Anda di halaman 1dari 15

Islam dan Budaya Lokal

Disusun Oleh :

Abbasiyah Sudirman
Abdi Tri Nugraha Arimi
Ahmad Rezky Fachreza

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam


Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri
Parepare
2020

PENDAHULUAN
Latar belakang 

            Sebelum agama islam masuk ke Indonesia, berbagai macam agma dan


kepercayaan seperti Animisme, Dinamisme, Hindu, dan Budha telah dianut oleh
masyarakat Indonesia. Islam merupakan agama terbesar di dunia. Penganutnya
terus-menerus mengalami peningkatan dan perkembangan yang sangat signifikan
setiap tahunnya.

Rumusan masalah
 Menjelaskan tentang apa saja teori tentang masuknya agama islam ke Nusantara
 Menjelaskan tentang bagaimana Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia
 Menjelaskan tentang bagaimana Fase dan Tahapan Islamisasi
 Menjelaskan tentang apa saja Sebab-sebab Islamisasi Cepat Berkembang di
Indonesia

Tujuan masalah

 Mengetahui apa saja teori-teori tentang masuknya agama islam ke Indonesia


 Memahami bagaimana saluran dan cara-cara Islamisasi di Indonesia
 Memahami fase dan tahapan Islamisasi
 Mengetahui sebab-sebab Islamisasi cepat berkembang di Indonesia

 
 
PEMBAHASAN

Teori Tentang Masuknya Islam ke Indonesia

Ada empat teori tentang islamisasi awal masuknya Islam di Indonesia,


yaitu Islam bersumber dari Anak Benua India (teori India), teori Arab, teori
Persia, dan Teori China.

Teori India

Teori ini di kemukakan oleh Pijnappel, Snouck Hurgronje, Moquette, dan


Fatimi. Dalam teori ini di jelaskan bahwa islam pertama kali datang ke Indonesia
berasal dari anak Benua India sekitar abad ke-13. Pijnappel mengajukan
buktiadanya persamaan mazhab Syaf'i anatara di Anak Benua dengtan di
Indonesia. Orang-orang mazhab Syafi'i bermigrasi dan menetap di Gujarat dan
Malabar kemudian membawa islam ke Nusantara. Jadi ia berpendapat bahwa
islamisasi di Nusantara dilakukan oleh orang Arab, tetapi bukan datang langsung
dari Arab, melainkan dari India, terutama dari Gujarat dan Malabar.[1] 
Snouck Hurgronje berpendapat bahwa saat Islam mempunyai pengaruh
yang kuat di kota-kota India Selatan, banyak muslim Dhaka yang di sana. Mereka
inilah yang pertama menyebarkan Islam ke kepulauan Melayu, kemudian diikuti
oleh orang-orang Arab. Ia berpendapat bahwa Islam Nusantara berasal dari India,
karena sudah lama terjalin hubungan perdagangan antara Indonesia dengan India
dan adanya inskripsi tetua tentang Islam yang terdapat di Sumatra
mengindikasikan adanya hubungan anatara Sumatra dan Gujarat.Snouck
Hurgronje menybutkan bahwa Sumatra Utara, yaitu mengenai Pasai dalam kisah
perjalanan Ibn Battuta, musafir Maroko yang singgah di daerah pada tahun 1345
M dalam perjalanannya dari Benggala ke Tiongkok merupakan tempat yang
penting bagi rekonstruksi perkembangan Islam di kepulauan itu.

