Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HAJI

Mata Kuliah Fiqh 1 (Ibadah)


Dosen Pengampu : Dr. Aep Saepudin Drs, M.Ag

DISUSUN OLEH :
1. SYIFA FARIHAH (10030120077)
2. HASNA NUR AZIZAH (10030120078)
3. SITI RAHMAWATI (10030120079)
KELAS : PAI-B

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur dipersembahkan atas kehadirat Allah SWT, Dialah Tuhan yang menurunkan
agama Islam sebagai agama penyelamat. Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan rahmat, inayah, taufiq dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Shalawat  dan 
salam  selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Makalah
ini disusun berdasarkan referensi tentang Fiqh Ibadah dan Fiqh Haji, Dengan memahami
pengertian – pengertiannya diharapkan bagi semua pembaca makalah ini dapat memahami
pembahasan dan penjelasan tentang Haji yang dituangkan dalam makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini bisa membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Dan semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam
proses belajar dan mengajar. Kami sadar, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, Kami mohon maaf bila ada informasi yang salah dan kurang lengkap. Kami juga
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca mengenai makalah ini Agar kedepannya Kami
dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bandung, 12 Februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................................1
1.3 TUJUAN.........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN HAJI......................................................................................................2
2.2 MAKNA HAJI................................................................................................................2
2.3 DASAR HUKUM PERINTAH HAJI DAN SYARAT HAJI........................................2
2.4 RUKUN HAJI.................................................................................................................4
2.5 WAJIB HAJI...................................................................................................................7
2.6 HAL-HAL YANG MEMBATALKAN HAJI................................................................7
2.7 MACAM-MACAM HAJI...............................................................................................8
BAB III PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Haji adalah satu diantara 5 rukun (tiang-tiang utama) Islam yang disepakati oleh
segenap umat muslim di seluruh dunia. Pertama, syahadat (Aku bersaksi tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah); inilah fondasi atas mana seluruh
bangunan Islam ditambatkan; Kedua, shalat; rukun ini merepresentasikan konsep
hubungan manusia dengan Tuhannya, Allah swt; Intinya adalah kepasrahan total yang
disimbolisasikan dengan ruku’ dan sujud, rukun shalat yang paling banyak diulang.
Ketiga, siyam atau puasa; rukun Islam yang menegaskan prinsip hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, yang intinya adalah pengendalian diri (imsak an-nasf). Keempat,
zakat; rukun ini menegaskan konsep hubungan manusia dengan sesama yang bertumpu
pada kesediaan berbagi dan tolong menolong dengan sesuatu yang sangat kongkrit, yakni
harta benda/uang, untuk mewujudkan keadilan dan kemaslahatan bagi sesama dan
semua, terutama yang lemah dan terpinggirkan. Dan kelima, haji.
Haji dalam struktur syari’at Islam termasuk bagian dari ibadah. Menunaikan ibadah
haji adalah ritual tahunan yang dilaksanakan oleh kaum muslim sedunia. Haji dalam arti
berkunjung ke suatu tempat tertentu untuk tujuan ibadah dikenal oleh umat manusia
melalui tuntunan agama. Ibadah ini merepresentasikan konsep hubungan manusia dengan
lingkungan semesta dan penciptanya, sehingga diharapkan dapat mengantarkan manusia
pada pengenalan jati diri, membersihkan dan menyucikan jiwa.
Haji menurut bahasa ialah menuju ke suatu tempat berulang kali atau menuju kepada
sesuatu yang dibesarkan. Haji juga bisa diartikan sebagai rukun Islam kelima (kewajiban
ibadah) yang harus dilakukan oleh seorang muslim yang mampu dengan mengunjungi
Ka’bah pada bulan Haji dan mengerjakan amalan haji, seperti ihram, tawaf, sa‘i, dan
wuquf.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian haji dan dasar hukum yang melandasi haji?
2. Apa saja macam-macam haji dan wajib haji?
3. Apa makna, syarat, rukun dan hal-hal yang dapat membatalkan ibadah haji ?
4. Bagaimana cara pelaksanaan ibadah haji yang baik dan benar?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian haji
2. Mengetahui macam-macam haji dan wajib haji.
3. Mengetahui makna, syarat, rukun dan hal-hal yang dapat membatalkan ibadah haji.
4. Mengetahui tata cara pelaksanaan ibadah haji yang baik dan benar dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HAJI


