Anda di halaman 1dari 21

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah s.w.t karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Agama Islam yang berjudul Taubat dan Raja dan ini merupakan sebatas pengetahuan yang kita dapat dan miliki. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Iskandar S.Ag yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai hal- hal yang terkandung dalam setiap materi Taubat dan Raja ini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi bertambahnya wawasan kita semua dalam mendalami ajaran-ajaran dalam Agama Islam. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik serta saran.

Tangerang, 6 November 2013

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................ Daftar Isi....................................................................................................................... Bab I Pendahuluan....................................................................................................... A. Latar Belakang Masalah................................................................................ B. Rumusan Masalah......................................................................................... C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... Bab II Pembahasan...................................................................................................... A. Pengertian serta Pembahasan Taubat dan Raja......................................... B. Contoh perilaku Taubat dan Raja................................................................ C. Hikmah tentang Taubat dan Raja................................................................ Bab III Penutup............................................................................................................ A. Kesimpulan................................................................................................... B. Kritik.............................................................................................................. C. Saran............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia menjalani beberapa proses perjalanan kehidupan. Perjalanan pertamanya adalah kelahiran, kedua adalah kematian, berikutnya dibangkitkan untuk hidup kembali, dan kemudian sesudahnya adalah perhitungan amal (hisab). Kelak ada manusia yang beruntung dan tempat kembalinya adalah syurga, tetapi ada pula manusai yang merugi sehingga tempatnya adalah neraka. Mereka yang beriman dan beramal sholehlah yang mendapatkan jaminan kebahagiaan kehidupan diakhirat kelak. Dalam menjalani kehidupan, seseorang tentu harus mempersiapkanbekal untuk hari kemudian. Bekalnya adalah iman, ilmu dan amal shaleh. Keimanan yang disertai amal shaleh akan membawa keselamatan dan kesejahteraan, baik di dunia maupun diakhirat. Apalagi jika ditambah dengan perilaku terpuji seperti bertobat (memohon ampun dan tidak mengulangi kesalahan yang telah diperbuat) , raja (menunjukkan sikap menghara keridhaan Allah), optimis, dinamis, mampu berfikir kritis, dan mampu mengenali diri. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang Taubat dan Raja yang merupakan sifat-sifat terpuji.

B. Rumusan Masalah
Masalah - masalah yang akan kami bahas dalam penulisan makalah ini mengenai apa apa yang berkaitan dengan rasul ulul azmi yang meliputi: 1. Pengertian serta Pembahasan Taubat dan Raja 2. Contoh perilaku Taubat dan Raja 3. Hikmah tentang Taubat dan Raja

C. Tujuan Penulisan
Penulisan ini dilakukan untuk dapat memenuhi tugas Agama islam dan tujuantujuan yang dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam pemahaman tentang hikmah dari sifat terpuji Taubat dan Raja apabila diterapkan dalam kehidupan manusia sehari hari.

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian serta Pembahasan Taubat dan Raja A. Taubat
Kata tobat berasal dari bahasa Arab at-taubah, yang kerjanya adalah ruju, kembali. Menurut istilah tobat adalah kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan dengan niat sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan pernah mengulangi perbuatan maksiat tersebut. Taubat ialah kembali taat kepada Allah s.w.t dan menyesal dengan bersungguh-sungguh terhadap dosa yang telah dilakukan sama ada dosa besar mahupun dosa kecil serta memohon keampunan dari Allah. Setiap individu disuruh bertaubat untuk menyucikan diri dari dosa besar dan kecil, sama ada dilakukan dengan sengaja mahupun tidak. Menurut istilah yang dikemukakan ulama, pengertian taubat ialah : 1). Kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan yang jauh dari Allah kepada jalan yang lebih dekat kepada Allah. 2). Membersihkan hati dari segala dosa. 3). Meninggalkan keinginan untuk melakukan kejahatan, seperti yang pernah dilakukan dengan mengagungkan nama Allah dan menjauhkan diri dari kemurkaan-Nya. Hukum bertaubat adalah wajib bagi setiap muslim atau muslimah yang sudah mukallaf (balig dan berakal). Allah SWT berfirman :

..

Artinya : ... dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang -orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nuur ; 31) Kesimpulannya yaitu Tobat adalah proses menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan berupaya sekuat hati untuk tidak melakukannya kembali atau permohonan ampun kepada Allah SWT atas kesalahan (kekhilafan) dan atas perbuatan dosa yang telah dilakukannya.

