Oleh:
Riska Asfitasari
NIM: 18.2200.055
Oleh:
Riska Asfitasari
NIM: 18.2200.055
2022
NIM : 18.2200.055
Dasar Penetapan Pembimbing : SK. Dekan Fakultas Syariah Dan Ilmu Hukum
Islam No.DIPA-025.04.2.307381/2021
Disetujui Oleh
Mengetahui
Dekan,
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN................................................................................................5
A. Latar Belakang..............................................................................................5
B. Rumusan Masalah.......................................................................................12
C. Tujuan Penelitian........................................................................................13
D. Kegunaan Penelitian...................................................................................13
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................14
A. Tinjauan Penelitian Relevan.......................................................................14
B. Tinjauan Teori.............................................................................................17
1. Teori Akad...............................................................................................17
2. Teori Jual Beli Dalam Islam....................................................................23
3. Teori Jual Beli Istisna..............................................................................27
4. Teori Khiyar............................................................................................28
C. Tinjauan Konseptual...................................................................................34
D. Kerangka Pikir............................................................................................36
III. METODE PENELITIAN.................................................................................37
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian....................................................................37
B. Lokasi Penelitian.........................................................................................38
C. Fokus Penelitian..........................................................................................38
D. Jenis dan Sumber Data................................................................................38
E. Tekhnik Pengumpulan dan Pengolahan Data.............................................39
F. Uji Keabsahan Data.......................................................................................40
G. Tekhnik Analisa Data....................................................................................41
KERANGKA ISI TULISAN (OUTLINE)...............................................................I
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................II
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBATALAN AKAD
DALAM JUAL BELI MAKANAN MELALUI JASA ONLINE GO-FOOD
PADA APLIKASI GRAB KOTA PAREPARE
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi berkembang sangat pesat, kemajuan teknologi tersebut
bisnis. Dari aktivitas yang biasanya dilakukan yang kedua dan ketiga menurut
produsen yang menyediakannya. Mulai dari kegiatan jual beli barang yang saat ini
bisa dilakukan dengan mudahnya melalui internet yang biasa disebut online
shopping, sudah banyak pula generasi muda yang terjun ke dunia bisnis melalui
online shopping ini. Penggunaan online shopping untuk saat ini tidak hanya
melalui situs website, namun bisa melalui media sosial seperti instagram dan
aplikasi lainnya.1
Dalam bermuamalah maka tidak lepas dari adanya akad. Sedangkan akad
atau kontrak menurut istilah adalah suatu kesepakatan atau komitmen bersama
baik lisan, isyarat, maupun tulisan antara dua pihak atau lebih yang memiliki
menjalankan bisnis, satu hal yang sangat penting adalah masalah akad
(perjanjian). Akad sebagai salah satu cara untuk memperoleh harta dalam syariat
Islam yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari- hari. Akad merupakan
cara yang diriḍai Allah dan harus ditegakkan isinya.3 Jual beli merupakan akad
1
Manan, Abdul. 2012, “Hukum Ekonomi Syariah dalam Perspektif Kewenangan
Peradilan Agama”. Ed I. Cet 1, Jakarta, Kencana Pranada Media Group
2
Muhammad Ardi, “Asas-Asas Perjanjian (Akad), Hukum Kontrak Syariah dalam
Penerapan Salam dan Istisna”, Jurnal Hukum Diktum, No. 2, vol. 14, (2016), h. 267.
3
Mardani, “Fiqh Ekonomi Syariah”, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012),
h.71.
yang umum digunakan oleh masyarakat karena dalam setiap pemenuhan
Ditinjau dari perspektif Islam, transaksi jual beli online ini banyak
diperbolehkan dengan syarat barang telah disaksikan terlebih dahulu. Jual beli
diperbolehkan selama barang yang diperjual belikan sesuai dengan ciri- ciri yang
telah ditentukan, atau telah diketahui jenis dan sifat barang yang akan dibelinya.
Dalam kasus jual beli online, penyerahan barang tidak diberikan secara langsung
dari penjual kepada pembeli, namun diwakilkan kepada orang lain atau melalui
kurir. Menurut madzhab ini jual beli bisa diwakilkan, baik untuk berjualan atau
membeli suatu barang, yang dinamakan jual beli dengan wakalah (diwakilkan).
