SKRIPSI
Oleh :
KARINA PUTRI
NIM : 11150480000043
1441 H/2020 M
PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI
DI MEDIA DARING MENURUT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
SKRIPSI
Oleh :
KARINA PUTRI
NIM : 11150480000043
1441 H/2020 M
i
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat
rahmat, nikmat serta karunia dari Allah SWT peneliti dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pelanggaran Hak Cipta Karya Fotografi Di Media Daring Menurut
Hak Kekayaan Intelektual”. Sholawat serta salam peneliti panjatkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu’Alaihi wa Sallam, yang telah membawa umat manusia dari
zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H.Ketua Program Studi Ilmu Hukum
dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum.Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berkontribusi dalam pembuatan skripsi ini.
3. Dr. Nahrowi, S.H., M.H. Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan
waktu dan memberikan arahan dalam membimbing peneliti dalam penulisan
skripsi ini.
4. Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk peneliti mengadakan studi
kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.
vi
5. Pihak-pihak lainnya yang telah berkontribusi dalam pembuatan skripsi ini terutama
orang tua peneliti yaitu Bapak Aspan Daulay dan Ibunda Nilawati Salman yang
telah memberikan doa, saran dan dukungan terbaik selama masa penelitian.
Peneliti berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari Allah
SWT. Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun, pen
semua pihak.
Karina Putri
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA ............................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
A. Kerangka Konseptual.....................................................................12
1. Pengertian, Sifat dan Kedudukan Hak Cipta...........................12
2. Pembatasan Hak Cipta............................................................13
3. Mekanisme Pencatatan Hak Cipta...........................................14
4. Penghapusan Pencatatan Ciptaan Hak Cipta...........................16
5. Jangka Waktu Hak Cipta.........................................................17
6. Penyelesaian Sengketa Hak Cipta Melalui Litigasi.................18
7. Penyelesaian Sengketa Hak Cipta Melalui Non Litigasi.........21
B. Kerangka Teori...............................................................................22
viii
1. Teori Perlindungan Hukum.....................................................22
C. Tinjauan (review) kajian terdahulu.................................................23
BAB III ASPEK FOTOGRAFI DAN MEDIA MASSA PADA HAK CIPTA
......................................................................................................... 25
BAB V PENUTUP............................................................................................69
A. Kesimpulan.....................................................................................69
B. Rekomendasi..................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................71
LAMPIRAN....................................................................................................
ix
BAB I
PENDAHULUAN
satu sama lain. Dewasa ini, kehidupan manusia tidak dapat dilepas dari arus
komunikasi dan informasi, bahkan kini informasi telah menjelma menjadi
suatu kekuatan tersendiri dalam persaingan global yang semakin kompetitif.
Salah satu nya maraknya fotografi di media internet. Dari karya fotografi
yang dihasilkan terdapat hak cipta di dalamnya dan dilindungi oleh undang-
undang yang berlaku.
1
Rooseno Harjowidigdo, Mengenal Hak Cipta Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1997), h. 13
1
2
ekonomi atas ciptaan serta produk terkait. Hak moral adalah hak yang
melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau
dihapus dengan alasan apapun walaupun Hak Cipta atau hak terkait telah
dialihkan. Khusus mengenai hak cipta, awalnya terdapat dua aliran sistem
hukum yang membentuknya, yaitu sistem hukum common law yang lahir di
Inggris, kemudian berkembang serta banyak mendapat pengaruh dari
Amerika Serikat dan sistem hukum Kontinental yang awalnya dianut oleh
negara-negara Eropa daratan, seperti Prancis, Belanda, Italia dan Jerman
Di Indonesia sendiri pengaturan hak cipta hadir pada masa pemerintahan kolonial Belanda setelah diberlak
Berdasarkan Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta, perlindungan komersil atas suatu karya fotogra
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang memberikan pengertian
bahwa: “Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.” Secara yuridis tidak ada kewajiban mendaftarkan
setiap ciptaan pada kantor Hak Cipta, karena Hak Cipta tidak diperoleh
berdasarkan pendaftaran namun Hak Cipta terjadi dan dimiliki penciptanya
2
Subroto, Muhammad Ahkam, Eksplorasi Konsep Kekayaan Intelektual Untuk
Penumbuhan Inovasi, (Jakarta: LIPI Press, 2005) h. 11
3
secara otomatis ketika ide itu „selesai‟ dan diekspresikan dalam bentuk suatu
karya atau ciptaan yang berwujud.
Kehadiran internet sebagai sebuah fenomena kemajuan teknologi
menyebabkan terjadinya percepatan globalisasi dan lompatan besar bagi
penyebaran informasi dan komunikasi di seluruh dunia. 3 Penggunaan internet
sebagai media informasi multimedia membuat beragam karya digital dapat
secara terus menerus digandakan dan disebarluaskan ke ribuan orang dalam
waktu singkat, hanya dengan menekan beberapa tombol komputer. Tidak heran jika internet kemudian dipa
Semakin maju kehidupan masyarakat, maka kejahatan juga ikut maju. 4 Untuk itu diperlukan wadah yang d
Perkembangan teknologi informasi dan digital saat ini mengakibatkan
informasi dapat dengan mudah dan cepat tersebar ke seluruh pelosok dunia.
Hak cipta merupakan salah satu jenis perlindungan HKI yang disediakan
untuk melindungi karya seni, pengetahuan dan sastra. Pelanggaran terhadap
karya cipta, dalam hal ini pada karya seni fotografi, sering terjadi terutama
yang berkaitan dengan status kepemilikan haknya. Sebenarnya, status
3
Yusran Isnaini, Hak Cipta dan Tantangannya DI Era Cyber Space, Bogor, Ghalia
Indonesia, 2009, h. 1
4
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), (Bandung:
PT Refika Aditama, 2010), h. 21
4
kepemilikan atas suatu foto sudah jelas ketentuannya yakni dimiliki oleh
orang yang pertama kali menciptakan serta mempublikasikannya ciptaannya,
dalam hal ini fotografer.
