Anda di halaman 1dari 38

PETA PEMIKIRAN DAN GERAKAN ISLAM INDONESIA Masuknya Islam di Indonesia

1
Oleh: Baihaqi Nizar
Penjelasan mengenai peta pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia, tak bisa dilepaskan
Prolog dari sejarah masuknya Islam di negeri ini. Terdapat diskusi dan perdebatan panjang
Islam masuk ke Nusantara dengan cara damai tanpa pertentangan, apalagi diantara ahli sejarah, mengenai tiga masalah pokok, yakni tempat asal kedatangan Islam,
pertumpahan darah. Jika kini masih ada orang atau kelompok yang ngotot ingin para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Berbagai teori dan pembahasan yang
memaksakan kehendak keberislamannya, berarti dia tak paham sejarah dan sekaligus berusaha menjawab tiga masalah pokok ini belum tuntas.
hakikat Islam itu sendiri.
Tak hanya kurangnya data yang menjadi faktor kesulitan validitas sebuah teori, tetapi
Agama Islam di Indonesia telah mengalami sejarah panjang. Dasar filosofis dan yang lebih dominan justru kuatnya subjektifitas penulis atau pencetus teori. Akibatnya,
historisitas yang berbeda, kemudian membentuk suatu corak dan karakter yang beragam, terdapat kecenderungan kuat adanya suatu teori—yang hanya menekankan sifat-sifat
baik dari segi pemikiran maupun gerakan. Keragaman itu tercermin dari jumlah khusus dari ketiga masalah pokok—tetapi mengabaikan aspek-aspek lainnya.
organisasi keislaman atau sekadar komunitas Islam, yang semakin lama semakin Setidaknya, (dalam perdebatan itu) ada dua pendapat yang paling terkenal dan cukup
bervariasi. Keragaman tersebut sebenarnya merupakan konsekuensi logis dalam suatu menjadi rujukan utama.
Negara yang multi etnik.
Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa kedatangan Islam di Nusantara dimulai pada
Hal ini semakin menggejala seiring dengan dibukanya kran demokrasi sebagai hasil dari abad ke-13 M. Namun hal itu juga masih menjadi perdebatan, ada yang mengklaim dari
perjuangan reformasi. Gerakan-gerakan Islam yang sebelum reformasi tak sempat eksis, Gujarat, atau dari Persia. Pendapat yang menyatakan kedatangan Islam dibawa oleh
kala itu mendapat angin segar. Semuanya, baik organisasi masyarakat, Parpol, kelompok orang-orang dari Gujarat (Cambai), India, dipelopori oleh Snouck Hurgronje. Salah satu
mahasiswa, maupun lembaga pendidikan, membawa kepentingannya masing-masing. alasannya adalah terdapat batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik al Saleh tahun
Ada (kelompok) yang beriktikad menjaga keamanan dan keutuhan NKRI, ada pula yang 1297 yang bercorak khas Gujarat.
berniat mengahancurkan kedaulatan negara.
Adapun teori yang menyatakan kedatanagnnya dibawa oleh bangsa Persia (Iran),
Pada konteks inilah kita harus cerdas dan bijak dalam membaca setiap gejala dialektis dipelopori oleh Hossein Djajaningrat, murid dari ilmuan Belanda Snouck Hurgronje.
yang timbul di masyarakat. Tentu cara-cara kekerasan, apalagi pertumpahan darah Inilah yang kemudian melahirkan Teori Persia. Dasar teori ini adalah kesamaan budaya
bukanlah solusi yang tepat dalam mengatasi setiap perbedaan yang terjadi di Negara Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia, diantaranya peringatan 10 Muharam
Indonesia. Di bawah ini, akan dipaparkan peta pemikiran dan gerakan Islam, mulai dari atau hari Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein, cucu Nabi Muhammad saw.,
masuknya Islam di Indonesia, macam-macam aliran atau kelompok Islam, partai politik yang dijunjung oleh orang Syiah—yang kala itu menjadi aliran Islam Iran.
Islam, hingga sikap PMII dalam merespon dinamika tersebut.
Kedua, pendapat Thomas W. Arnold, yang menyebut masuknya Islam ke Indonesia
sudah sejak abad ke-7 M, dibawa oleh para saudagar Arab (Makkah dan Mesir). Teori
Makkah ini tergolong baru karena merupakan sanggahan dari teori sebelumnya, Teori
Gujarat dan Persia. Teori ini menyebutkan, pada abad ke-13 telah berdiri kekuasaan
politik Islam, jadi masuknya Islam ke Nusantara terjadi jauh sebelumnya, yakni pada
1
Penulis adalah pengurus di Lembaga Pers dan Wacana (LPW) PMII Komisariat Walisongo abad ke-7.
Semarang, sekaligus senior di PMII Rayon Abdurrahman Wahid.
Alasan yang mendasarinya yakni, pada tahun 674 (abad ke-7), di pantai barat Sumatra Malaka yang merupakan pusat perdagangan penting dan juga pusat penyebaran Islam
sudah terdapat perkampungan Islam (Arab). Kerajaan Samudra Pasai kala itu menganut kala itu, berkembang pula menjadi kerajaan baru dengan nama Kesultanan Malaka.
mazhab Syafi’i, di mana pengaruh terbesar mazhab Syafi’I saat itu adalah Mekah dan
Mesir—sedang Gujarat/ India adalah penganut mazhab Hanafi. Selain itu, gelar yang Pada awal abad ke-15, Kerajaan Majapahit mengalami kemerosot-an, hingga pada tahun
dipakai raja-raja Samudra Pasai adalah “Al-Malik”, yakni gelar khas Mesir. Pendukung 1478 mengalami keruntuhan. Banyak daerah yang berusaha melepaskan diri dari
teori ini adalah Van Leur, Buya Hamka, dan masih banyak yang lainnya. kerajaan tersebut. Pada tahun 1500, Kerajaan Demak berdiri sebagai kerajaan Islam
pertama di Jawa. Berkembangnya Kerajaan Demak  ini kemudian disusul lahirnya
Jalan tengah untuk menentukan teori mana yang lebih valid, bisa ditelusuri dari karya Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon.
para peletak dasar teori, jagan dari sumber pendukung. Inilah tugas kita bersama. Kader
PMII dari Komisariat Walisongo, sahabat Fatah Syukur pernah mengulas ini dalam Di luar Jawa juga banyak berkembang kerajaan yang bercorak Islam, seperti Kesultanan
bukunya. Ia menyebutkan, berdasarkan hasil seminar nasional tentang masuknya Islam Ternate, Kesultanan Gowa, dan Kesultanan Banjar. Melalui kerajaan-kerajaan itulah
ke Indonesia yang diadakan di Medan pada tahun 1963 disimpulkan bahwa agama Islam Islam semakin berkembang di berbagai penjuru nusantara. Pada saat itu, Islam sudah
masuk ke Indonesia pada abad ke-1 H  atau abad ke-7 M, secara langsung dari tanah tidak hanya dianut oleh warga pesisir, namun sudah merambah ke daerah-daerah
Arab. pedalaman. Islam dengan mudah masuk melalui berbagai cara, tak hanya perdagangan
dan politik, tapi juga perkawinan, tasawuf, dan pendekatan budaya.
Perkembangan Islam
Wilayah yang menjadi pintu masuknya Islam adalah daerah pesisir Sumatera. Agama Islamisasi seperti ini tidak bisa dilepaskan dari peran Walisongo sekitar abad ke-13-15
Islam disebarkan oleh para saudagar muslim Arab dibantu pedagang Persia dan India, M. Setelah era Walisongo. Pasca itu, ulama-ulama Nusantara yang meneruskan
secara damai. Pada masa ini, masih sebagian kecil penduduk yang bersedia menganutnya perjuangannya, seperti Hamzah Fansyuri, Syamsudin al Sumatrani, Nurudin Arraniri,
karena masih berada di bawah kekuasaan raja-raja Hindu-Budha. Sejarah masuknya dsb., sebagai ulama generasi abad ke-16 M. Karya-karya mereka antara lain Syarah al
Islam Indonesia berlangsung dalam proses yang lama. Menurut beberapa sejarawan, Asyiqin (minuman orang birahi), Asrar Al Arifin (Rahasia Ahli Ma’rifat), dan masih
abad ke-7 sampai ke-13 merupakan babak-babak awal penyebarannya. banyak yang lainnya.

Selama masa tersebut, para pedagang yang membawa misi Islamisasi, makin intens Generasi ulama abad ke-17 M ada Syaikh Abdurrauf Asingkili Al-Jawi (Aceh, Singkil),
menyebarkan agama Islam di daerah yang mereka kunjungi, terutama daerah pusat Syaikh Yusuf Al Makasari (Sulawesi). Adapun pada abad ke-18 M diantaranya terdapat
perdagangan. Setelah tersebar mulai dari Sumatera, Islam kemudian meluas ke Malaka Syaikh Burhanuddin Al-Jawi (Ulakan Minang), Syaikh Arsyad Al-Banjari
dan Pulau Jawa. Dalam hal ini, tak hanya para saudagar yang berperan, tapi para mubalig (Banjarmasin). Untuk generasi abad ke-19 M ada Syaikh Muhammad Nawawi Al-
Indonesia juga (sudah) turut andil. Alhasil, pengaruh Islam makin meluas di kalangan Bantani (Banten), Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi (Minangkabau), dan Syaikh
masyarakat, terutama daerah pesisir. Muhammad Kholil Bangkalan (Madura), yang kemudian dilanjutkan generasi ulama
pesantren sampai sekarang.
Pada akhir abad ke-12 M, kekuasan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya mulai
merosot. Seiring dengan melemahnya pengaruh Sriwijaya, para pedagang beserta Macam-macam Kelompok Islam (Fase Awal)
mubalig, giat melakukan peran politik. Menjelang berakhirnya abad ke-13, sekitar tahun Corak keislaman di Indonesia ini mengalami proses polarisasi setelah dunia Arab dilanda
1285 berdiri kerajaan bercorak Islam yang bernama Samudra Pasai (daerah Aceh Utara). gerakan pemurnian dan pembaruan pada dekade 1800—1900-an. Penguasa baru Arab,
Kerajaan Samudra Pasai kian menguat seiring dengan meleburnya Kerajaan Perlak Ibnu Suud, menggandeng Muhammad ibnu Abdul Wahab, untuk menyebarkan misinya.
(kerajaan Islam tertua) pada tahun 1292-an. Ada dua narasi besar yang gagas, Pertama, menjadikan Khilafah Islamiyah di dunia
Islam, untuk menggantikan Khilafah Usmaniyah di Turki; Kedua, menjadikan aliran Keempat, Muhammadiyah. Berdiri pada tahun 1912, Yogyakarta. Tujuan utama
Wahabi sebagai paham keislaman tunggal di dunia. organisasi modernis ini yakni ingin mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi
dalam proses dakwah, seperti keinginanya untuk memberangus tahayul, bid’ah, dan
Hal ini tentu berpengaruh signifikan terhadap peta pemikiran dan gerakan Islam di churofat (TBC). Sepintas, gerakannya memang terinspirasi pada gerakan pemurnian, tapi
Indonesia. Dari yang tadinya cukup homogen, kemudian terpecah menjadi berbagai bukan berarti organisasi ini berpaham Wahabi. Gerakan Muhammadiyah lebih fokus
varian aliran keagamaan. Sejumlah tokoh dan organisasi lokal, memainkan peran yang pada persoalan sosial dan pendidikan.
cukup massif dan sistematis. Ulama dari Minang (misalnya, Syaikh Muhammad Djamil
Djambek, Haji Karim Amrullah) secara terang-terangan mencela  tarekat dan praktek- Kelima, Al-Irsyad al-Islamiyah, didirikan pada tahun 1914. Tokoh sentral organisasi ini
praktek beragama muslim melayu. adalah Syeikh Ahmad Assoorkaty (Surkati), seorang ulama besar Mekkah yang menjadi
pelopor gerakan salaf di Jawa. Sejarawan GF. Pijper menyebut Al-Irsyad sebagai
Gerakan yang terinspirasi pemurniaan Arab tersebut juga menyebar ke Tanah Jawa— gerakan pembaruan yang punya kesamaan dengan gerakan reformis di Mesir. Organisasi
meskipun tidak semua aliran yang lahir di Jawa mengusung paham “ala” Wahabi. Di ini memberikan pelayanan kepada masyarakat, di bidang pendidikan, sosial, dan dakwah.
bawah ini akan coba dipaparkan beberapa aliran Islam, diruntut dari yang pertama kali
muncul. Keenam, Persatuan Islam (Persis). Didirikan di Bandung pada 1923, oleh KH. Zamzam
dan M. Yunus. Tujuan organisasi ini untuk memberikan pemahaman Islam sesuai dengan
Pertama, Jam’iyatul Khayr. Berdiri pada tahun 1905 M di Batavia (sekarang Jakarta). aslinya yang dibawa oleh Rasulullah saw. Wujud konkritnya adalah menolak pandangan
Komunitas yang didominasi keturunan Arab ini merupakan organisasi Islam yang keislaman tradisional yang dianggap sudah tak orisinil karena sudah bercampur dengan
mengambil prakarsa pertama dalam penyebaran paham Wahabi di tanah air, khususnya budaya lokal, dan sikap taklid. Goalnya adalah menegakkan syariah Islam. Persis ini
di Jawa. Dalam beberapa referensi disebutkan bahwa kelompok ini merupakan organisasi bukan organisasi politik, namun lebih fokus terhadap pendidikan Islam dan dakwah.
Islam tertua di Indonesia—meskipun ada yang berpendapat, Sarikat Dagang Islam lebih
tua. Perdebatan ini terjadi karena keduanya berdiri di tahun yang sama, 1905. Kelompok Islam (Fase Lanjutan)
Semangat pemurnian yang merambah ke tanah air melalui sejumlah tokoh dan organisasi
Kedua, Syarikat Dagang Islam (SDI), dibentuk pada tahun 1905. Organisasi ini pimpin tersebut, pada akhirnya menimbulkan ketegangan diinternal umat Islam Indonesia.
oleh H. Samanhudi, HOS. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan A.M. Sangaji. SDI tidak Masalah yang dipersoalkan sebenarnya bukan substansi dari nilai ajaran Islam, tapi lebih
seperti Jam’iyatul Kayr yang menyebarkan paham Wahabi, tapi lebih fokus dalam dunia pada aspek khilafiyah, seperi tahlil, talkin, taklid, dan sebagainya—yang lebih popular
perniagaan, dengan tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam perjalannannya, dengan istilah “pemberantasan TBC (tahayul, bid’ah, dan churofat). Usaha untuk
saat kongres pertama di Solo (1906), namanya berubah menjadi Syarikat Islam (SI), menyatukan perbedaan ini bukan tidak dilakukan sama sekali, hanya saja selalu gagal.
kemudian cakupannya juga meluas tak hanya sosial-ekonomi, tapi juga politik dan
agama. Beberapa kelompok atau organisasi berbasis Islam yang mencoba menjadi moderator,
menengahi pertikaian, akan dipaparkan berikut ini.
Ketiga, Perserikatan Ulama. Organisasi ini berdiri pada tahun 1911, dipelopori oleh KH.
Abdul Halim. Gerakan modernis Islam yang berpusat di Majalengka, Jawa Barat, ini Pertama, Nahdlatul Ulama (NU), didirikan pada tahun 1926, sebagai respon akan
bergerak lebih banyak dalam bidang pendidikan dan ekonomi. Perserikatan Ulama ini perkembangan dan pembaruan pemikiran Islam. Gerakan pembaruan yang menginginkan
terkenal dengan gagasan modernisasi dan inovasi pendidikan pesantren, menggugat kembalinya umat Islam pada ajaran “murni” dengan cara melarang segala bentuk
sistem halaqah menjadi sistem kelas. Hal ini dimaksudkan untuk memecahkan masalah amaliyah kaum sunni dan ingin melepaskan sistem bermazhab, bagi para kiai pesantren,
pendidikan saat itu. Organisasi ini baru diakui pada tahun 1917 oleh Belanda.
tidaklah tepat. Pembaruan pemikiran memang sebuah keniscayaan, namun tetap tidak Masyumi tidak sebagaimana cita awal pembentukannya, namun justru bermetamorfosis
dengan meninggalkan tradisi keilmuan para ulama terdahulu yang masih relevan. menjadi partai politik.

Namun ternyata, NU juga tidak menjadi organisasi yang menengahi polemik yang terjadi Parta Politik Islam
saat itu. Keberadaan NU juga mempunyai misi khusus organisasi, menyebarkan paham Setelah berdirinya ormas-ormas Islam dan beberapa usaha penyelesaian polemik di
Ahlussunah Waljama’ah, sebuah paham yang ingin mengambil jalan tengah ekstrim tubuh Islam itu sendiri, ketegangan bukan tidak ada, tapi justru berpindah dari ranah
naqli (skriptualis) dengan kaum ekstrim aqli (rasionalis). Meski begitu, organisasi yang kultural ke ranah politik. Pergolakan politik di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak
dipimpin pertama kali oleh KH. Hasyim Asy’ari tersebut, saat ini masih menjadi masa penjajan Belanda, hanya saja partai awal yang muncul bukan berbasis Islam.
organisasi terbesar di Indonesia. Kehadiran partai politik pada masa permulaan tersebut merupakan manifestasi kesadaran
nasional untuk mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia.
Kedua, Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI). MIAI adalah federasi (gabungan beberapa
kelompok) ormas Islam yang dibentuk dari hasil pertemuan pada September 1937, Pada Desember 1916, didirikan Volksraad, atau Dewan Rakyat yang berfungsi sebagai
sebagai badan kerja sama yang mengoordinasikan berbagai kegiatan dan menyatukan dewan perwakilan rakyat Hindia-Belanda—karena saat itu masih masa penjajahan
umat Islam menghadapi politik Belanda. KH. Hasyim Asy’ari (NU) merupakan pencetus Belanda. Pada awal berdirinya, Dewan yang hanya memiliki kewenangan sebagai
badan keja sama ini, sehingga menarik hati kalangan modernis seperti KH. Mas Mansur penasehat ini memiliki 38 anggota, mayoritas non-pribumi. Baru pada akhir tahun 1920-
(Muhhamdiyah), Wondoamiseno (SI), dan beberapa tokoh lainnya. an, anggotanya sudah didominasi oleh orang pribumi. Pada tahun 1927, Dewan Rakyat
memiliki kewenangan ko-legislatif, meskipun hal ini juga masih sangat dibatasi.
Saat KH. Hasyim Asy’ari menjadi ketua badan legislatif, MIAI mewadahi 13 organisasi
Islam. Selanjutnya, MIAI terus berkembang dan menjadi organisasi besar yang mendapat Di luar Dewan Rakyat, pada tahun 1939 ada usaha untuk menggabungkan partai-partai
simpati dari seluruh umat Islam di Indonesia, sehingga Jepang mulai mengawasi politik dan menjadikannya semacam dewan perwakilan nasional yang disebut Komite
kegiatannya. Setelah Jepang datang (menjajah), MIAI dibubarkan dan digantikan dengan Rakyat Indonesia (KRI). Di dalam KRI tersebut, salah satunya ada MIAI sebagai
Masyumi. representasi dari gabungan kelompok Islam, meskipun sebenarnya bukan partai politik.
Masyumi kemudian hadir dengan tujuan dan peran yang sama, menggantikan MIAI yang
Ketiga, Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi), pada Oktober 1943 bukanlah telah dibubarkan.
sebuah partai politik, namun organisasi pengganti MIAI yang sudah dibubarkan oleh
penjajah Jepang. Masyumi ini juga merupakan federasi, hanya saja ormas yang ada di Di akhir tahun 1944, umat Islam mendapat izin untuk membentuk badan kelaskaran,
dalamnya tidak sebanyak MIAI. Hanya ormas tertentu yang diijinkan oleh Jepang saat Hisbullah, semacam unit militer bagi pemuda Islam. Di samping itu, para pemimpin
itu, seperti NU, Muhammadiyah, dan masih ada yang lainnya. Pemimpin tertinggi umat membentuk Sabilillah, semacam organisasi militer bagi ulama. Posisi orang
Masyumi waktu itu adalah KH. Hasyim Asy’ari. pribumi semakin menguat dengan hadirnya organisasi tersebut. Penjajah Jepang
kemudian menjanjikan kemerdekaan Indonesia dengan membentuk Badan Penyelidik
Tujuan utama dibentuknya Masyumi ini sebenarnya tidak terlepas dari politisasi Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
penjajahan. Jepang saat itu memerlukan suatu badan untuk menggalang dukungan
masyarakat Indonesia melalui lembaga agama Islam. Selain itu, Jepang juga berusaha Masalah-masalah pokok yang dibicarakan dalam BPUPKI bermuara pada persoalan
memisahkan golongan cendikiawan islam di perkotaan dengan para kiai di pedesaan. bentuk Negara, batas Negara, dasar filsafat Negara, dan hal-hal lain yang berhubungan
Namun demikian, usaha Jepang tak lantas berjalan mulus. Karena pada akhirnya, dengan pembuatan suatu konstitusi. Kelompok nasionalis dan kelompok Islam, menjadi
aktor utamanya. Pada satu pihak, terdapat kelompok yang ingin melaksanakan “seluruh
isi syariat Islam”, di lain pihak ada yang memandang bahwa agama merupakan urusan 1971, ada 10 partai yang berlaga. Partai berbasis Islam yang unggul adalah NU dan
pribadi seseorang. Akhirnya, sebuah kompromi poliitik dalam bentuk Piagam Jakaarta Parmusi (Persatuan Muslim Indonesia)—meski keduanya masih di bawah Golkar, partai
pada 22 Juni 1945 dapat di capai. baru. Selain itu, ada PSII dan Perti yang juga berbasis Islam.

Masa pasca kemerdekaan, gerakan politik Indonesia mengalami perubahan yang cukup Memasuki tahun 1973, ada kebijakan politik baru berupa fusi yakni penyederhanaan
signifikan. Melalui Maklumat X yang diumumkan oleh Bung Hatta pada 3 November partai politik dengan digabungkan. Empat partai berbasis Islam, yaitu: NU, Parmusi,
1945, menjadi tonggak awal terbukanya partai politik pasca proklamasi kemerdekaan. PSII, Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah), bergabung menjadi Partai Persatuan
Pada saat itu pula, tepatnya 4 hari setelah dikeluarkannya maklumat, Masyumi resmi Pembangunan (PPP). Dengan begitu, hanya ada tiga partai di masa Orde Baru ini, selain
bertransformasi menjadi partai politik. Pada masa perkembangannya, Masyumi PPP, ada Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI)—yang juga merupakan
mendapat dukungan yang luar biasa dari para ulama, baik modernis maupun hasil peleburan dari beberapa partai. Tiga partai tersebut terus bersaing selama Orde
tradisionalis. Baru, yakni pada Pemilu 1977, 1982,0987, 1992, dan 1997.

Akan tetapi kejayaan Partai Masyumi tidak berlangsung lama. Karena di anggotanya Masa Reformasi merupakan era pasca Orde Baru. Peristiwa ’98 yang menggulingkan
cukup heterogen, tak jarang sering terjadi perang dingin antar golongan. Kegagalan kekuasaan Presiden Soeharto, merupakan awal dari pembangunan kembali sistem politik
mengarahkan dan menangani secara bijak perbedaan pendapat dan kecenderungan yang lebih demokratis. Hal itu kemudian tercermin dari kebebasan mendirikan partai
ideologi tersebut, akhirnya mengantarkan partai Islam ini pada kerapuhan. Pada tahun politik yang disebut dengan sistem multi partai. Tercatat ada 141 partai politik yang
1947, PSII mengundurkan diri dan kembali berdiri independen. Langkah PSII disusul terdaftar pada departemen kehakiman, dan setelah dilakukan verifikasi oleh KPU, 48
oleh NU pada tahun 1952. Pasca itu, NU terjun pada politik praktis dan mengikuti partai lolos untuk mengikuti Pemilu 1999.
Pemilu tahun 1955.
