Anda di halaman 1dari 87

PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI

DI MEDIA DARING MENURUT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

KARINA PUTRI
NIM : 11150480000043

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M
PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI
DI MEDIA DARING MENURUT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

KARINA PUTRI
NIM : 11150480000043

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M

i
ABSTRAK

Karina Putri NIM 11150480000043 PELANGGARAN HAK CIPTA


KARYA FOTOGRAFI DI MEDIA INTERNET MENURUT HAK
KEKAYAAN INTELEKTUAL. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum
Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta 1440H/2020M. Isi: viii + 77 halaman + 3 lampiran + 3 halaman daftar
pustaka.
Studi ini bertujuan untuk mengkaji perlindungan hukum terhadap pencipta
Hak Cipta karya fotografi yang hak moral dan hak ekonomi dilanggar di media
internet menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Metode
penelitian ini menggunakan pendekatan bersifat penelitian yuridis normatif, yaitu
penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang ada dalam peraturan
perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan pelanggaran hak cipta fotografi masih
marak terjadi, mengacu kepada salah satu kasus Aryono, yang foto di instagram
pribadinya diambil oleh media online untuk kepentingan komersial. Dalam kasus ini
terjadi pelanggaran hak moral dan hak ekonomi. Di dalam Undang-Undang Hak
Cipta dijelaskan pada pasal 5 hak moral melekat kepada pencipta untuk
mempertahankan hak pencipta yang berlaku seumur hidup dan jika digunakan untuk
komersial dijelaskan pada pasal 9 pencipta memiliki hak ekonomi yaitu setiap orang
wajib mendapatkan izin pencipta untuk melakukan penggunaan komersial
perlindungan ini berlaku selama 50 tahun.

Kata kunci : Hak Cipta Fotografi, Pelanggaran Hak Cipta.


Pembimbing Skripsi : Dr. Nahrowi, S.H., M.H.
Daftar Pustaka : Tahun 1981 sampai Tahun 2018

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat
rahmat, nikmat serta karunia dari Allah SWT peneliti dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pelanggaran Hak Cipta Karya Fotografi Di Media Daring Menurut
Hak Kekayaan Intelektual”. Sholawat serta salam peneliti panjatkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu’Alaihi wa Sallam, yang telah membawa umat manusia dari
zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.

Selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan


bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini peneliti
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H.Ketua Program Studi Ilmu Hukum
dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum.Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berkontribusi dalam pembuatan skripsi ini.
3. Dr. Nahrowi, S.H., M.H. Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan
waktu dan memberikan arahan dalam membimbing peneliti dalam penulisan
skripsi ini.
4. Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk peneliti mengadakan studi
kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

vi
5. Pihak-pihak lainnya yang telah berkontribusi dalam pembuatan skripsi ini terutama
orang tua peneliti yaitu Bapak Aspan Daulay dan Ibunda Nilawati Salman yang
telah memberikan doa, saran dan dukungan terbaik selama masa penelitian.

Peneliti berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari Allah
SWT. Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun, pen
semua pihak.

Jakarta, 28 November 2019

Karina Putri

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA ............................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1


B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah.................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6
D. Metode Penelitian ..................................................................... 6
E. Sistematika Pembahasan.................................................................11

BAB II HAK CIPTA MENURUT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL


....................................................................................................... 12

A. Kerangka Konseptual.....................................................................12
1. Pengertian, Sifat dan Kedudukan Hak Cipta...........................12
2. Pembatasan Hak Cipta............................................................13
3. Mekanisme Pencatatan Hak Cipta...........................................14
4. Penghapusan Pencatatan Ciptaan Hak Cipta...........................16
5. Jangka Waktu Hak Cipta.........................................................17
6. Penyelesaian Sengketa Hak Cipta Melalui Litigasi.................18
7. Penyelesaian Sengketa Hak Cipta Melalui Non Litigasi.........21
B. Kerangka Teori...............................................................................22

viii
1. Teori Perlindungan Hukum.....................................................22
C. Tinjauan (review) kajian terdahulu.................................................23

BAB III ASPEK FOTOGRAFI DAN MEDIA MASSA PADA HAK CIPTA
......................................................................................................... 25

A. Jenis-jenis Karya Fotografi.............................................................25


1. Fotografi Komersial dan Fotografi Non Komersial...................25
2. Perbedaan Potret dan Fotografi..................................................27
B. Jenis-jenis Media Massa.................................................................34
1. Tinjauan Umum Tentang Media Siber.......................................34
2. Tinjauan Umum Tentang Media Cetak......................................36

BAB IV KETENTUAN PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA


FOTOGRAFI DI MEDIA DARING..................................................38

A. Pelanggaran Hak Cipta Karya Fotografi Di Media Daring............38


B. Ketentuan Hak Moral dan Hak Ekonomi Terkait Privasi
Pencipta Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Karya Fotografi.........51

BAB V PENUTUP............................................................................................69

A. Kesimpulan.....................................................................................69
B. Rekomendasi..................................................................................70

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................71

LAMPIRAN....................................................................................................

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di era globalisasi ini, Indonesia termasuk negara yang dalam
perkembangan dunia usahanya semakin pesat. Hal ini dikarenakan seiring
bergantinya waktu, pertumbuhan perekonomian di dunia semakin bersaing

satu sama lain. Dewasa ini, kehidupan manusia tidak dapat dilepas dari arus
komunikasi dan informasi, bahkan kini informasi telah menjelma menjadi
suatu kekuatan tersendiri dalam persaingan global yang semakin kompetitif.
Salah satu nya maraknya fotografi di media internet. Dari karya fotografi
yang dihasilkan terdapat hak cipta di dalamnya dan dilindungi oleh undang-
undang yang berlaku.

Hak Kekayaan Intelektual secara umum dapat digolongkan kedalam


dua kategori utama, yaitu Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Hak
Kekayaan Intelektual atau yang biasa disebut HKI merupakan terjemahan
dari Intellectual Property Rights. Secara sederhana HKI adalah suatu hak
yang timbul bagi hasil pemikiran yang menghasilkan suatu produk yang
bermanfaat bagi manusia. HKI juga dapat diartikan sebagai hak bagi
seseorang karena telah membuat sesuatu yang berguna bagi orang lain.
Objek atau hal-hal yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang lahir
dari kemampuan intelektual daya pikir manusia. Hak Kekayaan
dikategorikan
Intelektual sebagai hak atas kekayaan mengingat HKI pada akhirnya
menghasilkan karya-karya intelektual berupa: pengetahuan, seni, sastra,
teknologi dimana dalam mewujudkannya membutuhkan pengorbanan tenaga,
waktu biaya dan pikiran.1
Hak Cipta adalah karya cipta dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan
sastra.. Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi (economic rights) dan hak moral
(moral rights). Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat

1
Rooseno Harjowidigdo, Mengenal Hak Cipta Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1997), h. 13

1
2

ekonomi atas ciptaan serta produk terkait. Hak moral adalah hak yang
melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau
dihapus dengan alasan apapun walaupun Hak Cipta atau hak terkait telah
dialihkan. Khusus mengenai hak cipta, awalnya terdapat dua aliran sistem
hukum yang membentuknya, yaitu sistem hukum common law yang lahir di
Inggris, kemudian berkembang serta banyak mendapat pengaruh dari
Amerika Serikat dan sistem hukum Kontinental yang awalnya dianut oleh
negara-negara Eropa daratan, seperti Prancis, Belanda, Italia dan Jerman
Di Indonesia sendiri pengaturan hak cipta hadir pada masa pemerintahan kolonial Belanda setelah diberlak
Berdasarkan Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta, perlindungan komersil atas suatu karya fotogra
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang memberikan pengertian

bahwa: “Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.” Secara yuridis tidak ada kewajiban mendaftarkan
setiap ciptaan pada kantor Hak Cipta, karena Hak Cipta tidak diperoleh
berdasarkan pendaftaran namun Hak Cipta terjadi dan dimiliki penciptanya

2
Subroto, Muhammad Ahkam, Eksplorasi Konsep Kekayaan Intelektual Untuk
Penumbuhan Inovasi, (Jakarta: LIPI Press, 2005) h. 11
3

secara otomatis ketika ide itu „selesai‟ dan diekspresikan dalam bentuk suatu
karya atau ciptaan yang berwujud.
Kehadiran internet sebagai sebuah fenomena kemajuan teknologi
menyebabkan terjadinya percepatan globalisasi dan lompatan besar bagi
penyebaran informasi dan komunikasi di seluruh dunia. 3 Penggunaan internet
sebagai media informasi multimedia membuat beragam karya digital dapat
secara terus menerus digandakan dan disebarluaskan ke ribuan orang dalam
waktu singkat, hanya dengan menekan beberapa tombol komputer. Tidak heran jika internet kemudian dipa
Semakin maju kehidupan masyarakat, maka kejahatan juga ikut maju. 4 Untuk itu diperlukan wadah yang d
Perkembangan teknologi informasi dan digital saat ini mengakibatkan

informasi dapat dengan mudah dan cepat tersebar ke seluruh pelosok dunia.
Hak cipta merupakan salah satu jenis perlindungan HKI yang disediakan
untuk melindungi karya seni, pengetahuan dan sastra. Pelanggaran terhadap
karya cipta, dalam hal ini pada karya seni fotografi, sering terjadi terutama
yang berkaitan dengan status kepemilikan haknya. Sebenarnya, status

3
Yusran Isnaini, Hak Cipta dan Tantangannya DI Era Cyber Space, Bogor, Ghalia
Indonesia, 2009, h. 1
4
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), (Bandung:
PT Refika Aditama, 2010), h. 21
4

kepemilikan atas suatu foto sudah jelas ketentuannya yakni dimiliki oleh
orang yang pertama kali menciptakan serta mempublikasikannya ciptaannya,
dalam hal ini fotografer.
Hal ini sesuai dengan prinsip first to invent dalam Hak Cipta. Salah
satu masalah yang seringkali dihadapi oleh pencipta foto adalah ketika ia
bekerja sebagai karyawan dan berada dibawah suatu perjanjian kuasa, terlebih
lagi ketika salah satu pihaknya tidak paham betul mengenai apa yang telah
diperjanjikan sebelumnya berkaitan dengan hak kepemilikan atas foto-foto yang telah tercipta. Setiap karya
Hukum diharapkan dapat memberikan perlindungan bagi karya intelektual, sehingga mampu mengembang
terjadi. Aryono pun menggugat melalui Pangka dan Syndicate Law Office.

Aryono mempersoalkan hak moral dan hak ekonomi atas pemuatan foto itu.
Pengaduan itu pun diselesaikan oleh Dewan Pers.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti ingin meneliti
lebih lanjut mengenai pelanggaran hak cipta karya fotografi di media internet,
yang dituangkan dalam bentuk penulisan skripsi yang berjudul
“PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI MEDIA
DARING MENURUT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL”.
5

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diajukan sebelumnya,
maka identifikasi masalah penelitian ini sebagai berikut :
a. Pelanggaran Hak Moral dan Hak Ekonomi pada Hak Kekayaan
Intelektual yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta
Kurangnya edukasi Hak Cipta tentang fotografi di kalangan masyarakat
Maraknya pengambilan foto tanpa izin untuk keperluan komersial dan non komersial
Syarat suatu karya cipta fotografi agar memperoleh perlindungan hak cipta
Upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan hukum bagi pencipta foto
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan agar pembahasan dan penelit
tentang Hak Cipta.

3. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah peneliti berikan pada latar
belakang dan batasan masalah di atas perumusan masalah yang
diangkat ialah implementasi tinjauan hukum terhadap pelanggaran Hak
Cipta karya fotografi di media internet.
Dari perumusan masalah tersebut peneliti pertegas dengan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Apa penyebab media daring masih melanggar hak cipta fotografi?
6

b. Bagaimana ketentuan hak moral dan hak ekonomi karya pencipta


fotografi jika privasi seseorang dilanggar?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, paling tidak peneliti mendalilkan tujuan
penelitian sebagai berikut:
Untuk mengetahui mengenai penyebab media online masih melanggar hak cipta fotografi
Untuk mengetahui ketentuan hak moral dan hak ekonomi karya pencipta tersebut jika privasi seseorang dil
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk :
Manfaat teoritis, penelitian ini memberikan sebagai tambahan dokumentasi segi hukum dalam membahas H
Manfaat praktis, penilitian ini dapat bermanfaat bagi para peminat hukum perdata dan praktisi hukum bisni
ke khalayak umum dan Dewan Pers ke seluruh media online.

D. Metode Penelitian
Metode merupakan strategi utama dalam mengumpulkan data-data
yang diperlukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Pada dasarnya
sesuatu yang dicari dalam penelitian ini tidak lain adalah “pengetahuan”
atau lebih tepatnya “pengetahuan yang benar”, dimana pengetahuan yang
benar ini nantinya dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan atau
7

ketidaktahuan tertentu.5 Untuk dapat merampungkan penyajian skripsi ini


agar dapat memenuhi kriteria sebagai tulisan ilmiah diperlukan data yang
relevan dengan skripsi ini. Dalam upaya pengumpulan data yang
diperlukan itu, maka diterapkan metode pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian hukum kualitatif. Penelitian

masalah
disebut tersebut.
penelitian kualitatif apabila jenis data dan analisa yang
digunakan
Pendekatan
bersifat naratif,
yang digunakan
dalam bentuk
dalam
pernyataan-pernyataan
penelitian ini adalah
yang
pendekatan
menggunakan
hukum
penalaran.
yuridis.
Jenis
Dalam
penelitian
pendekatan
ini adalah
hukum
penelitian
yuridis
hukum
yang
dilakukan
kualitatif. adalah
Para peneliti
mengkajikualitatif
peraturanmencari
perundang-Undangan
makna, pemahaman,
(statute
approach),
pengertian,buku-buku,
verstehen dan
tentang
jurnalsuatu
(library
fenomena,
research) kejadian,
yang berhubungan
maupun
kehidupan manusia dengan terloibat langsung dan/atau tidak langsung
5
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
dalam setting yang diteliti, kontekstual, dan menyeluruh. Peneliti
1997), h. 27-28
6
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan,
bukan mengumpulkan data sekali jadi atau sekaligus dan kemudian
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 328-329
mengolahnya, melainkan tahap demi tahap dan makna disimpulkan
selama proses berlangsung dari awal sampai akhir kegiatan, bersifat
naratif dan holistik. 6
2. Pendekatan Masalah
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan know-how dalam
ilmu hukum yang bersifat perspektif, bukan sekedar know-about.
Sehingga dibutuhkan kemampuan mengidentifikasi masalah
hukum,
8

dengan penelitian ini dan menggabungkan dengan unsur-unsur


normatif. Penelitian hukum normatif adalah metode penelitian hukum
yang diberlakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder
belaka. Tipe penelitian ini adalah penelitian hukum perspektif, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau
merumuskan masalah sesuai dengan keadaan/fakta yang ada.7
3. Sumber Data

3)Dalam
Undang-Undang
penelitian iniRepublik Indonesia
data yang Nomor
digunakan 40 Tahun
adalah 1999
data sekunder
tentang data
yang artinya Pers sebelumnya telah diolah oleh orang lain. Data
4) Undang-Undang
sekunder ini antara lain :Nomor 11 Tahun 2008
dokumen-dokumen tentang
resmi, Informasi
buku-buku, dan
hasil-
hasil penelitian
Transaksiyang
Elektronik
berbentuk laporan, buku harian, hasil interview,
dan5)lain-lain. Data sekunder
Undang-Undang Nomorini 19
meliputi
Tahunbahan
2016 hukum
tentang primer, bahan
Perubahan
hukum Undang-Undang
sekunder, dan bahan hukumdan
Informasi tersier :
Transaksi Elektronik
7 a. Bahan
Bambang Hukum
Waluyo, Primer
Penelitian Hukum dalam Praktek, Cet. IV, (Jakarta: Sinar Grafika,
2008), h. 9
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer
meliputi perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah
dalam pembuatan perundang-undangan, dan putusan-putusan
hakim. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam bahan hukum
primer adalah:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta
9

6) Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik


Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Data
Pribadi Dalam Sistem Elektronik
7) Surat Keputusan Dewan Pers Nomor: 03/SK-DP/III/2006
Tentang Undang-Undang Nomor 0 Tahun 1999 Tentang Pers
Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan Pers
8) Risalah Penyelesaian Mediasi Aryono Huboyo Djati Terhadap
8 Media Siber (Detik.com, Tribunnews.com, Metrotvnews.com,
Medcom.id,Matamata.com, Grid.id, Kapanlagi.com,
Merdeka.com)

9) Surat gugatan dari Aryono Huboyo Djati melalui Pangka & Syndicate Law Office
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang tidak mempunyai kekuatan mengikat tetapi mem
Buku-buku; Mengenal Lebih Dekat Hukum Hak Kekayaan Intelektual oleh Abdul Atsar, H
Situs internet seperti; ,

https://www.soocaphoto.com/ccommercial-photography-jenis-
dari-fotografi-komersial/,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5cd500ea
71f99/mekanisme-penyelesaian-sengketa-kekayaan-intelektual
dan yang terdapat dalam daftar pustaka
3) Artikel dalam majalah/media elektronik, laporan
penelitian/jurnal hukum, makalah yang disajikan dalam
pertemuan kuliah dan catatan kuliah.
1

c. Bahan Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
seperti kamus hukum, KBBI, dan lain-lain.

4. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan di

Perpustakaan
5. Teknik Utama UIN Jakarta, Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Penulisan
Hukum,
DalamPerpustakaan
penyusunanNasional,
penelitianPerpustakaan
ini peneliti Umum Provinsimetode
menggunakan DKI
Jakarta dengan
penulisan sesuai cara membaca,
dengan mengutip
sistematika dan menganalisis
penulisan yang adacatatan
pada yang
Buku
bersumber
Pedoman pada bahan-bahan
Penulisan pustaka
Skripsi, Fakultas yang dan
Syariah mendukung.
Hukum, Selain itu,
UIN Syarif
Pengumpulan
Hidayatullah, data dilakukan
Jakarta, di Dewan Pers dengan mengambil Risalah
tahun 2017.
Penyelesaian Mediasi Aryono Terhadap 8 Media Siber.
Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, maupun bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan
sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih
sistematis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Cara
pengolahan bahan hukum dilakukan secara memilah dan menganalisis
buku-buku, jurnal, website, Peraturan perundang-undangan dengan
mengkaitkan kasus Aryono. Pengolahan ini dilakukan secara deduktif
yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum
terhadap permasalahan konkret yang dihadapi.
1

E. Sistematika Pembahasan
Untuk dapat menuangkan hasil penelitian dalam bentuk penulisan yang
benar dan tersistematis, maka skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan
sebagai berikut;

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahulu yang isinya antara lain memuat
latarbelakangmasalah,identifikasimasalah,pembatasandan
perumusan masalah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB IIHAK CIPTA MENURUT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL


Dalam bagian bab ini peneliti akan membahas mengenai kajian
pustaka, kerangka konseptual, kerangka teoritis dan tinjauan (review) kajian terdahulu.

BAB IIIJENIS-JENIS FOTOGRAFI DAN MEDIA MASSA

Mengenai data penelitian, maka peneliti mencantumkan literasi yang


berkaitan dengan jenis-jenis karya fotografi dan jenis-jenis media massa.

BAB IV PELANGGARANHAKCIPTAKARYAFOTOGRAFIDI
MEDIA DARING

Analisis yang dibahas dalam bab ini merupakan suatu gabungan antara
bab II dan bab III mengenai “PELANGGARAN HAK CIPTA
KARYA FOTOGRAFI DI MEDIA DARING MENURUT HAK
KEKAYAAN INTELEKTUAL”

BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan
dilengkapi juga dengan rekomendasi.
BAB II

HAK CIPTA MENURUT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

A. Kerangka Konseptual

1. Pengertian, Sifat dan Kedudukan Hak Cipta

Hak cipta merupakan salah satu bagian diantara beberapa


cabang dari Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights).
Istilah hak cipta yang dikenal adalah hak pengarang sesuai dengan
terjemahan harfiah bahasa Belanda, Auteursrecht. Baru pada Kongres
Kebudayaan Indonesia ke-2, Oktober 1951 di Bandung, penggunaan
istilah hak pengarang dipersoalkan karena dipandang menyempitkan
pengertian hak cipta1.Hak Cipta adalah hak eksklusif Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan
gagasan atau informasi tertentu. Di Inggris, penggunaan istilah
copyright dikembangkan untuk melindungi penerbit, bukan untuk
melindungi si pencipta, dengan perkembangan hukum dan teknologi
perlindungan juga diberikan kepada pencipta, dan cakupan hak cipta
diperluas, tidak hanya buku, tetapi karya cipta lainnya.2

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta


,pengertian hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara
otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan
dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.Pencipta ialah seorang atau
beberapa orang. secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan
suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Ciptaan ialah setiap hasil
karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang dihasilkan

1
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, (Bandung: Alumni, 2009) , h. 111.
2
Endang Purwaningsih. Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights. (Bogor :
Ghalia Indonesia. h. 1

12
1

atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan


atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.
Pada umumnya dalam hak cipta terkandung hak ekonomi
(economic right) dan hak moral (moral right) dari pemegang hak cipta.
Hak ekonomi adalah hak untuk memperoleh keuntungan ekonomi atas hak
cipta. Hak ekonomi ini berupa keuntungan sejumlah uang yang diperoleh
karena penggunaan hak ciptanya tersebut oleh dirinya sendiri, atau karena
digunakan oleh pihak lain berdasarkan lisensi yang diberikan. Selanjutnya yang dimaksud dengan hak cipta
Di samping itu, berbicara mengenai masalah sifat dasar hak cipta maka perlu diketahui bahwa pada dasarny
2. Pembatasan Hak Cipta

Mengenai permasalahan ciptaan yang dilindungi, secara eksplisit dalam ketentuan Pasal 40 ayat (1) Undan
pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya

tulis lainnya; ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya; alat
peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks; drama, drama musikal, tari,
koreografi, pewayangan, dan pantomim; karya seni rupa dalam segala
bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung,atau
kolase; karya seni terapan; karya arsitektur; peta; karya seni batik atau seni

3
Arif Lutviansori, Hak Cipta dan Perlindungan Foklor Di Indonesia, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010), h. 71
1

motif lain; karya fotografi; potret; karya sinematografi; terjemahan, tafsir,


saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan
karya lain dari hasil transformasi; terjemahan, adaptasi, aransemen,
transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional; kompilasi
Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program
Komputer maupun media lainnya;Kompilasi ekspresi budaya tradisional
selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli; Permainan video;
dan Program Komputer.

Hasil karya yang tidak dilindungi hak cipta meliputi: (Pasal 41 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta)

Hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata;


Setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau data walaupun telah diungkapkan, dinya
Alat, benda, atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan masalah teknis atau yang bentuknya
Hal-hal yang tidak termasuk hak cipta adalah hasil rapat terbuka lembaga negara, peraturan perundang-und
Tahun 2014 tentang Hak Cipta). Hal-hal yang tidak dapat didaftarkan

sebagai ciptaan adalah: Ciptaan di luar bidang ilmu pengetahuan, seni, dan
satra , Ciptaan yang tidak orisinil, Ciptaan yang bersifat abstrak, Ciptaan
yang sudah merupakan milik umum, Ciptaan yang tidak sesuai dengan
ketentuan pada Undang-Undang Hak Cipta.
3. Mekanisme Pencatatan Hak Cipta

Secara praktik untuk menghindari berbagai macam masalah hukum


seperti sengketa maka ada baiknya seorang pencipta mendaftarkan karya
ciptaanya. Pendaftaran hak cipta yang kini telah diubah istilahnya menjadi
1

Pencatatan, dapat dilakukan melalui beberapa alternatif, yaitu : Secara


langsung kepada Direktorat Hak Cipta dan Desain Industri, Direktorat
Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM di Jl. H.R.
Rasuna Said Kav. 8-9, Jakarta Selatan 12940, melalui Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia di seluruh Indonesia
dan melalui konsultan hak kekayaan intelektual.
Pencatatan dapat dilakukan dengan melalui permohonan. Menurut

diterimanya permohonan..
Pasal 67 UUHC Dalam halBerikut ini adalah
Permohonan persyaratan
diajukan pencatatan
oleh beberapa hak
orang
cipta fotografi
yang secara perorangan yang
bersama-sama yanghakdilakukan
atas suatu secara
ciptaan langsung kepada
atau produk hak
Direktorat Hak Ciptadilampiri
terkait.permohonan dan Desain Industri.
keterangan Direktorat
tertulis Jendral Kekayaan
yang membuktikan hak
Intelektual,
tersebut danKementrian Hukum
badan hukum, dan HAM:dilampiri
permohonan mengisi salinan
formulirresmi
pencatatan
akta
lalu melampirkan
pendirian contoh
badan hukum ciptaan
yang berupa selembar
telah disahkan fotoberwenang.
oleh pejabat atau beberapa
lembar foto yangbagaimana
Berikut akan didaftarkan hakpendaftaran
tata cara ciptanya, selanjutnya
hak cipta melampirkan
berdasarkan
dokumen pendukung
Pasal 66 UUHC seperti ciptaan
yaitu Pencatatan identitas pemohon
dan produk dandiajukan
hak terkait bukti
kewarganegaraan, suratsecara
dengan permohonan kuasa tertulis
khusus dalam
apabilabahasa
melalui kuasa, oleh
indonesia surat
Pencipta, Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait, atau Kuasanya
kepada Menteri. Permohonan sebagaimana dimaksud dilakukan secara
elektronik dan/atau non elektronik dengan menyertakan contoh ciptaan,
produk hak terkait, atau penggantinya melampirkan surat pernyataan
kepemilikan Ciptaan dan Hak Terkait dan membayar biaya. hal
pemeriksaaan dalam pendaftaran hak cipta dilakukan oleh menteri.
Keputusan menerima atau menolak permohonan wajib diberikan
dalam 27 waktu paling lama 9 (sembilan) bulan terhitung sejak tanggal
1

pernyataan kepemilikan hak cipta setelah itu, membayar biaya pendaftaran


sebesar Rp. 300.000,- (Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun
2014 tentang Jenis dan Tarif atas Hebus Penerimaan Negara Bukan Pajak
Yang Berlaku Pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia). 4Berikut
skema proses pendaftaran hak cipta:

DIBERITAHUKAN
PENDAFTARAN PERMOHONAN
KEPADA PEMOHON
APABILA ADA
PEMERIKSAAN FORMALITAS
DALAM WAKTU 3
BULAN TIDAK
PEMERIKSAAN SUBSTANTIF

DITOLAK
DIDAFTAR

PENGUMUMAN DALAM TAMBAHAN BERITA


DAFTAR NEGARA
UMUM CIPTAAN DAPAT
MENGAJUKAN KEBERATAN KE PN

4. Penghapusan Pencatatan Ciptaan Hak Cipta

Hapusnya Kekuatan hukum pencatatan Ciptaan dan produk Hak


Terkait dapat dibatalkan karena Permintaan orang atau badan hukum yang
namanya tercatat sebagai pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak
terkait dan lampaunya waktu sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1)
dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, pelindungan Hak Cipta berlaku selama
waktu yang ditentukan oleh undang-undang Hak Cipta yang terdapat dalam pasal
59-61. Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

4
Departemen Kehakiman R.I Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten dan Merek, Buku
Panduan di Bidang Hak Cipta, (Jakarta: Pengayoman, Maret 1993), h.17
1

mengenai pembatalan pencatatan ciptaan atau produk hak terkait.


Melanggar norma agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan dan
keamanan negara, atau peraturan perundang-undangan yang
penghapusannya dilakukan oleh Menteri. Penghapusan pencatatan ciptaan
atas permintaan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai
Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait dikenai biaya

5. transformasi
Jangka WaktuatauHak
modifikasi
Cipta ekspresi budaya tradisional; kompilasi Ciptaan
atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer
Pemberlakuan perlindungan hukum hak cipta pada
atau media lainnya; dan kompilasi ekspresi budaya tradisional selama
pelaksanaannya memiliki jangka waktu perlindungannya. Masa
kompilasi tersebut merupakan karya yang asli, Berlaku selama 50 (lima
perlindungan ini diberikan untuk memberikan kepastian hukum sampai
puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman. Perlindungan Hak
kapan suatu ciptaan atau karya intelektual tersebut dapat dijamin
Cipta atas ciptaan berupa karya seni terapan berlaku selama 25 (dua puluh
perlindungannya dan dapat ditindak atas pelanggaran yang dilakukan
lima) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.
terhadap ciptaan tersebut. Menarik untuk diketahui bahwa hak moral ini
melekat abadi atau tak ada batasan waktu yang diatur.