Teori Arab 

Teori ini antara lain dikemukakan oleh Sir Thomas Arnold, Crawfurd,
Niemann, dan de Hollander. Arnold berpendapat bahwa selain dari Coromandel
dan Malabar Islam Nusantara juga berasal dari Arab. Bukti yang ia ajukan ialah
adanya kesamaan mazhab antara di Coromandel dan Malabar dengan mazhab
mayoritas umat islam di nusantaram yaitu mazhab syafi'i mazhab ini dibawa oleh
para pedagang Coromandel dan Malabar ke Nusantara. Mereka mempunyai
peranan penting dalam perdagangan antara India dan Nusantara. Di sampimg
melakukan kegiatan perdagangan, mereka juga menyebarkan agama islam.   
Mengenai pendapatnya tentang asal Islam Nusantara dari Arab, Arnold
berpendapat bahwa para pedagang Arab membawa Islam kepada saat mereka
menguasai perdagang Barat-Timur[2] sejak awal abad ke-7 M dan ke-8 M. dapat
di duga bahwa mereka juga  menyebarkan agama Islam ke Nusantara. Arnold juga
mengatakan bahwa sebuah sumber Cina menyebutkan bahwa menjelang perempat
ketiga abad ke-7 M  ada seorang Arab yang menjadi pemimpin pemukiman Arab
muslim di pesisir barat Sumatra. Mereka ini juga melalukan kawin campur dengan
penduduk setempat, sehingga muncullah komunitas muslim.
Crawfurd mengatakan bahwa Islam dikenalkan langsung dari Arab,
meskipun demikian dia juga menegaskan bahwa hubungan bangsa Melayu-
Indonesia dengan kaum muslim dari pesisir Timur India juga merupakan faktor
penting. Niemann tidak menyebut tentang waktu masuknya Islam ke Nusantara,
Sedangkan de Hollander mengatakan kemungkinan pada abad ke-13 M sudah ada
orang arab di Jawa. Niemann dan de Hollander mengatakan bahwa Islam datang
dari Hadramaut, karena adanya persamaan antara mazhab yang dianut oleh
muslim Hadramaut dengan muslim Nusantara, yaitu mazhab syafi'i.    

Teori Persia 

Teori ini di kemukakan oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat. Dalam teori ini
dinyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 M di Sumatra, yang
berpusat di Samudra pasai. Dia mendasarkan argumennya pada persamaan budaya
yang berkembang di kalangan masyarakat Islam Indonesia dengan budaya yang
ada di Persia.
Bukti-bukti persamaan budaya itu antara lain. Adanya peringatan 10
Muharram atau asyura yang merupakan tradisi yang berkembang dalam
masyarakat Syiah Untuk memperingati hari kematian Husain di Kerbela. Tradisi
ini diperingati dengan membuat bubur syura. Bulan Muharram di Mingkabau
disebut dengan bulan Hasan-Husain, sedangkan di Sumatra Tengah sebelah barat
di sebut dengan bulan tabut. Mereka mengarak keranda yang di atasnamakan
keranda Husain yang di sebut dengan "Keranda Tabut" untuk dilempar ke sungai.
Adanya persamaan antara ajaran al-Hallaj, tokoh sufi Iran dengan ajaran Syeikh
Siti Jenar.
Persamaan dalam sistem mengeja huruf Arab bagi pengajian al-Qur-an
tingkat awal.
 Bahasa Iran                                               Bahasa Arab
 Jabar -- Zabar                                             Fathah
 Jer -- Ze-er                                                 Kasrah
 P'es -- Py'es                                               Dhammah
Disamping itu, mengenai huruf huruf sin yang tidak bergigi berasal dari
persia, sedangkan sin bergigi berasal dari arab.[3]
Adanya persamaan batu nisan yang ada di makam malik al-shahih (1297
M) di Pasai dengan makam malik Ibrahim (1419 M) di gresik yang dipesan dari
Gujarat merupakan daerah yang mendapat pengaruh dari persia yang menganut
faham syi'ah dan dari sinilah syiah dibawa ke indonesia

