuah

kritik dan saran apabila terdapat unsur kekeliruan dan kesalahan dari makalah

i
yang kami susun, agar dapat menjadi pedoman untuk menyempurnakan makalah

kami.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu

Watampone, 14 Januari 2018

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar ...................................................................................... i


2. Daftar Isi ............................................................................................. iii
3. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
4. BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Jenazah .......................................................................... 3
B. Cara memandikan jenazah .............................................................. 4
C. Cara mengkafani jeazah .................................................................. 7
D. Cara menshalati jenazah................................................................ 10
E. Cara mengubur jenazah ................................................................. 14
5. BAB III Penutup
A. Kesimpulan ............................................................................... 18
B. Saran .......................................................................................... 18
6. Daftar Pustaka ..................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami

kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Tanpa kita sadari, kita

sudah berada di penghujung usia Allah SWT kapan saja dan dimana saja dapat

mencabut nyawa kita.

Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada

derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah

meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT

orang yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim

lainnya yang masih hidup.

Asal mula manusia yaitu diciptakan dari tanah, sehingga ketika dia

meninggal dunia maka tempat kembalinya yaitu di tanah kembali. Namun

sebelum di kembalikan ketempat asalnya, terlebih dahulu harus memenuhu

langkah – langkah dalam hal penyelenggaraan jenazah. Penyelenggaraan jenazah

laki – laki dan perempuan penyelenggaraanyya berbeda. Baik dari segi aturan

maupun dari bacaan yang di lafadzkan.

Menyelenggarakan jenazah adalah suatu perintah agama yang ditunjukkan

kepada ummat muslim, apabila perintah itu telah dilaksanakan dengan baik dan

benar oleh sebagian mereka. Maka kewajiban melaksanakan perintah itu sudah

terbayar. Kewajiban yang demikian dalam istilah agama dinamakan fardhu

kifayah.
1
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka

hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk

menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan

menguburkan orang yang telah meninggal tersebut. Untuk lebih jelasnya 4

persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan dalam penjelasan yang

tertulis di bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian jenazah?

2. Bagaimana tata cara memandikan jenazah?

3. Bagaimana tata cara mengkafani jenazah?

4. Bagaimana tata cara menshalatkan jenazah?

5. Bagaimana tata cara menguburkan jenazah?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jenazah

Kata jenazah diambil dari bahasa Arab (‫ )جن ذح‬yang berarti tubuh mayat

dan kata ‫ جن ذ‬yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki

arti tubuh mayat yang tertutup.

Hukum penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum

muslimin, khususnya penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah.

Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa

hal yang harus dilakukan terhadap jenazah tersebut, yaitu :

1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.

2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan.

3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke

dagu supaya mulutnya tidak menganga/terbuka.

4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan badannya

diselubungi dengan kain.

5. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan handai

tolannya.

6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang.

7. Segerakanlah fardu kifayahnya.

3
B. Memandikan Jenazah

Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani

dan dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang

yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur

ulama adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh

mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka

gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.

Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah

yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Orang yang utama memandikan jenazah

a. Untuk mayat laki-laki

Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah

orang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat,

muhrimnya dan istrinya.

b. Untuk mayat perempuan

Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya,

neneknya, keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.

c. Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan

Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan

sebaliknya untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.

d. Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya

hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki

meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak
4
mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup

ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan.

2. Syarat bagi orang yang memandikan jenazah

a. Muslim, berakal, dan baligh

b. Berniat memandikan jenazah

c. Jujur dan sholeh

d. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan

memandikannya sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu menutupi

aib si mayat.

3. Mayat yang wajib untuk dimandikan

a. Mayat seorang muslim dan bukan kafir

b. Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal

tidak dimandikan

c. Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan

d. Bukan mayat yang mati syahid

4. Tatacara memandikan jenazah

Berikut beberapa cara memandiakan jenazah orang muslim, yaitu:

a. Perlu diingat, sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih dahulu segala

sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan mandinya, seperti:

1. Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup.

2. Air secukupnya.

3. Sabun, air kapur barus dan wangi-wangian. 5


4. Sarung tangan untuk memandikan.

5. Potongan atau gulungan kain kecil-kecil.

6. Kain basahan, handuk, dll.

b. Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak

kelihatan.

c. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.

d. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.

e. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan

perutnya perlahan-lahan.

f. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.

g. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah,

gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan wudhukan.

h. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah.

i. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur

dengan wangi-wangian.

j. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota

tubuhnya.

k. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya

itulah yang wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam bilangan

ganjil.

6
l. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya,

wajid dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan

tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja.

m. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan

menyulur kebelakang, setelah disirim dan dibersihkan lalu dikeringkan

dengan handuk dan dikepang.

n. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak

membasahi kain kafannya.

o. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak

mengandung alkohol.

C. Mengkafani Jenazah

Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan

sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum

mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah.

Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:

1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan

menutupi seluruh tubuh mayat.

2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.

3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi

mayat perempuan 5 lapis.

4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah,

kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.


7
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:

1. Untuk mayat laki-laki

a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar

dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.

b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas

kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.

c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang

mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.

d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung

lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar

dengan cara yang lembut.

e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga

atau lima ikatan.

f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka

tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup

dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan

kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang

ada.

2. Untuk mayat perempuan

Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri

dari:
8
a. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.

b. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.

c. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.

d. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.

e. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:

a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing

bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup

dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan

wangi-wangian atau dengan kapur barus.

b. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran

dengan kapas.

c. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.

d. Pakaikan sarung.

e. Pakaikan baju kurung.

f. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.

g. Pakaikan kerudung.

h. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua

ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.

i. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

9
D. Menshalatkan Jenazah

Shalat jenazah yaitu shalat yang dilakukan terhadap jenazah/mayat muslim

(laki – laki/ perempuan), yang cara pelaksanaannya hanya dengan berdiri, tanpa

ruku’, sujud, dan duduk.

Yang menjadi cirinya ialah berupa 4 kali ucapan takbir dengan

mengangkat kedua tangan sampai kedau telinga. Shalat jenazah itu dilakukan

dengan berjamaah dan shaf – shafnya harus rapat antara yang satu dengan yang

lainnya.

Dalam melaksanakan shalat jenazah ini, imam berdiri di dekat kepala

jenazah, apabila jenazah itu laki – laki. Dan berdiri di dekat pinggang jenazah,

apabila jenazah itu perempuan.

Adapun tata cara shalat jenazah yaitu :

1. Berdiri tegak menghadap kiblat sambil berniat untuk shalat jenazah. Niatnya

itu dala hati, kalau dilafadzkan adalah sebagai berikut :

Niat untuk laki – laki :

Artinya : “Sengaja aku berniat shalat atas mayat laki-laki empat takbir fardhu

kifayah menjadi makmun/imam karena Allah ta’ala”


10
Niat untuk perempuan :

2. Kemudian bertakbir “Allahu Akbar”

Dalam takbir pertama ini, membaca surah Al – fatihah. Setelah membaca

surah Al – fatihah, lalu takbir lagi “Allahu Akbar”.

3. Dalam takbir kedua membaca do’a shalawat atas Nabi Do’a shalawat atas

Nabi yaitu :

Artinya: “Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan

keluarganya”

Dan lebih sempurna lagi do’a shalawat yaitu :

11
Artinya: “Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan

keluarganya, sebagaimana engkau telah memberikan kesejahteraan kepada

Ibrahim dan keluarganya. Berkatilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana

engkau telah memberkati Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha

terpuji lagi bijaksana”.

Sesudah membaca shalawat, terus takbir “Allahu Akbar”.

4. Dalam takbir yang ketiga ini membaca do’a untuk si mayat. Adapun doa yang

dibaca ialah :

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia dan

sentosakanlah dia, muliakan tempatnya, lapangkanlah kuburnya, sucikanlah dia

dengan air embun dan es, sucikanlah dia dari kesalahannya, sebagaimana

sucinya kain putih dari kotoran. Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih

baik daripada rumahnya, dan gantikan keluarganya dengan keluarga yang lebih
12
baik, masukkan ia kedalam syurga, dan jauhkan ia dari siksa kubur dan siksa

neraka.”

