Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH INTELEKTUAL ISLAM DI INDONESIA

“ DUNIA ISLAM DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA “

Disusun Oleh : Kelompok 1

1. Tarisa Salsabila ( 1930402041 )

2. Indri Setianingsih ( 1930402044 )

Dosen Pengampu :

Dr, Nor Huda, M.Ag., M.A

PRODI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

Tahun Ajaran 2022-2023

PENDAHULUAN
Di indonesia terkenal dengan penduduknya yang mayoritas memeluk agama islam. Sejarah
masuknya Islam awalnya di bawa oleh pedagang Gujarat lalu diikuti oleh pedagang Arab dan
Persia. Sambil berdagang mereka menyebarkan agama islam ke tempat mereka berlabuh di
seluruh indonesia. Banyak yang berspekulasi jika islam masuk ke Indonesia di abad ke-7 atau 8,
karena pada abad tersebut terdapat perkampungan islam di sekitar selat Malaka. Islam sebagai
agama masuk ke wilayah nusantara diterima oleh penduduk setempat atas kesadaran diri tanpa
ada paksaaan. Masuknya islam sebagai panutan telah memperkaya budaya asli Nusantara.

Ada beberapa teori terkait sejarah masuknya ajaran Islam ke Indonesia. Agama Islam masuk ke
Nusantara Indonesia melewati perjalanan panjang dan dibawa oleh kaum muslim dari berbagai
belahan bumi. Kini, Indonesia menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di
dunia.Merunut beberapa teori yang ada, ajaran Islam masuk ke Indonesia melalui orang-orang
dari berbagai bangsa. Sebagian dari mereka ada yang datang ke Nusantara untuk berdagang
sembari berdakwah. Ada pula kaum ulama atau ahli agama yang memang datang ke Nusantara
untuk mensyiarkan ajaran Islam. Terlepas dari perdebatan dan diskusi yang kemudian muncul,
4 teori terkait masuknya Islam di Indonesia tersebut antara lain Teori India (Gujarat), Teori Arab
(Mekah), Teori Persia (Iran), dan Teori Cina.

PEMBAHASAN

SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA

A . Teori Masuknya Islam ke Indonesia

1. Teori Mekah

Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari
Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh
yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang
ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958,
saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di
Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam
datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan
HAMKA adalah sumber local Indonesia dan sumber Arab. Menurutnya, motivasi awal
kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilainilai ekonomi, melainkan didorong oleh
motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara
Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi. Dalam hal ini, teori
HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah curiga
terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di
Indonesia. Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk
menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang mesra antara
mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu
agama. Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari
orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan. Pandangan
HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang
mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di
Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk
mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.

2 . Teori Gujarat

Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat
pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagain barat, berdekaran
dengan Laut Arab. Tokoh yang menyosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana dari
Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas
Leiden pada abad ke 19. Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafi’i telah bermukim di
Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke 7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam
ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat
yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia. Dalam
perkembangan selanjutnya,

________________________________

1
Soekmono, R.1973.Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, Jilid 2 dan 3. Yogyakarta: Kanisius.

2
Abdullah, Taufik (ed.).1991.Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: Majelis Ulama Indonesia.
teori Pijnapel ini diamini dan disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck
Hurgronje. Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua
India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia
dibanding dengan pedagang Arab. Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi
pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi
Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” di di depan namanya.

Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang memberikan
argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah
831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik
Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan
yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut
diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah
belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mahzab Syafi’I yang di anut
masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.

3 . Teori Persia

Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah Persia
atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal
Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada
kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi
tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah
atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi
tabut di Pariaman di Sumatera Barat.

Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi. Tradisi
lain adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari
Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum
oleh penguasa setempat karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam
(murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan sosial. Alasan lain yang dikemukakan Hoesein
yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu
nisan yang dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam
Indonesia menganut mahzab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran.

4 . Teori Cina

Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa)
berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia
jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok
telah berbaur dengan penduduk Indonesia terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam
telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al
Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang
(618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah
terdapat sejumlah pemukiman Islam. Teori Cina ini bila dilihat dari beberapa sumber luar negeri
(kronik) maupun lokal (babad dan hikayat), dapat diterima.

Bahkan menurut sejumlah sumber lokat tersebut ditulis bahwa raja Islam pertama di Jawa, yakni
Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina. Ibunya disebutkan berasal dari
Campa, Cina bagian selatan (sekarang termasuk Vietnam). Berdasarkan Sajarah Banten dan
Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja Demak beserta leluhurnya ditulis dengan
menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta
“Cu-cu”.

Nama-nama seperti “Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dari Mongol,
sebuah wilayah di utara Cina yang berbatasan dengan Rusia. Bukti-bukti lainnya adalah masjid-
masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina di berbagai
tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang pada abad ke-15 seperti Gresik,
misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan pedagang
Cina. Semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Tidak
ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori tersebut. Meminjam istilah
Azyumardi Azra, sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam kompleksitas;
artinya tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu yang
bersamaan.

B. Metode-Metode Masuknya Islam ke Indonesia


1. Perdagangan

Pedagang-pedagang Islam dari Arab, Persia, dan Gujarat memegang peranan penting dalam
penyiaran agama Islam di Indonesia. Masuknya Islam ke Indonesia melalui media perdagangan
terjadi pada tahap awal yaitu sejalan dengan ramainya lalu lintas perdagangan laut pada abad ke-
7 M hingga abad ke-16 M. Pada masa itu, para pedagang muslim yang berdagang ke Indonesia
semakin banyak sehingga pada akhirna membentuk sebuah pemukiman yang disebut pekojan.
Dari tempat inilah mereka saling berinteraksi dan berasimilasi dengan masyarakat setempat atau
penduduk asli seraya menyebarkan ajaran agama Islam di Indonesia.

2. Perkawinan

Para pedagang Islam yang datang ke Indonesia banyak yang menikah dengan wanita-wanita
pribumi. Sebelum perkawinan berlangsung, wanita-wanita pribumi yang beragama Islam diminta
untuk mengucapkan syahadat sebagai tanda menerima Islam sebagai agamanya. Melalui proses
perkawinan ini, kelompok mereka semakin besar dan lambat laun berkembang dari komunitas
kecil hingga menjadi kerajaan-kerajaan Islam.

3. Pendidikan

Penyebaran Islam melalui pendidikan dilakukan melalui pesantren-pesantren, khususnya oleh


para kyiai. Semakin terkenal kyiai yang mengajar di sebuah pesantren itu,semakin besar pula
pengaruh pesantren tersebut di tengah-tengah masyarakat. Beberapa pesantren yang terkenal di
Indonesia diantaranya Pesantren Ampel Denta, milik Sunan Ampel dan Pesantren Sunan
Giri milik Sunan Giri, yang kebanyakan muridnya berasal dari Maluku. Disamping mengajar di
pesantren-pesantren, para kyiai juga sering kali menjadi penasehat para raja ataupun bangsawan.

4. Tasawuf

Salah satu cara penting lainnya dalam penyebaran agama Islam di Indonesia yakni melalui jalan
tasawuf. Tasawuf merupakan ajaran atau cara dalam mendekatkan diri pada Allah SWT.
Tasawuf lebih mempermudah orang-orang yang sudah memiliki dasar ketuhanan lain untuk bisa
memahami serta menerima ajaran agama Islam. Selain itu, ajaran tasawuf tersebut tetap menjaga
unsur-unsur budaya sebelum agama Islam datang dan itu menjadi salah satu sebab ajaran islam
diterima masyarakat pribumi dengan mudah. Ajaran tasawuf banyak ditemukan di dalam cerita
babad dan hikayat masyarakat lokal. Ada tokoh-tokoh yang berperan sebagai penyebar ajaran
tasawuf, misalnya Syamsuddin, Hamzah Fansuri, Nurdin Ar-Raniri dan Syekh Abdul Shamad.

5. Kesenian

Proses penyiaran ajaran Islam di nusantara pun bisa dilihat terjadi melalui kesenian, misalnya
peningalan seni musik, seni bangunan, seni sastra dan seni pahat. Hasil karya-karya seni terseut
juga bisa disaksikan secara langsung pada masjid-masjid kuno yang di antaranya berada di Aceh,
Cirebon dan Demak.

6. Politik

Seorang raja memiliki pengaruh dan kekuasaan yang sangat besar serta memegang peranan yang
penting di dalam penyiaran agama Islam di Indonesia. Apabila raja dari suatu kerajaan memeluk
agama islam, maka rakyat kerajaan tersebut pun akan masuk agama Islam. Ini juga sebagai
wujud bahwa rakyat mempunyai tingkat kepatuhan yang tinggi akan rajanya. Untuk kepentingan
politik, suatu kerajaan akan memperluas wilayah kekuasaannya serta diikuti dengan penyebaran
agama Islam.