dapat disimpulkan bahwa transaksi jual beli online secara hukum dilihat dari
Madzhab Asy- Syafi’i diperbolehkan dengan dasar jual beli wakalah yang
diwakilkan kepada kurir atau delivery service, dengan catatan bahwa kurir atau
delivery service tersebut memiliki surat tugas atau surat kuasa dalam melakukan
penjualannya.5
Perkembangan teknologi ini tentu saja menjadi peluang bisnis yang sangat
konsumen menjadi lebih sering melakukan transaksi. Tidak hanya dalam bidang
penjualan barang, jasa pun saat ini sudah bisa dipesan secara online, sebagai
saja. Untuk kendaraan tetap milik mitra yang sudah bergabung di PT. Grab
Indonesia. Para pengemudi disini sudah terseleksi, berlisensi dan telah melewati
yang dapat menjadi anggota driver online di PT. Grab Indonesia. Jika dinyatakan
lolos, mitra akan mendapat username dan password yang dikirim melalui email
untuk masuk ke akun driver dan dapat digunakan. Perusahaan aplikasi penyedia
jasa transportasi online PT. Grab Indonesia telah beroperasi di beberapa kota di
Indonesia salah satunya di kota Madiun. Grab menyediakan dua fitur layanan
yaitu Grabcar dan Grabbike. Di dalam aplikasi Grabbike ada beberapa fitur
Salah satu fitur layanan yang tersedia pada aplikasi Grab adalah GoFood,
yaitu layanan pesan antar (delivery) yang diberikan perusahaan Grab untuk
tersebut melibatkan 3 (tiga) pihak, yaitu pengguna, restoran dan pihak ojek.
Mekanisme layanan ini adalah pengguna membuka fitur Go-Food pada aplikasi
Grab sehingga keluar daftar restoran dan rumah makan serta harga makanan
kemudian pengguna memilih menu makanan yang akan dipesan. Pihak ojek
membayar harga makanan secara tunai atau secara kredit melalui layanan kredit
dari pihak ojek. Harga yang dibayar pengguna terdiri dari tiga komponen: (1)
GoFood, terdapat transaksi jual beli antara konsumen (pemesan) dengan penjual
Jual beli merupakan satu jenis kegiatan yang sering dilakukan oleh
manusia dalam kehidupan sehari-hari dengan dilakukan atas dasar suka sama
suka. Transaksi jual beli tidak dapat terhindarkan dari siklus aktivitas
keseharaian orang pada umumnya. Dalam hal ini artinya setiap orang pada
umumnya pasti akan melakukan transaksi jual beli setiap hari, baik jual beli
barang atau jasa. Hal itu dapat terjadi karena setiap hari, setiap-setiap orang
memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga munculah transaksi jual beli
teknologi dan komunikasi yang seiring dengan pergeseran budaya dan kebutuhan
masyarakat, membuat transaksi jual beli yang pada awalnya hanya dilaksanakan
dengan saling bertemu pihak penjual dan pembeli menjadi dapat dilaksanakan
tanpa harus bertemu langsung. Jual beli yang dikembangakan dengan teknologi
informasi dan komunikasi seperti itulah yang sering kita sebut jual beli online.
Bentuk kegiatan jual beli dengan sistem online ini tentu mempunyai banyak nilai
pembeli tak perlu repot bertemu untuk melakukan transaksi. Selain itu, saat ini
berkembang pula jasa/layanan pemesanan jual beli online berbasis aplikasi. Salah
satu bentuk transaksi seperti ini adalah jual beli makanan dan minuman melalui
fitur go-food.
permasalahan, yaitu pembatalan sepihak oleh customer atau pembeli atas transaksi
antara driver grab dengan pemesan atau pembeli tersebut, dimana driver grab
pembatalan seperti ini telah banyak kami temukan. Dalam kesempatan lain,
penulis sedang ke Warung Lalapan Belakang RSU dan tanpa sengaja melihat
driver grab bergegas membuka handphone dengan terkejut dan mendekati pnejaga
kejadian tersebut penulis juga pernah diberi cerita oleh teman dengan hal yang
serupa yakni pembatalan pemesanan go-food ketika driver sampai warung. Selain
itu penulis juga berkesempatan bertanya ke driver grab yang bahwasanya driver
ketika driver sedang menuju warung. Disampaikan juga olehnya bahwa masih
sering terjadi pembatalan sepihak dalam order go-ride. Hal seperti ini tentu sangat
menuju warung makan sesuai pesanan yang dipilih customer di aplikasi, dengan
pembatalan tersebut tidak dapat diketahui oleh pihak driver waktu tepatnya kapan
dibatalkan oleh customer, mungkin hampir sampai warung atau baru berangkat
dari tempat driver menerima order atau kapan waktu pembatalannya driver tidak
customer di apliaksi driver tetapi yang ada pesanannya sudah batal, sudah hilang
dari aplikasi. Driver juga tidak dapat mengetahui apa alasan customer
membatalkan pesanan, lagi-lagi driver hanya tahu pesanan telah dibatalkan atau
pesanan sudah hilang dari layar handponenya ketika driver sudah sampai warung.