Satu hal lagi, hak moral tak bisa dialihkan kepada orang lain.
Sedangkan untuk Hak Ekonomi khususnya bagi karya cipta fotografi,
sudah diatur dalam Pasal 59 ayat (1) UU No. 28 Tahun 2014 Pelindungan
Hak Cipta atas Ciptaan Karya fotografi; Potret; karya sinematografi;
permainan video; Program Komputer; perwajahan karya tulis; terjemahan,
tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan
1

6. Penyelesaian Sengketa Hak Cipta Melalui Litigasi

Terkadang dalam proses interaksi tersebut yang tidak selamanya


berjalan “mulus” akhirnya menimbulkan gesekan-gesekan masalah antara
pihak-pihak yang berkepentingan. Umumnya hak cipta dilanggar jika materi
hak cipta tersebut digunakan tanpa izin dari pencipta yang mempunyai hak
eksklusif atas ciptaannya. Media penyelesaian masalah dalam bidang
kekayaan intelektual, biasanya dapat ditempuh dengan melalui dua jalan,

yaitu melalui jalur pengadilan dan ADR (Alternative Dispute Resolution).


Jalur pengadilan biasanya digunakan untuk menyelesaikan sengketa HKI
yang bersifat terbuka dan tidak mengandung unsur rahasia, misalnya Hak
Cipta, Merek, dan lain-lain, sedangkan ADR digunakan untuk
menyelesaikan sengketa terhadap aspek kekayaan intelektual yang
mempunyai unsur rahasia, misalnya Paten dan Rahasia Dagang. Berikut
Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi (Di Pengadilan). Berikut ini
mekanisme penyelesaian bagi pencipta yang ingin mempertahankan
haknya:5

a. Gugatan Perdata

Mekanisme ini diatur di dalam Pasal 100 UUHC. Pemegang


hak cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada pengadilan
niaga atas pelanggaran hak ciptaannya dan meminta penyitaan
terhadap benda yang diumumkan atau hasil perbanyakan ciptaan
itu. Pemegang hak
memerintahkan penyerahan seluruh atau pameran karya, yang
merupakan hasil pelanggaran hak cipta sebelum menjatuhkan putusan
akhir dan untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang
haknya dilanggar. Hakim dapat memerintahkan pelanggar untuk
menghentikan kegiatan pengumuman dan/atau perbanyak ciptaan atau

5
Abdul Atsar, Mengenal Lebih Dekat Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Yogyakarta:
Deepublish, 2018), h. 42.
1

barang yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta. Untuk


penyelesaian sengketa melalui Pengadilan, tata cara gugatan telah diatur
dalam pada Pasal 100-101 Undang-Undang Hak Cipta 2014 sebagai
berikut.6
Gugatan atas pelanggaran Hak Cipta diajukan kepada ketua
Pengadilan Niaga. Gugatan yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dicatat oleh panitera Pengadilan Niaga dalam register perkara
pengadilan pada tanggal gugatan tersebut didaftarkan, lalu Panitera Pengadilan Niaga memberikan tanda te
putusan diucapkan.

b. Tuntutan Pidana.
Ketentuan pidana pelanggaran hak cipta diatur di dalam Pasal
112-118 UUHC. Pengajuan gugatan perdata tetap bisa dilakukan
bersama tuntutan pidana. Proses perdata tidak menggugurkan hak
negara untuk melakukan tuntutan pidanas ebelum dilakukan upaya
pidana, UUHC yang baru mengaharuskan dilakukan upaya mediasi

6
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5cd500ea71f99/mekanisme-
penyelesaian-sengketa-kekayaan-intelektual diakses pada tanggal 29 Oktober 2019.
2

terlebih dahulu sebelum tuntutan pidana dilakukan (Pasal 95 ayat 4


Undang-Undang No. 28 Tahun 2014). Berikut contoh ketentuan Pidana
pada Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta.
Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak
ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk
penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (Satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (Seratus juta rupiah). Setiap o
(Sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp.4.000.000.000,00 (Empat miliar rupiah). Di samping sanksi-sanksi


yang telah disebutkan di atas yang telah diubah, perubahan lain yang
dibilang mendasar, adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 120 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini
merupakan delik aduan. Itu artinya tidak dapat ditutut kecuali atas
pengaduan dari pemegang Hak Cipta.
2

7. Penyelesaian Sengketa Melalui Non Litigasi


Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para
pihak melalui alternatif penyelesaian sengketa yang didasarkan pada itikad
baik dengan mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan
Negeri. Pasal 95 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta, mengatur bahwa penyelesaian sengketa Hak Cipta dapat
dilakukan melalui alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase dan
penyelesaian alternatif lainnya. Berikut jenis-jenis penyelesaian sengketa non litigasi:
Negoisasi
Negosiasi sebagai sarana bagi para pihak yang bersengketa untuk penyelesaiannya tanpa keterlibatan pihak
Mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa antara para pihak yang dilakukan dengan bantuan pihak ketig
mediator.

c. Konsiliasi
Konsiliasi pada praktiknya hampir sama dengan mediasi, yang
membedakan adalah kewenangan dari pihak ketiga yang menengahi
sengketa tersebut. Pihak ketiga tersebut adalah Konsiliator. Pada mediasi,
pihak ketiga yang menengahi sengketa tidak memiliki kewenangan untuk
memaksa para pihak mematuhi keputusan yang diambil. Sedangkan,

7
Muryati, Dewi Tuti, and B. Rini Heryanti. “Pengaturan dan Mekanisme Penyelesaian
Sengketa Nonlitigasi di Bidang Perdagangan.” Jurnal Dinamika Sosbud 3, No. 1 2011, h.56
2

pada konsiliasi, pihak ketiga yang menengahi sengketa tersebut memiliki


kewenangan untuk memaksa para pihak untuk mematuhi keputusan yang
diambil.8
d. Arbitrase
Arbitrase diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Berdasarkan Pasal 1
angka (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perda
bersengketa.

B. Kerangka Teori

1. Teori Perlindungan Hukum


Dalam hal hak cipta peneliti mengaitkannya dengan teori perlindungan hukum karena dengan adan
hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu

kententuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh


masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat
tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota
masyarakat dan antar perseorangan dengan pemerintah yang dianggap
mewakili kepentingan masyarakat.9

8
Munir Fuady, Arbitrase Nasional Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, Bandung, PT
Citra Aditya Bakti, 2000, h. 47-48.
9
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Adtya Bakti, 2000), h. 53
2

Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan hukum adalah


memberikan pengayoman terhadap hak asasi (HAM) yang dirugikan orang
lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat
menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum10. Selanjutnya
dikemukakan pula bahwa salah satu sifat sekaligus merupakan tujuan dari
hukum adalah memberikan perlindungan (pengayoman) kepada
masyarakat. Oleh karena itu perlindungan hukum terhadap masyarakat
tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum.

C. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu


Sebagai pertimbangan dalam penelitian ini, peneliti akan menyertakan beberapa skripsi hasil penel
1. Skripsi yang ditulis oleh Rifai Al Arif mahasiswa Fakultas Syari‟ah dan Hukum Unversitas Islam
tinjauan hukum pada karya fotografi di media internet.11

2. Skripsi yang ditulis Mulyadi mahasiswa Fakultas Syari‟ah dan Hukum,


Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, 2015. Skripsi

ini menjelaskan mengenai bagaimana perlindungan hukum fotografi terkait


pelanggaran hak cipta melalui Internet. Persamaan dengan peniliti ialah
obyek nya yaitu membahas pelanggaran hak cipta. Terdapat perbedaan
mengenai studi kasus. Dalam skripsi di atas, disebutkan tinjauan hukum

10
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, ... h. 69

Rifai Al Arif, ” Perlindungan Hukum Atas Karya Cipta Forografi Oleh Kementrian
11

Hukum Dan Hak Asasi Manusia Di Daerah Istimewa Yogyakarta “ (Skripsi S-1 Fakultas Syari‟ah
dan Hukum, Unversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016)
2

islam mengenai kedudukan hak cipta, sedangkan penelitian peneliti


berfokus pada pelanggaran fotografi di media internet. 12

3. Jurnal Hukum Adigama


Anton Bayu Samudra dalam sebuah jurnal yang diterbitkan oleh
Universitas Indonesia, 2012 yang berjudul “Perlindungan Karya Seni
Fotografi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta”. Penjelasannya fokus kepada, yang menjadi pembeda jurnal ini memba
berlaku. Persamaan peneliti terdahulu dengan sekarang yaitu objek yang

13
dibahassama-samatentang fotografi.

12
Mulyadi, Perlindungan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Melalui Internet
(Studi Komparatif Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Dan Hukum Islam),
(Skripsi S-1 Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Unversitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda
Aceh, 2015)

Anton Bayu Samudra, Perlindungan Karya Seni Fotografi Berdasarkan Undang-


13

Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.
BAB III

ASPEK FOTOGRAFI DAN MEDIA MASSA PADA HAK CIPTA

A. Jenis-jenis Karya Fotografi

1. Fotografi Komersial dan Fotografi Non Komersial


Fotografi Komersial merupakan foto yang mempunyai nilai jual
dan fotografi yang dibuat berdasarkan tujuan komersil seperti iklan produk, poster, dan lain lain yang akan
Suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang bak pribadi atau Badan yang bertujuan untuk mendaparkan suatu
sedikit dan eksklusif karena harga yang ditawarkan memang cukup tinggi.

Tingginya harga yang ditawarkan biasanya karena pemain di kelas ini


telah memiliki reputasi baik yang cukup lama, dan memiliki diferensiasi
teknik atau produk (dalam bentuk hasil foto ataupun jasa) yang sulit
disaingi para pemain lain. Harga yang ditawarkan di kelas ini berkisar di
atas 50 juta rupiah. Bahkan saat ini ada yang menawarkan harga paket
fotografi perkawinan hingga ratusan juta rupiah. (2) mid volume mid price,
1
“ Commercial Photography: Jenis Dari Fotografi Komersial “, diakses dari
https://www.soocaphoto.com/ccommercial-photography-jenis-dari-fotografi-komersial/ pada
tanggal 28 Juli pukul 11.08.

25
2

pemainnya relatif lebih banyak daripada pasar low volume high price,
namun tidak sebanyak high volume low price. Harga menengah ini
dikarenakan reputasi yangdimiliki bisnis fotografi tersebut belum lama
atau diferensiasi produknya tidak terlalu unik. Harga yang ditawarkan pada
pasar menengah ini berkisar antara belasan hingga puluhan juta rupiah dan
(3) high volume low price, pemain pada pasar high volume low price
biasanya diisi para pemain baru dan pemain lama yang memang menyasar

sempurna karena
pada pasar yangjumlah
besar.pemain dan jugabaru
Para pemain permintaannya sangat
ini biasanya banyak.2
didominasi
Fotografi
fotografer yang non komersial
mulai beralihadalah
dari sesuatu jasaamatir
fotografi fotografi
ke yang tidak
fotografi
berorientasi
profesional. profit atauyang
Fotografi samatadinya
sekali hanya
tidak sebagai
berfokushobi
padakemudian
mencari
keuntungan.Suatu kegiatan
dikembangkan menjadi yang penghasilan.
sumber dilakukan oleh orang
Dalam baikini,
tahap pribadi atau
tentunya
badan yangmasih
fotografer tidak untuk
dalam mendapatkan suatu reputasinya.
usaha membangun keuntungan, Untuk
baik yang secara
itu, harga
langsung ataupunkepada
yang ditawarkan tidak konsumen
langsung. juga
Tidak semua
masih fotografi
rendah. berjenis
Sementara itu,
dari pemain lama di pasar ini, tidak banyak diferensiasi produk yang
2
Achmad Ghazali, Rencana Pengembangan FOTOGRAFI nasional 2015-2019, (Jakarta:
diberikan
PT. Republik kepada
Solusi, 2015), h. 79. konsumen. Perlu waktu lebih lama dalam
menghasilkan karya foto untuk menciptakan diferensiasi, sehingga demi
mendapatkan volume pasar yang besar, diferensiasi produk tidak
dijadikan prioritas dalam bisnis.
Ketiga jenis bisnis fotografi tersebut dapat secara gamblang
memperlihatkan struktur pasar di dalam ruang lingkup fotografi
komersial. Terlihat bahwa semakin rendah volumenya, maka semakin
rendah pula persaingannya. Strategi bisnis tersebut dapat dilakukan
bidang fotografi mana pun seperti jasa fotografi perkawinan, fotografi
2

komersial, banyak kegunaan fotografi non komersial contohnya


mengabadikan momen dengan kamera handphone untuk disimpan atau
untuk foto pribadi yang bisa dilakukan sebagai hobi. Banyak orang yang
mengabadikan momen untuk dimasukkan di media sosial untuk
menunjukkan suatu visual kepada khalayak umum.
Dalam fotografi juga berfungsi sebagai alat komunikasi visual
dimana oleh orang-orang dapat digunakan sebagai bahan publisitas yang
bermanfaat. Fotografi juga dapat menciptakan dan memvisualkan secara jelas buah pikiran karena dapat m
2. Perbedaan Potret dan Fotografi
Potret adalah sebuah lukisan, foto, patung, atau representasi seni dari seseorang, yang mana wajah atau eks
Potret terdiri dari environmental portrait dan close-up/headshot.
Environmental portrait yaitu potret yang merekam lingkungan hidup

subjek, sedangkan close-up/ headshot adalah potret yang hanya wajah saja.
Selain itu terkait subjek yang ada dalam potret juga terdiri dari potret yang
lebih dari satu orang dan potret diri.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta Pasal 1 ayat 10 Potret adalah karya fotografi dengan objek manusia,
hal ini menandakan bahwa definisi potret menurut Undang-Undang Hak
Cipta merupakan karya fotografi dengan subjek didalamnya berupa wajah
manusia. Oleh karena itu, apabila foto atau potret milik kita, yang
2

digunakan oleh orang lain tanpa seizin pemilik, sehingga membawa


manfaat ekonomi bagi orang lain, dapat diartikan orang tersebut telah
merugikan kita sebagai pemegang hak eksklusif pencipta atau pemegang
hak cipta, hal ini sesuai dengan Pasal 12 UU Hak Cipta yang berbunyi:
(1) Setiap Orang dilarang melakukan Penggunaan Secara Komersial,
Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian, dan/atau Komunikasi
atas Potret yang dibuatnya guna kepentingan reklame atau
periklanan secara komersial tanpa persetujuan tertulis dari orang yang dipotret atau ahli warisnya.
(2) Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian, dan/atau Komunikasi Pot
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa karya fotograf
Karya fotografi merupakan salah satu ciptaan yang dilindungi menurut Pasal 40 ayat (1) huruf k Undang-U
tentang Hak Cipta (“UU Hak Cipta”). Yang dimaksud dengan "karya

fotografi" sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur


keindahan atau intisari dari kreativitas meliputi semua foto yang dihasilkan
dengan menggunakan kamera. Perlindungannya berlaku selama 50 (lima
puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.3 Definisi

