Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGEMBANGAN MATERI ETOS KERJA PRIBADI MUSLIM


Disajikan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

PEMBELAJARAN AL QUR’AN HADIS

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK V

DEO SANDICA (1721.1999.10)


ROBY FENDRIK SANDRE ( )
SILVIA (120.070)

DOSEN PENGAMPU:

Dr. HIDAYATUL DINA, MA

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YPI)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)

PAYAKUMBUH

2022.
1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt. serta dengan rahmat dan
karuniaNya, makalah ini dapat kami buat sebagaimana tugas yang diwajibkan. Sebagai bahan
pembelajaran, dengan harapan makalah ini dapat diterima dan dipahami bersama.

Dalam segala keterbatasan, makalah ini memuat tentang semua materi mengenai Etos
Kerja Pribadi Muslim.

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pembelajaran Al-Qur’an
Hadits. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kami dengan kerendahan hati meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini. Dengan harapan makalah ini dapat diterima oleh Ibu dan dapat di
jadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran kami.

Payakumbuh, 21 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Etos Kerja 3
B. QS al-Qasas [28] ayat 77 4
C. QS al-Jumu’ah [62] ayat 9-11 6
D. Hadis Nabi Riwayat Ibnu Majah 9
E. Ciri-Ciri Etos Kerja dalam Islam 11
F. Etika Kerja Menurut Islam 11
G. Aspek Pekerjaan dalam Islam 12

BAB III PENUTUP 13


A. Kesimpulan 13
B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa
menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja sangat tergantung dari cara
melihat arti kerja dalam kehidupan, cara bekerja dan hakikat bekerja. Dalam Islam, iman
banyak dikaitkan dengan amal. Dengan kata lain, kerja yang merupakan bagian dari amal
tak lepas dari kaitan iman seseorang. Idealnya, semakin tinggi iman itu maka semangat
kerjanya juga tidak rendah. Ungkapan iman sendiri berkaitan tidak hanya dengan hal-hal
spiritual tetapi juga program aksi.

Dalam kehidupan sehari-hari sebagai umat Islam selain diperintahkan untuk


beribadah, Allah memerintahkan untuk bekerja (berusaha). Bekerja merupakan
melakukan suatu kegiatan demi mencapai tujuan, selain mencari rezeki namun juga cita-
cita. Dalam bekerja diwajibkan memilih pekerjaan yang baik dan halal, karena tidak
semua pekerjaan itu diridhai Allah SWT.

Di dalam Al-Qur’an dan Hadist sudah jelas tentang pekerjaan yang baik dan
bagaimana kita memperoleh rezeki dengan cara yang diridhai Allah SWT. Hal ini sangat
penting sekali dibahas, karena semua orang dunia ini pasti membutuhkan sandang,
pangan, maupun papan. Disini pasti manusia berlomba-lomba atau memenuhi
kebutuhannya tersebut dengan bekerja untuk mendapatkan yang diinginkan sehingga kita
juga harus tahu, bahwa semua yang kita dapatkan semuanya dari Allah SWT dan itu
semua hanya titipan-Nya semata. Sebagai umatnya diwajibkan mengembangkannya
dengan baik dan hati-hati. Untuk itu Dalil Qur’an dan Hadist tentang Etos Kerja ini
sangat diperlukan demi kelangsungan umat sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka kami selaku pemakalah
merumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain sebagai berikut:

1. Apa pengertian Etos Kerja Menurut etimologi dan istilah dalam islam?
2. Bagaimana isi kandungan QS al-Qasas [28] ayat 77?

