Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA

OLEH :
KELOMPOK 4 (11 IPS 4)
Alpin Alparado
Cahya Anggun Dari
Griseldis Zalva Vernanda
Handri Wiranata
Muhammad Rizky
Najwa Khoirunnisyak
Thoriq Syofuan
Yanti Abelia
BAB I

PENDAHULUAN.

Latar belakang
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian pula
kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi politik dan sosial
budaya yang berlainan. Proses masuknya Islam ke Indonesia memunculkan beberapa
pendapat. Para Tokoh yang mengemukakan pendapat itu diantaranya ada yang langsung
mengetahui tentang masuk dan tersebarnya budaya serta ajaran agama Islam di Indonesia,
ada pula yang melalui berbagai bentuk penelitian seperti yang dilakukan oleh orang-orang
barat (eropa) yang datang ke Indonesia karena tugas atau dipekerjakan oleh pemerintahnya di
Indonesia. Tokoh-tokoh itu diantaranya, Marcopolo,Muhammad Ghor, Ibnu Bathuthah, Dego
Lopez de Sequeira, Sir RichardWainsted.
Agama Islam merupakan agama mayoritas masyarakat Indonesia saat ini.Secara
bertahap dan berkesinambungan, agama ini mampu berkembang ke semualapisan
masyarakat. Akan tetapi, kapan masuknya agama ini ke Indonesia masih banyak
diperdebatkan. Seperti dikatakan oleh Snouck Hurgronje bahwa Islam masuk ke Indonesia
pada Abad XIII dengan bukti adanya nisan Sultan Malik al-Shaleh, tahun 689 H (1297 M).
Namun, adanya peninggalan berupa nisan Fatimah binti Maemon, tahun 475 H (1082 M)
juga membuktikan bahwa sudah sejak abad XI, Islam sudah masuk ke Indonesia.

Rumusan Masalah
1. Menjelaskan tentang apa saja teori masuknya agama Islam ke Indonesia.
2. Menjelaskan tentang bagaimana saluran dan cara Islamisasi di Indonesia.
3. Menjelaskan tentang bagaimana fase dan tahapan Islamisasi di Indonesia.
4. Menjelaskan tentang apa saja sebab-sebab Islamisasi di Indonesia.
5. Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia.

Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa saja teori masuknya agama Islam ke Indonesia.
2. Memahami bagaimana saluran dan cara Islamisasi di Indonesia
3. Memahami fase dan tahapan Islamisasi di Indonesia.
4. Mengetahui sebab-sebab Islamisasi di Indonesia.
5. Mengetahui perkembangan Islam di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Masuknya Agama Islam ke Indonesia


