DISUSUN OLEH :
Ibnu Choir M.R (E2A021034)
Irsyad rayhan (E2A021507)
M. Ilyas jaza (E2A021527)
PENDAHULUAN
Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari
wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina
untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang
memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di
Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti
Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah
perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan
pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari
negeri nan hijau ini sambil berdakwah. dalam makalah ini akan di bahas lebih mendalam
mengenai sejarah perkembangan islam di Indonesia.
1.3 Tujuan
Untuk menguraikan dan mempelajari lebih dalam sejarah tentang masuknya islam dan
berkembanganya islam di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Di lihat dari proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia, ada tiga
teori yang berkembang. Teori Gujarat, teori Makkah, dan teori Persia (Ahmad Mansur,
1996). Ketiga teori tersebut, saling mengemukakan perspektif kapan masuknya Islam,
asal negara, penyebar atau pembawa Islam ke Nusantara.
Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai
nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam.
Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah
berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.
Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat
yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis
orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat,
kata HAMKA, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan
keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang mesra antara
mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam
menimba ilmu agama. Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia
mendapatkan Islam dari orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya
sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi
yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah
(kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi
biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan
kumpulan atau perguruan tarekAT.
Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang
memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat
pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan
di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik,
Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang terdapat di Kambay,
Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari
Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah
belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mahzab Syafei
yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.
Meskipun Islam baru bisa dikatakan berkembang setelah berdirinya kerajaan Islam,
atau setidaknya ketika ada jalinan hubungan dagang antara saudaga rmuslim dengan
pribumi, namun cara kedatangan Islam dan penyebarannya di Indonesia tidak dilakukan
dari saluran politik atau perdagangan semata.Setidaknya ada enam saluran
berkembangnya Islam di Indonesia(Yatim:201-203). Saluran perkembangan tersebut
meliputi saluran perdagangan, saluran politik, saluran perkawinan, saluran
pendidikan,saluran kesenian dan saluran tasawuf.
Para pedagang Islam dari Gujarat, Persia dan Arab tinggal selama berbulan-
bulan di Malaka dan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia. Mereka menunggu angin
musim yang baik untuk kembali berlayar. Maka terjadilah interaksi atau pergaualan
antara para pedagang tersebut dengan raja-raja, para bangsawan dan masyarakat
setempat. Kesempatan ini digunakan oleh para pedagang untuk menyebarkan
agama Islam.
Masuknya Islam melalui saluran ini dapat terlihat ketika Samudera Pasai
menjadi kerajaan, banyak sekali penduduk yang memeluk agama Islam.Proses
seperti ini terjadi pula di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk
Islam setelah raja mereka memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja
sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Dari sini dapat dikatakan pula
bahwa kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk
kerajaan yang bukan muslim untuk memeluk agama Islam.
Tak dapat dipungkiri, dari sisi ekonomi, para pedagang muslim memiliki
status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk
pribumi, terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri para
pedagang itu. Sebelum prosesi pernikahan, mereka telah diIslamkan terlebih
dahulu, dan setelah mereka memiliki keturunan, lingkungan kaum muslim semakin
luas. Oleh karenanya tidak heran banyak sekali bermunculan kampung-kampung
muslim.
Para tokoh tasawuf ini biasanya memiliki keahlian khusus sehingga dapat
menarik penduduk untuk memeluk ajaran Islam. Keahlian tersebut biasanya
termanifestasi dalam bentuk penyembuhan bagi orang-orang yang terkena
penyakit, lalu disembuhkan. Ada juga yang termanifestasi sebagai kekuatan-
kekuatan magic yang memang sudah sangat akrab dengan penduduk pribumi saat
itu terkenal dan digemari oleh masyarakat. Dalam memainkan wayang, selalu
disisipkan ajaran-ajaran Islam sehingga penduduk pribumi mulai akrab dengan
ajaran Islam melalui media ini. Yang paling manarik dalam pertunjukan ini adalah
para penduduk tidak dipungut biaya ketika mereka menyaksikan pertunjukan
wayang, mereka hanya diminta untuk melantunkan kalimat syahadat, sehingga
mereka akhirnya masuk Islam dan ikut mendalami ajarannya.
Tasawuf merupakan bagian ajaran dari Agama Islam. Para tokoh tasawuf
inibiasanya memiliki keahlian khusus sehingga dapat menarik penduduk untuk
memeluk ajaran Islam. Keahlian tersebut biasanya termanifestasi dalam bentuk
penyembuhan bagi orang-orang yang terkena penyakit, lalu disembuhkan. Ada
juga yang termanifestasi sebagai kekuatan-kekuatan magic yang memang sudah
sangat akrab dengan penduduk pribumi saat itu.
Di Jawa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Demak, yang dipimpin oleh
raja pertamanya, Raden Patah. Kemudian ada pula kerajaan Pajang yang dipimpinoleh
Jaka Tingkir. Kerajaan ini berdiri setelah meninggalnya sultan Demak tahun 1546 M.
Ada pula kerajaan Mataram yang dipimpin pertamakali oleh Senopati.
Kemudian kerajaan Cirebon yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Selain di
Sumatera dan Jawa, kerajaan Islam juga tumbuh di tempat lain di nusantara, seperti
Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Di Kalimantan ada kerajaan Banjar (Kalimantan
Selatan), Kerajaan Kutai (Kalimantan Timur). Di Sulawesi ada kerajaan Gowa-Tallo,
dengan sultan Alauddin (1591-1636) sebagai raja Islam yang pertama. Selain Gowa-
Tallo, di Sulawesi ada kerajaan Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu). Mereka juga
menerima Islam pada awal abad 17 M. Sementara itu di Maluku ada kerajaan Ternate
yang memeluk Islam sekitar tahun 1460 dengan pimpinan seorang raja yang bernama
Vongi Tidore.