Dalam hal ini yang dapat mengetahui alasan mengapa pemesanan dibatalkan oleh
membatalkan pesanan dan memilih salah satu alasan pembatalan pada dialog
pembatalan dalam aplikasi customer, alasan pembatalan itu tidak muncul atau
pemesanan sudah dibatalkan oleh customer sepontan saat itu juga dialog
mengetahui alasan pembatalan atau chat pesan terakhir dari customer dan juga
diabatalakan oleh pihak customer. Terlihat pihak driver sangat kecewa juga
memiliki posisi yang kuat untuk membatalkan akad dan untuk mengingkari
kesepakatan tanpa ada mufakat terlebih dahulu sehingga tidak ada i‟tikad baik
yang terlihat.
memanfaatkan posisi lemah untuk merugikan pihak lawan, maka hal tersebut
beritikad baik dalam perjanjian. Hal ini tidak terlepas dengan prinsip jual beli
dalam Islam yang diperintahkan dalam Al-Qur‟an dan As-Sunah. Pelaku jual beli
dalam Islam harusnya akan selalu bersikap jujur, amanah, adil serta melihat
Jual Beli Makanan Melalui jasa Online Go-food pada Aplikasi Grab di Kota
Parepare”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka masalah
1. Bagaimana bentuk pembatalan akad dalam jual beli Makanan melalui jasa
beli Makanan melalui jasa online go-food pada aplikasi grab di Kota
Parepare?
C. Tujuan Penelitian
jual beli Makanan melalui jasa online go-food pada aplikasi grab di Kota
Parepare.
D. Kegunaan Penelitian
Dari pencapaian tujuan penelitian tersebut, maka hasil penelitian
Grab.
Ekonomi Syariah dan Penelitian ini dilakukan agar dapat berguna bagi
kegiatan ekonomi yang diajukan dalam Islam dan juga dapat mengetahui
Skripsi karya Lulu Dzewin Nuha, yang berjudul “Tinjauan hukum Islam
jurusan Hukum Ekonomi Syariah fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri
Ponorogo, 2017. Dari pembahasan dan analisa dapat diperoleh kesimpulan bahwa
telah sesuai dengan hukum Islam, dimana rukun dan syarat akad sudah terpenuhi.
Yaitu adanya dua orang yang bertransaksi, adanya ijab qobul, objek akad dan
tujuan akad. Sedangkan dalam penerapan tarif jasa transportasi online GrabBike
menurut hukum Islam sah karena menurut Ismail Nawawi dalam bukunya, praktik
pemberian upah mengikuti sistem pengupahan pasar dan jumhur ulama tidak
jual beli melalui jasa Go-Food dalam perspektif hukum Islam.” Skripsi jurusan
pembahasan dan analisa dapat diperoleh kesimpulan bahwa syarat jual beli
melalui jasa Go-Food adalah menginstal aplikasi Go-Jek dan mematuhi syarat dan
ketentuan yang telah dtentukan oleh pihak perusahaan. Prosedur transaksi jual beli
7
Lulu Dzewin Nuha, “Tinjauan Hukum Islam terhadap jasa transportasi online Grabbike
(Studi kasus di Tangerang kota)”, Skripsi (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2017), h.10.
makanan/minuman yang dipesan kemudian memesan dan driver akan
yang menghalalkan transaksi jual beli melalui jasa Go-Food didasarkan adanya
dasar hukum dalam Al-Qur‟an QS. Al-Kahfi ayat 19 dan hadisth nabi Muhammad
membahas tentang Transaksi jual beli melalui jasa Go-Food dalam perspektif
hukum Islam sedangkan penelitian ini membahas tentang pembatalan akad dalam
tinjauan hukum Islam terhadap pembatalan sepihak oleh konsumen pengguna jasa
Grabfood (studi kasus di Grab Madiun). Kedua, bagaimana tinjauan hukum Islam
pengguna layanan jasa Grabfood (studi kasus di Grab Madiun). Jenis penelitian
penelitian ini terletak pada fokus penelitian. Penelitian sebelumnya berfokus pada
8
Annisa Adelia Yusufin, “Transaksi jual beli melalui jasa, 8.
tinjauan ekonomi Islam terhadap pembatalan sepihak konsumen Grabfood.
pendapatan rumah makan berdasarkan tinjauan ekonomi Islam. Adapun hasil dari
layanan GrabFood jelas membawa dampak positif kepada pelaku usaha Rumah
oleh pihak yang berakad ke objek akad. Apabila transaksi e-commerce telah
Kemudian jika tidak terpenuhi syarat subjek dan objek kontrak, maka secara tidak
sebelumnya berfokus pada penerapan akad sedangkan penelitian ini berfokus pada
B. Tinjauan Teori
1. Teori Akad
a. Pengertian Akad
timbulnya akibat hukum. Ijab adalah penawaran yang diajukan oleh satu pihak,
9
Fanora Qumala, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Layanan Jasa GrabFood
skripsi (Study Kasus Di Grab Madiun)”. (IAIN PONOROGO, 2019).