7. Dakwah

Para pendatang muslim yang singgah di Indonesia baik yang menetap ataupun yang tidak
menetap. Sebagiannya memang benar-benar datang dengan tujuan berdakwah. Penyebaran
agama Islam yang dilakukan melalui jalan dakwah tidak hanya dilakukan oleh pendatang dari
luar Indonesia. Tetapi dilakukan juga oleh para santri yang menempuh pendidikan di pesantern
dan sudah mempunyai ilmu agama yang cukup serta mendapat anjuran untuk berdakwah
menyebarkan ajaran Islam. Selain itu, ada di antara keturunan para pedagang muslim yang
menikah dengan pribumi Indonesia yang secara sengaja dididik untuk menjadi pendakwah.

C. Perkembangan Islam Di Indonesia

__________________________________

3
Badri, Yatim. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada Poesponegoro, Marwati Djoened
dan Nugroho Notosusanto.1993. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

4
https://www.pustakaindo.co.id/cara-islam-masuk-ke-indonesia/
Pada perkembangannya ajaran Islam disalurkan melalui berbagai kerajaan yang berkembang di
Indonesia. Kerajaan Islam yang pertama ada dan berkembang adalah kerajaan Samudera Pasai,
dengan raja pertamanya yang bernama Sultan Malik al-Saleh (1297 M/696 H). Kerajaan ini
terletak di pesisir timur laut Aceh. Selain Samudera Pasai, di Aceh juga ada kerajaan Aceh
Darussalam, yang berdiri di atas kerajaan Lamuri.

Di Jawa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Demak, yang dipimpin oleh raja
pertamanya, Raden Patah. Kemudian ada pula kerajaan Pajang yang dipimpinoleh Jaka Tingkir.
Kerajaan ini berdiri setelah meninggalnya sultan Demak tahun 1546 M. Ada pula kerajaan
Mataram yang dipimpin pertamakali oleh Senopati.

Kemudian kerajaan Cirebon yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Selain di Sumatera dan
Jawa, kerajaan Islam juga tumbuh di tempat lain di nusantara, seperti Kalimantan, Sulawesi dan
Maluku. Di Kalimantan ada kerajaan Banjar (Kalimantan Selatan), Kerajaan Kutai (Kalimantan
Timur). Di Sulawesi ada kerajaan Gowa-Tallo, dengan sultan Alauddin (1591-1636) sebagai raja
Islam yang pertama. Selain Gowa-Tallo, di Sulawesi ada kerajaan Bone, Wajo, Soppeng dan
Luwu). Mereka juga menerima Islam pada awal abad 17 M. Sementara itu di Maluku ada
kerajaan Ternate yang memeluk Islam sekitar tahun 1460 dengan pimpinan seorang raja yang
bernama Vongi Tidore.

D. Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia

1. Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam yang pertama kali tercatat sebagai kerajaan
Islam di Nusantara. Secara pasti, mengenai awal dan tahun berdirinya kerajaan ini belum
diketahui secara pasti. Akan tetapi menurut pendapat Hasyimi, berdasarkan naskah tua yang
berjudul Izhharul Haq yang ditulis oleh Al-Tashi dikatakan bahwa sebelum Samudra Pasai
berkembang,

____________________________

5
Sudarmanto.Y.B..1996.Jejak-Jejak Pahlawan dari Sultan Agung Hingga Syekh Yusuf. Jakarta: Grasindo .

6
Suryanegara, Ahmad Mansur. 1996. Meneruskan Sejarah – Wacana Pergerakan Islam di Indonesia. Bandung:
Mizan.
sudah ada pusat pemerintahan Islam di Peureula (Perlak) pada pertengahan abad ke-9. Perlak
berkembang sebagai pusat perdagangan, tetapi setelah keamanannya tidak stabil maka banyak
pedagang yang mengalihkan kegiatannya ke tempat lain yakni ke Pasai, akhirnya Perlak
mengalami kemunduran. Dengan kemunduran Perlak, maka tampillah seorang penguasa lokal
yang bernama Marah Silu dari Samudra yang berhasil mempersatukan daerah Samudra dan
Pasai. Dan kedua daerah tersebut dijadikan sebuah kerajaan dengan nama Samudra
Pasai.Kerajaan Samudra Pasai terletak di Kabupaten Lhokseumauwe, Aceh Utara, yang
berbatasan dengan Selat Malaka.