Hal ini sesuai dengan prinsip first to invent dalam Hak Cipta. Salah
satu masalah yang seringkali dihadapi oleh pencipta foto adalah ketika ia
bekerja sebagai karyawan dan berada dibawah suatu perjanjian kuasa, terlebih
lagi ketika salah satu pihaknya tidak paham betul mengenai apa yang telah
diperjanjikan sebelumnya berkaitan dengan hak kepemilikan atas foto-foto yang telah tercipta. Setiap karya
Hukum diharapkan dapat memberikan perlindungan bagi karya intelektual, sehingga mampu mengembang
terjadi. Aryono pun menggugat melalui Pangka dan Syndicate Law Office.
Aryono mempersoalkan hak moral dan hak ekonomi atas pemuatan foto itu.
Pengaduan itu pun diselesaikan oleh Dewan Pers.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti ingin meneliti
lebih lanjut mengenai pelanggaran hak cipta karya fotografi di media internet,
yang dituangkan dalam bentuk penulisan skripsi yang berjudul
“PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI MEDIA
DARING MENURUT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL”.
5
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah peneliti berikan pada latar
belakang dan batasan masalah di atas perumusan masalah yang
diangkat ialah implementasi tinjauan hukum terhadap pelanggaran Hak
Cipta karya fotografi di media internet.
Dari perumusan masalah tersebut peneliti pertegas dengan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Apa penyebab media daring masih melanggar hak cipta fotografi?
6
D. Metode Penelitian
Metode merupakan strategi utama dalam mengumpulkan data-data
yang diperlukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Pada dasarnya
sesuatu yang dicari dalam penelitian ini tidak lain adalah “pengetahuan”
atau lebih tepatnya “pengetahuan yang benar”, dimana pengetahuan yang
benar ini nantinya dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan atau
7
masalah
disebut tersebut.
penelitian kualitatif apabila jenis data dan analisa yang
digunakan
Pendekatan
bersifat naratif,
yang digunakan
dalam bentuk
dalam
pernyataan-pernyataan
penelitian ini adalah
yang
pendekatan
menggunakan
hukum
penalaran.
yuridis.
Jenis
Dalam
penelitian
pendekatan
ini adalah
hukum
penelitian
yuridis
hukum
yang
dilakukan
kualitatif. adalah
Para peneliti
mengkajikualitatif
peraturanmencari
perundang-Undangan
makna, pemahaman,
(statute
approach),
pengertian,buku-buku,
verstehen dan
tentang
jurnalsuatu
(library
fenomena,
research) kejadian,
yang berhubungan
maupun
kehidupan manusia dengan terloibat langsung dan/atau tidak langsung
5
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
dalam setting yang diteliti, kontekstual, dan menyeluruh. Peneliti
1997), h. 27-28
6
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan,
bukan mengumpulkan data sekali jadi atau sekaligus dan kemudian
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 328-329
mengolahnya, melainkan tahap demi tahap dan makna disimpulkan
selama proses berlangsung dari awal sampai akhir kegiatan, bersifat
naratif dan holistik. 6
2. Pendekatan Masalah
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan know-how dalam
ilmu hukum yang bersifat perspektif, bukan sekedar know-about.
Sehingga dibutuhkan kemampuan mengidentifikasi masalah
hukum,
8
3)Dalam
Undang-Undang
penelitian iniRepublik Indonesia
data yang Nomor
digunakan 40 Tahun
adalah 1999
data sekunder
tentang data
yang artinya Pers sebelumnya telah diolah oleh orang lain. Data
4) Undang-Undang
sekunder ini antara lain :Nomor 11 Tahun 2008
dokumen-dokumen tentang
resmi, Informasi
buku-buku, dan
hasil-
hasil penelitian
Transaksiyang
Elektronik
berbentuk laporan, buku harian, hasil interview,
dan5)lain-lain. Data sekunder
Undang-Undang Nomorini 19
meliputi
Tahunbahan
2016 hukum
tentang primer, bahan
Perubahan
hukum Undang-Undang
sekunder, dan bahan hukumdan
Informasi tersier :
Transaksi Elektronik
7 a. Bahan
Bambang Hukum
Waluyo, Primer
Penelitian Hukum dalam Praktek, Cet. IV, (Jakarta: Sinar Grafika,
2008), h. 9
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer
meliputi perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah
dalam pembuatan perundang-undangan, dan putusan-putusan
hakim. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam bahan hukum
primer adalah:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta
9
9) Surat gugatan dari Aryono Huboyo Djati melalui Pangka & Syndicate Law Office
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang tidak mempunyai kekuatan mengikat tetapi mem
Buku-buku; Mengenal Lebih Dekat Hukum Hak Kekayaan Intelektual oleh Abdul Atsar, H
Situs internet seperti; ,
https://www.soocaphoto.com/ccommercial-photography-jenis-
dari-fotografi-komersial/,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5cd500ea
71f99/mekanisme-penyelesaian-sengketa-kekayaan-intelektual
dan yang terdapat dalam daftar pustaka
3) Artikel dalam majalah/media elektronik, laporan
penelitian/jurnal hukum, makalah yang disajikan dalam
pertemuan kuliah dan catatan kuliah.
1
c. Bahan Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
seperti kamus hukum, KBBI, dan lain-lain.
Perpustakaan
5. Teknik Utama UIN Jakarta, Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Penulisan
Hukum,
DalamPerpustakaan
penyusunanNasional,
penelitianPerpustakaan
ini peneliti Umum Provinsimetode
menggunakan DKI
Jakarta dengan
penulisan sesuai cara membaca,
dengan mengutip
sistematika dan menganalisis
penulisan yang adacatatan
pada yang
Buku
bersumber
Pedoman pada bahan-bahan
Penulisan pustaka
Skripsi, Fakultas yang dan
Syariah mendukung.
Hukum, Selain itu,
UIN Syarif
Pengumpulan
Hidayatullah, data dilakukan
Jakarta, di Dewan Pers dengan mengambil Risalah
tahun 2017.
Penyelesaian Mediasi Aryono Terhadap 8 Media Siber.
Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, maupun bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan
sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih
sistematis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Cara
pengolahan bahan hukum dilakukan secara memilah dan menganalisis
buku-buku, jurnal, website, Peraturan perundang-undangan dengan
mengkaitkan kasus Aryono. Pengolahan ini dilakukan secara deduktif
yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum
terhadap permasalahan konkret yang dihadapi.