dan qabul adalah jawaban persetujuan yang diberikan mitra akad sebagai
pernyataan kehendak masing-masing pihak tidak terkait satu sama lain karena
akad adalah keterkaitan kehendak kedua pihak yang tercermin dalam ijab dan
qabul.10
rukun dan syaratnya telah tepenuhi, maka akad itu mengikat secara penuh, dan
Akad jenis ini dibedakan menjadi dua macam lagi, yaitu: pertama, akad mengikat
kedua belah pihak seperti akad jual beli, sewa-menyewa, perdamaian dan
seterusnya. Dalam akad jual beli masing-masing pihak tidak dapat membatalkan
perjanjian jual beli tanpa persetujuan pihak lain. Kedua, akad mengikat satu pihak,
yaitu akad di mana salah satu pihak tidak dapat membatalkan perjanjian tanpa
persatujuan pihak lain, akan tetapi pihak lain dapat membatalkannya tanpa
persetujuan pihak pertama, seperti akad kafalah (penanggungan) dan gadai (ar-
rahn). Kedua akad ini mengikat terhadap penanggung dan penggadai di mana
gadai tidak mengikat dalam arti ia dapat membatalkannya secara sepihak. Adapun
akad tidak mengikat adalah akad pada masing-masing pihak dapat membatalkan
perjanjian tanpa persetujuan pihak lain. Akad tidak mengikat penuh ini dibedakan
menjadi dua macam, yaitu (1) akad yang memang sifat aslinya tidak mengikat
(persekutuan), akad hibah, akad wadi’ah (penitipan), dan akad ‘ariah (pinjam
10
Syamsul Anwar, “Hukum Perjanjian Syariah”, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2007), h. 68.
pakai); dan (2) Akad yang tidak mengikat karena di dalamnya terdapat khiyar bagi
para pihak.
Sementara itu, pengertian akad menurut Ahmad Azhar Basyir adalah suatu
perikatan antara ijab dan kabul dengan cara yang dibenarkan syara‟ yang
isi perikatan yang diinginkan, dan kabul adalah pernyataan pihak kedua untuk
b. Berakhirnya Akad
suatu akad dapat disebut telah berakhir apabila telah tercapai tujuannya. Dalam
jual beli akad dipandang telah selesai apabila barang telah berpindah milik kepada
pembeli dan harganya telah menjadi milik penjual. Dalam akad gadai dan
dibayar. Kecuali telah tercapai tujuannya, akad dipandang berakhir juga apabila
terjadi fasakh atau telah berakhir waktunya. Fasakh terjadi dengan sebab-sebab
sebagai berikut:11
a) Difasakh karena adanya hal-hal yang tidak dibenarkan syara’, seperti yang
b) Dengan sebab adanya khiyar, baik khiyar rukyat, cacat, syarat atau majlis.
merasa menyesal atas akad yang baru saja dilakukan. Fasakh dengan cara
ini disebut “iqalah”. Dalam hubungan ini hadits Nabi Riwayat Abu Daud
11
Ahmad Azhar Basyir, “Asas-asas Hukum Muamalat”, (Hukum Perdata Islam)
(Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2014), h. 84
mengajarkan bahwa barang siapa mengabulkan permintaan pembatalan
orang yang menyesal atas akad jual-beli yang dilakukan, maka Allah akan
d) Karena kewajiban yang ditimbulkan oleh adanya akad tidak dipenuhi oleh
akad jual-beli menjadi batal; apabila pembeli dalam waktu yang ditentukan
c. Asas-Asas Akad
melakukan akad mempunyai kedudukan yang sama atau setara antara satu dengan
yang lain. Asas ini penting untuk dilaksanakan karena sangat erat hubungannya
dengan penentuan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kedua belah
12
Manan, Abdul, “Hukum Ekonomi Syariah dalam Perspektif Kewenangan Peradilan
Agama”. Ed I. Cet 1, (Jakarta, Kencana Pranada Media Group 2012), h. 34
2) Keadilan (al-„Adalah), pelaksanaan asas ini dalam akad dituntut untuk
perjanjian yang telah disepakati bersama dan memenuhi segala hak dan
3) Kerelaan (al-Ridha), yaitu semua akad yang dilakukan oleh para pihak
kemudian hari.
d. Bentuk-Bentuk Akad
1) Akad Shahih
Akad shahih adalah akad yang tlah memenuhi rukum dan syarta-syaratnya.