Pada Pemilu 1999 ini, partai yang berasaskan Islam diantaranya: PPP, Partai Masyumi
Pada Pemilu tahun 1955 tersebut, ada empat partai politik besar, yaitu: Masyumi, NU, Baru, Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) 1905, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai
PNI, dan PKI, dua diantaranya adalah partai Islam. Partai Masyumi unggul (meski masih Keadilan (PK), Partai Nahdlatul Umat (PNU), Partai Ummat Islam (PUI), Partai Ummat
di bawah PNI) dengan suara 20,9%, (7,9 juta suara) dan memperoleh 57 kursi di Muslimin Indonesia (PUMI), dll. Di samping itu, ada partai yang berbasis massa Islam,
Parlemen. Adapun NU juga masih mendominasi, meraih 45 kursi dengan prosentase yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Kedua
18,4% (6,9 juta suara). Masa demokrasi parlementer yang multi-partai ini pada tahun Partai terakhir ini massa pendukungnya dari pada anggota Ormas NU dan
1956 (dalam pembukaan sidang konstituante) diganti menjadi demokrasi terpimpin. Muhammadiyah, walaupun tidak seluruhnya anggota kedua ormas tersebut menjadi
anggota kedua partai itu.
Pada masa demokrasi terpimpin ini, peranan partai politik mulai dikurangi. Kewenangan
utama ada di tangan presiden. Soekarno (Presiden), kala itu pun akhirnya membubarkan Masa pemilu ini telah memengaruhi para ulama ikut berperan kembali secara mandiri di
Partai Masyumi pada tahun 1960 karena disinyalir mendukung gerakan Pemerintah dalam pemerintahan, sehingga pasca pemilu 1999, beberapa ulama menduduki kursi
Revolusional Republik Indonesia (PRRI). Percaturan politik ketika itu dikenal dengan legistalif. Kondisi inilah yang membawa tokoh reformasi dan pemimpin PKB, KH.
Nasakom (Nasional, Agama, dan Komunis) yang diwakili PNI, NU, dan PKI. Partai NU Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menduduki jabatan Presiden Ke-4. Meskipun Megawati
menjadi satu-satunya representasi dari kelompok Islam. Soekarnoputri, pemimpin PDI-P, meraih suara terbanyak dalam pemilu, namun tetap
tidak langsung jadi presiden karena sitem pada saat itu, presiden dipilih oleh MPR.
Masa Orde Baru menjadi babak baru perpolitikan di negeri ini. Partai-partai dapat
bergerak lebih leluasa dibanding dengan masa demokrasi terpimpin. Pada Pemilu tahun
Ketika Gus Dur memimpin, peran para ulama sangat menonjol. Sebab, waktu itu Ketiga, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Organisasi ini resmi berdiri pada 14
presiden selalu mengikutsertakan ulama dalam mengambil setiap keputusan. Namun Maret 1964, di Yogyakarta. Sebagaimana namanya, IMM merupakan sayap dari ormas
keadaan itu tidak berlangsung lama. Masa pemerintakan Gus Dur diwarnai dengan aksi- Muhammadiyah yang berakidah Islam dan memegang teguh Alquran dan Hadis. Salah
aksi gerakan separatism serta konflik-konflik menyangkut suku, ras, dan agama. satu upaya strategis yang dicanangkan dalam usaha mencapai tujuan, yakni mempergiat,
Puncaknya pada Januari 2001, Gus Dur didesak untuk mengundurkan diri, dan kemudian mengefektifkan dan menggembirakan dakwah Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi
jabatan Presiden dilimpahkan kepada wakilnya, Megawati. munkar kepada masyarakat, khususnya masyarakat mahasiswa.

Gerakan Mahasiswa Islam Keempat, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Berdiri pada 29
Dalam peta pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia, mahasiswa juga menjadi  elemen Maret 1998 bersamaan dengan diadakannya Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah
yang banyak berpengaruh. Dalam perjuangannya, mahasiswa memiliki wadah strategis, Kampus (FS-LDK) X se-Indonesia, di Malang, Jawa Timur. KAMMI terbilang cukup
baik di dalam maupun luar kampus. Namun, organisasi ekstra (luar) kampus, dianggap unik dibanding organisasi ekstra lainnya, karena memiliki jaringan transnasional. Dalam
lebih strategis karena tidak terikat (baik pendanaan maupun aturan) dengan perguruan beberapa sumber dikatakan bahwa KAMMI berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin (IM)
tinggi. Sehingga bisa lebih leluasa dalam menjalankan visi organisasi, seperti turut yang didirikan oleh Hasan al-Banna. Dalam hal politik memiliki hubungan dengan PKS.
mengontrol kinerja birokrasi Negara, dll. Untuk lebih jelasnya, hal ini akan dibahas pada ulasan selanjutnya; Ideologi
Transnasional.
Namun demikian, dalam ulasan ini tidak akan disampaikan semua jenis organisasi ekstra
kampus. Hanya yang berbasis Islam dan memiliki massa serta pengaruh penting, yang Selain keempat organisasi itu, terdapat pula organisasi ekstra lain yang mengusung
akan coba dipaparkan. Berikut penjelasannya, diruntut dari yang pertama berdiri. ideologI Islam, seperti Pelajar Islam Indonesia (PII), Himpunan Mahasiswa Persatuan
Islam (Hima Persis), Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Ada pula organisasi ekstra
Pertama¸ Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Organisasi ini didirikan pada 5 Februari nasionalis yang memiliki basis massa Islam, seperti Gerakan Mahasiswa Nasional
1947 oleh Lafran Pane beserta 14 mahasiswa lainnya di Yogyakarta. Pendirian HMI Indonesia (GMNI), dan lainnya. Semuanya memiliki dasar dan tujuan masing-masing
didasarkan atas ketidakpuasan organisasi Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) yang juga bisa memengaruhi peta gerakan dan pemikiran Islam di Indonesia. Namun,
dalam memperjuangkan anggotanya yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam. karena tulisan ini hanya “sebuah pengantar”, maka hanya memberi gambaran secara
Dalam perjalanannya, HMI terpecah menjadi dua bagian pada saat diberlakukannya asas umum.
tunggal (Pancasila) oleh Presiden Soeharto, menjadi DIPO dan MPO.
Peta Pemikiran Islam Kontemporer
Kedua, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Organisasi yang didirikan pada Dinamika pemikiran Islam di Indonesia dewasa ini mulai meruak ke dalam berbagai
17 April 1960 ini pertama kali diketuai oleh Mahbub Djunaedi. Pada awal berdirinya, wajah, dari mulai buku-buku yang membahas ide-ide tersebut, hingga diskusi dalam
PMII sepenuhnya berada di bawah naungan NU, baik secara struktural maupun berbagai forum ilmiah. Gejala ini muncul sebagai respon atas adanya kemajuan zaman,
fungsional. Selanjutnya, karena ketidaksetujuan PMII terhadap NU dalam hal politik terutama ketika terjadi pemetaan pemikiran antara yang “tradisi” dengan “modernitas”.
serta keadaan pemerintahan yang sedang karut-marut, maka PMII menuntut adanya Sehingga ada yang mencoba mempertahankan “Islam Arab”, ada pula yang berusaha
pemikiran realisti. Saat Mubes ke-3 pada 14 Juli 1972, melalui Deklarasi Murnajati, mengadopsi metodologi pemikiran Barat. Hal ini berdampak langsung pada tatanan
PMII menyatakan sikap independen dari lembaga NU. Namun hingga saat ini, secara sosial di masyarakat.
kultural-ideologis NU dan PMII tidak bisa dilepaskan.
Disinilah letak perlunya memahami peta pemikiran Islam kontemporer—walaupun
pemetaan ini sebenarnya tidak ada acuan bakunya. Semuanya sangat variatif sehingga
sarat akan subjektifitas, tergantung dengan kaca mata apa melihatnya. Berikut ini akan mengalami keterbelakangan dalam dalam bidang ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan
coba dipaparkan corak pemikiran Islam di Indonesia, perspektif Abudin Nata. lainnya. Sehingga muncul semangat untuk menjadikan Islam sebagai agama yang
berkemajuan. Namun dengan segala keterbatasannya, usaha tersebut belum mencapai
Pertama, Islam Fundamentalis. Dalam segi bahasa, fundamentalis berarti penganut keberhasilan.
gerakan keagamaan yang bersifat kolot dan reaksioner. Berarti dapat diartikan bahwa
Islam Fundamentalis adalah paham keislaman yang selalu merasa perlu untuk kembali ke Kemudian, pada era 1970-an, muncul istilah Islam Neo-Modernis sebagai tindak lanjut
ajaran agama yang asli sebagaimana tersurat dalam kitab suci. Namun tentu tidak atas usaha-usaha pembaharu kelompok modernis yang masih meninggalkan sejumlah
semudah itu mengartikannya, karena juga harus dilihat ciri dan ajaran pokok dalam masalah yang belum bisa teratasi. Gerakan ini lebih menempatkan Islam sebagai sebuah
gerakannya. sistem dan tatanan nilai yang harus diselaraskan dengan tafsir serta tuntutan zaman yang
kian dinamis. Islam Neo-Modernis hadir untuk menawarkan konsep-konsep pemikiran
Kata “fundamentalis” dimunculkan pertama kali oleh masyarakat Kristen di Barat, yang realistis—yang juga dimaksudkan sebagai kritik sekaligus solusi atas pandangan Islam
dalam hal pemahaman keagamannya lebih bersifat mendasar, sempit, dan dogmatis. Tradisionalis dan Islam Modernis yang selalu berada dalam pertarungan konseptual.
Dalam Islam, labeling “fundamentalis” ditujukan kepada kelompok garis keras. Citra
yang muncul kemudian adalah ekstrimisme, fanatisme, atau bahkan terorisme dalam Keempat, Islam Liberal. Setelah lebih dari 30 tahun gerakan Islam Neo-Modernisme
mewujudkan atau mempertahankan keyakinan keislamannya. Pada praktiknya, biasanya mendapat tempat dalam konstelasi pemikiran Islam di Indonesia, kemudian muncullah
kelompok ini menerapkan model kehidupan ala Rasulullah dalam semua aspek istilah Islam Liberal. Gerakan pemikiran ini tampak digarap sistematis, yang kemudian
kehidupan, termasuk gaya berpakaian. dikelola menjadi Jaringan Islam Liberal (JIL). Wacana Islam Liberal sangat cepat
beredar di forum-forum diskusi kampus hingga akhirnya melahirkan buku-buku ilmiah.
Kedua, Islam Neo-Tradisionalis. Sebelum muncul istilah ini, terlebih dahulu muncul
kelompok tradisionalis. Pada awalnya kelompok (tradisionalis) ini ditujukan kepada Luthfi Assyaukanie, aktivis JIL pernah berkata, kemunculan Islam Liberal ini sebagai
mereka yang berpegang teguh pada Alquran dan Sunah, namun kemudian juga ditujukan respon atas bangkitnya ekstrimisme dan fundamentalisme agama di Indonesia. Hal itu,
kepada mereka yang berpegang pada produk-produk pemikiran para ulama yang katanya, ditandai dengan munculnya kelompok militant Islam, banyaknya kasus SARA,
dianggap unggul, baik dalam fikih, teologi, tasawuf, tafsir, dll. Kemudian muncullah masifnya penggunaan istilah “jihad” sebagai dalil serangan untuk mempertahankan
gerakan neo-tradisionalis yang digagas untuk merubah paradigma berpikir tradisionalis. agama “Islam”. Dalam beberapa hal, Islam Liberal kerap mendapat kecaman karena
kebebasannya dalam berpikir. Saking bebasnya, kitab suci lantas dianggap sebagai
Sebagai pemikiran yang bertolak dari tradisi, neo-tradisionalisme melihat bahwa Islam produk budaya, sehingga sakralitasnya pun menjadi nihil.
selaras dengan kebudayaan lokal tempat dimana Islam berkembang. Istilah populernya
adalah pribumisasi Islam yang tidak sepakat kalau proses Islamisasi diarahkan pada Keragaman pemikiran tersebut tentu menjadi warna tersendiri bagi perkembangan
proses Arabisasi. Pribumisasi Islam ini bukanlah Jawanisasi atau sinkretisme, melainkan pemikiran Islam kontemporer di Indonesia. Bahkan corak pemikiran diatas hanya bentuk
hanya pandangan yang cenderung bersikap inklusif (terbuka) atas realitas  lokal. Di pengelompokan yang dilakukan satu orang kemudian diikuti oleh beberapa orang
samping itu, dalam persoalan bernegara, kelompok ini tidak melihat bahwa Islam lainnya. Masih banyak lagi orang yang mengelompokkan pemikiran keislaman, yang
memiliki bentuk Negara, sebab yang terpenting adalah etika kemasyarakatannya. tentu bisa jadi lebih sedikit atau bahkan lebih banyak dari yang sudah diungkapkan di
atas.
Ketiga, Islam Neo-Modernis. Pada mulanya, muncul istilah Islam modernis dalam
rangka menyesuaikan diri dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan Yang perlu digaris bawahi, peta pemikiran ini tidak dimaksudkan berupa tingkatan; dari
ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Karena pada kenyataannya, Islam saat itu yang awal masih kolot, kemudian berlanjut sampai yang akhir yang paling relevan.
Bukan! Pengelompokan ini hanya sebatas pemetaan memetakan, untuk mempermudah Dalam kontek keindonesiaan, Greg Fealy dan Bubalo mengkategorikan arus utama
pemahaman. Karena masing-masing gerakan pemikiran tersebut tentu memiliki gerakan Islamisme (Islam Transnasional) ada di tiga kelompok. Ikwanul Muslimin,
kelebihan dan kekurangan. Sekarang tinggal tugas pembaca untuk menentukan pilihan; Kelompok Salafi dan Kelompok Jihadi. Sedangkan menurut edaran dari Badan Intelegen
mau bergabung dengan yang mana? Negara (BIN), setidaknya ada enam kelompok keislaman yang termasuk dalam kategori
Islam Transnasional, yakni; Ikhwanul Muslimin (IM), Kelompok Jihadi, Hizbut Tahrir
Gerakan Islam Transnasional (HT), Kelompok Salafi, Jamaah Tabligh (gerakan Dakwah), serta Syiah.[8]
Pembahasan ini sebenarnya memiliki keterkaitan dengan pemetaan pemikiran Islam
kontemporer yang sudah diulas sebelumnya. Di Indonesia, gerakan Islam berideologi Pertama, Ikhwanul Muslimin. Jaringan ini sangat fleksibel dan setengah tertutup. Nama
transnasional ini dipopulerkan pertama kali oleh Ketua Umum PBNU, KH. Hasyim geraknnya berbeda-beda disetiap Negara. Meskipun demikian, semua disatukan oleh
Muzadi (yang wafat 16 Maret 2017) pada pertengahan 2007 silam. Istilah ini merujuk pemikiran dan metodologi Ikhwan. Kekuatan utama gerakan ini ada pada kelompok-
pada ideologi keagamaan lintas Negara yang sengaja diimpor dari luar dan kelompok pengajian (halaqoh). Di perguruan tinggi ada gerakan tarbiyah yang
dikembangkan di Indonesia. Menariknya, ideolog ini menurut Hasyim Muzadi tidak berkembang underground pada era 80 sampai 90-an di bawah tekanan rezim Soeharto.
hanya datang dari Timur Tengah, tapi juga dari Barat. Konsolidasi ini menemukan momentumnya ketika Soeharto tumbang. Kemudian
KAMMI yang berdiri pada April 1998, sebagian pemimpinnya mendirikan PKS, dulu
Dalam tradisi pers Barat, labeling ideologi transnasional senada dengan Partai Keadilan.
fundamentalisme—istilah untuk menyebut sesuatu yang terkait dengan aktivitas politik,
ekstrimisme, fanatisme, terorisme, dan anti-Amerikanisme. Sebagian akademisi Kedua, Kelompok Jihadi (Ikhwani dan Salafi). Gerakan ini muncul dipicu oleh perang
menyebut gerakan Islam Transnasional mirip dengan gerakan “Islamisme”. Hal itu Afganistan, dengan bahan baku utama gerakan Ikwan sayap radikal dan Salafy sayap
merujuk pada pandangan yang berusaha melihat Islam sebagai ideologi yang tak hanya radikal. Pertemuan kedua gerakan itulah yang menjadi tiang utama gerakan Jihadi. Di
harus diterapkan dalam wilayah politik, tapi juga pada segala dimensi kehidupan Indonesia sendiri, bahan baku gerakan Jihadi berasal dari aktivis Darul Islam (DI) Faksi
masyarakat modern. Abdullah Sungkar. Dalam konteks rekrutmen dan pematangan jamaah jihad, Abdullah
Sunkar dan Baasyir merupakan tokoh kunci. Basis pendukung gerakan Jihadi umumnya
Jika secara substansial, pengertian transnasional sejalan dengan Islamisme, maka masih didominasi pengikut DI, khususnya jaringan pesantren Ngruki serta alumni Afgan
fenomena gerakan ini bisa ditarik ke belakang pada akar sejarah kebangkitan dan dan Moro.
pembaruan Islam yang berkembang di Timur Tengah sejak abad ke-18.  Gerakan yang
dikembangkan Abdul Wahab untuk kembali pada ajaran “Islam asli” ini membayang- Ketiga, Hizbut Tahrir (HT). Gerakan HT di Indonesia berawal dari para aktivis masjid
bayangi lahirnya Ikhwanul Muslimin (IM) oleh Hassan al-Banna di Mesir pada 1928. kampus Mesjid Al-Ghifari, IPB Bogor. Dibentuk kemudian halaqah-halaqah (pengajian-
Setelah kematiannya di akhir 50-an, gagasan ideologi selanjutnya dikobarkan oleh pengajian kecil) untuk mengeksplorasi gagasan-gagasan HT. Sebuah konferensi
Sayyid Qutb. Internasional soal Khilafah Islamiyah digelar di Istora Senayan pada 2002. Konferensi
tersebut juga menandai lahirnya organisasi Hizbut Tahrir di Indonesia. Organisasi ini
Pada era 50-an pula Taqiudin an-Nabhani mendirikan Hizbut Tahrir di Yerussalem langsung memproklamirkan diri sebagai partai politik yang berideologi Islam, namun
Timur yang waktu itu dikuasai Yordania. Gerakan IM kala itun ditudingnya terlalu menolak bergabung dengan sistem politik yang ada. Penolakan ini merupakan bentuk
moderat. Konflik Israel-Palestina dipandang Taqiyudin mencerminkan konflik yang baku dari HT Internasional.
lebih luas antara dunia Islam dan non-Islam. Untuk memenangkan pertarungan itu, ia
menilai perlu adanya khilafah Islamiyah internasioanl, yang diawali dari teritori kawasan Keempat, Kelompok Salafi. Gerakan Salafi Dakwah merupakan bagian dari paham
Arab dan kemudian membentang ke wilayah non-Arab. Wahabi. Gerakan ini baru muncul di Indonesia pada awal dekade 1980-an. Di Indonesia
sendiri, banyak sekali kalangan salafi termasuk sururiyah atau yang mempunyai kecenderungannya, maka jamaah Ikhwan, HT dan Syiah tampaknya paling berpotensi
pandangan yang berbeda dengan kalangan salafi puritan. Oleh karena modus untuk terus membesar. Ketiga jaringan ini untuk masa yang akan datang menjadi saingan
pengembangan berbasis pesantren, maka gerakan salafi di Indonesia umumnya serius gerakan Islam lokal. Gerakan Islam lokal (Sunni moderat) tampaknya paling
bertabrakan langsung dengan konstituen NU. Meskipun secara teoritis dapat seiring ketinggalan dalam kompetisi global ini. Hal ini karena, gerakan Islam lokal semata-mata
dengan Persis, namun dalam kenyataannya Salafi cenderung mengambil jarak dengan berbasis nation-state dan tidak mempunyai jaringan internasional yang kuat.
Persis. Salafi juga mengambil sikap konfrontatif dengan Ikhwan, Syiah maupun Jamaah
Tablig. NAHDLATUN NISA’
Oleh: Rif’atuz Zuhro2
Kelima, Jamaah Tabligh. Kelompok ini merupakan gabungan antara Wahabisme dan
Suffisme. Jamaah Tabligh di Indonesia mempunyai anggota yang cukup banyak dan Perbaikan kaderisasi di tubuh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sedikit dan
bervariasi, mulai dari artis seperti Gito Rollies sampai dengan tentara, kalangan banyaknya telah dirasakan oleh kader-kader PMII se-Indonesia, entah penerimaan di
profesional dll. Sasaran utama pengembangan Jamaah Tablig umumnya kalangan setiap kader daerah merasa semakin maju atau malah sebaliknya, tentu mereka
perkotaan terutama yang tidak menyukai aktivitas politik dan ada minat terhadap mempunyai takaran yang berbeda dalam sisi menentukan berkembang dan tidaknya.
sufisme. Sebanyak 20.000 anggota jamaah tabligh siap khuruj ke berbagai pelosok di Sebagai organisasi kaderisasi, jelas PMII tidak luput dari upaya-upaya upgrading baik
Indonesia. dalam segi materi, konten, silabus, atau bahkan akan dicetuskannya kurikulum dalam
ber-PMII. Termasuk memberikan ruang terbuka untuk kader-kader Korp PMII putri
Keenam, Syiah. Secara kultural, Syi’ah telah masuk ke Indonesia bersamaan dengan (Kopri) untuk memperbaiki dan menyerukan perubahan dalam ranah publik.
kedatangan Islam ke Nusantara melalui jalur perdagangan dan dakwah dalam bentuknya
yang taqiyah. Setelah terjadi Revolusi Islam Iran (1979), pada awal gerakannya bersifat Tiga tahun terakhir, PB PMII memperkenalkan istilah baru yang sebelumnya belum
intelektual, namun sejak kehadiran alumnus Qum gerakan Syi’ah mulai mengembangkan digunakan dalam kaderisasi formal PMII dalam membungkus istilah pergerakan kaum
Fiqh Syi’ah, sehingga muncullah lembaga-lembaga Syi’ah. Syi’ah di Indonesia ada dua perempuan, yakni Nahdlatun Nisa’ atau kebangkitan perempuan. Bisa jadi dua
corak; (1) Syi’ah Politik, untuk membentuk Negara Islam (para pengikut ide-ide politik kemungkinan, pertama untuk membuat hubungan PMII dan NU semakin terlihat
dan intelektual Syi’ah); (2) Syi’ah non politik, untuk membentuk masyarakat Syi’ah harmonis (setelah keputusan Muktamar ke-33  NU di Jombang yang memutuskan PMII
(para pengikut fiqhiyah syi’ah). sebagai banom kemahasiswaan NU), istilah yang biasanya nampak liberal seperti gender
dan feminisme lantas dibungkus dengan istilah Nahdlatun Nisa’. Kedua, memang ada
Gerakan Islam Transnasional ini masih akan terus berkembang luas di masyarakat niatan baik untuk memberikan ruang bahkan mendorong kader Kopri untuk bangkit
Indonesia. Untuk sementara ini, konflik besar antara gerakan Islam lokal dan gerakan dengan membawa perubahan dalam masyarakat di berbagai sektor, seperti sosial, politik,
Islam Transnasional memang belum terjadi. Namun, letupan-letupan kecil sudah terjadi, pendidikan, budaya, dan ekonomi.
seperti kasus di NTB. Perlu diketahui, meskipun sesama jaringan internasional di
Indonesia ternyata terlibat ketegangan yang kuat. Jamaah Ikhwan umpamanya, tidak Dalam tubuh Nahdlatul Ulama (NU) sendiri terdapat IPPNU, Fatayat NU, dan Muslimat
pernah bertemu dengan HT. Sedangkan Salafi sangat getol mengecam gerakan Ikhwan, NU sebagai wadah perjuangan perempuan Nahdliyin. Bahkan ada salah satu tokoh
HT, maupun Jamah Tablig. Muslimat NU favorit penulis yakni mantan ketua umum PP Muslimat NU yakni Asmah
Sjachruni yang terkenal dengan sebutan singa podium. Ada kalimatnya yang terangkai
Meskipun terjadi persaingan yang serius, semua gerakan transnasional tersebut ternyata rapi yang dapat menyulut api semangat perempuan Nahdliyin.  
bertemu dalam agenda terwujudnya pemerintahan Islam. Kecuali Salafi Dakwah dan
Jamaah Tablig yang, untuk sementara, bersifat apolitik. Apabila melihat 2
Penulis adalah Sekretaris I PC PMII Jombang periode 2016-2017
belenggu yang mengikat kaki dan tangannya, tidak hanya dirinya namun juga saudara
“Jangan meminta jatah atau keistimewaan karena kodrat perempuan kita. Tapi kita sesama manusianya yang disebut perempuan.
harus menuntutnya jika memang layak untuk kita. Jadi, ada perjuangan. Kalau perlu
kita rebut posisi itu dengan argumentasi yang tepat. Itu namanya berjuang. Jangan Tidaklah mungkin, perjuangan tanpa ideologi yang jelas, dunia tanpa ideologi akan
sekali-kali berharap diberi. Tak bakalan wanita akan diberi hak-hak yang lebih tinggi hancur dan berantakan, begitupun juga dengan Kopri, garis perjuangan politik atau jihad
oleh kaum pria.” sistematis yang berlandaskan Aswaja harus tertata dan dijiwai dengan tepat. Pembacaan
teks dan konteks keadaan harus dibaca dengan cermat dan tegas oleh perempuan. Nilai
Asmah Sjacruni, ia adalah salah satu tokoh perubahan yang lahir dari rahim Muslimat tawar, penyaluran kader, jelas mesti di perkuat di berbagai sektor. Tentu tidak hanya
NU, karakter cerdas, kuat, tegas akan nampak apabila pembaca mau mengenal lebih dalam ranah politik, namun penyaluran kader mesti harus sesuai dengan minat dan bakat
dalam lagi sosok perempuan baja tersebut. Selain itu, banyak tokoh-tokoh perempuan kader itu sendiri.