Apabila seseorang telah terlanjur bertaubat dosa, kemudian bertaubat dengan sebenar-benarnya, tentu ia akan memperoleh banyak hikmah dan manfaat. Tentu saja taubat yang dilakukan harus memenuhi syarat-syarat taubat seperti tersebut. Adapun hikmah dan manfaat yang di peroleh dari pertaubatan itu antara lain: dosanya diampuni, memperoleh rahmat Allah, dan bimbingan untuk masuk surga. Terkait dengan taubat ini Allah SWT berfirman:


Artinya : W ahai orang-orang yang beriman, bertubatlah kepada Allah dengan taubat semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahankesalahanmu dan memasukan kamu kedalam surga. (Q.S.At-Tahrim,66: 8) Hukum bertaubat adalah wajib sama ada dosa kepada Allah s.w.t mahupun dosa sesama manusia. Jika dosa itu berkaitan dngan manusia, hendaklah meminta maaf daripada manusia terbabit. Sekiranya dosa berkaitan dengan harta benda, hendaklah dikembalikan harta tersebut kepada tuannya. Bertaubat kepada Allah hendaklah dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan hati yang ikhlas kerana taubat yang tiada keikhlasan tidak mendatangkan apa-apa kesan terhadap individu terbabit. Taubat yang terbaik adalah taubat yang penuh penyesalan, keinsafan dan rasa rendah diri kepada Allah s.w.t yaitu Taubat Nasuha. Di dalam Islam, digariskan cara-cara memohon keampunan dan rahmat Allah s.w.t : 1. Menyesal, menginsafi & berazam tidak akan mengulangi dosa yang telah dilakukannya 2. Beristighfar memohon keampunan Allah s.w.t 3. Beramal kebajikan 4. Mensyukuri nikmat Allah s.w.t. 5. Berdoa memohon kesejahteraan hidup di dunia & hari Akhirat Selain pelaku dosa itu harus betul-betul meninggalkan perbuatan dosanya (taubt nasuha), hendaknya ia juga terus-menerus melakukan perbuatan baik yang diridai Allah SWT. Allah berfirman: Artinya : Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan yang buruk (dosa) (Q.S. Huud, 11:114)

Syarat diterimanya Tobat Tobat dianggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah memnuhi syarat yang telah ditentukan. Apabila dosa itu terhadap Allah SWT, maka syarat tobat, yaitu : 1. Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat (nadam) 2. Meninggalkan perbuatan maksiat itu 3. Bertekad dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan lagi mengulangi perbuatan maksiat itu. 4. Mengikuti dengan perbuatan baik. Karena perbuatan baik akan menghapus keburukan 5. Taubat harus dilakukan seketika itu juga 6. Taubat harus dilakukan dalam keadaan tidak mempunyai tanggungan ( hutang) 7. Taubat harus merupakan taubat nashuha 8. Taubat harus disertai dengan pengakuan dan kesadaran Namun, apabila dosanya terhadap sesame manusia, maka syarat tobat selain yang diatas tersebutditambah dua syarat yaitu: 1. Meminta maaf terhadap orang yang telah dizalimi (dianiaya) atau dirugikan 2. Mengganti kerugian setimbang dengan kerugian yang dialaminya, yang diakibatkan perbuatan zalim atau meminta kerelaanya Perlu pula disadari dan diketahui oleh setiap orang yang telah berbuat dosa, bahwa seseorang yang membaca istigfar (mohon ampunan dosa kepada Allah), tetapi terus-menerusberbuat dosa, ia akan dianggap telah mengolok-olo Tuhannya. Dem ikian juga seseorang yang berbuat dosa, dan baru bertobat ketika sakarotul maut (nyawanya sudah berada di tenggorokan) maka tobatnya tidak akan diterima Allah. Sebab sebab Allah Menerima Taubat : 1. Allah s.w.t Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani 2. Supaya hamba-Nya bersih daripada dosa dan memperoleh kebahagian di syurga kelak 3. Supaya seseorang itu melakukan kebaikan dan mencegah dari kejahatan 4. Orang yang bertaubat akan benci akan dosa-dosa lampaunya

5. Orang yang bertaubat tidak akan mengulangi dosa-dosa lampaunya 6. Hanya Allah s.w.t sahaja yang berhak mengampuni dosa hamba-Nya. Tujuan Taubat : 1. Mempeliharakan diri yang suci dari dosa terutama pada hari perhitungan di akhirat kelak 2. Ibadat yang dilakukan diterima Allah s.w.t. 3. Dapat mengerjakan ibadat dengan sempurna 4. Mendapat balasan yang baik pada hari akhirat 5. Mendapat petunjuk dan hidayah dari Allah s.w.t. 6. Jiwa dan perasaan tenang Hakikat Taubat Pada hakikatnya taubat itulah isi ajaran Islam dan fase-fase persinggahan iman. Setiap insan selalu membutuhkannya dalam menjalani setiap tahapan kehidupan. Maka orang yang benar-benar berbahagia ialah yang menjadikan taubat sebagai sahabat dekat dalam perjalanannya menuju Allah dan negeri akhirat. Sedangkan orang yang binasa adalah yang menelantarkan dan mencampakkan taubat di belakang punggungnya. Beberapa di antara keutamaan taubat ialah: 1) Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah azza wa jalla. 2) Taubat merupakan sebab keberuntungan. 3) Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas kesalahan-kesalahannya. 4) Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka. 5) Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat.

6) Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai kebaikan. 7) Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan.

8) Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar. 9) Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta bertambahnya kekuatan.

10) Keutamaan taubat yang lain adalah menjadi sebab malaikat mendoakan orangorang yang bertaubat. 11) Keutamaan taubat yang lain adalah ia termasuk ketaatan kepada kehendak Allah azza wa jalla.Orang yang bertaubat berarti dia adalah orang yang telah melakukan perkara yang disenangi Allah dan diridhai-Nya. 12) Keutamaan taubat yang lain adalah Allah bergembira dengan sebab hal itu. 13) Taubat juga menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya. Beberapa amalan yang dapat menghapus dosa : 1.Berwudhu 2.Mengerjakan shalat fardhu dan shalat jumat 3.Bersujud dalam shalat 4. Mengerjakan puasa ramadhan 5. Mengerjakan shalat taraweh 6. Mengerjakan haji dan umrah 7. Membaca tasbih, tahmid dan takbir setelah shalat 8. Bersabar dalam penderitaan 9. Mendoakan orang tua 10. Bersedekah

B. Raja
Pengertian Raja Kata raja berasal dari bahasa Arab yang artinya harapan. Maksud raja pada pembahasan ini ialah mengharap keridhanan Allah SWT dan rahmat-Nya. Rahmat adalah segala karuni Allah SWT yang mendatangkan manfaat dan nikmat. Raja termasuk akhlaqul karimah terhadap Allah SWT yang manfaatnya dapat mempertebal iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seorang Muslim/Muslimat yang melimpahkan ampunan Allah, berarti ia mengakui bahwa Allah itu Maha Pengampun. Muslim dan muslimat yang mengharapkan agar Allah melimpahkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, berarti ia telah meyakini bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kebalikan dari sifat raja ialah berputus harapan terhadap rida dan rahmat Allah SWT. Orang yang berputus harapan terhadap Allah, berarti ia berprasangka buruk kepada Allah SWT, yang hukumnya haram dan merupakan ciri dari orang kafir. Muslimin/Muslimat yang bersifat raja tentu dalam hidupnya akan bersikao optimis, dianmis, berpikir kritis dan mengenal diri dalam mengharap keridaan Allah SWT. Raja merupakan perbuatan terpuji. Raja dapat meningkatkan keimanan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Untuk itu, seseorang yang berharap memperoleh rahmat dan rida Allah serta kebahagiaan di dunia dan di akhirat, tentunya akan berusaha melakukan perbuatan yang dapat mewujudkan harapannya tersebut. Namun jika seseorang hanya berharap saja tanpa mau berusaha, hal ini disebut beranganangan pada sesuatu yang mustahil atau yang disebut dengan tamammi, yang dampaknya nanti menyebabkan seseorang berputus asa, putus harapan terhadap rahmat dan rida Allah. Hal ini merupakan kebalikan dari sifat raja. Oleh karena itu, sifat putus asa ini dilarang oleh Allah SWT Firman Allah SWT.: dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.(QS. Yusuf:87). Orang yang berputus asa dari rahmat Allah, berarti ia telah barprasangka buruk kepada Allah.

Kita selaku manusia tidak terlepas dari salah dan dosa, untuk itu kita wajib senantiasa berharap rahmat dan ampunan Allah SWT. Sebanyak dan sebesar apapun kesalahan dan dosa yang telah kita lakukan, kita tetap diperintahkan untuk mengharap ampunan dari Allah SWT. Berdoalah Mumin:60). kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu(QS.Al

Kita dilarang untuk berputus asa dalam menghadapi masalah dalam kehidupan di dunia dan dalam mengharap ampunan dari Allah.

katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi maha penyayang.(QS. Az Zumar:53). Sikap raja atau mengharap rahmat Allah, dalam praktiknya tentu harus berusaha dengan sungguh-sungguh dengan mengerjakan segala yang diperintah Allah serta menjauhi larangan-Nya, sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS.Al Azhab:21). Bagi orang yang berharap ingin bertemu dengan Allah di surga, hendaknya ia beramal saleh dan tidak mempersekutukan Allah dengan yang lainnya. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.(QS.Al Kahfi:110). Seseorang yang mempunuai sifat raja tentu akan bersikap optimis, dinamis, selalu berpikir kritis dan semakin sadar serta mengenal dirinya sendiri. Raja' berarti mengharapkan sesuatu dari Allah swt. Ketika berdoa maka kita harus penuh harap bahwa doa kita akan dikabul oleh Allah Swt. 1. Peranan raja'