Hukum dari akad shahih ini adalah berlakunya seluruh akibat hukum yang
ditimbulkan akad itu dan mengikat bagi pihak-pihak yang berakad. Akad shahih
ini dibagi oleh Hannafiyah dan Malikiyyah menjadi dua macam yakni :13
a) Akad Nafiz Yaitu akad yang dilangsungkan dengan memenuhi rukun dan
b) Akad Mawquf Akad yang dilakukan oleh seseorang yang cakap bertindak
mumayyiz. Dalam kasus akad ini, akad ini baru sah dan sempurna apabila
seluruh akibat hukun akad itu tidak berlaku dan tidak mengikat pihak-pihak yang
berakad. Ini terbagi dua yakninya akad bathil dan akad fasid. Akad bathil adalah
apabila akad itu tidak memenuhi salah satu rukunnya atau ada larangan langsung
dari syara‟, misalnya objek jual beli tidak jelas. Akad fasid adalah suatu akad
yang pada dasarnya di-syari‟atkan, tetapi sifat akad tidak jelas, seperti jual beli
rumah yang tidak ditunjukkan jenis, tipe, dan bentuk rumah yang akan dijual.
Jumhur ulama memandang akad yang bathil dan akad yang fasid mengandung
esensi yang sama, yaitu tidak sah dan tidak mengakibatkan hukum bagi pelaku
akad tersebut.14
akad :
hak tanggungan atas utang (al-ibra‟) dan menarik diri dari hak syuf‟ah.
diberikan oleh hakim terhadap orang muflis (pailit) untuk bertindak atas
14
Arianti, Farida, “Fikih Muamalah II”, (Batusangkar, STAIN Batusangkar Press, 2014),
h. 57
f) Akad kerjasama („uqud al-isytiraq), contohnya adalah akad musyarakah,
muzara‟ah, musaqah.
e. Tujuan Akad
Tujuan akad adalah mewujudkan akibat hukum yang pokok dari akad.
Misalnya tujuan akad jual beli adalah memindahkan hak milik atas barang dengan
imbalan. Meskipun dikatakan bahwa tujuan akad adalah akibat hukum pokok akad
(yang hendak diwujudkan oleh para pihak), namun tujuan akad berbeda dengan
akibat hukum pokok akad. Perbedaannya terketak pada sudut dari mana
melihatnya. Tujuan akad adalah maksud pokok yang hendak diwujudkan oleh
para pihak, seperti memindahkan pemilikan atas suatu benda dengan imbalan
dalam akad jual beli. Apabila maksud tersebut dapat direalisasikan sehingga
tercipta perpindahan milik atas barang dalam akad jual beli, maka terjadinya
perpindahan milik ini adalah akibat hukum pokok. Jadi maksud memindahkan
milik dalam akad jual beli adalah tujuan akad, dan terealisasikannya perpindahan
milik bila akad yang dilaksanakan merupakan akibat hukum pokok akad. Dengan
kata lain, tujuan akad adalah maksud para pihak ketika membuat akad, sedangkan
akibat hukum pokok adalah hasil yang dicapai bila akad direalisasikan.
dalam tanggungan atau jual beli satu barang yang akan dibuat oleh produsen yang
juga menyediakan barang bakunya, sedangkan jika barang bakunya dari pemesan
15
Mardani. “Fiqh Ekonomi Syariah”.( Jakarta: Kencana, , 2016), h.61
maka transaksi itu menjadi akad jarah (sewa), pemesan hanya menerima jasa
istishna adalah sebagai Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan
dengan kesepakatan.
listrik, gedung sekolah, pertambangan, dan sarana jalan. Pembiayaan yang sesuai
salam maka Secaba umum landasan syariahnya yang berlakunya pada salam juga
mendasarkan pada argumentasi bahwa pokok Montreal penjualan harus ada dan
dimiliki oleh penjual. Sementara dalam istishna, pokok kontrak itu belum ada atau
16
Azzuhaili, Wahbah, “Al-Fiqh As-Syafii‟ Al-Muyassan. Terjemahan Muhammad Afifi.
Abdul Hafiz “Fiqh Imam Syafii”, (Jakarta: Griya Ilmu,2010) h. 21
2) Dalam Syariah dimungkinkan adanya kemungkinan adanya penyimpangan
untuk mereka.
3. Teori Khiyar
a. Pengertian Khiyar
Kata khiyar merupakan bentuk masdhar yang berasal dari ikhtiyar yang
baina asy-syai‟ ain artinya memilihkan salah satu dari dua hal.