Ada empat teori tentang Islamisasi awal masuknya Islam di Indonesia,yaitu Islam
bersumber dari Anak Benua India (teori India), teori Arab, teori Persia,dan Teori China.
1. Teori India
Teori ini di kemukakan oleh Pijnappel, Snouck Hurgronje, Moquette,dan Fatimi.
Dalam teori ini di jelaskan bahwa Islam pertama kali datang ke Indonesia berasal dari anak
Benua India sekitar abad ke-13. Pijnappel mengajukan bukti adanya persamaan mazhab
Syaf'i antara di Anak Benua dengan di Indonesia. Orang-orang mazhab Syafi'i bermigrasi dan
menetap di Gujarat dan Malabar kemudian membawa Islam ke Nusantara. Jadi ia
berpendapat bahwa Islamisasi di Nusantara dilakukan oleh orang Arab, tetapi bukan datang
langsung dari Arab, melainkan dari India, terutama dari Gujarat dan Malabar.
Snouck Hurgronje berpendapat bahwa saat Islam mempunyai pengaruh yang kuat di
kota-kota India Selatan, banyak muslim Dhaka yang di sana. Mereka inilah yang pertama
menyebarkan Islam ke kepulauan Melayu, kemudian diikuti oleh orang-orang Arab. Ia
berpendapat bahwa Islam Nusantara berasal dari India, karena sudah lama terjalin hubungan
perdagangan antara Indonesia dengan India dan adanya inskripsi tetua tentang Islam yang
terdapat di Sumatra mengindikasikan adanya hubungan anatara Sumatra dan Gujarat.
Snouck Hurgronje menybutkan bahwa Sumatra Utara, yaitu mengenai Pasai dalam
kisah perjalanan Ibnu Battuta, musafir Maroko yang singgah didaerah pada tahun 1345 M
dalam perjalanannya dari Benggala ke Tiongkok merupakan tempat yang penting bagi
rekonstruksi perkembangan Islam dikepulauan itu
2. Teori Arab
Teori ini antara lain dikemukakan oleh Sir Thomas Arnold, Crawfurd, Niemann, dan
de Hollander. Arnold berpendapat bahwa selain dari Coromandel dan Malabar Islam
Nusantara juga berasal dari Arab. Bukti yang ia ajukan ialah adanya kesamaan mazhab antara
di Coromandel dan Malabar dengan mazhab mayoritas umat Islam di nusantara yaitu mazhab
syafi'i . Mazhab ini dibawa oleh para pedagang Coromandel dan Malabar ke Nusantara.
Mereka mempunyai peranan penting dalam perdagangan antara India dan Nusantara. Di
sampimg melakukan kegiatan perdagangan, mereka juga menyebarkan agama Islam.
Mengenai pendapatnya tentang asal Islam Nusantara dari Arab, Arnold berpendapat
bahwa para pedagang Arab membawa Islam kepada saatmereka menguasai perdagang Barat-
Timur sejak awal abad ke-7 M dan ke-8M. Dapat di duga bahwa mereka juga menyebarkan
agama Islam ke Nusantara. Arnold juga mengatakan bahwa sebuah sumber Cina
menyebutkan bahwa menjelang perempat ketiga abad ke-7 M ada seorang Arab yang menjadi
pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir baratSumatra. Mereka ini juga melalukan
kawin campur dengan penduduk setempat, sehingga muncullah komunitas muslim.
Crawfurd mengatakan bahwa Islam dikenalkan langsung dari Arab,meskipun
demikian dia juga menegaskan bahwa hubungan bangsa Melayu-Indonesia dengan kaum
muslim dari pesisir Timur India juga merupakan faktor penting. Niemann tidak menyebut
tentang waktu masuknya Islam ke Nusantara, sedangkan de Hollander mengatakan
kemungkinan pada abad ke-13 M sudah ada orang arab di Jawa. Niemann dan de Hollander
