Disusun Oleh :
Abbasiyah Sudirman
Abdi Tri Nugraha Arimi
Ahmad Rezky Fachreza
PENDAHULUAN
Latar belakang
Rumusan masalah
Menjelaskan tentang apa saja teori tentang masuknya agama islam ke Nusantara
Menjelaskan tentang bagaimana Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia
Menjelaskan tentang bagaimana Fase dan Tahapan Islamisasi
Menjelaskan tentang apa saja Sebab-sebab Islamisasi Cepat Berkembang di
Indonesia
Tujuan masalah
PEMBAHASAN
Teori India
Teori Arab
Teori ini antara lain dikemukakan oleh Sir Thomas Arnold, Crawfurd,
Niemann, dan de Hollander. Arnold berpendapat bahwa selain dari Coromandel
dan Malabar Islam Nusantara juga berasal dari Arab. Bukti yang ia ajukan ialah
adanya kesamaan mazhab antara di Coromandel dan Malabar dengan mazhab
mayoritas umat islam di nusantaram yaitu mazhab syafi'i mazhab ini dibawa oleh
para pedagang Coromandel dan Malabar ke Nusantara. Mereka mempunyai
peranan penting dalam perdagangan antara India dan Nusantara. Di sampimg
melakukan kegiatan perdagangan, mereka juga menyebarkan agama islam.
Mengenai pendapatnya tentang asal Islam Nusantara dari Arab, Arnold
berpendapat bahwa para pedagang Arab membawa Islam kepada saat mereka
menguasai perdagang Barat-Timur[2] sejak awal abad ke-7 M dan ke-8 M. dapat
di duga bahwa mereka juga menyebarkan agama Islam ke Nusantara. Arnold juga
mengatakan bahwa sebuah sumber Cina menyebutkan bahwa menjelang perempat
ketiga abad ke-7 M ada seorang Arab yang menjadi pemimpin pemukiman Arab
muslim di pesisir barat Sumatra. Mereka ini juga melalukan kawin campur dengan
penduduk setempat, sehingga muncullah komunitas muslim.
Crawfurd mengatakan bahwa Islam dikenalkan langsung dari Arab,
meskipun demikian dia juga menegaskan bahwa hubungan bangsa Melayu-
Indonesia dengan kaum muslim dari pesisir Timur India juga merupakan faktor
penting. Niemann tidak menyebut tentang waktu masuknya Islam ke Nusantara,
Sedangkan de Hollander mengatakan kemungkinan pada abad ke-13 M sudah ada
orang arab di Jawa. Niemann dan de Hollander mengatakan bahwa Islam datang
dari Hadramaut, karena adanya persamaan antara mazhab yang dianut oleh
muslim Hadramaut dengan muslim Nusantara, yaitu mazhab syafi'i.
Teori Persia
Teori ini di kemukakan oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat. Dalam teori ini
dinyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 M di Sumatra, yang
berpusat di Samudra pasai. Dia mendasarkan argumennya pada persamaan budaya
yang berkembang di kalangan masyarakat Islam Indonesia dengan budaya yang
ada di Persia.
Bukti-bukti persamaan budaya itu antara lain. Adanya peringatan 10
Muharram atau asyura yang merupakan tradisi yang berkembang dalam
masyarakat Syiah Untuk memperingati hari kematian Husain di Kerbela. Tradisi
ini diperingati dengan membuat bubur syura. Bulan Muharram di Mingkabau
disebut dengan bulan Hasan-Husain, sedangkan di Sumatra Tengah sebelah barat
di sebut dengan bulan tabut. Mereka mengarak keranda yang di atasnamakan
keranda Husain yang di sebut dengan "Keranda Tabut" untuk dilempar ke sungai.
Adanya persamaan antara ajaran al-Hallaj, tokoh sufi Iran dengan ajaran Syeikh
Siti Jenar.
Persamaan dalam sistem mengeja huruf Arab bagi pengajian al-Qur-an
tingkat awal.
Bahasa Iran Bahasa Arab
Jabar -- Zabar Fathah
Jer -- Ze-er Kasrah
P'es -- Py'es Dhammah
Disamping itu, mengenai huruf huruf sin yang tidak bergigi berasal dari
persia, sedangkan sin bergigi berasal dari arab.[3]
Adanya persamaan batu nisan yang ada di makam malik al-shahih (1297
M) di Pasai dengan makam malik Ibrahim (1419 M) di gresik yang dipesan dari
Gujarat merupakan daerah yang mendapat pengaruh dari persia yang menganut
faham syi'ah dan dari sinilah syiah dibawa ke indonesia
Teori Cina
Teori ini menyatakan bahwa Islam datang ke Nusantara bahwa dari timur
Tengah/Arab maupun Gujarat/India, tetapi dari Cina. Pada abad ke-9 M banyak
orang muslim china di kanton dan wilayah China Sekatan lain yang mengungsi ke
Jawa, sebagian ke Kedah dan Sumatra. Hal ini terjadi karena pada masa Huan
Chou terjadi penumpasan terhadap penduduk Kanton dan wilayah China Selatan
lainnya yang mayoritas penduduknya beragama islam. Mereka berusaha
mengadakan revolusi politik terhadap keraton China pada ke 9 M. Pada abad-abad
berikutnya peranan orang China semakin tampak dengan adanya bukti-bukti
artefak, yakni adanya unsur-unsur China dalam arsitektur masjid-masjid Jawa
kuno, seperti tampak pada atap masjid Banaten, mustaka, yang berbentuk bola
dunia yang menyerupai setupa dengan dikelilingi tempat ular hampir selalu ada di
masjid-masjid kuno di Jawa sebelum arsitektur timur tengah memasuki wilayah
ini, motif hiasan di masjid sedang Duwur Paciran Lamongan dan lain-lain. Di
samping adanya pengungsi China ke Jawa pada abad ke 9 M, pada abad ke 8-11
M sudah ada pemukimkan Arab muslim di China dan di Campa.