disimpulkan sebagaia berikut: khiyar adalah hak orang yang melakukan transaksi
Dapat dikatakan juga bahwa khiyar adalah tyntutan memilih dua hal;
1) Khiyar Majlis
melanjutkan jual beli atau membatalkannya. Keduanya masih ada dalam satu
17
Azzam, Muhammad Abdul Aziz, “Fiqh Muamalat Sistem Transaksi dalam Fiqh
Islam”, (Jakarta, AMZAH, 2017), h. 85
tempat (majlis), khiyar majlis boleh dilakukan dalam berbagai jual beli,
Rasulullah saw. Bersabda: “Penjual dan pembeli boleh khiyar selama belum
Bila keduanya telah berpisah dari tempat akad tersebut, maka khiyar
majelis tidak berlaku lagi, atau batal. Menurut ulama fikih, khiyar majlis adalah:
hak bagi semua pihak yang melakukan akad untuk embatalkan akad, selagi masih
berada di tempat akad dan kedua belah ihak belum berpisah. Keduanya saling
Berkenaan dengan khiyar majlis. Pendapat para ulam terbagi atas dua bagian,
sebagai berikut:
dapat menjadi lazim dengan adanya ijab dan kabul, serta tidak bisa hanya
dengan khiyar, sebab Allah swt, menyuruh untuk menepati janji. Selain
itu, suatu akad tidak akan sempurna, kecuali dengan adanya keridaan,
ْأ ٰ ٓ
ٍ َرZ َ ا َرةً ع َْن تZٰياَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ا َمنُوْ ا اَل تَ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َج
ُك ْم ۗ اِ َّنZ وا اَ ْنفُ َسZْٓ Zُاض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُل
Terjemahannya:
Sedangkan keridaan hanya dapat diketahui dengan ijab dan kabul. Dengan
sebab mereka tidak mengakuinya. Selain itu, adanya anggapan tentang keumuman
ayat diatas.
jikapihak yang akad menyatakan ijab dan kabul, akad tersebut masih
termasuk akad yang boleh atau tidak lazim selagi keduanya masih berada
batasan dari kata berpisah diserahkan kepada adat atau kebiasaan manusia
dalam bermuamalah.
2) Khiyar Syarat
boleh penjual maupun pembeli, seperti seseorang berkata, “saya jual rumah ini
dengan harga Rp. 100.000.000,00. Dengan syarat khiyar selama tiga hari.
selain kedua belah phak yang berakad memiliki hak atas pembatalan atau
3) Khiyar ‘Aib
atau menjadikannya ketika ditemukan aib (kecacatan) dari salah satu yang
yang dijual belikan atau harga, karena kurang nilainya atau tidak sesuai dengan
maksud, atau orang yang akad tidak meneliti kecacatannya ketika akad
berlangsung.
4) Khiyar At-Ta’yin
Khiyar at-ta‟yin yaitu hak pilih pembeli dalam menentukan barang yang
berbeda kwalitas dalam jual beli. Contoh adalah dalam pembelian keramik,
misalnya, da yang berkualutas super (KW1) dan sedang (KW2). Akan tetapi
tetapi, pembeli tidak mengetahui secara pasti mana yang keramik super dan mana
bantuan para pakar keramik yang arsitek, khiyar seperti ini, menurut ulama
kualitas sangat banyak, yang kualitas itu tidak diketahui secaraa pasti oleh
tidak tertipu dan agar produk yang ia cari sesuai dengan keperluannya, maka
dikemukakan ulama Hanafiyah ini. Alasan mereka, dalam akad jual beli ada
ketentuan bahwa barang yang diperdagangkan (as-sil‟ah) harus jelas, baik kualitas
kelihatan bahwa identitas barang yang akan dibeli belum jelas. Oleh karena itu, ia
termasuk kedalam jual beli al-ma‟dum (tidak jelas identitasnya) yang dilarang
syara‟.
5) Khiyar Ru’yah
Khiyar ar-ru‟yah yaitu hak pilih bagi pembeli untuk menyatakan berlaku
atau batal jual beli yang ia lakukan terhadap suatu obyek yang ia lakukan terhadap
suatu obyrk yang belum ia lihat ketika akad berlangsung. Jumhur ulama fiqh,
sesuatu yang belum ia ihat, maka ia berhak khiyar apabila telah melihat barang
bahwa jual beli barang yang gaib tidak sah, baik barang itu disebutkan sifatnya,
waktu akad maupun tidak. Oleh sebab itu, menurut mereka, khiyar ar-ru‟yah tidak
berlaku, karena akad itu mengandung unsur penipuan yang boleh membawa
kepada perselisihan.
Orang yang memiliki hak khiyar meninggal dunia, baik sebelum melihat
obyek yang dibeli maupun sesudah diliht, tetapi belum ada pernyataan kepastian
membeli dari padanya. Menurut ulam Hanafiyah dan Hanabilah, khiyar ar-ru‟yah
tidak boleh diwariskan kepada ahli waris, tapi menurut ulama Malikiyah boleh
diwariskan, dan karenanya, hak khiyar belum langsung gugur dengan wafatnya
pemilik hak itu, tetapi diserahkan kepada ahli warisnya, apakah akan dilanjutkan
jual beli itu setelah melihat obyek yang diperjual belikan, atau akan dibatalkan.
Pada dasarnya jual beli baik secara langsung maupun online bersifat sama,
hanya saja jual beli online lebih kompleks terhadap kesalahan karena keterbatasan
internet, maka dalam hukum Islam praktek jual beli online perlu ditinjau
dasarnya.