1
E. Sistematika Pembahasan
Untuk dapat menuangkan hasil penelitian dalam bentuk penulisan yang
benar dan tersistematis, maka skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan
sebagai berikut;
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahulu yang isinya antara lain memuat
latarbelakangmasalah,identifikasimasalah,pembatasandan
perumusan masalah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB IV PELANGGARANHAKCIPTAKARYAFOTOGRAFIDI
MEDIA DARING
Analisis yang dibahas dalam bab ini merupakan suatu gabungan antara
bab II dan bab III mengenai “PELANGGARAN HAK CIPTA
KARYA FOTOGRAFI DI MEDIA DARING MENURUT HAK
KEKAYAAN INTELEKTUAL”
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan
dilengkapi juga dengan rekomendasi.
BAB II
A. Kerangka Konseptual
1
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, (Bandung: Alumni, 2009) , h. 111.
2
Endang Purwaningsih. Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights. (Bogor :
Ghalia Indonesia. h. 1
12
1
Mengenai permasalahan ciptaan yang dilindungi, secara eksplisit dalam ketentuan Pasal 40 ayat (1) Undan
pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya
tulis lainnya; ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya; alat
peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks; drama, drama musikal, tari,
koreografi, pewayangan, dan pantomim; karya seni rupa dalam segala
bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung,atau
kolase; karya seni terapan; karya arsitektur; peta; karya seni batik atau seni
3
Arif Lutviansori, Hak Cipta dan Perlindungan Foklor Di Indonesia, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010), h. 71
1
Hasil karya yang tidak dilindungi hak cipta meliputi: (Pasal 41 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta)
sebagai ciptaan adalah: Ciptaan di luar bidang ilmu pengetahuan, seni, dan
satra , Ciptaan yang tidak orisinil, Ciptaan yang bersifat abstrak, Ciptaan
yang sudah merupakan milik umum, Ciptaan yang tidak sesuai dengan
ketentuan pada Undang-Undang Hak Cipta.
3. Mekanisme Pencatatan Hak Cipta
diterimanya permohonan..
Pasal 67 UUHC Dalam halBerikut ini adalah
Permohonan persyaratan
diajukan pencatatan
oleh beberapa hak
orang
cipta fotografi
yang secara perorangan yang
bersama-sama yanghakdilakukan
atas suatu secara
ciptaan langsung kepada
atau produk hak
Direktorat Hak Ciptadilampiri
terkait.permohonan dan Desain Industri.
keterangan Direktorat
tertulis Jendral Kekayaan
yang membuktikan hak
Intelektual,
tersebut danKementrian Hukum
badan hukum, dan HAM:dilampiri
permohonan mengisi salinan
formulirresmi
pencatatan
akta
lalu melampirkan
pendirian contoh
badan hukum ciptaan
yang berupa selembar
telah disahkan fotoberwenang.
oleh pejabat atau beberapa
lembar foto yangbagaimana
Berikut akan didaftarkan hakpendaftaran
tata cara ciptanya, selanjutnya
hak cipta melampirkan
berdasarkan
dokumen pendukung
Pasal 66 UUHC seperti ciptaan
yaitu Pencatatan identitas pemohon
dan produk dandiajukan
hak terkait bukti
kewarganegaraan, suratsecara
dengan permohonan kuasa tertulis
khusus dalam
apabilabahasa
melalui kuasa, oleh
indonesia surat
Pencipta, Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait, atau Kuasanya
kepada Menteri. Permohonan sebagaimana dimaksud dilakukan secara
elektronik dan/atau non elektronik dengan menyertakan contoh ciptaan,
produk hak terkait, atau penggantinya melampirkan surat pernyataan
kepemilikan Ciptaan dan Hak Terkait dan membayar biaya. hal
pemeriksaaan dalam pendaftaran hak cipta dilakukan oleh menteri.
Keputusan menerima atau menolak permohonan wajib diberikan
dalam 27 waktu paling lama 9 (sembilan) bulan terhitung sejak tanggal
1
DIBERITAHUKAN
PENDAFTARAN PERMOHONAN
KEPADA PEMOHON
APABILA ADA
PEMERIKSAAN FORMALITAS
DALAM WAKTU 3
BULAN TIDAK
PEMERIKSAAN SUBSTANTIF
DITOLAK
DIDAFTAR
4
Departemen Kehakiman R.I Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten dan Merek, Buku
Panduan di Bidang Hak Cipta, (Jakarta: Pengayoman, Maret 1993), h.17
1
5. transformasi
Jangka WaktuatauHak
modifikasi
Cipta ekspresi budaya tradisional; kompilasi Ciptaan
atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer
Pemberlakuan perlindungan hukum hak cipta pada
atau media lainnya; dan kompilasi ekspresi budaya tradisional selama
pelaksanaannya memiliki jangka waktu perlindungannya. Masa
kompilasi tersebut merupakan karya yang asli, Berlaku selama 50 (lima
perlindungan ini diberikan untuk memberikan kepastian hukum sampai
puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman. Perlindungan Hak
kapan suatu ciptaan atau karya intelektual tersebut dapat dijamin
Cipta atas ciptaan berupa karya seni terapan berlaku selama 25 (dua puluh
perlindungannya dan dapat ditindak atas pelanggaran yang dilakukan
lima) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.
terhadap ciptaan tersebut. Menarik untuk diketahui bahwa hak moral ini
melekat abadi atau tak ada batasan waktu yang diatur.
Satu hal lagi, hak moral tak bisa dialihkan kepada orang lain.
Sedangkan untuk Hak Ekonomi khususnya bagi karya cipta fotografi,
sudah diatur dalam Pasal 59 ayat (1) UU No. 28 Tahun 2014 Pelindungan
Hak Cipta atas Ciptaan Karya fotografi; Potret; karya sinematografi;
permainan video; Program Komputer; perwajahan karya tulis; terjemahan,
tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan
1
a. Gugatan Perdata
5
Abdul Atsar, Mengenal Lebih Dekat Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Yogyakarta:
Deepublish, 2018), h. 42.
1
b. Tuntutan Pidana.