NU lintas generasi yang patut diteladani, seperti Ny Khoiriyah Hasyim, Ny Mahmudah
Mawardi, dll. Terbaru, Menteri Sosial RI Hj Khofifah Indar Parawansah, ketua umum PP Berdasarkan kurikulum PB Kopri PMII, terdapat tiga pilar yang harus diperjuangkan
Muslimat NU periode 2017-2022 yang  juga merupakan alumnus PMII yang lahir dari oleh kader putri. Pertama, Al-Khuriyah atau pembebasan (kemerdekaan), kader putri
rahim Kopri. Mungkin, (opini penulis) inilah yang menjadi harapan besar untuk harus mempunyai dasar dan mental yang kuat untuk membebaskan dirinya sendiri
membawa pergerakan kader puteri PMII untuk mengerucut sebagai basis kaderisasi dari terlebih dahulu, bebas dari kebodohan, kejumudan, dan taqlid terhadap teks-teks yang
Muslimat NU, karena sudah terbukti, kader PMII mampu melahirkan kader mumpuni mengurung untuk berdzikir, berfikir, dan beramal shaleh lebih luas lagi. Setelah itu,
yang mampu menyokong dan membawa organisasi banom NU dengan apik. Namun, kader putri harus memberikan dampak positif untuk menyumbangkan pikiran dan
jelas pilihan tetap ada pada jati diri dan kemauan kader untuk menyalurkan hasrat jiwanya lebih luas lagi, yaitu mengamalkan ilmu dan pengetahuannya untuk
berjuang dalam ranah dan wadah yang mana. terbentuknya tatanan sosial yang adil makmur.

Mau tidak mau, kader Kopri memang harus bangkit, bangkit dari debat kusir dan Kedua, Al-Adalah atau keadilan, adil sejak dalam pikiran apalagi perbuatan. Itulah
mematangkan strategi untuk mengaplikasikan tujuan besar Kopri yakni, terbentuknya representasi dari Aswaja yang tidak hanya dimaknai sebagai manhaj al fikr, namun juga
pribadi muslimah Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, alharakah maupun assiyasah. Ketiga, AlMusawwamah atau kesetaraan, yang dimaksud
cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen di sini adalah kesetaraan kesamaan hak untuk mendapatkan ruang dan akses publik untuk
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.  mengamalkan ilmu dan pengetahuan seluas-luasnya.

Kopri merupakan bagian dari instrument membumikan ideologi Aswaja, oleh karena itu, Aswaja Kopri hadir bukan hanya hadir berdimensi dengan nuansa spiritual, akan tetapi
kader Kopri harus cerdas mengurai secara sistematis tentang Aswaja serta posisi dan harus mampu tampil sebagai narasi yang bisa memberikan solusi untuk bangsa. Seperti,
pembacaannya terhadap konteks kebutuhan terkini untuk sebuah misi pembebasan dari penyadaran budaya patriarki, kapitalisme pasar, imperialisme atau penjajahan gaya baru,
ketidakadilan. Kekerasan, marginalisasi, stereotype, subordinasi, dan beban ganda masih dan fasisme religius atau pemasungan hak-hak perempuan dengan dalil agama, sehingga
sangat akrab dengan perempuan Indonesia. muncul tafsir misogenis.

Apabila pergerakan kader Kopri masih stagnan dan setia berjalan di tempat, jangankan Tidak kalah penting, untuk terwujudnya misi Nahdlatun Nisa’, kader Kopri juga harus
berkontribusi untuk membawa perubahan, dikenal masyarakatpun tidak. Karenanya, melek dan cakap dalam dunia literasi sebab kita tidak dapat membendung perubahan
perempuan harus kuat dan progresif dalam mengamalkan ilmunya, proaktif melepaskan monopoli zaman yang kerap disalahgunakan. Kader Kopri harus turut mengambil peran
membendung isu-isu yang menggelembungkan ketidakharmonisan Islam dan Indonesia,
karena asas dari Kopri adalah Pancasila, serta berkontribusi untuk menyampaikan pesan Pengertian Paradigma dalam khazanah ilmu sosial, ada beberapa pengertian
dan gagasan perubahan dengan matang melalui media massa maupun media sosial. Oleh paradigma yang dibangun oleh oleh para pimikir sosiologi. Salah satu diantaranya adalah
karena itu cakap dalam orasi, literasi, dan aksi adalah rumus untuk mewujudkan G. Ritzer yang memberi pengertian paradigma sebagai pandangan fundamental tentang
Nahdlatun Nisa’ dapat lahir dari rahim Kopri. apa yang menjadi pokok persoalan dalam ilmu. Paradigma membantu apa yang harus
dipelajari, pertanyaan yang harus dijawab, bagaimana semestinya pertanyaan-pertanyaan
Paradigma Kritis Transformatif itu diajukan dan aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menafsirkan jawaban yang
Oleh: Nur Sayyid Santoso Kristeva, M.A. diperoleh. Paradigma merupakan kesatuan consensus yang terluas dalam suatu bidang
Alumnus UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta & Pascasarjana Sosiologi Fisipol UGM, ilmu dan membedakan antara kelompok ilmuwan. Menggolongkan, mendefinisikan dan
Kader Kultural PMII Daerah Istimewa Jogjakarta. 085 647 634 312/ yang menghubungkan antara eksemplar, teori, metode serta instrumen yang terdapat di
nuriel.ugm@gmail.com dalamnya.
Mengingat banyaknya difinisi yang dibentuk oleh para sosiologi, maka perlu
Prawacana ada pemilihan atau perumusan yang tegas mengenai definisi paradigma yang hendak
Paradigma merupakan sesuatu yang vital bagi pergerakan organisasi, karena dimabil oleh PMII. Hal ini perlu dilakukan untuk memberi batasan yang jelas mengenai
paradigma merupakan titik pijak dalam membangun konstruksi pemikiran dan cara paradigma dalam pengertian komunitas PMII agar tidak terjadi perbedaan persepsi dalam
memandang sebuah persoalan yang akan termanifestasikan dalam sikap dan dan perilaku memaknai paradigma. Berdasarkan pemikiran dan rumusan yang disusun oleh para ahli
organisasi. Disamping itu, dengan paradigma ini pula sebuah organisasi akan menetukan sosiologi, maka pengertian paradigma dalam masyarakat PMII dapat dirumuskan sebagai
dan memilih nilai-nilai yang universal dan abstrak menjadi khusus dan praksis titik pijak untuk menentukan cara pandang, menyusun sebuah teori, menyusun
operasional yang akhirnya menjadi karakteristik sebuah organisasi dan gaya berpikir pertanyaan dan membuat rumusan mengenai suatu masalah.
seseorang. Lewat paradigma ini pemikiran seseorang dapat dikenali dalam melihat dan
melakukan analisis terhadap suatu masalah. Dengan kata lain, paradigma merupakan
Organisasi PMII selama ini belum memiliki paradigma yang secara definitive cara dalam “mendekati”obyek kajianya (the subject matter of particular dicipline) yang
menjadi acuan gerakan. Cara pandang dan bersikap warga pergerakan selama ini ada dalam ilmu pengetahuan. Orientasi atau pendekatan umum (general orientations) ini
mengacu pada nilai dasar pergerakan (NDP). Karena tidak mengacu pada kerangka didasarkan pada asumsi-asumsi yang dibangun dalam kaitan dengan bagaimana
paradigmatik yang baku, upaya merumuskan dan membnagun kerangka nilai yang dapat “realitas” dilihat. Perbedaan paradigma yang digunakan oleg seseorang dalam
diukur secara sistematis dan baku, sehingga warga pergerakan sering dihadapkan pada memandang suatu masalah, akan berakibat pada timbulnya perbedaan dalam menyusun
berbagai penafsiran atas nilai-nilai yang menjadi acuan yang akhirnya berujung pada teori, membuat konstruk pemikiran, cara pandang, sampai pada aksi dan solusi yang
terjadinya keberagaman cara pandang dan tafsir atas nilai tersebut. Namun demikian, diambil. Pilihan Paradigma PMII disamping terdapat banyak pengertian mengenai
dalam masa dua periode kepengurusan terakhir (sahabat Muhaimin Iskandar dan sahabat paradigma, dalam ilmu sosial ada berbagai macam jenis paradigma. Melihat realitas yang
Saiful Bachri Anshori) secara factual dan operasional ada karakteristik tertentu yang ada di masyarakat dan sesuai dengan tuntutan keadaan masyarakat PMII baik secara
berlaku dalam warga pergerakan ketika hendak melihat, menganalisis, dan menyikapi sosiologis, politis dan antropologis maka PMII memilih paradigma kritis-transformatif
sebuah persoalan, yaitu sikap kritis dengan pendekatan teorti kritis. Dengan demikian sebagai pijakan gerakan organisasi.
secara umum telah berlaku paradigma kritis dalam tubuh warga pergerakan. Sikap
seperti ini muncul ketika PMII mengusung sejumlah gagasan mengenai demokratisasi, Paradigma Kritis-Transformatif PMII
civil society, penguatan masyarakat dihadapan negara yang otoriter, sebagai upaya Dari penelusuran yang cermat atas paradigma kritis, terlihat bahwa paradigma
aktualisasi dan implementasi atas nilai-nilai dan ajaran kegamaan yang diyakini. kritis sepenuhnya merupakan proses pemikiran manusia. Dengan demikian ia adalah
secular. Kenyataan ini yang membuat PMII dilematis, karena akan mendapat tuduhan
secular jika pola pikir tersebut diberlakukan. Untuk menghindari tudingan tersebut, maka ilmu sosial sebagai bagian integral dari teologi. Untuk menjelaskan teologi menjadi
diperlukan adanya reformulasi penerapan paradigma kritis dalam tubuh warga antropologi, Hanafi memaknai teologi sebagai Ilmu Kalam. Kalam merupakan realitas
pergerakan. Dalam hal ini, paradigma kritis diberlakukan hanya sebatas sebagai menusia sekaligus Ilahi. Kalam bersifat manusiawi karena merupakan wujud verbal dari
kerangka berpikir dan metode analisis dalam memandang persoalan. Dengan sendirinya kehendak Allah kedalam bentuk manusia dan bersifat Ilahi karena datang dari Allah.
ia harus diletakkan pada posisi tidak diluar dari ketentuan agama, sebaliknya justru ingin Dalam pemikiran Hanafi, kalam lebih besifat “praktis” dari pada “logis”, karena
mengembalikan dan memfungsikan ajaran agama yang sesungguhnya sebagaimana kalam sebagi kehendak Allah-memiliki daya imperaktif bagi siapapun kalam itu
mestinya. Dalam hal ini penerapan paradigma kritis bukan menyentuh pada hal-hal yang disampaikan. Pandangan Hanafi tentang teologi ini berbeda dengan teologi Islam yang
sifatnya sacral, tetapi pada pesoalan yang profan. secara tradisional dimengerti sebagai ilmu yang berkenaan dengan pandangan mengenai
Lewat paradigma kritis di PMII berupaya menegakkan sikap kritis dalam akidah yang benar. Mutakallimin sering disebut sebagai “ahl al-ra’yu wa al-nadaar”
berkehidupan dengan menjadikan ajaran agama sebagai inspirasi yang hidup dan yang muncul untuk menghadapi “ahl-albid’ah” yang mengancam kebenaran akidah
dinamis. Sebagaimana dijelaskan di atas, pertama, paradigma krirtis berupaya Islam. Dua kelompok ini akhirnya berhadapan secara dialektis. Akan tetapi dialektika
menegakkan harkat dan martabat kemanusiaan dari berbagai belenggu yang diakibatkan mereka bukanlah dialektika tindakana, tetapi dialektika kata-kata. Gagasan teologi
oleh proses sosial yang bersifat profan. Kedua, paradigma kritis melawan segala bentuk sebagai antropologi yang disampaikan oleh Hasan Hanafi sebenarnya justru ingin
dominasi dan penindasan. Ketiga, paradigma kritis membuka tabir dan selubung menempatkan ilmu kalam sebagai ilmu tentang dialektika kepentingan orang-orang yang
pengetahuan yang munafik dan hegemonic. Semua ini adalah semangat yang dikandung beriman dalam masyarakat tertentu. Dalam pemikiran Hassan Hanafi, ungkapan “teologi
oleh Islam. Oleh karenanya, pokok-pokok pikiran inilah yang dapat diterima sebagai titik menjadi antropologi” merupakan cara ilmiah untuk mengatasi ketersinggungan teologi
pijak paradigma kritis di kalangan warga PMII. Contoh yang paling konkrit dalam hal ini itu sendiri. Cara ini dilakukan melalui pembalikan sebagaimana pernah dilakukan oleh
bisa ditunjuk pola pemikiran yang menggunakan paradigma kritis dari berbagai Karl Marx terhadap filasafat Hegel. Upaya ini tampak secara provokatif dalam artikelnya
intelektual Islam diantaranya: “ideologi dan pembangunan “lewat sub-judul; dari tuhan ke bumi, dari keabadian ke
waktu, dari taqdie ke hendak bebas, dan dari otoritas ke akal, dari teologi ke tindakan,
Hassan Hanafi dari kharisma ke partisipasi massa, dari jiwa ke tubuh, dari eskatologi ke futurology.
Penerapan paradigma kritis oleh Hasan Hanafi ini terlihat jelas dalam konstruksi
pemikiranya terhadap agama. Dia menyatakan untuk memperbaharui masyarakat Islam Mohammad Arkoun
yang mengalami ketertingalan dalam segala hal, pertama-tama diperlukan analisis sosial. Arkoun menilai bahwa pemikiran Islam, kecuali dalam beberapa usaha
Menurutnya selama ini Islam mengandalkan otoritas teks kedalam kenyataan. Dia pembaharuan kritis yang bersifat sangat jarang dan mempunyai ruang perkembangan
menemukan kelemahan mendasar dalam metodologi ini. pada titik ini dia memberikan yang sempit sekali, belum membuka diri pada kemodernan pemikiran dan karena itu
kritik tajam terhadap metode trandisional teks yang telah mengalami ideologis. Untuk tidak dapat menjawab tantangan yang dihadapi umat muslim kontemporer. Pemikiran
mengembalikan peran agama dalam menjawab problem sosial yang dihadapi Islam dianggapnya “naif” karena mendekati agama atas dasar kepercayaan langsung
masyarakat, Hasan Hanafi mencoba menggunakan metode “kritik Islam” yaitu metode tanpa kritik. Pemikiran Islam tidak menyadari jarak antara makna potensial terbuka yang
pendefinisian realitas secara kongkret untuk mengetahui siapa memiliki apa, agar realitas diberikan wahyu Ilahi dan aktualisasi makna itu dalam sejumlah makna yang
berbicara dengan dirinya sendiri. Sebagai realisasi dari metode ini, dia menawarkan diaktualisasikan dan dijelmakan dalam berbagai cara pemahaman, penceritaan dan
“desentralisasi Ideologi” dengan cara menjalankan teologi sebagai antropologi. Pikiran penalaran khas masyarakat teetentu ataupun dalam berbagai wacana khas ajaran teologi
ini dimaksudkan untuk menyelamatkan Islam agar tidak semata-mata menjadi sistem dan fiqh tertentu. Pemikiran Islam juga tidak menyadari bahwa dalam proses itu bukan
kepercayaan (sebagai teologi parexellence), melainkan juga sebagai sistem pemikiran. hanya pemahaman dan penafsiran tertentu ditetapkan dan diakui, melainkan pemahaman
Usaha Hasan Hanafi ini ditempuh dengan mengadakan rekontruksi terhadap teologi dan penafsiran lain justru disingkirkan. Hal-hal itu baru didalami oleh berbagai ilmu
tradisional yang telah mengalami pembekuan dengan memasukkan hermeneutika dan pengetahuan modern, yang ingin dimasukkan arkoun ke dalam pemikiran Islam.Karena
krituknya terlalu krirtis ini, Arkoun sering memberikan jawaban diluar kelazimanumat paradigma kritis saja tidak cukup untuk melakukan transformasi sosial, karena
Islam (Uncommon Answer) ketika menjawab problem-prolem kehidupan yang dialami paradigma kritis hanya berhenti pada dataran metodologis konsepsional untuk
umat Islam. Jawaban seperti inu terlihat jelas dalam penerapan teori pengetahuan (theory mewujudkan masyarakat yang komunikatif dan sikap kritis dalam memandang realitas.
of knowledge). Paradigma kritis hanya mampu menelanjangi berbagai tendensi ideologi, memberikan
Teori pengetahuan ini meliputi landasan epistimpologi kajian tentang studi– perspektif kritis dalam wacana agama dan sosial, namun ia tidak mampu memberikan
studi agama Islam. Dalam hal ini Arkoun membedakan wacana ideologis, wacana perspektif perubahan pasca masyarakat terbebaskan. Pasca seseorang terbebaskan
rasional, dan wacana profetis. Setiap wacana memiliki watak yang berbeda sehingga melalui perspektif kritis, paradigma kritis tidak memberikan tawaran yang praktis.
diperlukan kesesuaian dengan wataknya. Selama ini orang dengan mudah menyatakan Dengan kata lain, paradigma kritis hanya mampu melakukan analisis tetapi tidak mampu
melakukan kajian secara ilmiah, akan tetapi itu tidak hanya dilakukan oleh orang-orang melakukan organizing, menjembatani dan memberikan orientasi kepada kelompok
muslim, melainkan juga oleh orang-orang barat yang mengideologikan sikap mereka gerakan atau rakyat. Paradigma kritis masih signifikan untuk digunakan sebagai alat
dalam memandang Islam. Salah satu corak ideologi adalah unsur kemadegan (tidak analisis social, tetapi kurang mampu untuk digunakan dalam perubahan sosial. Karena ia
dinamis), resistensi (tidak kritis) dan demi kekuatan (tidak transformatif). Untuk tidak dapat memberikan perspektif dan orientasi sebagai kekuatan bersejarah dalam
merealisasikan jawaban tersebut Arkoun berusaha meletakkan dogma, interpretasi dan masyarakat untuk bergerak. Karenanya, paradigma kritis yang digunakan di PMII adalah
teks secara proporsional. Upaya ini dilakukan untuk membuka dialog terus-menerus kritik yang mampu mewujudkan perubahan sehingga menjadi paradigma kritis
antara agama dengan realitas untuk menentukan wilayah-wilayah mana dari agama yang transformatif. Paradigma kritis transformatif PMII dipilih sebagai upaya menjembatani
bisa didialogkan dan diinterpretasikan sesuai dengan konteksnya. Kedua pola pikir dari kekurangan-kekurangan yang ada dalam paradigma kritis pada wilayah-wilayah turunan
intelektaual Islam di atas merupakan sedikit contoh yang bisa dijadikan model dari bacaan kritisnya terhadap realitas. Dengan demikian paradigma kritis transformatif
bagaimana paradigma kritis diberlakukan dalam wilayah pemikiran keagamaan. dituntut untuk memiliki instrumen-instrumen gerak yang bisa digunakan oleh PMII
Disamping kedua pemikir Islam diatas sebenarnya masih banyalk pemikir lain mulai dari ranah filosofis sampai praksis.
yang menerapkan pemikiran kritis dalam mendekati agama, misalnya Abdullah Ahmed
An-naim, Asghar Ali Enggineer, Thoha Husein, dan sebagainya. Dari kedua contoh Dasar Pemikiran Paradigma Kritis Transformatif PMII.
diatas terlihat bahwa paradigma kritis sebenarnya berupaya membebaskan manusia Ada bebarapa alasan yang menyebabkan PMII harus memilih paradigma kritis
dengan semangat dan ajaran agama yang lebih fungsional. Dengan kata lain, kalau sebagai dasar untuk bertindak dan mengaplikasikan pemikiran serta menyusun cara
paradigma kritis Barat berdasarkan pada semangat revolusioner sekuler dan dorongan pandang dalam melakukan analisa: Pertama, masyarakat Indonesia saat ini sedang
kepentingan sebagai dasar pijakan, maka paradigma kritis PMII justru menjadikan nilai- terbelenggu oleh nilai-nilai kapitalisme modern. Kesadaran masyarakat dikekang dan
nilai agama yang terjebak dalam dogmatisme itu sebagai pijakan untuk membangkitkan diarahkan pada satu titik yaitu budaya massa kapitalisme dan pola pikir positivistic
sikap kritis melawan belenggu yang kadang disebabkan oleh pemahaman yang modernisme. Pemikiran-pemikiran seperti ini sekarang telah menjadi sebuah berhala
distortif.Jelas ini terlihat ada perbedaan yang mendasar penerapan paradigma kritis yang mengahruskan semua orang untuk mengikatkan diri padanya. Siapa yang tidak
antara barat dengan Islam (yang diterapkan PMII). Namun demikian harus diakui adanya melakukan, dia akan ditinggalkan dan dipinggirkan. Eksistensinya-pun tidak diakui.
persamaan antara keduanya yaitu dalam metode analisa, bangunan teoritik dan semangat Akibatnya jelas, kreatifitas dan pola pikir manusia menjadi tidak berkembang. Dalam
pembebasan yang terkandung didalamnya. Jika paradigma kritis ini bisa diterapkan kondisi seperti ini maka penerapan paradigma kritis menjadi suatu keniscayaan.
dikalangan warga pergerakan, maka kehidupan keagamaan akan berjalan dinamis, Kedua, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, baik etnik,
berjalanya proses pembentukan kultur demokratis dan penguatan civil society akan tradisi, kultur maupun kepercayaan. Kondisi seperti ini sangat memerlukan paradigma
segera dapat terwujud. Dan kenyataan ini terwujud manakala masing-masing anggota kritis, karena paradigma ini akan memberikan tempat yang sama bagi setiap individu
PMII memahami secara mendalam pengertian, kerangka paradigmatic dan konsep maupun kelompok masyarakat untuk mengembangkan potensi diri dan kreatifitasnya
teoritis dari paradigma kritis yang dibangun oleh PMII. Dalam pandangan PMII,
secara maksimal melalui dialog yang terbuka dan jujur. Dengan demikian potensi tradisi Strategi Pengembangan PMII
akan bisa dikembangkan secara maksimal untuk kemanusiaan. Oleh: Muhammad Santoso3
Ketiga, sebagaimana kita ketahui selama pemerintahan Orde Baru berjalan
sebuah sistem politik yang represif dan otoriter dengan pola yang hegemonic. Akibatnya Prolog
ruang publik (public sphere) masyarakat hilang karena direnggut oleh kekuatan negara. Rencana strategi pembinaan dan pengembangan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
Dampak lanjutannya adalah berkembangnya budaya bisu dalam masyarakat, sehingga (PMII) merupakan garis-garis besar pembinaan dan pengembangan, serta perjuangan
proses demokratisasi terganggu karena sikap kritis diberangus. Untuk mengembangkan sebagai pernyataan kehendak warga PMII yang hakikatnya adalah pola dan umum
budaya demokratis dan memperkuat civil society dihadapan negara, maka paradigma program jangka panjang dalam mewujudkan tujuan organisasi. Rencana strategi menjadi
kritis merupakan alternatif yang tepat. sangat penting karena agar langkah PMII menjadi lebih teratur, terarah, terpadu dan
Keempat, selama pemerintahan orde baru yang menggunakan paradigma sustainable (berkelanjutan). Rencana strategi nanti akan menjadi bagian dari
keteraturan (order paradigma) dengan teori-teori modern yang direpresentasikan melalui implementasi dari idea dalam ketentuan ideal konstitusional dan produk-produk historias
ideologi developmentalisme, warga PMII mengalami proses marginalisasi secara hampir serta analisis antisipatif serta prediksi PMII ke depan. Hal ini juga merupakan bagian
sempurna. Hal ini karena PMII dianggap sebagai wakil dari masyarakat tardisional. program-program menyeluruh, teratur dan terpadu yang berlangsung secara terus-
Selain itu, paradigma keteraturan memiliki konsekuensi logis bahwa pemerintah harus menerus. Rencana strategi yang akan dibahas secara utuh adalah agar mewujudkan
menjaga harmoni dan keseimbangan social yang meniscayakan adanya gejolak social tujuan PMII yang termaktub dalam Anggaran Dasar Bab IV Pasal 4 yaitu: Terbentuknya
yang harus ditekan seecil apapun. Sementara perubahan harus berjalan secara gradual Pribadi Muslim Indonesia Berilmu yang Bertaqwa Kepada Allah SWT, berbudi luhur,
dan perlahan. Dalam suasana demikian, massa PMII secara sosilogis akan sulit cakap, bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen
berkembangkarena tidak memiliki ruang yang memadai untuk mengembangkan diri, memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
mengimplementasikan kreatifitas dan potensi dirinya.