Khiyar sebagai hak memilih yang diberikan kepada kedua belah pihak
yang berakad (penjual dan pembeli) merupakan hak yang diberikan oleh Islam
sebagai salah satu bukti sempurnya Islam mengatur sebuah transaksi, bahwa
diluar rukun dan syarat akad jual beli, Islam pun memberikan sebuah hak sebelum
melanjutkan akad agar kedua belah pihak merasa saling ridha akan akad yang
telah dijalankannya. Jual beli pesanan Go-Food antara customer dengan driver
Go-Jek terdapat hak khiyar diantara keduanya. Salah satu pihak boleh
pesanan Go-Food:
a. Khiyar Majelis
Khiyar majelis adalah khiyar yang ditetapkan oleh syara‟ bagi setiap pihak
yang melakukan transaksi, selama para pihak masih berada di tempat transaksi.
Khiyar majelis berlaku dalam berbagai macam jual beli, seperti jual beli makanan
b. Khiyar Aib
Khiyar aib merupakan hak pembatalan jual beli dan pengembalian barang
akibat adanya cacat dalam suatu barang yang belum diketahui, baik aib itu ada
pada waktu transaksi atau baru terlihat setelah transaksi selesai disepakati sebelum
driver mengetahui adanya cacat pada makanan yang dipesannya kepada pihak
restoran, maka driver boleh membatalkan pesanan makanannya atau minta ganti
makanan baru kepada pihak perusahaan. Khiyar Aib lainnya yang bisa terjadi
yaitu ketika makanan sudah sampai di customer, setelah dilihat ternyata ada cacat
C. Tinjauan Konseptual
1. Hukum Islam
tingkah laku manusia, baik norma atau peraturan itu berupa kenyataan yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarkat maupun peraturana atau norma yang
dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa. Bentuknya bisa berupa
hukum yang tidak tertulis, seperti hukum adat, bisa juga berupa hukum tertulis
untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan harta benda.
Bagi setiap Muslim, segala apa yang dilakukan dalam kehidupannya harus
sesuai dengan kehendak Allah SWT sebagai realisasi dari keimanan kepada-Nya.
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari
agama Islam. Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan
oleh Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan
manusia dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan
manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia dengan
Kutbuddin Aibak, hukum islam adalah seperangkat peraturan wahyu Allah dan
Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukalaf yang diakui dan diyakini
2. Pembatalan Akad
istilah adalah adalah terlepasnya ikatan akad atau hilangnya hukum akad dari
asalnya, seakan-akan tidak pernah ada. Adapun contoh dari fasakh adalah fasakh
karena iqalah, fasakh sebab dianggap sebagai adanya balasan tidak adanya
komitmen pelaksanaan pihak lain dalam akad, fasakh karena khiyar, fasakh
fasakh karena bangkrut, fasakh karena adanya putusan dari pengadilan dan fasakh
karena keberhakan terhadap barang akad. Adapun hal yang bisa menerima fasakh
18
Abdul Ghani Abdullah, “Pengantar Komopilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum
Indonesia”. (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), hal. 10
19
Kutbuddin Aibak, “Otoritas dalam Hukum Islam (Telaah Pemikiran Khaled M. Abou
El Fadl)”. Disertasi. (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014), h. 94.
d) Perbuatan-perbuatan karena kehendak pribadi seperti wasiat dan jualah.20
3. Jual Beli
Allah telah menyebutkan kata jual beli dalam kitab sucimya, AlQur’an,
bukan hanya pada suatu tempat yang menunjukan diperbolehkanya jual beli.
Penghalalan Allah terhadap jual beli itu mengandung dua makna, salah satunya
adalah bahwa allah menghalalkan setiap jual beli yang dilakukan oleh dua orang
pada barang yang diperbolehkan umtuk diperjualbelikan atas dasar suka sama
Makna yang kedua adalah, Allah swt menghalalkan praktik jual beli
apabila barang tersebut tidak dilarang oleh Rasulullah saw sebagai individu yang
memiliki otoritas untuk mejelaskan apa-apa yang datang dari allah akan arti yang
Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-bai’, al-tijarah dan
tukar menukar barang atau barang dengan uang yang dilakukan dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling
merelakan.
beli adalah kesepakatan tukar menukar barang atau barang dengan uang yang
dapat ditasharrufkan, disertai pertukaran hak kepemilikan dari yang satu ke yang
4. Jasa Online
20
Abdul hayyie al-Qatani, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Darul insane, 2007), h.
350
21
Imam syafi’i, Ringkasan Kitab Al Umm, (Jakarta selatan: Pustaka Azzam, 2007), h.1
Jasa online adalah suatu usaha yang dipasarkan melalui internet dengan
berbagai macam cara sehingga dapat menghasilkan uang. Di dalam bisnis online
Menurut Arief Darmawan Jasa online terdiri dari kata yaitu bisnis dan
online. Jasa adalah suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan oleh kelompok
online menurut kamus web.id adalah suatu kegiatan yang terhubung melalui
D. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan gambaran alur penelitian yang akan dilakukan
Akad Dalam Jual Beli Makanan Melalui jasa Online Go-food pada Aplikasi Grab
di Kota Parepare.