1
3. Bagaimana isi kandungan QS al-Jumu’ah [62] ayat 9-11?
4. Bagaimana penjelasan Hadis Nabi Riwayat Ibnu Majah tentang etos kerja?
5. Bagaimana ciri-ciri Etos Kerja dalam islam?
6. Bagaimana etika kerja menurut Syariat Islam?
7. Bagaimana aspek-aspek pekerjaan dalam islam?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang dipaparkan, dapat kita ambil sebagai tujuan penulisan
makalah ini, diantaranya adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian Etos Kerja Menurut etimologi dan istilah dalam islam.
2. Untuk mengetahui isi kandungan QS al-Qasas [28] ayat 77.
3. Untuk mengetahui isi kandungan QS al-Jumu’ah [62] ayat 9-11.
4. Untuk mengetahui penjelasan Hadis Nabi Riwayat Ibnu Majah tentang etos kerja.
5. Untuk mengetahui ciri-ciri Etos Kerja dalam islam.
6. Untuk mengetahui etika kerja menurut Syariat Islam.
7. Untuk mengetahui aspek-aspek pekerjaan dalam islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etos Kerja


Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter
serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh
kelompok bahkan masyarakat. Ethos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya
serta sistem nilai yang diyakininya.

Menurut Anoraga (2009), etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu
bangsa atau umat terhadap kerja. Bila individu-individu dalam komunitas memandang
kerja sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan
cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang
bernilai rendah bagi kehidupan, maka etos kerja dengan sendirinya akan rendah.1

Menurut Sinamo (2005), etos kerja adalah seperangkat perilaku positif yang
berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja
yang integral. Menurutnya, jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas
menganut paradigma kerja, mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma kerja
tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas. Itulah
yang akan menjadi budaya kerja.

Sinamo (2005) juga memandang bahwa etos kerja merupakan fondasi dari sukses
yang sejati dan otentik. Pandangan ini dipengaruhi oleh kajiannya terhadap studi-studi
sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-20 dan penulisan-penulisan
manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya bermuara pada satu
kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh
perilaku manusia, terutama perilaku kerja. Sebagian orang menyebut perilaku kerja ini
sebagai motivasi, kebiasaan (habit) dan budaya kerja. Sinamo lebih memilih
menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata etos mengandung pengertian
tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau komunitas, tetapi juga
mencakup motivasi yang menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran

1
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis (Jakarta: Rineka Cipta,2004), Halaman 6

3
dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-
keyakinan, prinsip-prinsip, dan standar-standar.

Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun istilah dapat
disimpulkan bahwa etos kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar
yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif
bagi peningkatan kualitas kehidupan, sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.2

B. QS al-Qasas [28] ayat 77


Sebelum kita memahami secara lebih mendalam tentang kandungan QS. al-Qaṣāṣ
[28] ayat 77, mari kita baca dengan baik dan benar teks ayatnya sebagai berikut ini:

َ ‫ّللاُ ٰا ٰت‬
‫ىك فِ ْي َما‬ ّٰ ‫َّار‬ ٰ ْ ‫س َو َل‬
َ ‫ال ِخ َرة َ الد‬ َ ‫َص ْيبَ َك ت َ ْن‬ َ ْ‫اِلَي َْك للّٰ ُها اَح‬
ِ ‫سنَ َك َما َواَحْ س ِْن الدُّ ْنيَا ِمنَ ن‬

َ َ‫ض فِى ْالف‬


‫سادَ تَب ِْغ َو َل‬ ِ ‫ْال ُم ْف ِس ِديْنَ ي ُِحبُّ َل للّٰ َها َّن اِ ْالَ ْر‬

‫َوا ْبت َِغ‬


1. Terjemahan Kosa Kata/Kalimat (Mufradat)
Bagimu

‫نصيبك‬
Janganlah kamu berbuat

‫والتبغ‬
Kerusakan

‫الفساد‬
Dan carilah

‫وابتغ‬
Yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

2
Hamzah, Ya’qub, Etos Kerja Islami, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), hlm. 6

4
‫اتاك هللا‬
Janganlah kamu lupakan

‫وال تنس‬
2. Terjemahan Ayat
Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS al
Qasas [28]: 77)