Dan apabila jenazah itu anak – anak, maka doanya adalah sebagai berikut :

Artinya : “Ya Allah jadikanlah dia bagi kami sebagai titipan, penghibur, dan

pahala.”

Sesudah kita membaca do’a kita kembali bertakbir “Allahu Akbar”.

5. Dalam takbir yang keempat ini kita membaca do’a lagi, yaitu :

Artinya : “Ya Allah, janganlah Engkau menghalang – halangi kami atas

pahalanya, jangan engkau memfitnah kami setelah dia tidak ada dan ampunilah

kami ya Allah dan ampunilah dia, dan saudara – saudara kami yang telah

mendahului kami dengan iman, dan janganlah Engkau jadikan dalam hatinya

kedengkian terhadan orang – orang beriman, ya Tuhan kami sesungguhnya

Engkau adalah Maha penyayang.”


13
6. Susudah itu, kita memberi salam ke kanan dan ke kiri dengan menolehkan

kepalanya.

Susudah imam membagi salam ke kanan dan ke kiri, maka sebelum jenazah

diangkat, imam berdoa bersama makmum yang hadir.

E. Menguburkan Jenazah

Berikut adalah tata cara menguburkan jenazah dan sunnah – sunah yang

dianjurkan dalam menguburkan jenazah :

 Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di

atas pundak dari keempat sudut usungan.

 Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus

tergesa-gesa. Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di

belakangnya, di samping kanan atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya

dalam sunnah Nabi.

 Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan,

sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.

 Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari

jangkauan binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.

 Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam

masalah ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi

selain kita (non muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh

Syaikh Al-Albani dalam “Ahkamul Janaaiz” hal. 145)


14
Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di

dasar kubur pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.

Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya

(membentuk huruf U memanjang).

- Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.

- Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.

- Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke

liang lahat dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara

perlahan. Jika tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.

- Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah

mengucapkan: “BISMILLAHI WA ‘ALA MILLATI

RASULILLAHI (Dengan menyebut Asma Allah dan berjalan di atas millah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam).” ketika menurunkan jenazah ke

lubang kubur. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wassalam.

 Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan

jasadnya (dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-

talinya selain tali kepala dan kedua kaki.

- Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya,

sebab tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu

menyingkap wajahnya, kecuali bila si mayit meninggal dunia saat

mengenakan kain ihram sebagaimana yang telah dijelaskan.


15
- Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain

kepala dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu

bata atau papan kayu/bambu dari atasnya (agak samping).

- Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar

menghalangi sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.

- Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke

dalam liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang

dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan

(diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut.

- Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak

dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah

bentuk makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).

- Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan

diperciki air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam

(dalam masalah ini terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat

“Irwa’ul Ghalil” II/206). Lalu diletakkan batu pada makam bagian kepalanya

agar mudah dikenali.

- Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula

menulisi batu nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan,

menginjaknya serta bersandar padanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wassalam telah melarang dari hal tersebut. (HR. Muslim)

- Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam

menjawab pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena
16
ketika itu ruhnya dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka

disunnahkan agar setelah selesai menguburkannya orang-orang itu berhenti

sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si mayit (dan doa ini tidak dilakukan

secara berjamaah, tetapi sendiri-sendiri!). Sesungguhnya mayit bisa

mendapatkan manfaat dari doa mereka.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata jenazah diambil dari bahasa Arab (‫ )جن ذح‬yang berarti tubuh mayat

dan kata ‫ جن ذ‬yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki

arti tubuh mayat yang tertutup. Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang

muslim meninggal dunia maka hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang

muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan,

mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal

tersebut.

B. Saran – saran

Diharapkan kepada para pembaca agar kedepannya dapat

menyelenggarakan jenazah dengan baik dan benar sesuai dengan makalah yang

kami tulis dan sesuai dengan kaidah Islam.

18
DAFTAR PUSTAKA

 Ahnan Maftuh. 2002. Risalah Shalat Lengkap. Surabaya: Bintang Usaha

Jaya.

 http://vicawidiyananurulita.over-blog.com/2016/10/makalah-proses-

penyelenggaraan-jenazah.html

 http://tugasnyanaksmabar.blogspot.co.id/2014/12/makalah-agama-tentang-

penyelenggaraan.html

19

Anda mungkin juga menyukai