“HASAD”
Disusun Oleh :
1. HENI. S
2. IDA. HS
3. PUTRI. AR
4. RANTI
5. RANTI. M
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat taufiq
dan hidayah-Nya lah penulisan makalah ini dapat disesuaikan. Kami selaku penulis
sadar bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu,
penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari Anda demi perbaikan selanjutnya.
Terlepas dari semua kekurangan penulisan makalah ini, baik dalam susunan
dan penulisannya yang salah, penulis memohon maaf dan berharap semoga penulisan
makalah ini bermanfaat khususnya kepada kami selaku penulis dan umumnya kepada
pembaca.
kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya pembuatan makalah ini
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakanag 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II. PEMBAHASAN 2
A. Pengertian Zuhud 2
B. Penyebutan Zuhud Terhadap Dunia Dalam Al Qur’an dan
Hadist 3
C. Tiga Makna Zuhud Terhadap Dunia 4
D. Faktor-Faktor Timbulnya Rasa Zuhud 8
E. Macam-Macam Zuhud Menurut Ibnul Qayyim 10
F. Tingkatan Zuhud 11
G. Keutamaan Orang Zuhud 11
BAB III. PENUTUP 12
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang dapat membahayakan jika menjangkit hati manusia. Ia akan
menimbulkan bahaya (mudlarat) yang luar biasa bagi diri sendiri dan orang
lain.
Bahkan sifat ini dapat merusak amal-amal yang telah di lakukan
manusia serta dapat menyeret manusia kepada kehinaan di akhirat,
meskipun hasad itu hanya seberat biji atau benda yang paling kecil ,
diharamkan baginya untuk surga dan mengakibatkan seseorang masuk
neraka.
Haramnya Hasad telah ditetapkan dalam al-Qur’an.yang merupakan
sifat-sifat orang kafir, munafik dan lemah imannya, sifat orang yang tidak
ingin berterima kasih terhadap saudaranya seagama yang telah mendapat
nikmat dari Allah.
Allah berfirman :
ب لَ ْو َي ُر ُّدو َن ُك ْم مِنْ َبعْ ِد إِي َما ِن ُك ْم ُك َّفارً ا َح َس ًدا مِنْ عِ ْن ِد أَ ْنفُسِ ِه ْم مِنْ َبعْ ِد
ِ َو َّد َكثِي ٌر مِنْ أَهْ ِل ْال ِك َتا
.....َما َت َبي ََّن لَ ُه ُم ْال َح ُّق
“Sebagaimana besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kamu pada kekafiran setelah kamu beriman karenah dengki
yang timbul dari mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka
kebenarannya.”
و َما َءاتَا ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوا َواتَّقُوا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد......
َ
ِ ْال ِعقَا
ب
2
“…apa yang diberikan Rasul kepada kamu, terimalah dan apa-apa
yang dilarangnya, maka tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya”.
Ayat yang ditulis diatas, yakni bahwasannya apa yang diperintahkan
Nabi, maka wajib ditaati dan apa yang dilarang oleh-Nya wajib untuk
dijauhi. Oleh karena itu apabila Nabi memberi perintah untuk melaksanakan
sesuatu, maka wajib dikerjakan demikian pula sebaliknya Nabi melarang
untuk melakukan suatu perbuatan maka wajib untuk menjauhi dan dihindari.
Di dalam kitab Riyald as-Shalihin karya Imam an-nawawi terdapat
hadis Nabi tentang larangan dengki yang berbunyi:
اكمe إي:الeلم قeه وسeلى هللا عليeبي صeه ان النeي هللا عنeعن ابى هريرة رض
بeال العشeeاب اوقeار الحطeل النeeا تأكeeنات كمeوالحسد فإن الحسد يأكل الحس
) االمام النواوي-(رياض الصالحين
“Dari Abu hurairah r.a, sesungguhnya Nabi SAW bersabda:”jauhilah
dirimu dari perbuatan hasud, sebab perbuatan hasud akan memakan
kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar “atau beliau berkata
“memakan rumput.”
3
1.2 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian dari
penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan arti hasad , riya dan aniaya dalam Al-Qur’an.
2. Mengetahui alasan dan faktor hasad sehingga dilarang dalam Al-Qur’an.
3. Mengetahui bahaya orang yang mempunyai sifat hasad.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hasad
Kata hasud dalam bahasa Arab berarti orang yang memilki sifat
dengki. Dengki adalah satu sikap mental seseorang yang tidak senang orang
lain mendapat kenikmatan hidup dan berusaha untuk melenyapkannya. Sifat
ini harus dihindari oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Rasulullah SAW telah bersabda:
“Telah masuk ke tubuhmu penyakit-penyakit umat tedahulu, (yaitu)
benci dan dengki, itulah yang membinasakan agama, bukan dengki
mencukur rambut.” (HR Ahmad dan Turmidzi)
Dari hadits diatas dapat dipahami bahwa hancurnya agama sejak
dahulu adalah disebabkan oleh timbulnya sifat benci dan dengki diantara
pemeluknya. Betapa kejinya sifat benci dan dengki apabila berkembang
ditengah-tengah masyarakat apalagi di sekolah. Sifat tersebut dapat
menghancurkan nama baik sekolah dan sudah dapat dipastikan sekolah
tersebut akan menjadi sumber malapetaka bagi masyarakat di sekitarnya.
Perlu diketahui, bahwa seseorang yang dihasudi, tidak akan pernah
berkurang rezekinya karena adanya orang yang hasud kepadanya, bahkan
seorang yang hasud kepadanya tidak akan pernah mampu “mengambil
sesuatu” yang dimiliki oleh orang yang dihasudi tersebut. Oleh karena itu,
keinginan orang yang hasud akan hilangnya apa yang diberikan Allah Swt
terhadap orang yang dihasudinya itu merupakan perbuatan yang sangat
zalim.
Selanjutnya, seorang yang hasud sebaiknya melihat keadaan orang
yang dihasudinya. Jika orang yang dihasudinya itu memperoleh kenikmatan
duniawi semata, maka sebaiknya dia menyayanginya, bukan bersikap hasud
kepadanya, karena apa yang diperolehnya memang sudah ditentukan
baginya bukan untuk orang yang hasud tersebut. Bukankah kelebihan harta
benda merupakan suatu kesusahan? Seperti yang diungkapkan oleh al-
5
Mutanabbi: “Seorang pemuda menuturkan ‘kehidupannya’ yang kedua.
Yang dibutuhkannya hanyalah yang dimakannya. Sedangkan kelebihan
kehidupannya hanya menjadi kesusahan baginya saja”.
Maksud dari perkataan di atas adalah bahwa banyaknya harta benda
akan menyebabkan timbulnya perasaan khawatir yang berlebihan dalam
dirinya. Seseorang yang memiliki banyak budak perempuan, maka dia akan
semakin merasa khawatir kepada mereka atau bahkan banyak menyita
perhatian dan pikirannya. Begitu juga dengan seseorang yang sedang
berkuasa, dia sangat merasa ketakutan akan dicopotnya jabatan tersebut dari
dirinya.
Ketahuilah, bahwa kenikmatan itu seringkali bercampur dengan
kesusahan. Kenikmatan mungkin hanya bisa dirasakan sebentar saja, tetapi
kesusahan yang mengiringinya mungkin akan dirasakan dalam waktu yang
lama, sehingga orang tersebut menginginkan agar kenikmatan itu segera
sirna saja atau dia bisa membebaskan diri dari kenikmatan tersebut.
Yakinlah, bahwa sesuatu yang membuat seseorang merasa iri terhadap apa
yang dimiliki oleh orang lain belum tentu dirasakan oleh orang tersebut
seperti yang dibayangkan oleh orang yang hasud tersebut. Banyak orang
yang menyangka bahwa para pejabat itu bergelimang dengan kenikmatan.