Teori Cina

Teori ini menyatakan bahwa Islam datang ke Nusantara bahwa dari timur
Tengah/Arab maupun Gujarat/India, tetapi dari Cina. Pada abad ke-9 M banyak
orang muslim china di kanton dan wilayah China Sekatan lain yang mengungsi ke
Jawa, sebagian ke Kedah dan Sumatra. Hal ini terjadi karena pada masa Huan
Chou terjadi penumpasan terhadap penduduk Kanton dan wilayah China Selatan
lainnya yang mayoritas penduduknya beragama islam. Mereka berusaha
mengadakan revolusi politik terhadap keraton China pada ke 9 M. Pada abad-abad
berikutnya peranan orang China semakin tampak dengan adanya bukti-bukti
artefak, yakni adanya unsur-unsur China dalam arsitektur masjid-masjid Jawa
kuno, seperti tampak pada atap masjid Banaten, mustaka, yang berbentuk bola
dunia yang menyerupai setupa dengan dikelilingi tempat ular hampir selalu ada di
masjid-masjid kuno di Jawa sebelum arsitektur timur tengah memasuki wilayah
ini, motif hiasan di masjid sedang Duwur Paciran Lamongan dan lain-lain. Di
samping adanya pengungsi China ke Jawa pada abad ke 9 M, pada abad ke 8-11
M sudah ada pemukimkan Arab muslim di China dan di Campa.
China mempunyainperanan yang besar dalam perkembangan Islam di
Indonesia. Di samping bukti-bukti di atas, arsitektur masjid Demak dan juga
berdasarkan beberapa catatan  sejarah beberapa sultan dan sunan yang berperan
dalan penyiaran agama islam di Indonesia adalah keturunan China, misalnmya
Raden Patah yang mempunyai nama China Jin Bun, sunan Ampel dan lain-
lain. [4]

  Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia 

  Kedatangan Islam ke Indonesia dan penyebarannya kepada golongan


bangsawan dan rakyat  umumnya, dilakukan secara damai. Saluran-saluran
Islamisasi yang berkembang ada enam, yaitu:
a. Saluran Perdagangan
Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf permulaannya ialah
melalui perdagangan. Hal ini sesuia dengan kesibukan lalu lintas perdagangan
abad-7 sampai abad ke-16, perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat,
Tenggara dan Timur benua Asia dan dimana pedagang-pedagang Muslim (Arab,
Persia, India) turut serta menggambil bagiannya di Indonesia. Penggunaan saluran
islamisasi melalui perdagangan itu sangat menguntungkan. Hal ini menimbulkan
jalinan di antara masyarakat Indonesia dan pedagang.
Dijelaskan di sini bahwa proses islamisasi melalui saluran perdagangan itu
dipercepat oleh situasi dan kondisi politik beberapa kerajaan di mana adipati-
adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan pusat kerajaan yang
sedang mengalami kekacauan dan perpecahan. Secara umum Islamisasi yang
dilakukan oleh para pedagang melalui perdagangan itu mungkin dapat
digambarkan sebagai berikut: mulal-mula mereka berdatangan di tempat-tempat
pusat perdagangan dan kemudian diantaranya ada yang bertempat tinggal, baik
untuk sementara maupun untuk menetap. Lambat laun tempat tinggal mereka
berkembang menjadi perkampungan-perkampungan. Perkampungan golongan
pedangan Muslim dari negeri-negeri asing itu disebut Pekojan.

 b. Saluran Perkawinan

Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang


paling memudahkan. Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin,
tempat mencari kedamaian diantara dua individu. Kedua individu  yauitu suami
isteri membentuk keluarga yang justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal ini
berarti membentuk masyarakat muslim. Saluran Islamisasi melalui perkawinan
yakni antara pedagang atau saudagar dengan wanitia pribumi juga merupakan
bagian yang erat berjalinan dengan Islamisasi. Jalinan baik ini kadang diteruskan
dengan perkawinan antara putri kaum pribumi dengan para pedagang Islam.
Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Dari sudut ekonomi, para
pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan
pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putriputri bangsawan, tertarik
untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka diislamkan
terlebih dahulu. Setelah setelah mereka mempunyai kerturunan, mereka makin
luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan
muslim.