3
Risa Amrikasari “ Pembubuhan Watermark dalam Karya Fotografi sebagai Identitas
Pencipta “, diakses dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt58d1ab9b36fbe/pembubuhan-iwatermark-i-
dalam-karya-fotografi-sebagai-identitas-penciptaada tanggal 29 Juli pukul 12.05.
2

fotografi dari kamus Merriam-Webster versi online adalah fotografi dapat


diartikan sebagai suatu seni atau proses menghasilkan gambar melalui
energi radiasi dan terutama cahaya pada permukaan yang sensitif (sensor
optik).4 Atau dengan kata lain karya fotografi merupakan semua foto yang
dihasilkan dengan menggunakan kamera. Dalam fotografi terdapat tujuan
dan hakekat yaitu adalah komunikasi. Suatu karya fotografi dapat disebut
memiliki nilai komunikasi ketika dalam penampilan subjeknya digunakan

sebagai medium pemyampaian pesan atau merupakan ide yang


terekspresikan kepada pemirsanya sehingga terjalin suatu kontak
pemahaman makna.5

Fotografi sebagai medium salah satu contohnya adalah sebagai


media informasi dan media berkespresi. Fotografi sebagai media
informasi maka memiliki hubungan dengan dunia jurnalistik, karena
media informasi saat sekarang ini selalu menyertakan foto dalam setiap
pemberitaannya, diantaranya seperti surat kabar atau koran. Karya
fotografi dalam dunia jurnalistik memiliki nilai tersendiri, yaitu sebagai
daya tarik bagi para pembaca sebelum membaca berita, maka sifatnya
dalam sebuah berita fotografi adalah sebagai penunjang. Melalui
fotografi juga mampu memberikan informasi secara singkat pada
pembaca, hanya melalui sebuah foto maka para pembaca mengerti
maksud informasi yang hendak disampaikan tanpa perlu menggunakan
banyak kalimat untuk menjelaskan.
Fotografi sebagai media berekspresi lebih erat kaitannya dengan
dunia seni. Menurut sumardjo yang menuliskan bahwa penciptaan karya
seni memang merupakan kerja pengungkapan diri, ekspresi diri, dalam
suatu wujud benda seni. Dari definisi di atas, maka seni dalam

4
https://www.merriam-webster.com/dictionary/photography, diakses pada hari Selasa 29
Oktober 2019 pukul 4.24 WIB.
5
Soeprapto Soedjono, “Tinjauan Yuridis Perbanyakan Potret Tanpa Seizin Pihak yang
Dipotret”, Universitas Trisakti, Jakarta, 2007, h. 13.
3

penciptaannya adalah suatu media bagi seseorang untuk mengungkapkan/


berekspresi.
Apabila potret terdiri dari environmental portrait dan close-up/
headshot, serta potret yang lebih dari satu orang dan potret diri, fotografi
terdiri dari beberapa jenis diantaranya yaitu6:
a. Journalism Photography
Fotografi jurnalisme merupakan sprsialisasi khusus untuk mencari dan
menampilkan foto-foto yang bernilai berita.
Wedding Photography
Wedding photography merupakan spesialisasi dari fotografi yang mengkhususkan diri pada m
Architectular Photography
Architectular photography merupakan spesialisasi di bidang pemotretan bangunan, baik ekste
Scientific Photography

Scientific photography merupakanspesialisasifotografiuntuk


keperluan penelitian
ilmiah.. Jenis fotografi ini diperlukan misalnya pada
mikrobiologi yang membutuhkan fotografi mikroskopik

untuk memotret jasad renik yang terlihat melalui mikroskop.


e. Aerial Photography
Aerial photography merupakan spesialisasi pemotretan udara, banyak

digunakan untuk survey, pemetaan, penggunaan tata ruang maupun


pertanian. Disini juga mampu memperlihatkan keindahan serta luasnya
area.
f. Astro Photography
Astro photography merupakan spesialisasi khusus memotret benda-
benda luar angkasa atau yang berhubungan dengan astronomi. Fotografi

6
http://lensafotografi.com/ragam-jenis-fotografi-yang-perlu-diketahui-oleh-pemula/
diakses pada tanggal 29 Oktober 5.20 2019\
3

ini memerlukan perlengkapan khusus untuk dapat memotret benda-


benda astronomi. Biasanya unutk melakukan pekerjaan ini
menggunakan adapter dari kamera ke teleskop sehingga dapat
mengambil gambar luar angkasa dengan kamera.
g. Modeling Photography
Modeling photography merupakan spesialisasi memotret onjek manusia
yang menjadi model, pada umumnya digunakan untuk keperluan
majalah atau iklan. Selain itu modeling photography juga ada yang dilakukan khusus untuk memotret mode
Commercial Photography
Commercial photography banyak diperlukan untuk kepentingan periklanan, merupakan pemotretan khusus
Industrial Photography
Industrial photography merupakan spesialisasi lanjutan dari fotografi komersil yang mengkhususkan diri pa
Food Photography
Food photography merupakan spesialisasi lanjutan dari fotografi komersial. Food photography pada umu

untukiklan atau kepentingan display majalah dan buku-buku masak-


memasak.
k. Fashion Photography
Fashion photography masih lanjutan dari fotografi komersial. Fashion
photography berkonsentrasi pada bagaimana agar pakaian yang di
tampilkan dapat sebaik mungkin sesuai dengan konsep desainer busana
tersebut, pada umumnya fotografi ini digunakan untuk pembuatan
katalog, brosur atau majalah.
3

l. Glamour Photography
Glamour photography berusaha untuk memotret objek terlihat lebih
cantik dari aslinya.
m. Landscape Photography
Landscape photography merupakan salah satu cabang fotografi yang
objek utamanya adalah suatu pemandangan, biasanya digunakan untuk
kepentingan majalah atau iklan.
Macro Photography
Macro photography merupakan fotografi close-up atau jarak dekat, dengan objek utama adalah benda-bend
Panning Photography
Panning photography merupakan jenis fotografi yang objek utamanya adalah benda bergerak, misalnya mo
Night Shot Photography
Night shot photography merupakan jenis foto yang mengambil foto pada malam hari. Untuk jenis foto
Street Photography
Street photography merupakan jenis fotografi documenter yang menampilkan objek foto dalam situasi te

umum, seperti jalan, taman, pantai, mall, konvensi politik dan


pengaturan lainnya.
r. Chrono Photography
Chrono photography merupakan jenis fotografi yang menangkap
gerakan dari waktu ke waktu melalui serangkaian gambar diam, yang
biasanya digabungakan menjadi satu foto untuk analisis selanjutnya.
3

s. Fine Art Photography


Fine art photography merupakan jenis fotografi yang melakukan
pemotretan untuk memenuhi visi kreatif para seniman.
t. Forensic Photography
Forensic photography merupajan seni menghasilkan reproduksi yang
akurat dari TKP atau lokasi kecelakaan untuk kepentingan pengadilan
atau untuk membantu dalam penyelidikan dan juga merupakan bagian
dari proses pengumpulan bukti.
Dari penjelasan tersebut maka terdapat perbedaan antara potret dengan fotografi, meskipun apabila dilihat d
Perbedaan antara potret dengan fotografi adalah potret dapat diwujudkan dalam bentuk lukisan, foto, ataup
tersebut definisi potret maka dipersempit. Selain itu tujuan dari fotografi

adalah komunikasi, sebagai medium menyampaikan pesan sehingga


terjalin suatu kontak pemahaman makna. Berbeda dengan potret yang
memiliki tujuan untuk merekam kepribadian seseorang. Perbedaan yang
lainnya yaitu fotografi memiliki objek yang bermacam-macam yaitu bisa
berupa alam, benda, manusia, hewan dan tumbuhan, asalkan semua
gambar tersebut dihasilkan melalui media kamera. Hal tersebut kembali
pada definisi karya potret yang terdapat pada Penjelasan dalam Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang menyatakan
3

bahwa karya fotografi meliputi semua foto yang dihasilkan dengan


menggunakan kamera, dengan ini maka tidak ada pembatasan terkait
denga objek karya fotografi. Sedangkan objek potret hanya manusia,
seusai dengan ketentuan Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku yaitu
Pasal 1 angka 10 yang menyatakan bahwa potret adalah karya fotohrafi
dengan objek manusia. Dan jika ditelusuri, dalam Undang-Undang Hak
Cipta No 19 Tahun 2002 Potret belum ada didalam ciptaan yang
dilindungi hak cipta, namun di dalam Undang-Undang Hak Cipta Tahun
2014 Potret sudah dicantumkan.

B. Jenis-jenis Media Massa

Salah satu wujud nyata penting dalam melembagakan demokrasi adalah pers dan media massa
memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi. Berikut jenis-jenis

media massa:
1. Media Internet/ Cyber
Tanpa disadari, terciptanya internet telah menjadikan komoditas
artikel, berita dan informasi semakin memiliki nilai. Kecepatan dan
keakuratan telah menjadi faktor penentu komoditas di atas. Para
pembaca dapat memperoleh berita, khususnya kejadian-kejadian atau
pengetahuan populer yang sedang hangat dengan cepat. Media koran,

Nina Andriana, ” Media Siber Sebagai Alternatif Jembatan Komunikasi Antara Rakyat
7

Dan Pemimpinnya”, (Desember, 2013), h. 2.


3

tabloid atau majalah konvensional memiliki periodisasi waktu terbit.


Ada yang harian, mingguan, bulanan, atau bahkan semsteran. Di
internet, siklus terbit artikel atau berita elektronik sangat pendek,
bahkan hanya dalam hitungan menit. Hal demikian terjadi karena
internet menyediakan fasilitas untuk meng-update dan meng-upload
berita dengan mudah dan cepat. Dengan demikian, haya dalam hitungan
menit artikel atau berita dapat segera tersaji di layar kaca komputer para

pembaca. Siklus berita yang pendek dapat terjadi karena berita dapat
disajikan tanpa dicetak. Setiap penulis artikel dan peliput berita dapat
menyusun suatu naskah dan segera meng-uploadnya di halaman situs
yang telah tersedia.

Media siber memiliki karakter khusus sehingga memerlukan


pedoman agar pengelolaannya dapat dilaksanakan secara profesional,
memenuhi fungsi, hak, dan kewajibannya sesuai Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik.
Untuk itu Dewan Pers bersama organisasi pers, pengelola media siber,
dan masyarakat menyusun Pedoman Pemberitaan Media Siber.
Media Siber adalah segala bentuk media yang menggunakan
wahana internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta
memenuhi persyaratan Undang-Undang Pers dan Standar Perusahaan
Pers yang ditetapkan Dewan Pers Isi Buatan Pengguna (User
Generated Content) adalah segala isi yang dibuat dan atau
media siber, antara
dipublikasikan oleh lain, artikel, gambar, komentar, suara, video dan
pengguna
berbagai bentuk unggahan yang melekat pada media siber.8 Lebih
lanjut, internet pun memiliki sejumlah fasilitas bukan hanya untuk
penyajian berita berupa teks, melainkan juga gambar berupa foto
bahkan animasi video. Sementara itu, internet sebagai media jurnaistik
saat ini memang memiliki kekayaan fasilitas yang seakan tiada batas.
Bahkan kini, internet pun dapat dieksplorasi untuk menyajika karya-

8
Andi Muh. Fadli, “Penerapan Kode Etik Dewan Pers Di Media Siber” (Studi Kasus
Media Online Kabar Makassar)”, IV, (April, 2018), h. 165
3

karya jurnalistik yang lebih komunikatif. Tandanya adalah lahirnya


surat kabar elektronik (e-news) yang telah banyak mengubah pola orang
dalam mencacri berita dan informasi, sebutlah Kompas Cyber Media,
Femina Online, Detik.com, dan CyberNas (Bernas.co.id) merupakan
model jurnalistik modern. Media siber tidak serta merta sebagai media
yang lepas dari dunia nyata. Hubungan antar pengguna pada dasarnya
merupakan transformasi dari hubungan di dunia nyata. Alasan yang

kelima, etika berinternet diperlukan agar setiap pengguna ketika


berada di media siber memahami hak dan kewajibannya sebagai
warga dunia siber. Mengingat begitu pentingnya etika dalam media
siber
Melalui internet, redaksi dapat melengkapi tidak hanya gambar-
gambar dua dimensi seperti foto, melainkan dapat pula menyertakan
liputan video sebuah kejadian di lapangan. Dengan model seperti
demikian, tampaknya redaksi dapat menciptakan daya tarik yang unik
bagi para pembacanya. Konsep koran atau majalah konvensional,
kecuali dalam hal media penyajiannya. Kalau koran tradisional
menggunakan media kertas, maka koran elektronik menggunakan
layar monitor dan perangkat komputer9

2. Tinjauan Umum Tentang Media Non Internet/ Cetak


Media cetak merupakan media tertua yang ada dimuka bumi.
Media cetak berawal dari media yang disebut dengan Acta Diuna dan
Johanes Guttenberg
Acta Senatus menemukan
dikerajaan mesin
romawi, cetak hingga
kemudian kini pesat
berkembang sudah
beragam bentuknya, seperti surat kabar, tabloid, dan majalah. Media
cetak adalah segala barang cetak yang dipergunakan sebagai sarana
penyampaian pesan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya macam-
macam media cetak pada umumnya.10 Dalam konsep pengertian diatas,