Mereka tidak memahami bahwa jika seseorang sangat menginginkan
sesuatu, kemudian dia berhasil memperolehnya, maka sesuatu itu akan
terasa biasa-biasa saja baginya, dan dia akan terus mengejar sesuatu yang
dianggapnya lebih tinggi dari itu. Sementara, orang yang hasud hanya
memandang semua itu dengan pandangan yang penuh harap dan penuh
ambisi. Seorang yang hasud hendaknya mengetahui konsekuensi
penderitaan yang mungkin saja dialami oleh orang yang dihasudinya di
balik kenikmatan yang semu yang dirasakannya.
Dalam sebuah hadits yang sanadnya bersambung kepada Zubair bin
al-‘Awwam, Rasulullah Saw bersabda: “Telah menjalar kepada kalian
penyakit umat-umat sebelum kamu, yaitu (penyakit) hasud dan permusuhan.
Sifat permusuhan merupakan sesuatu yang bisa merusak dan
6
membinasakan, yakni merusak agama…. Demi Allah, yang jiwa
Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak dianggap beriman sampai
kalian saling mencintai (satu sama lain). Maukah kalian aku beritahu
tentang sesuatu yang jika kalian mengamalkannya, maka kalian akan saling
menyayangi, sebarkanlah salam di antara kalian”
Dalam hadits lain yang sanadnya bersambung kepada Salim dari
ayahnya, Rasulullah Saw bersabda:
“Tidak diperbolehkan hasud kecuali kepada dua orang, yakni kepada
seorang laki-laki yang diberikan al-Qur’an oleh Allah Swt sedangkan dia
mengamalkannya siang dan malam; dan kepada seorang laki-laki yang
diberikan harta oleh Allah Swt lalu dia menginfakannya di jalan yang
benar siang dan malam”. (HR Bukhari dan Muslim)
7
bagaimana aku hasad kepadanya dalam hal dunia, padahal dia akan
masuk neraka?”
Jika tujuan seseorang adalah akhirat, maka hatinya bersih dari
hasad, tenang, jernih bak air yang memancar dari mata air
pegunungan, lembut bagaikan sutera, tidak ada tempat bagi hasad
didalamnya, bahkan dia senang jika melihat orang lain yang
semisalnya. Akan tetapi jika tujuannya adalah dunia, maka hati sangat
rawan terjangkit hasad, mudah ternoda dan keruh.
Oleh sebab itu bagi mereka yang mempunyai belas-kasihan
terhadap hatinya, hendaknya dia meninggalkan cinta dunia dan
menggantikannya dengan cinta akhirat. Karena kenikmatan akhirat
tidaklah menyempitkan orang yang memburunya, ia adalah
kenikmatan yang sesungguhnya, kenikmatan yang luar biasa, tidak
sebanding dengan kenikmatan-kenikmatan dunia, kenikmatan tersebut
bisa dirasakan oleh orang yang sangat mencintainya, mencari dan
memburunya di dunia ini, jika seseorang tidak ingin memburu
kenikmatan hakiki tersebut, atau lemah keinginannya, maka dia
bukanlah kesatria, karena yang memburu kenikmatan yang hakiki
tersebut adalah para kesatria.
8
penderita baik bagi agamanya maupun dunianya. Di dunia, hatinya
selalu menderita dan tersayat-sayat, boleh jadi dia mati karenanya,
bagaimana tidak? dia membenci orang lain yang mendapatkan
kenikmatan dan mengharap nikmat tersebut musnah darinya, padahal,
hal itu telah ditakdirkan oleh Allah ta’ala dan tidak akan musnah
sampai saat yang telah ditentukan. Sebagian Ahli Hikmah berkata,
“Empat orang yang senantiasa berkubang dalam kesedihan, pertama;
pemarah, kedua; orang yang hasad, ketiga; teman para penyair yang
tidak bisa seperti mereka, keempat; orang yang bijaksana yang
diremehkan manusia”.
Orang yang hasad ibarat orang yang melempar bumerang kepada
musuh, akan tetapi tidak mengenai sasaran, bahkan bumerang itu
kembali kepadanya dan mengenai mata kanannya sampai
mengeluarkan bola matanya, lalu dia pun bertambah marah dan
kembali melempar kedua kalinya dengan lebih kuat, akan tetapi,
bumerang itu seperti semula, tidak mengenai sasaran dan kembali
mengenai mata sebelah kirinya sehingga dia buta, kemarahannya pun
bertambah menyala-nyala, kemudian dia melempar ketiga kalinya
dengan sekuat tenaga, akan tetapi bumerang tersebut kembali
mengenai kepalanya sampai hancur, sedangkan musuhnya selamat dan
mentertawakan dia, karena dia mati sebab perbuatannya sendiri.
Sedangkan di akhirat nanti, dia akan mendapat adzab dari Allah ta’ala,
jika hasad tersebut melahirkan perkataan dan perbuatan, karena
statusnya adalah orang yang telah mendzalimi orang lain ketika di
dunia.
Perlu diketahui pula bahwa hasad juga tidak berbahaya bagi orang
yang dihasad, baik bagi agamanya maupun dunianya, dia tidak
berdosa dengan hasad orang lain kepadanya. Bahkan dia mendapatkan
pahala jika hasad tersebut keluar berwujud perkataan dan perbuatan,
sebab dia termasuk orang yang didzalimi. Kenikmatan yang ada
9
padanya juga tidak akan musnah karena hasad orang lain kepadanya,
sebab kenikmatan tersebut telah ditakdirkan untuknya.
Adapun obat kedua adalah amal perbuatan, amal perbuatan yang
manjur untuk mengobati hasad adalah melakukan perbuatan yang
berlawanan dengan perbuatan yang ditimbulkan oleh hasad. Misalnya;
jika hasad membuat anda ingin mencela dan meremehkan orang lain,
maka hendaknya anda melakukan hal yang berbeda yaitu memuji
orang tersebut. Kemudian jika hasad itu membuat anda sombong
kepadanya, maka hendaknya anda tawaddu’ kepadanya. Jika hasad
membuat anda tidak berbuat baik atau tidak memberi hadiah
kepadanya, maka hendaknya anda melakukan sebaliknya yaitu berbuat
baik dan memberikan hadiah kepadanya. Dengan seperti ini -insya
Allah- hasad dihati akan lenyap dan hati kembali sehat dan normal.
10
Ada dalam sifat hasad ini ketidaksukaan terhadap takdir yang Allah
berikan kepadanya, sebab siapa yang memberikan nikmat kepada
orang lain tersebut? Tentu saja Allah. Seakan-akan ia ingin ikut
berperan aktif dalam penentuan takdir Allah dengan merasa bahwa
ia lebih pantas mendapatkan nikmat tersebut dari orang lain.
Setiap orang lain mendapatkan kenikmatan, semakin besar dan kuat
api hasad dalam dirinya, sehingga ia selalu penasaran dan duka
serta hatinya terbakar api hasad tersebut.
Menimbulkan sikap egois yang tinggi dan tidak menyukai kebaikan
pada orang lain
Sifat hasad memakan dan melumat kebaikan yang dimilikinya
sebagaimana api memakan dan melumat kayu bakar yang kering.
Ini yang dinyatakan Rasulullah dalam sabdanya,
“Jauhkanlah (oleh kalian) dengki (hasad) karena ia akan
memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu
bakar.” (HR. Abu Daud).
Menyusahkan diri sendiri sebab ia tidak mampu merubah
sedikitpun takdir Allah. Allah telah memberikan nikmat pada orang
lain dan tidak akan tercegah dan terhalangi oleh ulah orang yang
hasad tersebut. Walaupun ia telah berusaha dengan mencurahkan
seluruh kesungguhan dan kemampuannya tidak akan mungkin
merubah takdir Allah yang sudah ditetapkan. Sehingga semua
usahanya hanyalah sia-sia belaka.
Sifat hasad mencegah pemiliknya dari berbuat amal kebaikan dan
kemanfaatan. Hal ini karena ia selalu sibuk dengan memikirkan dan
melihat milik orang lain sehingga seluruh hidupnya hanya untuk
memikirkan bagaimana datangnya kenikmatan pada orang lain dan
bagaimana cara menghilangkannya.
Sifat hasad dapat memecah persatuan, kesatuan dan persaudaraan
kaum muslimin. Memang demikian, karena itulah Rasulullah
bersabda,
11
“Janganlah saling hasad dan berbuat najasy dan janganlah saling
bermusuhan serta saling mendiamkan dan jadilah kalian
bersaudara.” (HR. Muslim).
Hidupnya tidak pernah tenang dan tentram, apalagi bahagia. Orang
yang hasad selalu dalam keadaan gundah gulana dan resah melihat
orang lain lebih darinya. Padahal mesti ada orang ;ain yang
memiliki kelebihan darinya.
Oleh karena itu, Rasulullah melarang kita melakukan perbuatan hasad
ini. Alangkah mengerikan bahaya dan kerusakan yang timbul dari
dengki (sifad hasad) ini. Oleh karena itu, marilah kita berusaha
menanggalkan dan menghilangkannya dari diri kita.
12
kenikmatan yang Allah berikan kepada orang lain itu baik
untuknya.
Membersihkan hati dengan berusaha mengamalkan seluruh syari’at
islam.
Memandang dunia dengan segala perhiasannya sebagai sesuatu
yang akan punah dengan cepat dan sesuatu yang tidak seberapa
dibanding akherat. Demikian juga memandang tujuan akhir
kehidupannya adalah akhirat yang kekal abadi, sebagaimana firman
Allah :
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah
seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah
dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman di bumi, di
antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak.
Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan
memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira
bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya
azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-
tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-
akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami
menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang
yang berfikir. Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga),
dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus (Islam).” (QS. Yunus: 24-25)
Selalu mengingat bahaya sifat hasad bagi kehidupan dunia dan
akhiratnya.
13
Selalu mencanangkan dalam hatinya kewajiban mencintai untuk
saudaranya sesuatu yang ia cinta untuk dirinya, sehingga tidak
merasa panas melihat saudaranya lebih baik darinya dalam
permasalahan dunia. Rasulullah bersabda,
“Tidaklah seorang dari kalian sempurna imannya sampai mencintai
untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.”
(Mutafaqun Alaihi).
Berusaha memenuhi hak-hak saudaranya sesama muslim dan
mencari teman baik yang mengingatkan dan menasihatinya.
Selalu mengingat kematian dan pembalasan Allah atas kezaliman
dan kerusakan yang ditumbulkan sifat hasad tersebut.
Mengingat keutamaan zuhud dan lapang dada terhadap nikmat
yang Allah anugrahi kepada orang lain serta kewajiban bersyukur
terhadap nikmat yang dianugrahkan kepadanya. Sebab semua ini
akan menimbulkan sifat qana’ah dan kaya diri. Sifat qana’ah dan
kaya diri ini yang akan membawanya kepada sifat iffah dan takwa.
2.2 Riya
Berasal dari kata ‘ar’a yaitu memperlihatkan. Riya artinya menampakkan
ibadah dengan maksud agar dilihat orang agar mendapat pujian. Riya
berhubungan dengan penglihatan. Contohnya, berniat melakukan sesuatu
bukan karena Allah tetapi ingin di puji orang. Sum’ah yaitu menyebutkan
suatu perbuatan agar orang lain mengetahui suatu perbuatan agarorang lain
mengetahuinya. Menurut ahli kasyaf sikap riya dan sum’ah itu merupakan
sikap yang mengantarkan seorang kepada ketidak ihklasan.
Tanda-tanda berbuat riya’
a. Suka memamerkan amal
b. Orang yang merasa puas dengan sesuatu yang belum pernah ia kerjakan
c. Riya’ muncul setelah ikhlas
d. Tidak beramal karena manusia
e. Memamerkan amal ibadah secara tersirat (halus)
14
f. Suka menonjolkan aib orang lain
g. Membicarakan sesuatu yang berhubungan denganibadah
yangdilakukannya.
h. Orang yang selalu menjaga kedudukan dan pangkat.
i. Menuntut ilmu demi popularitas
j. Berpura-pura tawadhu
15
4. Menimbulkan fitnah atau ejekan orang lain.
16
kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, dan ketidak
adilan.