mengatakan bahwa Islam datang dari Hadramaut, karena adanya persamaan antara mazhab
yang dianut oleh muslim Hadramaut dengan muslim Nusantara, yaitu mazhab syafi'i
3. Teori Persia
Teori ini di kemukakan oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat. Dalam teori ini dinyatakan
bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 M di Sumatra, yang berpusat di Samudra
Pasai. Dia mendasarkan argumennya pada persamaan budaya yang berkembang di kalangan
masyarakat Islam Indonesia dengan budaya yang ada di Persia. Bukti-bukti persamaan
budaya itu antara lain. Adanya peringatan 10 Muharram atau asyura yang merupakan tradisi
yang berkembang dalam masyarakat Syiah Untuk memperingati hari kematian Husain di
Kerbela. Tradisi ini diperingati dengan membuat bubur syura. Bulan Muharram di
Mingkabau disebut dengan bulan Hasan-Husain, sedangkan di Sumatra Tengah sebelah barat
di sebut dengan bulan tabut. Mereka mengarak keranda yang di atasnamakan keranda Husain
yang disebut dengan "Keranda Tabut" untuk dilempar ke sungai.
Adanya persamaan antara ajaran al-Hallaj, tokoh sufi Iran dengan ajaran Syeikh Siti
Jenar. Persamaan dalam sistem mengeja huruf Arab bagi pengajian al-Qur-an tingkat awal.
Di samping itu, mengenai huruf huruf sin yang tidak bergigi berasal dari Persia, sedangkan
sin bergigi berasal dari arab. Adanya persamaan batu nisan yang ada di makam malik al-
shahih (1297 M) di Pasai dengan makam Malik Ibrahim (1419 M) di gresik yang dipesan dari
Gujarat merupakan daerah yang mendapat pengaruh dari Persia yang menganut faham syi'ah
dan dari sinilah syiah dibawa ke indonesia
4. Teori Cina
Teori ini menyatakan bahwa Islam datang ke Nusantara bukanlah dari Timur
Tengah/Arab maupun Gujarat/India, tetapi dari Cina. Pada abad ke-9M banyak orang muslim
China di Kanton dan wilayah China Selatan lain yang mengungsi ke Jawa, sebagian ke
Kedah dan Sumatra. Hal ini terjadi karena pada masa Huan Chou terjadi penumpasan
terhadap penduduk Kanton dan wilayah China Selatan lainnya yang mayoritas penduduknya
beragama Islam. Mereka berusaha mengadakan revolusi politik terhadap keraton China pada
abad ke 9 M. Pada abad-abad berikutnya peranan orang China semakin tampak dengan
adanya bukti-bukti artefak, yakni adanya unsur-unsur China dalam arsitektur masjid-masjid
Jawa kuno, seperti tampak pada atap masjid Banten, mustaka, yang berbentuk bola dunia
yang menyerupai stupa dengan dikelilingi tempat ular hampir selalu ada di masjid-masjid
kuno di Jawa sebelum arsitektur timur tengah memasuki wilayah ini, motif hiasan di masjid
sedang Duwur Paciran Lamongan dan lain-lain. Di samping adanya pengungsi China ke Jawa
pada abad ke 9 M, pada abad ke 8-11 M sudah ada pemukimkan Arab muslim di China dan
di Campa.
China mempunyai peranan yang besar dalam perkembangan Islam di Indonesia. Di
samping bukti-bukti di atas, arsitektur masjid Demak dan juga berdasarkan beberapa catatan
sejarah beberapa sultan dan sunan yang berperan dalan penyiaran agama Islam di Indonesia
adalah keturunan China, misalnya Raden Patah yang mempunyai nama China yaitu Jin Bun,
dan lain-lain.