9
Budi Sutedjo Dharma Oetomo, Ester Wibowo, Eddy Hartono & Samuel Prakoso,
Pengantar Teknologi Informasi Internet. Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007),
h.7
10
Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya , (Yogyakarta: Graha Ilmu 2010), cet pertama,
h. 228
3

media cetak (surat kabar dan majalah) memiliki kadar inovasi yang
lebih tinggi daripada buku cetak – penemuan (invensi) bentuk karya
tulis, sosial dan budaya yang baru – meskipun pada masa itu pandangan
yang muncul tidak demikian adanya. Kekhususan surat kabar, jika
dibandingkan dengan sarana komunikasi budaya lainnya, terletak pada
individualisme, orientasi pada kenyataan, kegunaan, sekularitas (nilai–
nilai), dan kecocokannya dengan tuntutan kebutuhan kelas sosial baru,
yakni kebutuhan para usahawan kota dan orang profesional.
Kualitas kebaruannya bukan terletak pada unsur teknologi atau cara distribusinya, melainkan pada fungsin
BAB IV
KETENTUAN PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI
DI MEDIA DARING

A. Pelanggaran Hak Cipta Karya Fotografi di Media Internet


Teknologi informasi dan komunikasi mengubah perilaku masyarakat
dan peradaban global. Di samping itu, perkembangannya menjadikan dunia
menjadi tanpa batas (borderless) dan perubahan sosial yang secara signifikan berlangsung demikian cepat1
Dapat dikategorikan sebagai sebuah pelanggaran hak cipta apabila perbuatan tersebut mengarah pada pelan
mengimpor dan mengekspor ciptaan, hak untuk mengadaptasi ciptaan, hak

menampilkan atau memamerkan ciptaan didepan umum, dan hak menjual


atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang lain.
Dalam jaringan intenet, banyak terdapat situs yang menyediakan
layanan penyimpanan data. Sejatinya situs-situs tersebut sebenarnya
ditujukan untuk menyimpan data- data pribadi seseorang, mempermudah
menyebarkan data, ataupun alternative penyimpanan data yang dapat diambil

1
Ahmad M. Ramli, Cyber Law dan HAKI, Dalam Sistem Hukum Indonesia, Refika
Aditama, Bandung, 2004, hlm. 1.

38
3

kapanpun dibutuhkan. Namun pada kenyatannya, fasilitas tersebut seringkali


digunakan sebagai media penyebaran data bermuatan Hak Cipta
didalamnya.Data yang bermuatan pelanggaran HakCipta di unggah melalui
situs-situs penyimpanan file tersebut, kemudian link untuk mengunduh file
tersebut disebarluaskan, baik melalui situs, media sosial, dan lain sebagainya.
Orang lain yang melihatnya, tinggal mengunduh secara gratis melalui link
yang telah disebarkan.
Saat ini, di internet banyak terdapat situs-situs yang tanpa hak hanya menjiplak tulisan orang lain. Situs-situ
Orang yang melakukan pelanggaran tersebut tidak menyadari perbuatannya atau menganggap yang dilakuk
oleh banyak orang untuk kebutuhan sehari-hari.Namun banyak dari program

tersebut digunakan secara illegal. Sejatinya program tersebut biasanya


berbayar sebagai bentuk hak ekonomi yang dimiliki programer yang
bertindak sebagai pencipta. Pada kenyaannya, banyak program tersebut di
retas oleh sebagian orang untuk dapat digunakan secara bebas dan gratis.
Teknologi internet yang menghubungkan antar satu komputer dengan
komputer lainnya diseluruh dunia dengan memiliki daya kemampuan lintas
batas negara dilewati secara mudah (bonderless world) telah melahirkan suatu
era baru yang dikenal dengan era digital. Era digital ini ditandai dengan
4

karakteristik berupa adanya kemudahan interaksi antar manusia di seluruh


dunia dengan memanfaatkan jaringan internet dan tanpa terhalangi dengan
wilayah geografis suatu negara dan aturan-aturan yang sifatnya teritorial.
Sejalan dengan itu juga, di era digital ini ditandai dengan karakteristik lainnya
berupa adanya kemudahan setiap orang untuk memperoleh informasi.
Informasipada era ini sangat mudah diperoleh, dipertukarkan, diakses dan
didistribusikan serta ditransmisikan kapan saja dan dimana saja. Tidak dapat
disangkal lagi, internet telah menjadi alat komunikasi terpopuler saat ini. Berbagai lapisan masyarakat, mul
Maraknya pemasangan website di internet baik untuk tujuan komersial maupun non komersial ternyata me
untuk memperoleh manfaat dari ciptaannya tersebut. Namun masalah dapat

timbul apabila pihak yang mengumumkan atau memperbanyak ciptaan


tersebut merupakan pihak yang sama sekali tidak berkepentingan.
Berbagai bentuk kejahatan terjadi melalui media internet yang dikenal
dengan cyber crime. Berikut adalah bentuk pelanggaran Hak Cipta yang
seringkali terjadi dalam jaringan internet. Banyak situs di internet yang
menyediakan berbagai data yang didalamnya terkandung pelanggaran Hak

2
Reyfel A. Rantung1, Hak Cipta Dalam Jaringan Internet Ditinjau Dari Undang-Udang
Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, Vol.II/No.1/Januari-Maret /2014, h. 105
4

Cipta. Situs-situs internet tersebut diantaranya memberikan fasilitas kepada


pengakses untuk mengunduh lagu, film, buku, foto, dokumen, dan
sebagainya. Bisanya pengguna dapat mengunduh secara gratis, namun ada
pula situs yang mewajibkan pengguna untuk melakukan registrasi terlebih
dahulu, bahkan terdapat pula situs yang mewajibkan pengguna untuk
membayar data yang hendak diunduh. Pihak pengelola situs sendiri
sebenarnya tidak memiliki hak untuk menyebarkan atau memperbanyak
ciptaan tersebut. Mereka memperolehnya dari sumber lain, atau memperbanyak sendiri dari produk aslinya
Begitu bebas dan cepatnya pertukaran informasi melalui media internet menimbulkan celah yang dapat dim
Hal tersebut dapat terjadi pula terhadap musik, buku, dan bentuk lainnya yang sebenarnya dilindungi dalam
pencipta dengan merenggut hak-haknya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh

berbagai pihak dalam rangka menegakan Hak Cipta dalam jaringan internet.
Penanggulangan terhadap pelanggaran Hak Cipta dalam jaringan internet
menjadi penting untuk ditegakan. Bukanhanya untuk mengurangi jumlah
pelanggaran yang semakin masif, tetapi juga untuk melindungi hak-hak dari
Pencipta itu sendiri
Adapun yang menjadi contoh pelanggaran hak cipta melalui situs di
internet misalnya kasus Aryono salah satu foto karyanya, dengan obyek
sineas Tino Saroengallo, dipakai oleh beberapa media online di Indonesia
4

tanpa seizinnya. mengirimkan somasi ke beberapa media yang telah memuat


fotonya secara tidak sah. Beberapa ada yang menanggapi dan mengaku salah,
tetapi ada pula yang tidak menggubris. Adapun delapan media yang memuat
fotonya tanpa izin, yakni Grid.id, Tribunnews.com, Detik com, Metronews
com, MataMata.com. Poliklitik, Kapanlagi.com, dan Merdeka.com.
Pelanggaran kedelapan media tersebut berbeda-beda. Mulai dari penerbltan
tanpa izin, (Detik.com, MetroTVNews.com, MataMata com), penghilangan
tandatangan Aryono dari foto (Grid.id), manipulasi foto menjadi hitam-putih dengan pangkasan (Kapanlag
Bahkan penggantian tandatangan Aryono dengan Grid.id dan TribunNews.com. Aryono lalu menulis sebua
Foto yang diambil oleh beberapa media online tersebut diunggah di

akun instagram milik pribadi Aryono yang terkunci. Hanya orang-orang yang
mengikutinya yang bisa melihat karya tersebut.Dalam foto tersebut Aryono
sudah menaruh watermark namun beberapa media ada yang mengapusnya
dan mengedit ulang. foto tersebut rencananya akan dibuat untuk cover buku
tentang Tino Saroengallo yang akan diterbitkan tepat pada 100 hari kematian
4

almarhum. Dan sebelumnya almarhum pernah berpesan agar foto nya hanya
diserahkan untuk Aryono3
Aryono lalu menulis sebuah status di Facebook menegur Grid.id,
media pertama yang ia dapati menerbitkan potret Tino, karyanya, sebagal
ilustraso berita kepergian Tino dan menyatakan akan mengirim tagihan.
Sementara hasil pembayarannya akan dlserahkan ke keluarga Tino,
mengingat keluarga Tino telah menghabiskan banyak uang untuk biaya
pengobatan.Teguran yang disampalkan pada Grid.id hanya ditanggapi dengan penurunan foto tersebut dan
Walau pun hak ekonomi dan hak moral atas karyanya telah dicederai, Aryono tidak berprasangka buruk ter
Pasal 28 Undang Undang Hak Cipta jelas mengatakan, setiap karya

cipta mengandung hak moral dan hak ekonomi bagi penciptanya. Hak moral
itu melekat, tidak bisa dihapuskan,seseorang atau badan hukum tidak bisa
begitu saja menggunakan karya orang lain tanpa seizin penciptanya. Apalagi
kemudian sengaja mengubah atau menghilangkan nama penciptanyan diganti
dengan nama orang lain. Dalam kasus ini terbukti bahwa masih banyak yang

3
Penyebab Kasus Pelanggaran Hak Cipta di Internet – Peraturan di Internet
https://www.kompasiana.com/mattbento/5b6c66bb5e13735e821ce682/belajar-dari-kasus-
pemakaian-foto-tanpa-ijin-karya-pencipta-lagu-burung-camar?page=all diakses pada 29 Oktober
2019 pada pukul 22:16 BBWI.
4

belum sadar betapa pentingnya hak cipta. kita perlu membangun kesadaran
pentingnya hak cipta, khususnya kepada media pers. Karena media pers harus
menjadi penjaga kebenaran. Berkenaan dengan akurasi dan kecepatan berita,
Kovach dan Rosenstiel menyatakan bahwa kewajiban pertama wartawan
adalah pada kebenaran. Prinsip pertama wartawan ini yaitu pengejaran akan
kebenaran yang tidak berat sebelah adalah yang paling membedakannya dari
semua bentuk komunikasi lain. Selanjutnya, Kovach dan Rosenstiel
menuturkan, demi mengejar kebenaran itu, intisari wartawan adalah disiplin verifikasi4.
Namun, Dewan Pers belum memiliki data yang pasti sampai proses verifikasi faktual selesai dilakukan di a
Oleh karena itu, seorang wartawan surat kabar harus memiliki skill atau keterampilan yang berlandaskan te
tidak berprasangka (praduga tak bersalah), sehingga informasi yang

disuguhkan tidak akan merugikan baik untuk institusinya maupun


personalnya.
Sebab bukan tidak mungkin karya foto di tempatnya bekerja juga akan
dipakai oleh orang lain tanpa izin. Kasus seperti yang dialami Aryono
sebenarnya sudah berulangkali terjadi. Bahkan pelanggaran seperti ini
seringkali dilakukan orang tanpa sadar. Banyak orang sembarangan

4
Bill Kovach dan Tom Rosenstiel., The Element of Journalism. ed., Stanley, Penerjemah;
Yusi A. Pareanom, (Jakarta; Institut Studi Arus Informasi, 2004), h. 39
4

mengutip, menjiplak tulisan orang tanpadi sertai sumber sehingga melanggar


hak moral pencipta. Orang yang melakukan pelanggaran tersebut tidak
menyadari perbuatannya atau menganggap yang dilakukannya adalah hal
sepele yang tidak ada konsekuensinya. Saat ini begitu banyak media online
yang ada di Indonesia, tetapi tidak memiliki tenaga dan modal yang cukup
untuk memenuhi kebutuhannya.
Akhirnya banyak media yang mengambil jalan pintas, mengambil foto

Internet :
milik orang lain yang ditemukan di google, lalu digunakannya. Beberapa
a.masih
Menyimpan Konten nama sumber foto, tetapi banyak yang tidak
menuliskan
Dalam satu contoh, seseorang
mempedulikannya.hak yang membuat
cipta harus dihormati,Video
tidakmengunggah data file
boleh digunakan
yang dibuatnya
sembarangan tanpadiizin
Internet denganDalam
penciptanya. peraturan pengunjung
hak cipta melekathanya dapat
hak moral
mengunakan
dan (menyaksikan)
hak ekonomi konten (Video)
dari penciptanya. tersebut
Meluasnya di websiteinternet
pemakaian penguggah
di
Videosektor
segala dan ketika pemilik
ternyata kontenkonsekuensi
membawa resmi mendapati andaDimenyimpan
tersendiri. samping
(Download)
manfaat besar file video
yang yang diunggahnya
diberikan maka jasa,
kepada pemakai dapat kehadiran
dikatakan media
bahwa
anda melanggar
internet kebijakan yang
juga memunculkan telah dibuat
masalah baru pengunggah
di bidang video.
Hak Kekayaan
Intelektual terutama Hak Cipta.
Dalam era digital saat ini, konsepsi Hak Cipta juga telah melebar,
sangat penting untuk membahas mengenai perlindungan Hak Cipta di
jaringan internet sebagai upaya untuk mengantisipasi dampak negative yang
ditimbulkan oleh internet. Salah satunya adalah dengan adanya media
digital. Kini banyak informasi yang dapat diubah bentuk kedalam media
digital. Saat ini banyak karya cipta juga bias diwujudkan kedalam
bentuk digital.
4

b. Membagikan Konten
Ketika anda mengunakan konten seseorang misal Teks dan Gambar di
artikel yang hanya diizinkan untuk digunakan sendiri baik dalam website
tersebut ataupun anda simpan atau tidak dibagikan (Publikasikan) kepada
orang lain maka anda masih mematuhi kebijakan pemilik konten tersebut.
Tetapi jika anda mengunakannya untuk diperlihatkan kepada orang lain
tanpa sepengetahuan pemilik konten, anda dapat dikasuskan karena tidak
mengikuti pedoman pengunaan konten seperti yang telah disetujui.
Mengedit atau Memodifikasi Konten
Contoh konten berupa aplikasi yang dilindungi kemurniannya tidak boleh dimodifikasi karena dalam kegia
Mempublikasikan atau Copy Paste konten (Reupload) Konten
Reupload yaitu menyalin dan mempublikasikan konten seseorang untuk kepentingan diri sendiri yang men
Belum meleknya media online terhadap hak cipta
Saat ini begitu banyak media online yang ada di Indonesia, tetapi tidak memiliki tenaga dan modal yang cu