Aniaya adalah perbuatan bengis seperti penyiksaan atau
penindasan Menganiaya berarti menyiksa, menyakiti dan berbagai
bentuk ketidak sewengan seperti menindas, mengambil hak orang lain
dengan paksa dan lain-lainnya
Pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa penganiayan merupakan
kejahatan yang bersifat mengancam harta dan jiwa. Perbuatan itu sama
dosanya dengan mencuri, bahkan lebih besar, karena didalamnya
terdapat unsur kekerasan. Jika sampai membunuh korbannya maka
jelas perbuatan itu termasuk salah satu dosa besar. Firman Allah SWT:
Artinya: “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang
memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka
bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan
kaki mereka dengan bertimbal balik[414], atau dibuang dari negeri
(tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan
untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang
besar.” (QS Al Maidah : 33)
Dari ayat tersebut, dinyatakan bahwa hukuman bagi penganiaya
diberlakukan sesuai dengan jenis perbuatan yang dilakukannya, yaitu
sebagai berikut.
a. Jika menganiaya dan membunuh korban serta mengambil hartanya,
penganiaya dihukum dibunuh dan disalib
b. Jika ia hanya mengambil harta tanpa membunuh korbannya maka
hukumannya dihukum potong tangan dan kakinya dengan cara
silang.
c. Jika ia tidak mengambil harta dan membunuh karena tetangkap
sebelum sempat melakukan sesuatu atau hanya menakui0nakuti
saja maka hukumannya adalah dipenjara.
Jenis-jenis perbuatan aniaya
17
a. Aniaya kepada Allah SWT
Aniaya kepada Allah SWT mengandung arti tidak menjalankan
perintah Allah dan tidak menjauhi laranganNya. Contoh,
melaksanakan aktifitas hidup dengan tidak dilandasi niat dan
mencari ridhlo Allah SWT.
b. Aniaya kepada diri sendiri
Aniaya kepada diri sendiri mengandung arti melakukan perbuatan
dosa, baik kecil ataupun besar, baik dengan sengaja ataupun tidak.
Ciri-cirinya adalah :
- Sering bicara tentang nasibnya yang malang dan tidak
beruntung.
Menyadari kekurangan adalah awal yang baik – bagian dari
instrospeksi untuk mengubah kekurangan menjadi kelebihan.
Tetapi mengekspos nasib malang dan kekurangan tak ubahnya
pengemis di lampu merah yang mengekspos cacat untuk
kepentingan diri sendiri.
- Tidak menyukai semangat orang lain dan berusaha
menahannya.
Ingatlah, perbuatan merintangi jalan beraura negatif dan akan
kembali kepada diri sendiri sebagai gelombang negatif juga. Orang
yang menghambat orang lain sebenarnya sedang menganiaya diri
sendiri.
Dampak negatif dari perbuatan aniaya terhadap diri sendiri :
- Merasa tidak nyaman dengan keberuntungan orang lain
(ujungnya adalah iri hati dan merendahkan kemampuan orang
lain)
- Selalu menganggap orang lain lebih beruntung
- Selalu melihat sisi buruk dari sebuah situasi atau keadaan (dan
berujung pada mencari pembenaran terhadap kesalahan dan
kegagalan).
18
c. Aniaya kepada orang lain
Aniaya kepada orang lain mengandung arti memperkosa
kehormatan, harta benda ataupun berbuat semena-mena kepada
orang lain
d. Aniaya kepada binatang
e. Aniaya kepada binatang mengandung arti memperlakukan
binatang dengan seenaknya, keji, menyakiti, dan perbuatan lainnya
secara tidak manusiawi, misalnya menjadikan binatang sebagai
sasaran latihan memanah atau menembak, menelantarkan binatang
peliharaan dan menyembelih hewan dengan senjata tumpul
f. Aniaya kepada Alam
Aniaya kepada alam mengandung pengertian melakukan perbuatan
yang dapat merusak alam, seperti pencemaran air, udara dan
lingkungan, penebangan liar dan lain sebagainya.