Ketentuan pidana pelanggaran hak cipta diatur di dalam Pasal
112-118 UUHC. Pengajuan gugatan perdata tetap bisa dilakukan
bersama tuntutan pidana. Proses perdata tidak menggugurkan hak
negara untuk melakukan tuntutan pidanas ebelum dilakukan upaya
pidana, UUHC yang baru mengaharuskan dilakukan upaya mediasi
6
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5cd500ea71f99/mekanisme-
penyelesaian-sengketa-kekayaan-intelektual diakses pada tanggal 29 Oktober 2019.
2
c. Konsiliasi
Konsiliasi pada praktiknya hampir sama dengan mediasi, yang
membedakan adalah kewenangan dari pihak ketiga yang menengahi
sengketa tersebut. Pihak ketiga tersebut adalah Konsiliator. Pada mediasi,
pihak ketiga yang menengahi sengketa tidak memiliki kewenangan untuk
memaksa para pihak mematuhi keputusan yang diambil. Sedangkan,
7
Muryati, Dewi Tuti, and B. Rini Heryanti. “Pengaturan dan Mekanisme Penyelesaian
Sengketa Nonlitigasi di Bidang Perdagangan.” Jurnal Dinamika Sosbud 3, No. 1 2011, h.56
2
B. Kerangka Teori
8
Munir Fuady, Arbitrase Nasional Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, Bandung, PT
Citra Aditya Bakti, 2000, h. 47-48.
9
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Adtya Bakti, 2000), h. 53
2
10
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, ... h. 69
Rifai Al Arif, ” Perlindungan Hukum Atas Karya Cipta Forografi Oleh Kementrian
11
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Di Daerah Istimewa Yogyakarta “ (Skripsi S-1 Fakultas Syari‟ah
dan Hukum, Unversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016)
2
13
dibahassama-samatentang fotografi.
12
Mulyadi, Perlindungan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Melalui Internet
(Studi Komparatif Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Dan Hukum Islam),
(Skripsi S-1 Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Unversitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda
Aceh, 2015)
Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.
BAB III
25
2
pemainnya relatif lebih banyak daripada pasar low volume high price,
namun tidak sebanyak high volume low price. Harga menengah ini
dikarenakan reputasi yangdimiliki bisnis fotografi tersebut belum lama
atau diferensiasi produknya tidak terlalu unik. Harga yang ditawarkan pada
pasar menengah ini berkisar antara belasan hingga puluhan juta rupiah dan
(3) high volume low price, pemain pada pasar high volume low price
biasanya diisi para pemain baru dan pemain lama yang memang menyasar
sempurna karena
pada pasar yangjumlah
besar.pemain dan jugabaru
Para pemain permintaannya sangat
ini biasanya banyak.2
didominasi
Fotografi
fotografer yang non komersial
mulai beralihadalah
dari sesuatu jasaamatir
fotografi fotografi
ke yang tidak
fotografi
berorientasi
profesional. profit atauyang
Fotografi samatadinya
sekali hanya
tidak sebagai
berfokushobi
padakemudian
mencari
keuntungan.Suatu kegiatan
dikembangkan menjadi yang penghasilan.
sumber dilakukan oleh orang
Dalam baikini,
tahap pribadi atau
tentunya
badan yangmasih
fotografer tidak untuk
dalam mendapatkan suatu reputasinya.
usaha membangun keuntungan, Untuk
baik yang secara
itu, harga
langsung ataupunkepada
yang ditawarkan tidak konsumen
langsung. juga
Tidak semua
masih fotografi
rendah. berjenis
Sementara itu,
dari pemain lama di pasar ini, tidak banyak diferensiasi produk yang
2
Achmad Ghazali, Rencana Pengembangan FOTOGRAFI nasional 2015-2019, (Jakarta:
diberikan
PT. Republik kepada
Solusi, 2015), h. 79. konsumen. Perlu waktu lebih lama dalam
menghasilkan karya foto untuk menciptakan diferensiasi, sehingga demi
mendapatkan volume pasar yang besar, diferensiasi produk tidak
dijadikan prioritas dalam bisnis.
Ketiga jenis bisnis fotografi tersebut dapat secara gamblang
memperlihatkan struktur pasar di dalam ruang lingkup fotografi
komersial. Terlihat bahwa semakin rendah volumenya, maka semakin
rendah pula persaingannya. Strategi bisnis tersebut dapat dilakukan
bidang fotografi mana pun seperti jasa fotografi perkawinan, fotografi
2
subjek, sedangkan close-up/ headshot adalah potret yang hanya wajah saja.
Selain itu terkait subjek yang ada dalam potret juga terdiri dari potret yang
lebih dari satu orang dan potret diri.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta Pasal 1 ayat 10 Potret adalah karya fotografi dengan objek manusia,
hal ini menandakan bahwa definisi potret menurut Undang-Undang Hak
Cipta merupakan karya fotografi dengan subjek didalamnya berupa wajah
manusia. Oleh karena itu, apabila foto atau potret milik kita, yang
2
3
Risa Amrikasari “ Pembubuhan Watermark dalam Karya Fotografi sebagai Identitas
Pencipta “, diakses dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt58d1ab9b36fbe/pembubuhan-iwatermark-i-
dalam-karya-fotografi-sebagai-identitas-penciptaada tanggal 29 Juli pukul 12.05.
2
4
https://www.merriam-webster.com/dictionary/photography, diakses pada hari Selasa 29
Oktober 2019 pukul 4.24 WIB.
5
Soeprapto Soedjono, “Tinjauan Yuridis Perbanyakan Potret Tanpa Seizin Pihak yang
Dipotret”, Universitas Trisakti, Jakarta, 2007, h. 13.
3
6
http://lensafotografi.com/ragam-jenis-fotografi-yang-perlu-diketahui-oleh-pemula/
diakses pada tanggal 29 Oktober 5.20 2019\
3
l. Glamour Photography
Glamour photography berusaha untuk memotret objek terlihat lebih
cantik dari aslinya.
m. Landscape Photography
Landscape photography merupakan salah satu cabang fotografi yang
objek utamanya adalah suatu pemandangan, biasanya digunakan untuk
kepentingan majalah atau iklan.