Akhirnya banyak media yang mengambil jalan pintas, mengambil foto milik
orang lain yang ditemukan di google, lalu menggunakan karya kreatif orang
lain untuk konten komersial media online, termasuk pengecekan legalitas
penggunaan karya dari sumber penerbitan ulang.
Teknologi internet yang menghubungkan antar satu komputer dengan
komputer lainnya diseluruh dunia dengan memiliki daya kemampuan lintas

5
https://jagad.id/hal-yang-dapat-membuat-kasus-pelanggaran-hak-cipta-di-internet-
peraturan-di-internet/ diakses pada 29 Oktober 2019 pada pukul 23:11 BBWI
4

batas negara dilewati secara mudah (bonderless world) telah melahirkan suatu
era baru yang dikenal dengan era digital. Era digital ini ditandai dengan
karakteristik berupa adanya kemudahan interaksi antar manusia di seluruh
dunia dengan memanfaatkan jaringan internet dan tanpa terhalangi dengan
wilayah geografis suatu negara dan aturan-aturan yang sifatnya teritorial.
Sejalan dengan itu juga, di era digital ini ditandai dengan karakteristik lainnya
berupa adanya kemudahan setiap orang untuk memperoleh informasi.
Informasipada era ini sangat mudah diperoleh, dipertukarkan, diakses dan didistribusikan serta ditransmisik
Tidak dapat disangkal lagi, internet telah menjadi alat komunikasi terpopuler saat ini. Berbagai lapisan mas
Keberadaan jaringan internet sendiri sebenarnya memberikan keuntungan tersendiri juga bagi pencipta m
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya untuk memperoleh manfaat

dari ciptaannya tersebut. Namun masalah dapat timbul apabila pihak yang
mengumumkan atau memperbanyak ciptaan tersebut merupakan pihak yang
sama sekali tidak berkepentingan yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat merugikan Pencipta maka dari itu Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2014 tentang Hak cipta diperlukan untuk melindungi dari hal-hal yang
dapat merugikan pencipta.6 Hak cipta adalah wujud nyata penghargaan

6
Reyfel A. Rantung, “Hak Cipta Dalam Jaringan Internet Ditinjau Dari Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta”,Vol II, No.1, (Maret, 2014), h.107.
4

terhadap hasil karya yang dibuat oleh pencipta karya tersebut. Tindakan
pembajakan adalah bagian dari tindak kejahatan di dunia internet yang dalam
hal ini disebut dengan cybercrime, tindak pembajakan ini adalah
penggandaan hasil karya dengan tidak bertanggung jawab dan tentunya
hasilnya pun akan berbeda kualitasnya karena media yang digunakan
tentunya berbeda.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi salah

law), dan hukum


satu variabel mayantara.
dalam Dalam perspektif
Undang-Undang Cyber
tentang Hak Law,ini,pencipta
Cipta atau
mengingat
pemegang
teknologi hak cipta yaitu
informasi pihak yang melakukan
dan komunikasi di satu sisi up load (unggah)
memiliki dan atau
peran strategis
namanya dicantumkanHak
dalam pengembangan dalam
Cipta,ciptaan
tetapi diyang diunggah
sisi lain tersebut,
juga menjadi alat kecuali
untuk
dibuktikan
pelanggaranlain. Istilah-istilah
hukum tersebut
di bidang ini. lahir mengingat
Pengaturan kegiatansangat
yang proporsional yang
dilakukan
diperlukan,melalui jaringan
agar fungsi sistem
positif dapatkomputer dan sistem
dioptimalkan komunikasi
dan dampak baik
negatifnya
dalam lingkup lokal Perkembangan
dapat diminimalkan4. maupun globaldan
(Internet)
kemajuandengan memanfaatkan
Teknologi Informasi
teknologi informasi
yang demikian pesatberbasis sistem komputer
telah menyebabkan yangkegiatan
perubahan merupakan sistem
kehidupan
elektronik yang berbagai
manusia dalam dapat dilihat
bidangsecara virtual.langsung
yang secara Hal itu telah
berakibat terhadap
memengaruhi
lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru. Saat ini telah lahir suatu
rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum siber atau hukum
telematika.
Hukum siber atau Cyber Law, secara internasional digunakan untuk
istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi. Demikian pula, hukum telematika yang merupakan
perwujudan dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, dan
hukum informatika. Istilah lain yang juga digunakan adalah hukum
4

perlindungan karya cipta secara manual, sehingga dengan munculnya rezim


hukum baru yang berkaitan dengan perkembangan teknologi dan informasi
melalui internet (Cyber Law), perlu dikaji lebih cermat substansi UU No 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Karena pelanggaran hak cipta di media internet atau bisa disebut salah
satu cybercrime maka Undang-Undang I Undang-undang Informasi dan
Transaksi Elektronik atau Undang Undang nomor 11 tahun 2008 atau UU
ITE juga turut melindungi segala pelanggaran yang terjadi di media daring. UU ITE adalah UU yang meng
Berikut ini adalah pasal pasal dari UU ITE yang mengatur terkait Hak Kekayaan Intelektual, diantaranya :P
(1) Kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Perundangundangan, penggunaan setiap informasi melalui medi
didaftarkan sebagai karya intelektual, hak cipta, paten, merek, rahasia dagang,

desain industri, dan sejenisnya wajib dilindungi oleh Undang-Undang ini


dengan memperhatikan ketentuan Peraturan Perundangundangan. Pasal 26
Ayat (1) Dalam pemanfaatan Teknologi Informasi, perlindungan data pribadi
merupakan salah satu bagian dari hak pribadi (privacy rights).
Hak pribadi mengandung pengertian sebagai berikut: a. Hak pribadi
merupakan hak untuk menikmati kehidupan pribadi dan bebas dari segala
macam gangguan. b. Hak pribadi merupakan hak untuk dapat berkomunikasi
dengan Orang lain tanpa tindakan mematamatai. c. Hak pribadi merupakan
5

hak untuk mengawasi akses informasi tentang kehidupan pribadi dan data
seseorang. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Hak cipta dan
Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau Undang Undang
nomor 11 tahun 2008 diharapkan hadir untuk melindungi pelanggaran-
pelanggaran dan hak-hak para pencipta yang dimana sesuai dengan teori
perlindungan hukum menurut Fitzgerald, sebagaimana dikutip Satjipto
Raharjo perlindungan hukum yaitu memberikan pengayoman terhadap Hak
Asasi Manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat me
Penerapan perlindungan hukum pada aspek bisnis terutama merek juga harus tersentuh dengan teori perlind
Kasus seperti yang dialami Aryono sebenarnya sudah berulangkali terjadi. Saat ini begitu banyak media on
orang lain yang ditemukan di google, lalu digunakannya. Beberapa masih

menuliskan nama sumber foto, tetapi banyak yang tidak mempedulikannya.


Hal ini tidak sesuai dengan teori perlindungan hukum. Diperlukan kesadaran
hukum oleh masyarakat ataupun media online untuk menghargai Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang hak cipta yang melindungi hak-hak
pencipta dari pelanggaran hak asasi manusia.
Fitzgerald mengutip istilah teori perlindungan hukum dari Salmond
bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan beberapa
kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan,
5

perlindungan terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara


membatasi beberapa kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum adalah
mengurus hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas
tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan
dilindungi. Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan
hukum lahir dari suatu kententuan hukum dan segala peraturan hukum yang
diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan
masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota- anggota masyarakat d
Teori perlindungan hukum bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan
hak asasi manusia.

B.Ketentuan Hak Moral dan Hak Ekonomi Terkait Privasi Pencipta


Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Karya Fotografi

Privasi merupakan konsep abstrak yang mengandung banyak makna.


Penggambaran populer mengenai privasi antara lain adalah hak individu
untuk menentukan apakah dan sejauh mana seseorang bersedia membuka
dirinya kepada orang lain atau privasi adalah hak untuk tidak diganggu.
Privasi merujuk padanan dari Bahasa Inggris privacy adalah kemampuan satu

7
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Adtya Bakti, 2000), h. 53
5

atau sekelompok individu untuk mempertahankan kehidupan dan urusan


personalnya dari publik, atau untuk mengontrol arus informasi mengenai diri
mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa, privasi adalah tingkatan interaksi atau
keterbukaan yang dikehendaki oleh seseorang pada suatu kondisi atau situasi
tertentu, dimana situasi yang dirasa sebagai privat atau tidak yang
menentukan adalah subjektifitas dan kontrol (ruang interpersonal dan
territorial) dari seseorang tersebut. Namun privasi juga erat kaitannya dengan
kebebasan, karena di dunia modern ini semua informasi akan mudah didappatkan di era digital.
Kebebasan termasuk suatu yang bersifat asasi, yang umumnya para ahli memiliki konsepsi yang sama bahw
Penghargaan atas privasi dalam komunitas informastika yang mengglobal, amat sangat berbeda dalam sua

dalam kepentingan atas privasi data. Keperluan menjaga kerahasiaan data dan
informasi pribadi tampak menjadi prioritas untuk meletakkan kepercayaan
dalam jaringan interaksi komunikasi. Hak atas privasi pada dasarnya sudah
cukup lama dikenal dan diakui dalam rezim hukum baik internasional
ataupun nasional. Regulasi mengenai privasi dalam berbagai rejim hukum ini
pada dasarnya untuk melindungi priivasi dari seseorang terhadap invasi yang
tidak sah yang dapat dilakukan oleh Negara ataupun dari korporasi.
5

Regulasi mengenai privasi dalam rejim hukum hak asasi manusia


internasional diatur pertama kali pada Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia (DUHAM) pada Pasal 12 yang menyatakan
“No one shall be subjected to arbitrary interference with his privacy,
family, home or correspondence, nor to attacks upon his honour and
reputation. Everyone has the right to the protection of the law against such
interference or attacks.”
Pengaturan lebih mengikat dituangkan dalam Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik (Kovenan Sipol)
“1. No one shall be subjected to arbitrary or unlawful interference with his privacy, family, home or corresp
2. Everyone has the right to the protection of the law against such interference or attacks. “8
Perlindungan hak privasi dalam legislasi memungkinan setiap orang untuk mengontrol pengumpulan, akses
Karena itu aspek perlindungan privasi saat ini menghadapi tantangan
baru, khususnya dengan penggunaan dan penerapan teknologi. Teknologi

memungkinkan terjadinya pengumpulan dan penyebarluasan informasi dan


data pribadi termasuk informasi dan data pribadi yang sensitive. Dengan
centang perenang pengaturan privasi dalam kaitannya dengan akses terhadap
informasi membuat warga Negara dalam posisi yang rentan terhadap
serangan privasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan juga korporasi.

8
Anggara dkk, Menyeimbangkan Hak: Tantangan Perlindungan Privasi dan Menjamin
Akses Keterbukaan Informasi dan Data di Indonesia, (Jakarta: Institute for Criminal Justice
Reform, 2012), h.4
5

Untuk mengatasi persoalan tersebut, pemerintah berinisiatif untuk


menyusun Rancangan Undang – Undang Perlindungan Data dan Informasi
Pribadi (RUU PDIP). RUU PDIP ini disusun karena adanya kebutuhan untuk
melindungi hak-hak individual di dalam masyarakat sehubungan dengan
pengumpulan, pemrosesan, penyelenggaraan, penyebarluasan data pribadi.
Perlindungan yang memadai atas privasi menyangkut data dan pribadi akan
mampu memberikan kepercayaan masyarakat untuk menyediakan data dan
informasi pribadi guna berbagai kepentingan masyarakat yang lebih besar tanpa disalahgunakan atau melan
RUU ini terdiri dari 16 bab dengan 46 pasal diharapkan dapat menciptakan keseimbangan antara hak-hak i
Dalam melindungi privasi di dalam dunia digital diperlukan hukum perlindungan data pribadi. Hukum perl
Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik (PDPSE). Dalam

implementasinya, aturan‐aturan perlindungan data pribadi yang terkait


dengan penyelenggaraan sistem elektronik, termasuk di dalamnya komunikasi
dan informatika, kemudian dirumuskan dalam sejumlah Permenkominfo,
Permenkominfo yang terkait misalnya Permenkominfo Nomor 20 tahun 2016
tentang Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik (PDPSE), juga
Permenkominfo No. 21/2017 tentang Perubahan Kedua Atas Permenkominfo
Nomor 12 tahun 2016 Tentang Registrasi Pelanggan Jasa Telekomunikasi.
5

Perlindungan data pribadi menurut Permenkominfo PDPSE meliputi


perlindungan pada proses: perolehan dan pengumpulan; pengolahan dan
penganalisisan; penyimpanan; penampilan, pengumuman, pengiriman,
penyebarluasan, dan/atau pembukaan akses; dan pemusnahan data pribadi.9
Selain cakupan perlindungan data pribadi, yang meliputi semua aspek dan
tahapan pemrosesan data pribadi, dalam Permenkominfo juga diatur hak-hak
dari pemilik data pribadi (rights of subject data), kewajiban pengguna data
pribadi, serta kewajiban dari penyelenggara sistem elektronik dalam semua tahapan pemrosesan tersebut. M
Data center di wilayah Indonesia ini dimaksudkan sebagai fasilitas yang untuk menempatkan Sistem Elektr
Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik dilakukan pada proses:
perolehan dan pengumpulan;
pengolahan dan penganalisisan;
penyimpanan;
penampilan, pengumuman, pengiriman, penyebarluasan, dan/atau pembukaan akses; dan

e. pemusnahan.
Jika terjadi sengketa dalam pengelolaan data pribadi atau terjadi
kegagalan dalam perlindungan kerahasiaan data pribadi, Permenkominfo ini
membuka ruang pengaduan kepada menteri (Kominfo),untuk dilakukan
proses penyelesaian secara musyawarah atau alternatif penyelesaian sengketa
lainnya,atau jika kedua mekanisme tersebut tidak berhasil dapat
5

menggunakan mekanisme gugatan perdata di pengadilan yang sebagai mana


disebut dalam pasal 29-33 Permenkominfo PDPSE pasal 29:
(1) Setiap Pemilik Data Pribadi dan Penyelenggara Sistem Elektronik dapat
mengajukan pengaduan kepada menteri atas kegagalan perlindungan
kerahasiaan Data Pribadi.
(2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan sebagai
upaya penyelesaian sengketa secara musyawarah atau melalui upaya
penyelesaian alternatif lainnya.
Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan alasan:
tidak dilakukannya pemberitahuan secara tertulis atas kegagalan perlindungan rahasia Data Pribadi oleh Pe
telah terjadinya kerugian bagi Pemilik Data Pribadi atau Penyelenggara Sistem Elektronik lainnya yang ter
Menteri dapat berkoordinasi dengan pimpinan Instansi Pengawas dan Pengatur Sektor untuk menindaklanj
dimaksud pada ayat (1).