2. Kerajaan Demak

Sebelum dikenal dengan nama Demak, daerah tersebut dikenal dengan nama Bintoro atau
Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit. Kadipaten
Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah seorang keturunan Raja Brawijaya V (Bhre
Kertabumi) yaitu raja Majapahit. Dengan berkembangnya Islam di Demak, maka Demak dapat
berkembang sebagai kota dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa.

Hal ini dijadikan kesempatan bagi Demak untuk melepaskan diri dengan melakukan
penyerangan terhadap Majapahit. Setelah Majapahit hancur maka Demak berdiri sebagai
kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dengan rajanya yaitu Raden Patah. Kerajaan Demak secara
geografis terletak di Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara
sungai Demak, yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria. (sekarang
Laut Muria sudah merupakan dataran rendah yang dialiri sungai Lusi). Bintoro sebagai pusat
kerajaan Demak terletak antara Bergola dan Jepara, di mana Bergola adalah pelabuhan yang
penting pada masa berlangsungnya kerajaan Mataram (Wangsa Syailendra), sedangkan Jepara
akhirnya berkembang sebagai pelabuhan yang penting bagi kerajaan Demak.

3. Kerajaan Banten

Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi tentang kerajaan Demak, bahwa daerah ujung
barat pulau Jawa yaitu Banten dan Sunda Kelapa dapat direbut oleh Demak, di bawah pimpinan
Fatahillah. Untuk itu daerah tersebut berada di bawah kekuasaan Demak. Setelah Banten
diislamkan oleh Fatahillah maka daerah Banten diserahkan kepada putranya yang bernama
Hasannudin, sedangkan Fatahillah sendiri menetap di Cirebon, dan lebih menekuni hal
keagamaan. Dengan diberikannya Banten kepada Hasannudin, maka Hasannudin meletakkan
dasar-dasar pemerintahan kerajaan Banten dan mengangkat dirinya sebagai raja pertama,
memerintah tahun 1552 – 1570.Lokasi kerajaan Banten terletak di wilayah Banten sekarang,
yaitu di tepi Timur Selat Sunda sehingga daerahnya strategis dan sangat ramai untuk
perdagangan nasional. Pada masa pemerintahan Hasannudin, Banten dapat melepaskan diri dari
kerajaan Demak, sehingga Banten dapat berkembang cukup pesat dalam berbagai bidang
kehidupan.

4. Kerajaan Mataram

Pada awal perkembangannya kerajaan Mataram adalah daerah kadipaten yang dikuasai oleh Ki
Gede Pamanahan. Daerah tersebut diberikan oleh Pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yaitu raja
Pajang kepada Ki Gede Pamanahan atas jasanya membantu mengatasi perang saudara di Demak
yang menjadi latar belakang munculnya kerajaan Pajang. Ki Gede Pamanahan memiliki putra
bernama Sutawijaya yang juga mengabdi kepada raja Pajang sebagai komando pasukan
pengawal raja. Setelah Ki Gede Pamanahan meninggal tahun 1575, maka Sutawijaya
menggantikannya sebagai adipati di Kota Gede tersebut. Setelah pemerintahan Hadiwijaya di
Pajang berakhir, maka kembali terjadi perang saudara antara Pangeran Benowo putra Hadiwijaya
dengan Arya Pangiri, Bupati Demak yang merupakan keturunan dari Raden Trenggono.

Akibat dari perang saudara tersebut, maka banyak daerah yang dikuasai Pajang melepaskan diri,
sehingga hal inilah yang mendorong Pangeran Benowo meminta bantuan kepada Sutawijaya.
Atas bantuan Sutawijaya tersebut, maka perang saudara dapat diatasi dan karena
ketidakmampuannya maka secara sukarela Pangeran Benowo menyerahkan takhtanya kepada
Sutawijaya. Dengan demikian berakhirlah kerajaan Pajang dan sebagai kelanjutannya muncullah
kerajaan Mataram. Lokasi kerajaan Mataram tersebut di Jawa Tengah bagian Selatan dengan
pusatnya di kota Gede yaitu di sekitar kota Yogyakarta sekarang.

5. Kerajaan Gowa-Tallo

Di Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat beberapa kerajaan di antaranya Gowa, Tallo, Bone,
Sopeng, Wajo dan Sidenreng. Masing-masing kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai
dengan pilihan masing-masing. Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk
persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan
sebutan kerajaan Makasar. Nama Makasar sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan
sekarang masih digunakan sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis,
daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di jalur pelayaran
(perdagangan Nusantara). Bahkan daerah Makasar menjadi pusat persinggahan para pedagang
baik yang berasal dari Indonesia Timur maupun yang berasal dari Indonesia Barat. Dengan posisi
strategis tersebut maka kerajaan Makasar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas
jalur perdagangan Nusantara.