B. Saluran dan Cara Islamisasi di Indonesia


Kedatangan Islam ke Indonesia dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan
rakyat umumnya, dilakukan secara damai. Saluran-saluranIslamisasi yang berkembang ada
enam, yaitu:
1. Saluran Perdagangan.
Dijelaskan bahwa proses Islamisasi melalui saluran perdagangan itu dipercepat oleh
situasi dan kondisi politik beberapa kerajaan di mana adipati-adipati pesisir berusaha
melepaskan diri dari kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami kekacauan dan
perpecahan. Secara umum Islamisasi yang dilakukan oleh para pedagang melalui
perdagangan itu mungkin dapat digambarkan sebagai berikut: mula-mula mereka
berdatangan di tempat-tempat pusat perdagangan dan kemudian diantaranya ada yang
bertempat tinggal, baik untuk sementara maupun untuk menetap. Lambat laun tempat tinggal
mereka berkembang menjadi perkampungan-perkampungan. Perkampungan golongan
pedangan Muslim dari negeri-negeri asing tersebut disebut Pekojan.
2. Saluran Perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang paling
memudahkan. Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat mencari
kedamaian diantara dua individu. Kedua individu yaitu suami-isteri membentuk keluarga
yang justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal ini berarti membentuk masyarakat muslim.
Saluran Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang atau saudagar dengan wanitia
pribumi juga merupakan bagian yang erat berjalinan dengan Islamisasi. Jalinan baik ini
kadang diteruskan dengan perkawinan antara putri kaum pribumi dengan para pedagang
Islam. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Dari sudut ekonomi, para
pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi,
sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri
saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka diIslamkan terlebih dahulu. Setelah setelah
mereka mempunyai kerturunan, mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung,
daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim.
3. Saluran Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf
termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang
meninggalkan bukti-bukti yang jelas pada tulisan-tulisan antara abad ke-13 dan ke-18. Hal itu
berkaitan langsung dengan penyebaran Islam di Indonesia. Dalam hal ini para ahli tasawuf
hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya
dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli tasawuf biasanya memiliki
keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf, yaitu proses Islamisasi
dengan mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama
yang ada yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu
dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima. Diantara
ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran
Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syeh Lemah Abang,dan Sunan
Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang diabad ke-19 bahkan di abad
ke-20 ini.
4. Saluran Pendidikan
Para ulama, guru-guru agama dan raja berperan besar dalam proses Islamisasi, mereka
menyebarkan agama Islam melalui pendidikan yaitu dengan mendirikan pondok-pondok
pesantren yang merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi para santri. Pada umumnya
di pondok pesantren ini diajarkan oleh guru-guru agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama.
Setelah belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab-kitab dari suatu pesantren, maka akan
kembali ke masing-masing kampung atau desanya untuk menjadi tokoh keagamaan, ataupun
menjadi kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi. Semakin terkenal kyai yang
mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai radius
yanglebih jauh lagi.
5. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari,
musik dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak,
Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten, masjid Baiturrahman
di Aceh, Ternate dan sebagainya. Contoh lain dalam seni adalah dengan pertunjukan wayang,
yang digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran agama
Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut.
Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam.
6. Saluran Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika
seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat
memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan tauladan bagi
rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam
setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat
membantu tersebarnya Islam di daerah ini.

C. Fase dan Tahapan Islamisasi di Indonesia


Dengan beberapa perbedaan tentang Islamisasi tersebut, haruslahdiupayakan sintesis
dari berbagai pendapat yang ada. Di antara upaya tersebutadalah dengan membuat fase-fase
atau tahapan tentang Islamisasi di Indoneia,seperti tahap permulaan kedatangan yang terjadi
pada abad ke-7 Masehi. Adapun pada abad ke-13 Masehi dipandang sebagai proses
penyebaran dan terbentuknya masyarakat Islam di Nusantara. Para pembawa Islam pada abad
ke-7 sampai abad ke-13 Masehi tersebut adalah orang-orang Muslim dari Arab, Persia dan
India (Gujarat dan Bengal). Hal serupa juga dilakukan oleh Uka Tjandrasasmita yang
mengatakan bahwa sebelum abad ke-13 merupakan tahap proses Islamisasi. Abad ke-13 itu
sendiri dipandang sebagai masa pertumbuhan Islam sebagai kerajaan bercorak Islam yang
pertama di Indonesia. Sementara itu, Hasan Mu'arif Ambary, berpendapat berdasarkan data-
data arkeologis yang ada, ia membagi fase Islamisasi Indonesia ke dalam tiga fase, yaitu: (1)
fase kehadiran para pedagangMuslim, (2) fase terbentuknya kerajaan Islam dan (3) fase
perlembagaan Islam.
Dalam fase kehadiran para pedagang Muslim di Indonesia, Ambary tidak memberi
angka yang jelas tentang permulaan Islam datang ke Indonesia.Walaupun demikian, dapat
diduga bahwa fase tersebut terjadi pada sebelum aba dke-13 M, yaitu abad ke-1 sampai ke-5
Hijriah, atau abad ke-7 M sampai ke-11 M. Adapun fase terbentuknya kerajaan Islam
berlangsung antara abad ke-13 M sampai abad ke-16 M. Sedangkan masa perlembagaan
Islam terjadisesudah abad-abad tersebut.
Khusus Islamisasi di Jawa, Denys Lombard secara garis besar membedakan tiga tahap
dalam proses Islamisasi di wilayah ini, yaitu: (1) berlangsungnya Islamisasi di wilayah pantai
utara, melalui pelabuhan perdagangan sejak abad ke-15 yang memainkan peranan makin
penting, (2) merembesnya Islam kedaerah pedalaman yang secara berangsur-angsur
memunculkan semacam kaum borjuis Islam di pedalaman, (3) terbentuknya jaringan Islam
pedesaan, dengan peran penting yang dimainkan oleh pesantren dan tarekat. Pada gilirannya,
perkembangan semacam ini memungkinkan bagi kelangsungan struktur yang sudah ada di
masa Hindia Belanda sejak abad ke-19, yaitu makin terbukanya kemunginan bagi rakyat
Indonesia untuk naik haji. Konsekuensinya, Islam di Kepulauan Indonesia-Melayu mendapat
akses yang luas dan langsung dari pusat Islam (Mekkah dan Kairo).
Para wali memegang kepemimpinan yang kharismatik. Pada satu pihak,demikian
menurut Sartono, otoritas mereka dapat berbentuk formal sebagai penguasa politik atau raja;
pada pihak lain, terlepas dari pelembagaan politik atau tidak,mereka memiliki kekuasaan
sosial-relegius yang kuat. Pada umumnya, para ahli berpendapat bahwa Islam di Indonesia
disebarluaskan melalui jalan damai. Tidak ada misi khusus, seperti dalam agama Protestan
dan Katholik dalam menyebarkan Islam di Indonesia, paling tidak pada masa awal. Namun,
perkembangan Islamisasi Indonesia ini sebetulnya menggunakan tiga metode,yaitu: (1)
disebarkan oleh para pedagang Muslim dalam suasana damai, (2) disebarkan oleh para juru
dakwah dan para wali khusus dari India dan Arab untuk meng-Islamkan penduduk dan
meningkatkan ilmu pengetahuan dank eimanan mereka, dan (3) disebarkan dengan kekuatan
untuk berperang melawan pemerintahan kafir.
Metode terakhir ini terjadi segera setelah sebuah kerajaan Islam berdiri di Indonesia di
mana kadang-kadang Islam disebarkan dari sana ke kawasan-kawasan lain melalui
peperangan. Perlu dijelaskan di sini bahwa teori-teori yang dikemukakan di atas, pada
dasarnya tidak membicarakan masuknya agama Islam ke setiap pulau di Nusantara. Teori-
teori tersebut hanya menganalisis masuknya agama Islam di Pulau Sumatera, khususnya
Aceh, dan Pulau Jawa. Kedua pulau ini dipandang mempunyai peranan penting dalam
perkembangan Islam di pulau- pulau lain di Indonesia. Teori apapun tentang Islamisasi
Nusantara-Melayu senantiasa akan dituntut untuk menjelaskan kenapa proses tersebut
berawal dari suatu masa tertentu, dan bukan beberapa abad sebelumnya atau sesudahnya.
Orang-orang Muslim dari negeri asing, mungkin sudah menetap di pelabuhan-pelabuhan
dagang di Sumatera dan Jawa selama berabad-abad. Namun, baru menjelang akhir abad ke-
13 lah ditemukan adanya jejak orang Islam pribumi. Kemudian berabad-abad selanjutnya,
Islam secara berangsur menyebar melampaui daerah pantai Sumatera dan Semanjung
Malaya, ke pantai utara pulau Jawa dan beberapa pulau penghasil rempah di Indonesia bagian
timur. Patut disayangkan, cara berlangsungnya perpindahan agama ini tidak
terdokumentasikan dengan baik, sehingga banyak menimbulkan spekulasidi kalangan ilmuan
dan kadang-kadang menimbukan perdebatan yang sengit.Yang pasti, proses tersebut tidak
mungkin berjalan menurut pola yang seragam untuk seluruh wilayah Indonesia yang cukup
luas