 c. Saluran Tasawuf


  Tasawuf merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses
Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan
sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti yang jelas  pada
tulisantulisan antara abad ke-13 dan ke-18. hal itu bertalian langsung dengan
penyebaran Islam di Indonesia. Dalam hal ini para ahli tasawuf hidup dalam
kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan
hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli tasawuf biasanya
memiliki keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf,
yaitu proses islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-
nilai budaya bahkan ajaran agama yang ada  yaitu agama Hindu ke dalam ajaran
Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam
sehingga mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang
memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia
pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syeh Lemah Abang, dan Sunan
Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di abad ke-19
bahkan di abad ke-20 ini.

d. Saluran Pendidikan

Para ulama, guru-guru  agama, raja berperan besar dalam proses


Islamisasi, mereka menyebarkan agama Islam melalui pendidikan  yaitu dengan
mendirikan pondok-pondok pesantren merupakan tempat pengajaran agama Islam
bagi para santri. Pada umumnya di pondok pesantren ini diajarkan oleh guru-guru
agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama. Mereka setelah belajar ilmu-ilmu agama dari
berbagai kitab-kitab, setelah keluar dari suatu pesantren itu maka akan kembali ke
masing-masing kampung atau desanya untuk menjadi tokoh keagamaan, menjadi
kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi. Semakin terkenal kyai yang
mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai
radius yang lebih jauh lagi.  

 e. Saluran Kesenian

Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir,
seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada
masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid
Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya. Contoh lain dalam
seni adalah dengan pertunjukan wayang, yang digemari oleh masyarakat. Melalui
cerita-cerita  wayang itu disisipkan ajaran agama Islam. Seni gamelan juga dapat
mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut. Selanjutnya
diadakan dakwah keagamaan Islam.

f. Saluran Politik

Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika
seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak
rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan
bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi  Selatan dan
Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya memeluk agama
Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di
daerah ini.