3. Penjelasan Ayat
Di awal ayat ini, Allah Swt. memerintahkan kepada orang-orang yang beriman
agar membuat keseimbangan antara usaha untuk memperoleh keperluan duniawi dan
memenuhi keperluan ukhrawi. Tidak mengejar salah satunya dengan cara
meninggalkan yang lain. Nabi Muhammad Saw. sangat mencela orang yang yang
hanya mengejar akhirat dengan meninggalkan duniawi. Apalagi menjadi beban orang
lain dalam masalah nafkah. Pernah Rasulullah mendapati seorang anak muda yang
selalu berada di masjid, kemudian beliau bertanya kepada sahabat, siapakah yang
memberi nafkah untuk pemuda tersebut? Para sahabat menjawab, ”ayahnya!” Beliau
melanjutkan perkataannya bahwa ayahnya lebih baik daripada anaknya. Sebab si
pemuda seyogianya bekerja mencari nafkah, sehingga tidak menjadi beban orang lain.

Pada saat kita mengerjakan ibadah, kita harus sungguh-sungguh dan penuh
penghayatan. Misalnya sedang salat, harus berusaha melupakan semua urusan
duniawi dan hanya mengingat Allah Swt, seolah tidak ada kesempatan lagi untuk
beribadah kepada-Nya. Begitu juga dalam menghadapi urusan duniawi, harus penuh
perhatian dan kesungguhan, sehingga menimbulkan kesadaran bahwa semua
perbuatannya itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.

Manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Oleh karenanya, penting bagi
manusia untuk bisa menyeimbangkan antara kepentingan jasmani (material) dan
rohani (spiritual) dalam diri manusia.
5
Selanjutnya, ayat ini juga memerintahkan kepada manusia untuk bisa berbuat
baik kepada Allah Swt. dan sesamanya. Kewajiban berbuat baik ini sebagai
perwujudan sifat-sifat Allah Swt. yang Maha Raḥmān dan Raḥīm kepada seluruh
makhluk-Nya. Bentuk perbuatan baik itu dapat dikategorikan menjadi empat hal,
yaitu:

a. Berbuat baik pada nikmat Allah Swt. berupa harta. Kemewahan dan harta yang
berlimpah tidak boleh menjadikan dirinya lupa diri dan lupa terhadap kehidupan
akhirat. Bentuk perbuatannya baiknya adalah dengan menggunakan harta untuk
memberi nafah keluarga, menyantuni anak yatim, ataupun biaya pendidikan
keluarga.

b. Berbuat baik kepada diri sendiri dengan memelihara kehidupan dirinya di dunia,
namun tidak boleh bertentangan dengan ajaran Islam. Bentuk perbuatan baik ini
seperti makan, minum, berpakaian, beragama, berkeluarga, bekerja dan
bermasyarakat.

c. Berbuat baik sebagaimana yang diajarkan Allah Swt. sebagai wujud pelaksanaan
kewajiban muslim, yaitu selalu menaati perintah Allah Swt. melalui ibadah dan
menjauhi larangan-larangan-Nya.

d. Berbuat baik dengan tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Manusia sebagai
khalifah dimuka bumi ternyata telah banyak menyia-siakan amanah Allah Swt. Di
dalam QS. ar-Rūm: 41 dijelaskan bahwa kerusakan di darat dan di laut adalah
akibat ulah manusia. Allah Swt. telah banyak mengingatkan manusia di dalam al-
Qur’an agar tidak melakukan kerusakan di muka bumi.3

C. QS al-Jumu’ah [62] ayat 9-11


Sebelum kita memahami secara lebih mendalam tentang kandungan QS al-Jumu’ah
[62] ayat 9-11, mari kita baca dengan baik dan benar teks ayatnya sebagai berikut ini:

َ ‫ص ٰلوةِ نُ ْود‬
‫ِي اِذَا ٰا َمنُ ْوا الَّ ِذيْنَ ٰياَيُّ َها‬ َّ ‫َوذَ ُروا للّٰ ِها ِذ ْك ِر ا ِٰلى فَا ْس َع ْوا ْال ُج ُم َع ِة ي َّْو ِم ِم ْن ِلل‬