Akibat Perbuatan Aniaya
Bagi penganiaya :
- Tidak akan disenangi bahkan akan dibenci masyarakat
- Hidupnya tidak akan tenang, karena dibayangi rasa takut
- Mencemarkan nama baik dirinya dan keluarga
- Orang yang berbuat aniaya seperti merampok dan membunuh,
apabilaperbuatannya diketahui oleh alat negara lalu ditangkap
dan diadili, maka tentu ia akan dijatuhi hukuman, misalnya
dipenjarakan.
- Para pelaku aniaya itu, jika tidak bertobat dengan tobat
sesungguh-sungguhnya, maka di alam akhiratnya ia akan
dicampakan ke dalam api neraka
Bagi orang yang dianiaya :
- Orang yang dianiaya akan mengalami kerugian dan bencana
sesuai dengan jenis penganiayaan terhadap dirinya, misalnya
19
kehilangan harta benda, menderita sakit fisik dan mental
bahkan sampai kehilangan jiwa
- Bila penganiaayaan itu terjadi dimana-mana maka masyarakat
tidak akan memperoleh kedamaian dan ketentraman.
- Semangat dan gairah kerja masyarakat akan menurun, karena
mereka dibayangi rasa takut terhadap perbuatan-perbuatan
jahat orang zalim
- Jika dalam suatu masyarakat atau negerijumlah orang-orang
yang zalimnya mayoritas dan mereka tidak bertobat maka
tidak mustahil Allah SWT akan menurunkan adzab-Nya
Cara menghindari aniaya
- Dalam upaya menghindari perbuatan aniaya ini hendaknya kita
memperhatikan hak-hak diri sendiri, hak orang lain, hak
binatang, alam, dan sebagainya. Selain itu pula kita hendaknya
takut kepada dosa, karena Allah SWT.
2.3 Diskriminasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
20
1. Setiap kali orang yang kita dengki mendapat kejayaan, maka kita ucapkan
selamat kepadanya. Dan sebaliknya apabila dia tertimpa kesusahan maka
kita menumpang sedih juga atas apa yang menimpanya serta
menghiburnya.
2. Sanjung, sebut dan pujilah kebaikan serta keistimewaan orang yang kita
dengki di belakang dia, dan kalau ada keburukannya kita rahasiakan.
Doakan kebaikan untuknya.
3. Sering-sering bersilaturahmi serta memberi hadiah kepada orang yang kita
dengki tersebut.
4. Kalau ada orang yang berusaha menjatuhkan orang yang kita dengki itu,
berusahalah untuk membelanya. Jangan melayani syeitan yang hendak
merusakkan mujahadah kita dengan mendorong kita untuk ikut
mengumpatnya.
5. Berdoa kepada Allah agar dimudahkan membuang penyakit hasad dengki
yang ada dalam diri kita.
B.Saran
Didalam makalah yang telah saya buat ini tentulah jauh dari kata sempurna
hal ini disebabkan karena terbatasnya serta wawasan yang saya miliki.
Belajar dari ketidak sempurnaan dan kekurangan saya mencoba untuk
memperbaikinya agar sempurna sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan
makalah. Maka dari itu saya selaku penulis dari makalah ini minta ma’af
apabila terdapat kata, tulisan dan ejaan yang mungkin tidak dapat dinalar. Sara
juga mengharap kritikan yang disertai dengan saran sebagai bahan
pertimbanggan saya untuk memperbaikinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://ustadzkholid.com/sifat-hasad/
21
http://salafiyunpad.wordpress.com/2010/11/16/derita-hati-karena-hasad/
http://hasnulhadiahmad.com/bahaya-penyakit-hasad-dengki/
22