 Fase dan Tahapan Islamisasi


Dengan beberapa perbedaan tentang Islamisasi tersebut, haruslah
diupayakan sintesis dari berbagai pendapat yang ada. Di antara upaya tersebut
adalah dengan membuat fase-fase  atau tahapan tentang Islamisasi di Indoneia,
seperti tahap permulaan kedatangan yang terjadi pada abad ke-7 Masehi.[5]
Adapun pada abad ke-13 Masehi dipandang sebagai proses penyebaran dan
terbentuknya masyarakat Islam di Nusantara.
Para pembawa Islam pada abad ke-7 sampai abad ke-13 Masehi tersebut
adalah orang-orang Muslim dari Arab, Persia dan India (Gujarat dan Bengal).
Hal serupa juga dilakukan oleh Uka Tjandrasasmita yang mengatakan bahwa
sebelum abad ke-13 merupakan tahap proses Islamisasi. Abad ke-13 itu sendiri
dipandang sebagai masa pertumbuhan Islam sebagai kerajaan bercorak Islam
yang pertama di Indonesia. Sementara itu, Hasan Mu'arif Ambary, berpendapat
berdasarkan data-data arkeologis yang ada, ia membagi fase Islamisasi Indonesia
ke dalam tiga fase, yaitu : 
o  fase kehadiran para pedagang Muslim
o  fase terbentuknya kerajaan Islam
o fase pelembaan Islam
Dalam fase kehadiran para pedagangMuslim di Indonesia, Ambary tidak
memberi angka yang jelas tentang permulaan Islam datang ke Indonesia.
Walaupun demikian, dapat diduga bahwa fase tersebut terjadi pada sebelum abad
ke-13 M, yaitu abad ke-1 sampai ke-5 Hijriah, atau abad ke-7 sampai ke-11
Masehi. Adapun fase terbentuknya kerajaan Islam berlansung antara abad ke-13
M sampai abad ke-16 M. Sedangkan masa pelembagaan Islam terjadisesudah
abad-abad tersebut.[6] 
Khusus Islamisasi di Jawa,  Denys Lombard secara garis besar membedakan tiga
tahap dalam proses Islamisasi di wilayah ini, yaitu: 
o berlangsungnya Islamisasi di wilayah pantai utara, melalui pelabuhan
perdagangan sejak abad ke-15 memainkan peranan yang makin penting
o merembesnya Islam kedaerah pedalaman yang secara berangsurangsur
memunculkan semacam kaum berjuis Islam di pedalaman
o terbentuknya jaringan Islam pedesaan, dengan peran penting yang dimainkan
oleh pesantrendantarekat.
Pada gilirannya, perkembangan semacam ini memungkinkan bagi
kelangsungan struktur yang sudah ada di masa Hindia Belanda sejak abad ke-19,
yaitu makin terbukanya kemunginan bagi rakyat Indonesia untuk naik haji.
Konsekuensinya, Islam di Kepulauan Indonesia-Melayu mendapat akses yang luas
dan langsungdaripusat Islam (Mekkah dan Kairo). Hal yang hampir sama juga
dilakukan oleh Lathiful Khuluq. Menurutnya, minimal ada lima fase penyebaran
Islam kepada masyarakat Jawa (Indonesia). Pertama, Islamisasi yang dilakukan
oleh para pedagang Muslim dari India dan Arabia kepada komunitas masyarakat
biasa di pesisir utara Pulau Jawa. Kedua, Islamisasi yang dilakukan oleh para
ulama yang terkenal dengan sebutan "wali sanga". Ketiga, Islamisasi di bawah
kerajaan Islam Mataram yang berpusat di pedalaman Pulau Jawa, terutama pada
masa Sultan Agung. Keempat, Islamisasi yang diwarnai dengan makin maraknya
gerakan pemurnian Islam yang dibawa ke Nusantara pada abad ke-18. Kelima,
Islamisasi yang ditandai dengan gerakan reformasi yang dilakukan oleh
organisasiorganisasi Islam, seperti Jami'at al-Khair (1901), Sarekat Islam (1911),
Muhammadiyah (1912) dan lainsebagainya.[7] Dengan mengacu pada fase-fase
Islamisasi di Jawa yang dikemukakan oleh Lathiful Khuluq tersebut, pada fase
kedua Islamisasi di Jawa berlangsung dengan cepat. Percepatan Islamisasi ini,
terutama sebagai hasil dari dakwah para wali sebagai perintis dan penyebar agama
Islam di Jawa. 
Para wali memegang kepemimpinan yang kharismatik. Pada satu pihak, demikian
menurut Sartono, otoritas mereka dapat berbentuk formal sebagai penguasa politik
atau raja; pada pihak lain, terlepas dari pelembagaan politik atau tidak,mereka
memiliki kekuasaan sosial-relegius yang kuat.[8] Pada umumnya, para ahli
berpendapat bahwa Islam di Indonesia disebarluaskan melalui jalan damai. Tidak
ada misi khusus, seperti dalam agama Protestan dan Katholik dalam menyebarkan
Islam di Indonesia, paling tidak pada masa awal. Namun, perkembangan
Islamisasi Indonesia ini sebetulnya menggunakan tiga metode, yaitu:  (1)
disebarkan oleh para pedagang Muslim dalam suasana damai, (2) disebarkan oleh
para juru dakwah dan para wali khusus dari India dan Arab untuk meng-Islamkan
penduduk dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan keimanan mereka, dan (3)
disebarkan dengan kekuatan untuk berperang melawan pemerintahan kafir.[9]
Metode terakhir ini terjadi segera setelah sebuah kerajaan Islam berdiri di
Indonesia di mana kadang-kadang Islam disebarkan dari sana ke kawasan-
kawasan lain melalui peperangan. Perlu dijelaskan di sini bahwa teori-teori yang
dikemukakan di atas, pada dasarnya tidak membicarakan masuknya agama Islam
ke setiap pulau di Nusantara. Teori-teori tersebut hanya menganalisis masuknya
agama Islam di Pulau Sumatera, khususnya Aceh, dan Pulau Jawa. Kedua pulau
ini dipandang mempunyai peranan penting dalam perkembangan Islam  di pulau-
pulau lain di Indonesia. Teori apapun tentang Islamisasi Nusantara-Melayu
senantiasa akan dituntut untuk menjelaskan kenapa proses tersebut berawal dari
suatu masa tertentu, dan bukan beberapa abad sebelumnya atau sesudahnya.
Orang-orang Muslim dari negeri asing, mungkin sudah menetap di
pelabuhanpelabuhan dagang di Sumatera dan Jawa selama berabad-abad. Namun,
baru menjelang akhir abad ke-13 lah ditemukan adanya jejak orang Islam
pribumi.[10] Dalam abad-abad selanjutnya, Islam secara berangsur-angsur
menyebar melampaui daerah pantai Sumatera dan Semanjung Malaya, ke pantai
utara pulau Jawa dan beberapa pulau penghasil rempahrempah di Indonesia
bagian timur. Patut disayangkan, cara berlangsungnya perpindahan agama ini
tidak terdokumentasikan dengan baik, sehingga banyak menimbulkan spekulasi
di kalangan ilmuan dan kadang-kadang menimbukan  perdebatan yang sengit.
Yang pasti, proses tersebut tidak mungkin berjalan menurut pola yang seragam
untuk seluruh wilayah Indonesia yang cukup luas.