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: "Ketahuilah sesungguhnya penggerak hati menuju Allah 'azza wa jalla ada tiga: Al-Mahabbah (cinta), Al-Khauf (takut) dan Ar-Rajaa' (harap). Yang terkuat di antara ketiganya adalah mahabbah. Sebab rasa cinta itulah yang menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu

dikarenakan kecintaan adalah sesuatu yang diharapkan terus ada ketika di dunia maupun di akhirat. Berbeda dengan takut. Rasa takut itu nanti akan lenyap di akhirat (bagi orang yang masuk surga). Allah ta'ala berfirman : "Ketahuilah, sesungguhnya para wali Allah itu tidak ada rasa takut dan sedih yang akanmenyertai mereka." (QS. Yunus: 62) Sedangkan rasa takut yang diharapkan adalah yang bisa menahan dan mencegah supaya (hamba) tidak melenceng dari jalan kebenaran. Adapun rasa cinta, maka itulah faktor yang akan menjaga diri seorang hamba untuk tetap berjalan menuju sosok yang dicintai-Nya. Langkahnya untuk terus maju meniti jalan itu tergantung pada kuat-lemahnya rasa cinta. 2. Raja' yang terpuji

Syaikh Al 'Utsaimin berkata: "Ketahuilah, raja' yang terpuji hanya ada pada diri orang yang beramal taat kepada Allah dan berharap pahala-Nya atau bertaubat dari kemaksiatannya dan berharap taubatnya diterima, adapun raja' tanpa disertai amalan adalah raja' yang palsu, angan-angan belaka dan tercela." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58).

3.

Raja' adalah ibadah

"Orang-orang yang diseru oleh mereka itu justru mencari jalan perantara menuju Rabb mereka siapakah di antara mereka yang bisa menjadi orang paling dekat kepada-Nya, mereka mengharapkan rahmat-Nya dan merasa takut dari siksa-Nya." (QS. al-Israa': 57) Allah menceritakan kepada kita melalui ayat yang mulia ini bahwa sesembahan yang dipuja selain Allah oleh kaum musyrikin yaitu para malaikat dan orang-orang shalih mereka sendiri mencari kedekatan diri kepada Allah dengan melakukan ketaatan dan ibadah, mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan diiringi harapan terhadap rahmat-Nya dan mereka menjauhi larangan-larangan-Nya dengan diiringi rasa takut tertimpa azab-Nya karena setiap orang yang beriman tentu akan merasa khawatir dan takut tertimpa hukuman-Nya 4. Raja' yang disertai dengan ketundukan dan perendahan diri

Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah berkata: "Raja' yang disertai dengan perendahan diri dan ketundukan tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah 'azza wa jalla. Memalingkan raja' semacam ini kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa jadi

syirik ashghar dan bisa jadi syirik akbar tergantung pada isi hati orang yang berharap itu..." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58) 5. Mengendalikan raja'

Sebagian ulama berpendapat: "Seyogyanya harapan lebih didominasikan tatkala berbuat ketaatan dan didominasikan takut ketika muncul keinginan berbuat maksiat." Karena apabila dia berbuat taat maka itu berarti dia telah melakukan penyebab tumbuhnya prasangka baik (kepada Allah) maka hendaknya dia mendominasikan harap yaitu agar amalnya diterima. Dan apabila dia bertekad untuk bermaksiat maka hendaknya ia mendominasikan rasa takut agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat. Sebagian yang lain mengatakan: "Hendaknya orang yang sehat memperbesar rasa takutnya sedangkan orang yang sedang sakit memperbesar rasa harap." Sebabnya adalah orang yang masih sehat apabila memperbesar rasa takutnya maka dia akan jauh dari perbuatan maksiat. Dan orang yang sedang sakit apabila memperbesar sisi harapnya maka dia akan berjumpa dengan Allah dalam kondisi berbaik sangka kepada-Nya. Adapun pendapat saya sendiri dalam masalah ini adalah: hal ini berbeda-beda tergantung kondisi yang ada. Apabila seseorang dikhawatirkan dengan lebih condong kepada takut membuatnya berputus asa dari rahmat Allah maka hendaknya ia segera memulihkan harapannya dan menyeimbangkannya dengan rasa harap. Pada hakikatnya manusia itu adalah dokter bagi dirinya sendiri apabila hatinya masih hidup. Adapun orang yang hatinya sudah mati dan tidak bisa diobati lagi serta tidak mau memperhatikan kondisi hatinya sendiri maka yang satu ini bagaimanapun cara yang ditempuh tetap tidak akan sembuh." (Fatawa Arkanil Islam, hal. 58-59) Dengan demikian seorang muslim yang memiliki ciri-ciri sikap Raja' adalah: 1) Dalam berusaha seseorang akan mengawali dengan niat karena Allah. 2) Senantiasa berfikir positif dan dinamis, memiliki pengharapan yang baik bahwa usahanya akan berhasil, serta siap menghadapi resiko. 3) munculnya sikap ulet, pantang menyerah dalam menghadapi cobaan.