Kelima, Selain belenggu sosial politik yang dilakukan oleh negara dan sistem Pembinaan dan Pengembangan PMII
kapitalisme global yang terjadi sebagai akibat perkembangan situasi, factor yang secara Pembinaan dan pengembangan PMII adalah upaya pendidikan, baik formal maupun
spesifik terjadi dikalangan PMII adalah kuatnya belenggu dogmatisme agama dan tradisi. informal yang dilaksanakan secara sadar dan terencana, terarah, serta bertanggung jawab
Dampaknya, secara tidak sadar telah terjadi berbagai pemahaman yang distortif dalam rangka menanamkan, menumbuhkan dan membimbing dan mengembangkan
mengenai ajaran dan fungsi agama. Terjadi dogmatisme agama yang berdampak pada suatu kepribadian yang utuh. Pembinaan dan pengembangan bertujuan untuk
kesulitan membedakan mana yang dogma dan mana yang pemikiran terhadap dogma. memberikan pengetahuan, keterampilan dan keahlian serta membentuk mental spiritual
Agamapun menjadi kering dan beku, bahkan tidak jarang agama justru menjadi berakhlak karimah sesuai bakat dan minat serta kemampuan sebagai bekal selanjutnya
penghalang bagi kemajuan dan upaya penegakan nilai kemanusiaan. Menjadi penting atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya
artinya sebuah upaya dekonstruksi pemahaman keagamaan melalui paradigma kritis. maupun lingkungan secara optimal. Dari bekal yang capai sebagai sistem gerak PMII
dalam mencapai cita-cita. Proses pembinaan dan pengembangan harus berjalan secara
rutin agar kaderisasi berjalan secara berkelanjutan.

3
Penulis adalah Koordinator Biro Pengkaderan di PMII Komisariat Walisongo Semarang.
Modal Dasar menggunakan baju organisasi maupun organ gerakan lainnya. Ketiga. Advokasi
yang intens dengan pendampingan sosial kemasyarakat maupun advokasi
1. PMII merupakan organisasi kemasyarakatan yang eksistensinya dijamin oleh wacana. Keempat, politisi baik keterlibatan dalam panggung pun konstelasi
UUD 1945 dan karena itu menjadi aset bangsa dalam melakukan pembinaan dan politik maupun persinggungan dengan dunia politik. Kelima, kecenderungan
pengembangan generasi muda khususnya mahasiswa. profesional dan entrepreneur. Hanya saja persebaran tipologi kader ini tidak
2. Nilai Dasar Pergerakan (NDP) sebagai nilai prinsip ajaran Islam. Aswaja merata sehingga cenderung ada disparitas pranata satu cabang dengan lainnya.
merupakan sumber motivasi dan inspirasi pergerakan, sekaligus sebagai
pendorong, penggerak berpijak dalam kehidupan pribadi insan PMII. Faktor Dominan
Dalam menggerakan dan memanfatkan modal dasar untuk mencapai tujuan PMII dengan
3. PMII sebagai organisasi mahasiswa Islam, mempunyai keterikatan dan tanggung landasan serta asas-asas di atas, perlu diperhatikan faktor-faktor dominan tersebut:
jawab dengan seluruh masyarakat bangsa Indonesia yang menganut sistem 1. Ideologi merupakan aspek dominan dari organisasi PMII yang berisi pandangan
keagamaan, dan kemasyarakatan yang sama yaitu Aswaja dan sistem hidup cita-cita serta sistem yang memberikan arah terhadap tingkah laku dari
kebangsaaan. setiap anggota PMII. PMII berakidah Ahlusunah Waljamaah dan atas dasar
akidah itulah PMII dengan penuh kesadaran berideologi Pancasila dalam
4. Kesejarahan PMII telah menunjukan kepeloporan dan patriotismenya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Akidah dan ideologi tersebut
menegakkan dan membela agama. Selain itu, PMII sebagai elemen civil society
merupakan faktor pendorong dan penggerak dalam proses pembinaan,
telah terbukti perannya dalam melakukan pendampingan masyarakat dalam usaha
pengembangan dan perjuangan organisasi sekaligus sebagai dasar berpijak dalam
melakukan proses demokratisasi di kalangan masyarakat dan sebagainya. Peran
menghadapi proses perubahan dan goncangan-goncangan di tengah-tengah
PMII dalam setiap perubahan, terutama dalam menegakkan reformasi secara
masyarakat. Pandangan terhadap wacana Islam yang inklusif Paradigma Kritis
total, dalam segala lapis kehidupan kemasyarakatan.
Transformatif dalam membangun masyarakat merupakan bagian yang tidak
5. Jumlah dan persebaran anggota PMII yang berada di seluruh wilayah Indonesia terpisahkan dalam diri PMII. Pola pandang keagamaan ini, merupakan faktor
sebagai sumber daya yang potensial. Dengan kemapanan setruktur organisasi dari dominan yang memiliki PMII dalam rangka pengembangan mendatang.
tingkat pusat sampai daerah, maka sosialisasi nilai dan gagasan serta kebijakan 2. Komuniatas Islam Ahlusunah Waljamaah sebagai sekelompok masyarakat
dapat berjalan secara efektif dan efisien. terbesar Indonesia merupakan wahana dan tempat pengabdian yang jelas bagi
PMII.
6. Kataqwaan kepada Allah merupakan acuan dasar dan sekaligus menjadi inspirasi
bagi peningkatan kualitas diri menuju kesempurnaan hidup manusia sebagai 3. Jumlah anggota PMII yang setiap tahunnya bertambah dengan kuantitas yang
hamba Allah SWT. cukup besar yang merupakan faktor strategis yang menentukan usaha pembinaan
generasi muda dalam proses kelahiran kader bangsa, skaligus menjadi pelanjut
7. Jumlah persebaran profesi alumni PMII merupakan bagian potensi bagi kepemimpinan organisasi.
pengembangan organisasi dan masyarakat.
4. Jumlah alumni yang setiap tahunnya bertambah sejak berdirinya tahun 1960
8. Tipologi kader yang beragam warga PMII yang merupakan modal utama dalam tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan bergerak dalam berbagai profesi dan
menyusun rencana strategi gerakan PMII. Setidaknya, ada 5 tipologi dan disiplin ilmu yang mengabdikan pada agama, masyarakat dan Negara.
kecenderungan. Pertama, intelektual baik akademik (scholar) maupun organic
(analisis/praktis). Kedua, gerakan mahasiswa (student movement), baik yang
5. Sumber dana dan fasilitas terbesar di berbagai komunitas dan kelompok terutama pengalaman nyata pergerakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
umat Islam merupakan aset yang perlu dikoordinir, dikembangkan sebagai bernegara sehingga PMII dapat benar-benar menjadi lembaga alternatif, baik
sumber dana perjuangan. Oleh Karena itu, PMII harus mampu menjalin pada dimensi pikiran maupun kualitas kepemimpinan dan sumber daya manusia.
hubungan organisasi yang saling bermanfaat dan memberikan nilai lebih antara
keduanya yang pada akhirnya PMII mempunyai sumber dana secara mandiri. 7. Tumbuhnya suatu situasi dan kondisi yang mencerminkan kekokohan PMII yang
berpijak pada nilai-nilai dan tradisi yang dimilikinya serta mampu mencari
alternatif yang paling mungkin dalam usaha untuk tidak terseret pada polarisasi
dan opini yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat yang dapat merugikan
Menegaskan Tujuan perjuangan mewujudkan cita-cita PMII.
Tujuan pembinaan dan pengembangan dan perjuangan PMII diarahkan pada 8. Tersedianya kader-kader yang mewadai baik secara kualitatif maupun kuatitaif
terbentuknya pribadi dan kondisi organisasi yang dapat mencapai tujuan dan cita-cita sebagai konsekuensi logis dari arah PMII sebagai organisasi pembinaan,
PMII. Pribadi dan kondisi organisasi yang dimaksud adalah tercapainya suatu sikap dan pengembangan dan perjuangan yang di khidmatkan kepada agama, masyarakat,
perilaku: bangsa dan Negara.
1. Terwujudnya kader-kader penerus perjuangan PMII yng bertakwa kepada Allah
SWT berpegang teguh pada ajaran agama Islam Aswaja serta Pancasila dan UUD Strategi
1945 sebagai satu-satunya ideologi dan pandangan hidup bangsa dan Negara. Strategi yang dimaksud di sini adalah adanya suatu kondisi serta langkah-langkah yang
2. Terwujudnya penghayatan dan pengalaman nilai-nilai ajaran agama Islam mendasar, konsistensi dan aplikatif yang harus dilakukan dalam rangka mewujudkan
Aswaja dan moral bangsa untuk memperkokoh alas pijak dalam rangka tujuan dan cita-cita PMII. Dari memahami strategi itulah maka untuk mencapai tujuan
menempuh kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara yang berkembang pembinaan pengembangan dan perjuangan yang telah ditetapkan diperlukan strategi
cepat sebagai akibat lajunya perkembangan Iptek serta arus globalisasi dan sebagai berikut:
informasi. 1. Iklim yang mampu menciptakan suasana yang sehat, dinamis dan kompetitif yang
3. Tumbuh dan berkembangnya kreatifitas, dinamika dan pola berpikir yang selalu dibimbing dengan bingkai takwa, intelektualitas dan profesionalitas
mencerminkan budaya pergerakan selektif, akomodatif, integrativ dan kontruktif sehingga mampu meningkatkan kualitas pemikiran dan prestasi, terbangunnya
dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan baik secara individu, suasana kekeluargaan dalam menjalankan tugas suci keorganisasian
organisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. kemasyarakatan dan kebangsaan.
2. Kepemimpinan harus dipahami sebagai amanat Allah SWT yang menempatkan
4. Tumbuh dan berkembangnya sikap orientasi masa depan, orientasi fungsi dan setiap insan PMII sebagai da’i untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar,
produktifitas, serta mengutamakan prestasi. sehingga kepemimpinannya selalu tercermin sikap bertanggung jawab, melayani,
berani, jujur, adil dan ikhlas serta di dalam menjalankan kepemimpinannya selalu
5. Terciptanya suatu organisasi sebagai kehidupan organisasi sebagai suatu system penuh dengan kedalaman rasa cinta, arif bijaksana, terbuka dan demokratis.
yang sehat dan dinamis karena didukung oleh nilai, aparat, sarana dan fasilitas
serta teknik pengolhan yang mewadahi sesuai dengan tuntunan PMII maupun 3. Untuk mewujudkan suasana takwa, intelektualitas dan profesionalitas serta
tuntunan lingkungan yang senantiasa berkembang. kepemimpinan sebagai amanat Allah SWT diperlukan suatu gerakan dan
mekanisme organisasi yang bertumpu pada kekuatan dzikir dan fikir dalam setiap
6. Terciptanya suatu organisasi kehidupan organisasi yang dinamis kritis dan cerdas tata perilaku baik secara individu maupun organisatoris.
dalam merebut tanggung jawab dan peran sosial sebagai bentuk pertisipasi dan
4. Struktur dan aparat organisasi yang tertata dengan baik sehingga dapat Analisis sosial merupakan usaha untuk menganalisis sesuatu keadaan atau masalah
mewujudkan sistem dan mekanisme organisasi yang efektif dan efisien, mampu sosial secara objektif. Analisis sosial diarahkan untuk memperoleh gambaran lengkap
mewadahi dinamika insten organisasi serta mampu merespon dinamika mengenai situasi sosial dengan menelaah kaitan-kaitan histories, struktural dan
perubahan eksternal. konsekuensi masalah. Analisis sosial akan mempelajari struktur sosial, mendalami
fenomena-fenomena sosial, kaitan-kaitan aspek politik, ekonomi, budaya, dan agama.
5. Produk dan peraturan-peraturan organisasi yang konsisten dan tegas menjadi Sehingga akan diketahui sejauh mana terjadi perubahan sosial, bagaimana institusi sosial
panduan yang kontitutif, sehingga tercipta aturan mekanisme organisasi yang yang menyebabkan masalah-masalah sosial, dan juga dampak sosial yang muncul akibat
teratur dan mempunyai kepastian hukum dari tingkat pengurus besar sampai masalah sosial
tingkat pengurus rayon.
6. Pola komunikasi yang dikembangkan adalah pola komunikasi individual dan RUANG LINGKUP ANSOS
komunikasi kelembagaan yaitu terciptanya pola komunikasi timbal balik dan Pada dasarnya semua realitas sosial dapat dianalisis, namun dalam konteks
berdaulat serta mampu membedahkan antara hubungan individual dan hubungan transformasi sosial, maka paling tidak objek analisa sosial harus relevan dengan target
kelembagaan baik ke dalam maupun ke luar. perubahan sosial yang direncanakan yang sesuai dengan perubahan. Secara umum objek
sosial yang dapat dianalisis antara lain;
7. Pola kaderisasi yang dikembangkan selaras dengan tuntutan perkembangan  Masalah-masalah sosial, seperti : kemiskinan, pelacuran, pengangguran, kriminilitas.
zaman kini dan mendatang sehingga fungsi kekhalifahan yang terjewantahkan
dalam perilaku keseharian, baik selaku kader bangsa maupun agama.  Sistem sosial, seperti : tradisi, usaha kecil atau menengah, sistem pemerintahan,
sistem pertanian.
Analisis Sosial  Lembaga-lembaga sosial seperti sekolah layanan rumah sakit, lembaga pedesaan.
Kebijakan publik seperti : dampak kebijakan BBM, dampak perlakuan sebuah UU.
Prolog
Analisis sosial atau yang lebih akrab dikenal ansos ini merupakan sebuah proses
PENTINGNYA TEORI SOSIAL
atau mekanisme yang akan membahas problematika-probelmatika yang terjadi pada
Teori dan fakta berjalan secara simultan, teori sosial merupakan refleksi dari fakta
sebuah objek analisa dan pada akhirnya akan menghasilkan apa sebenarnya yang
sosial, sementara fakta sosial akan mudah dianalisis melalui teori-teori sosial. Teori
menjadi akar permasalahan atas problematika-problematika tersebut. Dari sana, kita
sosial melibatkan isu-isu mencakup filsafat, untuk memberikan konsepsi-konsepsi
dapat menentukan apa sebenarnya yang dibutuhkan untuk dicarikan solusi yang tepat.
hakekat aktifitas sosial dan prilaku manusia yang ditempatkan dalam realitas empiris. 
Inilah yang acapkali tidak dilalui oleh para problem solver. Mereka seringkali
Charles lemert (1993) dalam Sosial Theory ; The Multicultural And Classic Readings
menghasilkan solusi atas problematika yang hadir bukan berdasarkan hasil analisis
menyatakan bahwa teori sosial memang merupakan basis dan pijakan teknis untuk bisa
mendalam namun hanya berdasarkan dugaan yang argumentasinya lemah atau bahkan
survive.
hanya berdasarkan pada kemauannya saja. Mungkin permasalahan yang nyata di
Teori sosial merupakan refleksi dari sebuah pandangan dunia tertentu yang berakar
lapangan akan terselesaikan, namun karena ia tak akan menyentuh sampai ke akarnya
pada positivisme. Menurut Anthony Giddens secara filosofis terdapat dua macam analisis
maka akan hadir permasalahan-permasalahan baru atau bahkan permasalahan yang nyata
sosial. Pertama, analisis intitusional, yaitu ansos yang menekan pada keterampilan dan
tersebut tidak hilang sama sekali.
kesetaraan aktor yang memperlakukan institusi sebagai sumber daya dan aturan yang
diproduksi terus-menerus. Kedua, analisis perilaku strategis, adalah ansos yang
PENGERTIAN ANSOS memberikan penekanan institusi sebagai sesuatu yang diproduksi secara sosial.
dalam aksi perubahan sosial (transformatif). Transformasi sosial yang dilakukan PMII
LANGKAH-LANGKAH ANSOS akan berjalan secara efektif jika kader PMII memiliki kesadaran kritis dalam melihat
Proses analisis sosial meliputi beberapa tahap antara lain : realitas sosial. Kesadaran kritis akan muncul apabila dilandasi dengan cara pandangan
luas terhadap realitas sosial. Untuk dapat melakukan pembacaan sosial secara kritis,
Memilih dan menentukan objek analisis : mutlak diperlakukan kemampuan analisis sosial secara baik. Artinya, strategi gerakan
Pemilihan sasaran masalah harus berdasarkan pada pertimbangan rasional dalam PMII dengan paradigma kritis transformatif akan dapat terlaksana secara efektif apabila
arti realitas yang dianalisis merupakan masalah yang memiliki signifikansi sosial dan ditopang dengan kematangan dalam analisis sosial (ANSOS).
sesuai dengan visi atau misi organisasi.
ANALISIS WACANA
Pengumpulan data atau informasi penunjang :
Untuk dapat menganalisis masalah secara utuh, maka perlu didukung dengan data Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin
dan informasi penunjang yang lengkap dan relevan, baik melalui dokumen media massa, ilmu dan dengan berbagai pengertian. Dalam studi linguistic, wacana menunjuk suatu
kegiatan observasi maupun investigasi langsung di lapangan. Recek data atau informasi kesatuan bahasa yang lengkap, yang umumnya lebih besar dari kalimat, baik
mutlak dilakukan untuk menguji validitas data. disampaikan secara lisan atau tertulis. Wacana adalah rangkaian kalimat yang serasi
yang menghubungkan proporsi satu dan yang lain, kalimat satu dengan yang lain,
Identifikasi dan analisis masalah : membentuk satu kesatuan. Kesatuan bahasa itu bisa panjang, bisa pendek. Sebagaai
Merupakan tahap menganalisis objek berdasarkan data yang telah dikumpulkan. sebuah teks, wacana bukan urutan kalimat yang tidak mempunyai ikatan sesamanya,
Pemetaan beberapa variable, seperti keterkaitan aspek politik, ekonomi, budaya, dan bukan kaliamat yang dideretkan begitu saja.
agama dilakukan pada tahap ini. Melalui analisis secara komphrehensif diharapkan dapat Analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa/pemakaian bahasa.
memahami subtansi masalah dan menemukan saling keterkaitan antara aspek. Untuk menjelaskan lebih lanjut tentang analisis wacana, kita perlu bertanya Bagaimana
Mengembangkan presepsi : bahasa dipandang dalam analisis wacana?.
Setelah diidentifikasi berbagai aspek yang mempengaruhi atau terlibat dalam Dalam hal ini, A.S Hikam menyampaikan adanya tiga paradigma analisis yang
masalah, selanjutnya dikembangkan presepsi atas masalah sesuai cara pandang yang digunakan untuk melihat bahasa. Ketiga paradigma analisis wacana ini yang akan
objektif. Pada tahap ini akan muncul beberapa kemungkinan implikasi konsekuensi dari mendapatkan porsi banyak untuk di jelaskan dalam tulisan ini selanjutnya.
objek masalah, serta pengembangan beberapa alternatif sebagai kerangka tindak lanjut. Pandangan pertama diwakili oleh kaum Positivisme - Empiris. Penganut aliran ini
melihat bahasa sebagai jembatan antara manusia dengan objek yang ada di luar dirinya.