Menurut bahasa haji artinya al-qashdu, menyengaja menuju tempat suci. Sedang
menurut istilah, haji adalah seorang muslim bermaksud berziarah ke Baitul Haram
(Ka’bah) untuk melaksanakan manasik haji dengan maksud mendekatkan diri kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dengan melakukan wukuf di padang Arafah, thawaf di
Masjidil Haram, dan Sa’i antara bukit Shafa dan Marwah dengan cara tertentu dalam
waktu dan niat tertentu.

2.2 MAKNA HAJI


Ibadah haji mengandung nilai-nilai historis. Dari sejak mengenakan pakaian ihram yang
melambangkan kezuhudan manusia sebagai latihan untuk kembali kepada fitrahnya yang
asli, yaitu sehat dan suci-bersih. Dengan pakaian seragam putih, mereka berkumpul
melakukan Wukuf di ‘Arafah. Kata Wukuf berarti berhenti, sedang kata ‘arafah berarti
naik-mengenali. Dari makna bahasa ini dapat diperoleh suatu hikmah, bahwa Wukuf di
‘Arafah, pada hakikatnya, adalah suatu usaha di mana secara fisik, tubuh kita berhenti di
Padang ‘Arafah, lalu jiwa-spiritual kita naik menemui Allah swt. Ibadah thawwaf dan
sa’i yang dilakukan secara serempak dalam suasana khusyu’ mengesankan keagungan
Allah. Bacaan-bacaan yang dikumandangkan mensucikan dan mentauhidkan Allah
memberi makna bahwa kaum muslim harus hidup dinamis, senantiasa penuh gerak dan
perjuangan, bahkan pengorbanan demi untuk menggapai keridhaan Allah swt. Pertemuan
seperti inilah yang perlu dimanfaatkan oleh umat Islam dalam rangka pembinaan dan
pembangunan masyarakat Islam baik nasional maupun internasional.

Dengan menunaikan ibadah haji, umat Islam didorong untuk menjadi manusia yang luas
gerak dan pandangan hidupnya, yang dapat menambah ilmu dan pengalaman dengan
berbagai bahasa. Melalui perkenalan itu lahir saling pengertian yang lebih baik, rasa
hormat, dan saling harga-menghargai di antara sesama umat Islam dari berbagai penjuru
dunia.

2.3 DASAR HUKUM PERINTAH HAJI DAN SYARAT HAJI


Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
َ ‫ستَطَا َع إِلَ ْي ِه‬
‫سبِياًل‬ ِ ‫س ِح ُّج ٱ ْلبَ ْي‬
ْ ‫ت َم ِن ٱ‬ ِ ‫ۚ وهَّلِل ِ َعلَى ٱلنَّا‬
َ
"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah." (QS. Al-Imran [3] : 97)

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. dari Abu Hurairah :


"Wahai manusia sesungguhnya Allah telah mewajibkan haji atas kamu, karena itu
pergilah kamu berhaji." (HR. Muslim dan Nasa'i)
‫ش َها َد ِة أَنْ ال إِلَهَ إِاَّل هللاُ َوأَنَّ ُم َح َّمدًا‬ ٍ ‫ساَل ُم َعلَى َخ ْم‬
َ :‫س‬ ْ ‫ بُنِ َي ا ِإل‬: ‫سو ُل هللا ﷺ‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫َن ا ْب ِن ُع َم َر قَا َل‬
ِ ‫ع‬
‫ َوا ْل َح ّج‬، َ‫ضان‬ َّ ‫ َوإِقَ ِام ال‬، ِ‫سو ُل هللا‬
َ ‫ َو‬،‫ َوإِيتَا ِء ال َّز َكا ِة‬، ‫صاَل ِة‬
َ ‫ص ْو ِم َر َم‬ ُ ‫َر‬
“Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. bersabda : Islam
itu ditegakkan di atas lima dasar, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, melaksanakan
shaum Ramadhan, dan ibadah haji ke Baitullah." (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan At-
Tirmidzi)
Hukum melaksanakan ibadah haji adalah fardhu ‘ain, yang diwajibkan sekali seumur
hidup atas setiap muslim pria maupun wanita yang telah memenuhi syarat haji sebagai
berikut :
1. Beragama Islam
Syarat haji yang pertama yaitu sangat diwajibkan beragama islam. Jika ada orang
yang non-Islam (bukan agama islam) ingin menunaikan ibadah haji, itu juga bisa
saja. Asalkan orang tersebut mau bersyahadat terlebih dahulu. Lalu melakukan
kewajibannya seperti shalat, puasa, zakat dan lain-lain. Jadi, intinya orang tersebut
harus masuk islam terlebih dahulu.