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam yang pertama kali tercatat
sebagai kerajaan Islam di Nusantara. Secara pasti, mengenai awal dan tahun
berdirinya kerajaan ini belum diketahui secara pasti. Akan tetapi menurut pendapat
Hasyimi, berdasarkan naskah tua yang berjudul Izhharul Haq yang ditulis oleh Al-
Tashi dikatakan bahwa sebelum Samudra Pasai berkembang, sudah ada pusat
pemerintahan Islam di Peureula (Perlak) pada pertengahan abad ke-9. Perlak
berkembang sebagai pusat perdagangan, tetapi setelah keamanannya tidak stabil
maka banyak pedagang yang mengalihkan kegiatannya ke tempat lain yakni ke
Pasai, akhirnya Perlak mengalami kemunduran.
Sebelum dikenal dengan nama Demak, daerah tersebut dikenal dengan nama
Bintoro atau Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan
Majapahit. Kadipaten Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah seorang
keturunan Raja Brawijaya V (Bhre Kertabumi) yaitu raja Majapahit. Dengan
berkembangnya Islam di Demak, maka Demak dapat berkembang sebagai kota
dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa.
Hal ini dijadikan kesempatan bagi Demak untuk melepaskan diri dengan
melakukan penyerangan terhadap Majapahit. Setelah Majapahit hancur maka
Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dengan rajanya yaitu
Raden Patah. Kerajaan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan
pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai Demak, yang dikelilingi
oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria. (sekarang Laut Muria sudah
merupakan dataran rendah yang dialiri sungai Lusi). Bintoro sebagai pusat kerajaan
Demak terletak antara Bergola dan Jepara, di mana Bergola adalah pelabuhan yang
penting pada masa berlangsungnya kerajaan Mataram (Wangsa Syailendra),
sedangkan Jepara akhirnya berkembang sebagai pelabuhan yang penting bagi
kerajaan Demak.
Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi tentang kerajaan Demak,
bahwa daerah ujung barat pulau Jawa yaitu Banten dan Sunda Kelapa dapat direbut
oleh Demak, di bawah pimpinan Fatahillah. Untuk itu daerah tersebut berada di
bawah kekuasaan Demak. Setelah Banten diislamkan oleh Fatahillah maka daerah
Banten diserahkan kepada putranya yang bernama Hasannudin, sedangkan
Fatahillah sendiri menetap di Cirebon, dan lebih menekuni hal keagamaan. Dengan
diberikannya Banten kepada Hasannudin, maka Hasannudin meletakkan dasardasar
pemerintahan kerajaan Banten dan mengangkat dirinya sebagai raja pertama,
memerintah tahun 1552 – 1570.
Lokasi kerajaan Banten terletak di wilayah Banten sekarang, yaitu di tepi Timur
Selat Sunda sehingga daerahnya strategis dan sangat ramai untuk perdagangan
nasional. Pada masa pemerintahan Hasannudin, Banten dapat melepaskan diri dari
kerajaan Demak, sehingga Banten dapat berkembang cukup pesat dalam berbagai
bidang kehidupan.
Akibat dari perang saudara tersebut, maka banyak daerah yang dikuasai
Pajang melepaskan diri, sehingga hal inilah yang mendorong Pangeran Benowo
meminta bantuan kepada Sutawijaya. Atas bantuan Sutawijaya tersebut, maka
perang saudara dapat diatasi dan karena ketidakmampuannya maka secara sukarela
Pangeran Benowo menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya. Dengan demikian
berakhirlah kerajaan Pajang dan sebagai kelanjutannya muncullah kerajaan
Mataram. Lokasi kerajaan Mataram tersebut di Jawa Tengah bagian Selatan
dengan pusatnya di kota Gede yaitu di sekitar kota Yogyakarta sekarang.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu,
Majapahit masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk wilayah
Indonesia. Masyarakat Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan Islam
melalui jalur perdagangan, sama seperti ketika berkenalan dengan agama Hindu dan
Buddha. Melalui aktifitas niaga, masyarakat Indonesia yang sudah mengenal Hindu-
Buddha lambat laun mengenal ajaran Islam. Persebaran Islam ini pertama kali terjadi
pada masyarakat pesisir laut yang lebih terbuka terhadap budaya asing. Setelah itu,
barulah Islam menyebar ke daerah pedalaman dan pegunungan melalui aktifitas
ekonomi, pendidikan, dan politik.
3.2 Saran
Kami sebagai pembuat makalah bukanlah makhluk yang sempurna. Apabila ada
kalimat yang tidak berkenan pada tempatnya. Kami berharap kritik dan saran dari Bapak
pembimbing dan rekan mahasiswa/i sekalian yang bersifat membangun agar kami bisa
membuat makalah yang lebih baik pada waktu yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik (ed.).1991.Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: Majelis Ulama Indonesia.
Badri, Yatim. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada Poesponegoro, Marwati
Djoened dan Nugroho Notosusanto.1993. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Suryanegara, Ahmad Mansur. 1996. Meneruskan Sejarah – Wacana Pergerakan Islam di Indonesia.
Bandung: Mizan.
KATA PENGANTAR
Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena anugerah dan rahmat-Nya jualah
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha
semaksimal mungkin, yang mana telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak ternilai dari semua
pihak yang memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakan suatu dorongan yang positif
bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan materi untuk
menyusun makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi
penyajian materinya maupun dari segi bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif
senantiasa penulis harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini