Anda di halaman 1dari 141

BAB I

MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA

A. Proses Masuknya Agama Islam Ke Indonesia

Masuknya agama Islam ke Indonesia, hingga sekarang tidak diketahui

waktunya yang pasti. Para ahli sejarah mengemukakan dua pendapat yang

akhirnya dapat diterima sebagian masyarakat tentang waktu masuknya Islam

di Indonesia.

Pendapat yang pertama menyebutkan bahwa kedatangan Agama Islam

pertama kali di Indonesia terjadi pada abad pertama hijriyah atau sekitar abad

Ke -7 M. Pendapat ini didukung oleh beberapa bukti, antara lain :

1. Catatan Sejarah Kerajaan Cina

Pada jaman Dinasti Tang terdapat rencana-rencana orang Ta-Shih untuk

menyerang Kerajaan Holing yang diperintahkan oleh Ratu Sima (674 M).

Namun rencana tersebut kemudian dibatalkan karena kuatnya

pemerintahan Ratu Sima. Ta-Shih dalam berita China itu ditafsirkan

sebagai orang-orang Arab.

2. Berita Chou Ku Fei (1178 M)

Berdasarkan catatan sejarah ini bahwa di daerah Indonesia saat itu

terdapat dua tempat yang menjadi komunitas orang Ta-Shih yaitu Fo-lo-

an dan Sumatra Selatan. Wilayah ini merupakan wilayah kekuasaan

Kerajaan Sriwijaya, sedangkan Fo-lo-an sekarang lebih dikenal dengan

Kuala Brag, Trengganu, Malaysia.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 1


3. Berita Jepang (784)

Sumber berita Jepang menyebutkan bahwa ketika pendeta Kanshin

ke Indonesia, di Kanton terdapat kapal-kapal Po-se dan Ta-Shih Kuo.

Menurut para ahli, istilah Po-se ditafsirkan sebagai bangsa Melayu,

Sedangkan Ta-Shih ditafsirkan sebagai orang-orang Arab dan Persia.

Sementara itu, pendapat kedua menyebutkan bahwa Agama Islam

masuk ke Indonesia pada Abad ke-13 M. Pendapat ini didasarkan pada

munculnya Kerajaan Samudera Pasai yang bercorak Islam, pada abad

ke–13 M. Pendapat ini sangat kuat dengan dibuktikan sebagai berikut.

1. Catatan Perjalanan Marco Polo (1292 M)

Marco Polo merupakan pelaut asal Italia.

Berdasarkan catatan sejarah, Marco Polo

sempat singgah di Kerajaan Islam Samudera

Pasai dalam pelayarannya kembali ke Eropa

dari China.

2. Berita Ibnu Batutah

Pendapat kedua juga didukung oleh berita Ibnu

Battutah pada Abad ke 13 M. Serta batu Nisan

Sultan Malik As Saleh, yang ditemukan di

Sumatera Utara dan Berangka pada Bulan

Ramadhan 676 Hijriyah (1297 M). Sultan Malik

As-Saleh dikenal sebagai seorang pengajar Tasawuf yang kemudian

menjadi Raja di Kerajaan Samudera Pasai.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 2


Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia

menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul

Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan

teori Persia.

Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah

waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku

penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.

Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda

simak uraian materi berikut ini :

1. Teori Gujarat

Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada

abad 13 dan

pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori

ini adalah:

 Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam

penyebaran Islam di Indonesia.

 Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui

jalur Indonesia –Cambay – Timur Tengah – Eropa.

 Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh

tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.

Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF

Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung

teori Gujarat, lebih memusatkan perrhatiannya pada saat timbulnya

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 3


kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal

ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia)

yang pernah singgah di Perlak (Perureula) tahun 1292. Ia

menceritakan bahwa di Perlak sudahbanyak penduduk yang

memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang

menyebarkan ajaran Islam. Demikianlah penjelasan tentang teori

Gujarat. Silahkan Anda simak teori berikutnya.

2. Teori Makkah

Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan

terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat

bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya

berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:

 Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah

terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan

bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di

Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.

 Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi‟i,

dimana pengaruh mazhab Syafi‟i terbesar pada waktu itu adalah

Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut

mazhab Hanafi.

 Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu

gelar tersebut berasal dari Mesir.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 4


Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W.

Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad

13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia

terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar

terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.

Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami?

Kalau sudah paham simak

teori berikutnya.

3. Teori Persia

Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13

dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah

kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia

seperti:

 Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya

Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di

junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat

peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.

Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur

Syuro.

 Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan

sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj .

 Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf

Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat .

 Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 5


 Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik.

Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar

Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.

Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki

kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut

dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan

jalan damai pada abad ke–7 dan mengalami perkembangannya

pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran

Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).

Ada beberapa faktor pendorong masuk dan menyebarnya

Islam di Indonesia, di antaranya :

a. Berdakwah merupakan kewajiban sebagaimana pesan

Rasulullah SAW, yang artinya “Sampaikan dariku walaupun satu

ayat”. Hadisini menjadi motivasi bagi setiap muslim bahwa

dakwah merupakan kewajiban dan panggilan jiwa.

b. Masuk Islam memerlukan persyaratan sangat mudah aktivitas ibadah

di dalam agama Islam cukup mudah dan tidak memberatkan, tida

kmembutuhkan biaya besar, sehingga bisa diterima oleh semua

lapisan masyarakat.

c. Ajaran Islam tidak mengenal perbedaan derajat manusia

berdasarkan kasta/gelar. Tinggi rendahnya derajat hanya ditentukan

berdasarkan tingkat ketakwaan terhadap Allah. Selain menunjukkan

sikap demokratis, ini juga menunjukkan adanya persamaan dalam

ajaran Islam.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 6


d. Pendekatan persuasif dan cara yang simpati sebagai cara

alternatif dalam berdakwah, seperti melalui jalur perdagangan,

kesenian, dan budaya. Penaklukan dengan kekuatan militer

kadangkala dilakukan, tetapi ini tidak cara yang dominan tetapi

kalau memang sudah tidak ada jalan lain.

e. Para ulama selaku pelaku dakwah mampu menampilkan

kepribadian yang luhur. Keutamaan sifat ini mampu menarik

simpati dan kekaguman masyarat, sehingga mereka secara

sukarela masuk agama Islam.

f. Keseluruhan ajaran Islam dipandang sesuai kepribadian

bangsa Indonesia.

Dengan adanya faktor pendorong tersebut, maka para penyebar

Islam memiliki daya tahan untuk senantiasa menyebarkan agama Islam.

Bahkan untuk penyebaran Islam di Indonesia, ternyata mereka relative

mendapatkan kemudahan dalam menyebarkan Islam ke tengah

masyarakatnya.

Selain faktor pendorong penynebaran Islam, faktor lain yang

menjadikan penyebaran Islam begitu mudah ialah :

a. Ajaran yang terkandung dalam Islam sesuai dengan fitrah manusia,

khusunya bangsa Indonesia, yang cenderung mengakui adanya

kebenaran dari Allah Yang Esa, padahal agama yang ada

sebelumnya tidak memastikan keesaan Tuhannya.

b. Islam masuk ke Indonesia didakwahkan secara damai, dalam

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 7


pengertian bahwa Islam tidak dibawa dan membonceng satu

kekuasaan atau kekuatan militer tertentu. Karenanya dampak

teologis yang dikembangkan oleh para pemeluknya senantiasa

mengajak dan menganjurkan kedamaian.

c. Masuknya Islam ke Indonesia melalui pendekatan persuasif. Para

da‟i cenderung tidak melakukan intimidasi atau pemaksaan kepada

seseorang atau kelompok masyarakat untuk meyakini agama yang

didakwahkannya. budaya setempat, maka dakwah Islam di

Indonesia dikenal dengan pendekatan kultural (cultural approach).

Dampaknya, menghasilkan “Islam yang singkritis” (“kejawen”)

sebagaimana kasus Islamisasi di Jawa oleh para wali yang menjadikan

wayang sebagai salah satu medianya.

d. Secara politis ditunjang oleh berdirinya beberapa kesultanan Islam,

yang secara langsung atau tidak langsung sangat berpengaruh

terhadap masyarakat Indonesia yang pada masa itu dikenal sebagai

masyarakat paternalistik.

e. Upacara-upacara dalam Islam sangat sederhana.

f. Islam tidak menentang adat dan tradisi setempat.

g. Dalam penyebarannya dilakukan dengan jalan damai.

h. Runtuhnya kerajaan Majapahit memperlancar penyebaran agama

Islam.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 8


Sejumlah faktor di atas, didukung oleh penggunaan media dakwah

yang relatif sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. Dimana

penggunaan media tersebut, menambah penyebaran Islam semakin

dirasakan persuasive. Dengan adanya faktor pendorong tersebut,

maka para penyebar Islam memiliki daya tahan untuk senantiasa

menyebarkan agama Islam. Bahkan untuk penyebaran Islam di Indonesia,

ternyata mereka relative mendapatkan kemudahan dalam menyebarkan

Islam ke tengah masyarakatnya.

B. Strategi Keberhasilan Penyebaran Islam Ke Indonesia

Stratagi dakwah Islam pada dasarnya sudah ada sejak zaman Nabi

Muhammad SAW, namun bentuk dan cara penyampaiannya berlainan, yakni

disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat sekitar. Dakwah dapat

dilaksanakan dengan berbagi metode, seperti ceramah, diskusi, tanya jawab,

keteladanan, karyawisata, rekayasa sosial, infiltrasi, lisan-haal, social

presessure dan hikmah. Untuk menyampaikan pesan dakwah, seorang juru

dakwah (da‟i) dapat menggunakan berbagai macam media dakwah, baik itu media

modern (media elektronika) maupun media tradisional (Azis, 2004 : 20). Media

tradisional dalam dakwah menggunakan berbagai macam seni pertunjukan

yang dipentaskan di depan umum terutama sebagai sarana hiburan yang

memiliki sifat komunikatif, seperti seni ketroprak, karawitan, wayang, seni

teater dan sebagainya. Dengan demikian mempermudah bagi juru dakwah

untuk menyampaikan dakwah dan juga agar mudah dipahami oleh

sasaran dakwah (mad‟u), maka sebaiknya dakwah dilakukan dengan

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 9


menggunakan salah satu media yang ada. Hal ini untuk menyesuaikan

keadaan masyarakat yang tidak sama, disatu sisi sudah modern di sisi lain

masih tradisional. Oleh karena itu dalam berdakwah walaupun sudah

menggunakan media modern namun tidak menghilangkan media tradisional

yang masih digunakan dengan baik, sehingga dalam berdakwah penggunaan

media tersebut dapat disesuaikn dengan keadaan masyarakat setempat. Oleh

karena keadaan lingkungan masing-masing masyarakat tidak selalu sama,

maka materinya juga harus bervariasi menyesuaikan keadaan dimana juru

dakwah harus mencari masalah-masalah yang dihadapi dan sekaligus

memikirkan pemecahannya yang nantinya menjadi bahan pembicaraan dalam

berdakwah.

Ada beberapa strategi atau media yang telah digunakan para da‟i dalam

proses “islamisasi” di Indonesia, yaitu:

a. Perdagangan.

Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke 7 hingga ke 16,

membuat pedagang-pedagang muslim baik dari Arab, Persia maupun India,

turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat,

tenggara dan timur benua Asia. Perdagangan ini sangat efektif dijadikan

media, hal ini disebabkan karena semua strata sosial terlibat. Misalnya para

raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan ini, bahkan tidak sedikit dari

para bangsawan dan raja menjadi pemilik kapal dan pemilik saham.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 10


b. Perkawinan.

Para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik

dibanding kebanyakana pribumi, sehingga amatlah wajar bila penduduk

pribumi, terutama putri-putri bangsawan tertarik untuk menjadi isteri

saudagar-saudagar. Sebelum pernikahan dilangsungkan, mereka

diislamkan terlebih dahulu. Dari perkawinan itu kemudian mereka

mempunyai keturunan dan lingkungan mereka makin bertambah luas.

Akhirnya timbul perkampungan-perkampungan, daerah-daerah dan bahkan

kerajaan-kerajaan muslim.

Dalam perkembangan berikutnya, tidak sedikit wanita muslim dinikahi

oleh keturunan bangsawan, tentu saja setelah yang terakhir ini masuk

Islam lebih dahulu. Media perkawinan ini lebih menguntungkan apabila

terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak-anak

raja dan adipati, karena raja, adipati atau bangsawan itu kemudian turut

mempercepat proses Islamisasi. Misalnya pernikahan antara Raden

Rahmat atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel dengan Nyai

Manila, salah seorang putri raja, Sunan Gunung Djati mempersunting puteri

Kawungaten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempuinya keturunan

Raden Patah (pendiri Kerajaan Demak) dan banyak lagi contoh lain.

c. Saluran Tasawuf.

Pengajar-pengajar tasawuf, atau para sufi mengajarkan teosofi yang

bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat

Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 11


kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Dengan tasawuf, bentuk Islam yang

diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam

pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama

baru (Islam) itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara para sufi yang

memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran

Indonesia pra-Islam itu misalnya, Hamzah Fansuri di Aceh, Syeikh Lemah

Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran “mistik” ini masih berkembang

subur di abad ke 19 bahkan di bad ke 20 ini.

d. Pendidikan.

Islamisasi di Nusantara juga

dilakukan melalui pendidikan, baik

pesantren, maupun pondok yang

diselenggarakan oleh guru-guru

agama, kyai-kyai, dan ulama-ulama.

Di

pesantren atau pondok itu calon ulama, guru agama dan kyai mendapat

pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke

kampung masing-masing kemudian mereka melakukan dakwah ke tempat-

tempat tertentu mengajarkan Islam. Sebagai salah satu contoh, misalnya,

pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya,

dan Sunan Giri di Giri. Alumni kedua pesantren ini banyak yang diundang

ke berbagai daerah di wilayah Nusantara untuk berdakwah. Media

pendidikan pesantren yang memang sudah sejak pertama kali akar-akar

Islam tertanam di bumi nusantrara ini, memang sangat efektif dalam

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 12


mensosialisasikan Islam di Indonesia. Hal ini bukan saja karena pesantren

mengajarkan Islam secara sederhana, tetapi juga amat adaptif dengan

budaya paternalistik bangsa Indonesia, bahkan untuk daerah-daerah

tertentu tradisi Islam pesantren sangat kental. Misalnya, untuk wilayah

Jawa, sampai saat ini banyak para ahli menyebut sebagai basis

masyarakat santri.

e. Kesenian.

Salah satu sarana yang mereka gunakan sebagai media dakwah para

wali adalah wayang. Dalam hal esensi yang disampaikan dalam cerita-

ceritanya tentunya disisipkan unsur-unsur moral ke-Islaman. Dalam lakon

Bima Suci misalnya, Bima sebagai tokoh sentralnya diceritakan menyakini

adanya Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Esa itulah yang menciptakan

dunia dan segala isinya. Tak berhenti di situ, dengan keyakinannya itu Bima

mengajarkannya kepada saudaranya, Janaka. Lakon ini juga berisi ajaran-

ajaran tentang menuntut ilmu, bersikap sabar, berlaku adil, dan

bertatakrama dengan sesama manusia.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 13


Dalam sejarahnya, para Wali berperan besar dalam pengembangan

pewayangan di

Indonesia. Sunan Kali

Jaga dan Raden Patah

sangat berjasa dalam

mengembangkan

Wayang. Bahkan para

wali di Tanah Jawa

sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama

Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang

Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah,

dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat.

Masing masing sangat bekaitan satu sama lain

yaitu “Mana yang Isi (Wayang Wong) dan Mana

yang Kulit (Wayang Kulit) dan mana yang harus

dicari (Wayang Golek)”.

Disamping menggunakan wayang

sebagai media dakwahnya, para wali

juga melakukan dakwahnya melalui

berbagai bentuk akulturasi budaya

lainnya contohnya melalui penciptaan

tembang-tembang keislaman

berbahasa Jawa, gamelan, dan lakon

islami. Setelah penduduk tertarik, mereka diajak membaca syahadat, diajari

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 14


wudhu‟, shalat, dan sebagainya.

Sunan Kalijaga adalah salah satu Walisongo yang tekenal dengan

minatnya dalam berdakwah melalui budaya dan kesenian lokal. Ia

menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai

sarana dakwah. Dialah pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg

maulud, layang kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat

kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini

sebagai karya Sunan Kalijaga.

f. Politik.

Di berbagai wilayah Nusantara, misalnya, di Maluku dan Sulawesi,

kebanyakan rakyat Indonesia masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam

terlebih dahulu. Pengaruh politik raja amat besar pengaruhnya terhadap

penyebaran Islam di beberapa daerah di nusantara.

Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk

kerajaan bukan Islam itu masuk Islam. Beragam strategi atau media

tersebut saling berpadu, saling mengisi, dalam suasana penuh keakraban

antara penyebar Islam dengan yang didakwahi. Sehingga terjadilah suatu

proses akulturasi Islam dengan budaya lokal.

C. Keberhasilan Akulturasi Islam dengan Budaya Lokal

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak

kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 15


pernah Saudara pelajari pada modul sebelumnya. Dengan masuknya Islam,

Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua

(lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling

mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam

Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan

Budha hilang.

Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak

hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku

masyarakat Indonesia. Untuk lebih memahami wujud budaya yang sudah

mengalami proses akulturasi dapat Saudara simak dalam uraian materi

berikut ini.

a. Seni Bangunan

Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan

masjid, makam, istana. untuk lebih jelasnya silahkan lihat gambar 1 berikut

ini.

Gambar Mesjid di Aceh merupakan saah satu mesjid kuno di Indonesia


Sumber: Dwi Hartini, dalam Modul Mata pelajaran Sejarah.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 16


Masjid Aceh merupakan salah satu masjid kuno di Indonesia. Wujud

akulturasi dari masjid kuno seperti yang tampak pada gambar diatas

memiliki ciri sebagai berikut:

1. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke

atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas.

Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan

kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang

disebut dengan Mustaka.

2. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid

yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi

dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau

panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli

Indonesia.

3. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-

alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas

bukit atau dekat dengan makam.

Mengenai contoh masjid kuno selain seperti yang tampak pada

gambar diatas kamu dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid

Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya. Apakah di daerah

Saudara terdapat bangunan masjid kuno ? Kalau ada, silahkan

Saudaramengkaji sendiri ciri--cirinya, apakah sesuai dengan uraian dalam

modul ini?

Selanjutnya silahkan Saudaramenyimak uraian materi seni

bangunan berikutnya. Selain bangunan masjid sebagai wujud akulturasi

kebudyaan Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

17
Islam, juga terlihat pada bangunan makam. Untuk itu silahkan Kamu simak

gambar 2 makam Sendang Duwur berikut ini.

Gambar 2. Makam Sendang Duwur (Tuban)


Sumber: Dwi Hartini, dalam Modul Mata pelajaran Sejarah

Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:

1. makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang

keramat.

2. makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau

Kijing, nisannya juga terbuat dari batu.

3. di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan

cungkup atau kubba.

4. dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara

makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk

gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu)

dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 18


5. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam

dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja.

Contohnya masjid makam Sendang Duwur seperti yang tampak pada

gambar 2 tersebut.

Apakah Saudara sudah memahami ciri-ciri pada bangunan makam

tersebut? Kalau saudara sudah paham, silahkan Saudara simak wujud

akulturasi pada bangunan istana.

Bangunan istana arsitektur yang dibangun pada awal perkembangan

Islam, juga memperlihatkan adanya unsur akulturasi dari segi arsitektur

ataupun ragam hias, maupun dari seni patungnya contohnya istana

Kasultanan Yogyakarta dilengkapi dengan patung penjaga Dwarapala

(Hindu). Demikianlah contoh wujud akulturasi pada seni bangunan untuk

selanjutnya simak contoh wujud akulturasi yang berikutnya.

b. Seni Rupa

Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan.

Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran

tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua

aliran seni logam), agar didapat keserasian, misalnya ragam hias pada

gambar 3 ditengah ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 19


Sumber: Dwi Hartini, dalam Modul Mata pelajaran Sejarah
Gambar 3. Kera yang disamarkan, Relief Manusia

Ukiran ataupun hiasan seperti pada gambar 3, selain ditemukan di

masjid juga ditemukan pada gapura-gapura atau pada pintu dan tiang.

Untuk hiasan pada gapura dapat Saudara simak kembali gambar 2 Setelah

Saudara menyimak gambar 2 tersebut, simak kembali uraian materi

tentang wujud akulturasi berikutnya.

c. Aksara dan Seni Sastra

Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap

bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab,

bahkan berk embang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan

istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan

bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti

lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi

seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran

dan gambar wayang. Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada

awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan

sastra pengaruh

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 20


Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia.

Gambar : Contoh Seni Tulisan Arab / Kalighrafi

Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat

dari tulisan/aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab

Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil

sastra yang berkembang pada jaman Hindu. Bentuk seni sastra yang

berkembang adalah:

 Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau

tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah.

Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa).

Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir

Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).

 Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai

peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad

Cirebon.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 21


 Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya

Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.

 Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena

berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan

hari baik/buruk.

Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu

dan Pulau Jawa. Dari penjelasan tersebut, apakah kamu telah memahami,

kalau sudah paham silahkan diskusikan dengan teman-teman Anda, untuk

mencari contoh bentuk seni sastra, seperti yang tersebut di atas yang

terdapat di daerah Anda. Selanjutnya simaklah uraian materi wujud

akulturasi berikutnya.

d. Sistem Pemerintahan

Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah

berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi

setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha

mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-

kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan

sebagainya.

Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan

atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak

lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.

Demikianlah penjelasan wujud akulturasi dalam salah satu hal sistem

pemerintahan. Selanjutnya kita pelajari wujud akulturasi berikutnya.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 22


e. Sistem Kalender

Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia

sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M.

Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi,

pahing, pon, wage dan kliwon. Apakah sebelumnya Saudarapernah

mengetahui/mengenal hari-hari pasaran? Setelah berkembangnya Islam

Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan

menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun

Hijriah (Islam).

Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada

nama-nama bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan

diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan

hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada

kalender saka juga dipergunakan. Kalender Sultan Agung tersebut dimulai

tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang

bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.

Demikianlah uraian materi tentang wujud akulturasi kebudayaan

Indonesia dan kebudayaan Islam, sebenarnya masih banyak contoh wujud

akulturasi yang lain, untuk itu silahkan diskusikan dengan teman-teman

Anda, mencari wujud akulturasi dari berbagai pelaksanaan peringatan hari-

hari besar Islam atau upacara-upacara yang berhubungan dengan

keagamaan.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 23


D. Perkembangan Islam di Indonesia

Agama Islam masuk ke Indonesia melalui proses yang sangat panjang.

Berkembangnya ajaran Nabi Besar Muhammad, SAW. Tidak lepas dari

peranan para pedagang, khususnya para pedagang Islam dari Gujarat dan

Persia. Mereka datang ke daerah-daerah di Indonesia untuk berdagang

sekaligus menyebarkan Agama Islam.

Pada perkembangan selanjutnya, para pedagang tersebut kemudian

menyatu dengan masyarakat dan mendirikan kerajaan-kerajaan.

Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di

Indonesia. Pada saat itu, Pasai menjadi pusat perdagangan yang banyak

disinggahi para pedagang dari berbagai negara. Namun peranan Pasai

kemudian menurun setelah berkembangnya Pelabuhan Malaka

disemenanjung Malaya. Pada abad ke-14 M, Malaka telah tumbuh menjadi

pusat perdagangan terbesar di Asia Tenggara.

Para pedagang dari berbagai negara termasuk para pedagang Islam dari

Gujarat dan Persia menjadikan Malaka sebagai basis untuk juga mengunjungi

daerah-daerah di Indonesia. Demikian pula, para pedagang dari berbagai

daerah di Indonesia seperti para pedagang Jawa juga menjadikan Malaka

sebagai tempat mereka berdagang. Dari interaksi para pedagang Islam

dengan orang Jawa-Islam kemudian berkembang pula di pulau jawa.

Perkembanga Islam di Jawa relatif cepat seiring dengan semakin lemahnya

pengaruh kerajaan Majapahit.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 24


Selain di Jawa, para pedagang juga melakukan usaha dakwah ke pulau

lain di Nusantara. Diantaranya adalah pulau Kalimantan, Sulawesi dan

Kawasan Timur Indonesia.

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang sangat terbuka

dengan budaya dan agama pendatang. Ketika Islam datang, sebagaian besar

masyarakat Indonesia menerima dengan terbuka. Mereka memeluk Islam

tanpa ada paksaan dan penuh dengan kesadaran. Hal itu disebabkan :

1. Syarat untuk masuk agama Islam sangatlah mudah, yakni

mengucapkan kalimat syahadat.

2. Tidak adanya sistem kasta yang menempatkan derajat seseorang

pada kekayaan maupun keturunan. Semua manusia dalam pandangan

Islam adalah sama. Faktor ini menjadi penyebab ketertarikan bangsa

Indonesia untuk memeluk Islam.

3. Penyebaran Islam dilakukan dengan cara damai (tanpa melalui

kekerasan), sehingga masyarakat Indonesia menerima dengan tangan

terbuka.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 25


Gambar : Tablighul Islamiyyah sebagai bukti Islam disebarka melalui
acara-acara bijaksana tidak dengan cara kekerasan.

4. Sifat Asli bangsa Indonesia yang ramah, memberi peluang untuk

bergaul lebih erat dengan bangsa lain. Hal ini menyebabkan mereka

mudah mendapatkan wawasan baru, yakni agama Islam.

5. Upacara-upacara keagamaan dalam Islam lebih sederhana.

Perkembangan penyebaran agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 M

sampai abad ke-16 M secara rinci dapat dilihat dari beberapa daerah seperti

di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku berikut ini.

1. Perkembangan Islam di Pulau Sumatera

Sudah kita ketahui bahwa agama Islam masuk ke Sumatera pada

abad ke-7 M dan dapat berkembang dengan pesat, terutama sejak

kehancuran Kerajaan Sriwijaya karena serangan Raja Rajendracoladewi

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 26


dari India pada 1030 M.

Agama Islam yang secara

berangsur-angsur

berkembang di pesisir

utara Pulau Sumatera ini

kemudian mendapatkan

pijakan yang amat kuat

dengan berdirinya Kerajaan Samudera Pasai yang merupakan Kerajaan

Islam pertama di Indonesia yang terletak di Kampung Samudera di tepi

Sungai Pasai yang berdiri pada pertengahan abad ke-13 M.

Letaknya yang strategis di kawasan perairan Selat Malaka

menyebabkan Kerajaan Samudera Pasai mencapai kemajuan dalam

bidang ekonomi. Sultan Malikus Saleh membangun armada dagang yang

besar, sehingga Samudera Pasai menjadi kota bandar yang ramai

dikunjungi kapal-kapal dagang dari berbagai negara. Sementara Sultan

Malikuz Zhahir II yang dikenal alim dan penganut madzhab Syafii

berusaha menjadikan Kerajaan Samudera Pasai sebagai pusat aktifitas

dan kajian ilmu agama. Ibnu Bathuthah, seorang pengembara dari

Maroko, membuat catatan penting dalam bukunya Rihlah Ibnu Bathuthah

tentang Sultan Malikuz Zhahir II. Dikatakannya bahwa ia seorang sultan

yang perkasa, pengikut madzhab Syafii, senang menghormati ulama dan

setiap hari Jumat berangkat ke masjid dengan jalan kaki. Di antara para

ulama yang hidup di Kerajaan Pasai ialah Amir Said As Syirazy

seorang qadli yang

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 27


berasal dari Syiraz (Iran) dan Tajuddin Al Isfahany seorang mufti dari

Isfahan (Iran).

Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemajuan selama kurang

lebih tiga abad. Pada masa itu Samudera Pasai menjadi mercusuar

kerajaan Islam yang sangat gemilang. Akan tetapi sejak pertengahan

abad ke-14 Masehi, Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemunduran

karena serangan Kerajaan Majapahit. Posisinya sebagai pusat aktifitas

perdagangan dan dakwah Islamiyah digantikan oleh Kerajaan Islam

Malaka.

Pada abad ke-16 Masehi, di Sumatera Utara muncul Kerajaan Aceh

yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Wilayah kekuasaannya

meliputi seluruh bekas wilayah kekuasaan Samudera Pasai dari Pidie

sampai perbatasan Sungai Rokan. Kerajaan Aceh mengalami kejayaan

pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam (1607 -

1636). Ia melakukan rihlah dakwah ke beberapa daerah di sekitar wilayah

kekuasaannya, seperti: Deli, Johor, Bintan, Pahang, Kedah, Perak, dan

Nias.

Untuk keperluan syiar Islam, ia mendirikan masjid “Baiturrahman” yang

berfungsi sebagai tempat ibadah dan pengajaran agama Islam. Ulama

terkenal pada masa pemerintahannya antara lain: Hamzah Fansuri,

Syamsuddin As Sumatrany, Syekh Nuruddin Ar Raniry dan Syekh

Abdurrauf Al Fansury. Mereka banyak berjasa dalam mengembangkan

agama Islam dan memiliki beberapa karya ilmiah, seperti: Tafsir Baidlawi

karya Syekh Abdurrauf Al Fansury, Miratut Sejarah

Kebudayaan Islam Kelas IX


28
Tullab berisi Ilmu Fiqih, As Sirathal Mustaqim dan Bustanus Salatin

karya Syekh Nuruddin Ar Raniry.

Kerajaan Aceh berpusat di Pidie dan rajanya yang paling terkenal

adalah Sultan Iskandar Muda. Sepeninggal Sultan Iskandar Muda, Aceh

mengalami pasang surut dan pada akhir abad ke-19 baru dapat

ditundukkan oleh penjajah Belanda.

2. Perkembangan Islam di Pulau Jawa

Pada tahun 674 M utusan Raja Ta-cheh (yang dimaksud adalah

Mua‟wiyah) mengirimkan

utusan ke Kerajaan Kalingga

pada masa pemerintahan Ratu

Simo untuk mengetahui

keadaan negeri yang

sebenarnya, baik dari segi

kemakmuran, keadilan maupun

keamanan. Dengan kehadiran

utusan tersebut dapat

diketahui,

bahwa sebelumnya telah ada penduduk setempat yang beragama Islam.

Ini cukup beralasan karena menurut kebiasaan bahwa apabila ada utusan

dari suatu negara berkunjung ke negara lain, maka dapat dipastikan

sangat terkait dengan kepentingan penduduk di negara yang

dikunjunginya.

Di Desa Leran, Manyar, Gresik ditemukan makam Fatimah binti

Maimun bin Haibatallah berangka tahun 475/495 H (1082 - 1101 M). Dari

bukti ini dapat diketahui bahwa di daerah tersebut sudah ada orang Islam.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 29


Tidak mungkin ditemukan tatacara pemakaman dengan menulis angka

tahun dengan lengkap jika tidak terdapat penduduk seagama antara yang

memakamkan dengan yang dimakamkan.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa jauh sebelum kedatangan

Maulana Malik Ibrahim di Gresik, sudah terdapat pemeluk agama Islam di

Pulau Jawa. Namun dakwah Islamiyah berjalan semakin intensif setelah

periode Maulana Malik Ibrahim dan para Wali Songo, yaitu sekitar abad

ke -14 dan ke-15 M.

Berdasarkan cerita tradisional dan babad-babad, para pembawa dan

penyebar Islam di daerah-daerah pesisir utara Pulau Jawa diberi gelar

wali. Jumlah wali di Jawa cukup banyak. Namun yang populer ada

sembilan, sehingga dikenal sebutan “Wali Songo”. Para wali itu disamping

berasal dari luar negeri, juga terdapat para wali yang asli Jawa. Sunan

Bonang dan Sunan Derajat adalah putera Sunan Ampel yang sebelumnya

telah bertempat tinggal di Ampel Denta, Surabaya. Sunan Kalijaga adalah

putera seorang Tumenggung Majapahit. Sedang Sunan Giri lahir dari

hasil perkawinan antara Maulana Ishak dengan puteri Blambangan.

Raden Rahmat sendiri sebenarnya ialah saudara sepupu permaisuri

Raden Brawijaya, Raja Majapahit.

Dari cerita dalam babad tersebut diketahui bahwa para Wali

Songo itu pada mulanya adalah para santri dari para muballigh yang

datang ke Jawa dari luar negeri, seperti Maulana Malik Ibrahim,

kemudian menjadi muballigh yang banyak berjasa dalam menyebarkan

agama Islam di pesisir utara Pulau Jawa. Peranannya bukan hanya

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 30


terbatas pada menyebarkan dan mengajarkan agama, tetapi jugaa

sebagai dewan penasehat, dan pendukung dari para raja yang

memerintah. Bahkan di antara mereka ada yang menjadi raja dengan gelar

“Pandito Ratu”, seperti Raden Paku (Sunan Giri) dan Sunan Gunung Jati.

Dalam menyiarkan agama para wali itu bukan dengan cara berpidato

atau ceramah di muka umum, tetapi dalam kumpulan-kumpulan yang

terbatas. Bahkan secara rahasia. Mula-mula empat mata, kemudian

diteruskan dari mulut ke mulut. Bila pengikut bertambah banyak,

diadakanlah tabligh-tabligh di pondok-pondok atau madrasah-madrasah.

Yang disebut Wali Songo itu, umumnya adalah sebagai berikut:

1. Maulana Malik Ibrahim, ia dianggap tokoh pendiri pondok pesantren

yang pertama, penggembleng para mubaligh yang menyiarkan Islam

ke seluruh Jawa. Makamnya di Kota Gresik, Jawa Timur.

2. Raden Rahmat, atau Sunan Ampel, berasal dari Kamboja (Indo Cina).

Ia membuka asrama para kesatria di Ampel (Surabaya), disamping

menyebarkan agama Islam di seluruh Jawa Timur. Ia dianggap

pencipta dan perencana kerajaan Islam yang pertama di Jawa. Ia

mengangkat Raden Patah, sebagai khalifah, yang beribu kota di

Gelagah Wangi Bintara Demak, dengan gelar Sultan Syah Sri Alam

Akbar Al Fattah. Makamnya terdapat di Ampel Surabaya.

3. Makhdum Ibrahim, atau Sunan Bonang, putera Sunan Ampel. Dialah

penyebar agama Islam di pesisir sebelah utara Jawa Timur dan

pencipta Gending Darma. Konon kabarnya ia mengganti nama-nama

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 31


dari nahas menurut kepercayaan Hindu dan nama-nama Dewa Hindu.

Digantikannya dengan nama-nama malaikat dan nama-nama nabi

secara agama Islam. Makamnya terdapat di Tuban, Jawa Timur.

4. Raden Paku atau Sunan Giri. Dia dikenal sebagai seorang ahli

pendidikan yang pertama kali menggunakan metode permainan yang

bersifat agama. Dia dianggap sebagai pencipta gending Asmaradana

dan Pucung. Makamnya di Giri, dekat Kota Gresik.

5. Syarif Hidayatullah, ia dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati atau

Fattahillah. Nama ini lambat laun berubah ucapannya menjadi

Faletehan. Dialah yang mendirikan Kota Jayakarta, yang sekarang

menjadi Jakarta, ibu kota Negara Republik Indonesia.

6. Jafar Shadiq atau Sunan Kudus, ia adalah penyiar agama Islam di

Jawa Tengah di sebelah pesisir utara. Ia juga seorang pujangga, yang

banyak mengarang dongeng-dongeng bernapaskan agama dan

mampu menciptakan gending Maskumambang dan Mijil, makamnya

di Kudus.

7. Raden Prawoto atau Sunan Muria, yang dianggap pencipta gending

Sinom dan Kinanti. Dalam berdakwah, ia lebih banyak melakukan

pendekatan kepada golongan pedagang, para nelayan dan pelaut. Ia

tetap mempertahankan berlangsungnya gamelan sebagai satu-

satunya kesenian Jawa yang digemari rakyat dan menjadikan alat

kesenian itu sebagai media untuk memasukkan rasa Islam kepada

rakyat. Dengan tidak terasa, rakyat berasyik masyuq mengagungkan

Tuhan, makamnya di Gunung Muria.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 32


8. Syarifuddin, yang terkenal dengan nama Sunan Derajat. Putera

Sunan Ampel yang dianggap pencipta gending Pangkur ini adalah

seorang yang berjiwa sosial. Disamping taat menjalankan perintah

agama, ia selalu memberi pertolongan kepada kaum dluafa

(sengsara), memperhatikan nasib anak-anak yatim dan membela

fuqara masakin. Makamnya di Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa

Timur.

9. R.M. Sahid, yang juga disebut Sunan Kalijaga. Konon kabarnya,

dialah yang menciptakan wayang kulit dan mampu mengarang cerita-

cerita wayang yang berjiwa Islam. Daerah penyiarannya adalah Jawa

Tengah bagian selatan. Golongan ningrat, priyayi, dan sarjana banyak

yang mengikuti tablighnya.

Selain nama wali yang sudah disebutkan di atas, umat Islam di Jawa

juga mengenal nama-nama lain yang dianggap sebagai wali atau

penyebar Islam, seperti: Sunan Sendang di Sendangduwur, Lamongan;

Sunan Bayat di Klaten; Sayyid Sulaiman di Mojoagung, Jombang; dan

masih banyak lagi. Karena itu sebutan Wali Songo mungkin merupakan

julukan yang mengandung perlambang suatu dewan wali-wali, dengan

mengambil angka sembilan yang sebelum ada pengaruh Islam sudah

dipandang sebagai angka keramat. Angka sembilan ini juga dijadikan

perlambang Nahdlatul Ulama untuk memberi kesan bahwa misi yang

diperjuangkan oleh para ulama merupakan kelanjutan dari perjuangan

dakwah Wali Songo.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 33


3. Perkembangan Islam di Sulawesi, Kalimantan dan Maluku

1. Perkembangan Islam di Sulawesi

Hubungan dagang antar pulau di Indonesia menjadi salah satu

media dakwah Islamiyah pada

masa awal pertumbuhan dan

perkembangan Islam. Pada

abad ke-16 pelabuhan Gresik

mempunyai arti sangat penting

dalam perdagangan dan

penyebaran agama Islam.

Banyak pedagang dari luar Jawa, seperti dari Maluku (ternate, Hitu),

Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lain datang ke Gresik untuk berdagang

dan belajar agama Islam di pesantren Sunan Giri. Setelah kembali ke

daerahnya, mereka berusaha menyebarkan agama Islam disertai para

santri yang sengaja dikirim secara khusus oleh Sunan Giri. Di antara

mereka adalah para pedagang dari Makasar dan Bugis. Maka

masuklah agama Islam ke Sulawesi yang diterima oleh penduduk

pantai tempat aktivitas perdagangan berlangsung.

Agama Islam masuk ke Sulawesi sejak abad ke-16, tetapi baru

mengalami perkembangan pesat pada abad ke-17 setelah raja-raja

Gowa dan Tallo menyatakan diri masuk Islam. Raja Gowa yang pertama

masuk Islam ialah Daeng Manrabia yang berganti nama Sultan Alauddin

Awwalul Islam, sedang Raja Tallo bergelar Sultan Abdullah. Di antara

para muballigh yang banyak berjasa dalam menyebarkan dan

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 34


mengembangkan agama Islam di Sulawesi, antara lain: Katib Tunggal,

Datuk Ri Bandang, Datuk Patimang, Datuk Ri Tiro, dan Syekh Yusuf

Tajul Khalwati.

Dakwah Islamiyah ke Sulawesi berkembang terus sampai ke

daerah kerajaan Bugis, Wajo, Sopeng, Sindenreng, dan lain-lain. Suku

Bugis yang terkenal berani, jujur dan suka berterus terang, semula sulit

menerima agama Islam. Namun berkat kesungguhan dan keuletan

para mubaligh, secara berangsur-angsur mereka menjadi penganut

Islam yang setia.

Pelaut-pelaut Bugis berlayar menjelajah seluruh Indonesia sampai

ke Aceh. Di antara mereka adalah pembesar Bugis bernama Daeng

mansur yang di Aceh lebih dikenal dengan panggilan Tengku di Bugis.

Salah seorang puterinya bernama puteri Sendi. Ia dikawinkan dengan

Sultan Iskandar Muda, raja besar Aceh. Sejak itu hubungan antara

Aceh

- Bugis sangat erat, sehingga banyak pengaruh budaya Aceh di Bugis.

Bentuk rumah dan cara hidup orang Bugis banyak kesamaannya

dengan Aceh. Tampaknya hubungan perdagangan yang diperkuat

dengan hubungan kekerabatan yang berdasarkan agama Islam itu

telah memperkokoh hubungan persatuan antara penduduk di seluruh

wilayah Indonesia.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 35


2. Islam di Pulau Kalimantan

Dakwah Islamiyah ke Pulau Kalimantan untuk pertama kalinya

dilakukan oleh para pedagang dari Malaka, Palembang, dan Jawa.

Mereka bertempat tinggal di pesisir barat Pulau Kalimantan, yaitu

daerah kekuasaan Kerajaan Sukadana. Pada 1590 Raja Sukadana

memeluk Islam dan berganti nama menjadi Sultan Giri Kusuma. Nama

ini memberi kesan adanya pengaruh dakwah Islamiyah yang dilakukan

oleh pesantren Giri yang mengirimkan para santrinya untuk berdakwah

ke luar Jawa, termasuk ke Kalimantan. Ia digantikan oleh puteranya,

Sultan Muhammad Syarifuddin yang banyak berjasa dalam

mengembangkan ajaran Islam bersama seorang muballigh terkenal,

Syekh Syamsuddin.

Perkembangan dakwah Islamiyah selanjutnya dilakukan oleh para

muballigh yang dikirim oleh Kerajaan Demak (Jawa Tengah). Mereka

berdakwah di bagian selatan Pulau Kalimantan, yaitu di Banjarmasin

dan sekitarnya. Raja Banjar Raden Samudera masuk Islam dan

berganti nama Sultan Suryanullah. Dengan bantuan Demak, ia berhasil

mengalahkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya, seperti Kerajaan

Nagaradipa. Sejak itu, agama Islam semakin berkembang di Pulau

Kalimantan.

Pada abad ke-18 lahir seorang ulama besar di Banjar bernama

Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Ia pernah belajar di Makkah dan

Madinah bersama tiga orang kawan dekatnya, yaitu: Syekh Abdus

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 36


Shamad dari Palembang, Syekh Abdurrahman Masri dari Jakarta, dan

Syekh Abdul Wahab dari Bugis. Sepulangnya dari Tanah Suci, ia

menetap di Martapura. Disamping mengajar, ia banyak menulis buku,

seperti: Sabilul Muhtadin, Al Qaulul Muhtar, dan lain-lain.

Sementara itu di Kalimantan timur dakwah Islamiyah banyak

dilakukan oleh para pedagang dari Makasar yang banyak melakukan

aktifitas dagangnya di antara perairan Selat Makasar dan Sungai

Mahakam. Daerah pertama di Kalimantan Timur yang menerima

agama Islam adalah Kutai, ini terjadi abad ke-16, setelah agama Islam

masuk ke Kutai selanjutnya berkembang ke seluruh Kalimantan Timur.