 Sebab-sebab Islamisasi Cepat Berkembang di Indonesia 

Dalam wakltu yang relative cepat, ternyata agama baru ini dapat diterima
denagn baik oleh sebgaian besar  lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari rakyat
jelata hingga raja-raja. Sehingga penganut agama ini pada akhir abad ke 6 H (abad
ke 12 M), dan tahun-tahun selanjutnya, berhasil menjadi suatu kekuatan muslim
Indonesian yang ditakuti dan diperhitungkan. 
Ada bebrapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat berkembang di
Indonesia. Menurut Dr.Adil Muhiddin Al-Lusi, seorang penulis sejarah Islam dari
Timur Tengah, sdalam bukunya Al-Urubatu wal Islamu fi Janubi Syarki Asiyah
Al-Hindu wa Indonesia, menyatakan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan
Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu sebagai berikut: 
o Faktor Agama
Faktor agama, yaitu akidah Islam itu sendiri dan dasar-dasarnya yang
memerintahkan menjunjung tinggi kepribadian dan meningkatkan harkat dan
martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas Rohaniwan seperti Brahmana
dalam system kasta yang diajarkan Hindu.
o Faktor Politik
Faktor politik yang di warnai oleh pertarugan dalam negeri antara negara-
negara dan penguasa-penguasa Indonesia, serta oleh pertarungan negara-negara
bagian itu dengan pemerintah pusatnya yang beragama Hindu. Hal tersebut
mendorong para penguasa, para bangsawan dan para pejabat di negara-negara
bagian tersebut untuk menganut agama Islam, yang di pandang mereka sebagai
senjata ampuh untuk emlawan dan menumbangkan kekuatan Hindu, agar
menmdapt dukunga kuat dari seluruh lapisan masyarakat. Hal itu dapat di
buktikan hingga kini, bahwa apabila semangat keislaman di bangkiutkan di
tengah-tengah masyarakat Indonesia, baik di Sumatera, Jawa, maupun kepulauan
Indonesia lainnya, denga mudah sekali seluruh kekuatan dan semangat keislaman
itu akan mangkit serentak sebagai suatu kekuatan yang dahsyat.
o Faktor Ekonomis
Faktor ekonomis, yang pertama diperankan oleh para pedagang yang
menggunakan jalan laut baik anatar kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang
melampaui perairan Indonesia ke China, India, dan Teluk Arab-Parsi yang
merupakan pendukung utama, karena telah memberikan keuntungan yang tidak
sedikit sekaligus mendatangkan bea masuk yang besar bagi pelabuhan-pelabuahan
yang disinggahinya, baik menyangkut barang-barang yang masuk maupun yang
keluar  