2. Berakal
Syarat haji yang kedua yaitu berakal. Maksud berakal di sini yaitu tidak gila. Jadi,
intinya tidak boleh dilakukan oleh orang yang tidak waras. Meskipun orang waras
tersebut berasal dari keluarga yang mampu.

3. Baligh
Syarat haji yang ketiga yaitu baligh. Baligh adalah usia seseorang yang sudah masuk
pada tahap dewasa sehingga sudah bisa membedakan mana yang baik dan buruk.
Baligh pada anak laki-laki akan ditandai dengan mimpi basah. Sedangkan anak
perempuan akan ditandai dengan menstruasi atau haid. Jadi, buat anak kecil yang
belum baligh tidak diwajibkan untuk menunaikan ibadah haji sampai ia menginjak
usia dewasa atau baligh.

4. Merdeka
Syarat haji yang keempat yaitu merdeka. Maksud merdeka di sini yaitu bukan
hamba sahaya. Karena haji adalah ibadah yang memerlukan waktu yang lama,
perjalanannya jauh dan sebagainya. Hal ini akan mengakibatkan terbengkalailah
hak-hak majikan yang berkaitan dengan hamba sahaya. Maka dari itu, haji tidak
wajib baginya.

5. Istita’ah
Syarat haji kelima yaitu istita’ah. Maksud istita’ah adalah seseorang yang mampu
melaksanakan ibadah haji dilihat dari segi:

 Jasmani

Maksud jasmani di sini yaitu tubuh atau badan. Jadi badan harus sehat, kuat dan
sanggup secara fisik melaksanakan ibadah haji.

 Rohani
 Harus mengetahui dan memahami manasik haji.
 Berakal sehat dan memiliki kesiapan mental untuk melaksanakan ibadah haji
dengan perjalanan yang jauh.

 Ekonomi
Ekonomi adalah pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan lainnya yang berharga.
Maksud ekonomi di sini ada tiga, yaitu:

 Mampu membayar Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) yang ditentukan


oleh pemerintah dan berasal dari usaha atau harta yang halal.
 Biaya haji yang dibayarkan bukan berasal dari satu-satunya sumber
kehidupan yang apabila sumber kehidupan itu dijual terjadi kerugian bagi diri
sendiri dan keluarganya.
 Memiliki biaya hidup bagi keluarga yang ditinggalkan.

 Keamanan
Keamanan adalah keadaan yang tentram atau aman. Maksud keamanan di sini
ada tiga, yaitu:

 Aman dalam perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji.


 Aman bagi keluarga dan harta benda serta tugas dan tanggung jawab yang
ditinggalkan.
 Tidak terhalang, misalnya mendapat kesempatan atau izin perjalanan haji
termasuk mendapatkan kuota tahun berjalan atau tidak mengalami
pencekalan.

2.4 RUKUN HAJI


1. Ihram
Yang dimaksud dengan ihram adalah niatan untuk masuk dalam manasik haji. Siapa
yang meninggalkan niat ini, hajinya tidak sah. Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,