3
Pahrurroji, Al Qur’an Hadis Buku Siswa (Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah, Direktorat Jendral Pendidikan
Islam, 2020) Halaman 141-143

6
9‫ْلبَ ْي َۗعَا‬ ‫ت َ ْعلَ ُم ْونَ ُك ْنت ُ ْم ا ِْن لَّ ُك ْم َخيْر ٰذ ِل ُك ْم‬

‫ت‬ ِ ُ‫ص ٰلوة ُ ق‬


ِ َ‫ضي‬ َّ ‫ض فِى فَا ْنتَش ُِر ْوا ال‬ ْ َ‫َكثِي ًْرا للّٰ َها َوا ْذ ُك ُروا للّٰ ِها ف‬
ِ ‫ض ِل ِم ْن َوا ْبتَغُ ْوا ْالَ ْر‬
‫فَ ِاذَا‬

ُ َّ‫لَّ َعل‬
10‫ك ْم‬ َ‫ت ُ ْف ِل ُح ْون‬

‫ّللا َخيْر ِمنَ اللَّ ْه ِو‬ َ ‫ارة ً أ َ ْو لَ ْه ًوا ا ْنفَضُّوا ِإلَ ْي َها َوت ََر ُك‬
ِ َّ َ‫وك قَائِ ًما ۚ قُ ْل َما ِع ْند‬ َ ‫َو ِإذَا َرأ َ ْوا تِ َج‬
11‫الر‬ َّ ‫ار ِة ۚ َو‬
َّ ‫ّللاُ َخي ُْر‬ َ ‫الت َج‬ ِ َ‫ِاز ِقينَ َو ِمن‬
1. Terjemahan Kosa Kata/Kalimat (Mufradat)

.‫فانتشروا‬ Maka bertebaranlah ‫نوادي‬ Telah diseur


kamu

‫وابتغوا‬ Dan carilah ‫فاسعوا‬ Maka segeralah


kamu

‫انفضوا‬ Segera menuju ‫وذروا‬ Dan tinggalkanlah

‫وتركوك‬ Dan mereka ‫البيع‬ Jual beli


meninggalkanmu

‫اللحو‬ Permainan ‫قضيت‬ Telah dilaksanakan

2. Terjemahan Ayat
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum´at, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (QS al-Jumu’ah [62]: 9)

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (QS al-
Jumu’ah [62]: 10)

7
Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk
menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah).
Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan",
dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki (QS al-Jumu’ah [62]: 11).

3. Penjelasan Ayat
QS. al-Jumu’ah ayat 9 ini berkenaan dengan seruan dari Allah Swt. kepada
orang-orang yang beriman agar mendirikan salat Jum’at. Kata seruan pada ayat di atas,
sebenarnya dapat dipahami tidak hanya sebatas azan yang dikumandangkan oleh
muazin pada hari Jum’at, tetapi seruan dari Allah Swt. Sebab jika diartikan secara
sempit, maka akan banyak sekali umat Islam yang dijumpai terlambat melaksanakan
salat Jum’at. Padahal para sahabat selalu datang ke masjid untuk melaksanakan salat
Jum’at sebelum waktu Jum’at tiba, bahkan ada yang datang pagi-pagi, tidak
menunggu azan tiba.

Di akhir ayat, ditegaskan bahwa menaati perintah Allah Swt. dengan


melaksanakan perintah salat Jum’at adalah lebih baik bagi orang-orang yang
memahaminya. Sebab selain akan memperoleh keridhaan Allah Swt. salat Jum’at
dapat menimbulkan kesatuan dan persatuan antara umat Islam, akan bisa memperkuat
ukuwah Islamiyah, karena salat Jum’at dilakukan dengan cara berjama’ah.