Menarik kesimpulan : Pengalaman manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan
Pada tahap ini telah diperoleh kesimpulan tentang ; akar masalah, pihak mana saja bahasa tanpa ada kendala atau distorsi, sejauh ia dinyatakan dengan menggunakan
yang terlibat, pihak yang diuntungkan dan dirugikan, akibat yang dimunculkan secara pernyataan-pernyataan yang logis, sintaksis, dan memiliki hubungan dengan pengalaman
politik, sosial dan ekonomi serta paradigma tindakan yang bisa dilakukan untuk proses empiris. Salah satu cirri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara ide/pemikiran dan
perubahan sosial. realitas. Dalam kaitannya dengan analisis wacana, konsekuensi logis dari pemahaman ini
adalah orang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari
pernyataannya, sebab yang penting adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara
PERANAN ANSOS DALAM STRATEGI GERAKAN PMII benar menurut kaidah sintaksis dan seemantik. Oleh karena itu, kebenaran sintaksis (tata
Ingat, paradigma gerakan PMII adalah kritis transformatif, artinya PMII dituntut bahasa) adalah bidang utama dari aliran positivisme tentang wacana.
peka dan mampu membaca realitas sosial secara objektif (kritis), sekaligus terlibat aktif
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, titik perhatian utama aliran positivisme masyarakat. Bahasa disini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar
didasarkan pada benar tidaknya bahasa itu secara gramatikal. Istilah yang sering disebut diri si pembicara.
adalah kohesi dan koherensi. Wacana yang baik selalu mengandung kohesi dan Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam
koherensi di dalamnya. Kohesi merupakan keserasian hubungan antar unsur-unsur dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya.
wacana, sedangkan koherensi merupakan kepaduan wacana sehingga membawa ide Oleh karena itu, analisis wacana digunakan untuk membongkar kuasa yang ada dalam
tertenti yang dipahami oleh khalayak. setiap proses bahasa seperti, batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana,
Pandangan kedua dalam analisis wacana adalah Konstruktivisme. Pandangan ini perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan.Dengan pandangan semacam
banyak dipengaruhi oleh pemikiran fenomenologi. Aliran ini menolak pandangan ini, wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam
positivisme/empirisme dalam analisis wacana yang memisahkan subyek dan objek pembentukan subjek, dan berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam
bahasa. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat masyarakat. Karena memakai perspektif kritis, (paradigma) analisis wacana yang ketiga
untuk memahami realitas objektif belaka yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai ini sering juga disebut Critical Discourse Analysis/CDA.
pernyataan. Konstruktivisme justru menganggap bahwa subjek adalah aktor utama atau
faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Analisis Wacana Model Teun Van Dijk
Dalam hal ini, mengutip A.S Hikam yang mengatakan bahwa, subjek memiliki Menurut Van Dijk, penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan  pada
kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi. Pemahaman
Bahasa yang dipahami dalam paradigma ini diatur dan dihidupkan dalam pernyataan- produksi teks pada akhirnya akan memperoleh pengetahuan mengapa teks bisa demikian.
pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya dalah penciptaan makna, Van dijk juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan
yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jatidiri dari sang pembicara. yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang
Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks-teks tertentu.
membongkar makna dan maksud-maksud tertentu. Wacana adalah suatu upaya Pada rejim Soeharto misalnya konsolidasi kekuasaan dilakukan melalui bahasa
pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang memngemukakan suatu dengan beberapa cara. Pertama, penghalusan konsep-konsep dan pengertian yang
pernyataan.pengungkapan itu dilakukan diantaranya dengan menempatkan diri pada bersentuan dengan kekuasaan. Penghalusan ini untuk melenyapkan konsep yang
posisi sang pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara. membahayakan Orde Baru. Pemasyarakatan  kata masa bakti, persatuan dan kesatuan, 
Pandangan ketiga disebut pandangan kritis. Pandangan ingin mengoreksi ketahanan nasional, rawan pangan, daerah tertinggal, pengentasan kemiskinan, negara
pandangan pandangan konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan hukum, dll. Rawan pangan lebih baik dari kelaparan dan masa bakti lebih baik dari
reproduksi makna yang terjadi ssecara historis maupun secara institusional. Seperti masa jabatan. Kedua, memperkasar, bertujuan untuk menyudutkan kekuatan lain yang
ditulis A.S Hikam, pandanga konstruktivisme masih belum menganalisis faktor-faktor dapat mengancam kekuasaan. Pemroduksian kata-kata SARA, GPK, subfersif, bersih
hubungan kekuasaan yang inhern dalam setiap wacana, yang pada gilirannya berperan diri, ekstrim kanan, ekstrim kiri, golongan frustasi, OTB (organisasi Tanpa Bentuk), anti
dalam membentuk jenis-jenis subjek tertentu berikut perilaku-perilakunya.hal inilah yang Pancasila. Kata-kata itu berdampak buruk pada golongan oposisi. Ketiga, penciptaan
melahirkan paradigma kritis. kata-kata yang bisa mengerem dan menurunkan emosi masyarakat. Kata-kata ini sering
Analisis wacana tidak dipusatkan pada kebenaran atau ketidakbenaran struktur tata diambil dari leksikon bahasa Jawa, misalnya mendhem jero mikul dhuwur,  jer basuki
bahasa atau proses penafsiran seperti pada pandangan konstruktivisme. Analisis wacana mawa bea, lengser keprabon dan pemakian kata yang referensinya tidak jelas sperti demi
dalam paradigma kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses kepentingan umum, mengencangkan ikat pinggang, dll. Keempat, penyeragaman istilah.
produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang Hal ini dilakukan oleh pejabat dan birokrat, misalnya SDSB bukan judi, darah pengacau
bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikiran-pikirannya, karena sangat halal hukumnya, siapa pun boleh mendirikan partai baru, dll.Kelima, eufemisme bahasa.
berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang ada dalam Pemakaian kalimat “Keterlibatan 7 oknum Kopasus merupakan pil pahit” utang diganti
dengan bantuan luar negeri, pelacur diganti dengan pekerja seks komersial, penjara pemerkosaan terhadap wanita. Bagaimana pihak yang menjadi korban ini digambarkan
menjadi lembaga pemasyarakatan, dst. secara buruk, sehingga khalayak tidak bersimpati dan justru lebih bersimpati kepada
Wacana digambarkan oleh Van Dijk mempunyai tiga dimensi/bangunan yaitu teks, laki-laki yang menjadi pelaku.
kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis model van Dijk adalah menggabungkan Dalam kasus seperti ini, bahwa berita di media menyampaikan sebuah wacana
tiga dimensi wacana tersebut  dalam satu kesatuan analisis. Dimensi teks yang diteliti tertentu. Theo van Leeuwen memperkenalkan sebuah model dalam analisis wacana,
adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana  yang dipakai untuk menegaskan model analisis tersebut untuk mendeteksi atau mengetahui bagaimana sebuah kelompok
suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari  proses produksi teks berita yang hadir sebagai kelompok yang dimarginalkan.
melibatkan kognisi individu dari wartawan.  Sedangkan aspek konteks  mempelajari Secara umum, analisis van Leeuwen menampilkan bagaimana pihak-pihak dan
bangunan wacana  yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Analisis van aktor (perorangan atau kelompok) ditampilkan dalam pemberitaan. Menurutnya, terdapat
Dijk menghubungkan analisis tekstual ke arah analisis yang komprehensif bagaimana dua titik focus perhatian. Pertama, proses pengeluaran (exclusion) yaitu apakah dalam
teks diproduksi, baik dalam hubungannya  dengan individu wartawan dan masyarakat. suatu teks berita ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dalam pemberitaan, yang
dimaksudkan dengan pengeluaran seseorang atau aktor dalam pemberitaan adalah,
Representasi Peristiwa Dalam Berita Menurut Theo Van Leeuwen perilaku menghilangkan atau menyamarkan pelaku/aktor dalam berita, sehingga dalam
Membicarakan sebuah makna tersirat dari sebuah berita tidak lepas dari bagaimana berita korbanlah yang menjadi perhatian berita.
sebuah teks hadir atau dihadirkan menjadi sebuah kalimat. Pada berita cetak, suatu berita Proses pengeluaran ini secara tidak langsunng bisa mengubah pemahaman
yang telah diamati oleh seorang wartawan kemudian direpresetasikan kedalam teks khalayak akan suatu isu dan melegitimasi posisi pemahaman tertentu. Katakanlah dalam
berita, dalam proses representasi berita yang berbentuk suatu kejadian tertentu menjadi berita mengenai “demonstrasi mahasiswa yang berlangsung ricuh sehingga polisi
susunan teks, dapat diperhatikan bagaimana seorang wartawan menyampaikan sebuah melepaskan tembakan, akhirnya seorang mahasiswa tewas karena tertembak”. Dari
kenyataan, pembaca berita dapat memperhaikan bagaimana suatu kelompok kejadian demonstrasi mahasiswa di atas, apakah pemberitaan kemudian mengeluarkan
mendominasi wacana dalam berita tersebut. polisi dari pemberitaan, sehingga korban penembakan yang ditonjolkan dalam suatu
Mendominasi wacana yang dimaksudkan adalah, adanya kekuatan yang dimiliki berita, sehingga kesan yang hadir kemudian bahwa mahasiswa yang melakukan
oleh sebuah kelompok untuk memegang kendali penafsiran pembaca dari sebuah berita. demonstrasi pantas mendapatkan tembakan hingga tewas.
Dominasi yang terjadi dalam teks berita berbentuk sebuah pencitraan media terhadap Kedua adalah proses pemasukan (inclusion). Proses ini adalah lawan dari proses
pelaku dan korban dalam sebuah berita. Misalnya, kaum buruh, tani, pengemis, anak exclusion, proses ini berhubungan dengan pertanyaan bagaimana seseorang atau
jalanan adalah golongan yang meresahkan masyarakat. Atau demonstrasi mahasiswa kelompok aktor dalam suatu kejadian dimassukkan atau direpresentasikan ke dalam
yang marak bisa menjadi contoh, bahwa mahasiswa dihadirkan dengan image bahwa sebuah berita. Baik exclusion maupun inclision, terdapat sebuah strategi wacana. Dengan
mereka adalah kelompok yang anarkis, sering merusak dan senang membuat rusuh. menggunakan kata, kalimat, informasi atau susunan bentuk kalimat tertentu, cara
Segala bentuk pencitraan seperti itu dilakukan hanya dengan merepresentasikan suatu bercerita tertentu, masing-masing kelompok dirempresentasikan ke dalam sebuah teks.
kejadiaan yang benar terjadi menjadi susunan teks dengan pilihan kata dan bentuk Pada pembahasan selanjutnya. Akan dijelaskan lebih detai tentang bagaimana pola kerja
kalimat. exclusion dan inclusion dalam representasi aktor dalam berita.
Dalam Analisis Wacana, Eriyanto menyampaikan bahwa salah satu agen terpenting
dalam mendefinisikan kelompok adalah media. Lewat pemberitaan yang terus menerus Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough
disebarkan, media secara tidak langsung membentuk pemahaman dan kesadaran di Norman Fairclough dikenal dengan pemikirannya tentang analisis wacana kritis.
kepaala khalayak mengenai sesuatu. Wacana yang dibuat oleh media itu bisa jadi Konsep yang ia bentuk menitik beratkan pada tiga level, pertama, setiap teks secara
melegitimasi suatu hal atau kelompok dan mendelegitimasi atau memarginalkan bersamaan memiliki tiga fungsi, yaitu representasi, relasi, dan identitas. Fungsi
kelompok lain. Kita seringkali merasa adanya ketidak adilan dalam berita mengenai representasi berkaitan dengan cara-cara yang dilakukan untuk menampilkan realitas
sosial ke dalam bentuk teks.  Kedua, praktik wacana meliputi cara-cara para pekerja kesatuan yaitu dengan adanya teks tersebut kita memakai sebuah teori untuk
media memproduksi teks. Hal ini berkaitan dengan wartawan itu sendiri selaku pribadi; membedahnya.
sifat jaringan kerja wartawan dengan sesama pekerja media lainnya; pola kerja media Kemudian Norman Fairclough mengklasifikasikan sebuah makna dalam analisis
sebagai institusi, seperti cara meliput berita, menulis berita, sampai menjadi berita di wacana sebagai berikut:
dalam media.  Translation (mengemukakan subtansi yang sama dengan media). Artinya: Pada
Ketiga, praktik sosial-budaya menganalisis tiga hal yaitu ekonomi, politik dasarnya teks media massa bukan realitas yang bebas nilai. Pada titik kesadaran
(khususnya berkaitan dengan isu-isu kekuasaan dan ideologi) dan budaya (khususnya pokok manusia, teks selalu memuat kepentingan. Teks pada prinsipnya telah
berkaitan dengan nilai dan identitas) yang juga mempengaruhi istitusi media, dan diambil sebagai realitas yang memihak. Tentu saja teks dimanfaatkan untuk
wacananya. Pembahasan praktik sosial budaya meliputi tiga tingkatan Tingkat memenangkan pertarungan idea, kepentingan atau ideologi tertentu kelas tertentu.
situasional, berkaitan dengan produksi dan konteks situasinya Tingkat institusional, Sedangkan sebagai seorang peneliti memulainya dengan membuat sampel yang
berkaitan dengan pengaruh institusi secara internal maupun eksternal. Tingkat sosial, sistematis dari isi media dalam berbagai kategori berdasarkan tujuan penelitian.
berkaitan dengan situasi yang lebih makro, seperti sistem politik, sistem ekonomi, dan  Interpreatation (berpegang pada materi yang ada, dicari latarbelakang, konteks
sistem budaya masyarakat secara keseluruhan. agar dapat dikemukakan konsep yang lebih jelas). Artinya: Kita konsen terhadap
Fairclough sebenarnya bukanlah akademisi ilmu komunikasi. Dia meminati satu pokok permasalahan supaya dalam menafsirkan sebuah teks tersebut kita bisa
masalah kajian kritis wacana dalam teks berita dimulai sejak tahun 1980-an. Dia melihat mendapat latar belakang dari masalah tersebut sehingga kemudian kita bisa
bagaimana penempatan dan fungsi bahasa dalam hubungan sosial khususnya dalam menentukan sebuah konsep rumusan masalah untuk membedah masalah tersebut.
kekuatan dominan dan ideologi. Faiclough berpendapat bahwa analisis wacana kritis  Ekstrapolasi (menekankan pada daya pikir untuk menangkap hal dibalik yang
adalah, bagaimana bahasa menyebabkan kelompok sosial yang ada bertarung dan tersajikan). Artinya: kita harus memakai sebuah teori untuk bisa menganalisis
mengajukan ideologinya masing-masing. Konsep ini mengasumsikan dengan melihat masalah tersebut, karena degnan teori tersebut kita bisa dengan mudah menentukan
praktik wacana bias jadi menampilkan efek sebuah kepercayaan (ideologis) artinya isi dari teks yang ada.
wacana dapat memproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial,  Meaning (lebih jauh dari interpretasi dengan kemampuan integrative, yaitu
laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas dimana perbedaan itu inderawi, daya piker dan akal budi). Artinya: Setelah kita mendapat sebuah teks
direpresentasikan dalam praktik sosial. Analisis Wacana melihat pemakaian bahasa tutur yang telah ada dan kita juga telah mendapat sebuah gambarang tentang teori yang
dan tulisan sebagai praktik sosial. Praktik sosial dalam analisis wacana dipandang akan dipakai untuk membedah masalah, maka kita langkah selanjutnya adalah kita
menyebabkan hubungan yang saling berkaitan antara peristiwa yang bersifat melepaskan memadukann kedua hal tersebut menjadi kesatuan yaitu dengan adanya teks
diri dari dari sebuah realitas, dan struktur sosial. tersebut kita memakai sebuah teori untuk membedahnya.
Dalam memahami wacana (naskah/teks) kita tak dapat melepaskan dari
konteksnya. Untuk menemukan ”realitas” di balik teks kita memerlukan penelusuran atas Dan menurutnya dalam analisis wacana Norman Fairclough juga memberikan
konteks produksi teks, konsumsi teks, dan aspek sosial budaya yang mempengaruhi tingkatan, seperti sebagai berikut:
pembuatan teks. Dikarenakan dalam sebuah teks tidak lepas akan kepentingan yang yang  Analisis Mikrostruktur (Proses produksi): menganalisis teks dengan cermat dan
bersifat subjektif. fokus supaya dapat memperoleh data yang dapat menggambarkan representasi
Didalam sebuah teks juga dibutuhkan penekanannya pada makna (Meaning) (lebih teks. Dan juga secara detail aspek yang dikejar dalam tingkat analisis ini adalah
jauhdari interpretasi dengan kemampuan integratif, yaitu inderawi, daya piker dan akal garis besar atau isi teks, lokasi, sikap dan tindakan tokoh tersebut dan seterusnya.
budi) Artinya: Setelah kita mendapat sebuah teks yang telah ada dan kita juga telah  Analisis Mesostruktur(Proses interpretasi): terfokus pada dua aspek yaitu produksi
mendapat sebuah gambarang tentang teori yang akan dipakai untuk membedah masalah, teks dan konsumsi teks.
maka kita langkah selanjutnya adalah kita memadukan kedua hal tersebut menjadi
 Analisis Makrostruktur(Proses wacana) terfokus pada fenomena dimana teks kepada suatu kesepakatan.Kedua teknik tersebut harus disampaikan secara baik dan
dibuat. terstruktur apabilamanfaat dari keduanya ingin didapat secara maksimal.

Dengan demikian, menurut Norman Fairclough untuk memahami wacana Loby, Negosiasi, dan Negoisasi
(naskah/teks) kita tak dapat melepaskan dari konteksnya. Untuk menemukan ”realitas” Teknik lobbying dan Negoisasi tersusun dari 2 kata. Yang pertama adalah
di balik teks kita memerlukan penelusuran atas konteks produksi teks, konsumsi teks, “LOBY” dan yang kedua adalah “NEGO”. Menurut Roy J. Lewicki, BruceBarry, dan
dan aspek sosial budaya yang mempengaruhi pembuatan teks. (Sumber: Analisis David M. Saunders didalam bukunya Negotiation InternationalEdition 2010 yang
Wacana/ cetakan II Februari 2009, Eriyanto). menggambarkan bahwa manusia pada umumnya melakukan kegiatan negosiasi disetiap
Pendekatan Terhadap Fenomena Perspektif Dalam Studi Wacana saat. Negosiasi itu sendiri merupakan usaha pendekatan yang dilakukan oleh kedua belah
Fenomena perspektif dapat dikaji dalam tiga pendekatan yaitu visi,  fokalisasi, dan pihak atau lebih untuk saling menyamakan ketertarikannya terhadap pihak lainnya.
empati.Visi adalah penekatan yang lebih mendasarkan diri pada bidang sosiologi politik Negosiasi terjadi karena berbagai alasan yaitu, pertama untuk menyepakati bagaimana
dan mengaitkan kajian perspektif dengan ideologi. Fokalisasi merupakan pendekatan pembagian sumber daya yang terbatas seperti, tanah, properti, atau waktu,kedua untuk
yang memasukkan teori naratif dalam analisisnya. Seorang narator dapat menjadi menciptakan sesuatu yang baru yang disetujui oleh satu pihak namun pihak lainnya
seorang individu lain yang telah atau sedang menyaksikan peristiwa. Pendekatan ini belum tentu menyetujuinya, dan ketiga untuk menyelesaikan masalah yang terjadi
lazim digunakan dalam sastra. Wartawan pun dapat menggunakan pendekatan ini dalam diantara berbagai pihak.
menulis features berita    yang dapat mengungkapkan unsur emosi yang bersifat sugestif
dan reflektif. Pendekatan empati mendasarkan diri pada bidang psikolinguistik. Dalam melakukan negosiasi dapat berupa barang, jasa, ataupun ide antara dua
Pembicara mengenalkan seseorang atau objek yang merupakan bagian dari peristiwa pihak atau lebih, dan masing-masing pihak berupaya untuk menyepakati ketentuan yang
yang dideskripsikan dalam kalimat. sesuai untuk proses penyepakatan tersebut. Sedang dalam komunikasi bisnis, negosiasi
Pengkajian perspektif (kekuasan) dalam surat kabar Indonesia  dapat merupakan proses dimana dua pihak atau lebih yang mempunyai kepentingan yang sama
memanfaatkan pendekatan visi, bertujuan mengungkap aspek-aspek ideologi yang atau bertentangan, bertemu dan berbicara untuk mencapai suatu kesepakatan. Upaya
mendasari dan membentuk perspektif pemberitaan surat kabar di Indonesia. negosiasi diperlukan ketika: kita tidak mempunyai kekuasaan untuk memaksakan suatu
Mereproduksi pemikiran van Dijk tentang analisis wacana media, berikut dipaparkan  hasil yang kita inginkan, terjadi konflik antara kedua belah pihak atau lebih,yang
strategi penyajian informasi (SPI) dan bentuk-bentuk ekspresi bahasa. masing-masing pihak tidak memiliki cukup kekuatan untuk dapat menyelesaikannya
secara sepihak, dan kita tidak mempunyai cukup kekuatan untuk meyakinkan pihak yang
TEKNIK LOBYING DAN NEGOISASI terkait.
Komunikasi merupakan hal penting di dalam bagian aktifitas Public Menurut Marjorie CormanAaron dalam tulisannya tentang negosiasi di Harvard
Relations,penyampaian pesan secara baik dan benar dituntut dari komunikasi yang Review, dalam melakukan negosiasi seorang perunding yang baik harus membangun
terintegrasidan terstruktur. Teknik lobi dan negosiasi merupakan kedua teknik yang kerangka dasar yang penting tentang negosiasi yang akan dilakukannya agar dapat
sangatdiperlukan oleh bagian Public Relations, secara singkat menurut Anwar (1997) berhasil menjalankan tugasnya tersebut.Dalam membangun kerangka negosiasi,terdapat
lobimerupakan sebuah pendekatan informal yang bertujuan untuk mendapatkan 3 konsep penting yang harus dipahami oleh seorang negosiator, yaitu; a) Teknik
dukungan atau persetujuan secara penuh dari pihak lainnya. Sementara menurut Roy J. Komunikasi b) Pendataan c) Persebaran
Lewicki, Bruce Barry dan Saunders (Negotiation Internal Edition Sixth Edition, 2010)
negosiasi merupakan pendekatan secara formal yang bertujuan untuk mencari jalan Loby
keluar atau titik temu antara satu pemikiran dengan pemikiran lainnya yang berujung
Menurut Anwar (1997) definisi yang lebih luas adalah suatu upaya informal dan Seperti ilmu sosial lainnya, definisi opini (pendapat) sulit untuk dirumuskan secara
persuasif yang dilakukan oleh satu pihak (perorangan, kelompok,Swasta, pemerintah) lengkap dan utuh. Ada berbagai definisi yang muncul, tergantung dari sisi mana kita
yang memiliki kepentingan tertentu untuk menarik dukungan dari pihak pihak yang melihat. Ilmu komunikasi mendefinisikan opini sebagai pertukaran informasi yang
dianggap memiliki pengaruh atau wewenang, sehingga target yang diinginkan tercapai. membentuk sikap, menentukan isu dalam masyarakat dan dinyatakan secara terbuk. Ilmu
psikologi mendefinisikan opini publik sebagai hasil dari sikap sekumpulan orang yang
Pendekatan secara persuasif menurut pendapat ini lebih dikemukakan pada pihak memperlihatkan reaksi yang sama terhadap rangsangan yang sama dari luar (Leonard W.
pelobi dengan demikian dibutuhkan keaktifan untuk pelobi untuk menunjang kegiatan Doob). Opini publik memiliki karakteristik sebagai berikut:
tersebut. Dengan demikian ada upaya dari pihak yang berkepentingan untuk aktif
melakukan pendekatan kepada pihak lain agar bisa memahami pandangan atau a. Dibuat berdasarkan fakta, bukan kata-kata
keinginannya dan kemudian menerima dan mendukung apa yang diharapkan oleh pelaku b. Dapat merupakan reaksi terhadap masalah tertentu, dan reaksi itu diungkapkan
lobbying. Meskipun betuknya berbeda,pada esensinya lobbying dan negosiasi c. Masalah tersebut disepakati untuk dipecahkan
mempunyai tujuan yang sama yaitu menggunakan tehnik komunikasi untuk mencapai d. Dapat dikombinasikan dengan kepentingan pribadi
target tertentu. Dibandingkan dengan negosiasi yang merupakan suatu proses resmi atau e. Yang menjadi opini publik hanya pendapat dari mayoritas anggota masyarakat
formal, lobbying merupakan suatu pendekatan secara informal f. Opini publik membuka kemungkinan adanya tanggapan
g. Partisipasi anggota masyarakat sebatas kepentingan mereka, terutama yang
Peran teknik lobbying dan negosiasi dalam ber-PMII terancam
h. Memungkinkan adanya kontra-opini
Teknik lobbying dan negosiasi adalah salah satu bagian dari Strategi Pengembangan
PMII. menurut penjelasan Roy J. Lewicki, BruceBarry, David M. Saunders dan Anwar 2. Proses pembentukan opini publik
mengenai pemahaman “loby” dan “Nego”, unsur utama yang diperlukan dalam
melaksanakan kegiatan tersebut adalah komunikasi yang baik. Dengan komunikasi yang Proses pembentukan opini publik melalui beberapa tahapan:
baik, kita selaku pemeran atas kegiatan loby dan nego tersebut akan lebih mudah
mendapatkan hasil yang sesuai dari tujuan yang kita maksud. Dalam hal ini, komunikasi a. Ada masalah yang perlu dipecahkan sehingga orang mencari alternatif
yang baik memiliki peran penting untuk mempermudah sang pe-loby untuk mendapatkan pemecahan
hasil yang sesuai. Fungsi dan peran teknik lobbying dan negosisai dalam strategi b. Munculnya beberapa alternatif memungkinkan terjadinya diskusi untuk memilih
pengembangan PMII, yang paling utama adalah melatih kemampuan berkomunikasi alternative
yang baik dari setiap kader. Terlepas dari kepentingan pribadi, teknik lobbying dan c. Kesadaran kelompok
negosiasi juga dapat diterapkan dalam menjalin hubungan dan kerjasama antara satu d. Program yang memerlukan dukungan yang lebih luas.
kepengurusan dengan kepengurusan yang lain, dengan sesama satu instansi (in) atau
Erikson, Lutberg dan Tedin mengemukakan ada empat tahap terbentuknya opini publik:
dengan instansi yang lain (eks).