ِ ‫إِنَّ َما األَ ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬


ٍ ‫ َوإِنَّ َما لِ ُك ِّل ا ْم ِر‬، ‫ت‬
‫ئ َما نَ َوى‬

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat dan setiap orang akan
mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)
Wajib ihram mencakup:
1. Ihram dari miqot.
2. Tidak memakai pakaian berjahit (yang menunjukkan lekuk badan atau anggota
tubuh). Laki-laki tidak diperkenankan memakai baju, jubah, mantel, imamah,
penutup kepala, khuf atau sepatu (kecuali jika tidak mendapati khuf). Wanita
tidak diperkenankan memakai niqob (penutup wajah) dan sarung tangan.
3. Bertalbiyah. Ketika bertalbiyah, laki-laki disunnahkan mengeraskan suara.
Sunnah ihram:
1. Mandi.
2. Memakai wewangian di badan.
3. Memotong bulu kemaluan, bulu ketiak, memendekkan kumis, memotong kuku
sehingga dalam keadaan ihram tidak perlu membersihkan hal-hal tadi, apalagi itu
terlarang saat ihram.
4. Memakai izar (sarung) dan rida’ (kain atasan) yang berwarna putih bersih dan
memakai sandal. Sedangkan wanita memakai pakaian apa saja yang ia sukai,
tidak mesti warna tertentu, asalkan tidak menyerupai pakaian pria dan tidak
menimbulkan fitnah.
5. Berniat ihram setelah shalat.
6. Memperbanyak bacaan talbiyah.

Mengucapkan niat haji atau umroh atau kedua-duanya, sebaiknya dilakukan setelah
shalat, setelah berniat untuk manasik. Namun jika berniat ketika telah naik kendaraan,
maka itu juga boleh sebelum sampai di miqot. Jika telah sampai miqot namun belum
berniat, berarti dianggap telah melewati miqot tanpa berihram.
Adapun lafaz yang diucapkan ialah:
َ َ‫ك ل‬
‫ك‬ ُ ‫ك َوال ُم ْل‬
َ ‫الَ َش ِر ْي‬.‫ك‬ َ َ‫ إِ َّن ال َح ْم َد َوالنِّ ْع َمةَ ل‬.‫ك‬
َ ‫ك لَبَّ ْي‬
َ َ‫ك ل‬ َ ‫لَبَّ ْيكَ اللَّهُ َّم لَبَّ ْي‬
dَ ‫ لَبَّ ْي‬.‫ك‬
َ ‫ك اَل َش ِر ْي‬
"Labbaik Allahumma labbaik, labbaik laa syariika laka labbaik, inna al-hamda, wa
ni’mata laka wa al-mulk. Laa syariika laka."
Artinya: "Aku datang ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang, tiada
sekutu bagi-Mu, aku datang, sesungguhnya segala pujian, segala kenikmatan, dan
seluruh kerajaan adalah milik Engkau, tiada sekutu bagi-Mu."

2. Wukuf di Padang Arafah


Wukuf di padang Arafah merupakan salah satu rukun haji untuk mengingat Nabi Adam
dan Hawa diturunkan ke Bumi dari surga karena mengingkari perintah Allah dan terbawa
oleh tipu daya Iblis. Mereka dipisahkan di dunia ini selama 40 tahun untuk bertemu
kembali. Padang Arafah merupakan lokasi Adam dan Hawa bertemu dan menjadi lokasi
yang sakral bagi umat Islam.

3. Tawaf
Tawaf adalah rukun haji ketiga yang diisi dengan kegiatan berjalan mengelilingi Kakbah
sebanyak 7 kali, di mana 3 putaran pertama disarankan berlari-lari kecil, sedangkan 4
putaran sisanya berjalan seperti biasa. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

ِ ِ‫ت ْال َعت‬


‫يق‬ ِ ‫َو ْليَطَّ َّوفُوا بِ ْالبَ ْي‬
“Dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu
(Baitullah).” (QS. Al Hajj: 29)
Sesuai hukum Islam, tawaf dilakukan oleh umat Muslim saat melaksanakan ibadah
haji dan umrah. Tawaf hanya dilakukan di Masjidil Haram, dimulai dari Hajar Aswad
dan berakhir pada batu itu pula.
 Syarat Tawaf:
a) Berniat ketika melakukan thowaf.
b) Suci dari hadas (keadaan tidak suci pada diri seorang muslim yang
menyebabkan ia tidak boleh salat, tawaf, dan sebagainya).
c) Menutup aurat.
d) Dimulai dari tempat yang sejajar dengan Hajar Aswad yang ada di salah satu
sudut Kakbah. Apabila seseorang memulai tawafnya pada sudut Kaabah yang
tidak sejajar dengannya, maka putaran itu tidak dihitung hingga sampai pada
sudut Hajar Aswad untuk dihitung sebagai awal tawaf.
e) Saat mengerjakan tawaf, para jamaah haji disarankan untuk mengelilingi
Kakbah dengan arah putaran tawaf berlawanan dengan jarum jam.