Dan dalam pasal 30 dijelaskan bahwa menteri mendelegasikan


kewenangan penyelesaian sengketa Data Pribadi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 kepada Direktur Jenderal, Direktur Jenderal dapat membentuk
panel penyelesaian sengketa Data Pribadi. Selanjutnya disebutkan dalam
pasal 31, Pengaduan dan penanganan pengaduan dilakukan berdasarkan tata
cara, sebagai berikut: pengaduan dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak pengadu mengetahui informasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 ayat (3) huruf a atau huruf b; pengaduan disampaikan secara tertulis
5

memuat: nama dan alamat pengadu; alasan atau dasar pengaduan; permintaan
penyelesaian masalah yang diadukan; dan tempat pengaduan, waktu
penyampaian pengaduan, dan tanda tangan pengadu. pengaduan harus
dilengkapi dengan bukti-bukti pendukung; pejabat/tim penyelesaian sengketa
data pribadi atas kegagalan perlindungan kerahasiaan data pribadi wajib
menanggapi pengaduan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak
pengaduan diterima yang paling sedikit memuat pengaduan lengkap atau
tidak lengkap.
Pengaduan yang tidak lengkap harus dilengkapi oleh pengadu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
Pejabat/lembaga penyelesaian sengketa data pribadi atas kegagalan perlindungan kerahasiaan data pribadi y
dapat atau tidak dapat diselesaikan secara musyawarah atau melalui upaya

penyelesaian alternatif lainnya.


Dalam upaya penyelesaian sengketa secara musyawarah atau melalui
upaya penyelesaian alternatif lainnya belum mampu menyelesaikan sengketa
atas kegagalan perlindungan kerahasiaan data pribadi, setiap pemilik data
pribadi dan penyelenggara sistem elektronik dapat mengajukan gugatan atas
terjadinya kegagalan perlindungan rahasia Data Pribadi. Gugatan
sebagaimana yang dimaksud hanya berupa gugatan perdata dan diajukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Jika dalam proses
5

penegakan hukum oleh aparat penegak hukum sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan yang berwenang harus melakukan penyitaan,
maka yang dapat disita hanya data pribadi yang terkait kasus hukum tanpa
harus menyita seluruh sistem elektroniknya.
Penyelenggara Sistem Elektronik yang menyediakan, menyimpan,
dan/atau mengelola Data Pribadi yang disita sebagaimana dimaksud dilarang
melakukan tindakan apa pun yang dapat mengakibatkan berubah atau
hilangnya Data Pribadi tersebut dan tetap wajib menjaga keamanan atau memberikan perlindungan rahasia
Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini dilaksanakan oleh Menteri dan/atau pimpinan inta
Setiap Orang yang memperoleh, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, men
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini atau peraturan perundang-undangan

lainnya dikenai sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan berupa: peringatan lisan; peringatan tertulis;
penghentian sementara kegiatan; dan/atau pengumuman di situs dalam
jaringan (website online). Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan sanksi
administratif sebagaimana yang dimaksud diatur dengan Peraturan Menteri.
Sanksi administratif diberikan oleh menteri atau pimpinan instansi pengawas
dan pengatur sektor terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pengenaan sanksi oleh pimpinan instansi pengawas dan pengatur
5

sektor terkait sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan setelah


berkoordinasi dengan Menteri.
Permenkominfo ini memberikan tenggat waktu (transisi) dua tahun
bagi penyelenggara sistem elektronik, untuk melakukan penyesuaian berbagai
kewajiban dalam perlindungan data pribadi. Akan tetapi dalam praktiknya,
setelah dua tahun berlakunya Permenkominfo, mayoritas penyelenggaraan
sistem elektronik di Indonesia belum sepenuhnya melakukan penyesuaikan
dengan seperangkat kewajiban perlindungan data pribadi yang diatur dalam Permenkominfo tersebut. Lagi
Perlindungan atas data dan informasi sesorang menyangkut soal-soal hak asasi manusia.Persoalan perlindu
Pada dasarnya seluruh tubuh seseorang adalah milik dari orang
tersebut juga. Oleh karena itu ia berkuasa penuh atas tubuhnya. Dengan tubuh itu, identifikasi diri seseor

pengecualian tertentu yang ditentukan oleh hukum. Dan dalam hak cipta juga
erat kaitannya dengan privasi, terutama dalam pengambilan potret seseorang
atau mengambil karya fotografi.
UU Hak Cipta menekankan bahwa potret diri seseorang tidak
diperkenankan disebarluaskan apabila untuk kepentingan komersial. Itulah
batasan hukumnya. Bahkan di ruang publik sekalipun juga terdapat hak cipta,

10
Privasi Online dan Keamanan Dat http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
palim0d249692cafull.pdf diakses pada tanggal 03 Oktober 2019.
6

misalnya terkait dengan karya arsitektur; seperti bangunan, gedung, atau


benda lain yang serupa dengannya yang dapat diklasifikasi sebagai karya
arsitektur yang dilindungi oleh undang-undangU.11 Pasal 50 UU Hak Cipta
sudah menentukan bahwa: "Setiap Orang dilarang melakukan Pengumuman,
Pendistribusian, atau Komunikasi Ciptaan yang bertentangan dengan moral,
agama, kesusilaan, ketertiban umum, atau pertahanan dan keamanan Negara"

Hak cipta bisa dibilang unik dan berbeda dari hak kekayaan
dalam bentuk foto hasil karya fotografi. Jika ada seseorang yang merasa
intelektual lainnya. Sebab hak cipta mempunyai hak moral yang tidak
terganggu di foto atau potret nya tidak mau disebarluaskan dan seorang
dimiliki Hak Kekayaan Intelektual lainnya. Contohnya, hal ini berbeda
pencipta tidak menuruti nya maka akan melanggar hak cipta tersebut. Selain
dengan hak milik industri yang untuk mendapatkan perlindungan atas hak
itu, ada juga batasan etik yang juga penting diperhatikan. Meskipun potret
eksklusifnya tersebut membutuhkan pendaftaran melalui prosedur yang
diri seseorang tersebut untuk kepentingan non komersial dan dilakukan di
telah ditentukan. Hak eksklusif yang diberikan oleh hukum merupakan
reward yang sesuai bagi para inventor mengingat pengorbanan yang harus
mereka
11
lakukan
Memotret di untuk
ruangmenghasilkan sebuahprivasi,
publik: antara ciptaan.hak
Dan cipta,
dalam hak
dan cipta
etika
https://beritagar.id/artikel/telatah/memotret-di-ruang-publik-antara-privasi-hak-cipta-dan-etika
Diaksesjuga erat03 kaitannya
tanggal Oktober 2019dengan privasi,
Pada Pukul terutama dalam pengambilan potret
20:38 BBWI
seseorang atau mengambil karya fotografi.Pasal tersebut menjelaskan
bahwa dalam mengambil foto pun harus yang sesuai dengan moral dan
ketertiban umum.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak


Cipta menyatakan bahwa karya fotografi merupakan semua foto yang
dihasilkan dengan menggunakan kamera. Apabila dalam penjelasan
sebelumnya dinyatakan bahwa potret dapat berupa lukisan, foto atau
6

ruang publik, sangat disarankan untuk meminta izin apabila memotret orang;
apalagi jika orang tersebut sangat jelas dapat teridentifikasi.
Apabila foto atau potret milik seseorang yang digunakan oleh orang
lain tanpa seizin pemilik, sehingga membawa manfaat ekonomi bagi orang
lain, dapat diartikan orang tersebut telah merugikan kita sebagai pemegang
hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta, hal ini sesuai dengan Pasal
12 UU Hak Cipta yang berbunyi:
Setiap Orang dilarang melakukan Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribu
Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian, dan/atau Komunikasi Potret s
Bahwa Pasal 12 UUHC yang ada saat ini hanya mengatur soal larangan penggunaan potret secara komersia
komersial tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta.

Dalam UUHC, penggunaan potret tanpa izin, selama bukan untuk


tujuan komersil, diperbolehkan tetapi jika foto tersebut digunakan tidak untuk
komersial tetapi untuk melecehan atau mencemarkan nama baik seseorang
akan dijerat dengan Pasal 27 UU ITE yang berbunyi “Setiap Orang dengan
sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama
baik”. Privasi perlindungan data pribadi di dalam media daring juga
6

dilindungi oleh Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 ITE. Perlindungan


data pribadi dalam sebuah sistem elektronik dalam UU ITE meliputi
perlindungan dari penggunaan tanpa izin, perlindungan oleh penyelenggara
sistem elektronik, dan perlindungan dari akses dan interferensi ilegal. Terkait
perlindungan data pribadi dari penggunaan tanpa izin, Pasal 26 UU ITE
mensyaratkan bahwa penggunaan setiap data pribadi dalam sebuah media
elektronik harus mendapat persetujuan pemilik data bersangkutan.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi


Setiap orang yang melanggar ketentuan ini dapat digugat atas
Elektronik Pasal 1 angka 4 UU ITE yaitu “Dokumen Elektronik adalah setiap
kerugian yang ditimbulkan. Pasal 26 UU ITE bahwa Penggunaan setiap
Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau
informasi melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi
disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau
seseorang harus dilakukan atas persetujuan orang yang bersangkutan dan
sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui
setiap orang yang dilanggar haknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,
dapat mengajukan gugatan atas kerugian yang ditimbulkan berdasarkan
undang- undang ini
12
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik
Dalam penjelasannya, Pasal 26 UU ITE menyatakan bahwa data
pribadi merupakan salah satu bagian dari hak pribadi seseorang. Sedangkan,
definisi data pribadi dapat dilihat dalam Pasal 1 PP PSTE12 yaitu data
perorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran serta
dilindungi kerahasiaan. foto yang diambil melalui kamera handphone dapat
dikatakan sebagai informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik apabila
masih berbentuk elektronik (jika belum dicetak) sebagaimana yang
terdapat
6

suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka,
Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat
dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.”.

Jika merujuk pada pasal 25 UUITE dinyatakan bahwa: “Informasi


elektronik dan/atau dokumen elektronik yang disusun menjadi karya
intelektual, situs internet dan karya intelektual yang ada didalamnya
dilindungi sebagai hak kekayaan intelektual berdasarkan ketentuan

perundang- undangan”. Mengacu pada ketentuan Pasal 26 ayat (1) UU ITE,


“setiap pemindahtanganan data pribadi seseorang harus terlebih dahulu
mendapatkan ijin dari pemilik data (larangan pemindahtanganan data
pribadi secara sewenang‐wenang)”.

Jadi pada dasarnya UU ITE telah menjamin bahwa berbagai


informasi eketronik atau konten elektronik yang berada di situs internet
diakui sebagai karya intelektual khususnya “karya cipta” yang dilindungi
oleh”hak cipta”, sesuai ketentuan yang berlaku. Jika ditelusuri ada suatu
kasus yang dialami oleh Aryono, seorang fotografer yang salah satu foto
karyanya, dengan obyek sineas Tino Saroengallo, dipakai oleh beberapa
media online di Indonesia tanpa seizinnya. Adapun delapan media yang
memuat fotonya tanpa izin, yakni Grid.id, Trlbunnews.com, Detik com,
Metronews com, MataMata.com. Poliklitik, Kapanlagi.com, dan
Merdeka.com. foto tersebut itu akan dibuat untuk cover buku tentang Tino
Saroengallo yang akan diterbitkan tepat pada

Dalam potretnya, Tino tersenyum lebar dan tampak bahagia.


Mengenakan jaket merah serta kacamata, ia tak memandang ke arah kamera
sehingga menghasilkan sebuah potret candid. Bagi Aryono, potret itu
mengadung sisi personal dan emosional bagi dirinya. Aryono
mengungkapkan foto tersebut akan digunakan di buku Tino, yang rencananya
akan dirilis pada Peringatan 100 Hari Tino Saroengallo.Foto itu sendiri sudah
diunggah di akun instagram milik Aryono yang terkunci. Hanya orang-orang
6

yang mengikutinya yang bisa melihat. Namun "pengaman" itu bukan


halangan bagi orang-orang yang ingin mengambil foto Aryono.

Disini terdapat pelanggaran hak moral dan hak ekonomi serta privasi.
Hak moral si Pencipta dilanggar karena fotonya telah diambilnya tanpa izin
Aryono sudah mencoba melindungi foto itu dengan mencantumkan
watermark tetapi beberapa media online masih merenggut hak moralnya.
sebagaimana termuat dalam Pasal 4 Undang-Undang Hak Cipta. Hak moral

merupakan hak yang bersifat asasi dan abadi, maksudnya adalah apabila
pemilikan atas hak cipta tersebut dipindahkan kepada pihak lain, maka hak
moral tetap tidak terpisahkan dari penciptanya.