4) Selalu bertawakkal kepada Allah. Selalu berusaha meningkatkan diri untuk lebih baik. 5) Memiliki sifat bersyukur kepada Allah.

2. Contoh perilaku Taubat dan Raja


A. Contoh Perilaku Taubat - Membaca ISTIGFAR - Melaksanakan shalat Sunnat Taubat - Meminta maaf (bila dosa nya terhadap sesama manusia) - Berjanji tidak akan melakukan perbuatan dosa lagi Diantara contoh dan tanda orang yang bertaubat adalah : Lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu disebabkan takut terjerumus lagi ke dalam dosa. Selain itu orang yang bertaubat akan lebih giat beramal karena merasa khawatir dosanya belum diampuni oleh Allah Swt. Taubat itu dilakukan setiap kita melakukan dosa, akan tetapi tentunya dosa yang berbeda. Bahkan kita harus bertaubat kepada Allah setiap saat karena mungkin saja ada dosa yang tidak terasa kita lakukan sehingga memerlukan pembersihan atau taubat.

B. Contoh Perilaku Raja 1. Perilaku Optimis

Setiap manusai akan selalu diuji keimana dan kepribadiannya. Dengan segala kekurangan dan kelebihan dirinya, manusia senantias menghadapi peluang dan tantangan. Tidak jarang kegagalan dijumpai dalam usaha keras yang telah dilakukan sepanjang hidupnya. Bila peluang dan kesempatan telah tersedia, kemudian ditambah dengan modal, potensi, kekuatan atau kelebihan dirinya, seringkali menimbulkan rasa optimis. Sebaliknya, apabila kemampuan yang dimiliki kurang memadai, biasanya seorang mudah merasa pesimis. Optimis merupakan keyakinan diri dan salah satu sifat baik yang dianjurkan dalam Islam. Dengan sikap optimis, seseorang akan bersemangat dalam menjalani kehidupan, baik demi kehidupan di duni maupun dalam menghadapi kehidupan akhirat kelak. Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 139 Artinya : Janganlah kamu bersifat lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS Ali Imran : 139) Sikap optimis merupakan sikap yang harus dimiliki oleh stiap manusia, khususnya seorang muslim. Karena dengan optimis, seorang muslim akan selalu

berusah semaksimal mungkin mencapai cita-citanya dengan penuh keikhlasan karena Allah tanpa sedikitpun rasa takut dan khawatir akan mengalami kegagalan. Hadis nabi Muhammad menyatakan.yang artinya : Dari abu hurairah ia berkata, telah bersabda rasulullah SAW, mukmin yang kuat akan lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada mukmin yang lemah, tetapi di tiap-tiap (seorang mukmin) itu ada kebaikan, beringinlah (optimis) kepada apa-apa yang memberi manfaat. (HR Bukhari) Dari ayat dan hadis tersebut diatas, kita harus yakin, mantap dan tidak ragu-ragu atau bimbang jika mempunyai keinginan kuat untuk melaksanakan segala cita-cita yang sesuai dengan jalan-Nya. Allah tidak menyukaiorang-orang yang berputus asa atau lemah karena sikap demikian membuka pintu bujuk rayu setan. Akan tetapi, optimis tanpa perhitungan dan pertimbangan yang tepat juga merupakan sesuatu kekonyolan (tidak dibenarkan) yang dapat dibenci Allah. Sikap pesimis merupakan halangan utama bagi seseorang untuk menerima tantangan. Orang yang pesimis pasti akan merasa hidupnya selalu penuh dengan kesulitan. Ia selalu merasa dalam ketidakberdayaan mengahadapi masa depan. Sikap seperti ini sangat dibenci oleh Islam. Islam sangat mendorong sikap optimis dan mengcam sikap pesimis. Ada 6 hal yang dapat membangkitkan sikap optimis dalam kehidupan kita yakni sebagai berikut: 1. Temukan hal-hal positif dari pengalaman masa lalu 2. Tata kembali target yang ingin kita capai 3. Pecah target yang besar menjadi target-target kecil yang dapat segera dilihat keberhasilannya. 4. Bertawakal kepada Allah SWT setelah melakukan ihtiyar 5. Langkah terakhir, kita perlu mengubah pandangan kita terhadap diri dan kegagalan 6. Yakinkan bahwa Allah SWT akan menolong dan memberi jalan keluar Optimisme sangat diperlukan dalam kehidupan kita sehari-hari guna mencapai sebuah kesuksesan dan keberhasilan dalm hidup di dunia dan akhirat. Dengan adanya sikap optimisme dalam diri setiap muslim, kinerja untuk amal akan meningkat dan persoalan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik. Doa, ihtiyar dan tawakal harus senantiasa mengiringi karena hanya denngan kuasa-Nya apa yang kita inginkan dapat terwujud. Maka, tumbuhkan selalu sikap