 Jenis Tawaf
Dalam hukum melaksanakan ibadah haji, tawaf merupakan salah satu rukun haji
yang wajib dilakukan. Tawaf ini terdiri dari beberapa jenis, di antaranya:

a) Tawaf Qudum: tawaf "selamat datang" yang dilakukan jamaah haji ketika baru
sampai di Makkah.
b) Tawaf Ifadhah: tawaf yang menjadi rukun haji dan dilakukan bagi mereka
yang telah pulang dari wukuf di Padang Arafah. Jenis tawaf ini juga menjadi
rukun di dalam ibadah umrah.
c) Tawaf Sunnah: tawaf yang dilakukan semata-mata mencari ridha Allah pada
waktu kapan pun selama waktu berhaji.
d) Tawaf Tahiyyat: tawaf sunnah yang lazim dilakukan saat memasuki Masjidil
Haram.
e) Tawaf Nazar: melakukan tawaf untuk memenuhi nazar (janji).
f) Tawaf Wada': tawaf "selamat tinggal" yang dilakukan jamaah haji sebelum
meninggalkan kota Makkah sebagai tanda penghormatan dan memuliakan
Baitullah.

4. Sa’i
Sa'i adalah kegiatan dalam rukun haji dengan berlari-lari kecil di antara bukit Safa dan
Marwah. Makna inti dari ibadah sa'i adalah sebuah pencarian, berangkat dari kisah Siti
Hajar di padang pasir yang mencari air untuk dirinya sendiri dan anaknya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ا ْس َعوْ ا إِ َّن هَّللا َ َكت‬


َ ‫َب َعلَ ْي ُك ُم ال َّسع‬
‫ْى‬

“Lakukanlah sa’i karena Allah mewajibkan kepada kalian untuk melakukannya.”


(HR. Ahmad 6: 421. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits tersebut
hasan).
Syarat sa’i:
1. Niat.
2. Berurutan antara thowaf, lalu sa’i.
3. Dilakukan berturut-turut antara setiap putaran. Namun jika ada sela waktu sebentar
antara putaran, maka tidak mengapa, apalagi jika benar-benar butuh.
4. Menyempurnakan hingga tujuh kali putaran.
5. Dilakukan setelah melakukan thowaf yang shahih.
5. Tahallul
Tahallul berasal dari kata 'halla', artinya boleh. Tahallul bermakna menjadi boleh,
dihalalkan, atau menghalalkan beberapa larangan. Dalam istilah fikih, tahallul berarti
keluar dari keadaan ihram karena telah selesai menjalankan amalan haji seluruhnya atau
sebagian yang ditandai dengan mencukur atau menggunting beberapa (paling sedikit tiga)
helai rambut.
Laki-laki disunahkan mencukur habis rambutnya dan wanita menggunting ujung rambut
sepanjang jari. Bagi jamaah yang tak berambut, tahallul dilakukan secara simbolis dengan
melewatkan pisau cukur di atas kepalanya.Tahallul dilakukan setelah melontar jumrah
aqabah dan menyembelih hewan (domba/kambing/unta) bagi orang yang mampu
membeli hewan.

6. Tertib
Tertib merupakan rukun haji yang terakhir, artinya rukun haji harus dilakukan secara
berurutan, tidak boleh melompati. Dimulai dari niat (ihram), wukuf, tawaf, sa'i, dan
tahallul. Misalnya, setelah bertawaf seharusnya seorang jamaah haji melanjutkan rukun
haji keempat yaitu sa'i. Tidak diperkenankan baginya melakukan tahallul dahulu, baru
kemudian sa'i. Jika itu terjadi, maka ibadah hajinya tidak sah.

2.5 WAJIB HAJI


Wajib haji adalah rangkaian amalan yang harus dikerjakan dalam ibadah haji. Kalau
salah satu amalan tersebut tidak dikerjakan ibadahnya akan tetap sah tapi harus
membayar dam.
Namun, jika ada orang yang sengaja meninggalkan salah satu rangkaian amalan tersebut
tanpa adanya uzur syar’i jatuhnya akan berdosa.
Berikut ini wajib haji yang perlu dikerjakan:
 Ihram yaitu niat berhaji dari Miqat;
 Mabit di Muzdalifah;
 Mabit di Mina;
 Melontar Jamrah Ula, Wusta dan Aqabah;
 Tawaf wada (bagi yang akan meninggalkan Makkah).

2.6 HAL-HAL YANG MEMBATALKAN HAJI


Menurut Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi ada dua hal yang dapat
membatalkan ibadah haji, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Melakukan jima’ (senggama)
Ibadah haji kita akan batal bila melakukan jima’ sebelum melontar jumrah aqabah.
Sedangkan jima’ yang dilakukan pasca melontar jumrah aqabah dan sebelum thawaf
ifadhah, maka tidak dapat membatalkan ibadah haji, sekalipun yang bersangkutan
berdosa. Sebagian ulama berpendapat bahwa hubungan intim tidak membatalkan haji
karena tidak ada dalil yang jelas mengenai hal ini.
2. Meninggalkan salah satu rukun dari rukun-rukun haji
Apabila haji seseorang batal karena salah satu dari dua perkara ini, maka wajib
baginya berhaji kembali tahun berikutnya apabila ia mampu, sebagaimana yang telah
kami jelaskan tentang makna mampu. Jika tidak, maka pada waktu ia mampu untuk
ber-haji, karena kewajiban haji bersifat segera setelah ada kemampuan.

Hal hal yang dilarang ketika haji atau ketika di dua tanah haram :
1. Memburu binatang, bahkan meskipun hanya seekor burung.
Memburu ini termasuk juga mengejar dan membantu orang lain untuk memburu
binatang tersebut.

‫ص ْي َد َوأَ ْنتُ ْم ُح ُر ٌم َو َمنْ قَتَلَهُ ِم ْن ُك ْم ُمتَ َع ِّمدًا فَ َج َزا ٌء ِم ْث ُل َما قَتَ َل ِمنَ النَّ َع ِم يَ ْح ُك ُم بِ ِه َذ َوا َعد ٍْل‬ َّ ‫يَاأَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَ ْقتُلُوا ال‬
‫سلَفَ َو َمنْ عَا َد‬ َ ‫ق َوبَا َل أَ ْم ِر ِه َعفَا هَّللا ُ َع َّما‬ َ ‫صيَا ًما لِيَ ُذو‬ ِ ‫سا ِكينَ أَ ْو َع ْد ُل َذلِ َك‬ َ ‫ِم ْن ُك ْم َه ْديًا بَالِ َغ ا ْل َك ْعبَ ِة أَ ْو َكفَّا َرةٌ طَ َعا ُم َم‬
‫فَيَ ْنتَقِ ُم هَّللا ُ ِم ْنهُ َوهَّللا ُ َع ِزي ٌز ُذو ا ْنتِقَ ٍام‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika
kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja,
maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan
yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai
hadyu yang dibawa sampai ke Ka’bah, atau (dendanya) membayar kaffarat dengan
memberi makan orang-orang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan yang
dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya. Allah
telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang kembali
mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Mahakuasa lagi mempunyai
(kekua-saan untuk) menyiksa.” (QS. Al-Ma’idah: 95)
2. Memotong pepohonan bahkan hanya durinya, kecuali dirinya dalam keadaan darurat
yang mengharuskan untuk memotong pohon atau durinya.
3. Membawa senjata
4. Memungut barang temuan ketika melakukan ibadah haji.