Pada ayat ke-10 surat al-Jum’ah, Allah Swt. melanjutkan seruan-Nya, yaitu
apabila telah selesai melaksanakan salat Jum’at, maka segeralah mencari karunia
Allah Swt, boleh kembali bertebaran di muka bumi, mengerjakan urusan duniawi, dan
berusaha mencari rezeki yang baik dan halal.

Di akhir ayat, Allah Swt. memerintahkan agar banyak berzikir kepada-Nya


supaya manusia memperoleh keberuntungan. Zikir artinya ingat, atau menyebut nama
Allah Swt. adalah bagian terpenting dalam kehidupan umat Islam, baik dalam
kaitannya dengan persoalan ‘aqı̄ dah, ‘ubūdiyah, maupun akhlak. Sebab Rasulullah
adalah manusia yang paling banyak berzikir, selalu ingat kepada Allah Swt. kuasa
alam dalam situasi dan kondisi apapun.

Sedangkan kandungan ayat ke-11, diawali dengan pernyataan Allah Swt.


tentang sikap sebagian orang mukmin yang masih silau dengan perniagaan duniawi,

8
padahal sedang mendengar khutbah Nabi Muhammad Saw. Di mana, asbābun-nuzūl
ayat ini berkenaan dengan kedatangan rombangan unta dari kafilah dagang Dihyah al-
Kalby dari Syām (Suriah) dengan membawa dagangan, seperti tepung, gandum,
minyak dan lain-lain. Sebagai kebiasaan, apabila unta rombongan kafilah dagang tiba,
maka kaum perempuan ikut menyambutnya dengan menabuh gendang, supaya orang-
orang datang membeli dagangan yang dibawanya. Dan kaum Muslimin yang sedang
mendengarkan khutbah Jum’at Nabi pun keluar ikut menyambut rombongan dagang
ini.

Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan manusia untuk lebih


mementingkan perkara yang bersifat duniawi telah ada sejak zaman Nabi Muhammad,
sebagaimana penjelasan di atas. Kemudian Allah Swt. mengingatkan bahwa apa yang
ada di sisi Allah Swt. lebih baik daripada permainan dan perdagangan. Keridhaan dari
Allah Swt. jauh lebih baik daripada yang diusahakan manusia.4

4. Asbabun Nuzul
Di dalam suatu hadis diriwayatkan oleh Jabir disebutkan sebagai berikut:

“ketika Rasulullah Saw berkhutbah pada hari Jumat, tiba-tiba datanglah rombongan
unta (pembawa dagangan), maka cepat-cepatlah sahabat Rasulullah Swt.
mengunjunginya sehingga tidak tersisa lagi (sahabat yang mendengarkan khutbah)
kecuali 12 orang. Yaitu Saya (Jabir), Abu Bakar dan Umar termasuk mereka yang
tinggal. Maka Allah Swt. pun menurunkan ayat: wa iza ra'au tijaratan au lahwan
sampai akhir surat. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad dan Turmuzi dari Jabir bin
Abdullah).5

D. Hadis Nabi Riwayat Ibnu Majah

1. Arti Hadis
Disampaikan kepada kami oleh Hisyam bin ‘Ammar dari Isma’il bin ‘Ayyas dari
Bahir bin Sa’ad dari Khalid bin Ma’dan dari al-Miqdām bin Ma’dikarib az-Zubaidi
dari Rasulullah, beliau bersabda: “Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang

4
Ibid. Halaman 139-140
5
http://muhamadizetmutaqien.blogspot.com/2017/07/makalah-al-quran-al-hadits-etos-kerja.html?m=1

9
laki-laki kecuali dari hasil tangannya sendiri. Dan apaapa yang diinfakkan oleh
seorang laki-laki kepada diri, istri, anak dan pembantunya adalah sedekah ( HR.
Ibnu Mājah).