3. Islam di Pulau Maluku

Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah terbanyak di

Indonesia. Karena itu daerah ini banyak dikunjungi para pedagang

antar kepulauan Indonesia (lokal) maupun pedagang asing

(internasional). Di antara para pedagang lokal terdapat para pedagang

muslim dari Jawa. Mereka selain berdagang juga berdakwah. Melalui

aktivitas perdagangan rempah-rempah inilah agama Islam masuk ke

Maluku.

Di Maluku ada empat kerajaan, yaitu: Ternate, Tidore, Bacan, dan

Jailolo. Di antara ke empat kerajaan itu, yang memegang peranan

penting dan menjadi bandar pusat perdagangan adalah Ternate.

Agama Islam masuk ke Ternate pada abad ke-15, setelah rajanya

memeluk Islam namanya berganti menjadi Sultan Mahrum.

Penggantinya

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 37


bernama Sultan Zainal Abidin yang pernah berkunjung dan belajar

agama di Pesantren Giri, Gresik. Ia bersama seorang muballigh

bernama Datuk Mulia Husin sangat berjasa mengembangkan agama

Islam di Maluku dan Irian, bahkan sampai ke Pilipina Selatan.

Dari Ternate, agama Islam berkembang ke wilayah Kerajaan

Tidore. Pada abad ke-15, Tidore sudah menerima Islam atas jasa

seorang muballigh bernama Syekh Mansur. Raja Tidore yang pertama

masuk Islam bernama Cirali Lijitu yang berganti nama Sultan

Jamaluddin. Wilayah kekuasaan Kerajaan Tidore cukup luas meliputi

sebagian Halmahera, pantai barat Irian dan sebagian kepulauan

Seram. Sepeninggal Sultan Jalaluddin, pemegang kekuasaan di

Kerajaan Tidore adalah puteranya yang bernama Sultan Mansur.

Agama Islam juga berkembang di Kerajaan Bacan. Raja Bacan

memeluk Islam pada 1521 dan berganti nama Sultan Zainul Abidin.

Sejak itu wilayah Bacan yang meliputi Bacan, Obi, Waigeo, Solawati,

dan Misool menjadi kerajaan Islam. Sementara itu, Kerajaan Jailolo

yang meliputi sebagian Halmahera dan pesisir utara kepulauan Seram

juga masuk Islam. Rajanya bernama Sultan Hasanuddin.

Di kawasan Indonesia Timur, agama Islam juga berkembang

di kepulauan Sumbawa dan sekitarnya pada abad ke-16. Hubungan

perdagangan antar kepulauan Indonesia membawa Islam memasuki

daerah kepulauan Sumbawa. Diduga yang membawa Islam ke

Sumbawa adalah para muballigh dari Makasar. Ini terbukti

ditemukannya makam seorang muballigh Islam dari Makasar di

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 38


pinggiran Kota Bima. Agama Islam semakin berkembang di Sumbawa

setelah terjadi letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 M. Seorang

ulama bernama Haji Ali memperingatkan rakyat Sumbawa agar

bertobat dari segala dosa. Seruan ini membawa banyak perubahan

dan menjadikan Kerajaan Sumbawa sebagai kerajaan Islam terkenal

dengan nama Sumbawa Besar.

Sementara itu, di Lombok agama Islam disebarkan oleh para

muballigh Islam dari Bugis. Mereka memasuki Lombok dari Sumbawa.

Penduduk Lombok yang memeluk agama Islam dikenal dengan orang

Sasak.

Demikianlah dakwah Islamiyah telah memasuki seluruh wilayah

Indonesia melalui aktivitas perdagangan. Dapat dikatakan bahwa

sampai abad ke-17 hampir seluruh wilayah Indonesia telah memeluk

agama Islam. Di beberapa kepulauan Indonesia kemudian berdiri

kerajaan-kerajaan Islam yang tidak kecil peranannya dalam

menanamkan dan mengembangkan pengaruh Islam baik dalam bidang

agama, ekonomi, politik, sosial maupun kebudayaan.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 39


BAB II
KERAJAAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

Untuk menambah pemahaman Anda tentang kerajaan Islam yang


berkembang di Indonesia dari awal berdirinya, letak geografis dan
perkembangannya dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya dapat
Anda simak pada uraian materi berikut ini.

1. Kerajaan Samudra Pasai

Pasai didirikan pada abad ke-11 oleh Meurah Khair. Kerajaan ini terletak

dipesisir Timur Laut Aceh. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di

Indonesia. Pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudra Pasai adalah Meurah

Khair. Ia bergelar Maharaja Mahmud Syah (1042-1078). Pengganti Meurah

Khair adalah Maharaja Mansyur Syah dari tahun 1078-1133 M.

Pengganti Maharaja Mansyur Syah adalah Maharaja Ghiyasyuddin Syah

dari tahun 1133-1155.

Peta Lokasi Kerajaan Samudera Pasai

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 40


Raja Kerajaan Samudra Pasai berikutnya adalah Meurah Noe yang bergelar

Maharaja Nuruddin berkuasa dari tahun1155-1210. Raja ini dikenal juga dengan

sebutan Tengku Samudra atau Sulthan Nazimuddin Al-Kamil. Sultan ini

sebenarnya berasal dari Mesir yang ditugaskan sebagai laksamana untuk merebut

pelabuhan di Gujarat. Raja ini tidak memiliki keturunan sehingga pada saat wafat,

kerajaan Samudra Pasai dilanda kekacauan karena perebutan kekuasaan.

Meurah Silu bergelar Sultan Malik-al Saleh (1285-1297). Meurah Silu

adalah keturunan Raja Perlak (sekarang Malaysia) yang mendirikan dinasti

kedua kerajaan Samudra Pasai. Pada masa pemerintahannya, system

pemerintahan kerajaan dan angkatan perang laut dan darat sudah terstruktur

rapi. Kerajaan mengalami kemakmuran, terutama setelah Pelabuhan Pasai

dibuka. Hubungan Kerajaan Samudra Pasai dan Perlak berjalan harmonis.

Meurah Silu memperkokoh hubungan ini dengan menikahi putri Ganggang Sari,

anak Raja Perlak.

Meurah Silu berhasil memperkuat pengaruh Kerajaan Samudra Pasai di

pantai timur Aceh dan berkembang menjadi kerajaan perdagangan yang kuat di

Selat Malaka. Raja-raja Samudra Pasai selanjutnya adalah Sultan Muhammad Malik

Zahir (1297-1326), Sultan Mahmud Malik Zahir (1326-1345), Sultan Manshur Malik

Zahir (1345-1346), dan Sultan Ahmad Malik Zahir (1346-1383). Raja selanjutnya

adalah Sultan Zainal Abidin (1383-1405). Pada masa pemerintahannya, kekuasaan

kerajaan meliputi daerah Kedah di Semenanjung Malaya. Sultan Zainal Abidin

sangat aktif menyebarkan pengaruh Islam kepulau Jawa dan Sulawesi dengan

mengirimkan ahli-ahli dakwah, seperti Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 41


Gambar : Peninggalan Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudra Pasai tercatat dalam sejarah sebagai kerajaan Islam

yang pertama. Mengenai awal dan tahun berdirinya kerajaan ini tidak diketahui

secara pasti. Akan tetapi menurut pendapat Prof. A. Hasymi, berdasarkan

naskah tua yang berjudul Izhharul Haq yang ditulis oleh Al-Tashi dikatakan

bahwa sebelum Samudra Pasai berkembang, sudah ada pusat pemerintahan

Islam di Peureula (Perlak) pada pertengahan abad ke-9. Perlak berkembang

sebagai pusat perdagangan, tetapi setelah keamanannya tidak stabil maka banyak

pedagang yang mengalihkan kegiatannya ke tempat lain yakni ke Pasai, akhirnya

Perlak mengalami kemunduran. Dengan kemunduran Perlak, maka tampillah

seorang penguasa lokal yang bernama Marah Silu dari Samudra yang berhasil

mempersatukan daerah Samudra dan Pasai.

Dan kedua daerah tersebut dijadikan sebuah kerajaan dengan nama

Samudra Pasai. Kerajaan Samudra Pasai terletak di Kabupaten Lhokseumauwe,

Aceh Utara, yang berbatasan dengan Selat Malaka. Maka dapatlah dikatakan

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 42


posisi Samudra Pasai sangat strategis karena terletak di jalur perdagangan

internasional, yang melewati Selat Malaka.

Dengan posisi yang strategis tersebut, Samudra Pasai berkembang

menjadi kerajaan Islam yang cukup kuat, dan di pihak lain Samudra Pasai

berkembang sebagai bandar transito yang menghubungkan para pedagang Islam

yang datang dari arah barat dan para pedagang Islam yang datang dari arah timur.

Keadaan ini mengakibatkan Samudra Pasai mengalami perkembangan yang

cukup pesat pada masa itu baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan

budaya.

1. Kehidupan Politik

Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan

Malik al- Saleh, sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 – 1297. Pada

masa pemerintahannya, datang seorang musafir dari Venetia (Italia) tahun 1292

yang bernama Marcopolo, melalui catatan perjalanan Marcopololah maka dapat

diketahui bahwa raja Samudra Pasai bergelar Sultan.

Setelah Sultan Malik al-Saleh wafat, maka pemerintahannya digantikan oleh

keturunannya yaitu Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malik al-Tahir I (1297 –

1326).

Pengganti dari Sultan Muhammad adalah Sultan Ahmad yang juga bergelar

Sultan Malik al-Tahir II (1326 – 1348). Pada masa ini pemerintahan Samudra Pasai

berkembang pesat dan terus menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di

India maupun Arab. Bahkan melalui catatan kunjungan Ibnu Batulah seorang utusan

dari Sultan Delhi tahun 1345 dapat diketahui

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 43


Samudra Pasai merupakan pelabuhan yang penting dan istananya disusun dan

diatur secara India dan patihnya bergelar Amir.

Pada masa selanjutnya pemerintahan Samudra Pasai tidak banyak

diketahui karena pemerintahan Sultan Zaenal Abidin yang juga bergelar Sultan

Malik al-Tahir III kurang begitu jelas. Menurut sejarah Melayu, kerajaan Samudra

Pasai diserang oleh kerajaan Siam. Dengan demikian karena tidak adanya data

sejarah yang lengkap, maka runtuhnya Samudra Pasai tidak diketahui secara

jelas. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah paham? Kalau sudah paham

simak uraian materi berikutnya.

2. Kehidupan Ekonomi

Dengan letaknya yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang sebagai

kerajaan Maritim, dan bandar transito. Dengan demikian Samudra Pasai

menggantikan peranan Sriwijaya di Selat Malaka. Kerajaan Samudra Pasai memiliki

hegemoni (pengaruh) atas pelabuhan-pelabuhan penting di Pidie, Perlak, dan lain-

lain. Samudra Pasai berkembang pesat pada masa pemerintahan Sultan Malik al-

Tahir II. Hal ini juga sesuai dengan keterangan Ibnu Batulah.

Menurut cerita Ibnu Batulah, perdagangan di Samudra Pasai semakin ramai

dan bertambah maju karena didukung oleh armada laut yang kuat, sehingga para

pedagang merasa aman dan nyaman berdagang di Samudra Pasai. Komoditi

perdagangan dari Samudra yang penting adalah lada, kapurbarus dan emas. Dan

untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat tukar yaitu uang

emas yang dinamakan Deureuham (dirham). Demikianlah uraian materi tentang

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 44


kehidupan ekonomi Samudra Pasai, sekarang Anda bandingkan dengan uraian

materi berikutnya.

3. Kehidupan Sosial Budaya

Kemajuan dalam bidang ekonomi membawa dampak pada kehidupan

sosial, masyarakat Samudra Pasai menjadi makmur. Dan di samping itu juga

kehidupan masyarakatnya diwarnai dengan semangat kebersamaan dan hidup

saling menghormati sesuai dengan syariat Islam. Hubungan antara Sultan dengan

rakyat terjalin baik. Sultan biasa melakukan musyawarah dan bertukar pikiran

dengan para ulama, dan Sultan juga sangat hormat pada para tamu yang datang,

bahkan tidak jarang memberikan tanda mata kepada para tamu. Samudra Pasai

mengembangkan sikap keterbukaan dan kebersamaan. Salah satu bukti dari hasil

peninggalan budayanya, berupa batu nisan Sultan Malik al-Saleh dan jirat Putri

Pasai. Untuk menambah pemahaman Anda tentang batu nisan tersebut,

simaklah gambar berikut ini.

Gambar Nisan Makam Sultan Malik al-Saleh.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 45


Gambar tersebut, yang perlu Anda ketahui bahwa batu nisan tersebut

berasal dari Gujarat India). Hal ini berarti kerajaan Samudra Pasai bersifat terbuka

dalam menerima budaya lain yaitu dengan memadukan budaya Islam dengan

budaya India.

2. Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh berdiri menjelang keruntuhan Samudera Pasai.

Sebagaimana tercatat dalam sejarah, pada tahun 1360 M, Samudera Pasai

ditaklukkan oleh Majaphit, dan sejak saat itu, kerajaan Pasai terus mengalami

kemudunduran. Diperkirakan, menjelang berakhirnya abad ke-14 M, kerajaan

Aceh Darussalam telah berdiri dengan penguasa pertama Sultan Ali Mughayat

Syah yang dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil Awal 913 H (1511 M).

pada awalnya, wilayah kerajaan Aceh ini hanya mencakup Banda Aceh

dan Aceh Besar yang dipimpin oleh ayah Ali Mughayat Syah. Ketika Mughayat

Syah naih tahta menggantikan ayahnya, ia berhasil memperkuat kekuatan dan

mempersatukan wilayah Aceh dalam kekuasaannya, termasuk menaklukkan

kerajaan Pasai. Saat itu, sekitar tahun 1511 M, kerajaan-kerajaan kecil yang

terdapat di Aceh dan pesisir timur Sumatera seperti Peurelak (di Aceh Timur),

Pedir (di Pidie), Daya (Aceh Barat Daya) dan Aru (di Sumatera Utara) sudah

berada di bawah pengaruh kolonial Portugis. Mughayat Syah dikenal sangat

anti pada Portugis, karena itu, untuk menghambat pengaruh Portugis, kerajaan-

kerajaan kecil tersebut kemudian ia taklukkan dan masukkan ke dalam wilayah

kerajaannya.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 46


Sejak saat itu, kerajaan Aceh lebih dikenal dengan nama Aceh Darussalam

dengan wilayah yang luas, hasil dari penaklukan kerajaan-kerajaan kecil di

sekitarnya.

Sejarah mencatat bahwa, usaha Mughayat Syah untuk mengusir

Portugis dari seluruh bumi Aceh dengan menaklukkan kerajaan kerajaan kecil

yang sudah berada di bawah Portugis berjalan lancar. Secara berurutan,

Portugis yang berada di daerah Daya ia gempur dan berhasil ia kalahkan. Ketika

Portugis mundur ke Pidie, Mughayat juga menggempur Pidie, sehingga Portugis

terpaksa mundur ke Pasai. Mughayat kemudian melanjutkan gempurannya dan

berhasil merebut benteng Portugis di Pasai. Dengan jatuhnya Pasai pada tahun

1524 M, Aceh Darussalam menjadi satu-satunya kerajaan yang memiliki

pengaruh besar di kawasan tersebut. Kemenangan yang berturut-turut ini

membawa keuntungan yang luar biasa, terutama dari aspek persenjataan.

Portugis yang kewalahan menghadapi serangan Aceh banyak meninggalkan

persenjataan, karena memang tidak sempat mereka bawa dalam gerak mundur

pasukan. Senjata-senjata inilah yang digunakan kembali oleh pasukan

Mughayat untuk menggempur Portugis.

Ketika benteng di Pasai telah dikuasai Aceh, Portugis mundur ke Peurelak.

Namun, pasukan Aceh tidak memberikan kesempatan sama sekali pada Portugis.

Peurelak kemudian juga diserang, sehingga Portugis mundur ke Aru. Tak berapa

lama, Aru juga berhasil direbut oleh Aceh hingga akhirnya Portugis mundur ke

Malaka.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 47


Sultan Iskandar Muda

Dalam sejarahnya, Aceh Darussalam mencapai masa kejayaan di masa

Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1590 1636). Pada masa itu,

Aceh merupakan salah satu pusat perdagangan yang sangat ramai di Asia

Tenggara. Kerajaan Aceh pada masa itu juga memiliki hubungan diplomatik dengan

dinasti Usmani di Turki, Inggris dan Belanda. Pada masa Iskandar Muda, Aceh

pernah mengirim utusan ke Turki Usmani dengan membawa hadiah. Kunjungan ini

diterima oleh Khalifah Turki Usmani dan ia mengirim hadiah balasan berupa sebuah

meriam dan penasehat militer untuk membantu memperkuat angkatan perang Aceh.

Wilayah kekuasaan Aceh mencapi Pariaman wilayah pesisir Sumatra Barat, Perak

diMalaka yang secara efektif bisa direbut dari portugis tahun 1575 M.

Gambar : Peninggalan Sejarah Kerajaan Aceh

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 48


3. Kerajaan Demak

Berdirinya Kerajaan Demak

dilatarbelakangi oleh

melemahnya pemerintahan

Kerajaan Majapahit atas

daerah-daerah pesisir utara

Jawa. Daerah-daerah

pesisir seperti Tuban dan

Cirebon sudah mendapat

pengaruh Islam. Dukungan daerah-daerah yang juga merupakan jalur

perdagangan yang kuat ini sangat berpengaruh bagi pendirian Demak sebagai

kerajaan Islam yang merdeka dari Majapahit.

Raden Patah

Raden Patah adalah raja pertama

Kerajaan Demak. Ia memerintah dari tahun

1500-1518. Pada masa pemerintahan ama

Islam mengalami perkembangan pesat.

Raden Patah bergelar Senopati Jimbun

Ngabdurahman Panembahan Palembang

Sayidin Panatagama. Pengangkatan Raden

Patah sebagai Raja Demak dipimpin oleh

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 49


anggota wali lainnya. Pada masa pemerintahannya, wilayah kerajaan Demak

meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di

Kalimantan. Pada masa pemerintahannya juga dibangun Masjid Agung Demak yang

dibantu oleh para wali dan sunan sahabat Demak.

Pada masa Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511, Raden

Patah merasa berkewajiban untuk membantu. Jatuhnya kerajaan Malaka berarti

putusnya jalur perdagangan nasional. Untuk itu, ia mengirimkan putrannya, Pati

Unus untuk menyerang Portugis di Malaka. Namun, usaha itu tidak berhasil. Setelah

Raden Patah wafat pada tahun 1518, ia digantikan oleh putranya Pati Unus. Pati

Unus hanya memerintah tidak lebih dari tiga tahun. Ia wafat tahun 1521 dalam

usahanya mengusir Portugis dari kerajaan Malaka. Saudaranya, Sultan Trenggono,

akhirnya menjadi raja Demak ketiga dan merupakan raja Demak terbesar. Sultan

Trenggono berkuasa di kerajaan Demak dari tahun 1521-1546.

Sultan Trenggono dilantik menjadi raja Demak oleh Sultan Gunung Jati. Ia

memerintah Demak dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin.

Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mencapai puncak

kejayaannya dan agama Islam berkembang lebih luas lagi. Sultan Trenggono

mengirim Fatahilallah ke Banten. Dalam perjalanannya ke Banten, Fatahillah

singgah di Cirebon untuk menemui Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.

Bersama-sama dengan pasukan Kesultanan Cirebon, Fatahillah kemudian dapat

menaklukan Banten dan Pajajaran.

Setelah wafatnya Sultan Trenggono pada 1546, Kerajaan Demak mulai

mengalami kemunduran karena terjadinya perebutan kekuasaan. Perebutan

tahta Kerajaan Demak ini terjadi antara Sunan Prawoto dengan Arya

Penangsang. Arya Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

50
Penangsang adalah Bupati Jipang (sekarang Bojonegoro) yang merasa lebih berhak

atas tahta Kerajaan Demak. Perebutan kekuasaan ini berkembang menjadi konflik

berdarah dengan terbunuhnya Sunan Prawoto oleh Arya Penangsang. Arya

Penangsang juga membunuh adik Sunan Prawoto, yaitu Pangeran Hadiri. Usaha

Arya Penangsang menjadi Sultan Demak di halangi oleh Jaka Tingkir, menantu

Sultan Trenggono. Jaka Tingkir mendapat dukungan dari para tetua Demak, yaitu Ki

Gede Pemanahan dan Ki Penjawi. Konflik berdarah ini akhirnya berkembang

menjadi Perang Saudara. Dalam pertempuran ini, Arya Penagsang terbunuh

sehingga tahta Kerajaan Demak jatuh ke tangan Jaka Tingkir.

Jaka Tingkir menjadi raja Kerajaan Demak dengan gelar Sultan Hadiwijya. Ia

kemudian memindahan pusat kerajaan Demak ke daerah Pajang.Walaupun

sebenarnya sudah menjadi kerajaan baru, kerajaan Pajang masih mengklaim diri

sebagai penerus Kerajaan Demak. Sebagai tanda terima kasih kepada Ki Gede

Pemanahan yang telah mendukungnya, Sultan Hadiwijaya memberikan sebuah

daerah Perdikan (otonom) yang disebut Mataram. Ki Gede Pemanahan kemudian

menjadi penguasa Mataram dan di sebut Ki Gede Mataram.

Sultan Hadiwijaya bukanlah digantikan oleh putranya, yakni Pangeran

Benawa, melainkan putra Sunan Prawoto, Aria Pangiri. Pangeran Benawa sendiri

diangkat sebagai penguasa daerah Jipang. Pangeran Benawan kurang puas dengan

keputusan ini. Apalagi, pemerintahan Aria Pangiri di Pajang juga dikelilingi oleh para

bekas pejabat Kerajaan Demak. Pangeran Benawa kemudian minta bantuan kepada

Sutawijaya, putra Ki Ageng Mataram, untuk merebut kembali tahta Kerajaan Pajang.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 51


Pada tahun 1588, Sutawijaya dan Pangeran Benawan berhasil merebut

kembali tahta Kerajaan Pajang. Kemudian, Benawa menyerahkan hak

kuasanya pada Sutawijaya secara simbolis melalui penyerahan pusaka Pajang

pada Sutawijaya. Dengan demikian, Pajang menjadi bagian kekuasaan

Kerajaan Mataram.

Gambar : Peninggalan Sejarah Kerajaan Demak

4. Kerajaan Banten

Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas

pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati

bersama pasukan Demak merebut pelabuhan Banten dari kerajaan Sunda, dan

mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi ke Demak. Menurut sumber

Portugis, sebelumnya Banten merupakan salah satu pelabuhan Kerajaan

Sunda selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Sunda Kalapa

dan Cimanuk. Anak dari Sunan Gunung Jati (Hasanudin) menikah dengan

seorang putri dari Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak. Pelurusan

Sejarahbahwa Pangeran Sabakingkin atau Sultan Maulana Hasanuddin nikah

dengan Putri

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 52


Kintamani mempunyai Anak yang pertama bernama Yusuf Akbar (Maulana

Yusuf), pelurusan sejarah bahwa Anak Kedua Ratu Siti Rodiah kawin dengan

Sultan Mahmud Badaruddin II Kesultanan Palembang Darussalam sedang

anak ketiga Muhammad Nazaruddin (Sultan Maulana Muhammad Nazaruddin

bergelar Alamsyah) Terjadi perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat

(1570).

Pangeran Jepara merasa berkuasa atas Kerajaan Banten daripada anak

Maulana Yusuf yang bernama Maulana Muhammad karena Maulana Muhammad

masih terlalu muda. Akhirnya Kerajaan Jepara menyerang Kerajaan Banten. Perang

ini dimenangkan oleh Kerajaan Banten karena dibantu oleh para ulama (inilah

Sejarah Bikinan Belanda). Pelurusan Sejarah bahwa Sultan Muhammad bukan anak

dari Maulana Yusuf tetapi anak ketiga dari Sultan Hasanuddin, dengan nama

lengkap Sultan Muhammad Nazaruddin "Alamsyah" dikawal oleh empat Pengawal

Kesultanan masing-masing bernama Ananta Kusuma, Daeng, Nata Kusuma dan

Jalaluddin pada saat itu Sultan Muhammad Nazaruddin yang bergelar Alamsyah

berusia 19 tahun,melakukan perjalanan ke Palembang pada masa Inggeris masuk

ke Palembang...bukan untuk memerangi palembang tetapi menyambangi keluarga

(Saudaranya yang bernama Ratu Siti Rodiah yang nikah dengan Sultan Mahmud

Badaruddin II).

Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa

pemerintahan Abu Fatah Abdulfatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan

Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan

internasional sehingga perekonomian Banten maju pesat. Wilayah

kekuasaannya meliputi sisa kerajaan Sunda yang tidak direbut kesultanan

Mataram dan serta wilayah yang sekarang

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 53


menjadi provinsi Lampung. Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga

1800 Masehi Lampung dikuasai oleh kesultanan Banten.

Pada zaman pemerintahan Sultan Haji, tepatnya pada 12 Maret 1682,

wilayah Lampung diserahkan kepada VOC. seperti tertera dalam surat Sultan Haji

kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang

berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22

Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di

Lampung.

Kesultanan Banten dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial

Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhamad Syafiuddin dilucuti dan dipaksa turun

takhta oleh Thomas Stamford Raffles. Tragedi ini menjadi klimaks dari

penghancuran Surasowan oleh Gubernur-Jenderal Belanda, Herman William

Daendels tahun 1808 M.

Gamabr : Peninggalan Sejarah Kerajaan Banten

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 54


5. Kerajaan Ternate dan Tidore

Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di sebelah barat Pulau Halmahera,

Maluku Utara. Wilayah kekuasaan kedua kerajaan ini meliputi Kepulauan Maluku

dan sebagian Papua. Tanah Maluku yang kaya akan rempah-rempah

menjadikannya terkenal di dunia Internasional dengan sebutan Spice Island.

Pada abad ke 12 M, Permintaan akan cengkeh dan Pala dari negara Eropa

meningkat pesat. Hal ini menyebabkan dibukannya perkebunan di daerah Pulau

Buru, Seram dan Ambon. Dengan adanya kepentingan atas penguasa

perdagangan terjadilah persekutuan daerah antara kerajaan. Persekutuan-

persekutuan tersebut adalah Uli Lima (Persekutuan Lima). Yaitu persekutuan

antara lima saudara yang dipimpin oleh Ternate (yang meliputi Obi, Bacan,

Seram dan Ambon, serta Uli Siwa (persekutuan Sembilan) yaitu persekutuan

antara sembilan bersaudara yang wilayahnya meliputi Pulau Tidore, Makyan,

Jahilolo atau Halmahera dan pulau-pulau di daerah itu sampai Papua. Antara

kedua persekutuan tersebut telah terjadi persaingan yang sangat tajam. Hal ini

terjadi setelah para pedagang Eropa datang ke Maluku. Pada tahun 1512,

bangsa Portugis datang ke Ternate, sedangkan tahun 1521 bansa Spanyol

datang ke Tidore.

Setelah 10 tahun berada di Kerajaan Ternate, bangsa Portugis

mendirikan Benteng yang diberi nama Sao Paolo. Menurut Portugis, benteng

tersebut berguna untuk melindungi Ternate dari Kerajaan Tidore. Namun hal

tersebut hanyalah taktik Portugis agar mereka dapat tetap berdagang

dan menguasai Ternate. Pembangunan Benteng Soa Paolo

mendapat perlawanan dan salah seorang yang Sejarah

Kebudayaan Islam Kelas IX 55


menantang kehadiran kekuasaan militer Portugis tersebut yaitu Sultan Hairun

Beliau berkuasa di kerajaan Ternate sejak tahun 1559. Sultan tidak ingin

perekonomian dan pemerintahan kerajaan di kuasai oleh bangsa lain dan

pendirian benteng tersebut dianggap menunjukkan niat buruk Portugis atas

Ternate. Ketidaksetujuan Sultan Hairun terhadap Portugis tidak berbentuk

kekerasan, sebaliknya Sultan Haitun bersedia berunding dengan Portugis di

Benteng Sao Paolo. Ternyata niat baik Sultan Hairun dimanfaatkan Portugis

untuk menahannya di benteng tersebut. Keesokan harinya Sultan Hairun telah

terbunuh hal ini terjadi pada tahun 1570.

Wafatnya Sultan Hairun menyebabkan kebencian rakyat Maluku semakin

besar. Sultan Baabullah yang menjadi Raja Ternate berikutnya dan memimpin

perang melawan Portugis. Usaha ini menampakkan hasil pada tahun 1575, setelah

Portugis berhasil dipukul mundur dan pergi meninggalkan bentengnya di Ternate.

Bangsa Portugis bergerak ke Selatan dan Menaklukan Timor pada tahun

1578. Sultan Baabullah kemudian memperluas kekuasaannya hingga Maluku,

Sulawesi, Papua, Mindano dan Bima. Keberhasilan pemerintahannya membuat

Sultan Baabullah mendapat julukan Tuan dari Tujuh Pulau Dua Pulau.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 56


Gambar : Peninggalan Sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore

6. Kerajaan Gowa dan Tallo

Kerajaan Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi

Selatan dan saling berhubungan baik. Banyak orang mengetahuinya sebagai

Kerajaan Makassar. Makassar sebenarnya adalah ibu kota Gowa yang juga disebut

sebagai Ujungpandang. Sebelum abad ke-16, raja-raja Makassar belum memeluk

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 57


agama Islam. Baru setelah datangnya Dato Ri Bandang, seorang penyiar islam dari

Sumatra, Makassar berkembang menjadi kerajaan Islam.

Peta Lokasi Kerajaan Gowa dan Tallo

Sultan Alauddin adalah Raja Makassar pertama yang memeluk agama

Islam. Ia memimpin Makassar dari tahun 1591-1638. Sebelumnya, Sultan

Alauddin bernama asli Karaeng Ma „towaya Tumamenanga Ri Agamanna. Setelah

Sultan Alauddin wafat, Kerajaan Makassar dipimpin oleh Muhammad Said

1639-1653. Setelah Muhammad Said wafat, beliau kemudian digantikan oleh

Sultan Hasanuddin. Beliau berkuasa sejak tahun 1653. Masa Pemerintahannya

merupakan masa gemilang kerajaan Makassar. Dibawah pemerintahan Sultan

Hasanuddin, Kerajaan Makassar berhasil menguasai kerajaan-kerajaan kecil di

Sulawesi Selatan, yaitu Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone. Sultan Hasanuddin

juga berniat menjadikan Kerajaan Makassar sebagai penguasa tunggal di jalur

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 58


perdagangan Indonesia bagian timur. Oleh karena itu Sultan Hasanuddin harus

menghadapi kekuatan armada VOC Belanda sebelum dapat menguasai Maluku.

Gambar : Sultan Hasanuddin

Belanda berusaha keras menghentikan serangan-serangan Kerajaan

Makasar. Untuk itu Belanda bersekutu dengan Raja Bone, yaitu Arub(Tuan)

Palaka. Aru Palaka bersedia membantu Belanda dengan syarat akan

diberikan kemerdekan. Pada tahun 1667, dengan bantuan Kerajaan Bone

berhasil menekan Makassar untuk menyetujui perjanjian Bongaya. Perjanjian ini

berisi tiga buah kesepakatan yaitu VOC mendapat hak monopoli dagang di

Makassar, Belanda dapat mendirikan benteng Rotterdam di Makassar,

Makassar harus melepas daerah yang dikuasainya seta mengakui Aru Palaka

sebagai Raja Bone.

Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta pada tahun 1669, Mapasomba

putranya berusaha menggantikan kepemimpinan ayahnya dan meneruskan

perjuangan perjuangan ayahnya melewan Belanda. Pasukan Kerajaan

Makassar Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

59
akhirnya bisa dipukul mundur oleh Belanda dan jalur perdagangan di kuasai oleh

Belanda.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 60


BAB III
TOKOH TOKOH PENYEBAR AGAMA ISLAM DI INDONESIA

A. Abdur Rauf Singkil

Cukup banyak ulama‟ Indonesia yang telah memberikan kontribusi berharga dan amat

berpengaruh dalam upaya penyebaran agama Islam, khususnya di daerah Asia

Tenggara. Beberapa di antara ulama terkenal yang mungkin telah banyak diketahui

oleh masyarakat umum antara lain: sembilan Wali Songo, dan Mohammad Nawawi

Ibn Umar Al-Jawi Al-Banteni. Akan tetapi ada segelintir ulama‟ yang mungkin tidak terlalu

dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya. Mereka antara lain adalah: Hamzah

Fansuri, Mohammad Arsyad Al-Banjari, Syekh Taher Jalaluddin, Syamsyuddin Al-

Sumatrani, Nuruddin Al-Raniri, Abdussomad Al-Palembany, Syekh Yusuf Al-

Makasari, dan Syekh Abdurrauf Singkel. Nah, untuk itulah tulisan kecil ini akan

difokuskan pada ulama‟-ulama‟ tersebut dalam upaya penyebaran agama Islam di Indonesia.

Namun, tidak untuk semua ulama‟ yang kami sebutkan di atas, tapi lebih fokus lagi

terhadap Syekh Abdurrauf Singkel (selanjutnya disebut Abdurrauf).

Abdurrauf lahir sekitar tahun 1615 di Aceh Selatan. Tepatnya di daerah

Singkel, sebelah utara Fansur di pantai barat Aceh.

Sekitar tahun 1640, yang saat itu, yang menjadi sultan Aceh adalah Sultanah

(Ratu) Safiatuddin Tajul Alam (1641-1675), ia berangkat ke tanah Arab guna

mempelajari ilmu agama. Ia mengunjungi pusat pendidikan yang ia jumpai di

sepanjang jalur perjalanan antara Yaman dan Makkah. Kemudian bermukim di

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 61


Makkah dan Madinah untuk menambah pengetahuan agama. Di sana ia

mempelajari berbagai disiplin ilmu. Mulai dari ilmu yang disebut dengar lahir (yang ia

mempelajari di daerah Yaman), yang termasuk di dalamnya adalah bahasa Arab,

grammar of arabic, Al-Qur‟an (berguru pada Syekh Abadullah Al-Adani, yang, menurut

Abdurrauf sendiri beliau adalah guru terbaik di Yaman), Hadits, Syari‟at, dan lain

sebagainya, hingga ilmu-ilmu batin mengenai tashawuf.

Ia juga mempelajari Tarekat Syattariyah pada Ahmad Qasasi (1583-1661) dan

Ibrahim Al-Qur‟ani. Sampai ia memperoleh ijazah sehingga ia memiliki hak untuk

mengajarkan tarekat tersebut pada orang lain.

Selanjutnya ia mengajarkan tarekat ini di Aceh. Tarekat ini meluas sampai ke

Sumatera dan Jawa dengan adanya usaha-usaha yang dilakukan oleh murid-

muridnya dalam melaksanakan pengajaran. Kekuasaan kesulatanan Aceh pada

waktu itu dan posisi strategis perjalanan naik haji merupakan faktor terpenting dalam

menyebarkan tradisi pengajaran Islam dan pengabdian keagamaan.

Sumber utama tentang riwayat Abdurrauf secara terperinci terdapat dalam

kolofon yang terdapat dalam beberapa naskah tulis dari karyanya, „Umdat Al-Mubtajjin.

Pada bagian akhir karangannya, Abdurrauf memmuat nama-nama ulama‟ kepada

siapa ia belajar dan dengan siapa ia bergaul selama berada di Arab. Rinkes menguraikan

riwayat hidup Abdurrauf secara terperinci dalam disertasi doktornya, tetapi ia memberi

sedikit tambahan saja terhadap isi „Umdat Al-Mubtajjin.

Abdurrauf termasuk ulama‟ yang produktif dalam menuliskan karyanya. Karya-

karyanya digunakan oleh kaum muslim di wilayah Asia Tenggara. Sebagian

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 62


besar karyanya berkaitan dengan masalah fiqih, ibadah, dan tasawwuf. Semua

tulisannya yang berbahasa melayu diorientasikan pada kondisi Melayu dan disusun

pada tingkat yang sesuai dengan murid-muridnya. Dengan demikian, mereka dapat

memahami Islam secara lebih baik, mencegah mereka dari mara bahaya, dan

memperingatkan mereka melawan intoleransi.

Beberapa karyanya di bidang tasawwuf, antara lain; „Umdat Al-Muhtajjin (Tiang

Orang yang Memerlukan), Kifayat Al-Muhtajjin (Pencukup Para Pengemban Hajat),

Daqa‟iqu Al-Huruf (Detail Huruf), Bayan Tajalli (Keterangan tentang Tajalli). „Umdat Al-

Muhtajjin merupakan karya Abdurrauf yang terpenting. Buku ini terdiri dari 7 bab

yang memuat bahasan mengenai dzikir, sifat Allah. dan rasul-Nya serta asal-usul

ajaran mistik.

Di antara guru yang ia puji adalah Ahmad Qasasi. Ia menyebut gurunya ini

membimbing spiritual dan guru di jalan Allah. Sebagian di antara muridnya, ada yang

menjadi ulama‟ terkenal, seperti Burhanuddin Ulakan dari Pariaman, Sumatera Barat.

Abdurrauf menjadi mufti kerajaan Aceh ketika diperintah oleh Sultanah Safiatuddin

Tajul Alam. Dengan dukungan kerajaan, ia berhasil menghapus ajaran salik buta,

sebuah tarekat sesat yang ada sebelumnya dalam masyarakat Aceh.

Abdurrauf memiliki sekitar 21 karya tulis yang terdiri dari kitab tafsir, kitab

hadits, kitab fiqih, dan sisanya kitab tasawwuf. Kitab tafsirnya yang berjudul

Turjuman Al-Mustafid (Terjemah Pemberi Faedah) merupakan kitab tafsir pertama

yang dihasilkan di Indonesia dan berbahasa Melayu.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 63


Salah satu kitab tafsir Abdurrauf berjudul Mir‟ad Al-Thullab fi Tafshil Ma‟rifat

Ahkam Al-Sya‟riyah lil Al-Malik Al-Wahhab (Cermin Bagi Penuntut Ilmu Fiqih Pada

Memudahkan Mengenal Segala Hukum Syara‟ Allah). Di dalam kitab itu termuat berbagai

masalah madzhab Syafi‟ie yang merupakan panduan bagi seorang Qadli. Kitab ini ditulis

atas perintah sultanah.

Karena maninggal dan kemudian di makamkan di Kuala (Muara) Kr. Aceh atau

Banda Aceh, Abdurrauf juga dikenal dengan nama Teuku Syiah Kuala. Nama ini

diabadikan pada perguruan tinggi yang didirikan di Banda Aceh pada tahun 1961,

yaitu Universitas Syiah Kuala.

B. Wali Songo

Walisongo berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik

Ibrahim,Sunan ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga,

Sunan Kudus, Sunan Muria, Serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat

yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila

tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.

Maulana Malik Ibrahim adalah wali yang tertua diantara sembilan wali. Sunan

Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik

Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad

adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid

Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan

Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik

Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 64


Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan

abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur,

Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah

para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka

mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok

tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting

di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur

Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga

pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator

karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan

Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya

Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol

penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang

juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan

Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara

luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak

disebut dibanding yang lain.

Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran

Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi

Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus

dari

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 65


Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan

nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha

1. Maulana Malik Ibrahim

Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan

lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi

Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap

As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi.

Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian

rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak,

ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku).

Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana

Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini

sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.

Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga

belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua

putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali

Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu,

tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan

keluarganya.

Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang.

Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada

dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran

kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik. Aktivitas pertama yang

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 66


dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung

itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus

Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis.

Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal

dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.

Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul

masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi

pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah

dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata

pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim

wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.

2. Sunan Ampel

Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah

Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di

Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat

dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini

menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang).

Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada

tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke

Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang,

kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui

bibinya, seorang

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 67


putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja

Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.

Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari

perkimpoiannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang

menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan

Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut

membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk

muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi

Sultan Demak tahun 1475 M.

Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit,

ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul

masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi

sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan

mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para

santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa

dan Madura.

Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia

hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman

akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah "Mo Limo" (moh main, moh

ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk "tidak berjudi,

tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak

berzina."

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 68


Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan

dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.n

3. Sunan Giri

Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri

lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya

Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah

dibuang oleh keluarga ibunya--seorang putri raja Blambangan bernama Dewi

Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad

Tanah Jawi versi Meinsma).

Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim.

Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang

mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke

Samudra Pasai.

Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat

dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai.

Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa

Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah "giri". Maka ia dijuluki

Sunan Giri.

Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti

sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja Majapahit

-konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan- memberi

keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itupun

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 69


berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton.

Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata.

Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu.

Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak

sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat

dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia

diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.

Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya, Pangeran

Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan

Amangkurat II pada Abad 18.

Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke

berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa

Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua

sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau.

Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu

fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta

karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan

cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending

Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 70


4. Sunan Bonang

Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama

kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang

perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban.

Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah

cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa.

Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu.

Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha. Ia kemudian menetap di Bonang -desa

kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu

ia membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal

dengan nama Watu Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama

Kesultanan Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun

demikian, Sunan Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana

ke daerah-daerah yang sangat sulit. Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil

di Tuban, Pati, Madura maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia

meninggal. Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung,

setelah sempat diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban.

Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang

memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia

menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga

mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di

tempat-tempat gersang.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 71


Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat 'cinta'('isyq). Sangat mirip dengan

kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman,

pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al yaqqin.

Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian yang

disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan murid

utamanya, Sunan Kalijaga.

Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang

tamsil. Salah satunya adalah "Suluk Wijil" yang tampak dipengaruhi kitab Al Shidiq

karya Abu Sa'id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya banyak menggunakan tamsil

cermin, bangau atau burung laut. Sebuah pendekatan yang juga digunakan oleh

Ibnu Arabi, Fariduddin Attar, Rumi serta Hamzah Fansuri.

Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan

estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan

Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya

ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan

transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan

Bonang.

Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai

membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan

tafsir-tafsir khas Islam. Kisah perseteruan Pandawa-Kurawa ditafsirkan Sunan

Bonang sebagai peperangan antara nafi (peniadaan) dan 'isbah (peneguhan).

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 72


5. Sunan Kalijaga

Dialah "wali" yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir

sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan

dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta

diperkirakan telah menganut Islam.

Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama

panggilan seperti Lokajaya,Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden

Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang

disandangnya.

Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga

di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat

dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali

ini untuk berendam ('kungkum') di sungai (kali) atau "jaga kali". Namun ada yang

menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab "qadli dzaqa" yang menunjuk

statusnya sebagai "penghulu suci" kesultanan.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun.

Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478),

Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang

yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan

Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon

dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu

dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 73


Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat

dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf"

bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan

sebagai sarana untuk berdakwah.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan

menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap:

mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah

dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.

Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia

menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana

dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang

Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton,

alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa

memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran,

Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede - Yogya). Sunan

Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak.

6. Sunan Gunung Jati

Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati.

Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra'

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 74


Mi'raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat

Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii).

Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada

Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir

sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran

Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana

Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina.

Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para

ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya

Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan

Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati.

Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya "wali songo" yang

memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai

putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman

Pasundan atau Priangan.

Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas.

Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan

yang menghubungkan antar wilayah.

Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan

ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 75


penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan

Banten.

Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya

menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada

tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu

Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15

kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.

7. Sunan Drajat

Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia

bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden

Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M.

Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke

pesisir Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar di Dusun pesisir Banjarwati atau

Lamongan sekarang. Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke

selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa

Drajat, Paciran-Lamongan.

Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya:

langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara

penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria.

Terutama seni suluk. Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk

petuah "berilah tongkat pada si buta/beri makan pada yang lapar/beri pakaian pada

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 76


yang telanjang'. Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka

menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu

dan fakir miskin.

8. Sunan Kudus

Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah

(adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung

adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di

Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang.

Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke

berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul.

Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada

budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali

yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya

pemeluk teguh-menunjuknya.

Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan

memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid

Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang

melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan

Sunan Kudus.

Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan

tablighnya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo

Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi,

menjadi

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 77


simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat

Al Baqarahyang berarti "sapi betina". Sampai sekarang, sebagian masyarakat

tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.

Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut

disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti

kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam

dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat

masyarakatnya.Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus.

Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan

Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata,

bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.n

9. Sunan Muria

Ia putra Dewi Saroh --adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana

Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria

diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara

kota Kudus.

Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun

berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat

terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan

rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam,

berdagang dan melaut adalah kesukaannya.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 78


Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal

di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu

memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi

pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru.

Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati.

Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.

C. Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari

Beberapa penulis biografi Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, antara lain

Mufti Kerajaan Indragiri Abdurrahman Siddiq, berpendapat bahwa ia adalah

keturunan Alawiyyin melalui jalur Sultan Abdurrasyid Mindanao.

Gambar : Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 79


Nasabnya ialah Maulana Muhammad Arsyad Al Banjari bin Abdullah

bin Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah bin Abu Bakar Al

Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein bin Abdullah bin Syaikh bin

Abdullah Al Idrus Al Akbar (datuk seluruh keluarga Al Aidrus) bin Abu Bakar As

Sakran bin Abdurrahman As Saqaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali Maula

Ad Dark bin Alwi Al Ghoyyur bin Muhammad Al Faqih Muqaddam bin Ali Faqih

Nuruddin bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khaliqul Qassam bin Alwi bin

Muhammad Maula Shama‟ah bin Alawi Abi Sadah bin Ubaidillah bin Imam Ahmad Al

Muhajir bin Imam Isa Ar Rumi bin Al Imam Muhammad An Naqib bin Al Imam Ali

Uraidhy bin Al Imam Ja‟far As Shadiq bin Al Imam Muhammad Al Baqir bin Al Imam

Ali Zainal Abidin bin Al Imam Sayyidina Husein bin Al Imam Amirul Mu‟minin Ali

Karamallah wajhah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah SAW.

1. Masa Kecil

Diriwayatkan, pada waktu Sultan Tahlilullah (1700 - 1734 M) memerintah

Kesultanan Banjar, suatu hari ketika berkunjung ke kampung Lok Gabang. Sultan

melihat seorang anak berusia sekitar 7 tahun sedang asyik menulis dan

menggambar, dan tampaknya cerdas dan berbakat, dicerita-kan pula bahwa ia

telah fasih membaca Al-Quran dengan indahnya. Terkesan akan kejadian itu,

maka Sultan meminta pada orang tuanya agar anak tersebut sebaiknya tinggal di

istana untuk belajar bersama dengan anak-anak dan cucu Sultan.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 80


2. Menikah dan menuntut ilmu di Mekkah.

Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari mendapat pendidikan penuh di

Istana sehingga usia mencapai 30 tahun. Kemudian ia dikawinkan dengan

seorang perempuan bernama Tuan Bajut. Hasil perkawinan tersebut ialah

seorang putri yang diberi nama Syarifah.

Ketika istrinya mengandung anak yang pertama, terlintaslah di hati Muhammad

Arsyad suatu keinginan yang kuat untuk menuntut ilmu di tanah suci Mekkah.

Maka disampaikannyalah hasrat hatinya kepada sang istri tercinta.

Meskipun dengan berat hati mengingat usia pernikahan mereka yang

masih muda, akhirnya isterinya mengamini niat suci sang suami dan

mendukungnya dalam meraih cita-cita. Maka, setelah mendapat restu dari sultan

berangkatlah Muhammad Arsyad ke Tanah Suci mewujudkan cita-citanya.

Deraian air mata dan untaian doa mengiringi kepergiannya.

Di Tanah Suci, Muhammad Arsyad mengaji kepada syeikh terkemuka

pada masa itu. Di antara guru beliau adalah Syeikh „Athoillah bin Ahmad al-Mishry, al-

Faqih Syeikh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi dan al-„Arif Billah Syeikh

Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-Hasani al-Madani.

Syeikh yang disebutkan terakhir adalah guru Muhammad Arsyad di

bidang tasawuf, dimana di bawah bimbingannyalah Muhammad Arsyad

melakukan suluk dan khalwat, sehingga mendapat ijazah darinya dengan

kedudukan sebagai khalifah.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 81


Setelah lebih kurang 35 tahun menuntut ilmu, timbullah kerinduan akan

kampung halaman. Terbayang di pelupuk mata indahnya tepian mandi yang di

arak barisan pepohonan aren yang menjulang. Terngiang kicauan burung pipit di

pematang dan desiran angin membelai hijaunya rumput. Terkenang akan

kesabaran dan ketegaran sang istri yang setia menanti tanpa tahu sampai kapan

penentiannya akan berakhir. Pada Bulan Ramadhan 1186 H bertepatan 1772 M,

sampailah Muhammad Arsyad di kampung halamannya, Martapura, pusat

Kesultanan Banjar pada masa itu.

Akan tetapi, Sultan Tahlilullah, seorang yang telah banyak membantunya

telah wafat dan digantikan kemudian oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan

Tamjidullah I, yaitu cucu Sultan Tahlilullah. Sultan Tahmidullah yang pada ketika

itu memerintah Kesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap

perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya.

Sultan Tahmidullah II menyambut kedatangan beliau dengan upacara

adat kebesaran. Segenap rakyatpun mengelu-elukannya sebagai seorang ulama

“Matahari Agama” yang cahayanya diharapkan menyinari seluruh Kesultanan Banjar.

Aktivitas beliau sepulangnya dari Tanah Suci dicurahkan untuk menyebarluaskan

ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Baik kepada keluarga, kerabat ataupun

masyarakat pada umumnya. Bahkan, sultan pun termasuk salah seorang muridnya

sehingga jadilah dia raja yang „alim lagi wara‟. Selama hidupnya ia memiliki 29 anak

dari tujuh isterinya.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 82


3. Hubungan dengan Kesultanan Banjar

Pada waktu ia berumur sekitar 30 tahun, Sultan mengabulkan

keinginannya untuk belajar ke Mekkah demi memperdalam ilmunya. Segala

perbelanjaanya ditanggung oleh Sultan. Lebih dari 30 tahun kemudian, yaitu

setelah gurunya menyatakan telah cukup bekal ilmunya, barulah Syekh

Muhammad Arsyad kembali pulang ke Banjarmasin. Akan tetapi, Sultan

Tahlilullah seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan

kemudian oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidullah I, yaitu cucu Sultan

Tahlilullah.

Sultan Tahmidullah II yang pada ketika itu memerintah Kesultanan

Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan

agama Islam di kerajaannya. Sultan inilah yang meminta kepada Syekh

Muhammad Arsyad agar menulis sebuah Kitab Hukum Ibadat (Hukum Fiqh),

yang kelak kemudian dikenal dengan nama Kitab Sabilal Muhtadin.

4. Pengajaran dan bermasyarakat

Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah pelopor pengajaran Hukum

Islam di Kalimantan Selatan. Sekembalinya ke kampung halaman dari Mekkah,

hal pertama yang dikerjakannya ialah membuka tempat pengajian (semacam

pesantren) bernama Dalam Pagar, yang kemudian lama-kelamaan menjadi

sebuah kampung yang ramai tempat menuntut ilmu agama Islam. Ulama-ulama

yang dikemudian hari menduduki tempat-tempat penting di seluruh Kerajaan

Banjar, banyak yang merupakan didikan dari suraunya di Desa Dalam Pagar.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 83


Di samping mendidik, ia juga menulis beberapa kitab dan risalah untuk

keperluan murid-muridnya serta keperluan kerajaan. Salah satu kitabnya yang

terkenal adalah Kitab Sabilal Muhtadin yang merupakan kitab Hukum-Fiqh dan

menjadi kitab-pegangan pada waktu itu, tidak saja di seluruh Kerajaan Banjar tapi

sampai ke-seluruh Nusantara dan bahkan dipakai pada perguruan-perguruan di

luar Nusantara dan juga dijadikan dasar Negara Brunai Darussalam.

5. Karya-karyanya

Kitab karya Syekh Muhammad Arsyad yang paling terkenal ialah Kitab

Sabilal Muhtadin, atau selengkapnya adalah Kitab Sabilal Muhtadin lit-tafaqquh fi

amriddin, yang artinya dalam terjemahan bebas adalah “Jalan bagi orang-orang yang

mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama”. Syeikh Muhammad

Arsyad telah menulis untuk keperluan pengajaran serta pendidikan, beberapa

kitab serta risalah lainnya, diantaranya ialah:

Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Duapuluh,

 Kitab Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas soal-soal itikad serta

perbuatan yang sesat,

 Kitab Nuqtatul Ajlan, yaitu kitab tentang wanita serta tertib suami-isteri,

 Kitabul Fara-idl, semacam hukum-perdata.

Dari beberapa risalahnya dan beberapa pelajaran penting yang langsung

diajarkannya, oleh murid-muridnya kemudian dihimpun dan menjadi semacam Kitab

Hukum Syarat, yaitu tentang syarat syahadat, sembahyang, bersuci, puasa dan yang

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 84


berhubungan dengan itu, dan untuk mana biasa disebut Kitab Parukunan.

Sedangkan mengenai bidang Tasawuf, ia juga menuliskan pikiran-pikirannya dalam

Kitab Kanzul-Makrifah.

Setelah ± 40 tahun mengembangkan dan menyiarkan Islam di wilayah

Kerajaan Banjar, akhirnya pada hari selasa, 6 Syawwal 1227 H (1812 M) Allah SWT

memanggil Syekh Muh. Arsyad ke hadirat-Nya. Usia beliau 105 tahun dan

dimakamkan di desa Kalampayan, sehingga beliau juga dikenal dengan sebutan

Datuk Kalampayan.

6. Pengarang Sabil al-Muhtadin

Nama lengkap Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdur Rahman

al-Banjari bin Saiyid Abu Bakar bin Saiyid Abdullah al-'Aidrus bin Saiyid Abu Bakar

as-Sakran bin Saiyid Abdur Rahman as-Saqaf bin Saiyid Muhammad Maula ad-

Dawilah al-'Aidrus, dan seterusnya sampai kepada Saidina Ali bin Abi Thalib dan

Saidatina Fatimah binti Nabi Muhammad s.a.w. Riwayat kedatangan datuk nenek

Syeikh Muhammad Arsyad ke dunia Melayu terjadi pertikaian pendapat. Ada riwayat

mengatakan bahwa yang pertama datang ialah Saiyid Abdullah bin Saiyid Abu Bakar

as-Sakran.

7. Beliau telah datang ke Filipina, dan berhasil mendirikan Kerajaan Mindano.

Menurut H.M Syafie bahwa ayah Abdullah bernama Saiyid Abu Bakar

(berarti datuk kepada Syeikh Muhammad Arsyad) adalah Sultan Mindano.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 85


Abdullah pula pernah sebagai pemimpin peperangan melawan Portugis, kemudian

ikut melawan Belanda lalu melarikan diri bersama isterinya ke Lok Gabang

(Martapura).

Dalam riwayat yang kurang jelas, apakah Saiyid Abu Bakar as-Sakran atau

pun Saiyid Abu Bakar bin Saiyid `Abdullah al-'Aidrus, dikatakan berasal dari

Palembang pindah ke Johor, selanjutnya ke Brunei Darussalam, Sabah dan

Kepulauan Sulu.

Yang terjadi pertikaian pendapat pula nama ayah Abdullah, selain dikatakan

Abdullah bin Abdur Rahman dan Abdullah bin Saiyid Abu Bakar, ada lagi riwayat

yang menyebut bahwa Abdullah itu adalah anak Kerta Suta. Kerta Suta anak

Muslihuddin. Muslihuddin anak Muhammad Aminuddin.

8. Pendidikan

Muhammad Arsyad al-Banjari lahir pada malam Khamis, pukul 3.00 (waktu

sahur), 15 Safar 1122 H/17 Mac 1710 M, wafat pada 6 Syawal 1227 H/3 Oktober

1812 M.

Pendidikannya ketika kecil tidak begitu jelas, tetapi pendidikannya

dilanjutkan ke Mekah dan Madinah. Sangat popular bahwa beliau belajar di Mekah

sekitar 30 tahun dan di Madinah sekitar lima tahun. Sahabatnya yang paling penting

yang banyak disebut oleh hampir semua penulis ialah Syeikh `Abdus Shamad al-

Falimbani, Syeikh Abdur Rahman al-Mashri al-Batawi dan Syeikh Abdul Wahhab

Bugis, yang terakhir ini menjadi menantu beliau. Gurunya pula yang banyak disebut

ialah Syeikh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi, Syeikh `Athaullah dan Syeikh

Muhammad bin Abdul Karim as-Sammani al-Madani. Selama belajar di Mekah

Syeikh Muhammad

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 86


Arsyad bin Abdullah al-Banjari tinggal di sebuah rumah yang dibeli oleh Sultan

Banjar. Rumah tersebut terletak di kampung Samiyah yang disebut juga dengan

Barhat Banjar. Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari dan kawan-kawannya selain

belajar kepada ulama-ulama bangsa Arab, juga belajar kepada ulama-ulama yang

berasal dari dunia Melayu. Di antara guru mereka yang berasal dari dunia Melayu

ialah: Syeikh Abdur Rahman bin Abdul Mubin Pauh Bok al-Fathani, Syeikh

Muhammad Zain bin Faqih Jalaluddin Aceh dan Syeikh Muhammad `Aqib bin

Hasanuddin al-Falimbani, dan barangkali banyak lagi.

Hampir semua ilmu keislaman yang telah dipelajari di Mekah dan Madinah

mempunyai sanad atau silsilah yang musalsal mulai dari beliau hingga ke atasnya.

Hal ini cukup jelas seperti yang ditulis oleh Syeikh Yasin Padang dalam beberapa

buah karya beliau. Lama masa belajar di Mekah dan Madinah, dalam jumlah

pelajaran dan jenis kitab yang banyak dipelajari, ditambah lagi belajar kepada ulama

yang benar-benar ahli di bidangnya masing-masing, di tempat sumber agama Islam

itu sendiri, serta diperoleh daripada ulama-ulama yang warak, maka tidak diragukan

bahwa Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari akhirnya menjadi seorang

ulama besar tanah Jawi atau dunia Melayu. Kewarakannya diakui oleh ulama-ulama

yang datang kemudian daripada beliau karena banyak bukti-buktinya.

Selain bukti berupa karya-karyanya, juga dapat diambil tentang jasa-jasanya

mencelikkan mata terutama rakyat Banjar atau seluruh dunia Melayu melalui

karangannya yang paling terkenal Sabil al-Muhtadin. Selain itu ternyata keturunan

beliau sangat banyak yang menjadi ulama. Ini sebagai bukti bahwa Syeikh

Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari telah berhasil membasmi kejahilan selain

untuk dirinya pribadi, untuk keturunannya, keluarga besar Banjar, bahkan juga

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 87


pengaruhnya dirasakan di seluruh dunia Melayu. Hal ini dikarenakan memang

hampir tidak ada ulama dunia Melayu yang tidak kenal dengan karyanya Sabil al-

Muhtadin tersebut.

9. Sahabat-sahabat

Walaupun nama-nama sahabatnya yang banyak disebut oleh beberapa

orang pengarang, namun untuk melengkapi maklumat ini, di bawah ini beberapa

sederet nama sahabatnya yang telah diketahui. Mereka ialah: 1. Syeikh `Abdus

Shamad al-Falimbani. 2. Syeikh `Abdur Rahman al-Mashri al-Batawi, iaitu datuk

kepada Saiyid

`Utsman Mufti Betawi yang terkenal. 3. Syeikh `Abdul Wahhab Sadenreng Daeng

Bunga Wardiyah berasal dari Bugis, yang kemudian menjadi menantu dari Syeikh

Muhammad Arsyad bin `Abdullah al Banjari. 4. Syeikh Ahmad Razzah orang Mesir.

5. Syeikh Muhammad Nafis bin Idris al-Banjari, pengarang kitab ad-Durr an-Nafis. 6.

Syeikh Mahmud bin Kinan al-Falimbani. 7. Syeikh Muhammad `Asyiquddin bin

Shafiyuddin al-Falimbani. 8. Syeikh Muhammad Shalih bin `Umar as-Samarani

(Semarang) yang digelar dengan Imam Ghazali Shaghir (Imam Ghazali Kecil). 9.

Syeikh `Utsman bin Hasan ad-Dimyati. 10. Syeikh `Abdur Rahman bin `Abdullah bin

Ahmad at-Tarmasi 11. Syeikh Haji Zainuddin bin `Abdur Rahim bin `Abdul Lathif bin

Muhammad Hasyim bin `Abdul Mannan bin Ahmad bin `Abdur Rauf al-Fathani. 12.

Kiyai Musa Surabaya dan ramai lagi.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 88


10. Penulisan

Tradisi kebanyakan ulama, ketika mereka belajar dan mengajar di Mekah,

sekaligus menulis kitab di Mekah juga. Lain halnya dengan Syeikh Muhammad

Arsyad bin `Abdullah al-Banjari, walaupun dipercayai bahwa beliau juga pernah

mengajar di Mekah, namun karya yang dihasilkannya ditulis di Banjar sendiri. Lagi

pula nampaknya beliau lebih mencurahkan khidmat darma baktinya di tempat

kelahirannya sendiri yang seolah-olah tanggungjawab rakyat Banjar terbeban di

bahunya. Ketika mulai pulang ke Banjar, memang beliau sangat sibuk mengajar dan

menyusun segala macam bidang yang bersangkut-paut dengan dakwah, pendidikan

dan pentadbiran Islam. Walaupun begitu beliau masih sempat menghasilkan

beberapa buah karangan.

Karangannya yang sempat dicatat adalah seperti berikut di bawah ini :

1. Tuhfah ar-Raghibin fi Bayani Haqiqah Iman al-Mu'minin wa ma Yufsiduhu

Riddah ar-Murtaddin, diselesaikan tahun 1188 H/1774 M

2. Luqtah al-'Ajlan fi al-Haidhi wa al-Istihadhah wa an-Nifas an-Nis-yan,

diselesaikan tahun 1192 H/1778 M.

3. Sabil al-Muhtadin li at-Tafaqquhi fi Amri ad-Din, diselesaikan pada hari Ahad,

27 Rabiulakhir 1195 H/1780 M

4. Risalah Qaul al-Mukhtashar, diselesaikan pada hari Khamis 22

Rabiulawal 1196 H/1781 M.

5. Kitab Bab an-Nikah.

6. Bidayah al-Mubtadi wa `Umdah al-Auladi

7. Kanzu al-Ma'rifah

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 89


8. Ushul ad-Din

9. Kitab al-Faraid

10. Hasyiyah Fat-h al-Wahhab

11. Mushhaf al-Quran al-Karim

12. Fat-h ar-Rahman

13. Arkanu Ta'lim as-Shibyan

14. Bulugh al-Maram

15. Fi Bayani Qadha' wa al-Qadar wa al-Waba'

16. Tuhfah al-Ahbab

17. Khuthbah Muthlaqah Pakai Makna. Kitab ini dikumpulkan semula oleh

keturunannya, Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari. Dicetak oleh

Mathba'ah Al-Ahmadiah, Singapura, tanpa dinyatakan tarikh cetak.

Ada pun karyanya yang pertama, iaitu Tuhfah ar-Raghibin, kitab ini sudah

jelas atau pasti karya Syeikh Muhammad Arsyad bin `Abdullah al-Banjari bukan

karya Syeikh `Abdus Shamad al-Falimbani seperti yang disebut oleh Dr. M. Chatib

Quzwain dalam bukunya, Mengenal Allah Suatu Studi Mengenai Ajaran Tasawuf

Syeikh Abdus Samad AI-Falimbani, yang berasal daripada pendapat P. Voorhoeve.

Pendapat yang keliru itu telah saya bantah dalam buku Syeikh Muhammad Arsyad

(l990).

Dasar saya adalah bukti-bukti sebagai yang berikut:

1. Tulisan Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani, ``Maka disebut oleh yang

empunya karangan Tuhfatur Raghibin fi Bayani Haqiqati Imanil Mu'minin bagi

`Alim al-Fadhil al-'Allamah Syeikh Muhammad Arsyad.''

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 90


2. Tulisan Syeikh `Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari dalam Syajaratul

Arsyadiyah, ``Maka mengarang Maulana (maksudnya Syeikh Muhammad

Arsyad al-Banjari, pen:) itu beberapa kitab dengan bahasa Melayu dengan

isyarat sultan yang tersebut, seperti Tuhfatur Raghibin ...'' Pada halaman lain,

``Maka Sultan Tahmidullah Tsani ini, ialah yang disebut oleh orang

Penembahan Batu. Dan ialah yang minta karangan Sabilul Muhtadin lil

Mutafaqqihi fi Amrid Din dan Tuhfatur Raghibin fi Bayani Haqiqati Imani

Mu'minin wa Riddatil Murtaddin dan lainnya kepada jaddi (Maksudnya:

datukku, pen :) al-'Alim al-'Allamah al-'Arif Billah asy-Syeikh Muhammad

Arsyad bin `Abdullah al-Banjari.''

3. Pada cetakan Istanbul,

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 91


BAB IV

BENTUK BENTUK PENINGGALAN ISLAM

Islam tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Bukti keberadaan Islam itu

dapat dilihat bukan saja dari para pemeluknya yang memiliki pengikut paling besar di

Indonesia.Bukti historis dan arkeologis juga mendukung keberadaan Islam di

Indonesia.Bukti historis dan arkeologis dapat dilihat pada budaya dan tradisi yang

telah lama hidup dan berkembang pada masyarakat.Peninggalan Islam yang dapat

kita saksikan hari ini merupakan perpaduan antara kebudayaan Islam dan

kebudayaan setempat. Hasil-hasil kebudayaan yang bercorak Islam dapat kita

temukan antara lain dalam bentuk bangunan (masjid, makam) dan seni.

a. Peninggalan dalam Bentuk Bangunan

Bangunan yang menjadi ciri khas Islam antara lain ialah masjid, istana/keraton,

dan makam (nisan).

1) Masjid

Masjid merupakan tempat salat umat Islam. Masjid tersebar di berbagai

daerah. Namun, biasanya masjid didirikan pada tepi barat alun-alun dekat istana.

Alun-alun adalah tempat bertemunya rakyat dan rajanya. Masjid merupakan tempat

bersatunya rakyat dan rajanya sebagai sesama mahkluk Illahi dengan Tuhan. Raja

akan bertindak sebagai imam dalam memimpin salat.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 92


Bentuk dan ukuran masjid bermacam-macam. Namun, yang merupakan ciri khas

sebuah masjid ialah atap (kubahnya). Masjid di Indonesia umumnya atap yang

bersusun, makin ke atas makin kecil, dan tingkatan yang paling atas biasanya

berbentuk limas.

Jumlah atapnya selalu ganjil. Bentuk ini mengingatkan kita pada bentuk atap

candi yang denahnya bujur sangkar dan selalu bersusun serta puncak stupa yang

adakalanya berbentuk susunan payung-payung yang terbuka. Dengan demikian,

masjid dengan bentuk seperti ini mendapat pengaruh dari Hindu-Buddha.

Beberapa di antara masjid-masjid khas Indonesia memiliki menara, tempat

muadzin menyuarakan adzan dan memukul bedug. Contohnya menara Masjid

Kudus yang memiliki bentuk dan struktur bangunan yang mirip dengan bale kul-kul di

Pura Taman Ayun. Kul-kul memiliki fungsi yang sama dengan menara, yakni

memberi informasi atau tanda kepada masyarakat mengenai berbagai hal berkaitan

dengan kegiatan suci atau yang lain dengan dipukulnya kul-kul dengan irama

tertentu. Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk masjid, dapat kita lihat antara lain

pada beberapa masjid berikut.

(1) Masjid Banten (bangun beratap tumpang)

(2) Masjid Demak (dibangun para wali)

(3) Masjid Kudus (memiliki menara yang bangun dasarnya serupa meru)

(4) Masjid Keraton Surakarta, Yogyakarta, Cirebon (beratap tumpang)

(5) Masjid Agung Pondok Tinggi (beratap tumpang)

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 93


(6) Masjid tua di Kotawaringin, Kalimantan Tengah (dibangun ulama penyebar

siar pertama di Kalteng)

(7) Masjid Raya Aceh, Masjid Raya Deli (dibangun zaman Sultan Iskandar Muda)

2) Makam dan Nisan

Makam memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan hasil kebudayaan.

Makam biasanya memiliki batu nisan. Di samping kebesaran nama orang yang

dikebumikan pada makam tersebut, biasanya batu nisannya pun memiliki nilai

budaya tinggi. Makam yang terkenal antara lain makam para anggota Walisongo dan

makam raja-raja.

Pada makam orang-orang penting atau terhormat didirikan sebuah rumah

yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat indah dan megah.

Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sunan-sunan besar yang lain.

Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk makam dapat kita lihat antara lain pada

beberapa makam berikut :

(1) Makam Sunan Langkat (di halaman dalam masjid Azisi, Langkat)

(2) Makam Walisongo

(3) Makam Imogiri (Yogyakarta)

(4) Makam Raja Gowa

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 94


Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk nisan dapat kita lihat antara lain

pada beberapa nisan berikut :

1. Di Leran, Gresik (Jawa timur) terdapat batu nisan bertuliskan bahasa

dan huruf Arab, yang memuat keterangan tentang meninggalnya

seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun yang berangka

tahun 475 Hijriah (1082 M);

2. Di Sumatra (di pantai timur laut Aceh utara) ditemukan batu nisan Sultan

Malik alsaleh yang berangka tahun 696 Hijriah (!297 M);

3. Di Sulawesi Selatan, ditemukan batu nisan Sultan Hasanuddin;

4. Di Banjarmasin, ditemukan batu nisan Sultan Suryana Syah; dan

5. Batu nisan di Troloyo dan Trowulan.

b) Peninggalan dalam Bentuk Karya Seni

Peninggalan Islam dapat juga kita temui dalam bentuk karya seni seperti

seni ukir, seni pahat, seni pertunjukan, seni lukis, dan seni sastra. Seni ukir dan seni

pahat ini dapat dijumpai pada masjid-masjid di Jepara. Seni pertunjukan berupa

rebana dan tarian, misalnya tarian Seudati. Pada seni aksara, terdapat tulisan

berupa huruf arab-melayu, yaitu tulisan arab yang tidak memakai tanda (harakat,

biasa disebut arab gundul).

Salah satu peninggalan Islam yang cukup menarik dalam seni tulis ialah

kaligrafi. Kaligrafi adalah menggambar dengan menggunakan huruf-huruf arab.

Kaligrafi dapat ditemukan pada makam Malik As-Saleh dari Samudra Pasai.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 95


Karya sastra yang dihasilkan cukup beragam. Para seniman muslim

menghasilkan beberapa karya sastra antara lain berupa syair, hikayat, suluk, babad,

dan kitab-kitab.

Syair banyak dihasilkan oleh penyair Islam, Hamzah Fansuri. Karyanya yang

terkenal adalah Syair Dagang, Syair Perahu, Syair Si Burung Pangi, dan Syair Si

Dang Fakir.

Syair-syair sejarah peninggalan Islam antara lain Syair Kompeni Walanda,

Syair Perang Banjarmasin, dan Syair Himop. Syair-syair fiksi antara lain Syair Ikan

Terumbuk dan Syair Ken Tambunan.

Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita atau dongeng yang sering

dikaitkan dengan tokoh sejarah. Peninggalan Islam berupa hikayat antara lain,

Hikayat Raja Raja Pasai, Hikayat Si Miskin (Hikayat Marakarma), Hikayat Bayan

Budiman, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat Jauhar Manikam.

Suluk adalah kitab-kitab yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Peninggalan

Islam berupa suluk antara lain Suluk Wujil, Suluk Sunan Bonang, Suluk Sukarsa,

Suluk Syarab al Asyiqin, dan Suluk Malang Sumirang.

Babad adalah cerita sejarah tetapi banyak bercampur dengan mitos dan

kepercayaan masyarakat yang kadang tidak masuk akal. Peninggalan Islam berupa

babad antara lain Babad Tanah Jawi, Babad Sejarah Melayu (Salawat Ussalatin),

Babad Raja-Raja Riau, Babad Demak, Babad Cirebon, Babad Gianti.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 96


Adapun kitab-kitab peninggalan Islam antara lain Kitab Manik Maya, Us-

Salatin Kitab Sasana-Sunu, Kitab Nitisastra, Kitab Nitisruti, serta Sastra Gending

karya Sultan Agung.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 97


BAB V
KEADAAN BANGSA INDONESIA MENJELANG
KEMERDEKAAN

A. Keadaan Sosial Ekonomi

Yang mendorong bangsa Belanda datang ke Indonesia pada Abad ke

17 antara lain :

 Pembalasan terhadap Islam (reconquista),

 Untuk mencari kejayaan menyebarkan agama Nashrani (god),

 Mencari kekayaan (gold).

Dengan adanya tujuan tersebut, maka Belanda melakukan penindasan

dan pemerasan terhadap bangsa Indonesia. Maka dikenalah kerja Rodi (Kerja

paksa) dan tanam paksa (cultuurstelsel).

Belanda dalam menghadapi masyarakat Indonesia membagi menjadi 4

golongan yaitu :

 Golongan bangsa Eropa (Belanda)

Golongan bangsa Eropa merupakan golongan tertinggi. Golongan

ini mendapat perlakuan yang istimewa, contohnya seperti

perbedaan dalam hukum dan kesempatan memperoleh pendidikan.

 Golongan bangsa China

Golongan China adalah bangsa kelas dua. Pemerintah kolonial

Belanda menjadikan golongan China sebagai pedagang perantara

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 98


yang terjun langsung ke desa-desa. Golongan China banyak

diberikan kelonggaran dalam ekonomi.

 Golongan bangsa asing seperti Arab, India.

 Golongan bangsa pribumi (penduduk asli Indonesia), terbagi

menjadi dua :

1. Golongan Priyayi (ningrat)

2. Golongan rakyat biasa seperti para ulama, pedagang dan

petani.

Perubahan pelapisan masyarakat (stratifikasi sosial) yang dibentuk oleh

Bnagsa Belanda hancur setelah Jepang berhasil menduduki Indonesia pada

tahun 1942 M. Pemerintah Jepang mendukung perkembangan golongan

pribumi, terutama golongan non priyayi, sebab Jepang tidak yakin dan masih

meragukan golongan priyayi.

Disisi lain pemerintah pendudukan Jepang membutuhkan dukungan

bangsa Indonesia dalam perang Asia Timur Raya melawan tentara Sekutu,

dukungan itu hanya dapat diperoleh dengan jalan mendekati para tokoh

agama disamping tokoh pergerakan nasional seperti Soekarno dan Moch.

Hatta.

Pada tahun 1910 M. sampai 1920 M negeri-negeri Eropa termasuk

Belanda dibayang-bayangi oleh pecahnya perang besar. Persaingan diantara

negeri-negeri Eropa ini menimbulkan perang dunia pertama yang berlangsung

antara tahun 1914-1918 M.

Walaupun perang ini tidak melebar sampai wilayah Indonesia, tetapi

dampaknya sampai juga ke Indonesia. Sebab Indonesia adalah negeri jajahan

Belanda. Jadi kegoncangan ekonomi akibat perang di negeri Belanda

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 99


mempunyai pengaruh juga di Indonesia. Belanda menghadapi biaya

pemerintahan yang tinggi, sementara pendapatan berkurang.

Pada tahun 1920 sampai 1930 M merupakan masa pembangunan

kembali perekonomian Belanda. Pemerintah kolonial Belanda mengubah

politik eksploitasinya menjadi politik jajahan yang tidak lagi menjadikan

Indonesia sebagai daerah perahan, tetapi sebagai daerah yang perlu

dikembangkan. Sebab pemerintah kolonial Belanda membutuhkan

kemampuan daya beli rakyat jajahannya. Kesadaran semacam itu telah

timbul pada akhir abad ke 19 M.

Periode antara tahun 1930 M sampai kedatangan Jepang Tahun 1942

M merupakan masa bayang-bayang krisis ekonomi. Sekali lagi dunia dilanda

persaingan yang keras diantara negara-negara imperalis seperti Belanda,

Inggris, Jerman, Italia, Jepang dsb. Persaingan kali ini menimbulkan perang

yang lebih besar yang dikenal dengan Perang Dunia Kedua yang berlangsung

tahun 1940 sampai tahun 1945 M. Perang dunia kedua ini tidak hanya terjadi

di Benua Eropa tetapi ke seluruh dunia termasuk Indonesia.

Tahun 1942 M sampai 1945 M adalah masa penjajahan Jepang di

Indonesia. Masa penajajahan Jepang merupakan masa tersulit bagi bangsa

Indonesia, sebab pemerintahan pendudukan Jepang tidak terlalu memikirkan

pembangunan perekonomian di Indonesia. Mereka lebih banyak disibukan

oleh kegiatan penggalangan massa untuk menghadapi perang besar

melawan tentara Sekutu.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 100


B. Keadaan Politik

Keadaan Politik Indonesia menjelang kemerdekaan relatif tenang.

Periode antara tahun1900 sampai dengan Indonesia merdeka pada tanggal

17 Agustus 1945 dapat dikatakan sebagai masa damai antara pemerintah

kolonial Belanda dengan bangsa Indonesia. Selama periode ini, sudah tidak

ada lagi perang besar seperti yang dilakukan oleh para sultan maupun ulama.

Terkecuali daerah Aceh. Para ulama Aceh masih meneruskan perjuangan

senjata terhadap pemerintah kolonial Belanda sampai tahun 1920-an.

Untuk sebagian besar wilayah Indonesia, posisi para sultan dan ulama

secara perlahan telah digantikan oleh kaum terpelajar Indonesia. Kaum

terpelajar Indonesia berbeda strategi perjuangan dengan para sultan dan kyai

dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Mereka, kaum terpelajar

tidak lagi melancarkan perlawanan senjata. Mereka lebih suka melancarkan

perlawanannya dalam bentuk lain, yaitu dengan cara mendirikan

perkumpulan-perkumpulan sosial dan politik. Maka berdirilah perkumpulan

seperti :

1. Budi Utomo tahun 1908 M,

2. Serikat Dagang Islam yang kemudian menjadi Serikat Islam tahun

1912.

3. Organisasi Muhammadiyah

4. Indische Partij.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 101


Tahun berikutnya berdirilah perkumpulan pemuda yang bersifat

kedarahan, seperti :

1. Jong Java

2. Jong Sumatramen Bond

3. Jong Minahasa

4. Jong Batak

5. Jong Ambon

6. Jong Celebes (Sulawesi) Timorees Verbond, dan Pasundan.

7. Jong Islamieten Bond.

Pemerintah kolonial Belanda tidak dapat melarang berdirinya

organisasi sosial politik semacam itu, apalagi antara tahun 1914 M sampai

1918 M pemerintah Belanda terlibat dalam perang dunia pertama. Walaupun

perang dunia pertama berkobar di Eropa, tetapi membawa pengaruh yang

dalam di Indonesia sebagai negeri jajahan Belanda.

Dalam rangka mencegah akibat buruk perang ini, maka pemerintah

kolonial Belanda membentuk Volksraad (Dewan Rakyat, semacam DPR

sekarang). Volksraad ini dibentuk dengan tujuan “untuk menentramkan

gejolak bangsa indonesia mendapatkan kesempatan dan kedudukan yang

sama dengan bangsa eropa, terutama dalam masalah-masalah politik”.

Disamping itu pemerintah kolonial Belanda juga berkepentingan untuk

mendapatkan dukungan dari rakyat Indonesia dalam menghadapi musuh-

musuhnya di Eropa.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 102


Dalam kaitan ini pemerintah kolonial Belanda mengizinkan berdirinya

organisasi politik bangsa Indonesia di negeri Belanda dengan nama Indische

Vereeniging yang pada tahun 1922 M berubah menjadi Indonesische

Vereeniging (Perhimpunan Indonesia).

Diantara organisasi sosial politik diatas yang paling berpengaruh

adalah Sarikat Islam. Para pemimpin Sarikat Islam seperti Haji Omar Said

Cokroaminoto dan Haji Agus Salim berhasil mempersatukan bangsa

Indonesia dengan ikatan agama. Keberhasilan Sarikat Islam ini tidak lain

karena mayoritas bangsa Indonesia memeluk agama Islam. Sehingga Sarikat

Islam menjadi organisasi massa yang pertama di Indonesia.

Pengaruh Sarikat Islam sangat besar sampai tahun 1920 M. Tetapi

tahun-tahun berikutnya merupakan kemunduran. Ada tiga sebab hilangnya

peranan Sarikat Islam yaitu :

1. Pada tahun 1922 M Sarikat Islam pecah menjadi dua yaitu Sarikat

Islam Putih dan Sarikat Islam Merah yang kemudian menjadi

Sarikat Rakyat (SR). SR menjadi cikal bakal Partai Komunis

Indonesia (PKI).

2. Pada tahun 1927 M berdiri Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI

yang didirikan oleh Ir. Soekarno yang kemudian menjadi presiden

Republik Indonesia yang pertama, merupakan organisasi politik

yang berpengaruh menggantikan posisi Sarikat Islam. Tetapi PNI ini

berusia pendek karena tahun 1930 para pemimpinnya ditangkap

oleh Kolonial Belanda, kemudian atas gagasan Moch. Hatta di

negeri Belanda, maka diutuslah Sultan Syahrir mendirikan kembali

PNI dengan singkatan Pendidikan Nasio~ Indonesia.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 103


3. Meninggalnya Haji Omar Said Cokroaminoto pada tahun 1934 M.

Sehingga Sarikat Islam yang pada tahun 1930 berubah menjadi

Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII) mengalami perpecahan.

Pada tahun 1926 M lahir perkumpulan para ulama milik pondok

pesantren di Indonesia yang diberi nama Nahdlatul Ulama (NU). Salah satu

tujuan dibentuknya NU adalah untuk mengimbangi pengaruh gerakan

pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammadiyah yang dianggap memiliki

pandangan berbeda saat itu dalam bidang pemahaman keagamaan dengan

kelompok salaf. Organisasi NU sering disebut sebagai golongan salafiyah,

yang memegang teguh warisan pemikiran dan praktek keagamaan ulama

terdahulu. Sedangkan Muhammadiyah sering disebut sebagai golongan

modernis yang membawa faham-faham baru.

Pada tahun 1937 berdiri Majelis Islam „Ala Indonesia (MIAI) yang berusaha

mempersatukan kembali ummat Islam, seperti yang pernah dilakukan Sarikat

Islam. Tetapi tidak bisa berkembang pesat, sebab tahun 1940 sampai tahun

1945 meletus perang Dunia Kedua yang tidak hanya di Eropa tetapi sampai

ke Asia termasuk Indonesia. Pada tahun 1942 M Jepang berhasil menduduki

Indonesia. Tak lama kemudian pemerintah Jepang membekukan semua

organisasi politik Indonesia. MIAI didirikan kembali di Jakarta tanggal 05

September 1942 M. Kemudian pada akhir tahun namanya diubah menjadi

Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).

Selain mendirikan kembali MIAI, pemerintah Jepang mendirikan Pusat

tenaga Rakyat (Putera), Pembela Tanah Air (Peta), tentara Hizbullah dll.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 104


Kesemua organisasi tersebut dimaksudkan agar pemerintah Jepang

mendapat dukungan bangsa Indonesia dalam perang Asia Timur menghadapi

tentara sekutu.

Dan diakhir penjajahannya di Indonesia, pemerintah Jepang

menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia. Maka pada tahun 1945 M

dibentuklah Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Sebenarnya sejak tahun 1944 M pihak Jepang telah banyak mengalami

kekalahan dalam perangnya dengan Sekutu. Tetapi berita itu tidak banyak

diketahui oleh bangsa Indonesia, sebab sejak saat itu pemerintah Jepang

melarang mendengarkan siaran radio luar negeri. Jadi hanya berita dari

Jepanglah yang sudah diputar balikkan yang boleh didengar oleh bangsa

Indonesia.

C. Keadaan Pendidikan

Adapun didirikan Sekolah Rakyat yang didirikan oleh pemerintah

Kolonial Belanda adalah agar para pribumi tidak buta huruf.

Dilihat dari tujuan pendidikan tersebut menunjukan bahwa pemerintah

kolonial Belanda dalam menjajah Indonesia kurang sekali memperhatikan

masalah pendidikan bagi para pribumi. Pendidikan dasar yang disediakan

untuk anak-anak pribumi yang hanya mengajarkan keahlian baca tulis.

Pendidikan semacam ini dikenal dengan nama Sekolah Rakyat.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 105


Pemerintah Belanda terhadap masalah pendidikan bagi pribumi agak

meningkat setelah pidato kenegaraan Ratu Wihelma di negeri Belanda pada

tahun 1901 M. Dalam pidatonya tersebut Ratu Belanda itu menekankan

perlunya menerapkan cara penjajahan baru di Indonesia. Isi pokok pidato

tersebut adalah “pergantian dan sistem eksploitasi menjadi politik etis”.

Maka didirikanlah sekolah-sekolah lanjutan khusus anak-anak pribumi

seperti :

1. Sekolah Desa

Yaitu sekolah khusus untuk orang jelata lama pendidkan ini

selama 3 tahun, guru pengajarnya diambil dari pegawai desa bukan

guru pegawai negeri, biaya pendidikan diambil dari kas desa, tujuan

sekolah ini untuk memberantas buta huruf, berhitung dan membaca.

2. Sekolah Vorlog

Sekolah Vorlog yaitu sekolah lanjutan Sekolah Desa, lama

pendidika ini selama 2 tahun.

3. Sekolah Kelas I

Sekolah Kelas I, sejak tahun 1914 M, dijadikan HIS, khususnya

untuk anak priyayi dan dapat melanjutkan ke MULO (Vetgebreid

Lager Onderwisj / SMP ), AMS (Algemene Middlebare School /

SMA), STOVIA (Sekolah Perguruan Tinggi).

Sekolah sekolah semacam diatas, adalah sekolah model barat. Sistem

pengajarannya dan cara pengelolaannya mengikuti model pendidikan yang

berlaku di negeri Belanda. Para siswa di sekolah model barat disiapkan untuk

menjadi pegawai pemerintah kolonial Belanda.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 106


Sekolah semacam ini terutama diminati oleh golongan priyayi (ningrat),

dan memang untuk menjadi siswa disekolah tersebut haruslah anak-anak

yang tergolong ningrat. Dan sekolah itu kebanyakan untuk kaum laki-laki.