1) Munculnya isu yang dirasakan sangat relevan bagi kehidupan orang banyak
PENGELOLAAN OPINI DAN GERAKAN MASA
2) Isu tersebut relatif baru sehingga memunculkan kekaburan standar penilaian atau
A. Pengertian standar ganda
3) opinion leaders (tokoh pembentuk opini) yang juga tertarik dengan isu tersebut,
1. Opini Publik seperti politisi atau akademisi
4) Mendapat perhatian Pers/ media hingga informasi dan reaksi terhadap isu tolaknya adalah kepentingan ego, maka ideologi cenderung mengarah
tersebut diketahui khalayak pada egoisme atau kelompokisme.
e. Organisasi: Dalam organisasi, orang berinteraksi dengan orang lain
Opini publik sudah terbentuk jika pendapat yang semula dipertentangkan sudah tidak dengan berbagai ragam kepentingan. Dalam organisasi, orang dapat
lagi dipersoalkan. Dalam hal ini tidak berarti bahwa opini publik tersebut merupakan menyalurkan pendapat dan keinginannya. Karena dalam kelompok ini
hasil kesepakatan mutlak suara mayoritas setuju, karena kepada para anggota diskuis orang cenderung bersedia menyamakan pendapatnya, maka pendapat
memang sama sekali tidak dimintakan pernyataan setuju. Opini publik terbentuk jika umum mudah terbentuk.
dala diskusi tidak ada lagi yang menentang pendapat akhir karena sudah berhasil f. Media Massa: Persepsi masyarakat dapat dibentuk oleh media massa.
diyakinkan atau meungkin karena argumentasi untuk menolak sudah habis. Berdasarkan Media massa dapat membentuk pendapat umum dengan cara pemberitaan
terbentuknya opini publik, kita mengenal opini publik yang murni. Opini publik murni yang sensasional dan berkesinambungan.
adalah opini publik yang lahir dari reaksi masyarakat atas suatu masalah (isu).
Sedangkan opini publik yang tidak murni dapat berupa: B. Pengelolaan Opini dalam Gerakan Massa
a. Manipulated Public Opinion, yaitu opini publik yang dimanipulasikan “Mengelola Opini untuk Menggerakkan Massa” merupakan skill yang mesti dimiliki
atau dipermainkan dengan cerdik. orang sebagai sebuah ketrampilan memimpin. Generasi muda sebagai agen sekaligus
b. Planned Public Opinion, yaitu opini publik yang direncanakan mandataris perubahan dimasa depan harus cakap dalam mengorganisir ide perubahan
c. Intended Public Opinion, yaitu opini publik yang dikehendaki sebelum dilempar kepada masyarakat. Untuk itu, mahasiswa berpotensi menjadi opinion
d. Programmed Public Opinion, yaitu opini publik yang diprogramka maker dalam menyuarakan perubahan.
e. Desired Public Opinion, yaitu opini publik yang diinginkan
Dalam kehidupan sehari-hari, kerap kali kita terlibat dalam penggalangan dukungan
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi opini publik untuk mencapai tujuan, mulai dari hal yang sederhana sampai masalah yang lebih besar
dan strategis. Misalnya, dengan alasan agar cepat sampai sekolah kita berusaha
Opini publik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: meyakinkan orang tua agar mau dibelikan sepeda motor, mulai dari untung dan ruginya
memiliki sepeda – coba kita utarakan dengan orang tua. Nah, segala usaha dan upaya
a. Pendidikan: Pendidikan, baik formal maupun non formal, banyak
meyakinkan kedua orang tua itu bisa dikatakan gerakan mengelola opini anggota
mempengaruhi dan membentuk persepsi seseorang. Orang berpendidikan
keluarga agar tujuan untuk memiliki sepeda motor terpenuhi. Jadi menurut saya,
cukup, memiliki sikap yang lebih mandiri ketimbang kelompok yang
pengertian pengelolaan opini bukan sebatas membuat opini lalu dikirim ke media massa,
kurang berpendidikan. Yang terakhir cenderung mengikut.
tapi penggalangan massa demi mencapai tujuan tertentu. Sedangkan cara dan bentuknya
b. Kondisi Sosial: Masyarakat yang terdiri dari kelompok tertutup akan
bisa bermacam-macam.
memiliki pendapat yang lebih sempit daripada kelompok masyarakat
terbuka. Dalam masyarakat tertutup, komunikasi dengan luar sulit Pengelolaan opini sebagai sebuah gerakan setidaknya ada tiga agenda yang mesti kita
dilakukan. kerjakan terlebih dahulu. Ketiga agenda itu bisa dijadikan acuan tergantung tingkat
c. Kondisi Ekonomi: Masyarakat yang kebutuhan minimumnya terpenuhi kesulitan gerakan yang dibangun;
dan masalah survive bukan lagi merupakan bahaya yang mengancam,
adalah masyarakat yang tenang dan demokratis. 1. Tentukan Tujuan Gerak : Sebelum melontarkan ide atau opini kepada publik secara
d. Ideologi: Ideologi adalah hasil kristalisasi nilai yang ada dalam luas, terlebih dahulu tujuan gerakan harus ditetapkan secara tepat. Disini misi gerakan
masyarakat, ia merupakan pemikiran khas suatu kelompok. Karena titik harus menjadi “Panglima” yang akan menjadi petunjuk arah. Namun pengalaman selama
ini kenapa gerakan massa “Layu” ditengah jalan? Persoalannya penggerak opini terbuai Layaknya kita sebagai generasi yang mewakili kelompok intelektual sudah saatnya
dengan imbalan-imbalan pragmatis yang ditemui ditengah jalan. Akibatnya, ia lupa akan tampil sebagai opinion maker bukan lagi menjadi komoditas yang terjebak pada lingkar
tujuan gerakan. opini yang kemudian menyeret kita kedalam gerakan praktis dan reaktif belaka.
Bagaimanapun juga tidak akan ada api kalau tidak ada pemantiknya, Bola yang dilempar
2. Pegang Data dan Fakta: Bagi seorang organizer, data adalah senjata yang paling akan memantul sebanding dengan seberapa kuat lemparannya (Teori Newton II). Tidak
ampuh. Dengan data dan fakta yang lengkap serta akurat kelompok target gerakan akan akan terwujud suatu gerakan massif dan tertata rapi tanpa kita menangkap dan
sulit membantah kebenaran yang kita sampaikan. Apa lagi itu bentuknya penyelewengan melemparkan opini secara terus-menerus.
atau manipulasi. Inilah yang banyak dilakukan oleh banyak aktivis dalam menjalankan
programnya. C. Peran PMII dalam Instrumen Kebijakan Pengelolan Opini Publik, Komunikasi
Media, dan Transformasi Sosial
3. Gali Masalah: Berbekal data yang akurat dengan sedikit analisa saja kita sudah
mengetahui pangkal masalahnya, kemudian dampaknya seperti apa. Bisa menimpa siapa Berangkat dari kesadaran akan peran dan tanggung jawabnya sebagai bagian integral dari
saja dan lain seterusnya. Kalau sudah akar masalah dan dampaknya tergali, baru Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta perubahan pesat tatanan dunia baru,
tawarkan solusi penyelesaian dari problem sosial yang terjadi. Analisa yang cerdas akan PMII perlu menyusun strategi pengelolaan opini publik. Sebab, transformasi nilai dan
menghasilkan jawaban yang cerdas pula. wacana adalah bagian prasyarat mutlak dalam mengupayaan perubahan kehidupan
manusia secara umum dan lebih khusus lagi kehidupan berbangsa dan bernegara yang
Dalam mengelola opini menjadi sebuah gerakan, kita bisa belajar dari kesuksesan aktivis lebih baik.
gerakan pada era ‘66, ‘74 maupun reformasi ‗98. Kita bisa lihat berbagai wacana yang
disampaikan itu ternyata selalu disuarakan ketika momentum datang. Selain bekerja Dalam mengupayakan tranformasi nilai dan menguatkan pengaruhnya terhadap
dengan rencana, mereka juga tidak pernah melewatkan momentum dalam menyuarakan masyarakat, perlu ada sandaran pendukung yang memadai. Sosialisasi program dan
perubahan. Hasilnya mereka terlatih membaca momentum. kebijakan organisasi penting untuk menetaskan wacana agar tersebar dan berkembang ke
ranah publik. Tanpa adanya sosialisasi, segala potensi, kekuatan, dan produk apapun dari
Yang tidak kalah penting ketika mengelola opini menjadi gerakan adalah berkongsi suatu institusi ataupun organisasi tidak akan mampu mengalir dan tertransformasi
dengan media massa. Demi misi gerakan, “konspirasi” dengan media perlu dibangun. dengan baik.
Bukankah media membutuhkan berita yang berasal dari masyarakat. Jika yang
disampaikan itu benar dan menyangkut kepentingan publik luas maka tidak ada alasan Tentang sosialisasi dan pengelolaan opini publik, membutuhkan sejumlah perangkat.
bagi media untuk memberitakan apa yang ingin kita suarakan. Untuk membangun Antara lain;
“konspirasi” dengan media, bisa dengan mengadakan jumpa pers, seminar, lokakarya,
demonstrasi atau menulis opini dan artikel dimedia massa. Cara-cara ini malah sangat 1. Tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang memadai dan berkualitas. Dalam
efektif mengundang media agar mau memberitakan gerakan yang akan kita bangun. perspektif sosiologis, gambaran anggota PMII bisa dilihat dari dua hal: anggota
yang secara tradisi, kultur, dan ritualnya kental dengan nilai-nilai yang
Selanjutnya tokoh masyarakat juga perlu kita rangkul, karena bagaimanapun realitas dikembangkan oleh Nahdlatul Ulama dan anggota yang secara tradisi, kultur, dan
masyarakat di Indonesia masih sangat mempercayai dan bergantung pada tokoh. Selain ritualnya kurang atau malah sama sekali tidak bersentuhan dengan nilai yang
akan menjadi penggerak utama, mereka bisa dimanfaatkan sebagai “bemper” jika dikembangkan oleh Nahdlatul Ulama. Dalam perspektif pendidikan terbelah
gerakan mendapat pertentangan dari penguasa atau kelompok tertentu yang merasa menjadi dua hal: anggota PMII yang pendidikannya berada di lingkungan
terusik. Dengan pengaruh yang mereka miliki tentunya kelompok penentang akan pesantren dengan basis keagamaan kuat dan anggota yang mengenyam
berpikir sekian kali jika ingin mengganggu. pendidikan institusi pembelajaran umum. Anggota PMII yang dominan adalah
disiplin ilmu sosial. Sedangkan anggota yang memiliki basis keilmuan eksakta manusia. Opini juga dimaknai sebagai komunikasi tentang soal-soal tertentu yang jika
masih minim. Dalam konteks ini, suatu organisasi yang berkeinginan dibawakan dalam bentuk atau cara tertentu kepada orang tertentu akan membawa efek
mensosialisasikan ide dan kebijakannya membutuhkan struktur atau institusi tertentu pula. Sedangkan Opini publik adalah sikap sekumpulan orang atau komunitas
yang kuat dan sistem yang berjalan baik. Menafikan semua itu akan berakibat yang menunjukkan reaksi yang sama terhadap rangsangan yang sama pula dari luar.
pada mampatnya sosialisasi dan transformasi ide.
2. Struktur yang kuat. Struktur adalah jaringan tatanan, hubungan-hubungan yang Dari perspektif ini, pengelolaan opini publik menjadi bagian dari strategi penting bagi
sifatnya vertikal dan horizontal. Dalam kerangka berorganisasi, struktur mutlak PMII yang memiliki tanggung jawab dalam melakukan transformasi sosial serta
diperlukan. Tetapi, struktur itu tidak adalah berjalan jika tidak ada bangunan mensosialisasikan ide-ide dan produk-produk hukum yang dihasilkan.
sistem yang baik. Struktur adalah sistem dalam keadaan diam, sedangkan sistem
Pada sisi lain, media memiliki peran penting di alam demokrasi. Ia disebut-sebut sebagai
adalah struktur yang bekerja. Organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya
pilar ke empat demokrasi (the fourth estate of democracy) setelah eksekutif, legislatif,
struktur. Struktur tidak akan bekerja jika tidak ditopang dengan sistem dan
dan yudikatif. Aksioma tersebut memang belum tentu benar, bahkan ada yang
mekanisme yang bergerak dinamis
menganggapnya sebagai sebuah mitos belaka. Tetapi, setidaknya, anggapan umum
3. Strategi dan taktik. Strategi dan taktik harus dimiliki oleh suatu organisasi agar
masyarakat membenarkan bahwa media sering terlibat dalam fase tertentu perubahan
sosialisasi dan transformasi yang dilakukan bisa mengena pada sasaran. Strategi
sosial-politik suatu bangsa.
adalah cara yang harus dilakukan untuk memobilisasi kekuatan (forces
mobilization). Forces mobilization hanya akan optimal jika memiliki titik fokus. Media massa, apapun bentuknya, dianggap sebagai area pergulatan, perdebatan, dan
Fokus akan digunakan untuk core competence. Core competence digunakan saling mempengaruhi antara kekuatan sosial politik masyarakat. Ia menjadi ‘padang
untuk menjadi pemenang (winner). Strategi lebih dimaknai sebagai kerangka karbala‘ pertempuran ideologi dan sistem nilai yang dianut-yakini berbagai kelompok.
konsepsional. Sedangkan taktik berkaitan langsung dengan praksis lapangan. Pada titik tertentu, media memposisikan dirinya (atau diposisikan) sebagai pasar bebas
ide (free market ideas). Berbagai ideologi, kepentingan, penguasa ataupun kelompok
Dari ketiga hal tersebut, perlu juga dipertimbangkan tiga aspek penting. Yakni
yang resisten terhadap penguasa, saling berebut pengaruh.
lingkungan (environment). Desain produk yang dimiliki (pilihan gerakan) PMII perlu
mempertimbangkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan sosial di Sebagai pasar bebas ide dan area saling mempengaruhi antara kelompok kepentingan di
sekitarnya. Kedua, misi. Misi berkaitan dengan isu atau masalah yang akan disampaikan. masyarakat, media dengan sendirinya bias. Ia punya kecenderungan untuk mendua.
Ketiga, kompetisi. Kompetisi adalah mekanisme perebutan area gerakan untuk Kadangkala, media berpihak terhadap penguasa atau kelompok dominan, dan menjadi
mempertaruhkan produk-produk atau ide-ide yang dihasilkan sebuah organisasi. Respon alat kontrol terhadap wacana publik. Tetapi tidak jarang pula, media menampilkan wajah
publik atas ide yang disampaikan akan menentukan seberapa besar keberhasilan proses garangnya di depan penguasa, mengkritisi, bahkan menjadi alat perjuangan bagi
transformasi yang dilakukan. kelompok marjinal dan terpinggirkan.
Semua itu membutuhkan rekayasa untuk mencapainya. Keberhasilan dalam melakukan Sebagai representasi dari salah satu kekuatan sosial-politik mahasiswa (dan pemuda)
transformasi dan pengelolaan opini publik, hanya bisa dilakukan jika ruler of life sepatutnya PMII memahami kecenderungan bias media. Itu penting agar organisasi ini
terbangun dengan baik menyangkut visi, misi, orientasi, kualitas SDM, keberadaan bisa selalu menempatkan diri dan bersikap dalam setiap momen kesejarahan Bangsa
struktur dan sistemnya, serta dukungan strategi dan taktik yang memadai. Indonesia. Pun, peran penting media dalam membangun demokrasi tak boleh dilupakan.
Dalam Ilmu Komunikasi, opini dipahami sebagai proses pertukaran informasi yang Sebab, PMII sudah memaklumatkan dirinya sebagai organisasi yang concern terhadap
dinyatakan secara terbuka dan dapat membentuk sikap, perilaku, dan cara pandang demokrasi.PMII juga tidak boleh abai terhadap perkembangan pesat media massa
kontemporer. Publik kini tidak hanya mengkonsumsi informasi dari media massa antara aktivitas kultural dan struktural menjadi penting agar PMII mampu
konvensional. Dengan keberadaan teknologi informasi, melejitnya industri media (dot) mengoptimalkan perannya sebagai organisasi kader bangsa.
com, blogging, dan jurnalisme warga (citizen journalism), masyarakat memiliki banyak
alternatif sumber informasi di luar media mainstream. Sebagai kelompok terdidik, PMII Kencangnya arus globalisasi, dunia yang terlihat semakin datar, dan pola distribusi
selayaknya memanfaatkan betul pesatnya pertumbuhan teknologi informasi menjadi informasi yang kian cepat, menuntut penyikapan khusus bagi PMII. Think globally act
media komunikasi antar kader maupun pencitraan organisasi secara eksternal. locally‘, adagium lawas seperti ini menjadi relevan bagi PMII dalam merespon
perubahan tata kelola dunia baru.
Menjelang usia setengah abad, PMII hadir di era ketika perkembangan media dan
teknologi informasi begitu pesat. Semua itu perlu disikapi dengan pengelolaan opini Sebagai organisasi yang lahir dan besar dalam akar kesejarahan Bangsa Indonesia, PMII
publik yang terencana dan bisa menjawab perubahan zaman. Ritme zaman sudah tidak boleh abai terhadap kearifan-kearifan lokal yang dimilikinya. Namun, respon atas
berubah, dan PMII harus bisa seiring dengan ritme tersebut, bahkan melampauinya. arus globalisasi tidak terelakkan agar PMII tetap eksis sebagai sebuah organisasi modern
Hanya dengan itu, PMII tidak tergerus zaman dan kehilangan perannya. yang memiliki kekuatan kultural. Penguatan jejaring internasional, membangun
komunikasi lintas Negara dengan sesama organisasi mahasiswa dan kepemudaan,
Namun, pola pengelolaan opini publik ‘konvensional‘ juga tidak bisa diabaikan. Forum- maupun eleman civil society lainnya mutlak diperlukan. Langkah tersebut untuk
forum seminar, pelatihan, majelis taklim, halaqoh di Masjid, Musholla, ataupun tempat menghindari agar organisasi ini tidak hanya menjadi besar di Negara sendiri, tetapi
ibadah lainnya harus menjadi medan pewacanaan ide dan transformasi sosial. Media menjadi kekuatan masyarakat sipil yang diperhitungkan oleh komunitas global.
seperti itu sangat efektif, murah, dan mudah diterima karena masyarakat Indonesia
dikenal memiliki regiusitas cukup tinggi meski pada titik tertentu pemahaman
keagamaannya masih dangkal. Kunci sukses transformasi sosial dan distribusi ide adalah
jika produk-produk organisasi dapat diterima masyarakat secara efektif, cepat, dan
murah biaya. Perimbanganan dalam mengelola opini publik melalui media mutakhir dan MANAGEMENT ADVOKASI & MANAGEMENT AKSI
konvensional berpotensi menuai hasil yang lebih baik. A. Pengantar
Dalam konsep developmentalisme yang dikembangkan di negara-negara
PMII, Negara dan Globalisasi
berkembang –kasus Indonesia misalnya- telah berhasil menciptakan berbagai
Menjaga independensi organisasi adalah sikap yang tidak bisa ditawar, terlebih saat kemajuan yang bersifat material. Pembangunan memang menjadi ’kata kunci’ bagi
berhadap dengan Negara. Dengan nalar independensinya serta kesadaran paradigmatik keinginan untuk ’mengejar ketertinggalan’ dengan negara lain atau dengan daerah
untuk selalu kritis, PMII selalu menjaga jarak dengan Negara. Sikap seperti itu membuat lain. Karenanya, di setiap daerah yang ’dibangun’ akan terlahir berbagai bentuk
PMII mendapat label sebagai organisasi protes. akitivitas-aktivitas yang diselenggarakan untuk kepentingan tersebut. Dalam konteks
ini, untuk mempercepat implementasi tersebut dalam berbagai bidang; maka negara
Sebagai sebuah sikap organisasi, menjaga jarak dengan Negara harus tetap terjaga. akan melahirkan sejumlah kebijakan yang berkaitan dengan aktivitas pembangunan.
Namun, tanggung jawab sosial untuk terus melakukan transformasi kehidupan berbangsa Kebijakan (publik) menjadi penting dalam logika negara agar setiap aktivitas
dan bernegara yang pro-rakyat, PMII perlu membentuk jejaring distribusi kader. Sebagai pembangunan memperoleh legitimasi yuridis formal; dan (tragisnya) dapat
bagian dari kader bangsa, heteregonitas pola distribusi kader dibutuhkan, termasuk bersembunyi ketika implementasi pembangunan harus bersentuhan (dan
melihat potensi pola di posisi strategis bangsa. Membangun jejaring organisasi dengan memunculkan problem konflik) dengan kepentingan lain. Misalnya, pembangunan
semua stake-holder bangsa perlu menjadi bagian dari strategi organisasi. Perimbangan jalan yang melahirkan penggusuran atau ganti rugi yang tidak adil, penggusuran
Pedagang Kaki Lima karena alasan penertiban kota, siswa DO karena alasan tidak
sanggup membayar sejumlah biaya, dan sebagainya. Kebijakan dalam logika negara menyokong atau memelopori. Dengan kata lain, advokasi juga bisa diartikan
adalah untuk kepentingan publik, makanya diberikanlah istilah kebijakan publik. melakukan ‘perubahan’ secara terorganisir dan sistematis. Menurut Mansour Faqih,
Perspektif negara dalam konteks kebijakan publik ini akhirnya memberikan Alm., dkk, advokasi adalah usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi
implikasi logis untuk memposisikan rakyat pada posisi objek, bukan sebagai subjek dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap-
pembangunan. Menjadi wajar jika kemudian paradigma demikian (rentan) maju (incremental). Julie Stirling mendefinisikan advokasi sebagai serangkaian
melahirkan realitas paradoks dalam pembangunan; untuk mensejahterakan rakyat tindakan yang berproses atau kampanye yang terencana/terarah untuk
atau justru sebaliknya. Karena ternyata dalam berbagai kasus, ada banyak kebijakan mempengaruhi orang lain yang hasil akhirnya adalah untuk merubah kebijakan
(publik) pembangunan justru melahirkan situasi kontraproduktif. Kasus-kasus publik. Sedangkan menurut Sheila Espine-Villaluz, advokasi diartikan sebagai aksi
konflik yang melibatkan negara di satu sisi dan melibatkan rakyat di sisi lain terkait strategis dan terpadu yang dilakukan perorangan dan kelompok untuk memasukkan
dengan lahirnya sejumlah kebijakan merupakan faka yang tidak dapat ditutup-tutupi. suatu masalah (isu) kedalam agenda kebijakan, mendorong para pembuat kebijakan
Ada banyak kebijakan yang akhirnya (dianggap) tidak berpihak pada kepentingan untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan membangun basis dukungan atas
publik, kecuali kepentingan ekonomi-politik negara atau kekuasaan. Fakta bahwa kebijakan publik yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dari berbagai
dalam setiap konflik antara negara (baca: kekuasaan) dengan rakyat ternyata tidak pengertian advokasi diatas, kita dapat membagi penjelasan itu atas empat bagian,
pernah menguntungkan rakyat, karena hampir tidak pernah ada konflik antara yakni aktor atau pelaku, strategi, ruang lingkup dan tujuan.  
