Anda di halaman 1dari 2

Jadi, isu nasionalisme dalam perspektif Islam bukan hanya berawal dari sejarah lahirnya

bangsa Indonesia saja, melainkan sebuah embrio dari sejarah pejuangan Rasulullah itu
sendiri, mengingat tatkala Nabi Muhammad s.a.w. melakukan hijrah ke Madinah beliau
memandang kota Mekkah dengan linangan air mata seraya bersabda: “Kalau karena bukan
perintah Allah, aku tidak akan meninggalkan Mekkah”. Sesampainya di Madinah, isu
Nasionalisme ala Rasulullah digelorakan kembali lewat Piagam Madinah atau Konstitusi
Madinah yang mana dalam hal ini Rasulullah s.a.w. secara aklamasi menjadi Kepala Negara
sekaligus kepala pemerintahan yang memegang kekuasaan politik dan agama di Madinah saat
itu.

Inilah titik awal di mana Islam menjadi sebuah agama yang pengaruhnya sangat besar bahkan
mengalahkan pengaruh emperium Persia dan Romawi saat itu. Berkat adanya sistem politik
yang rapih dan dinamis, kekuatan kedua negara adidaya tersebut akhirnya dapat ditaklukkan
tidak lama setelah Rasulullah s.a.w. wafat, sehingga akhirnya Islam masuk dan berkembang
di Nusantara, serta menjadi agama mayoritas di negara yang multikultural ini.

Mengenai bagaimana masuknya Islam di Nusantara para pakar dan ahli sejarah bersilang
pendapat. Hal ini bisa dilihat dari berbagai macam teori yang dipaparkan oleh para pakar,
diantaranya (1) Teori Gujarat, teori ini dipaparkan oleh Prof. C Snouck Hurgronje.
Menurutnya Islam tidak mungkin masuk ke Nusantara langsung dari Hijaz tanpa melalui
ajaran tasawuf yang berkembang di India dengan perkiraan waktu sekitar abad ke-13 M.
Kemudian (2) Teori Mekkah, teori mengikuti pemaparan Buya Hamka yang menyatakan
bahwa Islam masuk ke Nusantara berdasar pada fakta wirausahawan Arab yang berdomisili
di pantai barat Sumatera, yang mana waktunya pada abad ke-7 M.

Menurut Buaya Hamka apa yang dipaparkan oleh Prof. C Snouck Hurgronje tentang
masuknya Islam di Nusantara pada abad ke-13 M tidaklah benar, karena pada saat itu Islam
sudah mengalami perkembangan yang signifakan. Hal tersbut ditandai dengan munculnya
kerajaan Islam pertama kali dengan nama Kerajaan Samodra Pasai. Selanjutnya (3) Teori
Persia, di mana dalam hal ini Dr. Hoessein Djajadiningrat memaparkan pendapatnya berdasar
pada temuan istilah Jabar untuk Fathah, Jeer pada Kasrah dan Pyes pada Dhammah dalam
ejaan huruf al-Qur’an, dalam hal ini kami (Penulis) dahulu sering memakai istilah ini saat
belajar membaca al-Qur’an. Menurut Prof. Dr. Abu Bakar Atjeh, ejaan al-Qur’an tersebut
berasal dari Madzhab Syiah yang bermarkas di Persia (Iran saat ini). Tetapi menurut para
pakar, teori ini dianggap lemah karena tidak semua penganut madzhab Syiah menggunakan
metode ini.

Kembali kepada permasalahan mengenai masuknya Islam di Nusantara, dan dalam waktu
yang relatif singkat, ia menjadi agama yang diminati oleh penduduknya karena metode
dakwah yang dilakukan oleh muballigh saat itu adalah metode hikmah atau metode yang
lebih menitik beratkan kepada uswah (panutan) dan suhbah (interaksi) di samping adanya
Political Motive atau metode dakwah dengan mengajak raja atau penguasa, sehingga nantinya
akan diikuti oleh rakyatnya.

Anda mungkin juga menyukai