D. Sebab-sebab Islamisasi di Indonesia


Ada bebrapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat berkembang diIndonesia.
Menurut Dr.Adil Muhiddin Al-Lusi, seorang penulis sejarah Islam dariTimur Tengah, sdalam
bukunya Al-Urubatu wal Islamu fi Janubi Syarki AsiyahAl-Hindu wa Indonesia, menyatakan
bahwa ada tiga faktor yang menyebabkanIslam cepat berkembang di Indonesia, yaitu sebagai
berikut:
1. Faktor Agama
Faktor agama, yaitu akidah Islam itu sendiri dan dasar-dasarnya yang memerintahkan
menjunjung tinggi kepribadian dan meningkatkan harkat danmartabatnya, menghapuskan
kekuasaan kelas Rohaniwan seperti Brahmana dalam system kasta yang diajarkan Hindu.
2. Faktor Politik
Faktor politik yang di warnai oleh pertarugan dalam negeri antaranegara-negara dan
penguasa-penguasa Indonesia, serta oleh pertarungan negara-negara bagian itu dengan
pemerintah pusatnya yang beragama Hindu. Hal tersebut mendorong para penguasa, para
bangsawan dan para pejabat dinegara-negara bagian tersebut untuk menganut agama Islam,
yang di pandang mereka sebagai senjata ampuh untuk melawan dan menumbangkan
kekuatan Hindu, agar mendapat dukungan kuat dari seluruh lapisan masyarakat. Hal itu dapat
di buktikan hingga kini, bahwa apabila semangat keIslaman di bangkitkan di tengah-tengah
masyarakat Indonesia, baik di Sumatera, Jawa, maupun kepulauan Indonesia lainnya, dengan
mudah sekali seluruh kekuatan dan semangat keIslaman itu akan bangkit serentak sebagai
suatu kekuatan yang dahsyat.
3. Faktor Ekonomis
Faktor ekonomis, yang pertama diperankan oleh para pedagang yang menggunakan
jalan laut baik anatar kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang melampaui perairan
Indonesia ke China, India, dan Teluk Arab-Persia yang merupakan pendukung utama, karena
telah memberikan keuntungan yang tidak sedikit sekaligus mendatangkan bea masuk yang
besar bagi pelabuhan-pelabuahan yang disinggahinya, baik menyangkut barang-barang yang
masuk maupun yang keluar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses Islamisasi di Indonesia terjadi dengan jalan yang sangat pelik dan panjang,
yang didasari pada teori-teori yang beragam pula. Diterimanya Islam oleh penduduk pribumi,
secara bertahap membuat Islam terintegrasi dengan tradisi, norma dan tatanan kehidupan
keseharian penduduk lokal. Hal ini menunjukan bahwa bangsa Indonesia mudah menerima
nilai-nilai dari luar dan menjadi bukti akan keterbukaan sikap mereka. Sikap ini pada
gilirannya telah ikut membentuk komunitas-komunitas muslim di daerah pesisir yang pada
mulanya sebagai tempat interaksi antara penduduk lokal dengan bangsa-bangsa asing, seperti
yang disebutkan para pakar dalam teori di atas, yaitu dari Arab, Persia, India dan China.
Salah satu bukti kehadiran bangsa-bangsa asing tersebut adalah adanya pekampungan yang
disebut Pakojan (perkampungan orang-orang Arab), Pachinan (perkampungan orang-orang
China), Keling (perkampungan orang-orang India) dan lain sebagainya di Indonesia.
Komunitas pribumi yang telah terintegrasi ke dalam Islam, selanjutnya terlembagakan secara
politis dalam bentuk kerajaan-kerajaan Islam di kawasan ini sejak masa yang paling awal.

Anda mungkin juga menyukai