keduanya dimenangkan oleh rakyat. Tatkala rakyat dirugikan dalam berbagai Mengingat advokasi dalam perkembangannya digunakan untuk berbagai macam
kebijakan tersebut, maka lahirlah sejumlah kegiatan untuk memberikan kepentingan, maka advokasi dalam pembahasan ini tak lain adalah advokasi yang
pendampingan bagi rakyat atau siapa saja yang mendapatkan perlakuan ’tidak adil’ bertujuan memperjuangkan keadilan sosial. Dengan kata lain, advokasi yang
tersebut. Pendampingan-pendampingan tersebut, baik yang dilakukan oleh Lembaga dirumuskan merupakan praktek perjuangan secara sistematis dalam rangka
bantuan Hukum, LSM atau lembaga-lembaga yang konsen dengan perjuangan mendorong terwujudnya keadilan sosial melalui perubahan atau perumusan
keadilan sosial, merupakan suatu bentuk advokasi. kebijakan publik. Meminjam bahasa Mansour Faqih, advokasi yang dimaksud
B. Konsep Advokasi adalah advokasi keadilan sosial. Penegasan ini penting untuk menghindari
Banyak orang masih menganggap bahwa advokasi merupakan kerja-kerja kesimpangsiuran pemahaman yang akan berujung pada kesalahan menerapkan
pembelaan hukum (litigasi) yang dilakukan oleh pengacara dan hanya merupakan strategi dan tujuan. Bagaimanapun banyak lembaga atau organisasi yang merasa
pekerjaan yang berkaitan dengan praktek beracara di pengadilan. Pandangan ini prihatin dengan kenyataan sosial, kemudian mengupayakan sesuatu, namun pada
kemudian melahirkan pengertian yang sempit terhadap apa yang disebut sebagai akhirnya terjebak pada kesalahan dalam mendiagnosa masalah. Misalnya saja
advokasi. Seolah-olah, advokasi merupakan urusan sekaligus monopoli dari organisasi yang berjuang memberantas kemiskinan yang menggunakan pendekatan
organisasi yang berkaitan dengan ilmu dan praktek hukum semata. Pandangan sedekah (charity) belaka dengan membagi-bagi uang dan sebagainya tanpa pernah
semacam itu bukan selamanya keliru, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Mungkin mempertanyakan apa yang menyebabkan masyarakat menjadi miskin. Membantu
pengertian advokasi menjadi sempit karena pengaruh yang cukup kuat dari padanan orang yang sedang dalam kesulitan/kemiskinan dengan sedekah memang tidak
kata advokasi itu dalam bahasa Belanda, yakni advocaat yang tak lain memang salah, bahkan dianjurkan. Namun tindakan itu tidak strategis karena tidak dapat
berarti pengacara hukum atau pembela. Namun kalau kita mau mengacu pada kata menyelesaikan persoalan kemiskinan. Dengan kata lain, sedekah merupakan
advocate dalam pengertian bahasa Inggris, maka pengertian advokasi akan menjadi tindakan yang hanya menyelesaikan akibat, bukan sebab. Demikian halnya dengan
lebih luas. Misalnya saja dalam kamus bahasa Inggris yang disusun oleh Prof. masalah-masalah lain yang menyangkut harkat hidup orang banyak, khususnya
Wojowasito, Alm., Guru Besar IKIP Malang (kini Universitas Negeri Malang) yang masalah-masalah yang terkait dengan keadilan sosial.
diterbitkan sejak tahun 1980, kata advocate dalam bahasa Inggris dapat bermakna Mengapa Kebijakan?
macam-macam. Avocate bisa berarti menganjurkan, memajukan (to promote),
Sesungguhnya masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan masyarakat kerap kali tidak masuk akal karena alokasinya sangat besar. Dari beberapa contoh
merupakan dampak dari hubungan dan tarik-menarik kepentingan antara tiga kasus diatas, kita dapat melihat secara jelas bahwa akar masalah yang menjadi
aktor/pelaku governance, yakni negara, swasta dan masyarakat. Ketika hubungan itu penyebab kerugian bagi masyarakat luas adalah karena adanya kebijakan. Dengan
berjalan tidak seimbang, biasanya terjadi karena ada persekongkolan antara negara demikian, advokasi sesungguhnya adalah mempersoalkan ketidakadilan struktural
dan swasta, maka dapat dipastikan akan lahir kebijakan-kebijakan korup yang sangat dan sistematis yang tersembunyi di balik suatu kebijakan, undang-undang atau
merugikan masyarakat. Ruang lingkup kebijakan publik itu sendiri meliputi peraturan yang berlaku. Maka melakukan advokasi juga mempersoalkan hal-hal
peraturan (rules), regulasi, standarisasi, Undang-Undang, pernyataan dan Instruksi yang berada di balik suatu kebijakan, secara tidak langsung mulai mencurigai
(Decree) yang memiliki fungsi sebagai norma umum, standar etika maupun sanksi. adanya bibit ketidakadilan yang tersembunyi dibalik suatu kebijakan resmi. Oleh
Satu bentuk produk kebijakan yang merugikan masyarakat luas misalnya saja karena itu, tujuan dari advokasi keadilan sosial adalah bagaimana
kebijakan Pemerintah Megawati mengeluarkan Inpres No. 8 Tahun 2002 mengenai mengupayakan/mendorong lahirnya sebuah kebijakan publik yang adil, bagaimana
Release and Discharge (R&D) yang membebaskan sekaligus memberikan jaminan merubah kebijakan publik yang tidak adil dan bagaimana mempertahankan
tidak akan dituntut secara hukum bagi para konglomerat pengguna BLBI yang telah kebijakan yang sudah adil dengan suatu strategi. Sebuah kebijakan publik tidak akan
melunasi utang mereka. Kebijakan ini sungguh konyol dan merugikan masyarakat pernah dibuat sesuai dengan kebutuhan masyarakat luas. Walaupun dalam proses
luas karena pemerintah sama sekali tidak memperhatikan dimensi pidana korupsi, pembuatan kebijakan publik terdapat wakil rakyat, tapi hal itu tidak akan pernah
adanya moral hazard, pelanggaran prinsip prudential dalam berbagai kasus BLBI. menjamin bahwa kepentingan rakyat akan menjadi prioritas. Hal ini karena aktor
Pemerintah menganggap kasus BLBI hanya merupakan perkara perdata utang- perumus dan pembuat kebijakan memiliki logika kekuasaan dan kepentingan sendiri
piutang saja. Padahal dana negara (baca: masyarakat) yang digunakan untuk BLBI untuk beroperasi. Apalagi jika ruang publik dalam kehidupan politik tidak
mencapai Rp 600 triliun. Di sisi lain, Pemerintah SBY telah mengeluarkan kebijakan mendapatkan jaminan dalam sistem dan konstitusi.
menaikkan harga BBM dengan mencabut subsidi BBM bagi masyarakat miskin Agar kebijakan publik tidak menjadi alat yang justru meminggirkan
karena subsidi dianggap membebani anggaran negara. Berapa anggaran yang kepentingan publik, karena digunakan sebagai alat kekuasaan sebuah bangsa untuk
dibutuhkan untuk mensubsidi BBM? Menurut Menko Perekonomian, Aburizal melakukan/melegitimasi perbuatan-perbuatan korup dan manipulatif bagi
Bakrie, mencapai Rp 69 Triliun dengan asumsi harga minyak dunia per barel adalah kepentingan segelintir orang, kebijakan publik harus selalu bersinggungan dengan
US$ 37. Coba bandingan dengan dana BLBI yang dipakai untuk ‘mensubsidi’ para konsep demokrasi. Artinya kebijakan publik tidak sekedar disusun atau dirancang
konglomerat perbankan yang mencapai Rp 600 triliun. oleh para pakar dan elit penguasa yang mengatasnamakan kepentingan masyarakat
Kebijakan yang mengantarkan pada terciptanya situasi ketidakadilan, kerusakan banyak, melainkan harus menoleh pada opini publik yang beredar. Demokratis atau
dan kemiskinan tidak hanya berdimensi nasional, namun juga menjadi masalah di tidaknya perumusan kebijakan publik yang telah dilakukan akan sangat tergantung
tingkat lokal. Misalnya saja kebijakan penyusunan APBD yang telah disahkan dalam dari luas atau tidaknya ruang publik sendiri. Oleh karenanya, perluasan ruang publik
Perda di beberapa daerah banyak diprotes warga. Hal ini terjadi karena beberapa hal. dengan melakukan reformasi konstitusional yang mengarahkan pada transparansi
Pertama, dari sisi perimbangan, dana yang dialokasikan untuk belanja rutin jauh dan keterbukaan yang lebih besar dalam proses politik yang ada pada sebuah negara
lebih tinggi dibandingkan dengan belanja publik. Kedua, kebutuhan akan belanja harus dilakukan.
publik seringkali tidak ada kaitannya langsung dengan kebutuhan real masyarakat
sehingga rawan dikorupsi. Kasus korupsi dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, Advokasi: Kerangka Analisis, Kerangka Kerja dan Kerangka Jaringan
terutama yang menyangkut pembelian kapal, pesawat, helikopter yang saat ini Mengingat advokasi merupakan kegiatan atau usaha untuk
sedang ramai diperbincangkan merupakan salah satu contoh kecil betapa alokasi memperbaiki/merubah kebijakan publik sesuai dengan kehendak mereka yang
anggaran untuk belanja publik seringkali tidak mengacu pada kebutuhan konkret mendesakkan terjadinya perbaikan atau perubahan tersebut, maka menjadi penting
masyarakat. Ketiga, anggaran untuk menopang operasional eksekutif dan legislatif untuk memahami apa sesungguhnya kebijakan publik itu. Salah satu kerangka
analisis yang berguna untuk memahami suatu kebijakan publik adalah dengan Yakni suatu upaya atau kegiatan untuk mempengaruhi pembuat dan pelaksana
melihat sebuah kebijakan itu sebagai suatu sistem hukum. Secara teoritis, sistem peraturan melalui berbagai strategi, mulai dari lobi, negoisasi, mediasi, tawar
hukum mengacu pada tiga hal: menawar, kolaborasi dan sebagainya.
Pertama, isi hukum (content of law) yakni uraian atau penjabaran tertulis dari  
suatu kebijakan yang tertuang dalam bentuk UU, PP, Keppres dan lain sebagainya Proses-proses sosialisasi dan mobilisasi,
atau karena adanya ‘kesepakatan umum’ (konvensi) tidak tertulis yang Yakni suatu kegiatan untuk membentuk pendapat umum dan pengertian yang
dititikberatkan pada naskah (teks) hukum tertulis atau aspek tekstual dari sistem lebih luas melalui kampanye, siaran pers, unjuk rasa, boikot, pengorganisasian basis,
hukum yang berlaku.   pendidikan politik, diskusi publik, seminar, pelatihan dan sebagainya. Untuk
Kedua, tata laksana hukum (structure of law) yang merupakan seperangkat membentuk opini publik yang baik, dalam pengertian mampu menggerakkan
kelembagaan dan pelaksana dari isi hukum yang berlaku. Dalam pengertian ini sekaligus menyentuh perasaan terdalam khalayak ramai, keahlian dan ketrampilan
tercakup lembaga-lembaga hukum (pengadilan, penjara, birokrasi, partai politik dll) untuk mengolah, mengemas isu melalui berbagai teknik, sentuhan artistik sangat
dan para aparat pelaksananya (hakim, jaksa, pengacara, polisi, tentara, pejabat dibutuhkan.
pemerintah, anggota parlemen). Mengingat advokasi merupakan pekerjaan yang memiliki skala cukup besar
Ketiga, adalah budaya hukum (content of law) yakni persepsi, pemahaman, (karena sasaran perubahan ada tiga aspek), maka satu hal yang sangat menentukan
sikap penerimaan, praktek-praktek pelaksanaan, penafsiran, penafsiran terhadap dua keberhasilan advokasi adalah pada strategi membentuk jaringan kerja advokasi atau
aspek hukum diatas, isi dan tata-laksana hukum. Oleh karena itu idealnya suatu jaringan kerja organisasi. Pasalnya kegiatan advokasi adalah pekerjaan
kegiatan atau program advokasi harus mencakup sasaran perubahan ketiga-tiganya. multidimensi, sehingga dibutuhkan keterlibatan berbagai pihak dengan spesifikasi
Dengan demikian, suatu kegiatan advokasi yang baik adalah yang secara sengaja keahlian yang berbeda dalam satu koordinasi yang sistematis dan terpadu. Sebagai
dan sistematis didesain untuk mendesakkan terjadinya perubahan, baik dalam isi, catatan, tidak ada satu organisasipun yang dapat melakukan sendiri kegiatan
tata-laksana maupun budaya hukum yang berlaku. Perubahan itu tidak harus selalu advokasi tanpa ada jaringan atau dukungan dari kelompok lainnya. Justru semakin
terjadi dalam waktu yang bersamaan, namun bisa saja bertahap atau berjenjang dari besar keterlibatan berbagai pihak, akan semakin kuat tekanan yang dapat diberikan
satu aspek hukum tersebut yang dianggap merupakan titik-tolak paling dan semakin mudah kegiatan advokasi dilakukan.
menentukan.        Untuk membentuk jaringan organisasi advokasi yang kuat, dibutuhkan bentuk-
Untuk melakukan advokasi pada tiga aspek hukum diatas, perlu dilakukan bentuk jaringan yang memadai. Sekurang-kurangnya terdapat tiga bentuk jaringan
pendekatan yang berbeda mengingat ketiga aspek hukum tersebut dihasilkan oleh organisasi advokasi yang satu sama lainnya memiliki fungsi dan peranan advokasi
proses-proses yang memiliki kekhasan tersendiri. Oleh karena itu, menurut Roem, yang berbeda, namun berada pada garis koordinasi dan target yang sama :
kegiatan advokasi harus mempertimbangkan dan menempuh proses-proses yang Jaringan kerja garis depan (front lines) yakni jaringan kerja yang memiliki tugas
disesuaikan sebagai berikut: dan fungsi untuk menjadi juru bicara organisasi, melakukan lobi, melibatkan diri
dalam aksi yuridis dan legislasi serta penggalangan lingkar sekutu (aliansi).
Proses-proses legislasi dan juridiksi, Tentunya pihak-pihak yang hendak terlibat dalam kegiatan advokasi jaringan kerja
Yakni kegiatan pengajuan usul, konsep, penyusunan academic draft hingga garis depan setidaknya harus memiliki teknik dan ketrampilan untuk melakukan
praktek litigasi untuk melakukan judicial review, class action, legal standing untuk tugas dan fungsi jaringan ini.
meninjau ulang isi hukum sekaligus membentuk preseden yang dapat mempengaruhi Jaringan kerja basis yakni jaringan kerja yang memiliki tugas dan fungsi untuk
keputusan-keputusan hukum selanjutnya. melakukan kerja-kerja pengorganisasian, membangun basis massa, pendidikan
  politik kader, mobilisasi aksi dan membentuk lingkar inti.
Proses-proses politik dan birokrasi,
jaringan kerja pendukung yakni jaringan kerja yang memiliki tugas dan fungsi
untuk mendukung kerja-kerja advokasi dengan cara mengupayakan dukungan Advokasi untuk menuntut perubahan kebijakan dapat dilakukan dengan cara
logistic, dana, informasi, data dan akses. yang yang biasa dinamakan dengan langkah legislasi. Misalnya, counter draf
Berhasil atau tidaknya advokasi yang kita lakukan sangat tergantung dari (pengajuan konsep-konsep tanding), judicial review (hak uji materiil) atau langkah-
penyusunan strategi yang kita buat. Oleh karena itu dalam menyusun strategi langkah ligitasi dengan menguji di pengadilan lewat satu kasus.
advokasi harus mempertimbangkan beberapa aspek penting yang sangat menentukan  Penggunaan lobi, strategi negosiasi, mediasi dan kolaborasi. Hal ini
keberhasilan advokasi. Aspek-aspek itu adalah sebagai berikut: memerlukan jaringan yang kuat dan luas. Paling tidak ada 3 kekuatan yang menjadi
bahwa dalam advokasi kita harus menentukan target yang jelas. Maksudnya kita basis dukungan, pertama, kerja pendukung yang menyediakan dukungan dana,
harus menentukan kebijakan publik macam apa yang akan kita ubah. Apakah itu logistik informasi dan akses, kedua, kerja basis menjadi dapur gerakan dalam
UU, Perda atau produk hukum lainnya. membangun basis masa, lewat pendidikan kader atau membentuk lingkar inti dan
kita juga harus menentukan prioritas mengingat tidak semua kebijakan bisa melakukan mobilisasi aksi, dan ketiga, kerja garis depan yang menjalankan fungsi
diubah dalam waktu yang cepat. Karena itu, kita harus menentukan prioritas mana sebagai juru bicara, perunding, pelobi, dan terlibat dalam upaya penggalangan
dari masalah dan kebijakan yang akan diubah. dukungan.
Realistis. Artinya bahwa kita tidak mungkin dapat mengubah seluruh kebijakan Melakukan kampanye, siaran pers, unjuk rasa, mogok, boikot, peroganisasian
public. Oleh karena itu kita harus menentukan pada sisi-sisi yang mana kebijakan itu basis dan pendidikan politik. Mlelaui pemanfaatan jaringan yang ada, pertama,
harus dirubah. Misalnya pada bagian pelaksanaan kebijakan, pengawasan kebijakan lingkaran inti yaitu mereka yang tergolong sebagai penggagas, pemrakarsa pendiri,
atau yang lainnya. penggerak utama sekaligus pengendali arah kebijakan, tema atau isu dari sasaran
Batas waktu yang jelas. Alokasi waktu yang jelas akan menuntun kita dalam advokasi. Biasanya kelompok inti adalah mereka yang mempunyai kesamaan
melakukan tahap-tahap kegiatan advokasi, kapan dimulai dan kapan akan selesai. ideologi. Kedua, adalah jaringan sekutu, yang melakukan kerja-kerja aksis, biasanya
dukungan logistik. Dukungan sumber daya manusia dan dana sangat dibutuhkan terdiri dari mereka yang mempunyai kesamaan kepentingan.
dalam melakukan kegiatan advokasi
  A. Manajemen Opini Dan Aksi
Analisa Ancaman dan Peluang. 1. Opini
Kaidah-kaidah advokasi Seperti ilmu sosial lainnya, definisi opini (pendapat) sulit untuk
Sebagai kegiatan yang terencana dan sistematis, maka ada beberapa kaidah yang dirumuskan secara lengkap dan utuh. Ada berbagai definisi yang muncul,
menjadi pegangan bagi tiap orang yang melakukan advokasi. Kaidah-kaidah tersebut tergantung dari sisi mana kita melihatnya, Ilmu Komunikasi mendefinisikan
adalah; opini sebagai pertukaran informasi yang membentuk sikap, menentukan isu
Mencermati posisi kasus; digunakan untuk memetakan persoalan yang berisikan dalam masyarakat dan dinyatakan secara terbuka. Opini sebagai komunikasi
identifikasi masalah, potensi dan peluang serta jangka waktu yang dikerjakan. mengenai soal-soal tertentu yang jika dibawakan dalam bentuk atau cara
Identifikasi siapa kawan dan siapa lawan; dilakukan untuk memperkecil lawan tertentu kepada orang tertentu akan membawa efek tertentu pula (Bernard
dan memperbanyak kawan, melalui identifikasi siapa saja yang mendukung dan Berelson).
siapa saja yang menentang.   2. Opini Publik
Kerjakan rencana yang sudah dibuat; agar tidak secara tibga-tiba mengubah Ilmu Psikologi mendefinisikan opini publik sebagai hasil dari sikap
sasarab dan target yang sudah disepakati dan disusun. sekumpulan orang yang memperlihatkan reaksi yang sama terhadap rangsangan
yang sama dari luar (Leonard W. Doob) Sekalipun untuk keperluan teoritik
Cara Melakukan Advokasi dikenal adanya tiga pendekatan diatas, dalam prakteknya opini publik tidak bisa
dipahami hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Opini publik Opini publik sudah terbentuk jika pendapat yang semula dipertentangkan
hanya terbentuk bila ada informasi yang memadai dan warga masyarakat sudah tidak lagi dipersoalkan. Dalam hal ini tidak berarti bahwa opini publik
bereaksi terhadap isu tersebut. merupakan hasil kesepakatan mutlak atau suara mayoritas setuju, karena kepada
Opini publik memiliki karakteristik sebagai berikut : para anggota diskusi memang sama sekali tidak dimintakan pernyataan setuju. Opini
1) dibuat berdasarkan fakta, bukan kata-kata publik terbentuk jika dalam diskusi tidak ada lagi yang menentang pendapat
2) dapat merupakan reaksi terhadap masalah tertentu, dan reaksi itu akhir karena sudah berhasil diyakinkan atau mungkin karena argumentasi untuk
diungkapkan menolak sudah habis. Berdasarkan terbentuknya opini publik, kita mengenal
3) masalah tersebut disepakati untuk dipecahkan opini publik yang murni. Opini publik murni adalah opini publik yang lahir dari
4) dapat dikombinasikan dengan kepentingan pribadi reaksi masyarakat atas suatu masalah (isu). Sedangkan opini publik yang tidak
5) yang menjadi opini publik hanya pendapat dari mayoritas anggota murni dapat berupa :
masyarakat 1) Manipulated Public Opinion, yaitu opini publik yang
6) opini publik membuka kemungkinan adanya tanggapan dimanipulasikan atau dipermainkan dengan cerdik
7) partisipasi anggota masyarakat sebatas kepentingan mereka, terutama 2) Planned Public Opinion, yaitu opini yang direncanakan
yang terancam. 3) Intended Public Opinion, yaitu opini yang dikehendaki
8) memungkinkan adanya kontra-opini. 4) Programmed Public Opinion, yaitu opini yang diprogramkan
3. Proses Pembentukan Opini Publik 5) Desired Public Opinion, yaitu opini yang diinginkan
Proses terbentuknya opini publik melalui beberapa tahapan yang menurut 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Publik
Cutlip dan Center ada empat tahap, yaitu : Opini publik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1) Ada masalah yang perlu dipecahkan sehingga orang mencari 1) Pendidikan
alternatif pemecahan. Pendidikan, baik formal maupun non formal, banyak mempengaruhi dan
2) Munculnya beberapa alternatif memungkinkan terjadinya diskusi membentuk persepsi seseorang. Orang berpendidikan cukup, memiliki sikap
untuk memilih alternatif yang lebih mandiri ketimbang kelompok yang kurang berpendidikan. Yang
3) Dalam diskusi diambil keputusan yang melahirkan kesadaran terakhir cenderung mengikut.
kelompok. 2) Kondisi Sosial
4) Untuk melaksanakan keputusan, disusunlah program yang Masyarakat yang terdiri dari kelompok tertutup akan memiliki pendapat
memerlukan dukungan yang lebih luas. yang lebih sempit daripada kelompok masyarakat terbuka. Dalam masyarakat
Erikson, Lutberg dan Tedin mengemukakan adanya empat tahap terbentuknya tertutup, komunikasi dengan luar sulit dilakukan.
opini publik 3) Kondisi Ekonomi
1) Muncul isu yang dirasakan sangat relevan bagi kehidupan orang Masyarakat yang kebutuhan minimumnya terpenuhi dan masalah survive
banyak bukan lagi merupakan bahaya yang mengancam, adalah masyarakat yang tenang
2) Isu tersebut relatif baru hingga memunculkan kekaburan standar dan demokratis.
penilaian atau standar ganda. 4) Ideologi
3) Ada opinion leaders (tokoh pembentuk opini) yang juga tertarik Ideologi adalah hasil kristalisasi nilai yang ada dalam masyarakat. Ia juga
dengan isu tersebut, seperti politisi atau akademisi merupakan pemikiran khas suatu kelompok. Karena titik tolaknya adalah
4) Mendapat perhatian pers hingga informasi dan reaksi terhadap isu kepentingan ego, maka ideologi cenderung mengarah pada egoisme atau
tersebut diketahui khalayak. kelompokisme.
5) Organisasi Kedua, pegang data dan fakta. Bagi seorang organizer, data adalah senjata
Dalam organisasi orang berinteraksi dengan orang lain dengan berbagai yang paling ampuh. Dengan data dan fakta yang lengkap serta akurat kelompok
ragam kepentingan. Dalam organisasi orang dapat menyalurkan pendapat dan target gerakan akan sulit membantah kebenaran yang kita sampaikan. Apa lagi
keinginannya. Karena dalam kelompok ini orang cenderung bersedia itu bentuknya penyelewengan atau manipulasi. Ini lah yang banyak dilakukan oleh
menyamakan pendapatnya, maka pendapat umum mudah terbentuk. banyak aktivis dalam menjalankan programnya. Ketiga, gali masalahnya.