PENUTUP
Kesimpulan

Proses Islamisasi di Indonesia terjadi dengan jalan yang sangat pelik dan
panjang, yang didasari pada teori-teori yang beagam pula. Diterimanya Islam oleh
penduduk pribumi, secara bertahap membuat Islam terintegrasi dengan tradisi,
norma dan tatanan kehidupan keseharian penduduk lokal. Hal ini menunjukan
bahwa bangsa Indonesia mudah menerima nilai-nilai dari luar dan menjadi bukti
akan keterbukaan sikap mereka. Sikap ini pada gilirannya telah ikut membentuk
komunitas-komunitas muslim di daerah pesisir yang pada mulanya sebagai tempat
interaksi antara penduduk local dengan bangsa- bangsa asing, seperti yang
disebutkan para pakar dalam teori di atas, yaitudari Arab, Persia, India dan China.
Salah satu bukti kehadiran bangsa-bangsa asing tersebut adalah adanya
pekampungan yang disebut Pakojan (perkampunga norang-orangArab), Pachinan
(perkampungan orang-orang china), Keling (perkampungan orang-orang India)
dan lain sebagainya di Indonesia. Komunitas pribumi yang telah terintegrasi ke
dalam Islam, selanjutnya terlembagakan secara politis dalam bentuk kerajaan-
kerajaan Islam di kawasan ini sejak masa yang palingawal.  

DAFTAR  PUSTAKA
Ahmad Mansur Suryanegara.1998.Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan
Islam di   Indonesia.Bandung : Mizan. 

G.W.J. Drewes.1983.New Light on the Coming of Islam Indonesia.Singapore :


Institute of Southeast Asia Studies. 

George FadloHouran.1951. Arab Seafarings in the IndiansOcean in Ancient


and Eraly Medieval Times.Princon : New Jersey University Prees. 

H.J. de Graaf.1986.South-East Asian Islam to Eighteenth Century.Cambridge:


Cambridge University Press. 

HasanMu'arifAmbary.1988.MenemukanPeradaban Jejak Arkeologis dan


Historis Islam Indonesia.Jakarta: Logos WacanaIlmu. 

LathufulKhuluq.1988.IslamisasipadaMasaPemerintahan Sultan Agung.


Jakarta:Jurnal Penelitian Agama. 

Machfud Syaefudin.2013.Dinamika peradaban islam.Yogyakarta:CV.Pustaka


ilmu group. 

Martin van Bruinessen.1995.Kitab Kuning.Bandung:Mizan. 

Marwati Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto.1990.Sejarah


Nasional  Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. 

Sartono Kartodirdjo.1992.Pengantar Sejarah Indonesia.Jakarta : PT Gamedia


Pustaka Utama. 

Yatim Badri.2000.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:RajaGrafindoPersada. 

[1] G.W.J. Drewes,New Light on the Coming of Islam Indonesia,  (Singapore :


Institute of Southeast Asia Studies,1983),hlm.8

[2] George FadloHourani, Arab Seafarings in the IndiansOcean in Ancient and


Eraly Medieval Times (Princon : New Jersey University Prees, 1951).hlm.62

[3] Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam


di Indonesia,(Bandung : Mizan, 1998), hal. 91 

[4] Machfud Syaefudin,Dinamika peradaban islam,(Yogyakarta:CV.Pustaka ilmu


group,2013),hlm.43
[5] Marwati Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional
Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm.181.

[6] HasanMu'arifAmbary, MenemukanPeradaban; Jejak Arkeologis dan Historis


Islam Indonesia (Jakarta: Logos WacanaIlmu, 1988), hal. 55-60.

[7] LathufulKhuluq,Islamisasi pada Masa Pemerintahan Sultan Agung ,


(Jakarta:JurnalPenelitian1988),hal. 118-138

[8] Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia ,(Jakarta : PT Gamedia


Pustaka Utama, 1992), hal. 26 

[9]  H.J. de Graaf,South-East Asian Islam to Eighteenth Century,(Cambridge:


Cambridge University Press, 1987), hal. 123

[10] Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, (Bandung:Mizan,1995), hal. 187

Anda mungkin juga menyukai