optimisme dan harapan sebagai energi hidup agar tetap menyala, bersemangat, tidak kenal menyerah dan yang terpenting adalah yakinlah dengan pertolongan Allah SWT. 2. Perilaku Dinamis

Dinamis dapat diartikan sebagai satu keadaan yang selalu bergerak, tidak pernah diam, tidak statis. Seseornag yang dinamis adalah seseorang yang tidak kenal putus asa dalam mencapaui tujuannya. Sikap dinamis ini memacu manusia pada kemajuan dan perkembangan. Allah SWT berfirman. Artinya : Dan (Dia telah menetapkan) kuda, bagal dan keledai agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.(QS An Nahl ) Melalui ayat tersebut, Allah telah mengisyaratkan kepada manusai untuk berfikir, merenung dan menghasilkan inovasi-inovasi seperti menciptakan tekhnologi mutakhir dan menjadikan tekhnologi itu sebagai perhiaan, kebanggaan dan kemudahan bagi manusia. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini. Artinya : (1)Demi masa. (2)Sesungguhnya manusia dalam kerugian. (3)Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan saling berwasiat dengan kebenaran, dan berwasiat dengan kesabaran. (QS Al Asr : 1-3) Di dalam ayat tersebut, Allah menyarankan kepada manusia untuk mempergunakan waktunya dengan sebaik-baiknya. Meskipun waktu itu sangat sempit, apabila dipergunakan dengan baik niscaya waktu yang sempit itu akan menjadi waktu yang sangat berharga. Salah satu memanfaatkan waktu adalah dengan terus berusaha atau berkarya untuk mencapai tujuan, tak pernah putus asa dan selalu yakin dengan kemampuan yang dimiliki. Manusia dinamis selalu berkarya tanpa mengenal lelah dan tidak berputus asa dan selalu yakin dengan kemampuan yang dimiliki. Manusia dinamis terus berkarya tanpa mengenal lelah dan tidak berputus asa. Firman Allah SWT: Artinya : (Sesungguhya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. )Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan salat. Yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya. dan orang-orang yang di dalam hartanya tersedia bagian tertentu. (QS Al Maarij :19-24) Kesulitan yang dihadapi, bukan untuk ditakuti atau dihindari. Akan tetapi, kita harus berusaha agar kesulitan itu menjadi sebuah tantangan dan peluang. Kita harus terus bergerak dan berusaha untuk kreatif dan inovatif. Allah SWT menyatakan :

Artinya : Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh kerjaan yang lain. (QS Al Insyirah : 5-7) Dalam firman Allah SWT yang lain dinyatakan: Artinya : Kebenaran itu adalah dari tuhanmu. Karena itu jangan sekali -kali engkau tergolong orang yang ragu-ragu. (QS Al Baqarah : 147) Manusia yang baik adalah manusia yang berprestasi lebih baik dari hari kemarin. Dan manusa yang buruk adalah manusia yang sama, bahkan lebih buruk dari hari kemarin. Maka berusahalah untuk menjadi manusa yang senantiasa berusaha ke arah kebaikan. 3. Berpikir Kritis