Macro Photography
Macro photography merupakan fotografi close-up atau jarak dekat, dengan objek utama adalah benda-bend
Panning Photography
Panning photography merupakan jenis fotografi yang objek utamanya adalah benda bergerak, misalnya mo
Night Shot Photography
Night shot photography merupakan jenis foto yang mengambil foto pada malam hari. Untuk jenis foto
Street Photography
Street photography merupakan jenis fotografi documenter yang menampilkan objek foto dalam situasi te
Salah satu wujud nyata penting dalam melembagakan demokrasi adalah pers dan media massa
memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi. Berikut jenis-jenis
media massa:
1. Media Internet/ Cyber
Tanpa disadari, terciptanya internet telah menjadikan komoditas
artikel, berita dan informasi semakin memiliki nilai. Kecepatan dan
keakuratan telah menjadi faktor penentu komoditas di atas. Para
pembaca dapat memperoleh berita, khususnya kejadian-kejadian atau
pengetahuan populer yang sedang hangat dengan cepat. Media koran,
Nina Andriana, ” Media Siber Sebagai Alternatif Jembatan Komunikasi Antara Rakyat
7
pembaca. Siklus berita yang pendek dapat terjadi karena berita dapat
disajikan tanpa dicetak. Setiap penulis artikel dan peliput berita dapat
menyusun suatu naskah dan segera meng-uploadnya di halaman situs
yang telah tersedia.
8
Andi Muh. Fadli, “Penerapan Kode Etik Dewan Pers Di Media Siber” (Studi Kasus
Media Online Kabar Makassar)”, IV, (April, 2018), h. 165
3
9
Budi Sutedjo Dharma Oetomo, Ester Wibowo, Eddy Hartono & Samuel Prakoso,
Pengantar Teknologi Informasi Internet. Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007),
h.7
10
Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya , (Yogyakarta: Graha Ilmu 2010), cet pertama,
h. 228
3
media cetak (surat kabar dan majalah) memiliki kadar inovasi yang
lebih tinggi daripada buku cetak – penemuan (invensi) bentuk karya
tulis, sosial dan budaya yang baru – meskipun pada masa itu pandangan
yang muncul tidak demikian adanya. Kekhususan surat kabar, jika
dibandingkan dengan sarana komunikasi budaya lainnya, terletak pada
individualisme, orientasi pada kenyataan, kegunaan, sekularitas (nilai–
nilai), dan kecocokannya dengan tuntutan kebutuhan kelas sosial baru,
yakni kebutuhan para usahawan kota dan orang profesional.
Kualitas kebaruannya bukan terletak pada unsur teknologi atau cara distribusinya, melainkan pada fungsin
BAB IV
KETENTUAN PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI
DI MEDIA DARING
1
Ahmad M. Ramli, Cyber Law dan HAKI, Dalam Sistem Hukum Indonesia, Refika
Aditama, Bandung, 2004, hlm. 1.
38
3
2
Reyfel A. Rantung1, Hak Cipta Dalam Jaringan Internet Ditinjau Dari Undang-Udang
Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, Vol.II/No.1/Januari-Maret /2014, h. 105
4
berbagai pihak dalam rangka menegakan Hak Cipta dalam jaringan internet.
Penanggulangan terhadap pelanggaran Hak Cipta dalam jaringan internet
menjadi penting untuk ditegakan. Bukanhanya untuk mengurangi jumlah
pelanggaran yang semakin masif, tetapi juga untuk melindungi hak-hak dari
Pencipta itu sendiri
Adapun yang menjadi contoh pelanggaran hak cipta melalui situs di
internet misalnya kasus Aryono salah satu foto karyanya, dengan obyek
sineas Tino Saroengallo, dipakai oleh beberapa media online di Indonesia
4
akun instagram milik pribadi Aryono yang terkunci. Hanya orang-orang yang
mengikutinya yang bisa melihat karya tersebut.Dalam foto tersebut Aryono
sudah menaruh watermark namun beberapa media ada yang mengapusnya
dan mengedit ulang. foto tersebut rencananya akan dibuat untuk cover buku
tentang Tino Saroengallo yang akan diterbitkan tepat pada 100 hari kematian
4
almarhum. Dan sebelumnya almarhum pernah berpesan agar foto nya hanya
diserahkan untuk Aryono3
Aryono lalu menulis sebuah status di Facebook menegur Grid.id,
media pertama yang ia dapati menerbitkan potret Tino, karyanya, sebagal
ilustraso berita kepergian Tino dan menyatakan akan mengirim tagihan.
Sementara hasil pembayarannya akan dlserahkan ke keluarga Tino,
mengingat keluarga Tino telah menghabiskan banyak uang untuk biaya
pengobatan.Teguran yang disampalkan pada Grid.id hanya ditanggapi dengan penurunan foto tersebut dan
Walau pun hak ekonomi dan hak moral atas karyanya telah dicederai, Aryono tidak berprasangka buruk ter
Pasal 28 Undang Undang Hak Cipta jelas mengatakan, setiap karya
cipta mengandung hak moral dan hak ekonomi bagi penciptanya. Hak moral
itu melekat, tidak bisa dihapuskan,seseorang atau badan hukum tidak bisa
begitu saja menggunakan karya orang lain tanpa seizin penciptanya. Apalagi
kemudian sengaja mengubah atau menghilangkan nama penciptanyan diganti
dengan nama orang lain. Dalam kasus ini terbukti bahwa masih banyak yang
3
Penyebab Kasus Pelanggaran Hak Cipta di Internet – Peraturan di Internet
https://www.kompasiana.com/mattbento/5b6c66bb5e13735e821ce682/belajar-dari-kasus-
pemakaian-foto-tanpa-ijin-karya-pencipta-lagu-burung-camar?page=all diakses pada 29 Oktober
2019 pada pukul 22:16 BBWI.
4
belum sadar betapa pentingnya hak cipta. kita perlu membangun kesadaran
pentingnya hak cipta, khususnya kepada media pers. Karena media pers harus
menjadi penjaga kebenaran. Berkenaan dengan akurasi dan kecepatan berita,
Kovach dan Rosenstiel menyatakan bahwa kewajiban pertama wartawan
adalah pada kebenaran. Prinsip pertama wartawan ini yaitu pengejaran akan
kebenaran yang tidak berat sebelah adalah yang paling membedakannya dari
semua bentuk komunikasi lain. Selanjutnya, Kovach dan Rosenstiel
menuturkan, demi mengejar kebenaran itu, intisari wartawan adalah disiplin verifikasi4.
Namun, Dewan Pers belum memiliki data yang pasti sampai proses verifikasi faktual selesai dilakukan di a
Oleh karena itu, seorang wartawan surat kabar harus memiliki skill atau keterampilan yang berlandaskan te
tidak berprasangka (praduga tak bersalah), sehingga informasi yang
4
Bill Kovach dan Tom Rosenstiel., The Element of Journalism. ed., Stanley, Penerjemah;
Yusi A. Pareanom, (Jakarta; Institut Studi Arus Informasi, 2004), h. 39
4
Internet :
milik orang lain yang ditemukan di google, lalu digunakannya. Beberapa
a.masih
Menyimpan Konten nama sumber foto, tetapi banyak yang tidak
menuliskan
Dalam satu contoh, seseorang
mempedulikannya.hak yang membuat
cipta harus dihormati,Video
tidakmengunggah data file
boleh digunakan
yang dibuatnya
sembarangan tanpadiizin
Internet denganDalam
penciptanya. peraturan pengunjung
hak cipta melekathanya dapat
hak moral
mengunakan
dan (menyaksikan)
hak ekonomi konten (Video)
dari penciptanya. tersebut
Meluasnya di websiteinternet
pemakaian penguggah
di
Videosektor
segala dan ketika pemilik
ternyata kontenkonsekuensi
membawa resmi mendapati andaDimenyimpan
tersendiri. samping
(Download)
manfaat besar file video
yang yang diunggahnya
diberikan maka jasa,
kepada pemakai dapat kehadiran
dikatakan media
bahwa
anda melanggar
internet kebijakan yang
juga memunculkan telah dibuat
masalah baru pengunggah
di bidang video.
Hak Kekayaan
Intelektual terutama Hak Cipta.
Dalam era digital saat ini, konsepsi Hak Cipta juga telah melebar,
sangat penting untuk membahas mengenai perlindungan Hak Cipta di
jaringan internet sebagai upaya untuk mengantisipasi dampak negative yang
ditimbulkan oleh internet. Salah satunya adalah dengan adanya media
digital. Kini banyak informasi yang dapat diubah bentuk kedalam media
digital. Saat ini banyak karya cipta juga bias diwujudkan kedalam
bentuk digital.
4
b. Membagikan Konten
Ketika anda mengunakan konten seseorang misal Teks dan Gambar di
artikel yang hanya diizinkan untuk digunakan sendiri baik dalam website
tersebut ataupun anda simpan atau tidak dibagikan (Publikasikan) kepada
orang lain maka anda masih mematuhi kebijakan pemilik konten tersebut.
Tetapi jika anda mengunakannya untuk diperlihatkan kepada orang lain
tanpa sepengetahuan pemilik konten, anda dapat dikasuskan karena tidak
mengikuti pedoman pengunaan konten seperti yang telah disetujui.
Mengedit atau Memodifikasi Konten
Contoh konten berupa aplikasi yang dilindungi kemurniannya tidak boleh dimodifikasi karena dalam kegia
Mempublikasikan atau Copy Paste konten (Reupload) Konten
Reupload yaitu menyalin dan mempublikasikan konten seseorang untuk kepentingan diri sendiri yang men
Belum meleknya media online terhadap hak cipta
Saat ini begitu banyak media online yang ada di Indonesia, tetapi tidak memiliki tenaga dan modal yang cu
Akhirnya banyak media yang mengambil jalan pintas, mengambil foto milik
orang lain yang ditemukan di google, lalu menggunakan karya kreatif orang
lain untuk konten komersial media online, termasuk pengecekan legalitas
penggunaan karya dari sumber penerbitan ulang.
Teknologi internet yang menghubungkan antar satu komputer dengan
komputer lainnya diseluruh dunia dengan memiliki daya kemampuan lintas
5
https://jagad.id/hal-yang-dapat-membuat-kasus-pelanggaran-hak-cipta-di-internet-
peraturan-di-internet/ diakses pada 29 Oktober 2019 pada pukul 23:11 BBWI
4
batas negara dilewati secara mudah (bonderless world) telah melahirkan suatu
era baru yang dikenal dengan era digital. Era digital ini ditandai dengan
karakteristik berupa adanya kemudahan interaksi antar manusia di seluruh
dunia dengan memanfaatkan jaringan internet dan tanpa terhalangi dengan
wilayah geografis suatu negara dan aturan-aturan yang sifatnya teritorial.
Sejalan dengan itu juga, di era digital ini ditandai dengan karakteristik lainnya
berupa adanya kemudahan setiap orang untuk memperoleh informasi.
Informasipada era ini sangat mudah diperoleh, dipertukarkan, diakses dan didistribusikan serta ditransmisik
Tidak dapat disangkal lagi, internet telah menjadi alat komunikasi terpopuler saat ini. Berbagai lapisan mas
Keberadaan jaringan internet sendiri sebenarnya memberikan keuntungan tersendiri juga bagi pencipta m
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya untuk memperoleh manfaat
dari ciptaannya tersebut. Namun masalah dapat timbul apabila pihak yang
mengumumkan atau memperbanyak ciptaan tersebut merupakan pihak yang
sama sekali tidak berkepentingan yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat merugikan Pencipta maka dari itu Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2014 tentang Hak cipta diperlukan untuk melindungi dari hal-hal yang
dapat merugikan pencipta.6 Hak cipta adalah wujud nyata penghargaan
6
Reyfel A. Rantung, “Hak Cipta Dalam Jaringan Internet Ditinjau Dari Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta”,Vol II, No.1, (Maret, 2014), h.107.
4
terhadap hasil karya yang dibuat oleh pencipta karya tersebut. Tindakan
pembajakan adalah bagian dari tindak kejahatan di dunia internet yang dalam
hal ini disebut dengan cybercrime, tindak pembajakan ini adalah
penggandaan hasil karya dengan tidak bertanggung jawab dan tentunya
hasilnya pun akan berbeda kualitasnya karena media yang digunakan
tentunya berbeda.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi salah
hak untuk mengawasi akses informasi tentang kehidupan pribadi dan data
seseorang. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Hak cipta dan
Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau Undang Undang
nomor 11 tahun 2008 diharapkan hadir untuk melindungi pelanggaran-
pelanggaran dan hak-hak para pencipta yang dimana sesuai dengan teori
perlindungan hukum menurut Fitzgerald, sebagaimana dikutip Satjipto
Raharjo perlindungan hukum yaitu memberikan pengayoman terhadap Hak
Asasi Manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat me
Penerapan perlindungan hukum pada aspek bisnis terutama merek juga harus tersentuh dengan teori perlind
Kasus seperti yang dialami Aryono sebenarnya sudah berulangkali terjadi. Saat ini begitu banyak media on
orang lain yang ditemukan di google, lalu digunakannya. Beberapa masih
7
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Adtya Bakti, 2000), h. 53
5
dalam kepentingan atas privasi data. Keperluan menjaga kerahasiaan data dan
informasi pribadi tampak menjadi prioritas untuk meletakkan kepercayaan
dalam jaringan interaksi komunikasi. Hak atas privasi pada dasarnya sudah
cukup lama dikenal dan diakui dalam rezim hukum baik internasional
ataupun nasional. Regulasi mengenai privasi dalam berbagai rejim hukum ini
pada dasarnya untuk melindungi priivasi dari seseorang terhadap invasi yang
tidak sah yang dapat dilakukan oleh Negara ataupun dari korporasi.
5
8
Anggara dkk, Menyeimbangkan Hak: Tantangan Perlindungan Privasi dan Menjamin
Akses Keterbukaan Informasi dan Data di Indonesia, (Jakarta: Institute for Criminal Justice
Reform, 2012), h.4
5
e. pemusnahan.
Jika terjadi sengketa dalam pengelolaan data pribadi atau terjadi
kegagalan dalam perlindungan kerahasiaan data pribadi, Permenkominfo ini
membuka ruang pengaduan kepada menteri (Kominfo),untuk dilakukan
proses penyelesaian secara musyawarah atau alternatif penyelesaian sengketa
lainnya,atau jika kedua mekanisme tersebut tidak berhasil dapat
5
memuat: nama dan alamat pengadu; alasan atau dasar pengaduan; permintaan
penyelesaian masalah yang diadukan; dan tempat pengaduan, waktu
penyampaian pengaduan, dan tanda tangan pengadu. pengaduan harus
dilengkapi dengan bukti-bukti pendukung; pejabat/tim penyelesaian sengketa
data pribadi atas kegagalan perlindungan kerahasiaan data pribadi wajib
menanggapi pengaduan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak
pengaduan diterima yang paling sedikit memuat pengaduan lengkap atau
tidak lengkap.
Pengaduan yang tidak lengkap harus dilengkapi oleh pengadu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
Pejabat/lembaga penyelesaian sengketa data pribadi atas kegagalan perlindungan kerahasiaan data pribadi y
dapat atau tidak dapat diselesaikan secara musyawarah atau melalui upaya
pengecualian tertentu yang ditentukan oleh hukum. Dan dalam hak cipta juga
erat kaitannya dengan privasi, terutama dalam pengambilan potret seseorang
atau mengambil karya fotografi.
UU Hak Cipta menekankan bahwa potret diri seseorang tidak
diperkenankan disebarluaskan apabila untuk kepentingan komersial. Itulah
batasan hukumnya. Bahkan di ruang publik sekalipun juga terdapat hak cipta,
10
Privasi Online dan Keamanan Dat http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
palim0d249692cafull.pdf diakses pada tanggal 03 Oktober 2019.
6
Hak cipta bisa dibilang unik dan berbeda dari hak kekayaan
dalam bentuk foto hasil karya fotografi. Jika ada seseorang yang merasa
intelektual lainnya. Sebab hak cipta mempunyai hak moral yang tidak
terganggu di foto atau potret nya tidak mau disebarluaskan dan seorang
dimiliki Hak Kekayaan Intelektual lainnya. Contohnya, hal ini berbeda
pencipta tidak menuruti nya maka akan melanggar hak cipta tersebut. Selain
dengan hak milik industri yang untuk mendapatkan perlindungan atas hak
itu, ada juga batasan etik yang juga penting diperhatikan. Meskipun potret
eksklusifnya tersebut membutuhkan pendaftaran melalui prosedur yang
diri seseorang tersebut untuk kepentingan non komersial dan dilakukan di
telah ditentukan. Hak eksklusif yang diberikan oleh hukum merupakan
reward yang sesuai bagi para inventor mengingat pengorbanan yang harus
mereka
11
lakukan
Memotret di untuk
ruangmenghasilkan sebuahprivasi,
publik: antara ciptaan.hak
Dan cipta,
dalam hak
dan cipta
etika
https://beritagar.id/artikel/telatah/memotret-di-ruang-publik-antara-privasi-hak-cipta-dan-etika
Diaksesjuga erat03 kaitannya
tanggal Oktober 2019dengan privasi,
Pada Pukul terutama dalam pengambilan potret
20:38 BBWI
seseorang atau mengambil karya fotografi.Pasal tersebut menjelaskan
bahwa dalam mengambil foto pun harus yang sesuai dengan moral dan
ketertiban umum.
ruang publik, sangat disarankan untuk meminta izin apabila memotret orang;
apalagi jika orang tersebut sangat jelas dapat teridentifikasi.
Apabila foto atau potret milik seseorang yang digunakan oleh orang
lain tanpa seizin pemilik, sehingga membawa manfaat ekonomi bagi orang
lain, dapat diartikan orang tersebut telah merugikan kita sebagai pemegang
hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta, hal ini sesuai dengan Pasal
12 UU Hak Cipta yang berbunyi:
Setiap Orang dilarang melakukan Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribu
Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian, dan/atau Komunikasi Potret s
Bahwa Pasal 12 UUHC yang ada saat ini hanya mengatur soal larangan penggunaan potret secara komersia
komersial tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta.
suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka,
Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat
dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.”.
Disini terdapat pelanggaran hak moral dan hak ekonomi serta privasi.
Hak moral si Pencipta dilanggar karena fotonya telah diambilnya tanpa izin
Aryono sudah mencoba melindungi foto itu dengan mencantumkan
watermark tetapi beberapa media online masih merenggut hak moralnya.
sebagaimana termuat dalam Pasal 4 Undang-Undang Hak Cipta. Hak moral
merupakan hak yang bersifat asasi dan abadi, maksudnya adalah apabila
pemilikan atas hak cipta tersebut dipindahkan kepada pihak lain, maka hak
moral tetap tidak terpisahkan dari penciptanya.
Dalam konfigurasi hukum, hak moral mencakup dua hal besar yaitu
hak paternity atau right of paternity dan right of integrity.13 Hak untuk
mencantumkan atau menyebutkan nama pencipta dalam ciptaannya dan hak
untuk menggunakan nama samaran dalam ciptaannya sebagaimana terdapat
13
Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011), h.
105
6
dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a dan b merupakan right of paternity. Sedangkan
right of integrity merupakan segala bentuk sikap dan perlakuan yang terkait
dengan integritas atau martabat pencipta, seperti yang termuat dalam Pasal 5
ayat (1) huruf e. Didalam Article 6bis Konvensi Bern menyatakan 3 substansi
hak moral yang meliputi:
a. The right to claim authorsip; yaitu hak untuk mendapatkan pengakuan
sebagai pencipta. Hal itu dilakukan antara lain dengan menyebutkan
atau mencantumkan nama pencipta dalam ciptaannya.
b. The right to object to any distortion, mutilation, or other modification of the work; yaitu
merusak atau merugikan reputasi dan kehormatan pencipta.
c. The right to object other derogatory action in relation to the said work ; yaitu hak pencipta u
Berdasarkan penjelasan tersebut bentuk-bentuk hak moral baik yang terdapat dalam Undang-U
maka pada dasarnya terdapat satu point yang sama dari penjelasan masing-
Selanjutnya ada hak lain yang dilanggar yaitu hak ekonomi, Fungsi
adanya hak ekonomi dalam hak cipta adalah memberikan keuntungan bagi
pencipta atau pemegang hak cipta atas karya yang mereka buat agar
menghasilkan keuntungan. dalam kasus Aryono beberapa Media Online
menggunakan foto karya Aryono untuk kepentingan komersil itu
6
memiliki
Terkait hak ekonomi
jangka untuk
waktu, hakmelakukan:
ekonomi perlindungannya dibatasi dalam
a. penerbitan
waktu Ciptaan; pasal 59 Ayat (1) karya fotografi berlaku selama
tertentu, berdasarkan
b. Penggandaan
50 (lima Ciptaan
puluh) tahun dalam segala
sejak pertama bentuknya;
kali dilakukan Pengumuman berdasarkan
c. penerjemahan
Pasal Ciptaan;
8 dan 9 Undang-Undang Hak Cipta tersebut sudah jelas bahwa
d. pengadaptasian,
penggunaan pengaransemenan,
karya fotografi atauhak
melekat dengan pentransformasian Ciptaan;
ekonomi pencipta maka dari
e. Pendistribusian
itu penggunaan untukCiptaan atau salinannya;
mengambil manfaat ekonomi harus dengan izin dan
jikaf.tidak
pertunjukan Ciptaan;
izin akan melanggar ketentuan hak cipta. Disebutkan dalam pasal
g. Pengumuman
15 UUHC, Ciptaan;
tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta apabila disebutkan
h. Komunikasi Ciptaan; dan
i. penyewaan Ciptaan.
(2) Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta.
(3) Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
dilarang melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara
Komersial
6
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab, diatas maka peneliti menarik beberapa
kesimpulan kesimpulkan yakni sebagai berikut:
1. Penyebab media daring masih melanggar hak cipta fotografi yaitu banyak
media daring yang masih menyepelekan hak cipta dan tidak memiliki modal yang cukup untu
legalitas penggunaan karya dari sumber penerbitan.
2. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menjelaskan bahwa pencip
komersial perlindungan ini berlaku selama 50 tahun.
B. Rekomendasi
1. Untuk media daring tetaplah junjung prosedur pengambilan foto yang benar
sesuai dengan etika jurnalistik. Dewan Pers perlu menyusun dan
memberlakukan secara ketat standart operating procedure (SOP) dalam
pemuatan foto yang bersumber dari pihak lain.
2. Perlu diadakan pemberitahuan secara masif dari Ditjen HKI terkait hak cipta
karya fotografi kepada masyarakat dan media online, karena masalah hak
cipta sangat rentan terjadi pelanggaran di masyarakat. Para pelaku ataupun
69
70
Buku
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime),
Bandung: PT Refika Aditama, 2010.
Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Arifin. Metode Penelitian Hukum.
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuah Jakarta), 2010.
Website
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5cd500ea71f99/
mekanisme- penyelesaian-sengketa-kekayaan-intelektual diakses pada tanggal
http://lensafotografi.com/ragam-jenis-fotografi-yang-perlu-diketahui-oleh-
29 Oktober
pemula/ 2019
diakses pada
pada pukul29
tanggal 20.30
Oktober 5.20 2019
https://www.soocaphoto.com/ccommercial-photography-jenis-dari-fotografi-
https://www.kompasiana.com/mattbento/5b6c66bb5e13735e821ce682/belajar-
komersial/ pada tanggal 28 Juli pukul 11.08.
dari-kasus-pemakaian-foto-tanpa-ijin-karya-pencipta-lagu-burung-camar?page=all
diakses pada 29 Oktober 2019 pada pukul 22:16
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt58d1ab9b36fbe/pembubuhan
-iwatermark-i-dalam-karya-fotografi-sebagai-identitas-pencipta diakses
https://jagad.id/hal-yang-dapat-membuat-kasus-pelanggaran-hak-cipta-di-internet-
pada tanggal
peraturan-di-internet/ diakses pada 29 Oktober 2019 pada pukul 23:11
29 Juli pukul 12.05.
https://dewanpers.or.id/assets/documents/peraturan/
1907030645_2008_Peraturan_
DP_NO_06_TTG_PENGESAHAN_SURAT_KEPUTUSAN_DEWAN_PERS_
N OMOR_03SK-
DPIII2006_TENTANG_KODE_ETIK_JURNALISTIK_SEBAGAI_PERATUR
7
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-palim0d249692cafull.pdf diakses
pada tanggal 03 Oktober 2019
https://beritagar.id/artikel/telatah/memotret-di-ruang-publik-antara-privasi-hak-
cipta-dan-etika Diakses tanggal 03 Oktober 2019 Pada Pukul 20:38
7
bmbm
7
7