China mempunyainperanan yang besar dalam perkembangan Islam di
Indonesia. Di samping bukti-bukti di atas, arsitektur masjid Demak dan juga
berdasarkan beberapa catatan sejarah beberapa sultan dan sunan yang berperan
dalan penyiaran agama islam di Indonesia adalah keturunan China, misalnmya
Raden Patah yang mempunyai nama China Jin Bun, sunan Ampel dan lain-
lain. [4]
d. Saluran Pendidikan
Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir,
seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada
masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid
Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya. Contoh lain dalam
seni adalah dengan pertunjukan wayang, yang digemari oleh masyarakat. Melalui
cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran agama Islam. Seni gamelan juga dapat
mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut. Selanjutnya
diadakan dakwah keagamaan Islam.
f. Saluran Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika
seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak
rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan
bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan dan
Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya memeluk agama
Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di
daerah ini.
Dalam wakltu yang relative cepat, ternyata agama baru ini dapat diterima
denagn baik oleh sebgaian besar lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari rakyat
jelata hingga raja-raja. Sehingga penganut agama ini pada akhir abad ke 6 H (abad
ke 12 M), dan tahun-tahun selanjutnya, berhasil menjadi suatu kekuatan muslim
Indonesian yang ditakuti dan diperhitungkan.
Ada bebrapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat berkembang di
Indonesia. Menurut Dr.Adil Muhiddin Al-Lusi, seorang penulis sejarah Islam dari
Timur Tengah, sdalam bukunya Al-Urubatu wal Islamu fi Janubi Syarki Asiyah
Al-Hindu wa Indonesia, menyatakan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan
Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
o Faktor Agama
Faktor agama, yaitu akidah Islam itu sendiri dan dasar-dasarnya yang
memerintahkan menjunjung tinggi kepribadian dan meningkatkan harkat dan
martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas Rohaniwan seperti Brahmana
dalam system kasta yang diajarkan Hindu.
o Faktor Politik
Faktor politik yang di warnai oleh pertarugan dalam negeri antara negara-
negara dan penguasa-penguasa Indonesia, serta oleh pertarungan negara-negara
bagian itu dengan pemerintah pusatnya yang beragama Hindu. Hal tersebut
mendorong para penguasa, para bangsawan dan para pejabat di negara-negara
bagian tersebut untuk menganut agama Islam, yang di pandang mereka sebagai
senjata ampuh untuk emlawan dan menumbangkan kekuatan Hindu, agar
menmdapt dukunga kuat dari seluruh lapisan masyarakat. Hal itu dapat di
buktikan hingga kini, bahwa apabila semangat keislaman di bangkiutkan di
tengah-tengah masyarakat Indonesia, baik di Sumatera, Jawa, maupun kepulauan
Indonesia lainnya, denga mudah sekali seluruh kekuatan dan semangat keislaman
itu akan mangkit serentak sebagai suatu kekuatan yang dahsyat.
o Faktor Ekonomis
Faktor ekonomis, yang pertama diperankan oleh para pedagang yang
menggunakan jalan laut baik anatar kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang
melampaui perairan Indonesia ke China, India, dan Teluk Arab-Parsi yang
merupakan pendukung utama, karena telah memberikan keuntungan yang tidak
sedikit sekaligus mendatangkan bea masuk yang besar bagi pelabuhan-pelabuahan
yang disinggahinya, baik menyangkut barang-barang yang masuk maupun yang
keluar
PENUTUP
Kesimpulan
Proses Islamisasi di Indonesia terjadi dengan jalan yang sangat pelik dan
panjang, yang didasari pada teori-teori yang beagam pula. Diterimanya Islam oleh
penduduk pribumi, secara bertahap membuat Islam terintegrasi dengan tradisi,
norma dan tatanan kehidupan keseharian penduduk lokal. Hal ini menunjukan
bahwa bangsa Indonesia mudah menerima nilai-nilai dari luar dan menjadi bukti
akan keterbukaan sikap mereka. Sikap ini pada gilirannya telah ikut membentuk
komunitas-komunitas muslim di daerah pesisir yang pada mulanya sebagai tempat
interaksi antara penduduk local dengan bangsa- bangsa asing, seperti yang
disebutkan para pakar dalam teori di atas, yaitudari Arab, Persia, India dan China.
Salah satu bukti kehadiran bangsa-bangsa asing tersebut adalah adanya
pekampungan yang disebut Pakojan (perkampunga norang-orangArab), Pachinan
(perkampungan orang-orang china), Keling (perkampungan orang-orang India)
dan lain sebagainya di Indonesia. Komunitas pribumi yang telah terintegrasi ke
dalam Islam, selanjutnya terlembagakan secara politis dalam bentuk kerajaan-
kerajaan Islam di kawasan ini sejak masa yang palingawal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mansur Suryanegara.1998.Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan
Islam di Indonesia.Bandung : Mizan.