Allah SWT menciptakan manusia berbeda dengan makhluk yang lain. Manusai memiliki akal (rasio) dan rasa sehingga dengan akal itu manusai mampu berfikir dan membedakan antara yang baik dan yang buruk. Orang yang tidak mau mempergunakan akalnya adalah orang yang di murkai oleh Allah. Allah SWT memerintahkan agar setiap muslim senantiasa hati-hati, teliti dan kritis terlebih dahulu sebelum mengambil suatu tindakan. Allah SWT senantias mengetahui apa yang tersimpan di dalam pikiran dan perbuatan hambanya, dan dia akan memberi balasan yang setimpal dengan hal tersebut, baik ataupun buruk Proses berfikir dan semangat untuk terus mencari solusi atas suatu permasalahan merupakan sesuatu yang harus selalu dipelihara. Semua masalah yang timbul dari dalam dan dari luar merupakan pemicu seseorang agar senantiasa berfikir untuk dapat menyelesaikan masalahnya tersebut. Berpikir kritis merupakan upaya pendalaman kesadaran serta kecerdasan membandingkan dari beberapa masalah yang sedang atau akan terjadi sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dan gagasan yang dapoat memecahkan masalah tersebut Setiap orang mempunyai pola pikir berbeda. Akan tetapi, apabila setiap orang mampu berpikir secara kritis, masalah yang mereka hadapi tentu akan semakin sederhana dan mudah dicari solusinya. Oleh karena itu, manusia diberikan akal dan pikiran untuk senantiasa berpikir bagaimana menjadikan hidupnya lebih baik, tentram dan mampu menjalani semua masalah sepelik apapunyang diberikan kepadanya. Banyak orang yang cenderung malas untuk memikirkan penyelesaian masalah yang sedang mereka hadapi atau menghindar dari persoalan tersebut. Mereka menganggap hal itu adalah cara yang paling efektif untuk membuat mereka tenang.

Akan tetapi, mereka sebenarnya merasa resah karena solusi dari masalah tersebut belum mereka dapatkan. Seseorang yang senantiasa menggunakan akal pikirannya sesuai dengan tuntunan Allah diantaranya menunjukkan sikap sebagai berikut. 1. Mengingat Allah setiap saat. 2. Berpikir positif dan menyadari bahwa dibalik semua kejadian pasti memiliki hikmah sehingga tidak ada yang sia-sia 3. Meyakini bahwa Allah telah mengatur segala ciptaanya demi kesejahteraan manusia 4. Memilih yang terbaik berdasarkan hasil musyawarah 5. Selalu mengambil hikmah dan pelajaran dalam setiap kejadian yang dialami 6. Senang berbuat baik untuk sesama manusia 7. Rajin melaksanakan salat 8. Meyakini akan adanya kehidupan akhirat Beberapa ciri orang yang memiliki perilaku suka berpikir kritis antara lain sebagai berikut. 1. Menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh pertimbangan Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.(QS Al Hujarat : 6) 2. Bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan

3. Dapat menelaah atau menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara sistematis 4. Berani menyampaikan menyatakan kebenaran meskipun berat dirasakan. Al Quran

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. (QS Al Ahzab : 70)

Artinya : kecuali orang yang beriman dan beramal sholeh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS Al Asr : 3) Artinya : Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al Maidah : ) 5. Bersikap cermat, jujur dan ikhlas karena Allah, baik dalam mengerjakan pekerjaan yang bertalian dengan agama Allah maupun dengan urusan duniwi 6. Kebencian terhadap suatu kaum tidak mendorongnya untuk tidak berbuat jujur atau tidak berlaku adil 7. Adil dalam memberikan kesaksian tanpa melihat siapa orangnya walaupun akan merugikan diri sendiri, sahabat dan kerabat. 8. Keadilan ditegakkan dalam segala hal karena keadilan menimbulkan ketentraman, kemakmuran dan kebahagiaan. Ketidak adilan hanya akan menimbulkan hal sebaliknya 4. Mengendalikan Diri

Manusia diberi akal dan hawa nafsu oleh Allah SWT, dua hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya sehingga manusia disebut makhluk paling sempurna. Seringkali hawa nafsu membawa seseorang cenderung ke arah keburukan sehingga setiap orang harus mampu mengendalikannya. Hawa nafsu dapat membawa kebaikan selama ia mampu diarahkan, tetapi akan menjerumuskan kepada kejahatan bila dibiarkan tanpa arah yang jelas. Artinya : Maka pernahkah engkau meelihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya? Dan Allah membiarkannya sesaat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberikan petunjuk setelah Allah (membuarkan sesat). Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. (QS Al Jasiyah : 23) Banyak orang yang meninggalkan petunjuk yang baikdan menuruti kemauan hawa nafsunya dan menjadikannya sabagai tuhan yang ditaati selain Allah. Betapa tidak, karena apa saja yang diinginkan oleh hawa nafsu tersebut dia akan segera lakukan tanpa malu dan segan sehingga tidak takut untuk melakukan kejahatan dan kezaliman. Mereka tidak takut kepada Allah, apalagi kepada sesamanya. Mereka tidak memikirkan akibat dari perbuatan yang telah dilakukannya