Adanya perbedaan serta pembatasan yang dilakukan pemerintah

kolonial Belanda dalam masalah pendidikan ini menimbulkan ketidak-

senangan beberapa tokoh Indonesia. Maka bermunculanlah sekolah-sekolah

yang didirikan oleh golongan pribumi seperti :

 Sekolah yang didirikan oleh Raden Ajeng Kartini di Jawa Tengah,

 Sekolah yang didirikan oleh Raden Dewi Sartika di Jawa Barat,

 Sekolah Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewantara

 Sekolah Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di

daerah Jogjakarta Jawa Tengah.

Sekolah-sekolah tersebut banyak meniru sekolah-sekolah yang

didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Kehausan bangsa Indonesia terhadap kebutuhan pendidikan nyata

sekali, bahkan untuk golongan priyayi:

 Mereka berusaha memasukkan anak-anak mereka ke sekolah

yang bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Belanda.

 Ada juga beberapa yang lebih senang memasukkan anak-anak

mereka ke sekolah-sekolah Islam dan mengirim anak-anak

mereka untuk mendalami masalah-masalah agama di Timur

Tengah.

 Malah ada juga diantaranya yang mengirim anak-anak mereka

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 107


untuk belajar di negeri Belanda.

Pendidikan Jepang di Indonesia antara tahun 1942 sampai 1945 tidak

membawa hal baru dalam masalah pendidikan. Pemerintah pendudukan

Jepang bahkan tidak memikirkan tentang pendidikan untuk pribumi. Mereka

banyak disibukkan dengan masalah perang Asia Timur Raya yang semaki

hari semakin membesar. Dan pihak Jepang banyak mengalami kekalahan di

beberapa medan pertempuran melawan tentara Sekutu. Jadi penjajahan

Jepang berbeda dengan penjajahan Belanda di Indonesia. Jika Belanda

berhasil memperkenalkan sekolah model Barat maka Jepang sama sekali

tidak memperkenalkan Sekolah model Jepang.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 108


BAB VI
PERAN UMMAT ISLAM
DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN

A. Lembaga Pendidikan Islam

Pondok pesantren selama masa penjajahan baik masa Belanda

maupuin Jepang pondok pesantren berhasil bertahan dan malah terus

berkembang. Pondok pesantren biasanya terletak di daerah pedesaan.

Kelebihan lembaga pendidikan pondok pesantren dengan yang lainnya

adalah :

 Tidak terputusnya hubungan guru dan murid, walaupun santri

tersebut telah lama lulus dari pondok pesantren.

 Tidak hanya diajarkan masalah-masalah ilmu agama saja, tetapi

juga masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan

masyarakat, seperti bertani, berladang dan sebagainya.

 Lulusan pondok pesantren dapat terjun langsung begitu ia lulus dari

pondoknya.

 Banyak diantaranya yang yang kemudian muncul menjadi tokoh

masyarakat, mereka umunya menjadi guru-guru agama.

 Lulusan pondok pesantren banyak diantaranya yang kemudian

mendirikan pondok pesantren baru.

 Kepribadian atau akhlaqnya lebih baik sebab diberikan ajaran

agama Islam dari pada hasil didikan diluar pondok pesantren.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 109


Pada masa penjajahan, banyak sekali pondok pesantren menjadi

pusat penggemblengan (pengkaderan) bagi para pejuang kemerdekaan.

Dan bahkan tidak sedikit para ulama sendiri yang menjadi pemimpin

perlawanan terhadap penjajah Belanda.

Ketika sekolah-sekolah model Barat berkembang subur pada tahun

1990-an, maka beberapa tokoh Islam juga mengikuti perkembangan.

Mereka mencoba mendalami masalah-masalah agama Islam dengan

menggunakan sistem sekolah model Barat seperti penggunaan kurikulum

yang seragam dan pembagian siswa per kelas.

1. Di Yogyakarta

K.H. Ahmad Dahlan yang mendirikan sekolah Muhammadiyah

2. Di Sumatra Barat

Sekolah Thawalib dan sekolah Adabiyah

3. Di Bandung ( Jawa Barat )

Sekolah Persatuan Islam atau disingkat Persis

4. Di Jakarta

Sekolah Jamiatul Khair dan sekolah Al-Irsyad.

Meskipun sekolah-sekolah ini didirikan oleh masyarakat Arab di

Indonesia, tetapi sangat terbuka untuk masyarakat luas.

Dalam sekolah Islam model Barat ini juga diajarkan mata pelajaran

“umum” seperti yang diajarkan disekolah-sekolah Belanda. Biasanya sekolah-

sekolah model ini berdiri didaerah perkotaan, tetapi mereka tidak

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 110


sama dengan sekolah Belanda. Sebab tujuan pendidikan mereka bukan

untuk persiapan menjadi pegawai pemerintah Kolonial Belanda, tujuan

mereka adalah untuk menanamkan nilai-nilai Islam kepada putra-putri

mereka. Tetapi pengetahuan agama yang diajarkan di sekolah Islam

model Barat ini tidak sedalam dan sebanyak seperti yang diajarkan di

pondok pesantren.

Pada masa penjajahan Jepang, banyak para santri (siswa pondok

pesantren) yang mendapat latihan dasar ketentaraan, umumnya mereka

masuk kedalam :

 Satuan tentara Hizbullah yang dibentuk tahun 1994, tetapi ada juga

yang masuk

 Satuan tentara PETA (Pembela Tanah Air).

Kedua kelompok ketentaraan ini memainkan peran yang penting

pada masa kemerdekaan.

Para Ulama bersama santri berjuang untuk melawan kolonial

Belanda, sehingga berhasil mencapai kemerdekaan Indonesia yang

diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

B. Pengaruh Cendikiawan Muslim Luar Negeri

Negara Indonesia adalah negara yang penduduknya kebanyakan

beragama Islam. Dan dulu umat Islam Indonesia sudah terbiasa

mengadakan hubungan dengan umat Islam yang lain. Malah beberapa

orang Indonesia ada yang menjadi imam besar di kota Mekah. Jadi

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 111


walaupun bangsa Indonesia berada dalam situasi penjajahan namun tetap

mengadakan hubungan dengan pusat-pusat Islam di dunia, seperti kota

Mekah, Madinah, dan Mesir.

Pada masa perjuangan kemerdekaan, umat Islam Indonesia banyak

dipengaruhi oleh kemajuan Islam di Mesir. Adapun tokoh Islam Mesir yang

sangat berpengaruh adalah Syekh Muh Abduh. Beliau adalah seorang

guru Agama yang terkenal tidak hanya di negara Mesir, tetapi juga di

seluruh dunia Islam. Beliau banyak menulis tentang perkembangan agama

Islam. Tulisan-tulisan beliau banyak dibaca oleh umat Islam Indonesia.

Pendapat Syekh Muhammad Abduh :

 Pertama, menurut beliau pintu ijtihad belum tertutup, malah

harus dibuka.

 Kedua, menurut beliau kemunduran umat Islam seluruh dunia

karena umat Islam telah maningggalkan ajaran Islam.

 Ummat Islam seluruh dunia harus kembali kepada ajaran

Islam yang murni yaitu Al-Quran dan Hadist.

Pemikiran Syekh Muhammad Abduh amat berpengaruh terutama

pada orang-orang Muhammadiyah. Jadi orang-orang Muhammadiyahlah

yang memperkenalkan dan mengembangkan pemikiran Syekh

Muhammad Abduh di Indonesia.

Selain Syekh Muhammad Abduh ada lagi cendekiawan muslim luar

negeri yang berpengaruh di Indonesia, seperti Syekh Jamaludin Al-

Afghani. Beliau adalah cendekiawan muslim dari negeri Afganistan. Beliau

sering mengunjungi negara-negara Islam di seluruh dunia.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 112


Pendapat Syekh Jamaludin Al-Afghani :

 Pertama,

Kemunduran umat Islam karena tidak adanya persatuan di

antara sesama umat Islam. Justru umat islam sering berperang

dengan sesamanya. Sehingga umat Islam mudah dijajah oleh

bangsa Eropa.

 Kedua

Ummat Islam seluruh Dunia harus bersatu kembali untuk

mengusir penjajah bangsa Eropa.

Pemikiran Syekh Jamaludin Al Afghani yang mementingkan


persatuan ini kurang berpengaruh di Indonesia pengaruh Syekh
Jamaludin Al-Afghani tidak sebesar seperti pengaruh Syekh Muhammad
Abduh. Tetapi pemikiran Syekh Muhammad Abduh kurang berpengaruh
di kalangan ulama Nahdhatul Ulama (NU).

C. Tokoh Tokoh Umat Islam di Indonesia

Umat Islam Indonesia banyak sekali yang muncul menjadi tokoh

penting di Indonesia. Mereka ada yang terlibat penuh dalam organisasi

kemsyarakatan, tetapi banyak juga yang terlibat dalam organisasi politik.

Adapun tokoh-tokoh umat Islam Indonesia dalam masalah

kemasyarakatan adalah sebagai berikut :

 Syekh Ahmad Khatib,

 Syekh Taher Jamaludin

 Syekh Muhammad Jamil Jambek

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 113


 Haji Abdul Karim Amrullah,

 Haji Abdullah Ahmad.

Mereka yang telah disebutkan ini banyak bergerak dibidang

pendidikan di daerah Sumatra. Diantara mereka yang paling terkenal

adalah Syekh Ahmad Khatib. Beliau menjadi Imam besar di Kota Mekah.

Pengaruh beliau tidak hanya pada umat Islam asala Sumatra tetapi umat

Islam seluruh Indonesia.

Adapun tokoh-tokoh yang bergerak di pulau Jawa adalah :

 KH. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah) Jogjakarta

 KH. Ahmad Hasan (Persis) Bandung

 Syekh Ahmad Surkati yang menjadi guru di Jamiatul Khair, dan

berpengaruh di Arab dan Indonesia.

 KH. Hasyim Asy‟ari (Pondok Pesatren Tebu Ireng) Jombang

 KH. Bisyri Syamsuri (Pondok Pesantren di Den Anyar), yang

berpengaruh di seluruh pondok pesantren Indonesia.

Tokoh umat Islam yang telah disebutkan diatas sangat besar

jasanya dalam menanamkan nilai-nilai Islam. Umumnya bangsa Indonesia

mendapatkan pengetahuan agama dari mereka atau dari murid-murid

mereka.

Sedangkan tokoh-tokoh umat Islam yang bergerak dalam bidang

politik yaitu :

 H. Samanhudi yang menjadi pelopor berdirinya Sarikat Islam.

 H. Umar Said Cokroaminoto

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 114


 H. Agus Salim

Keduanya merupakan tokoh Sarikat Islam yang terkenal dan telah

berhasil membawa Sarikat Islam menjadi organisasi yang terbesar saat

itu. Kemunduran Sarikat Islam pada tahun 1920 M tidak menyurutkan

perjuangan umat Islam Indonesia.

Dengan surutnya pergerakan Sarikat Islam yang didirikan oleh H.

Samanhudi, justru berkembangnya pemikiran untuk mendirikan

perkumpulan-perkumpulan / organisasi dari kalangan muslimin,

sebagaimana banyak bermunculan tokoh-tokoh dari kalangan pondok

pesantren seperti :

 KH. Bisyri Syamsuri,

 KH. Hasyim Asy‟ari,

 KH. Ridwan,

 KH. Wahab Khasbullah.

Mereka adalah para pendiri Nahdhatul Ulama, para ulama ini tidak

hanya bergerak dalam bidang pendidikan saja tetapi juga dalam bidang

politik.

Pada masa menjelang kemerdekaan muncul tokoh-tokoh muda yang

lebih bersemangat dalam perjuangannya untuk mencapai Indonesia

merdeka. Umumnya mereka adalah lulusan sekolah model barat, seperti :

 Muhammad Natsir,

 Ir. Sukiman,

 Mr. Syafrudin Prawiranegara,

 Mr. Muhammad Rum.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 115


Walaupun mereka lulusan sekolah barat, tetapi mereka berjuang

untuk kejayaan Islam di Indonesia. Para tokoh muda ini banyak terlibat

dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, misalnya menjadi

anggota

 Badan Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)

 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 116


BAB VII
PERAN UMMAT ISLAM
DALAM MENGISI KEMERDEKAAN

A. Dikotomi Masyarakat Indonesia

Dikotomi menurut bahasa adalah terbelah / terpisah yang cenderung sulit

dipertemukan. Menurut Istilah dikotomi adalah sikap keadaan yang berbeda

yang sulit dipertahankan bahkan cenderung bertentangan.

Dikotomi masyarakat Indonesia adalah terciptanya suatu keadaan/sikap

berbeda yang dipengaruhi oleh keadaan tertentu misalnya :

 Keanekaragaman suku bangsa

 Keanekaragaman bahasa daerah yang digunakan

 Keanekaragaman agama yang dianutnya

 Keanekaragaman budaya bangsa dll.

Setelah Indonesia merdeka maka ada tugas yang lebih berat yaitu

bagaimana mengisi kemerdekaan. Sehingga kemerdekaan yang diperoleh

dengan susah payah ini dapat memakmurkan bangsa Indonesia. Hal ini

merupakan tugas yang cukup berat. Apalagi bangsa Indonesia adalah bangsa

yang bersifat pluralistik (beragam). Keberagaman bangsa Indonesia ialah bahwa

1. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, ada suku

Jawa, Sunda, Bugis, Makasar, Aceh, Padang, Batak dll.

2. Bangsa Indonesia memeluk agama yang berbeda, ada yang beragama

Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu dan Budha.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 117


3. Bangsa Indonesia memiliki budaya nasional dan budaya daerah.

Keberagaman bangsa ini dipertajam dengan politik devide et impera

(politik pecah belah) pemerintah kolonial Belanda. Politik devide et impera

Belanda telah membagi bangsa Indonesia menjadi berkotak-kotak.

Perpecahan ini banyak menimbulkan perbedaan dan pertentangan antara

bangsa Indonesia. Dalam memperjuangkan kemerdekaan saja bangsa

Indonesia terbagi menjadi tiga bagian :

1. Golongan Nasionalisme

2. Nasionalisme berdasarkan Islam

3. Komunisme yang anti agama.

Ketiga golongan ini dapat bersatu dalam memperjuangkan kemerdekaan

Indonesia.

Sedangakan dikalangan umat Islam terbagi menjadi dua golongan :

1. Golongan Tradisionalis, yaitu kelompok para ulama yang tergabung

dalam organisasi Nahdhatul Ulama.

2. Golongan Modernis, yaitu kelompok para ulama yang tergabung dalam

organisasi Muhammadiyah.

Dikotomi dalam masyarakat Indonesia adalah hasil dari kebijakan politik

yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda terutama untuk melemahkan

pengaruh Islam.

Secara garis besar ada dua kebijakan Belanda yang langsung melahirkan

dikotomi tersebut yaitu :

1. Politik adu domba (devide et impera)

2. Politik balas budi (etis)

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 118


Adapun tujuan kedua kebijakan politik tersebut adalah :

1. Melemahkan peran agama Islam dalam mengatur prilaku hidup

pemeluk agama.

2. Mengontrol secara ketat kegiatan organisasi pribumi.

1. Politik Adu Domba

Seluruh sumber ekonomi masyarakat Indonesia dikuasai oleh

Belanda atau bangsa Eropa. Penduduk yang diberi kesempatan kerja

adalah mereka yang hanya mau mendukung kolonialisme, seperti kaum

feodal dan kaum pedagang keturunan Cina. Meskipun demikian ada satu

hal yang tidak pernah bisa dihambat oleh penjajah yaitu semangat islam

yang anti penjajah. Maka pemerintah kolonial memperlakukan tokoh dari

umat Islam ditangkap dan dibawa ke daerah terpencil.

Sejarah membuktikan bahwa para ulama, kyai, guru agama, dan da‟i Islam

tampil sebagai tokoh utama dalam memperjuangkan kemerdekaan. Begitu

juga korban terbesar merebut kemerdekaan diderita oleh umat Islam.

Untuk menghadapi muslimin dan segala bentuk kegiatannya,

pemerintah Belanda sangat berterima kasih kepada Christian Snock

Hugronke yang secara sungguh-sungguh mendalami seluk-beluk Islam

Indonesia maupun dinegara lain. Dia selaku penasehat Belanda untuk

wilayah jajahannya, ia menjalankan tugasnya sangat baik sekali. Salah

satu nasehatnya terhadap Belanda adalah :

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 119


1. Pengaruh Islam tidak mungkin dihambat tetapi perlu dibatasi,

2. Berikan kebebasan melaksanakan ibadah agama mereka tetapi

haji dan pendidikan perlu diawasi,

3. Jangan biarkan Islam memiliki pengaruh secara politik.

Politik adu domba yang dilakukan Belanda dengan cara-cara adalah :

1. Mengelompokan masyarakat Indonesia menjadi dua kelas :

a. Pribumi kelas 1 yaitu : bangsawan, pejabat pribumi yang

bekerja dengan Belanda, bangsa Eropa, Cina dll.

b. Pribumi kelas 2 yaitu : rakyat jelata

2. Mengelompokkan umat Islam menjadi 3 golongan yaitu :

a. Islam Priyayi

Adapun ciri-cirinya adalah :

1. Taat melaksanakan ibadah,

2. Taat melaksanakan upacara adat meskipun bertentangan

dengan Islam

3. Pengetahuan dangkal

b. Islam Santri

Islamnya pribumi, miskin dan suka memberontak :

1. Pengetahuan agamanya mendalam,

2. Taat dalam menjalankan agama,

3. Tidak mau melaksanakan upacara adat yang bertentangan

dengan Islam

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 120


c. Islam Abangan/awam

Islamnya abangan atau orang awam adalah :

1. Pengetahuan agamanya rendah,

2. Tidak terlalu taat menjalankan ajaran agama,

3. Berasal dari masyarakat biasa.

1. Politik Etis / Politik Balas Budi

Tahun 1901 M pemerintah Belanda mengubah haluan politik dari

politik adu domba ke politik etis / balas budi.

Dengan politik etis mulai diperluas kesempatan bagi pribumi

memperoleh pendidikan pada sekolah belanda tetapi bagi umat Islam

tetap diperlakukan berbeda. Artinya tersirat dari politik etis ialah : “berpura-

pura baik kepada masyarakat Indonesia dengan cara meningkatkan

kesejahtraan dalam pendidikan mereka”.

Belanda telah merasa banyak mengambil manfaat secara ekonomis

dari bumi Indonesia Belanda merasa malu karena telah banyak sekali

kekayaan Indonesia dibawa kenegeri Belanda. Kini telah saatnya Belanda

membalas jasa itu dengan cara mendidik bangsa Indonesia agar lebih

maju.

Melalui politik etis maka mulai diperluas bagi anak pribumi untuk

memperoleh pendidikan pada sekolah bangsa Belanda, seperti :

1. Sekolah Menengah Atas (SMA)

2. Sekolah Guru,

3. Perguruan Tinggi Fakultas Kedokteran dan Hukum.

Melalui politik etis ini kolonial Belanda juga ingin memberi kesan,

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 121


bahwa pemerintah kolonial memberi kesempatan seluas-luasnya kepada

pribumi untuk memperoleh pendidikan. Ternyata hal itu tidak benar.

Sebab sikap atau pandangan penjajahan terhadap umat Islam tetap

sama. Umat Islam tetap diperlukan berbeda.

Perbedaan tersebut dibuktika dengan adanya gerakan mengawasi

guru agama dan pendidikan agama Islam. Bahkan pada tahun 1905 M

belanda mengeluarkan peraturan “Ordonasi Guru”. Adapun isi ordinasi

guru tersebut adalah :

1. Guru agama boleh mengajar kalau mendapat ijin Belanda

2. Guru harus membuat daftar muridnya

3. Pejabat Bupati harus mengawasi kegiatan guru

4. Murid dari luar daerah diawasi.

Pengaruh dikotomi terhadap masyarakat dan pendidikan agama

adalah :

1. Agama hanya mengatur hubungan moral antara pemeluk agama

dan tuhannya sehingga pendidikan agama adalah tanggung

jawab pemeluknya masing-masing.

2. Agama adalah pandangan hidup bagi setiap pemeluknya

sehingga pendidikan agama wajib diajarkan kepada setiap

pemeluknya.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 122


B. Sumbangan Umat Islam dalam Menyusun UUD 1945 M

Indonesia adalah negara hukum dan Undang-Undang Dasar 1945

merupakan landasan hukumnya. UUD 1945 ini terdiri dari tiga bagian :

1. Pertama Muqoddimah (pendahuluan)

2. Kedua batang tubuh, yang terdiri dari 16 bab dan 37 pasal, dan 4

pasal aturan peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan.

3. Ketiga adalah penjelasan.

Karena Undang-undang 1945 adalah landasan hukum berdirinya

negara Indonesia, maka semua peraturan yang berlaku tidak boleh

bertentangan dengan UUD 1945. UUD 1945 M merupakan Undang-undang

dasar yang tersingkat. Tetapi walaupun singkat kalimat yang ada dalam UUD

1945 mengandung pengertian yang luas dan padat.

Menurut sejarah terbentuknya Undang-undang 1945 adalah karya asal

putra-putra terbaik bangsa Indonesia. Umat Islam mempunyai peranan

penting dalam proses pembentukannya. Prosese pembuatan UUD 1945 telah

dimulai sejak pembentukan Badan Penyelidikan Usaha-Usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang didirikan sekitar bulan April 1945 M.

Pada bulan Juni 1945, BPUPKI bersidang di Jakarta dan membentuk

panitia kecil untuk membahas masalah-masalah khusus yang berkaitan

dengan Undang-Undang Dasar Negara.