Karena hak moral tidak dapat dialihkan selama pencipta masih


hidup, kecuali dengan adanya wasiat atau sebab lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan setelah pencipta. Pasal 5 ayat (1) UUHC,
menyatakan Hak moral memberikan hak kepada pencipta untuk:

a. Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan


sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum

b. Menggunakan nama aliasnya atau samarannya

c. Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat

d. Mengubah judul dan anak judul ciptaan

e. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi


ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan
diri atau reputasinya.

Dalam konfigurasi hukum, hak moral mencakup dua hal besar yaitu
hak paternity atau right of paternity dan right of integrity.13 Hak untuk
mencantumkan atau menyebutkan nama pencipta dalam ciptaannya dan hak
untuk menggunakan nama samaran dalam ciptaannya sebagaimana terdapat

13
Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011), h.
105
6

dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a dan b merupakan right of paternity. Sedangkan
right of integrity merupakan segala bentuk sikap dan perlakuan yang terkait
dengan integritas atau martabat pencipta, seperti yang termuat dalam Pasal 5
ayat (1) huruf e. Didalam Article 6bis Konvensi Bern menyatakan 3 substansi
hak moral yang meliputi:
a. The right to claim authorsip; yaitu hak untuk mendapatkan pengakuan
sebagai pencipta. Hal itu dilakukan antara lain dengan menyebutkan
atau mencantumkan nama pencipta dalam ciptaannya.

b. The right to object to any distortion, mutilation, or other modification of the work; yaitu
merusak atau merugikan reputasi dan kehormatan pencipta.

c. The right to object other derogatory action in relation to the said work ; yaitu hak pencipta u
Berdasarkan penjelasan tersebut bentuk-bentuk hak moral baik yang terdapat dalam Undang-U
maka pada dasarnya terdapat satu point yang sama dari penjelasan masing-

masing ketentuan tersebut, yaitu adalah hak moral mempertahankan hak


pencipta agar tidak terjadi perbuatan yang merugikan kehormatan atau
reputasi dan berlaku seumur hidup.

Selanjutnya ada hak lain yang dilanggar yaitu hak ekonomi, Fungsi
adanya hak ekonomi dalam hak cipta adalah memberikan keuntungan bagi
pencipta atau pemegang hak cipta atas karya yang mereka buat agar
menghasilkan keuntungan. dalam kasus Aryono beberapa Media Online
menggunakan foto karya Aryono untuk kepentingan komersil itu
6

menimbulkan hak ekonomi Aryono dilanggar. Menurut Undang-undang No


28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Hak ekonomi adalah :
Pasal 8 :
Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan.
Pasal 9 :
(1) Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

memiliki
Terkait hak ekonomi
jangka untuk
waktu, hakmelakukan:
ekonomi perlindungannya dibatasi dalam
a. penerbitan
waktu Ciptaan; pasal 59 Ayat (1) karya fotografi berlaku selama
tertentu, berdasarkan
b. Penggandaan
50 (lima Ciptaan
puluh) tahun dalam segala
sejak pertama bentuknya;
kali dilakukan Pengumuman berdasarkan
c. penerjemahan
Pasal Ciptaan;
8 dan 9 Undang-Undang Hak Cipta tersebut sudah jelas bahwa
d. pengadaptasian,
penggunaan pengaransemenan,
karya fotografi atauhak
melekat dengan pentransformasian Ciptaan;
ekonomi pencipta maka dari
e. Pendistribusian
itu penggunaan untukCiptaan atau salinannya;
mengambil manfaat ekonomi harus dengan izin dan
jikaf.tidak
pertunjukan Ciptaan;
izin akan melanggar ketentuan hak cipta. Disebutkan dalam pasal
g. Pengumuman
15 UUHC, Ciptaan;
tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta apabila disebutkan
h. Komunikasi Ciptaan; dan
i. penyewaan Ciptaan.
(2) Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta.
(3) Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
dilarang melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara
Komersial
6

sumbernya yang hanya digunakan untuk kepentingan pendidikan, penelitian,


penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, serta penulisan kritik serta
tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan wajar pencipta.
Perbanyakan ciptaan selain program komputer secara terbatas, pembuatan
salinan cadangan program komputer demi kepentingan sendiri serta
perubahan yang didasarkan pada pertimbangan pelaksanaan teknis atas karya
arsitektur juga diperbolehkan dalam undang-undang. Tujuan penggunaan

karya cipta tersebut dibenarkan dengan syarat harus disebutkan sumbernya.


Karya cipta yang digunakan untuk kepentingan pembelaan di dalam atau
luar pengadilan, perbanyakan guna keperluan tunanetra serta kepentingan
perpustakaan atau pusat dokumentasi bersifat non komersial, pertunjukan
atau pementasan non komersil juga dibenarkan oleh undang-undang sebagai
pembatasan. Unsur terpenting yang disyaratkan undang-undang pada Pasal
15 adalah pencantuman sumber pada penggunaan karya cipta bersifat non
komersil atau semata-mata untuk kepentingan pribadi serta penggunaan
karya cipta tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta.

Makna dari kepentingan yang wajar dari pencipta menurut penjelasan


Undang-Undang Hak Cipta adalah suatu kepentingan yang didasarkan pada
keseimbangan dalam menikmati manfaat ekonomi atas suatu ciptaan.
Menurut Brian A. Prasetyo, direktur Lembaga Kajian Hukum Teknologi
Universitas Indonesia, meskiun perbanyakan tidak dilakukan untuk mencari
keuntungan tetpai jika merugikan kepentingan ekonomi wajar pencipta
dapat
makadianggap melanggar hak cipta.

Tidak hanya penghargaan atas hak moral pencipta sebagai syarat


pembatasan tetapi undang-undang juga mengatur perlindungan akan hak
ekonomi pencipta ataupun pemegang hak cipta. Namun demikian, ukuran
kepentingan yang wajar ini tidak mudah untuk dipahami dan dimengerti
masyarakat. Telah dijabarkan bahwa seorang pencipta atau pemegang hak
cipta dapat tetap merasakan keseimbangan dalam menikmati manfaat
ekonomi ciptaanya. Sulit untuk dapat dipraktekkan karena belum adanya
6

standar ukuran keseimbangan dalam menikmati manfaat ekonomi. Pengadilan


tentunya yang akan mengambil peranan penting dalam suatu perkara dan
memberikan keseragaman paham mengenai standar ukuran keseimbangan
manfaat ekonomi tersebut.

UU Hak Cipta telah memberikan berbagai pengaturan sebagai bentuk


pelindungan terhadap hak ekonomi yang dimiliki oleh pemilik hak terkait.
Pengaturan yang komprehensif ini bertujuan untuk menjadikan UU Hak Cipta

sebagai hukum yang progresif yang mengantarkan kepada kehidupan yang


adil, sejahtera, dan bahagia bagi pemilik hak terkait melalui pemenuhan hak
ekonomi pemilik hak terkait. Pelindungan secara regulasi ini harus diikuti
dengan penegakan hukum secara konsisten oleh aparat penegak hukum
sesuai dengan ketentuan dalam UU Hak Cipta demi kepentingan pencipta,
pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab, diatas maka peneliti menarik beberapa
kesimpulan kesimpulkan yakni sebagai berikut:
1. Penyebab media daring masih melanggar hak cipta fotografi yaitu banyak
media daring yang masih menyepelekan hak cipta dan tidak memiliki modal yang cukup untu
legalitas penggunaan karya dari sumber penerbitan.

2. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menjelaskan bahwa pencip
komersial perlindungan ini berlaku selama 50 tahun.

B. Rekomendasi

1. Untuk media daring tetaplah junjung prosedur pengambilan foto yang benar
sesuai dengan etika jurnalistik. Dewan Pers perlu menyusun dan
memberlakukan secara ketat standart operating procedure (SOP) dalam
pemuatan foto yang bersumber dari pihak lain.

2. Perlu diadakan pemberitahuan secara masif dari Ditjen HKI terkait hak cipta
karya fotografi kepada masyarakat dan media online, karena masalah hak
cipta sangat rentan terjadi pelanggaran di masyarakat. Para pelaku ataupun

69
70

media online yang ingin menggunakan karya fotografi seseorang hendaknya


meminta izin dari pencipta ataupun ahli waris dari pencipta karya fotografi
dan jika karya tersebut digunakan untuk komersial, hak ekonomi dan hak
moral nya harus dibicarakan terdahulu dengan pencipta karya fotografi
sehingga nantinya dapat meminimalisir permasalahan yang berkemungkinan
akan timbul dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime),
Bandung: PT Refika Aditama, 2010.
Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Arifin. Metode Penelitian Hukum.
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuah Jakarta), 2010.

Atsar, Abdul. Mengenal Lebih Dekat Hukum Hak Kekayaan Intelektual.


Graha Ilmu, 2010
Yogyakarta: Deepublish, 2018.
Made, I Widnyana. “Alternatif Penyelesaian Sengketa & Arbitrase” PT. Fikahati
Aw, Suranto, Komunikasi
Aneska, 2014 Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu
M Ramli, Ahmad. Cyber Law dan HAKI, Dalam Sistem Hukum Indonesia.
2010 Damian, Eddy. Hukum Hak Cipta. Bandung: Alumni, 2009.
Refika Aditama, Bandung, 2004
Departemen
Nurul Kehakiman
Liza Anjani R.ISusolawati,
dan Etty Direktorat Jendral Hak Cipta,
Perlindungan Paten
Karya Senidan Merek
Fotografi
Buku Panduan
Berdasarkan di Bidang Hak Nomor
Undang-Undang Cipta, (Jakarta:
19 TahunPengayoman,
2002. Maret
1993.
Oetomo, Budi Sutedjo Dharma, dkk. Pengantar Teknologi Informasi Internet.
Fuady, Munir. Arbitrase
Konsep dan Nasional
Aplikasi. Alternatif
Yogyakarta: Graha Penyelesaian
Ilmu, 2007. Sengketa Bisnis.
Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2000.

Ghazali, Achmad. Rencana Pengembangan FOTOGRAFI nasional 2015-2019.


Jakarta: PT. Republik Solusi, 2015
Harjowidigdo, Rooseno. Mengenal Hak71Cipta Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1997.
Isnaini, Yusran. Hak Cipta dan Tantangannya DI Era Cyber Space. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2009.
Kovach, Bill, Tom Rosenstiel., The Element of Journalism. ed., Stanley,
Penerjemah; Yusi A. Pareanom, Jakarta: Institut Studi Arus Informasi.
2004.
7

Purba, Afrillyana. Gazalba Saleh dan Andriana Krisnawati, TRIPs-WTO dan


Hukum HKI Indonesia, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2006
Purwaningsih, Endang. 2005. Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights.
Bogor : Ghalia Indonesia.

Sjahputra, Iman. Menggali Keadilan Hukum, Bandung : P.T. Alumni, 2009.


Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen. , Hukum Perdata : Hukum Benda
,(Yogyakarta: Liberty. 1981)
Sopyan ,Yayan. Pengantar Metode Penelitian, Ciputat: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Subroto, Muhammad Ahkam, Eksplorasi Konsep Kekayaan Intelektual Untuk
Penumbuhan Inovasi. Jakarta: LIPI Press, 2005.
Soelistyo, Henry. Hak Cipta Tanpa Hak Moral. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011.
Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1997.
Utomo, Tomi Suryo. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global : Sebuah
Kajian Kontemporer. 2010.
Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum dalam Praktek, Cet. IV, Jakarta: Sinar
Grafika, 2005.
Undang-Undang
Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi


Elektronik
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik
Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2016 Tentang Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik
Jurnal
Fadli, Andi Muh. “Penerapan Kode Etik Dewan Pers Di Media Siber” (Studi
Kasus Media Online Kabar Makassar)”, Vol. IV, (2018).
Muryati, dkk. Pengaturan dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa Nonlitigasi di
Bidang Perdagangan. Jurnal Dinamika Sosbud 3, No. 1, 2011
Mirwansyah, Analisis Hukum Terhadap Tindak Pindana Hak Cipta, FH UNILA.
7

Nina Andriana, MEDIA SIBER SEBAGAI ALTERNATIF JEMBATAN KOMUNIKASI


ANTARA RAKYAT DAN PEMIMPINNYA, Peneliti Pusat Penelitian Politik,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta, 2013.
Soedjono, Soeprapto, Tinjauan Yuridis Perbanyakan Potret Tanpa Seizin Pihak
yang Dipotret, Universitas Trisakti, Jakarta, 2007.

Website

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5cd500ea71f99/
mekanisme- penyelesaian-sengketa-kekayaan-intelektual diakses pada tanggal
http://lensafotografi.com/ragam-jenis-fotografi-yang-perlu-diketahui-oleh-
29 Oktober
pemula/ 2019
diakses pada
pada pukul29
tanggal 20.30
Oktober 5.20 2019

https://www.soocaphoto.com/ccommercial-photography-jenis-dari-fotografi-
https://www.kompasiana.com/mattbento/5b6c66bb5e13735e821ce682/belajar-
komersial/ pada tanggal 28 Juli pukul 11.08.
dari-kasus-pemakaian-foto-tanpa-ijin-karya-pencipta-lagu-burung-camar?page=all
diakses pada 29 Oktober 2019 pada pukul 22:16
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt58d1ab9b36fbe/pembubuhan
-iwatermark-i-dalam-karya-fotografi-sebagai-identitas-pencipta diakses
https://jagad.id/hal-yang-dapat-membuat-kasus-pelanggaran-hak-cipta-di-internet-
pada tanggal
peraturan-di-internet/ diakses pada 29 Oktober 2019 pada pukul 23:11
29 Juli pukul 12.05.

https://www.merriam-webster.com/dictionary/photography, diakses pada


hari Selasa 29
Oktober 2019 pukul 4.24 WIB.

https://dewanpers.or.id/assets/documents/peraturan/
1907030645_2008_Peraturan_
DP_NO_06_TTG_PENGESAHAN_SURAT_KEPUTUSAN_DEWAN_PERS_
N OMOR_03SK-
DPIII2006_TENTANG_KODE_ETIK_JURNALISTIK_SEBAGAI_PERATUR
7

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-palim0d249692cafull.pdf diakses
pada tanggal 03 Oktober 2019

https://beritagar.id/artikel/telatah/memotret-di-ruang-publik-antara-privasi-hak-
cipta-dan-etika Diakses tanggal 03 Oktober 2019 Pada Pukul 20:38
7

bmbm
7
7

Anda mungkin juga menyukai