Orang yang menurut hawa nafsunya sangat dimurkai oleh Allah dan disamakan dosa dan bahayanya orang-orang yang menyembah berhala dan memuja benda-benda yang ada dibumi.Nafsu mengandung ketertarikan sahwat untuk mencari kelezatan jasamani dan rohani sehingga mudah menerima godaan dan bujukan setan. Nafsu manusia ada tiga macam yaitu sebagai berikut. 1. Nafsu amarah yaitu nafsu yang menyuruh kepada keburukan 2. Nafsu lawanah yaitu nafsu yang suka mencela atau mengecam 3. Nafsu mutmainnah ayitu nafsu yang tenang dan tentram Apabila nafsu manusia mengikuti sahwatnya, inilah yang disebut nafsu amarah. Apabila nafsu itu telah melakukan hal yang buruk , hadirlah nafsu lawamah yang mencela dan mencaci perbuatan buruk yang dilakukannya karena mengikuti nafsu sahwatnya. Apabila nafsu itu telah menyesalatas perbuatan jahat yang dilakukannya, perasaan itu timbul dari nafsu mutmainah . Didalam surat Al Baqarah : 169 Allah berfirman Artinya :Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji. Dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.(QS Al Baqarah : 169 Allah berfirman dalam surat lainnya: Artinya : Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan) karena sesungguhnya itu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh tuhanku. Sesungguhnya tuhanku maha pengampun lagi maha penyayang. (QS Yusuf : 53) Hadis nabi Muhammad SAW menyatakan yang artinya : Orang yang kuat bukanlah orang yang jagoan dalam gulat, namun orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan dirinya ketika marah. (HR Muttafqun Alaih) Berikut ini adalah beberapa perilaku yang dapat melatih diri kita agar mampu bersikap mengendalikan diri 1. Tidak suka mengolok-olok dan berburuk sangka kepada orang lain 2. Tidak iri dan dengki 3. Tidak sombong 4. Tidak kikir dan pelit 5. Tidak tamak 6. Tidak memfitnah

7. Tidak melakukan kejahatan 8. Ikhlas 9. Sabar 10. Suka berkorban 11. Pandai bersyukur 12. Mau bertobat dan mengadakan perbaikan 13. Mampu mengendalikan hawa nafsu

3. Hikmah tentang Taubat dan Raja


A. Beberapa Hikmah taubat 1. Menyebabkan turunnya rahmat dari Allah swt. 2. Membebaskan diri dari kesalahan, melapangkan diri dari kesempitan dan mengalirkan rezki. 3. Membersihkan jiwa. 4. Meningkatkan keimanan. 5. Memberikan kekuatan. 6. Menghindarkan diri dari azab Allah SWT. B. Manfaat dan Hikmah Raja 1) Memperoleh keridaan Allah S.W.T. 2) Terhindar dari perbuatan dosa. 3) Mendapatkan kepuasan hidup. 4) Mendekatkan diri kita pada Allah S.W.T. 5) Sarana penyelesaian persoalan hidup. 6) Memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN Sudah selayaknya setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan bersikap dengan akhlak yang terpuji. Diantaranya taubat dan raja. Karena taubat adalah suatu keniscayaan bagi manusia, sebab tidak ada satupun anak keturunan Adam AS di dunia ini yang tidak luput dari berbuat dosa. Selain itu, seharusnyalah kita selalu raja(berharap) hanya kepada Allah SWT untuk mendapatkan rahmat dan rida -Nya. Karena raja menjadikan seseorang bersikap optimis, dinamis dan berpikir kritis. B. KRITIK Masih banyak hal-hal yang mungkin belum ditambahkan dalam makalah ini, mohon minta maaf apabila pengerjaannya kurang baik dan masih banyak kekurangan. C. SARAN Coba anda bayangkan, betapa gembiranya anda jika tiba-tiba anda menemukan kembali semua barang-barang anda yang hilang. Namun kegembiraan Allah lebih besar dikala mendapati hamba-Nya yang bertaubat kepada-Nya. Dan jika, manusia tiada lagi bertaubah kepada Allah, maka Allah akan menggantikannya dengan kaum lain yang bertaubah kepada-Nya. Oleh karenanya, janganlah putus harapan atau berhenti meminta ampunan-Nya. Karena taubat amatlah penting sehingga Nabi Muhammad SAW pun dalam sebuah hadis mengatakan,Oh umatku! bertaubatlah dan mintalah ampunan Allah, sesungguhnya aku meminta ampunan Allah seratus kali setiap harinya.(Sahih Muslim vol.4 hal.1418 no.6523). Tiada dosa yang terlalu besar untuk kembali bertaubah atau terlalu kecil. Janganlah memohon ampunan kepada siapapun.Janganlah menganggap remeh dosamu., namun ingatlah kebesaran dari Tuhan yang telah engkau langgari perintahNya.(al Baihaqi Shabul Iman (5/430).

Anda mungkin juga menyukai