Hasil Penelitian
lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan secara terjun langsung
dilapangan.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif karena mangacu pada
Tinjauan Hukum islam terhadap Pembatalan Akad Dalam Jual Beli Makanan
Melalui jasa Online Go-food pada Aplikasi Grab di Kota Parepare. Penelitian
Dalam Jual Beli Makanan Melalui jasa Online Go-food pada Aplikasi Grab di
Kota Parepare.
B. Lokasi Penelitian
C. Fokus Penelitian
Agar Penyusunan karya tulis ini terterah dengan baik, maka dipandang
perlu untuk memberikan batasan atau ruang lingkup penelitian. Sesuai dengan
objek penelitian maka batasan ruang lingkup yang ingin di teliti dalam penulisan
di Kota Parepare. Adapun yang menjadi fokus penelitian yaitu yang lokasi yang
dimana daerah tersebut dekat dengan tempat tinggal penulis yang memungkinkan
1.Jenis Data
Jenis data yang digunakan penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif
artinya data yang berbentuk kata-kata bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif
2.Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana dapat diperoleh. Apabila penelitian
pertanyaan peneliti.
Berdasarkan sifatnya, sumber data ada dua yaitu data primer dan data sekunder
a. Data Primer
mendalam terlebih dahulu, dengan kata lain data primer yang diperoleh penelitian
b. Data Sekunder
jurnal dan berbagai hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
E. Tekhnik Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Observasi
tesis ini dan memaparkan apa yang terjadi dilapangan sesuai interpretasi dari
peneliti.23
2. Wawancara
tertentu,ini merupakan proses Tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih
berhadapan secara fisik.24 Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu
3. Dokumentasi
informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dokemen yang ada pada
responden. Dalam hal in dokemen berfungsi sebagai sumber data, karena dengan
Maka dari itu tekhnik pengumpulan data dengan dokumentasi sangat mendukung
proses penelitian.
23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT.Rinaka Cipta, 2002), h.107.
24
Moelong L, J, Metode Penelitian Kualitatif(Bandung: Remaja Rosda Karya,2006)
F. Uji Keabsahan Data
Keabsahan data adalah data yang tidak berbeda antara data yang diperoleh
peneliti dengan data yang terjadi sesungguhnya pada objek penelitian sehingga
keabsahan data yang disajikan dapat dipertanggung jawabkan.25 Ada beberapa uji
1. Uji kredibilitas
2. Dependability (Realiabilitas)
Uji dependability artinya penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain
yang dilakukan oleh orang lain dengan step penelitian yang sama akan
1. Analisa Data
25
Muhammad Kamal Zubair, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah IAIN Parepare
(Parepare: IAIN Parepare, 2020).
26
Muslim Salam, Metodologi Penelitian Sosial Kualitatif Menggugat Doktrin Kualitatif
(Makassar: Masagena Press, 2011), h. 21-22.
Analisa data mencakup banyak kegiatan yaitu: mengkategorikan data,
kualitatif dengan pendekatan model analisis data yang bertujuan untuk meringkas
data dalam bentuk mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan
data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikas
c. Penyajian Data, Penyajian data dilakukan setelah reduksi data yang akan
27
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, (Cet
XX :Bandung:alvabeta,2014),h.338
KERANGKA ISI TULISAN (OUTLINE)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
B. Tinjauan Teoritis
C. Tinjauan Konseptual
D. Kerangka Pikir
C. Fokus Penelitian
BAB V PENUTUP
A. SIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam)
(Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2014)
Azzam, Muhammad Abdul Aziz, “Fiqh Muamalat Sistem Transaksi dalam Fiqh
Islam”, (Jakarta, AMZAH, 2017).
Fordebi Adesy, “Ekonomi dan Bisnis Islam Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi
dan Bisnis Islam”, (Depok: Rajagrafindo Persada, 2016).
Lulu Dzewin Nuha, “Tinjauan Hukum Islam terhadap jasa transportasi online
Grabbike (Studi kasus di Tangerang kota)”, Skripsi (Ponorogo: IAIN
Ponorogo, 2017)
Retno Dyah Pekerti dan Eliada Herwiyanti, ” Transaksi Jual Beli Online dalam
Perspektif Syariah Madzhab Asy-Syafi’i”, Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan
Akuntansi (JEBA), No. 02, Vol. 20, (2018).
Suqiyah Musyafa‟ah, dkk, “Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam I (Struktur Akad
Tijari dalam Hukum Islam)”, (Surabaya: Mitra Media Nusantara).