2.7 MACAM-MACAM HAJI


1. Haji Qiran
Haji qiran yaitu ibadah haji dan umrah yang di lakukan secara sekaligus atau bersama-
sama dalam satu niat, dengan niat yang berbunyi : “labbaika hajjan wa ‘umratan”.
Maksudnya yaitu setelah selesai melaksanakan ibadah haji, tidak perlu lagi
mengerjakan ibadah umrah karena sudah di jalankan dalam satu niat sekaligus.
2. Haji Ifrad
Haji ifrad yaitu menjalankan ibadah haji terlebih dahulu sebelum menjalankan ibadah
umrah hanya saja masih dalam satu musim haji. Sejak dari mikatnya Anda sudah
berniat untuk ibadah haji dengan segala rangkaiannya sampai dengan selesai, dengan
niat secara ikhlas yang berbunyi : “labbaika hajjan”
3. Haji Tamattu
Haji tamattu yaitu mengerjakan ibadah haji di dahului oleh umrah. Pada umumnya
jamaah asal Indonesia melaksanakan ibadah haji ini. Haji Tamattu relatif lebih mudah
dibandingkan haji Ifrad dan Qiran, yaitu sesampainya di mikat mikani Anda berniat
ihram untuk umrah dengan mengucapkan niat : “labbaika ‘umratan”, kemudian
berangkat ke makkah sambil membaca talbiyah, sesampainya di makkah lalu
melakukan tawaf serta sa’i untuk umrahnya, setelah itu bertahallul dengan mencukur
atau menggunting rambut.. Jemaah tinggal menunggu sampai tanggal 8 Dzulhijjah
untuk berihram lagi dan berpantang untuk melaksanakan rangkaian ibadah haji.
Haji Tamattu banyak dipilih jemaah yang datang ke Mekah lebih awal, jauh sebelum
pelaksanaan puncak haji. Waktu yang panjang dan senggang biasanya digunakan
untuk berziarah. Jemaah yang memilih haji Tamattu wajib membayar dam atau denda
menyembelih seekor kambing. Bila tidak mampu, maka jemaah harus berpuasa
selama 10 hari dengan tata cara, tiga kali dilaksanakan di tanah suci dan tujuh hari di
tanah air
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang membahas tuntas tentang haji, dapat disimpulkan :
Haji adalah menyengaja menuju ke Ka’bah Baitullah untuk menjalakan ibadah
(manasik haji) dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Dengan melakukan wukuf di padang Arafah, thawaf di Masjidil Haram, dan Sa’i antara
bukit Shafa dan Marwah dengan cara tertentu dalam waktu dan niat tertentu. Hukum haji
adalah  fardhu ‘ain, wajib bagi setiap muslim yang mampu, wajibnya sekali seumur
hidup. Dasar hukum perintah haji terdapat pada QS. Ali-Imran : 97. Haji merupakan
bagian dari rukun Islam.

Tata cara pelaksanaan haji harus sesuai dengan syarat, rukun, wajib dan sunnah haji.
Syarat haji diantaranya : Baligh, Berakal, Merdeka, Istita’ah (mampu} sedangkan Rukun
Haji adalah Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niat ihram dan haji, Wukuf di Arafah
pada tanggal 9 Dzulhijjah; Thawaf, Sa’i, Tahallul dan Tertib atau berurutan

Dengan menunaikan ibadah haji, umat Islam didorong untuk menjadi manusia yang
luas gerak dan pandangan hidupnya, yang dapat menambah ilmu dan pengalaman dengan
berbagai bahasa. Melalui perkenalan itu lahir saling pengertian yang lebih baik, rasa
hormat, dan saling harga-menghargai di antara sesama umat Islam dari berbagai penjuru
dunia.
DAFTAR PUSTAKA

M Thaufiq S Boesoirie, dkk. 2018. Bimbingan Ibadah dalam Naungan Sunnah Rasul.
Bandung : Lembaga Studi Islam dan Pengembangan Kepribadian Universitas Islam Bandung.
http://eprints.walisongo.ac.id/5843/2/BAB%20I.pdf
https://www.indozone.id/life/n0svZrz/urutan-rukun-haji/read-all
https://safanatour.com/rukun-haji/
https://almanhaj.or.id/1057-hal-hal-yang-membatalkan-haji-hal-hal-yang-diharamkan-di-
kedua-kota-haram-macam-dam-dalam-haji.html
https://americansfortransit.org/hal-yang-membatalkan-haji/
https://umroh.com/blog/macam-macam-haji/
https://muslim.or.id/10114-fikih-haji-3-rukun-haji.html

Anda mungkin juga menyukai