2. Penjelasan Hadis
Hadis di atas merupakan motivasi dari Nabi Muhammad Saw. Kepada kaum
muslimin untuk memiliki etos kerja yang tinggi. Kita dilarang oleh Nabi hanya
bertopang dagu dan berpangku tangan mengharap rezeki datang dari langit. Kita harus
giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga. Bahkan dikatakan
oleh Nabi Muhammad Saw. bahwa tidak ada yang lebih baik dari usaha seseorang
kecuali hasil kerjanya sendiri. Hal ini tentunya juga bukan sembarang kerja, tetapi
pekerjaan yang halal dan tidak bertentangan dengan syari’at Islam.
Nilai mulia dari hasil kerja bukan hanya dari sisi memerolehnya saja, termasuk
juga turut membelanjakannya untuk anak, istri, dan pembantu dinilai sedekah oleh
Allah Swt. Betapa luhur ajaran Islam yang sangat mendukung para pemeluknya untuk
giat bekerja. Dalam hadis lain, Nabi pernah mengajarkan kepada kita sebuah do’a
yang sangat indah sekaligus memotivasi kita untuk memiliki etos kerja yang tinggi,
sebagai berikut :
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, rasa takut,
kepikunan, dan kekikiran. Dan aku juga berlindung kepada -Mu dari siksa kubur
serta bencana kehidupan dan kematian” (HR. Muslim).
Hadis di atas jelas menunjukkan bahwa Islam sangat menekankan pada
pentingnya bekerja keras serta sangat tidak mengajarkan umatnya untuk menjadi
pemalas, lemah, apalagi menjadi peminta-minta sebagaimana hadist Nabi Muhammad
Saw. berikut ini:
Dikisahkan kepada kami oleh Ali bin Muhammad dan ‘Amr bin Abdullah al- Awda’i
dari Waki’ dari Hisyam dari ‘Urwah dari ayahnya dari kakeknya bahwasanya
Rasulullah Saw. bersabda: “Sekiranya salah seorang dari kalian mengambil tali dan
membawanya ke gunung, lalu ia datang dengan membawa satu ikat kayu di atas
punggungnya, kemudian menjualnya hingga dapat memenuhi kebutuhannya adalah
lebih baik daripada meminta-minta manusia, baik mereka memberi ataupun tidak”
(HR. Ibnu Mājah).6

6
Ibid. halaman 143-144
10
E. Ciri - Ciri Etos Kerja Islami
Dalam batas-batas tertentu, ciri-ciri etos kerja islami dan ciri-ciri etos kerja tinggi
pada umumnya banyak keserupaannya, utamanya pada dataran lahiriahnya. Ciri-ciri
tersebut antara lain :

1. Baik dan Bermanfaat.


2. Kemantapan atau perfectness.
3. Kerja Keras, Tekun dan Kreatif.
4. Berkompetisi dan Tolong-menolong.
5. Objektif (Jujur).
6. Disiplin atau Konsekuen.
7. Konsisten dan Istiqamah.
8. Percaya diri dan Kemandirian.

9. Efisien dan Hemat.7

F. Etika Kerja Dalam Islam


Adapun hal-hal yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut :

1. Adanya keterkaitan individu terhadap Allah, kesadaran bahwa Allah melihat,


mengontrol dalam kondisi apapun dan akan menghisab seluruh amal perbuatan secara
adil kelak di akhirat. Kesadaran inilah yang menuntut individu untuk bersikap cermat
dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah
dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. Dalam sebuah hadis rasulullah
bersabda, “sebaik-baiknya pekerjaan adalah usaha seorang pekerja yang dilakukannya
secara tulus.” (HR Hambali).

2. Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan. Firman Allah SWT :
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya
kamu menyembah.” (QS. al-Baqarah: 172).

7
Syukut, Aisyah,dkk, Al qur’an Hadis (Gresik: CV. Gani dan Son, 2004) Halaman 32

11
3. Dilarang memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja,
semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar.

4. Islam tidak membolehkan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya
dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah.