6) Media Massa Berbekal data yang akurat dengan sedikit analisa saja kita sudah mengetahui
Persepsi masyarakat dapat dibentuk oleh media massa. Media massa dapat pangkal masalahnya, kemudian dampaknya seperti apa. Bisa menimpa siapa saja
membentuk pendapat umum dengan cara peitaan yang sensasional dan dan lain seterusnya. Kalau sudah akar masalah dan dampaknya tergali baru
berkesinambungan. tawarkan solusi penyelesaian dari problem sosial yang terjadi. Analisa yang
cerdas, akan menghasilkan jawaban yang cerdas pula. Ketiga agenda diatas adalah
B. Mengelola Opini untuk Menggerakkan Massa langkah minimal, jika masalah lebih luas dan komplek dibutuhkan strategi-
Mengelola Opini untuk Menggerakkan Massa”menurut saya skill penting yang strategi lain yang bisa ditemukan dilapangan. Karena sering kali fakta dilapangan
mesti dimiliki setiap orang sebagai sebuah keterampilan memimpin. Generasi berbicara lain dengan apa yang dipikir ketika dibelakang meja. Di sinilah
muda sebagai mandataris perubahan dimasa depan mesti cakap dalam kemudian beberapa aktivis gerakan memulai gerakan dengan terlebih dahulu
mengorganisir ide perubahan sebelum dilempar kepada masyarakat. Untuk itu memetakan lapangan lengkap dengan kekuatan yang didaerah tersebut. Dalam
mahasiswa berpotensi menjadi opinion maker dalam menyuarakan mengelola opini menjadi sebuah gerakan, kita bisa belajar dari kesuksesan
perubahan. Dalam kehidupan sehari-hari, kerap kali kita terlibat dalam aktivis gerakan dalam mewacanakan Aktivis Busuk (2004), pelanggaran HAM,
penggalangan dukungan untuk mencapai tujuan. Mulai dari hal yang sederhana gerakan anti korupsi dan sebagainya. Kita bisa lihat, berbagai wacana yang
sampai masalah yang lebih besar dan strategis. Misalnya, dengan alasan agar cepat disampaikan itu ternyata selalu disuarakan ketika momentum datang. Selain
sampai sekolah kita berusaha meyakinkan orang tua agar mau dibelikan sepeda. bekerja dengan rencana, mereka juga tidak pernah melewatkan momentum
Mulai dari untung dan ruginya memiliki sepeda – coba kita utarakan kepada dalam menyuarakan perubahan. Hasilnya mereka terlatih membaca momentum.
orang tua kita. Nah, segala usaha dan upaya meyakinkan kedua orang tua itu Yang tidak kalah penting ketika mengelola opini menjadi gerakan adalah
bisa dikatakan gerakan mengelola opini anggota keluarga agar tujuan untuk berkongsi dengan media massa. Demi misi gerakan, ‘konspirasi’ dengan media
memiliki sepeda terpenuhi. Jadi menurut saya, pengertian pengelolaan opini perlu dibangun. Bukankah media membutuhkan berita yang berasal dari
bukan sebatas membuat opini lalu dikirim kemedia massa. Tapi penggalangan masyarakat. Jika yang disampaikan itu benar dan menyangkut kepentingan
massa demi tujuan tertentu. Sedangkan cara dan bentuknya bisa bermacam- publik luas maka tidak ada alasan bagi media untuk memberitakan apa yang
macam. Pengelolaan opini sebagai sebuah gerakan setidaknya ada tiga agenda ingin kita suarakan. Pada dasarnya semua media membutuhkan orang yang
yang mesti kita kerjakan terlebih dahulu. Ketiga agenda itu bisa dijadikan acuan peduli dengan masyarakat. Media juga bisa membedakan mana gerakan pura-
tergantung tingkat kesulitan gerakan yang dibangun. Pertama tentukan tujuan pura alias bohong. Lalu untuk membangun ‘konspirasi’ dengan media, bisa
gerakan. Sebelum melontarkan ide atau opini kepada publik secara luas terlebih dengan mengadakan jumpa pers, seminar, lokakarya, demonstrasi atau menulis opini
dahulu tujuan gerakan harus ditetapkan secara tepat. Disini missi gerakan harus dan artikel dimedia massa. Cara –cara ini malah sangat efektif mengundang
menjadi ‘panglima’ yang akan menjadi menunjuk arah. Namun pengalaman selama media agar mau memberitakan gerakan yang kita bangun. Selanjutnya tokoh
ini kenapa gerakan massa ‘layu’ ditengah jalan – persoalannya penggerak opini masyarakat juga perlu dirangkul. Karena bagaimanapun realitas masyarakat di
terbuai dengan imbalan-imbalan Indonesia masih sangat mempercayai dan bergantung kepada tokoh. Selain
pragmatis yang ditemui ditengah jalan. Akibatnya ia lupa akan tujuan gerakan. akan menjadi penggerak utama, mereka bisa dimanfaatkan sebagai ‘bemper’ jika
gerakan mendapatkan pertentangan dari penguasa atau kelompok tertentu yang
merasa terusik. Dengan pengaruh yang dia miliki tentunya kelompok penentang sudah tidak asing lagi di telinga kita apabila disematkan dengan kata
akan berpikir sekian kali jika ingin mengganggu. Terkait dengan apa yang kita Antropologi budaya, antropologi politik, antropologi agama dan lain
bicarakan hari ini, Bill Drayton, pendiri organisasi Ashoka AS dalam bukunya sebagainya. Namun begitu asing ketika kata antropolog itu sendiri
Mengubah Dunia, Kewirausahaan Sosial dan Kekuatan Gagasan Baru yang disandingkan dengan kata kampus. Karena memang belum ada suatu
ditulis oleh David Bornsten mengatakan orang cerdas adalah orang yang tidak cabang yang secara terstruktur dan pembahasan yang tuntas mengenai
puas memberi ikan atau puas mengajari cara memancing. Orang cerdas adalah antropologi kampus.
orang yang terus berjuang tanpa mengenal lelah melakukan perubahan sistemik Dalam pembahasan mengenai materi antropologi kampus, kita
mengubah sistem industri perikanan demi terciptanya keadilan dan kemakmuran. perlu menyesuaikan kondisi manusia dimana kacamata antropologi ini
ANTROPOLOGI KAMPUS digunakan untuk melihat dan mengenali seluk-beluk manusia. Dalam hal
ini tentu sala dalam lingkungan kampus, dimana manusia melakukan
A. Pengertian Antropologi Kampus kegiatan pertukaran informasi dan kegiatan sosial akademis guna
1. Pengertian Antropologi tercapainya tujuan-tujuan yang menjadi motivasi masing-masing. Sejarah
Kata dasar dari Antropologi berasal dari Yunani yaitu Anthros telah mencatat bahwa perjalanan panjang bangsa Indonesia tidak lepas
yang berarti manusia dan logos berarti ilmu. Sederhananya, Antropologi dari peran serta mahasiswa.
merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia. Jadi secara garis besar antropologi kampus adalah kajian ilmu
Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut: yang mempelajari tetang kebudayaan, perilaku, tradisi, nilai-nilai,
 William A. Haviland (seorang Antropolog Amerika) “ Antropologi interaksi dan lain sebagainya yang dianggap penting dalam dinamika
adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi dunia kampus ataupun lingkungan sekitar yang berhubungan kampus.
yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk B. Kampus Sebagai Miniatur Negara
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman Kampus boleh dikatakan sebagai miniature Negara. Karena di dalamnya
manusia ” ada politik dan budaya yang bermacam-macam. Kampus tidak dapat difahami
 David Hunter “ Antropologi adalah ilmu yang lahir dari hanya sebagai gelanggang akademis dan ilmu pengetahuan, karena nyatanya
keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia ”. memang tidak demikian. Kampus juga terlibat dalam proyek dan pembangunan
 Koentjaraningrat (bapak Antropolog Indonesia) “ Antropologi adalah melalui perubahan legitimasi ilmiah di pemerintahan negara.
ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan Sementara itu mahasiswa sebagai actor penting dalam kehiduan kampus
mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan memiliki tipologi yang beragam, ada mahasiswa religious, hedonis, aktivis,
yang dihasilkan. akademik, dan lain sebagainya. Sebagai sebuah gelanggang semi terbuka,
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana kampus merupakan tempat potensial bagi kader PMII untuk mengasah mental
antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi dan pengalaman kepemimpinan melalui pengenalan mendalam terhadap
keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi- kehidupan nyat, melalui kampus sebagai miniature negara.
tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu Kampus adalah ruang kaderisasi bangsa. Kampus memiliki pemerintahan
dengan yang lainnya berbeda-beda ”. dan rakyat, oleh karenanya kita akan menemukan berbagai kelompok yang akan
2. Pengertian Antropologi Kampus bertaruh dalam memperebutkan eksistensi dikampus. Benturan ideologi antar
Antropologi kampus pada dasarnya berusaha menjelaskan gerakan mahasiswa pun akan terjadi dikampus, inilah yang menjadikan
bagaimana kehidupan (manusia) dalam lingkungan kampus, khususnya kehidupan dikampus menjadi sangat kondusif.
mahasiswa sebagai pemeran utama. Antropologi sebenarnya kata yang
Bentuk kongkrit dari kampus sebagai miniature Negara yakni yakni cenderung bersikap apolitis dengan berbagai isu kebijakan birokrat kampus dan
implementasi pemerintahan di lingkungan mahasiswa seperti Presiden DEMA para pejabat mahasiswa, namun tetap saja mahasiswa berpolitik dalam arti yang
Universitas, SEMA Universitas, Gubernur DEMA Fakultas, SEMA Fakultas, dan lebih luas. Dikarenakan politik memiliki lingkup yang menyeluruh dalam setiap
HMJ/HMP yang menaungi daerah kekuasannya masing-masaing. aspek kehidupan, tergantung sudut pandang masing-masing.
C. Organisasi Intra Kampus PMII sebagai organisasi ekstra kampus membina dan mendistribusikan
Mahasiswa dan organisasi, dua kata tersebut tidak dapat dipisahkan, kader-kadernya untuk aktif dalam lembaga-lembaga kampus, bahkan akan
karena dengan organisasi inilah mahasiswa dapat mengembangkan diri dalam mendorong kadaer-kader terbaik memimpin lembaga-lembaga tersebut.
wawasan, dan potesi yang dimilkinya. Tapi hal itu tidak disadari oleh setiap Keberadaan lembaga-lembaga tersebut, bagi PMII adalah sebagai ruang distribusi
mahasiswa, sebagian lain –justru dalam golongan yang lebih besar- organisasi kader karena di lembaga tersebut kader PMII bisa menempa dan
dijadikan “momok” atau penghambat dalam akademiknya. Kebanyakan mereka mengembangkan kemampuan yang dimilikinya agar lebih maju dan profesional.
berpendapat bahwa dengan ikut berorganisasi akan menjadikan nilai anjlok, PMII memandang lembaga intra kampus sangat strategis sebagai wahana
prestasi buruk, juga menyita banyak waktu, biaya dan tenaga. Tetapui sedikit kaderisasi. Pada umumnya, ada beberapa jenis lembaga kampus yang memiliki
sekali yang berfikir tentang dampak positif yang nantinya menjadi bekal kelak otoritas tertentu dalam mengayomi kampus dan mahasiswa, yaitu Badan
kembali ke masyarakat. Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Fakultas/Jurusan (HMF/J)
Pada kampus ini organisasai bisa dibedakan menjadi dua, yaitu organisasi dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Lembaga-lembaga tersebut bermain
intra kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi intra kampus adalah dalam wilayah internal kampus dan kepengurusannya berisikan mahasiswa yang
organisasi yang secara administrative dan struktural berhubungan dengan tercatat masih aktif program studinya. Secara umum ke tiga jenis lembaga ini
kampus, sedangkan organisasi ekstra kampus adalah organisasi independen yang memiliki andil penting dalam rekayasa kampus. Mau kemana dan bagaimana
baik struktur dan administrasinya lepas dari manapun serta mempunyai aturan– nantinya kampus akan dikelola, lembaga inilah yang akan mewujudkannya dalam
aturan secara mandiri, dan lepas dari pengawasan manapun. Sehingga organisasi tataran kerja nyata di lapangan.
ini lebih berani menyuarakan aspirasi secara lantang. Dengan menguasai lembaga intra kampus, PMII akan semakin
Peran Organisasi Intra kampus yaakni sebagai wadah bagi mahasiswa meneguhkan perjuangannya dalam menyalurkan aspirasi mahasiswa di segala
dalam menyalurkan potensi yang ada dala diri mereka, serta dapat membentuk lapisan baik akademisi, organisatoris hingga preman kampus. Perlu diingat
karakter pemuda yang lebih bertanggung jawab dan berkompetensi di bidag yang bahwa Perguruan Tinggi merupakan salah satu sarana yang dibuat dalam
mereka ambil. meningkatkan pembangunan negara secara umum, oleh karena itu tak heran
Dengan pembentukan karakter pemuda yang bertanggungjawab dan bahwa banyak perubahan besar yang diawali dari gerakan lembaga
professional dalam bidangnya maka akan muncul generasi yang dapat kemahasiswaan ini. Adanya lapangan bola, internet, pustaka hingga tempat parkir
mempertahankan keutuhan NKRI yang sadar bahwa generasi ini adalah generasi merupakan fasilitas yang diberikan karena adanya sebuah permintaan yang dalam
yang dapat melakukan banyak perubahan terhadap negaranya. Jadi, sudah hal ini diajukan oleh mahasiswa secara umum dan disampaikan kepada pihak
menjadi kewajiban kita sebagai penerus perjuangan untuk selalu sadar bahwa birokrat melalui lembgaga kemahasiswaan jalur komunikasi antara mahasiswa
kemajuan bangsa dimasa yang akan dating ada ditangan kita. dan birokrat kampus. Ketika birokrat kampus serta lembaga-lembaga ini tidak
mampu berkoordinasi dalam mengaspirasikan harapan civitas kampus umum,
D. Peran PMII dalam Kehidupan Kampus maka akan timbul saling ketidakpercayaan, stagnansi hingga kemerosotan
Dunia perpolitikan mahasiswa yang tak pernah lepas dari wilayah kampus akreditasi kampus dalam tataran akademis, fasilitas dan budaya.
membuat PMII mau atau tidak mau akan terlibat dalam pusaran rebutan
kekuasaan kampus. Meskipun diakui ataupun tidak, mahasiswa pada umunya ASWAJA DALAM DIMENSI MANHAJ
A. Pengertian Manhaj Al-Fikr dan Al-Harakah 2. Tawazun artinya suatu nilai substantif aswaja yang berorientasi pada
Aswaja merupakan suatu paradigma keagamaan yang berpijak pada segala keseimbangan dalam kehidupan,baik dunia maupun akhirat, baik kehidupan
produk pemikiran Rasulullah saw., maupun para sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in. yang berkorelasi dengan Sang Kholiq, manusia, maupun lingkungan atau alam.
Aswaja sebagai landasan teoritik diharapkan mampu direalisasikan ke dalam Dalam proses berpikir manusia diharapkan mampu mensinergikan antara nilai-
kehidupan sehari-hari umat manusia dalam menjawab tantangan dinamika zaman. nilai naqli maupun aqli sebagai upaya untuk merespon gejala-gejala kehidupan
Oleh karena itu, Kedudukan aswaja mengalami perluasan dimensi fungsional yang yang kritis.
tidak hanya menjadi madzhab saja, melainkan sebagai dimensi berpikir dan 3. Tasamuh artinya nilai-nilai yang mengajarkan manusia tentang toleransi,
gerakan untuk merespon berbagai macam desain problematika global. gotong – royong, kebhinnekaan, pluralis dalam kehidupan publik. Nilai ini
Manhaj Al-Fikr merupakan suatu proses berpikir secara obyektif dengan menjadi pionir dalam mengontrol stabilitas kehidupan publik Agar terciptanya
bersandarkan pada nilai-nilai metodologi tertentu untuk memecahkan segala lingkungan yang harmonis, damai, aman, rukun. Dalam proses berpikir, nilai ini
problematika yang terjadi di berbagai ruang kehidupan publik, seperti ekonomi, mengajarkan manusia untuk selalu terbuka, demokratis, serta menghargai
pendidikan, sosial, budaya, hukum, politik, agama, dan lain-lain. Manhaj Al-Fikr pendapat orang lain. Dalam konteks gerakan, nilai ini mengajarkan tentang
sebagai proses teoritis dalam mengeksekusi berbagai gejala-gejala ruang publik kesatuan dalam melakukan suatu gerakan yang integratif dan progresif dengan
agar dapat menghasilkan suatu formulasi strategi pemecahan masalah tertentu.. menjunjung tinggi nilai persatuan serta perbedaan.
Dalam pendekatan manhaj al-fikr merupakan suatu desain dialegtika pemikiran 4. Al-I’tidal artinya nilai-nilai yang mengajarkan manusia untuk selalu memegang
terhadap problematika yang timbul secara responsif, sehingga perlu adanya teguh rasa keadilan yang substantif dan mengikis nilai-nilai diskriminatif serta
eksekusi empiris, yakni dengan menggunakan pendekatan manhaj al-harokah. subyektif.
Pendekatan al-harokah merupakan suatu pendekatan sebagai suatu upaya C. Desain Implementasi Nilai-nilai Aswaja
merealisasikan rumusan strategi pemecahan masalah berdasarkan pendekatan
manhaj al-fikr secara obyektif maupun empiris dengan mengaplikasikan nilai-nilai 1.   Bidang Ekonomi
metodologi tertentu. Pendekatan manhaj al-fikr dan al-harokah menjadi suatu
Dalam bidang ekonomi, warga PMII membangun akses dan penguasaan ekonomi
konsep sinergis serta saling korelatif antara satu dengan lainnya. Pendekatan
yang sebesar-besarnya ditujukan untuk pengembangan komunitas dan bangsa. Hal
tersebut sangat diperlukan oleh mahasiswa pergerakan sebagai agent of chage,
ini dimanifestasikan dalam tindakan:
agent social of control, and agent mind of analysys. Begitu pula dengan warga
PMII yang berhaluan ahlussunnah wal jama’ah sebagai landasan kehidupan a.   Penguasaan akses sumberdaya ekonomi di dalam pemerintah (lokal dan
pergerakan. Aswaja menjadi metode substantif dalam proses berpikir serta gerakan nasional), hidup dalam etos kerja entrepeneurship dan mengembangkan potensi
untuk menjawab seluruh tantangan perkembangan zaman. Pergeseran kedudukan kreativitas warga pergerakan di segala bidang.
aswaja yang tadinya sebagai madzhab keagamaan menjadi konstruktivitas metode
berpikir dan gerakan. Hal tersebut berdasarkan asumsi dari Kang Said (panggilan b.   Menumbuhsuburkan semangat tolong-menolong (ta’awun) sebagai jiwa dasar
akrab Said Aqil Siradj) dalam sebuah forum di Jakarta pada tahun 1991. warga PMII dalam hidup berkooperasi dan tindakan berkorporasi.
B. Nilai-nilai Aswaja
Dalam aswaja terkandung nilai-nilai substantif yang harus diimplementasikan c.   Warga PMII melawan ketidakadilan tata penyelenggaraan ekonomi adalah
ke dalam dimensi kehidupan publik, yakni sebagai berikut : sebagian dari iman (syu’bul iman)
1. Tawassuth artinya suatu nilai yang cenderung ditengah-tengah atau moderat d.   Setiap orag mempunyai kewajiban dalam bekerja (Imam An-Nawawi al-
dalam menyikapi suatu permasalahan global dengan tidak memihak ke kanan Bantani). Ikhtiar lebih utama daripada hasil
maupun ke kiri, melainkan berpikir obyektif dan bergerak obyektif pula.
2.   Bidang politik f.     Warga pergerakan berprinsip bahwa melawan ketidakadilan atau
kesewenang-wenangan adalah bagian dari iman (syubul iman)
Dalam tindakan politik, semua warga pergerakan seyogyanya meletakkan secara
proporsional antara ruang privat atau “ruang keintiman” sesama komunitas 4.   Bidang Kebudayaan
pergerakan dan ruang publik-politik atau “ruang kompetitif”. Ini berarti:
Dalam bidang kebudayaan, warga PMII memiliki komitmen berpikir dan
a.   Ruang politik-kompetitif tidak boleh merongrong “ruang keintiman” bertindak sebagai berikut:
komunitas warga PMII yang berpotensi memecah belah komunitas.
a.   Menyerap khasanah kebudayaan dan peradaban lain dari manapun datangnya
b.   “Ruang keintiman” pada hakikatnya adalah ruang komunitas yang dibangun untuk memperkaya dan memperkuat nilai dan kebudayaan komunitas.
dan dipertahankan melalui ta’awun (kooperasi), kepercayaan (trust), dan
kerjasama. b.   Mengembangkan kreativitas kebudayaan dalam rangka meng-counter ekspansi
kebudayaan asing dan sekular.
c.      Warga PMII berperan sebagai kekuatan strategis yang bersinergi dengan
penguasa (pemerintah), sekaligus juga menjadi alat kontrol yang bersikap kritis c.   Mengembangkan budaya organisasi yang sehat atas dasar nilai ta’awun.
terhadap kebijakan pemerintah.
5.   Bidang Pergaulan Sehari-hari
3.   Bidang Sosial
Dalam pergaulan sehari-hari, warga PMII mengembangkan etika pergaulan sosial
Dalam bidang sosial, warga pergerakan seyogyanya memiliki etika dalam segala yang meliputi:
tindakan, yang meliputi:
a.   Yang tua (senior) membimbing dan memuliakan yang muda, dan sebaliknya
a.    Peka terhadap realitas sosial, memiliki tanggung jawab sosial, dan tanggap yang muda hormat terhadap orang tua sebagai sesama pengemban etik aswaja.
terhadap berbagai problem sosial di dalam kehidupan masyarakat.
b.   Mengapresiasi setiap capaian, kesuksesan dan keberhasilan setiap kader yang
b.   Bersikap positive thinking; yakni memandang setiap anggota pergerakan berprestasi dan memberikan dukungan terhadapnya.
mempunyai potensi kebaikan masing-masing. Warga PMII juga memiliki
c.   Mengucapkan “terimakasih”, “thanks”, “syukron” dan sejenisnya setiap
kesadaran self-criticism (nashoihul ‘ibadh)
menerima bantuan, nasehat, atau pemberian dari yang lain.
c.    Warga pergerakan bersikap saling menghormati baik secara internal maupun
d.   Berjabat tangan kepada setiap kader
dengan komunitas eksternal lainnya, serta saling menasehati dan mengingatkan
satu sama lain. e.   Berpandangan bahwa setiap kader adalah guru dan setiap tempat adalah
sekolah pergerakan. Berprinsip bahwa setiap pembelajar adalah pengajar, dan
d.   Warga PMII mengembangkan solidaritas sosial dan menjalankan mandat
setiap pengajar adalah pembelajar.
(peran) sosial dalam rangka mewujudkan common good komunitas dan bangsa.
6.   Kepemimpinan dalam organisasi
e.    ‘Adabu mu’asyarah (Sirajul Tholibin, KH. Ihsan Al-Jampes)
Dalam rangka mengawal pelaksanaan Etik Aswaja, setiap warga PMII memilih
seorang pemimpin yang berkarakter:
a.   Shiddiq (transparan)
b.   Amanah (tanggung jawab, trust)
c.   Fathonah
d. Tabligh (komunikatif, menyerap aspirasi, dan mampu menyuarakan aspirasi) 
yang bisa menjaga common-good komunitas
e.   Menjadi teladan
f.    Ta’at pada nilai bersama (common good)

Anda mungkin juga menyukai