Panitia tersebut terdiri dari 9 orang diantaranya adalah :

1. Ir. Soekarno

2. Moch. Hatta

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 123


3. A.A Maramis

4. Ahmad Soebarjo

5. M. Yamin

6. KH. Wahid Hasyim

7. H. Agus Salim

8. Abikusno

9. Abdul Kahar Muzakir

Karena panitia kecil ini terdiri dari 9 orang, maka panitia ini sering

disebut dengan panitia sembilan. Pada tanggal 22 Juni 1945 M di Jakarta,

panitia sembilan ini menyetujui dimasukkannya kalimat : “Ketuhanan dengan

kewajiban menjalankan syari‟at Islam bagi pemeluk-pemelukannya”. Dalam

Muqodimah UUD 1945. Karena persetujuan ini dilakukan di Jakarta maka

dikenal sebagai “Piagam Jakarta”.

Sembilan kata yang tertera dalam Piagam Jakarta ini kemudian

dibatalkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Wakil-wakil Islam menyetujui

pembatalan ini demi persatuan untuk mencapai kemerdekaan. Dengan

demikian umat Islam telah melakukan pengorbanan yang besar. Sebab hal

yang terpenting bagi umat Islam adalah persatuan di antara bangsa

Indonesia. Pengorbanan yang telah dilakukan umat Islam ternyata tidak sia-

sia, karena dengan ini bangsa Indonesia dapat mencapai kemerdekaan dan

mempertahankan kemerdekaannya dari penjajahan Belanda. Kolonial

Belanda yang sudah mundur dan terkalahkan, sehingga Negara Indonesia

jadi diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 ternyata masih berusaha

untuk kembali menjajah lagi dengan berbagai cara, terakhir usaha Belanda

adalah

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 124


mengajak berunding untuk merubah UUD 1945 menjadi UUDS (Undang

Undang Dasar Sementara).

Pada tahun 1950 M, UUDS dibentuk atas desakan pemerintah Belanda

berdasarkan perjanjian KMB (Konferensi Meja Bundar) di Den Hag antara

pemerintah Belanda dan Indonesia. Dibentuknya UUDS ini dengan tujuan

mengubah bentuk negara Indonesia dari Negara Kesatuan menjadi Negara

Serikat. Tetapi UUDS ini tidak disukai oleh bangsa Indonesia. Sehingga pada

tanggal 05 Juli 1959 bangsa Indonesia memilih untuk kembali menggunkan

UUD 1945 dan menghapuskan UUD Sementara tahun 1950 M.

C. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan bidang ekonomi adalah hal yang penting dilakukan

setelah Indonesia merdeka. Sebagaian dari tujuan kemerdekaan ini tidak lain

agar bangsa kita menjadi makmur dan sejahtera tanpa harus tunduk dengan

bangsa lain. Oleh sebab itu masalah ekonomi menjadi perhatian utama para

pemimpin negara kita.

Maka secara perlahan-lahan dibangunlah perekonomian Indonesia

berdasarkan asas kekeluargaan. Asas ini diambil dari budaya asli bangsa

Indonesia yang suka bergotong royong. Pada saat Indonesia merdeka,

keadaan ekonomi dinegara kita sedang kacau balau. Harga-harga barang

kebutuhan pokok melambung tinggi. Dan banyak mata uang yang beredar

dimasyarakat sehingga membingungkan masyarakat. Untuk mengatasi hal ini,

maka pemerintah melakukan :

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 125


1. Mengeluarkan Ouang Republik Indonesia atau disingkat ORI. Yang

kemudian dijadikan alat tukar resmi dinegeri Indonesia untuk

melakukan jual beli.

2. Mendirikan Bank Negara Indonesia (BNI) pada tahun 1946.

Keadaan ekonomi yang kacau balau semakin diperparah dengan

blokade ekonomi yang dilakukan pemerintah Belanda yang berisi :

 Negara kita tidak boleh berhubungan dengan negara lain

 Negara kita tidak boleh menjual hasil kekayaannya ke negara lain

 Negara kita juga tidak boleh membeli barang-barang dari negara lain

 Belanda telah mengepung negara Indonesia dengan ketat untuk

mengawasi hubungan Indonesia dengan negara lain.

Sementara keadaan negara Indonesia adalah sebagai berikut :

 Negara kita adalah negeri yang kaya akan hasil bumi yang

dibutuhkan negara lain

 Hasil bumi akan memberikan keuntungan yang banyak hingga

dapat dipergunakan membeli pakaian dan obat-obatan.

 Negara kita belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

 Negara sangat membutuhkan pakaian dan obat-obatan karena

kondisi yang serba kekurangan.

Tujuan belanda mengadakan blokade ekonomi adalah : “agar bangsa Indonesia

menyerah dan kembali dijajah oleh belanda”.

Adapun usaha umat Islam dan menembus embargo ekonomi belanda

adalah :

1. Berdagang dengan cara bersembunyi-sembunyi dengan negara lain,

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 126


2. Melewati jalur Banda Aceh, mengadakan hubungan dagang dengan

negara Malaysia dan Singapur

3. Dengan kehati-hatiannya hingga mampu mendirikan kantor dagang

di Singapura (daerah Malaysia yang sedang di jajah Inggris).

Usaha-usaha ini dilakukan dengan alasan sebagai berikut :

1. Jika hal tersebut diketahui Belanda, maka barang-barang dagangan

itu akan disita atau dihancurkan

2. Untuk mempertahankan kemerdekaan Negara Indonesia yang baru

merdeka

3. Berusaha untuk memperkuat perekonomian yang selama ini dalam

keadaan kacau-balau dan perlu membangun atau mengisi

kemerdekaan dengan baik.

4. Menghindarkan diri dari penjajahan kembali oleh kolonial Belanda

yang akan merebut kembali negara jajahannya.

Demikian besar peranan umat Islam dalam menembus embargo

ekonomi Belanda tersebut. Dengan suka rela umat Islam Aceh membantu

pemerintahan Indonesia untuk melakukan hubungan perdagangan dengan

negara-negara tetangga sehingga bangsa Indonesia pada akhirnya dapat

mempertahankan kemerdekaannya.

Dalam rangka mengembangkan perekonomian di negara Indonesia

maka Umat Islam berperan serta mendirikan lembaga keuangan seperti :

a. Bank Muamalat Indonesia (BMI)

b. Bank Perkreditan Muhammadiyah (BPR Muhammadiyah)

c. NUSUMA

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 127


BAB VIII
PERAN UMMAT ISLAM DALAM PEMBANGUNAN

A. Bidang Kemasyarakatan

Sumbangan ummat Islam dibidang kemasyarakatan adalah

keikutsertaan umat Islam menumbuhkan budaya saling menghargai dan

menghormati dalam keanekaragaman masyarakat Indonesia, meskipun

ummat Islam mayoritas penduduk di Indonesia namun ummat Islam tetap

memperhatikan mempertimbangkan agama lain.

Peranan ummat Islam dalam bidang kemasyarakatan sudah sejak dulu

dan sudah dibuktikan tatkala zaman kolonial Belanda.

 Ulama berhasil menjaga bangsa Indonesia dari pengaruh-pengaruh

buruk yang sengaja dibawa dan ditularkan oleh Belanda, begitu pula

pada zaman Jepang.

 Ulama telah memanfaatkan pengaruhnya untuk mendukung

sepenuhnya perjuangan kemerdekaan.

 Ulama telah menjadi perantara antara pemerintah dengan masyarakat

dalam berbagai persoalan tidak hanya dalam bidang agama tetapi

dalam masalah sosial.

 Ummat Islam dalam membantu pemerintah atau yang lainnya

didasarkan pada kewajiban tolong menolong dalam hal kebaikan dan

tidak dalam dosa dan permusuhan sesama manusia.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 128


Firman Allah SWT dalam Al Qur‟an menyebutkan :


            
     
    
 



        
     
    
  

  

Artinya :

“........ dan janganlah sekali-kali kebencian (mu) kepada suatu kaum karena

mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram mendorongmu berbuat

aniaya (kepada mereka). Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat

dosa dan permusuhan Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya

Allah sangat beratsiksanya”. (Q.S Al-Maidah ayat 2)

Rasulullah SAW. Bersabda :

‫س‬ge ⁄¸ِ ‫ ع‬eX‫م‬X‫ ا‬: ,. ‫ ْو‬$‫ق‬X⁄‫ِ ه ع ْن ا‬⁄ ‫ي‬Xْ‫ر‬⁄ ‫ا ¸ ِْ ه‬


ْ‫ ر ص ه حق ¸ ¸ ¸ِ َ ال‬$ : $ ‫ا ر‬X⁄‫ه ق‬e ¿‫ة ع‬X⁄‫ر‬⁄
‫س‬ e
‫س‬
‫¸ا ا عطس‬ ,‫ه‬e ْi X⁄ ْ X⁄ ⁄‫ا‬ ‫ه‬, X¸‫اس ا ا‬e
ْ ⁄ ‫ه‬e ⁄ ْ ⁄ ⁄ ‫ل‬
ْ ‫ه‬, X¸‫ع ا ا‬X⁄‫ اا‬X⁄ ⁄‫ ¸ س ا‬⁄ِ ‫ع‬⁄ X⁄
‫ ست‬: ‫ا ا‬
) ‫ه‬. (X‫ِس ر‬e ⁄ ⁄ ‫ ¸ا ا‬⁄ , e ْ ‫ ا‬, ‫ه‬e ْ g¸ X⁄‫ش‬
Artinya
: ‫ اا‬⁄‫اْا‬ ⁄ ¸ ‫ه د ا د‬g¸ ‫ح‬⁄
‫ر‬⁄ ¸
“Dari Abu Hurairah ra. Berkata : Bersabda Rasulullah saw. Hak seorang

muslim dengan seorang muslim lainnya ada enam perkara : maka tatkala

engkau bertemu dengan dia, maka berikan salam atasnya, dan

tatkala dia

mengundangmu maka ijabahlah dia dan tatkala dia minta nasehat krpadamu

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 129


maka nasehatilah dan tatkala dia bersin dan mengucapkan tahmid maka

do’akanlah dia dan tatkala dia sakit maka jenguklah dan tatkala dia mati maka

ikutlah dia (ke makam)”. (H.R Imam Muslim).

Sejarah telah membuktikan bahwa ummat Islam berperan antara lain :

1. Membantu pemerintah dibidang kemasyarakatan antara lain :

 Mendirikan Majlis Ta‟lim

Tujuannya menunjang program pemerintah dibidang

kemasyarakatan sebab dalam majlis ta‟lim tidak hanya diberikan

pendidikan agama, namun juga masalah-masalah

kemasyarakatan.

 Mendirikan Rumah Yatim Piatu

Tujuannya untuk memberikan keringanan kepada masyarakat

dalam mendidik dan memelihara orang-orang yang tidak ada

kemampuan baik dari segi materi maupun immateri kepada

anak yatim atau fakir miskin.

 Mendirikan Rumah Sakit Jakarta (RSIJ)

Tujuannya untuk membantu pemerintah dalam memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, sehingga bangsa

Indonesia menjadi kuat dan sejahtera.

 Mendirikan lembaga-lembaga zakat (BAZIS)

Tujuannya adalah untuk menghimpun potensi ekonomi ummat

Islam secara baik dan benar, dana yang terkumpul akan

disalurkan kepada ummat Islam yang berhak menerimanya.

 Mendirikan panti asuhan

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 130


Tujuannya yaitu untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat terutama orang-orang yang tidak mampu, tidak

hanya kepada anak yatim saja tetapi sifatnya umum.

2. Membantu pemerintah membrantas buta huruf sesuai dengan ajaran

Islam yang mewajibkan semua orang untuk menuntut ilmu.

Secara umum disimpulkan bahwa sumbangan terbesar ummat

Islam dalam bidang kemasyarakatan ialah keikutsertaan ummat Islam

menumbuhkan budaya saling menghargai dan menghormati dalam

kemajemukan masyarakat Indonesia. Meskipun ummat Islam menjadi

kelompok mayoritas dari penduduk Indonesia namun tetap

memperhatikan ummat agama lain.

Bahkan kaum muslimin Indonesia menjadi “

 Pelopor gerakan keluarga berencana

Sehingga pemerintah mendapat piagam penghargaan dunia

Internasional dibidang kependudukan.

 Hubungan Internasional para tokoh Islam aktif di organisasi

negara Islam sedunia (OKI)

 Anggota Majlis Rabitah Alam Islami

Sehingga bangsa Indonesia dikenal didunia Internasionaldan

mampu memainkan peran politiknya khususnya di dunia Islam.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 131


B. Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan

Pendidikan di Indonesia setelah merdeka terbagi kepada dua yaitu

diselenggarakan opemerintah dan oleh masyarakat. Pada masa penjajahan

juga terbagi dua yaitu yang diselenggarakan kolonial dan oleh masyarsakat.

Akan tetapi Pendidikan bangsa oleh pemerintah dan masyarakat, tujuannya

sama yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, masyarakat diberi

kebebasan mengembangkan pendidikan sesuai dengan undang-undang yang

berlaku.

Dengan berkembangknya pembaharuan, dalam Islam di awal abad ke

20 M, persoalan administrasi dan organisasi pendidikan mulai mendapat

perhatian pada beberapa kalangan atau organisasi. Kurikulum mulai jelas.

Belajar untuk memahami, dan bukan sekedar menghapal, sebagaimana yang

telah dialami selama ini dipondok-pondok pesantren.

Haji Muhammad Yunus, alumni Kairo asal Padang, merencanakan

pembangunan pendidikan Islam. Gagasan ini dilaksanakan di Lampung,

waktu itu masih merupakan karesidenan tahun 1948 M banyak sekolah-

sekolah swasta dijadikan negeri, mereka memperoleh subsidi dari

pemerintah.

Haji Mahmud Yunus juga menyarankan agar pendidikan agama

diajarkan pada sekolah-sekolah umum dan hal hal ini disetujui oleh konfrensi

pendidikan se-Sumatra di Padang Panjang, Tanggal 02 Oktober 1947 M.

Ketika itu ia menjadi Kepala Seksi Islam dan Kantor Agama Propinsi.

Gagasan beliau untuk mengembangkan pendidikan Islam kandas

(mengalami kegagalan) karena terjadinya aksi militer Belanda II. Setelah

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 132


selesai, usaha untuk mengkoordinasi sekolah-sekolah agam mulai tumbuh

kembali bukan saja untuk Jawa dan Sumatra, bahkan untuk seluruh Indonesia.

Dari gagasan Haji Mahmud Yunus tersebut, muncullah sekolah-sekolah

seperti :

1. Madrasah Ibtidaiyah 6 Tahun

2. Tsanawiyah 4 Tahun

3. Aliyah 3 Tahun

4. Sekolah Guru Agama Islam 5 Tahun (bagi lulusan sekolah dasar

umum dan agama, 2 tahun lagi bagi lulusan SMP atau Tsanawiyah).

5. Sekolah Guru Hakim Agama Islam / SGHA 4 Tahun.

6. PGA menjadi 6 bTahun, 4 Tahun bagian pertama dan 2 Tahun

bagian atas.

7. Sedangkan SGHA dihapuskan tahun 1954 M dan digantikan

dengan Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN 4 Tahun, bagi

lulusan PGA 4 Tahun).

Demikianlah beberapa sekolah agama Islam yang didirikan oleh

Departemen Agama. Adapun bentuk lembaga-lembaga pendidikan Islam

swasta adalah sebagai berikut :

1. Pondok Pesantren

2. Madrasah Diniyah

3. Madrasah Swasta, yang sistem pengajaran dan kurikulumnya sama

dengan sekolah negeri

Dalam rangka meningkatkan kwalitas pondok pesantren, karena mutu

keluaran sekolah-sekolah agamamasih mendapat sorotan maka

Departemen Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 133


Agama memberikan bantuan kepada Madrasah yang juga

menambah/memperhatikan pendidikan umum. Karena fungsi Departemen

Agama sebagaimana yang dirumuskan pada tahun 1967 M ada;ah sebagai

berikut :

1. Mengurus serta mengatur pandidikan agama disekolah-sekolah

serta membimbing perguruan-perguruan agama.

2. Mengikuti dan memperhatikan hal yang bersangkutan dengan

agama dan keagamaan.

3. Memberi penerangan dan penyuluhan agama.

4. Mengurus dan mengatur peradilan agama serta menyelesaikan

masalah yang berhubungan dengan hukum agama.

5. Mengurus dan mengembangkan IAIN perguruan tinggi swasta dan

pesantren.

6. Mengurus dan mengawasi pendidikan agama pada

perguruan-perguruan tinggi.

7. Mengatur, mengurus, mengawasi penyelenggaraan ibadah haji.

Setelah berdirinya Departemen Agama, persoalan pendidikan

agama Islam mulai mendapat perhatian lebih serius, sebagai bukti

antara lain :

 Badan pekerja Komite Nasional Pusat dalam bulan Desember

1945 M menganjurkan agar pendidikan Madrasah diteruskan.

 Badan ini juga mendesak pemerintah agar memberikan bantuan

kepada Madrasah.

 Departemen Agama segera membentuk seksi khusus yang

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 134


bertugas menyusun pelajaran dan pendidikan agama Islam.

 Mengadakan pengangkatan guru-guru Agama, dan mengawasi

pendidikan agama.

 Pada tahun 1946 M, Departemen Agama mengadakan latihan

90 guru agama, 45 orang kemudian diangkat menjadi guru

agama. Adapun perguruan tinggi yang telah ada antara lain :

1. Universitas Islam di Solo, didirikan pada tanggal 20 Februari

1950 M.

2. Universitas Islam di Yogyakarta dan Solo, pada tanggal 20

Februari 1951 M digabung menjadi satu demgan nama UII.

3. Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) didirikan pada

tanggal 26 September 1951 M.

4. Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) didirikan di Jakarta pada

tahun 1957 M.

5. PTAIN dan ADIA dijadikan satu menjadi IAIN (Institut Agama

Islam Negeri)

6. Universitas Islam Attahiriyah di Jakarta.

7. Universitas Islam Asyafiyyah, di Jakarta.

8. UNINUS serta UNISBA, keduanya terletak di Bandung.

9. Islamic Collage (berdiri 9 Desember 1940 M di Padang oleh

M. Mahmud Yunus dengan dua Fakultas yaitu :

 Fakultas Syariah

 Fakultas Pendidikan dan Bahasa Arab.

Tujuannya adalah untuk mendidik generasi muda Islam

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 135


agar menjadi sarjana dan ulama yang berwawasan luas.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa Ummat Islam

Indonesia telah memainkan peranan penting dibidang

pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk

mempersiapkan generasi Islam dalam keikutsertaan

membangun negara Indonesia.

C. Bidang Agama

Undang-undang 1945 sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Agama.

Bahkan pada pasal 29 ayat 2 ditegaskan bahwa :

“setiap orang bebas memeluk agama dan kepercayaannya

masing-masing”.

Oleh karena itu, ummat Islam Indonesia sejak ditetapkan Pancasila

sebagai dasar negra menjadi pemrakarsa dan pengamal yang taat. Wujudnya

dalam kehidupan sehari-hari antara lain : ummat Islam Indonesia sangat

menjunjung tinggi hidup rukun antara sesama pemeluk agama yang diakui

olah undang-undang.

Agama Islam telah mengajarkan kepada ummatnya untuk hidup rukun

berdampingan bersama pemeluk-pemeluk agama lain. Contoh dalam hal ini

adalah telah dimulai semenjak Nabi Muhammad Saw menjadi pemimpin di

Madinah. Tidak ada satu haditspun yang menyebutkan, larangan ummat Islam

bergaul dengan ummat beragama selain Islam. Apalagi harus memusuhi.

Bahkan sebaliknya, Nabi Muhammad Saw beserta sahabat di Madinah hidup

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 136


rukun dan mengadakan perjanjian damai dengan Yahudi Madinah. Hanya di

sayangkan, perjanjian tersebut dikhianati oleh kaum Yahudi.

Begitu juga dalam sejarah perkembangan hidup beragama di Indonesia,

ummat Islam selalu menjadi pelopor lahirnya berbagai wadah untuk berdialog

dalam masalah agama. Ketika Prof. Dr. Mukti Ali menjabat sebagai Menteri

Agama RI, pemerintah mencanangkan program Tri Kerukunan, yaitu ;

 Kerukunan Interen Ummat Beragama,

 Kerukunan Antar Umat Beragama,

 Kerukunan Umat Beragama dan Pemerintah.

Program tersebut menunjukkan hasil yang sangat gemilang. Hal ini

terbukti dengan semakin berkembangnya kehidupan beragama di Indonesia.

Bila hal itu tidak mendapat dukungan dari ummat Islam tentu akan sulit terjadi.

Karena mayoritas penduduk beragama Islam.

Secara kualitatif masyarakat Indonesia yang beragama Islam memiliki

kemampuan besar untuk terus berperan aktif di dalam mengemban amanat

dan tugas agama, bangsa dan negara mereka tidak menganggap lemah atua

merasa curiga dengan pemeluk agama lian, sebab ummat Islam meyakini

sepenuhnya bahwa yang tercantum dalam psal 29 ayat 1 dan 2.

Ummat Islam di Indonesia sangat jauh berbeda dengan ummat Islam

negara lin. Ummat Islam di Indonesia tidak pernah melakukan penindasan

atau pemaksaan kehendaknya kepada pemeluk agama lain. Sikap toleransi

atau hidup rukun antar ummat beragama menjadi ciri khas ummat Islam di

Indonesia. Bahkan ummat Islam rela berkorban demi tercapainya persatuan

dan kesatuan bangsa. Seperti pengorbanan dengan bersedia menghapuskan

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 137


9 kata dalam Piagam Jakarta yang dianggap mengancam persatuan dan

kesatuan Bangsa.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 138


DAFTRA PUSTAKA

1. http://hbis.wordpress.com/2007/12/11/perkembangan-islam-di-dunia/
2. Buku Ajar Sejarah Kebudayaan Islam IX untuk MTs : Fokus

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX 139

Anda mungkin juga menyukai