5. Professionalisme yaitu kemampuan untuk memahami dan melakukan pekerjaan sesuai


dengan prinsip-prinsip keahlian. Pekerja tidak cukup hanya memegang teguh sifat
amanah, kuat dan kreatif serta bertaqwa tetapi dia juga mengerti dan benar-benar
menguasai pekerjaannya. Tanpa professionalisme suatu pekerjaan akan mengalami
kerusakan dan kebangkrutan juga menyebabkan menurunnya produktivitas bahkan
sampai kepada kesemrautan manajemen serta kerusakan alat-alat produksi.

G. Aspek Pekerjaan dalam Islam


Aspek pekerjaan dalam Islam meliputi empat hal yaitu :

1. Memenuhi kebutuhan sendiri.


2. Memenuhi kebutuhan keluarga.
3. Kepentingan seluruh makhluk.

4. Bekerja sebagai wujud penghargaan terhadap pekerjaan itu sendiri. 8

8
Buyahaerudin, Etos Kerja, http://www.buyahaerudin.com/2013/11/etos-kerja.html, diakses pada tanggal 18
November 2014 pukul 19.43 WIB

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka kami menyimpulkan bahwa:

1. Etos kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang
sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi
peningkatan kualitas kehidupan, sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.

2. Pada QS al-Qasas ayat 77 ini, Allah memerintahkan agar manusia mencari pahala
untuk negeri akhirat dengan apa yang telah Allah anugerahkan kepada manusia. Dan
Allah juga mengingatkan kepada manusia untuk senantiasa berbuat baik kepada
manusia lain, yang sebagaimana Allah berbuat baik kepada manusia.

3. Pada QS al-Jumu’ah ayat 9-11 ini, Allah memerintahkan agar manusia mengerjakan
salat Jum’at bagi yang laki-laki apapun kondisi manusia, baik dalam berniaga maupun
peerjaan-pekerjaan yang lain. Dan apabila telah melaksanakan shalat, maka
kembalilah bekerja.

4. Dalam Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah ini, Rasulullah menyeru
kepada pengikutnya agar manusia berusaha dengan tangannya sendiri. Dan
memerintahkan agar manusia bersedekah kepada orang terdekatnya, yaitu anak-
anaknya, istrinya, dan pembantunya.

5. Ciri-ciri etos kerja mencakup beberapa hal, yaitu Baik dan Bermanfaat, Kemantapan
atau perfectness, Kerja Keras, Tekun dan Kreatif, Berkompetisi dan Tolong-menolong,
Objektif (Jujur), Disiplin atau Konsekuen, Konsisten dan Istiqamah, Percaya diri dan
Kemandirian, dan Efisien dan Hemat.

6. Hal-hal yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan yaitu, adanya
keterkaitan individu terhadap Allah, berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh
jenis pekerjaan, dilarang memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang
dalam bekerja, islam tidak membolehkan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada
kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah, dan
professionalism

13
B. Saran

Demikian penulis merancang makalah ini sebagai pengembangan materi dari buku
Al Qur’an Hadis Buku Siswa kelas 11 Madrasah Aliyah ini. Penulis menyadari bahwa
karya penulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar sempurnanya karya-karya penulis
berikutnya. .

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Buyahaerudin. Etos Kerja. http://www.buyahaerudin.com/2013/11/etos kerja.html. 2013.


Diakses pada tanggal 18 November 2014 pukul 19.43 WIB.

Hamzah, Ya’qub. 1992. Etos Kerja Islami. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Jamil, Ahmad. 2004. Al-Fatih. Gresik: CV Putra Kembar.

Mulyadi. 2003. Al-Qur’an Hadits. Semarang: PT Toha Putra.

Pahrurroji. 2020. Al Qur’an Hadis Buku Siswa. Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah.
Direktorat Jendral Pendidikan Islam.

Syukur, Aisyah, dkk. 2004. Al-Qur’an Hadits. Gresik: CV Gani dan Son.

15

Anda mungkin juga menyukai