6. Kerajaan Ternate-Tidore

Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di kepulauan Maluku. Maluku adalah kepulauan yang
terletak di antara Pulau Sulawesi dan Pulau Irian. Jumlah pulaunya ratusan dan merupakan pulau
yang bergunung-gunung serta keadaan tanahnya subur. Keadaan Maluku yang subur dan diliputi
oleh hutan rimba, maka daerah Maluku terkenal sebagai penghasil rempah seperti cengkeh dan
pala. Cengkeh dan pala merupakan komoditi perdagangan rempah-rempah yang terkenal pada
masa itu, sehingga pada abad 12 ketika permintaan akan rempah-rempah sangat meningkat,
maka masyarakat Maluku mulai mengusahakan perkebunan dan tidak hanya mengandalkan dari
hasil hutan. Perkebunan cengkeh banyak terdapat di Pulau Buru, Seram dan Ambon. Dalam
rangka mendapatkan rempah-rempah tersebut, banyak pedagangpedagang yang datang ke
Kepulauan Maluku. Salah satunya adalah pedagang Islam dari Jawa Timur. Dengan demikian
melalui jalan dagang tersebut agamaIslam masuk ke Maluku, khususnya di daerah-daerah
perdagangan seperti Hitu di Ambon, Ternate dan Tidore.

Selain melalui perdagangan, penyebaran Islam di Maluku dilakukan oleh para Mubaligh
(Penceramah) dari Jawa, salah satunya Mubaligh terkenal adalah Maulana Hussain dari Jawa
Timur yang sangat aktif menyebarkan Islam di maluku sehingga pada abad 15 Islam sudah
berkembang pesat di Maluku. Dengan berkembangnya ajaran Islam di Kepulauan Maluku, maka
rakyat Maluku baik dari kalangan atas atau rakyat umum memeluk agama Islam,

_____________________________

7
https://seilmu.com/makalah-sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia/
sebagai contohnya Raja Ternate yaitu Sultan Marhum, bahkan putra mahkotanya yaitu Sultan
Zaenal Abidin pernah mempelajari Islam di Pesantren Sunan Giri, Gresik, Jawa Timur sekitar
abad 15. Dengan demikian di Maluku banyak berkembang kerajaan-kerajaan Islam. Dari sekian
banyak kerajaan Islam di Maluku, kerajaan Ternate dan Tidore merupakan dua kerajaan Islam
yang cukup menonjol peranannya, bahkan saling bersaing untuk memperebutkan hegemoni
(pengaruh) politik dan ekonomi di kawasan tersebut.

KESIMPULAN

Perkembangan Islam tidak lepas dari adanya para pedagang yang datang ke indonesia dengan
tujuan berdagang. contoh nya teori gujarat, pedagang dari gujarat datang ke indonesia dan
membawa agama islam, ada juga pedagang dari arab namanya teori arab. Selain itu ada lagi
teori lain yang awalnya juga berdagang seperti dengan adanya Teori Tiongkok dan Teori Persia.
Perkembangan islam di Indonesia juga tidak lepas dari penyebar agama islam yang dikenal
dengan Wali Songo di jawa dan Dato Tallu di Sulawesi. Proses penyebaran islam di Indonesia
tidak lepas dari akulturasi dengan kebudayaan lama sebelum masuknya islam. Beberapa
akulturasi tersebut dapat dilihat di permainan tradisional, wayang, masjid yang tidak
melepaskan ajaran islam dan kebudayaan lama.

DAFTAR PUSTAKA

Soekmono, R.1973.Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, Jilid 2 dan 3. Yogyakarta: Kanisius.

Abdullah, Taufik (ed.).1991.Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: Majelis Ulama Indonesia.

Badri, Yatim. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada Poesponegoro,
Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto.1993. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

https://www.pustakaindo.co.id/cara-islam-masuk-ke-indonesia/

Sudarmanto.Y.B..1996.Jejak-Jejak Pahlawan dari Sultan Agung Hingga Syekh Yusuf. Jakarta:


Grasindo.

Suryanegara, Ahmad Mansur. 1996. Meneruskan Sejarah – Wacana Pergerakan Islam di


Indonesia. Bandung: Mizan.

https://seilmu.com/makalah-sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai