KEADVOKATAN
Ishaq, S.H., M.Hum.
PENDIDIKAN
KEADVOKATAN
SG. 02.16.0757
PENDIDIKAN KEADVOKATAN
Oleh:
Ishaq, S.H., M.Hum.
ISBN 978-979-007-307-4
Ishaq
Pendidikan keadvokatan/Ishaq;
Editor, Leny Wulandari. -- Ed. 1. Cet. 1.
-- Jakarta: Sinar Grafika, 2010
xvi, 294 hlm.; 23 cm
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahman dan rahimnya kepada kita terutama kepada
saudara Ishaq, S.H., M.Hum yang telah berusaha menyusun suatu
buku yang berjudul Pendidikan Keadvokatan. Shalawat dan salam saya
persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mem-
berikan pencerahan kepada kita semua.
Saya menyambut baik terbitnya buku Pendidikan Keadvokatan,
karya saudara Ishaq, S.H., M.Hum, merupakan buku yang membahas
masalah Pendidikan Advokat, serta dilengkapi contoh-contoh surat
kuasa yang sangat dibutuhkan oleh Advokat untuk beracara.
Hampir setiap orang di dalam menghadapi masalah hukum seperti
kasus korupsi, kasus pembunuhan, kasus perbankan, sengketa bisnis,
kepailitan, dan lain sebagainya, cenderung untuk menggunakan jasa
profesi Advokat. Profesi Advokat merupakan profesi yang mulia
(officium nobile) yang harus berani bertindak dengan kejujuran di
dalam menegakkan hak asasi manusia, hukum, dan keadilan.
Harapan saya semoga buku ini dapat menjadi pegangan bagi
rekan-rekan Advokat dan calon Advokat, maupun kalangan akademisi.
Mudah-mudahan usaha penulis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat,
praktisi hukum, maupun di kalangan akademisi.
Wassalam,
Prakata ix
Daftar Isi
Daftar Isi xi
1. Dari Segi Kepentingan Tersangka ..................... 37
2. Dari Segi Kepentingan Pemeriksaan ................. 39
B. Advokat sebagai Pengawal Konstitusi dan Penegak
Hak Asasi Manusia ....................................................... 40
C. Advokat sebagai Penggerak Pembangunan Hukum
(Agen of Law Development) ......................................... 42
D. Sifat dan Asas Profesi Advokat ................................... 42
E. Tanggung Jawab Profesi Advokat .............................. 43
1. Tanggung Jawab kepada Negara ....................... 44
2. Tanggung Jawab kepada Masyarakat ............... 44
3. Tanggung Jawab kepada Pengadilan ................ 45
4. Tanggung Jawab kepada Klien .......................... 45
5. Tanggung Jawab kepada Tuhan ........................ 45
6. Tanggung Jawab kepada Pihak Lawan ............. 46
Daftar Isi xv
BAB 1
Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan 1
Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Advokat, yaitu Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003, Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4228, maka istilah advokat sudah menjadi baku
dan berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang
dijamin oleh hukum serta wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah
negara Republik Indonesia.
Istilah penasihat hukum/bantuan hukum dan advokat/pengacara
merupakan istilah yang lebih tepat dan sesuai dengan fungsinya
sebagai pendamping tersangka atau terdakwa dalam perkara pidana,
atau sebagai pendamping penggugat atau tergugat dalam perkara
perdata dalam pemeriksaan, daripada istilah pembela.
Istilah pembela menurut Andi Hamzah sering disalahtafsirkan,
seakan-akan berfungsi sebagai penolong tersangka atau terdakwa
bebas atau lepas dari pemidanaan, walaupun ia jelas bersalah
melakukan yang didakwakan itu. 1 Padahal fungsi pembela atau
penasihat hukum itu adalah membantu hakim dalam usaha
menemukan kebenaran materiil, 2 walaupun bertolak dari sudut
pandangan subjektif, yaitu berpihak kepada kepentingan tersangka
atau terdakwa.
Istilah advokat bukan asli bahasa Indonesia. Advokat berasal dari
bahasa Belanda, yaitu advocaat, yang berarti orang yang berprofesi
memberikan jasa hukum. Jasa tersebut diberikan baik di dalam atau
di luar ruang sidang.3
Pengertian advokat menurut Blacks’s Law Dictionary adalah to
speak in favour of or defend by argument (berbicara untuk keuntungan
2 Pendidikan Keadvokatan
dari atau membela dengan argumentasi untuk seseorang). Adapun
orang yang berprofesi sebagai advocate adalah one who assists, defends,
or pleads for another. One who renders legal advice and aid, pleads the
cause of another before a court or a tribunal, a counselor (Seseorang yang
membantu, mempertahankan, atau membela untuk orang lain.
Seseorang yang memberikan nasihat hukum dan bantuan membela
kepentingan orang lain di muka pengadilan atau sidang, seorang
konsultan).
Adapun pengertian advokat menurut Pasal 1 butir (1) Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat adalah orang yang
berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar
pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan
undang-undang ini.
Kemudian Frans Hendra Winarta menjelaskan, bahwa pekerjaan
legal counseling (konsultan hukum) sudah termasuk di dalamnya
mendampingi, membantu, dan menyatakan salah atau tidak bersalah
seseorang di pengadilan maupun sidang umum lainnya.4
Pengertian penasihat hukum menurut Pasal 1 butir 13 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana adalah seseorang yang
memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasar undang-undang
untuk memberi bantuan hukum.5 Rumusan Pasal 1 butir 13 tersebut
menjelaskan, bahwa untuk menjadi penasihat hukum itu haruslah
orang yang telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh
undang-undang.
Selain pengertian penasihat hukum sebagaimana telah dijelaskan
di atas, ada juga pengertian penasihat hukum yang dijelaskan para
ahli, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Sudikno Mertokusumo berpendapat, bahwa penasihat hukum
adalah orang diberi kuasa untuk memberikan bantuan hukum
Bab 1 Pendahuluan 3
dalam bidang hukum perdata maupun pidana kepada yang
memerlukannya, baik berupa nasihat maupun bantuan aktif, baik
di dalam maupun di luar pengadilan dengan jalan mewakili,
mendampingi, atau membelanya.6
2. J.S.T. Simorangkir, dkk., menjelaskan bahwa penasihat hukum
adalah seseorang yang bertindak dalam suatu perkara untuk
kepentingan yang beperkara, dalam perkara perdata untuk
penggugat atau tergugat dan dalam perkara pidana untuk
terdakwa.7
3. Sudarsono berpendapat bahwa penasihat hukum adalah
seseorang yang memenuhi syarat yang ditentukan berdasarkan
undang-undang untuk memberikan bantuan hukum. 8
4. Martiman Prodjohamidjojo menjelaskan bahwa, penasihat hukum
ialah mereka yang pekerjaannya (job) atau mereka yang karena
profesinya memberikan jasa hukum, pelayanan hukum, bantuan
hukum, serta nasihat hukum kepada pencari keadilan baik yang
melalui pengadilan negeri, pengadilan agama, atau panitia
penyelesaian perburuhan maupun yang di luar pengadilan.9
Dari beberapa pendapat di atas dapatlah dijelaskan bahwa
penasihat hukum adalah orang yang diberi kuasa untuk memberikan
bantuan hukum, baik dalam perkara perdata, perkara pidana,
maupun perkara tata usaha negara dengan memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
Berbicara tentang bantuan hukum sebenarnya tidak terlepas dari
fenomena hukum itu sendiri. Seperti telah diketahui keberadaan
bantuan hukum adalah salah satu cara untuk meratakan jalan menuju
4 Pendidikan Keadvokatan
kepada pemerataan keadilan yang penting maksudnya bagi
pembangunan hukum, khususnya di Indonesia.
Adapun pengertian bantuan hukum telah dijelaskan oleh Jaksa
Agung Republik Indonesia, yaitu pembelaan yang diperoleh seseorang
terdakwa dari seseorang penasihat hukum, sewaktu perkaranya
diperiksa dalam pemeriksaan pendahuluan atau dalam proses
pemeriksaan perkaranya di muka pengadilan.10
Kemudian Lasdian Walas mengatakan bahwa, bantuan hukum
adalah jasa memberikan bantuan hukum dengan bertindak baik
sebagai pembela dari seseorang yang tersangkut dalam perkara pidana
maupun kuasa hukum dalam perkara perdata atau tata usaha negara
di muka pengadilan atau memberi nasihat hukum di luar pengadilan.11
Di samping itu juga di dalam Pasal 1 butir 9 Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2003 tentang Advokat memberikan suatu penjelasan bahwa
bantuan hukum, adalah jasa hukum yang diberikan oleh advokat
secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu.
Secara konsepsional, apabila dilihat pada tujuan dan orientasi, sifat,
cara pendekatan, dan ruang lingkup aktivitas program bantuan
hukum, khususnya bagi golongan miskin dan buta hukum di
Indonesia, pada dasarnya dapat dikategorikan pada dua konsep pokok,
yaitu konsep bantuan hukum tradisional dan konsep bantuan hukum
konstitusional.12
Konsep bantuan hukum tradisional adalah pelayanan hukum yang
diberikan kepada masyarakat miskin secara individual. Sifat dari
bantuan hukum ini pasif, dan cara pendekatannya sangat formal-legal,
dalam arti melihat segala permasalahan hukum kaum miskin semata-
mata dari sudut yang hukum yang berlaku. Orientasi dan tujuan
10 Jaksa Agung RI, Pemberian Bantuan Hukum oleh Fakultas Hukum Negeri dan
Penegakan Hukum dalam Pemberian Bantuan Hukum oleh Fakultas Hukum Negeri,
Jakarta: Departemen Penerangan RI, 1976, hlm. 72.
11 Lasdian Walas, Cakrawarala Advokat Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1980, Cet.
ke-1, hlm. 119.
12 Bambang Sunggono, Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Bandung: Mandar Maju, 1994, hlm. 26.
Bab 1 Pendahuluan 5
bantuan hukum ini adalah untuk menegakkan keadilan bagi si miskin
menurut hukum yang berlaku, kehendak mana dilakukan atas
landasan semangat derma (charity).
Konsep bantuan hukum konstitusional merupakan bantuan
hukum untuk rakyat miskin yang dilakukan dalam kerangka usaha
dan tujuan yang lebih luas, seperti (a) menyadarkan hak-hak
masyarakat miskin sebagai subjek hukum, (b) penegakan dan
pengembangan nilai-nilai hak asasi manusia sebagai sendi utama bagi
tegaknya negara hukum.13
Dengan demikian, seorang advokat harus memperhatikan
kliennya yang tidak mampu. Sebab dalam kenyataannya yang terlihat
setiap hari di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung,
bantuan hukum yang diberikan oleh advokat tampaknya hanya
berkisar kepada orang-orang yang berada saja. Jarang sekali dilihat
seorang advokat di dalam media massa, baik berupa televisi, surat
kabar, dan majalah diberitakan memberikan jasa hukum kepada
orang yang tidak mampu.
Akan tetapi, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat telah menetapkan dengan tegas tentang bantuan hukum
dengan cuma-cuma kepada pencari keadilan. Hal ini telah dijelaskan
di dalam Pasal 22 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2003, yang berbunyi sebagai berikut.
(1) Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara Cuma-Cuma
kepada pencari keadilan yang tidak mampu.
(2) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian
bantuan hukum secara Cuma-Cuma sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
6 Pendidikan Keadvokatan
tidak mampu. Pasal ini juga merupakan imbauan moral dan sekaligus
mengasah kepekaan sosial.
Selanjutnya Lasdian Walas menyebutkan bahwa pemberi bantuan
hukum itu dapat dibedakan menjadi dua golongan, sebagai berikut.
1. Pemberi bantuan hukum yang menjalankan pekerjaan sebagai
mata pencaharian pokok adalah advokat, pengacara dan konsultan
hukum.
2. Pemberi bantuan hukum yang menjalankan pekerjaan tersebut
tidak sebagai mata pencarian pokok, yakni mereka yang secara
insidentil memberikan bantuan hukum, yaitu pegawai negeri
termasuk TNI, setelah mendapat izin lebih dahulu dari
pimpinannya, komandan, dan orang-orang swasta.14
Pada tahun 1969 Persatuan Advokat Indonesia (PERADIN) telah
mengadakan kongres di Jakarta yang menghasilkan berdirinya
Lembaga Bantuan Hukum bagi kaum miskin di Indonesia. Lembaga
Bantuan Hukum ini menurut Adnan Buyung Nasution adalah
bertujuan (sebagai pilot project peradin) meliputi tiga hal yaitu:
1. memberikan bantuan hukum kepada masyarakat miskin yang
buta hukum;
2. menumbuhkan dan membina kesadaran warga masyarakat akan
hak-haknya sebagai subjek hukum;
3. mengadakan pembaruan hukum (modernisasi) sesuai dengan
tuntutan zaman.15
Pekerjaan memberikan bantuan hukum, pelayanan, atau jasa
hukum termasuk pekerjaan berwiraswasta. Pekerjaan ini ada
hubungan langsung dengan ketertiban hukum dan ketertiban umum.
Oleh karena itu, dianut sistem pengangkatan yang merupakan izin
untuk berpraktik. Untuk dapat menjadi seseorang yang berprofesi
sebagai penasihat hukum/advokat menurut Undang-Undang Nomor
Bab 1 Pendahuluan 7
18 Tahun 2003 tentang Advokat telah dijelaskan dalam Pasal 2 ayat
(1) dan Pasal 3 ayat (1), sebagai berikut.
Pasal 2 ayat (1) berbunyi:
Yang dapat diangkat sebagai Advokat adalah sarjana yang berlatar
belakang pendidikan tinggi hukum dan setelah mengikuti pendidikan
khusus profesi Advokat yang dilaksanakan oleh Organisasi Advokat.
8 Pendidikan Keadvokatan
pihak dalam suatu proses pidana adalah bahwa hakim berpangkal
tolak pada posisinya yang objektif dan penilaiannya juga yang objektif,
sedangkan jaksa penuntut umum yang mewakili negara dan
masyarakat berpangkal tolak pada posisinya yang subjektif, tetapi
penilaiannya yang objektif. Hal ini berbeda dengan penasihat hukum/
pengacara/advokat itu yang berpangkal tolak pada posisinya yang
subjektif karena mewakili kepentingan tersangka/terdakwa atau klien,
dan penilaiannya yang subjektif pula. Meskipun demikian, penasihat
hukum/pengacara advokat itu berdasarkan legitimasi yang berpangkal
pada etika, ia harus mempunyai penilaian yang objektif terhadap
kejadian-kejadian di sidang pengadilan.
Sebelum terbitnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
tentang Advokat, terdapat beberapa jenis penasihat hukum/pengacara
yang berpraktik di muka pengadilan, yaitu sebagai berikut.
1. Advokat
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa advokat adalah salah
satu istilah yang sering digunakan untuk seseorang yang memberikan
bantuan atau layanan hukum kepada pencari keadilan yang beperkara.
Advokat adalah penasihat hukum yang diangkat berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM dalam Surat Keputusan
tersebut dijelaskan beberapa ketentuan-ketentuan sebagai berikut.
a. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM ter-
sebut, telah ditetapkan tempat kedudukannya atau domisilinya
pada suatu kota tertentu di dalam wilayah Pengadilan Negeri.
b. Pada dasarnya advokat tersebut dapat beracara di muka pengadilan
di semua lingkungan badan, termasuk di Pengadilan Agama di
seluruh wilayah Republik Indonesia.
c. Dalam rangka penertiban administrasi pengawasan dan
pembinaan maka apabila advokat tersebut akan beracara di muka
pengadilan di luar daerah hukum Pengadilan Tinggi di mana ia
berdomisili, maka advokat tersebut wajib melaporkan diri kepada
Ketua Pengadilan Tinggi secara tertulis dengan menyampaikan
tembusan kepada:
Bab 1 Pendahuluan 9
1) Mahkamah Agung RI,
2) Ketua Pengadilan Tinggi Agama yang dituju,
3) Pengadilan Agama yang dituju.
Penyampaian surat pemberitahuan ini dilakukan dengan surat
tercatat, diharapkan sudah diterima pada alamat yang dituju satu
minggu sebelum ia mulai beracara.
2. Pengacara Praktik
Pengacara praktik adalah penasihat hukum yang diangkat
berdasarkan Surat Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi. Berdasarkan
Surat Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi tersebut, pengacara praktik
dimaksud telah ditetapkan tempat kedudukannya, atau domisilinya
pada suatu kota tertentu di dalam wilayah Pengadilan Negeri. Pada
dasarnya pengacara praktik tersebut dapat beracara di semua
lingkungan badan peradilan, termasuk di Pengadilan Agama, di
seluruh wilayah Pengadilan Tinggi Agama. Dalam rangka penertiban
administrasi pengawasan dan pembinaannya, apabila pengacara
praktik tersebut akan beracara di muka pengadilan di luar daerah
hukum Pengadilan Negeri tempat domisilinya, ia wajib melaporkan
secara tertulis dengan menyampaikan tembusan kepada:
a. Mahkamah Agung RI,
b. Ketua Pengadilan Tinggi Agama tempat domisilinya,
c. Ketua Pengadilan Negeri tempat domisilinya,
d. Ketua Pengadilan Agama yang dituju.
3. Kuasa Insidentil
Kuasa hukum yang dimintakan oleh seseorang yang beperkara untuk
memberikan bantuan atau nasihat hukum selama perkara berjalan,
dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Yang bersangkutan tidak harus sarjana hukum, dan tidak pula
melakukan kegiatan memberikan bantuan ataupun jasa hukum
sebagai profesinya.
b. Yang bersangkutan cukup memperoleh izin Ketua Pengadilan
Agama/Pengadilan Negeri, di wilayah hukum di mana yang
10 Pendidikan Keadvokatan
bersangkutan diminta untuk memberikan bantuan hukum, dan
dalam waktu satu tahun untuk satu perkara saja.
c. Yang bersangkutan tidak perlu memiliki izin berpraktik dari Ketua
Pengadilan Tinggi, akan tetapi wajib melaporkan izin dari Ketua
Pengadilan Agama tersebut secara tertulis kepada Ketua Pengadilan
Tinggi tersebut, dan mengirimkan tembusan kepada:
1) Ketua Pengadilan Tinggi Agama,
2) Ketua Pengadilan Negeri,
3) Ketua Pengadilan Agama yang dituju.16
Bab 1 Pendahuluan 11
B. SELINTAS SEJARAH ADVOKAT ATAU BANTUAN
HUKUM
Istilah advokat sesungguhnya telah dikenal semenjak zaman Romawi
yang jabatannya atau profesinya disebut dengan nama officium nobile
(profesi yang mulia), karena mengabdikan dirinya kepada kepentingan
masyarakat dan bukan kepada dirinya sendiri, serta berkewajiban
untuk turut menegakkan hak-hak asasi manusia, serta bergerak di
bidang moral, khususnya untuk menolong orang-orang tanpa
mengharapkan dan/atau menerima imbalan atau honorarium. Hal
ini telah dijelaskan oleh Abdul Hakim G. Nusantara yang mengatakan,
bahwa bantuan hukum (baca advokat) sebagai kegiatan pelayanan
hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat miskin dan buta
hukum. 18
Suatu penelitian yang mendalam tentang sejarah pertumbuhan
program bantuan hukum atau advokat dilakukan oleh Mauro
Cippelleti, yang dikutip oleh Adnan Buyung Nasution yang me-
ngatakan bahwa:
"Program bantuan hukum kepada si miskin telah dimulai sejak
zaman Romawi. Juga ternyata bahwa pada tiap zaman, arti dan tujuan
pemberian bantuan hukum kepada miskin erat hubungannya dengan
nilai-nilai moral, pandangan politik dan falsafah hukum yang berlaku.
Pada zaman Romawi pemberian bantuan hukum oleh Patronus
hanyalah didorong oleh motivasi untuk mendatangkan pengaruh
dalam masyarakat. Pada zaman abad pertengahan masalah bantuan
hukum ini mendapat motivasi baru sebagai akibat pengaruh agama
Kristen, yaitu keinginan orang untuk berlomba-lomba memberikan
derma (charity) dalam bentuk membantu si miskin dan bersamaan
dengan itu pula tumbuh nilai-nilai kemuliaan (nobility) dan kesatriaan
(chivalry) yang sangat diagungkan orang. Sejak revolusi Prancis dan
Amerika sampai zaman modern sekarang ini, motivasi pemberian
bantuan hukum bukan hanya charity atau rasa perikemanusiaan
kepada orang yang tidak mampu, melainkan telah timbul aspek hak-
12 Pendidikan Keadvokatan
hak politik atau hak warga negara yang berlandaskan kepada konstitusi
modern". 19
Pada tahun 1892 di kota Amsterdam dibentuk suatu biro bantuan
hukum dari organisasi Toynbee, yang bernama Ons Huis. Biro-biro
semacam itu juga dibentuk di kota Leiden dan Den Hag. Biro tersebut
memberikan konsultasi hukum dengan biaya yang sangat rendah.
Pada tahun 1905 di kota Keulen Jerman didirikan biro konsultasi
hukum yang pertama dengan nama Rechtsaus kunfsteble fur
minderbemittleden dengan mendapat subsidi dari kotapraja. Di Amerika
Serikat juga dibentuk organisasi bantuan hukum swasta pada tahun
1876, yang tujuannya untuk melindungi kepentingan-kepentingan
para imigran Jerman, yang bernama Deutsche Rechtsschutz Verein.
Pemberian advokat khususnya bagi rakyat kecil yang tidak
mampu dan buta hukum tampaknya merupakan hal yang dapat
dikatakan relatif baru di negara berkembang, demikian juga di
Indonesia. Bantuan hukum sebagai suatu legal institution (lembaga
hukum) semula tidak dikenal dalam sistem hukum tradisional, dan
baru dikenal di Indonesia sejak masuknya atau diberlakukannya sistem
hukum Barat di Indonesia.
Menurut Ari Yusuf Amir bahwa bantuan hukum merupakan
pelayanan hukum yang bersifat cuma-cuma. 20 Semua warga
masyarakat atau warga negara, memiliki aksesbilitas yang sama dalam
memperoleh pelayanan hukum, baik di dalam maupun di luar
pengadilan.
Kemudian Bambang Sunggono, dan Aries Harianto menjelaskan
bahwa "Bantuan hukum sebagai kegiatan pelayanan hukum secara
cuma-cuma kepada masyarakat miskin dan buta hukum dalam
dekade terakhir ini tampak menunjukkan perkembangan yang amat
pesat di Indonesia, apalagi sejak Pelita ke III, pemerintah
mencanangkan program bantuan hukum sebagai jalur untuk
meratakan jalan menuju pemerataan keadilan di bidang hukum."21
Bab 1 Pendahuluan 13
Secara formal, bantuan hukum di Indonesia sudah ada sejak
zaman penjajahan Belanda. Hal ini bermula pada tahun 1848 ketika
di Belanda terjadi perubahan besar dalam sejarah hukumnya.
Berdasarkan asas konkordansi, maka dengan firman raja tanggal 16
Mei 1848 Nomor 1, perundang-undangan di negeri Belanda tersebut
juga diberlakukan untuk Indonesia (waktu itu bernama Hindia
Belanda), antara lain peraturan tentang susunan kehakiman dan
kebijaksanaan pengadilan (Reglement op de Rechterlijke Organisatie en
het beleid der justitie in Indonesia) yang disingkat dengan nama R.O.
Stb. 1847 Nomor 23 Juncto Stb. 1848 Nomor 57, dengan segala
perubahan dan tambahannya.
Dalam reglement ini diatur persyaratan formal tentang kualifikasi
sebagai advokat dan pengacara praktik, pengangkatan dan pember-
hentiannya, jenis bantuan yang dilakukan, sistem pengawasannya,
dan jenis hukuman atas pelanggaran yang dilakukannya. Dengan
demikian, dapatlah diperkirakan bahwa bantuan hukum dalam arti
formal baru dimulai di Indonesia pada tahun-tahun itu, dan hal itu
pun baru terbatas bagi orang-orang Eropa saja di dalam peradilan
Raad Van Justitie.
Menurut Adnan Buyung Nasution, bahwa advokat pertama
bangsa Indonesia adalah Mr. Besar Mertokoesoemo yang baru
membuka kantornya di Tegal dan Semarang pada sekitar tahun
1923.22 Dalam hukum positif Indonesia masalah bantuan hukum
telah diatur dalam Pasal 250 ayat (5) dan ayat (6) Het Herziene Indone-
sische Reglemen (HIR atau Hukum Acara Pidana lama). Pasal tersebut
dalam praktiknya lebih mengutamakan bangsa Belanda daripada
bangsa Indonesia (Inlanders). Daya laku pasal tersebut terbatas bila
para advokat tersedia dan bersedia membela orang-orang yang
dituduh dan diancam hukuman mati dan/atau hukuman seumur
hidup.
Keadaan gambaran di atas terjadi karena di zaman kolonial
Belanda dikenal adanya 2 (dua) sistem peradilan yang terpisah satu
dengan yang lainnya. Pertama, satu hierarki peradilan untuk orang-
14 Pendidikan Keadvokatan
orang Eropa dan yang dipersamakan (Residentie Gerecht, Raad Van
Justitie, dan Hoge Rechtshof). Kedua, hierarki peradilan untuk orang-
orang Indonesia dan yang dipersamakan (District Gerecht Regents cheps
gerecht, dan lanraad).
Meskipun HIR terbatas daya lakunya dan tidak diperlakukan
secara penuh tetapi HIR masih dianggap sebagai pedoman dalam
beracara sampai terbitnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970
tentang Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman, dan
sekarang telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman, di mana hak untuk mendapatkan ban-
tuan hukum itu dijamin melalui Pasal 56 dan Pasal 57 sebagai berikut.
Pasal 56
(1) Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh
bantuan hukum.
(2) Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang
tidak mampu.
Pasal 57
(1) Pada setiap pengadilan negeri dibentuk pos bantuan hukum
kepada pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh
bantuan hukum.
(2) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan
secara cuma-cuma pada semua tingkat peradilan sampai putusan
terhadap perkara tersebut telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.
(3) Bantuan hukum dan pos bantuan hukum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bab 1 Pendahuluan 15
Pasal 54
Guna kepentingan pembelaan tersangka atau terdakwa berhak
mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat hukum
selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut
tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini.
Pasal 55
Untuk mendapatkan penasihat hukum tersebut dalam Pasal 54,
tersangka atau terdakwa berhak memilih sendiri penasihat hukumnya.
Pasal 56
(1) Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati
atau ancaman lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka
yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun
atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri,
pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan
dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi
mereka.
(2) Setiap penasihat hukum yang ditunjuk untuk bertindak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), memberikan bantuannya
dengan cuma-cuma.
Pasal 57
(1) Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak
menghubungi penasihat hukumnya sesuai dengan ketentuan
undang-undang ini.
(2) Tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing yang dike-
nakan penahanan berhak menghubungi dan berbicara dengan
perwakilan negaranya dalam menghadapi proses perkaranya.
Pasal 114
Dalam hal seorang disangka melakukan suatu tindak pidana sebelum
dimulainya pemeriksaan oleh penyidik, penyidik wajib mem-
beritahukan kepadanya tentang haknya untuk mendapatkan bantuan
16 Pendidikan Keadvokatan
hukum atau bahwa ia dalam perkaranya itu wajib didampingi oleh
penasihat hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56.
23 T. Mulia Lubis, Gerakan Bantuan Hukum di Indonesia Sebuah Studi Awal, dalam
Beberapa Pemikiran Mengenai Bantuan Hukum: Ke arah Bantuan Hukum Struktural,
Bandung: Alumni, 1981, hlm. 11.
Bab 1 Pendahuluan 17
Di luar kelembagaan bantuan hukum di Fakultas-Fakultas
Hukum, lembaga bantuan hukum melakukan aktivitasnya dengan
lingkup yang lebih luas di mulai sejak didirikannya Lembaga Bantuan
Hukum di jakarta pada tanggal 28 Oktober 1970 oleh Persatuan
Advokat Indonesia di bawah pimpinan Adnan Buyung Nasution. Pada
masa Orde Baru itu masalah bantuan hukum tumbuh dan
berkembang dengan pesat.
Dewasa ini jasa bantuan hukum banyak dilakukan oleh organisasi-
organisasi bantuan hukum yang tumbuh dari berbagai organisasi
profesi maupun organisasi kemasyarakatan. Hal ini telah disebutkan
dalam Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
tentang Advokat, yaitu Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi
Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI),
Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI), Serikat
Pengacara Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia
(AKHI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), dan
Asosiasi Pengacara Syari’ah Indonesia (APSI). Dengan demikian, para
penikmat bantuan hukum dapat lebih leluasa dalam upaya mencari
keadilan dengan memanfaatkan organisasi-organisasi bantuan hukum
tersebut.
18 Pendidikan Keadvokatan
BAB 2
A JENIS-JENIS KEBUTUHAN
Semua warga masyarakat yang menghadapi masalah hukum,
mengharapkan adanya advokat. Akan tetapi di dalam kenyataannya,
tidak semua orang yang menghadapi masalah hukum, memperoleh
advokat/penasihat hukum. Oleh karena itu, sering kali dikatakan,
bahwa kebutuhan akan advokat/penasihat hukum lebih bersifat
subjektif, kekurangan akan advokat lebih bersifat institusional.
Maksudnya ada kekurangan-kekurangan pada penyelenggaraan
proses penasihat hukum (dari sudut pihak yang berfungsi untuk
menyelenggarakannya).
Apabila berbicara masalah kebutuhan secara umum, maka
menurut Maslow dikenal adanya 6 (enam) jenis kebutuhan manusia.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
1. kebutuhan fisiologis;
2. kebutuhan akan rasa aman;
3. rasa cinta dan mengerti;
4. ingin tahu dan ingin memiliki;
5. kebutuhan akan penghargaan;
6. kebutuhan akan kebebasan dalam bertingkah laku.1
1 Soerjono Soekanto, Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Sosio Yuridis, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1983, hlm. 34.
20 Pendidikan Keadvokatan
B. CARA-CARA MENGUKUR ADANYA KEBUTUHAN
Sebagaimana telah diketahui, bahwa kebutuhan bukan hanya terbatas
pada bantuan hukum (advokat), namun menyangkut juga masalah-
masalah hidup lainnya, seperti kebutuhan akan pendidikan, pe-
rawatan, kesehatan, dan rekreasi.
Cara untuk mengukur adanya kebutuhan menurut Harvey adalah
sebagai berikut:
1. mekanisme pasaran, melalui permintaan dan penawaran;
2. menanyakan kepada orang-orang yang mempunyai kebutuhan,
misalnya dengan mengadakan suatu survei;
3. menafsirkan data statistik;
4. menanyakan kepada mereka yang ahli.4
Mengukur adanya kebutuhan berdasarkan mekanisme pasaran
agaknya kurang memadai, karena kebutuhan akan bantuan hukum
(advokat) diukur semata-mata atas dasar frekuensi datangnya warga
masyarakat untuk meminta bantuan hukum. Sudah dapat diduga,
bahwa para pemberi bantuan hukum (dalam hal ini para advokat)
akan mempertimbangkan dengan saksama antara bantuan hukum
komersial dengan sosial, sehingga kurang menggambarkan keadaan
yang sebenarnya dari kebutuhan akan bantuan hukum.
Kebutuhan akan bantuan hukum dengan suatu penelitian survei,
akan dapat mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada
mekanisme pasaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan
akan bantuan hukum, akan dapat diungkapkan secara merata. Akan
tetapi ada pula bahayanya, yaitu bahwa kebutuhan akan bantuan
hukum terlalu dibesar-besarkan oleh peneliti. Walaupun demikian,
penelitian tersebut mempunyai arti penting, karena pertama, untuk
mengidentifikasi secara ilmiah permasalahan-permasalahan serta
sasaran utama strategi pemerataan khususnya pemerataan kesempatan
untuk memperoleh keadilan; kedua, sebagai bagian dari upaya
pengembangan pengetahuan mengenai gejala kemiskinan di Indonesia
22 Pendidikan Keadvokatan
Perlu dijelaskan bahwa pengertian diselesaikan tidaklah berarti
bahwa semua perkara-perkara tersebut diselesaikan melalui proses
peradilan, melainkan juga termasuk penyelesaian perkara di luar
pengadilan, yaitu dengan melalui cara-cara pemberian advis-advis
hukum, perdamaian ataupun teguran-teguran pada pihak-pihak yang
bersangkutan.
Mengukur kebutuhan dengan cara menanyakan pengalaman dari
para ahli, merupakan suatu ukuran juga bagi kebutuhan akan bantuan
hukum. Mereka yang sehari-hari berkecimpung di bidang bantuan
hukum maupun mereka yang meneliti masalah tersebut, akan dapat
memberikan dasar-dasar tertentu bagi kebutuhan akan bantuan
hukum. Lord Denning berpendapat bahwa kebutuhan akan bantuan
hukum tidak hanya terbatas pada lapisan masyarakat terbawah. 7
Selanjutnya Adnan Buyung Nasution berpendapat sebagai berikut.
"Bantuan bagi si miskin umumnya diartikan sebagai pemberian
jasa-jasa hukum (legal services) kepada orang-orang yang tak mampu
untuk menggunakan jasa-jasa advokat atau professional lawyers.
Meskipun motivasi ataupun rationale dari pemberian bantuan
hukum kepada si miskin ini berbeda-beda dari zaman ke zaman,
namun ada suatu hal yang kiranya tidak berubah sehingga merupakan
suatu benang merah, yaitu dasar kemanusiaan (humanity)."8
7 Lord Denning, What Next In The Law, London: Butterworths, 1982, hlm. 114.
8 Adnan Buyung Nasution, op. cit., hlm. 99.
9 Ropaun Rambe, Teknik Praktek Advokat, Jakarta: Grasindo, 2001, hlm. 10.
24 Pendidikan Keadvokatan
6. Mewakili atau menjadi kuasa di dalam maupun di luar profesi
peradilan.10
Kebutuhan di atas pada dasarnya merupakan metode atau cara
penyelenggaraan bantuan hukum yang dikenal. Dalam rangka
memasuki era perdagangan bebas, kebutuhan akan jasa advokat
khususnya advokat yang bergerak di bidang business law, investment
law, cross-border acquisition, dan merger akan sedemikian meningkat
sehingga tentunya dunia bisnis membutuhkan dan menuntut kualitas
advokat yang tangguh dan berwawasan internasional.
Advokat yang bergerak di bidang hukum bisnis disebut juga
dengan konsultan hukum. Terjadinya sengketa atau perselisihan di
dalam berbagai kegiatan bisnis dapat merugikan pihak-pihak yang
bersengketa, baik mereka yang berada pada posisi yang benar maupun
pada posisi yang salah. Oleh karena itu, terjadinya sengketa bisnis
perlu dihindari untuk menjaga reputasi dan relasi yang baik ke depan.
Walaupun demikian, sengketa kadang-kadang tidak dapat dihindari
karena adanya kesalahpahaman, pelanggaran perundang-undangan,
ingkar janji, kepentingan yang berlawanan, dan/atau kerugian pada
salah satu pihak.
Apabila sengketa telah terjadi, maka pihak yang merasa dirugikan
tentu melakukan konsultasi hukum kepada advokat, yang akan
menawarkan dua cara yang dapat ditempuh dalam penyelesaian
sengketa yang tepat, yaitu (1) Peradilan (litigasi), dan (2) Di luar
peradilan (nonlitigasi) atau alternative dispute resolution (ADR),11 sebagai
berikut.
1. Peradilan (Litigasi)
Peradilan merupakan jalur penyelesaian konvensional untuk
menyelesaikan berbagai macam sengketa misalnya yang timbul dari
ingkar janji, keluhan konsumen, keluhan masyarakat terhadap
lingkungan, sengketa pemborongan bangunan, dan sengketa sesama
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini:
------------------------------ Ishaq, S.H.,M.Hum, -------------------------------
Advokat, berkantor di jalan Depati Parbo Sungai Penuh Kerinci,
berdasarkan Surat Kuasa tanggal 30 Desember 2009, bertindak untuk
dan atas nama: ---------------------------------------------------------------------
------------------------------------- Sudirman --------------------------------------
Pengusaha, bertempat tinggal di Jalan KH.Ahmad Dahlan Koto Renah
Kecamatan Pesisir Bukit Kabupaten Kerinci, selanjutnya disebut
Penggugat, mohon menyampaikan gugatan terhadap: ------------------
------------------------------------ Abdul Kadir ------------------------------------
pedagang, bertempat tinggal di Jalan Basuki Rahmat No. 10 Rt 2
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci, selanjutnya disebut Tergugat; -----
Bahwa gugatan Penggugat tersebut adalah sebagai berikut:------------
---- Bahwa pada tanggal 17 Agustus 2009 antara Penggugat dan
26 Pendidikan Keadvokatan
Tergugat telah diadakan perjanjian di muka Notaris Daman Huri, S.H.
sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris Nomor 12 yang isinya
Penggugat akan mengerjakan mendirikan sebuah bangunan di atas
tanah milik Tergugat berukuran panjang 15 meter, lebar 7 meter.
Semua bahan bangunan menjadi tanggung jawab Penggugat.
Bangunan tersebut harus selesai dan diserahkan Penggugat kepada
Tergugat dalam waktu 2 (dua) bulan, yakni tanggal 17 Oktober 2009.
Harga bangunan tersebut adalah sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah) kepada Penggugat, sedangkan sisanya sebesar
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dilunasi Tergugat pada saat
bangunan toko tersebut selesai dan diserahkan Penggugat kepa-
danya; --------------------------------------------------------------------------------
---- Bahwa bangunan toko tersebut telah Penggugat selesaikan dan
serahkan kepada Tergugat tepat pada waktunya, yakni tanggal 17
Agustus 2009, tetapi ternyata Tergugat belum melunasi sisa harga
bangunan toko sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) tersebut
kepada Penggugat dengan alasan masih belum ada uang dan ia
meminta waktu dua (2) minggu mendatang. Permintaan Tergugat
tersebut disetujui oleh Penggugat; --------------------------------------------
---- Bahwa setelah tiba waktu dua (2) minggu sesuai yang dijanjikan,
ternyata Tergugat ingkar janji. Oleh karena itu, wajarlah bila Penggugat
menuntutnya lewat Pengadilan Negeri Sungai Penuh; -------------------
-----Bahwa karena Penggugat khawatir Tergugat mengoperkan
bangunan toko tersebut kepada orang lain, maka Penggugat mohon
agar diletakkan sita jaminan atasnya; -----------------------------------------
---- Bahwa agar Tergugat mau melaksanakan putusan perkara ini
nantinya, mohon agar Tergugat dihukum membayar uang paksa
kepada Penggugat sebesar Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sehari,
setiap ia lalai memenuhi isi putusan terhitung sejak putusan diucapkan
sampai dilaksanakan; -------------------------------------------------------------
---- Bahwa mengingat gugatan Penggugat ini cukup beralasan dan
dikuatkan oleh alat-alat bukti yang sah, maka penggugat mohon
putusan bijvoorrad; ----------------------------------------------------------------
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Penggugat mohon kepada
PRIMAIR
1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya; -----------------------
2. Menyatakan sah dan berharga semua alat bukti yang diajukan
Penggugat dalam perkara ini; ----------------------------------------------
3. Menyatakan sah menurut hukum Akta Notaris Nomor 12
tertanggal 17 Agustus 2009 antara Penggugat dan Tergugat yang
dibuat di muka Notaris Daman Huri, S.H.; ----------------------------
4. Menyatakan Tergugat ingkar janji/cidera janji tidak melunasi sisa
pembayaran pembangunan toko sebesar Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) kepada Penggugat; --------------------------------
5. Menghukum Tergugat untuk membayar kepada Penggugat sisa
pembayaran pembangunan toko sebesar Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) secara tunai/sekaligus; ----------------------------
6. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan dalam perkara ini; ---
7. Menghukum Tergugat membayar uang paksa kepada Penggugat
sebesar Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sehari, setiap ia lalai
memenuhi isi putusan, terhitung sejak putusan diucapkan hingga
dilaksanakannya; -------------------------------------------------------------
8. Menyatakan bahwa putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu
meskipun ada perlawanan, banding, atau kasasi; --------------------
9. Menghukum Tergugat untuk membayar segala biaya yang timbul
dalam perkara ini; -------------------------------------------------------------
SUBSIDAIR
Mohon supaya Pengadilan Negeri Sungai Penuh dapat memberikan
putusan yang seadil-adilnya; ----------------------------------------------------
Terima kasih.
28 Pendidikan Keadvokatan
Sebagai advokat peran utamanya adalah mendampingi dan
membela hak-hak klien dalam menjalani seluruh tahapan proses
pemeriksaan sidang tersebut.12 Kehadiran advokat (pengacara) dalam
persidangan pengadilan diharapkan dapat membantu hakim dalam
mencari kebenaran hukum.13
a. Negosiasi/Perundingan (Negotiation)
Seorang pengacara atau advokat di dalam memberikan jasa hukum
kepada klien di luar sidang pengadilan, terlebih dahulu membuat surat
somasi kepada pihak lawan untuk kompromi atau negosiasi guna
mencari penyelesaian. Negosiasi ini merupakan proses tawar-menawar
antara pihak-pihak yang bersengketa, di mana pihak yang satu dalam
hal ini pengacara berhadapan dengan pihak lainnya berusaha untuk
mencapai titik kesepakatan tentang persoalan tertentu yang
12 Ari Yusuf Amir, Strategi Bisnis Jasa Advokat, Yogyakarta: Navila Idea, 2008,
hlm. 19.
13 H. Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama,
Jakarta: Kencana, 2005, hlm. 68.
14 Sanusi Bintang, Dahlan, op. cit., hlm. 116–118.
Kepada Yth,
Bapak Ahmad
Jl. Depati Parbo No.10 Rt. 1 Koto Lebu Sungai Penuh
di
Sungai Penuh Kerinci
Dengan hormat,
Bersama ini disampaikan kepada Bapak, bahwa berhubung sampai
saat ini Bapak masih wanprestasi kepada Bapak Burhan. Oleh karena
itu, kami kuasa hukum Bapak Burhan mengharapkan kehadiran
Bapak pada:
30 Pendidikan Keadvokatan
Hormat Kami,
Kuasa Hukum Burhan
b. Mediasi/Penengahan (Mediator)
Seorang advokat dapat juga memberikan jasa hukum kepada klien
dengan cara mediasi sebagai kelanjutan proses negosiasi untuk
membantunya menyelesaikan persengketaan itu. Tugas-tugas
mediator menurut Pasal 15 Peraturan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 01 Tahun 2008 adalah sebagai berikut.
1. Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi
kepada para pihak untuk dibahas dan disepakati.
2. Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung
berperan dalam proses mediasi.
3. Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus.
4. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan
menggali kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan
penyelesaian yang terbaik bagi para pihak.15
Dalam proses mediasi yang digunakan adalah nilai-nilai yang
hidup pada para pihak sendiri, yang terdiri dari hukum, agama, moral,
etika, dan rasa adil terhadap fakta-fakta yang diperoleh untuk
mencapai suatu kesepakatan. Kedudukan mediator dalam mediasi
hanya sebagai pembantu para pihak untuk mencapai konsensus,
karena pada prinsipnya para pihak sendirilah yang menentukan
putusannya bukan mediator.
Upaya penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui mediator
demikian dengan memegang teguh keberhasilan, dalam waktu paling
16 Pasal 13 ayat (3) dan ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung Republik Indo-
nesia Nomor 01 Tahun 2008, ibid., hlm. 9.
32 Pendidikan Keadvokatan
c. Arbitrase (Arbitration)
Arbitrase merupakan sistem ADR (Alternative Dispute Resolution) yang
paling formal sifatnya. Lembaga arbitrase tidak lain merupakan suatu
jalur musyawarah yang melibatkan pihak ketiga sebagai wasitnya.17
Jadi, di dalam proses arbitrase para pihak yang bersengketa
menyerahkan penyelesaian sengketanya kepada pihak ketiga yang
bukan hakim, melalui advokat dengan sistem penyelesaian sengketa
arbitrase walaupun dalam pelaksanaan putusannya harus dengan
bantuan hakim.
Pemberian jasa hukum advokat dalam membela kliennya untuk
menyelesaikan sengketa dengan jalur arbitrase ini dapat
mempergunakan salah satu dari dua cara yang dapat membuka jalan
timbulnya perwasitan, yaitu sebagai berikut.
1. Dengan mencantumkan klausula dalam perjanjian pokok, yang
berisi bahwa penyelesaian sengketa yang mungkin timbul akan
diselesaikan dengan peradilan wasit (pactum de compromittendo).
2. Dengan suatu perjanjian tersendiri di luar perjanjian pokok.
Perjanjian ini dibuat secara khusus bila telah timbul sengketa dalam
melaksanakan perjanjian pokok. Surat perjanjian semacam ini
disebut “akta kompromis”. Akta kompromis ini ditulis dalam
suatu akta dan ditandatangani oleh para pihak. Kalau para pihak
tidak dapat menandatangani, akta kompromis itu harus dibuat di
muka notaris dan saksi. Akta kompromis tersebut berisi pokok-
pokok dari perselisihan, nama dan tempat tinggal para pihak,
demikian pula nama dan tempat tinggal wasit atau para wasit,
yang jumlahnya selalu ganjil.18
Perlu diketahui bahwa sengketa yang dapat diselesaikan melalui
jalur arbitrase yaitu sengketa dalam dunia bisnis saja seperti masalah
perdagangan, perindustrian, dan keuangan. Sengketa perdata lainnya
17 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, Jakarta: Bina Cipta,
2003, hlm. 42.
18 Richard Burton Simatupang, ibid., hlm. 45.
34 Pendidikan Keadvokatan
BAB 3
A. FUNGSI ADVOKAT
Profesi advokat/pengacara sesungguhnya dikenal sebagai profesi yang
mulia (officium nobile), karena mewajibkan pembelaan kepada semua
orang tanpa membedakan latar belakang ras, warna kulit, agama,
budaya, sosial, ekonomi, kaya miskin, keyakinan politik, gender, dan
ideologi.
Profesi advokat/pengacara menurut Ropaun Rambe bukan
sekadar mencari nafkah semata, tetapi juga harus memperjuangkan
nilai kebenaran dan keadilan, karena di dalamnya terdapat adanya
idealisme dan moralitas.1 Oleh karena itu, seorang advokat tidak dapat
terpaku begitu saja kepada hukum positif yakni kepastian hukum
dalam melakukan pembelaan terhadap kliennya. Akan tetapi seorang
advokat harus juga mengutamakan kebenaran dan keadilan, sebab
tujuan utama sebenarnya hukum itu adalah terciptanya kebenaran
dan keadilan.
Profesi advokat/pengacara berfungsi untuk membela kepentingan
masyarakat (public defender) dan kliennya. Hampir setiap orang yang
menghadapi suatu masalah di bidang hukum di era reformasi ini
cenderung menggunakan jasa advokat. Terlebih lagi dalam rangka
36 Pendidikan Keadvokatan
Selanjutnya dalam Pasal 115 ayat (1) KUHAP dikatakan bahwa:
Dalam hal penyidik sedang melakukan pemeriksaan terhadap
tersangka, penasihat hukum dapat mengikuti jalannya pemeriksaan
dengan cara melihat serta mendengar pemeriksaan. 3
Kepada Yth,
Bapak Kapolres ...............................
di
..............................
Nomor : .................................
Perihal : Mohon ditangguhkan penahanannya terhadap tersang-
ka/terdakwa ............................
Lampiran : ................ lembar.
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini saya bernama AN, S.H., Advokat
pada Kantor Advokat .......................................... (sebutkan nama
kantornya), beralamat di jalan ................................... (sebutkan
alamatnya) berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal
................................. (sebutkan tanggal, bulan, dan tahunnya), seperti
terlampir, bertindak selaku Advokat tersangka bernama
................................... (sebutkan namanya), dengan ini mohon kepada
Bapak agar dapat kiranya diberikan kebijaksanaan berupa
penangguhan penahanan, mengingat tersangka tersebut berdasarkan
hasil pemeriksaan dokter menderita penyakit ................................
(sebutkan penyakitnya).
Sebagai bahan pertimbangan Bapak, bersama ini Kami lampirkan
surat jaminan kesanggupan menjadi penjamin dari orang tua
38 Pendidikan Keadvokatan
tersangka/terdakwa, begitu pula surat keterangan hasil pemeriksaan
dokter terlampir.
Demikian permohonan kami, atas bantuan, pertimbangan, dan
kebijaksanaan Bapak diucapkan terima kasih.
Sungai Penuh,………………20…
Kantor Advokat………….
Hormat Kami,
Advokat Tersangka/Terdakwa
AN, S.H.
4 Bambang Sunggono, Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Bandung: Mandar Maju, 1994, hlm. 135.
40 Pendidikan Keadvokatan
Bantuan hukum (baca advokat) adalah salah satu upaya mengisi
hak-hak asasi manusia (HAM) terutama bagi masyarakat yang tidak
mampu supaya dapat memperoleh keadilan sama dengan masyarakat
yang ekonominya sudah mapan. Dalam hal ini telah dijamin dalam
Universal Declaration of Human Rigts (Deklarasi Umum tentang Hak-
Hak Asasi Manusia), khususnya Pasal 6 dan Pasal 7.
Pasal 6 menyebutkan Every one has the right to recognition every
where as a person before the law, (setiap orang berhak atas pengakuan
sebagai manusia pribadi terhadap undang-undang di mana saja
berada).
Pasal 7 berbunyi All are equal before the law and are entitled without
any descrimination to equal protection of the law. All are entitled to equal
protection against any descrimination in violation of this Declaration and
against in citement to such descrimination, (sekalian orang adalah sama
terhadap undang-undang dan berhak atas perlindungan hukum yang
sama dengan tak ada perbedaan. Semua orang berhak atas
perlindungan yang sama terhadap setiap perbedaan yang melanggar
pernyataan ini dan terhadap segala hasutan yang ditujukan kepada
perbedaan semacam ini).
Di samping itu, di dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar
1945 menyebutkan bahwa, segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada ke-
cualinya. Oleh karena itu, pembelaan bagi orang tidak mampu baik
itu di dalam ataupun di luar pengadilan merupakan hak asasi manusia
dan bukan sekadar pertolongan.
Sesungguhnya pengabaian hak-hak orang yang tidak mampu
justru akan dapat mengakibatkan gejolak sosial yang tidak perlu.
Lembaga Advokasi sebenarnya sebagai alat peredam yang ampuh akan
kemungkinan terjadinya gejolak sosial dan ketidakpuasan kaum
miskin yang biasanya terlupakan.
Dengan demikian advokat merupakan salah satu cara menuju
masyarakat yang berkeadilan sosial, di mana terjadi pemerataan bukan
saja di bidang ekonomi dan sosial, akan tetapi juga di bidang hukum
dan keadilan.
42 Pendidikan Keadvokatan
yang merendahkan harkat martabat profesi. Kebebasan tersebut
dilaksanakan sesuai dengan kode etik profesi dan peraturan per-
undang-undangan.
Menurut Frans Hendra Winarta, bahwa Kebebasan profesi ad-
vokat menjadi sangat penting artinya bagi masyarakat yang
memerlukan jasa hukum(legal services) dan pembelaan (litigation) dari
seorang advokat, sehingga seorang anggota masyarakat yang perlu
dibela akan mendapat jasa hukum dari seorang advokat independen,
yang dapat membela semua kepentingan kliennya tanpa ragu-ragu.6
Dengan adanya kebebasan profesi advokat tersebut, maka ia bebas
berpartisipasi dan mendiskusikan hukum dan sistem peradilan secara
terbuka untuk konsumsi umum, serta bebas juga mendirikan atau
bergabung dengan organisasi advokat lokal, nasional, maupun
internasional. Ini dapat terwujud jika benar-benar penegakan hukum
dan keadilan ingin dicapai secara merata dan tidak memihak, sebagai
negara hukum yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam Revolusi Kongres VII PBB tahun 1985 dinyatakan dengan
tegas, bahwa asas kebebasan advokat merupakan syarat mutlak
sebagai komplemen atau bagian yang tidak terpisahkan dari ke-
bebasan peradilan atau sebagai complement of the independence of the
judiciary.
7 Joko Tri Prasetya, dkk., Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, cetakan
ketiga, hlm. 154.
44 Pendidikan Keadvokatan
masyarakat. Dengan demikian, segala tingkah laku dan perbuatan
seorang advokat harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
46 Pendidikan Keadvokatan
tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu barang kepada siapa
pun juga;
– Bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pemberi
jasa hukum akan bertindak jujur, adil, dan bertanggung jawab
berdasarkan hukum dan keadilan;
– Bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi di dalam atau di
luar pengadilan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu
kepada hakim, pejabat pengadilan atau pejabat lainnya agar
memenangkan atau menguntungkan bagi perkara klien yang
sedang atau akan saya tangani;
– Bahwa saya akan menjaga tingkah laku saya dan akan
menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kehormatan,
martabat, dan tanggung jawab saya sebagai advokat;
– Bahwa saya tidak akan menolak untuk melakukan pembelaan
atau memberi jasa hukum di dalam suatu perkara yang menurut
hemat saya merupakan bagian dari tanggung jawab profesi saya
sebagai seorang advokat.
48 Pendidikan Keadvokatan
Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah bahwa etika adalah suatu
peraturan yang mengandung petunjuk bagaimana manusia harus
berlaku, bagaimana manusia bertindak. Etika itu terdiri dari peraturan
tentang agama, kesusilaan, hukum, dan adat. Etika itu menyangkut
manusia sebagai perseorangan, sedangkan hukum positif dan hukum
adat menyangkut masyarakat.
Dalam perkembangannya, etika dapat dibagi menjadi 2 (dua),
yaitu (1) etika perangai, dan (2) etika moral. Etika perangai adalah
adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia
dalam hidup bermasyarakat di daerah tertentu, pada waktu tertentu
pula. Etika perangai tersebut diakui dan berlaku karena disepakati
masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku. Contoh etika
perangai adalah sebagai berikut:
1. berbusana adat;
2. pergaulan muda-mudi;
3. perkawinan semenda;
4. upacara adat.
Adapun etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku
baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Jika etika ini dilanggar,
maka dapat menimbulkan kejahatan, yakni perbuatan yang tidak baik
dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut
moral. Contoh moral adalah sebagai berikut:
1. berkata dan berbuat jujur;
2. menghormati orang tua atau guru;
3. menghargai orang lain;
4. membela kebenaran dan keadilan;
5. menyantuni anak yatim piatu.
Dalam perkataan sehari-hari sering kali orang salah atau
mencampuradukkan antara kata etika dan etiket. Kata etika berarti
moral, sedangkan kata etiket berarti sopan santun, tata krama.
Persamaan antara etika dengan etiket adalah sama-sama mengenai
perilaku manusia. Etika maupun etiket mengatur perilaku manusia
secara normatif, maksudnya memberi norma perilaku manusia
(2) Advokat wajib tunduk dan mematuhi kode etik profesi advokat
dan ketentuan tentang Dewan Kehormatan Organisasi Advokat.
(3) Kode etik profesi advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.
(4) Pengawasan atas pelaksanaan kode etik profesi advokat
dilakukan oleh Organisasi Advokat.
50 Pendidikan Keadvokatan
Bertitik tolak dari ketentuan dalam Pasal 26 ayat (1), ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4) di atas, terdapat gambaran bahwa campur tangan
dari luar organisasi advokat dalam mengawasi advokat menjalankan
profesinya telah tidak diperkenankan lagi. Akan tetapi yang perlu di-
waspadai jangan sampai ketentuan ini disalahgunakan oleh kalangan
advokat sendiri dalam membela anggotanya yang melakukan pe-
langgaran kode etik profesi tersebut.
Kode etik advokat merupakan kaidah yang telah ditetapkan
untuk dipedomani oleh advokat dalam berbuat dan sekaligus
menjamin mutu moral profesi di mata masyarakat. Kode etik advokat
merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan
penerapan pemikiran etis atas suatu profesi.
Selanjutnya Menurut Ropaun Rambe menjelaskan bahwa Kode
etik advokat adalah pengaturan tentang perilaku anggota-anggota baik
dalam interaksi sesama anggota atau rekan anggota organisasi advokat
lainnya maupun dalam kaitannya di muka pengadilan, baik beracara
di dalam maupun di luar pengadilan.4
Untuk menindaklanjuti ketentuan yang tercantum dalam Pasal
26 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat itu,
maka pada tanggal 23 Mei 2003 terdapat 7 (tujuh) organisasi advokat
yang bergabung dalam Komite Kerja Advokat Indonesia (KKAI), yaitu
Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia
(AAI), Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Asosiasi Konsultan
Hukum Indonesia (AKHI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar
Modal (HKHPM), Serikat Pengacara Indonesia (SPI), dan Himpunan
Advokat & Pengacara Indonesia (HAPI) untuk menciptakan Kode
Etik Advokat Indonesia. Kode etik advokat ini menggantikan kode
etik advokat yang lama.
Adapun kode etik advokat Indonesia yang baru ini terdiri dari 12
bab dan 24 pasal, yaitu sebagai berikut.
Bab I Ketentuan Umum (Pasal 1 ayat (a), ayat (b), ayat (c), ayat
(d), ayat (e), dan ayat (f)).
52 Pendidikan Keadvokatan
Kehormatan Pusat (Pasal 18 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat
(4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (8), ayat (9), ayat (10), ayat
(11), ayat (12), dan ayat (13)).
Bagian Kesepuluh Keputusan Dewan Kehormatan (Pasal 19
ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5)).
Bagian Kesebelas Ketentuan-Ketentuan tentang Dewan
Kehormatan (Pasal 20).
Bab X Kode Etik & Dewan Kehormatan (Pasal 21).
Bab XI Aturan Peralihan (Pasal 22 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat
(4), dan Pasal 23).
Bab XII Penutup (Pasal 24).
Pada Bab II Pasal 2 disebutkan advokat adalah warga negara
Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria,
jujur, dalam mempertahankan keadilan dan kebenaran dilandasi moral
yang tinggi, luhur, dan mulia, dan yang dalam melaksanakan tugasnya
menjunjung tinggi hukum, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia,
kode etik advokat serta sumpah jabatannya.
Kepribadian merupakan gambaran jati diri seseorang dalam
melaksanakan profesinya. Wujud kepribadian avokat dalam
menjalankan profesinya sebagai pemberi jasa layanan hukum diatur
dalam Pasal 3 kode etik advokat, yaitu sebagai berikut.
a . Advokat dapat menolak untuk memberi nasihat dan bantuan hukum
kepada setiap orang yang memerlukan jasa hukum dan/atau bantuan
hukum dengan pertimbangan tidak sesuai dengan keahliannya atau
bertentangan dengan hati nuraninya, tetapi tidak menolak dengan
alasan karena perbedaan suku, agama, kepercayaan, keturunan, jenis
kelamin, keyakinan, dan kedudukan sosialnya.
b . Advokat dalam melakukan tugasnya tidak bertujuan semata-mata
untuk memperoleh imbalan materi tetapi lebih mengutamakan
tegaknya hukum, kebenaran, dan keadilan.
c. Advokat dalam menjalankan praktik profesinya harus bebas dan
mandiri serta tidak dipengaruhi oleh siapa pun dan wajib mem-
perjuangkan setinggi-tingginya hak asasi manusia dalam negara hu-
kum Indonesia.
5 Supriadi, Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,
2006, hlm. 90.
54 Pendidikan Keadvokatan
c. Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada kliennya bahwa perkara
yang ditanganinya akan menang.
d. Dalam menentukan besarnya honorarium advokat wajib memper-
timbangkan kemampuan klien.
e. Advokat tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya
yang tidak perlu.
f. Advokat dalam mengurus perkara cuma-cuma harus memberikan
perhatian yang sama seperti terhadap perkara untuk mana ia mene-
rima uang.
g. Advokat harus menolak mengurus perkara yang menurut keyaki-
nannya tidak mempunyai dasar hukum.
h. Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang di-
bertitahukan klien secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga
rahasia itu, setelah berakhirnya hubungan antara advokat dan klien
itu.
i. Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan
kepadanya pada saat-saat yang tidak menguntungkan posisi klien
atau pada saat itu akan dapat menimbulkan kerugian yang tidak
dapat diperbaiki lagi bagi klien yang bersangkutan, dengan tidak
mengurangi ketentuan sebagaimana dalam Pasal 3 huruf (a).
j. Advokat yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak
atau lebih harus mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan
kepentingan-kepentingan tersebut, apabila di kemudian hari timbul
pertentangan-pertentangan kepentingan antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
k. Hak retensi advokat terhadap klien sepanjang tidak akan menim-
bulkan kerugian kepentingan klien.
Apabila diperhatikan dengan saksama tentang hubungan antara
seorang advokat dengan klien sebagaiman telah disebutkan di dalam
Pasal 4 di atas, maka dapatlah dijelaskan bahwa huruf (a) sampai dengan
huruf (k) memberikan gambaran bahwa hubungan antara seorang
advokat dengan klien secara faktual merupakan hubungan ke-
percayaan (trust). Sebab jika isi pasal tersebut dilanggar oleh seorang
56 Pendidikan Keadvokatan
d. Dalam perkara pidana yang sedang berjalan, advokat hanya dapat
menghubungi hakim apabila bersama-sama dengan jaksa penuntut
umum.
e. Advokat tidak dibenarkan mengajari dan/atau mempengaruhi saksi-
saksi yang diajukan oleh pihak lawan dalam perkara perdata atau
oleh jaksa penuntut umum dalam perkara pidana.
f. Apabila advokat mengetahui bahwa seorang telah menunjuk advokat
mengenai suatu perkara tertentu, maka hubungan dengan orang itu
mengenai perkara tertentu tersebut hanya boleh dilakukan melalui
advokat tersebut.
g. Advokat bebas mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan atau pendapat
yang dikemukakan dalam sidang pengadilan dalam rangka pem-
belaan dalam suatu perkara yang menjadi tanggung jawabnya baik
dalam sidang terbuka maupun dalam sidang tertutup yang dike-
mukakan secara proporsional dan tidak berlebihan dan untuk itu
memiliki imunitas hukum baik perdata maupun pidana.
h. Advokat mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan hukum
secara cuma-cuma (prodeo) bagi orang yang tidak mampu.
i. Advokat wajib menyampaikan pemberitahuan tentang putusan peng-
adilan mengenai perkara yang ia tangani kepada kliennya pada
waktunya.
Berdasarkan kode etik advokat di atas, maka advokat merupakan
suatu profesi yang sangat mulia, karena membantu manusia atau orang
yang sangat membutuhkannya, apalagi manusia atau orang yang
sedang dalam keadaan tertimpa masalah. Di sini diharapkan agar
advokat betul-betul mengemban tugas dan fungsi ini sesuai kode etik
profesi dan kode etik agama yang dianutnya. Sebab pada akhirnya
pertanggungjawaban seorang advokat bukan hanya kepada negara,
bangsa dan masyarakat, serta kliennya, namun yang paling penting
dan utama adalah kepada Allah SWT sebagai pencipta alam semesta
ini.
Untuk memeriksa dan mengadili pelanggaran kode etik profesi
advokat, maka dibentuklah “Dewan Kehormatan ”. Dewan
kehormatan ini telah disebutkan di dalam Bab IX Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2003 tentang advokat.
58 Pendidikan Keadvokatan
Cabang/Daerah yang berwenang untuk memeriksa pengaduan itu
baik langsung atau melalui Dewan Pimpinan Cabang/Daerah.
Adapun tanggung jawab Dewan Kehormatan dalam memeriksa
pelanggaran kode etik advokat pada tingkat pertama dilakukan
sepenuhnya oleh Dewan Kehormatan Cabang/Daerah. Hal ini telah
dijelaskan di dalam Pasal 13 Kode Etik Advokat sebagai berikut.
1. Dewan Kehormatan Cabang/Daerah setelah menerima pengaduan
tertulis yang disertai surat-surat bukti yang dianggap perlu,
menyampaikan surat pemberitahuan selambat-lambatnya dalam
waktu 14 (empat belas) hari dengan surat kilat khusus/tercatat kepada
teradu tentang adanya pengaduan dengan menyampaikan salinan/
kopi surat pengaduan tersebut.
2. Selambat-lambatnya dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari pihak
teradu harus memberikan jawabannya secara tertulis kepada Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah yang bersangkutan, disertai surat-surat
yang dianggap perlu.
3. Jika dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari tersebut teradu tidak
memberikan jawaban tertulis, Dewan Kehormatan Cabang/Daerah
menyampaikan pemberitahuan kedua dengan peringatan bahwa
apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal surat pe-
ringatan tersebut ia tetap tidak memberikan jawaban tertulis, maka
ia dianggap telah melepaskan hak jawabannya.
4. Dalam hal teradu tidak menyampaikan jawaban sebagaimana diatur
di atas dan dianggap telah melepaskan hak jawabnya, Dewan Ke-
hormatan Cabang/Daerah dapat segera menjatuhkan putusan tanpa
kehadiran pihak-pihak yang bersangkutan.
5. Dalam hal jawaban yang diadukan telah diterima, maka Dewan
Kehormatan dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
menetapkan hari sidang dan menyampaikan panggilan secara patut
kepada pengadu dan kepada teradu untuk hadir di persidangan yang
sudah ditetapkan tersebut.
6. Panggilan-panggilan tersebut harus sudah diterima oleh yang ber-
sangkutan paling lambat 3 (tiga) hari sebelum hari sidang yang di-
tentukan.
60 Pendidikan Keadvokatan
d. Dewan berwenang untuk memberikan keputusan di luar hadir-
nya teradu, yang mempunyai kekuatan yang sama seperti kepu-
tusan biasa.
Dewan Kehormatan Cabang/Daerah dalam melakukan sidang
pemeriksaan kepada advokat yang dituduh/didakwa telah melakukan
pelanggaran kode etik advokat ini dilakukan dengan sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang anggota. Hal ini telah dijelaskan di dalam
Pasal 14 Kode Etik Advokat yang berbunyi sebagai berikut.
1. Dewan Kehormatan Cabang/Daerah bersidang dengan majelis yang
terdiri sekurang-kurangnya atas 3 (tiga) orang anggota yang salah
satu merangkap sebagai Ketua Majelis, tetapi harus selalu berjumlah
ganjil.
2. Mejelis dapat terdiri dari Dewan Kehormatan atau ditambah dengan
anggota Majelis Kehormatan Ad Hoc yaitu orang yang menjalankan
profesi di bidang hukum serta mempunyai pengetahuan dan menjiwai
kode etik advokat.
3. Majelis dipilih dalam rapat Dewan Kehormatan Cabang/Daerah
yang khusus dilakukan untuk itu yang dipimpin oleh Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah atau jika ia berhalangan oleh anggota
dan lainnya yang tertua.
4. Setiap dilakukan persidangan, Majelis Dewan Kehormatan diwa-
jibkan membuat atau menyuruh membuat berita acara persidangan
yang disahkan dan ditandatangani oleh Ketua Majelis yang menyi-
dangkan perkara itu.
5. Sidang-sidang dilakukan secara tertutup, sedangkan keputusan diu-
capkan dalam sidang terbuka.
Berdasarkan dengan ketentuan Pasal 14 kode etik di atas, maka
di dalam Pasal 15 Kode Etik Advokat itu diatur khusus mengenai
cara pengambilan keputusan. Adapun bunyi ketentuan dalam Pasal
15 Kode Etik Advokat adalah sebagai berikut.
1. Setelah memeriksa dan mempertimbangkan pengaduan, pembelaan,
surat-surat bukti dan keterangan saksi-saksi maka Majelis Dewan
Kehormatan mengambil keputusan yang dapat berupa:
62 Pendidikan Keadvokatan
c. Pemberhentian sementara untuk waktu tertentu bilamana sifat
pelanggarannya berat, tidak mengindahkan dan tidak menghor-
mati ketentuan kode etik atau bilamana setelah mendapat sanksi
berupa peringatan keras masih mengulangi melakukan pelang-
garan kode etik.
d. Pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi bilamana di-
lakukan pelanggaran kode etik dengan maksud dan tujuan meru-
sak citra serta martabat kehormatan profesi advokat yang wajib
dijunjung tinggi sebagai profesi yang mulai dan terhormat.
3. Pemberian sanksi pemberhentian sementara untuk waktu tertentu
harus diikuti larangan untuk menjalankan profesi advokat di luar
maupun di muka pengadilan.
4. Terhadap mereka yang dijatuhi sanksi pemberhentian sementara untuk
waktu tertentu dan/atau pemecatan dari keanggotaan organisasi
profesi disampaikan kepada Mahkamah Agung untuk diketahui dan
dicatat dalam daftar advokat.
Adapun putusan yang dijatuhkan oleh majelis dewan kehormatan
kepada seorang advokat (teradu), dan orang yang merasa belum puas
(pengadu) atas putusan tersebut, maka terhadapnya dapat melakukan
keberatan atas putusan tersebut.
Di dalam Pasal 18 Kode Etik Advokat dinyatakan bahwa apabila
pengadu atau teradu tidak puas dengan keputusan Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah, ia berhak mengajukan permohonan
banding atas keputusan tersebut kepada Dewan Kehormatan Pusat.
Pengajuan permohonan banding beserta memori banding yang
sifatnya wajib, harus disampaikan melalui Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal
yang bersangkutan menerima salinan keputusan.
Oleh karena itu, Dewan Kehormatan Cabang/Daerah setelah
menerima memori banding yang bersangkutan selaku pembanding
selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak
penerimaannya, mengirimkan salinannya melalui surat kilat khusus
atau tercatat kepada pihak lainnya selaku terbanding (Pasal 18 ayat
(1) dan ayat (2) Kode Etik Advokat).
64 Pendidikan Keadvokatan
pihak agar perkaranya diperiksa langsung oleh Dewan Kehormatan
Pusat.
(13) Semua ketentuan yang berlaku untuk pemeriksaaan pada tingkat
pertama oleh Dewan Kehormatan Cabang/Daerah, mutatis mu-
tandis berlaku untuk pemeriksaan tingkat banding oleh Dewan
Kehormatan Pusat.
Dalam kaitannya dengan fungsi dan peran keberadaan Dewan
Kehormatan Advokat sebagai dewan yang memiliki peranan yang
sangat penting dalam penegakan kode etik tersebut. Menurut Daniel
S. Lev bahwa untuk mengefektifkan peran Dewan Kehormatan dalam
melaksanakan fungsinya, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan
sebagai berikut.
Pertama, penambahan fungsi Dewan Kehormatan yang tidak saja
bertindak sebagai lembaga peradilan pelanggaran kode etik profesi
tetapi juga bertanggung jawab pengembangan materi kode etik. Pada
dasarnya dunia profesional terus berkembang sejalan dengan
perkembangan masyarakat, yang kemudian berdampak terhadap
kode etik dan standar profesi yang diterapkan. Organisasi advokat
dituntut untuk selalu cepat tanggap terhadap perkembangan dalam
masyarakat dan bahkan diharapkan mampu bersikap antisipatif. Oleh
sebab itu, diperlukan organ khusus dalam organisasi advokat yang
mengawasi perkembangan materi kode etik atau kemungkinan
pembuatan standar profesi (bagi bidang-bidang advokat tertentu). Hal
ini termasuk mengadakan riset-riset dan studi banding serta
menampung masukan-masukan dari masyarakat terutama para
pengguna jasa, misalnya masyarakat pelaku usaha atau kalangan bisnis
yang mayoritas pengguna jasa konsultan hukum atau masyarakat
umum sebagai pengguna jasa praktisi hukum (litigasi). Dewan
Kehormatan juga harus mensosialisasikan kode etik seluas mungkin
pada klien dan anggota masyarakat agar mereka tahu ukuran objektif
dalam menilai apakah seorang advokat telah bertindak etis atau tidak
dalam berhubungan secara fungsional dengan mereka.
Kedua, perubahan itu mengakibatkan susunan Dewan Ke-
hormatan yang baru serta kebutuhan penambahan jumlah anggota
6 Daniel S. Lev, Advokat Indonesia Mencari Ligitimasi, Studi tentang Tanggung Jawab
Profesi Hukum di Indonesia, Jakarta: The Asia Foudation dan Pusat Studi Hukum
& Kebijakan Indonesia, 2002, edisi revisi, hlm. 325–326.
66 Pendidikan Keadvokatan
4. kegiatan sosial kemasyarakatan,
5. komunikasi profesi.7
68 Pendidikan Keadvokatan
5. Komunikasi Profesi
Komunikasi profesi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
sumber daya advokat. Komunikasi ini dilakukan untuk peningkatan
hubungan yang harmonis dengan penegak hukum sesama advokat,
polisi Republik Indonesia, jaksa, hakim, dan pemerintah, serta menjalin
hubungan dengan mass media.
Membangun hubungan tersebut bertujuan untuk menstimulasi
kelancaran komunikasi antara penegak hukum. Kemampuan tersebut
akan sangat menentukan tingkat keberhasilan dalam memper-
juangkan kebenaran dan keadilan ketika melayani kepentingan klien.
Hal ini telah dijelaskan di dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2003 tentang Advokat yang berbunyi Dalam menjalankan
profesinya, advokat berhak memperoleh informasi, data, dan komunikasi
lainnya, baik dari instansi pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan
dengan kepentingan tersebut yang diperlukan untuk pembelaan ke-
pentingan kliennya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian, jelaslah bahwa tanpa kemampuan ber-
komunikasi profesi sesama aparat penegak hukum yang baik, sudah
barang tentu upaya proses pelayanan kepentingan klien menjadi tidak
optimal. Sebagai contoh, misalnya seorang klien ingin mendapatkan
informasi mengenai perkembangan hasil dakwaan jaksa penuntut
umum di kejaksaan. Advokat yang memiliki komunikasi profesi yang
baik dengan jaksa penuntut umum tidak akan mengalami kesulitan
untuk memperoleh informasi tersebut. Pada gilirannya klien akan
memperoleh kepuasan dan manfaat ketika menggunakan jasa dari
advokat bersangkutan.
1. Dalam Persidangan
Sebelum sidang di mulai, panitera, penuntut umum, penasihat
hukum (advokat) dan pengunjung yang sudah ada, duduk di
tempatnya masing-masing dalam ruang sidang. Pada saat hakim
memasuki dan meninggalkan ruang sidang, semua yang hadir berdiri
untuk menghormat. Selama sidang berlangsung setiap orang yang
keluar masuk ruang sidang diwajibkan memberi hormat (Pasal 232
KUHAP).
Dalam pemeriksaan terhadap orang yang disangka dan didakwa
melakukan perbuatan pidana dalam KUHAP ada 2 (dua) macam pe-
meriksaan, yaitu:
1. pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan oleh penyidik;
2. pemeriksaan di persidangan yang dilakukan oleh hakim.
Dalam pemeriksaan pendahuluan dianut sistem pemeriksaan
inquisitoir, yakni pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik di mana
tersangka boleh didampingi oleh advokat tetapi kedudukan advokat
hanya bersifat pasif, yaitu hanya melihat dan mendengarkan
pemeriksaan tersangka. Tersangka boleh meminta penjelasan kepada
advokatnya tentang pertanyaan dari penyidik yang tidak dimengerti
oleh tersangka.
70 Pendidikan Keadvokatan
Di dalam pemeriksaan di persidangan dianut sistem acusatoir, di
mana seorang tersangka, terdakwa dan advokat dianggap sebagai
subjek, yang berarti di depan hakim kedudukan dan hak-haknya
sama nilainya oleh penuntut umum. Jadi tersangka, terdakwa dan
advokat serta penuntut umum diberi hak, kesempatan yang sama
oleh hakim. Di dalam persidangan setiap orang yang disangka atau
didakwa di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum
adanya keputusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan
memperoleh kekuatan hukum yang tetap.
Di dalam membela perkara, seorang advokat harus tahu etiket,
dan penegak hukum harus tahu tugas masing-masing, seperti
penuntut umum sebagai wakil negara bertugas membuktikan
kesalahan, bahwa terdakwa benar-benar telah melakukan kejahatan
ataupun pelanggaran sebagaimana disebutkan dalam surat dakwaan.
Demikian juga seorang advokat yang mendampingi terdakwa, bertugas
membuktikan terdakwa yang didampinginya itu tidak terbukti me-
lakukan perbuatan kejahatan yang didakwakan, atau terbukti mela-
kukan perbuatan tetapi perbuatannya itu bukan perbuatan kejahatan
atau pelanggaran.
Apabila terdakwa terbukti melakukan perbuatan kejahatan atau
pelanggaran, maka advokat dapat mengajukan permohonan kepada
hakim atau pengadilan suatu keringanan atau kemurahan hati, dan
tugas hakim memeriksa, mengadili, memperhatikan dan meneliti
argumentasi pleidooi (pembelaan) advokat dan requisitoir (tuntutan)
jaksa penuntut umum. Hakim majelis atau tunggal dalam memeriksa
dan memutus perkara pidana berdasarkan alat-alat bukti sebagaimana
telah ditetapkan dalam hukum acara pidana.
Menurut Pasal 183 KUHAP, hakim tidak boleh menjatuhkan
pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya
dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya. 1 Ketentuan Pasal 183 ini adalah untuk menjamin
tegaknya kebenaran, keadilan, dan kepastian hukum bagi seseorang.
2. Eksepsi
Eksepsi atau tangkisan adalah alat pembelaan dengan tujuan utama
untuk menghindarkan diadakannya putusan tentang pokok perkara,
karena apabila tangkisan ini diterima oleh pengadilan, pokok perkara
tidak perlu diperiksa dan diputus. Eksepsi menurut Luhut M.P.
Pangaribuan adalah untuk menjawab surat dakwaan dan berhu-
bungan dengan apakah (1) pengadilan tidak berwenang mengadili
perkara, (2) dakwaan tidak dapat diterima, dan (3) surat dakwaan
harus dibatalkan.2
Eksepsi di mana pengadilan dinyatakan tidak berwenang dapat
bersifat relatif dan absolut. Eksepsi relatif terjadi bilamana pengadilan
tidak berwenang atau dua pengadilan atau lebih berwenang mengadili
perkara yang sama atau tidak berwenang mengadilinya karena waktu
dan tempat tidak pernah terjadi. Hal ini dapat dilihat Pasal 150 KUHAP
dan Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP, yang berbunyi:
Pasal 150 KUHAP
Sengketa tentang wewenang mengadili terjadi:
a . jika dua pengadilan atau lebih menyatakan dirinya berwenang
mengadili atas perkara yang sama;
b . jika dua pengadilan atau lebih menyatakan dirinya tidak berwenang
mengadili perkara yang sama. 3
72 Pendidikan Keadvokatan
Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP
(2) penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal
dan ditandatangani serta berisi:
b . uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak
pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan
tempat tindak pidana itu dilakukan. 4
KEBERATAN (EKSEPSI)
Atas Surat Dakwaan dalam perkara Pidana Nomor……
Dalam perkara pidana atas nama terdakwa:
1. Nama lengkap : Soedirman
Tempat dan tanggal lahir : Sungai Penuh, 19 Agustus 1965
Umur : 41 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : SMP
Tempat tinggal/alamat : Jalan Depati Parbo Desa Karya Bakti
Sungai Penuh.
2. Status : Ditahan sejak tanggal .......................
3. Didakwa melanggar : Pasal 365 KUHP
4. Disidangkan di : Pengadilan Negeri Sungai Penuh
5. Dibacakan pada : Hari ..................... Tanggal ...................
74 Pendidikan Keadvokatan
Sebelum kami menanggapi Surat Dakwaan Jaksa Penuntut
Umum kiranya perlu kami sampaikan bahwa Surat Dakwaan
merupakan dasar pemeriksaan perkara suatu pidana dalam sidang
pengadilan. Oleh karena itu, Surat Dakwaan merupakan hal yang
sangat penting dalam proses penuntutan perkara pidana, maka surat
dakwaan haruslah dibuat sedemikian rupa dalam arti cermat, jelas
dan lengkap yang didukung oleh fakta-fakta sebagaimana ditentukan
oleh Pasal 143 ayat (2) KUHAP.
Di samping itu, pentingnya surat dakwaan bagi terdakwa adalah
merupakan dasar untuk mempersiapkan pembelaannya, karena surat
dakwaan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP akan merugikan hak pembelaan
diri terdakwa sebagai pencari keadilan. Begitu juga Jaksa Penuntut
Umum bahwa surat dakwaan itu penting yakni sebagai dasar untuk
proses pembuktian perbuatan terdakwa, di samping itu juga sebagai
dasar untuk pembuatan surat dakwaan.
Selanjutnya Hakim dalam surat dakwaan itu juga penting sebagai
dasar pemeriksaan di persidangan dan sekaligus merupakan ruang
lingkup pemeriksaan, serta sebagai dasar pertimbangan dalam
mengambil putusannya kelak.
Secara konkret bahwa syarat sahnya surat dakwaan harus
memenuhi syarat formil dan materiil sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 143 ayat (2) KUHAP, bahwa syarat formil, harus memuat
identitas terdakwa yang berisi nama lengkap, tempat lahir/umur,
tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan
pekerjaan terdakwa. Syarat materiil, yaitu harus diuraikan secara
cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan
dengan menyebut waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.
Bahwa apabila syarat yang ditentukan dalam Pasal 143 ayat (2)
KUHAP tidak terpenuhi, maka menurut ketentuan Pasal 143 ayat
(3) KUHAP, dakwaan Jaksa Penuntut Umum batal demi hukum.
76 Pendidikan Keadvokatan
dakwaan tersebut, termasuk tidak memenuhi syarat uraian
cermat, jelas, dan lengkap. Oleh karena itu, dapat menjadi alasan
Majelis Hakim untuk membatalkan demi hukum surat dakwaan
Jaksa Penuntut Umum tersebut.
4. Bahwa Jaksa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya men-
dakwa ...............................................................................................
Hormat Kami
AN, S.H.
3. Surat Dakwaan
Menurut Pasal 140 KUHAP, apabila penuntut umum berpendapat
bahwa hasil penyidikan dari penyidik dapat dilakukan penuntutan,
maka ia dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan. Menurut
Syarifuddin Pettenasse, bahwa surat dakwaan adalah suatu surat atau
78 Pendidikan Keadvokatan
Syarat formal yaitu surat dakwaan harus berisi tentang nama
lengkap, tempat lahir, umur, atau tanggal lahir, jenis kelamin, tempat
tinggal, agama, dan pekerjaan tersangka/terdakwa. Adapun syarat
materiil yaitu suatu dakwaan berisi uraian cermat, jelas, dan lengkap
mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebut waktu
dan tempat tindak pidana dilakukan.
Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a di atas tidaklah dapat diterima, sedangkan
surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan seperti yang
tercantum pada huruf b di atas batal demi hukum. Turunan surat
pelimpahan perkara beserta surat dakwaan disampaikan kepada
tersangka atau penasihat hukumnya dan penyidik, pada saat yang
bersamaan dengan penyampaian surat pelimpahan perkara tersebut
ke pengadilan negeri.
Penuntut umum dapat mengubah surat dakwaan sebelum
pengadilan menetapkan hari sidang dan perubahan ini dapat
dilakukan hanya satu kali selambat-lambatnya tujuh hari sebelum
sidang dimulai. Apabila ada perubahan atas surat dakwaan oleh
penuntut umum maka turunan perubahan surat dakwaan
disampaikan kepada tersangka atau penasihat hukum dan penyidik.
Menyusun surat dakwaan dikenal beberapa bentuk. Menurut
Djoko Prakoso dan Iketut Murtika, bentuk surat dakwaan terdiri atas:
a. Dakwaan tunggal;
b. Dakwaan alternatif;
c. Dakwaan subsidiair;
d. Dakwaan kumulatif;
e. Dakwaan campuran.7
a. Dakwaan Tunggal
Dalam dakwaan tunggal, terdakwa didakwa perbuatannya yang
termasuk dalam perumusan hanya satu delik atau satu perbuatan
b. Dakwaan Alternatif
Dakwaan secara alternatif, kepada terdakwa secara faktual
didakwakan lebih dari satu tindak pidana, tetapi pada hakikatnya ia
hanya didakwa atau dipersalahkan satu tindak pidana saja.
Dinamakan alternatif sebab dakwaannya satu sama lain saling
mengecualikan dan merupakan alternatif. Dipergunakan dakwaan
alternatif adalah untuk menutup kemungkinan terhindarnya
terdakwa dari penghukuman.
Contoh:
Terdakwa didakwa:
– primair : melakukan perbuatan pencurian barang
(Pasal 362 KUHP),
– subsidiair : melakukan perbuatan menggelapkan barang
(Pasal 372 KUHP),
– lebih subsidiair : melakukan perbuatan penipuan ringan (Pasal
379 KUHP),
– dan seterusnya.
c. Dakwaan Subsidiair
Dakwaan secara subsidiair sama halnya dengan dakwaan alternatif,
di mana terdakwa didakwakan satu tindak pidana saja. Maka sebagai
konsekuensi pembuktiannya apabila salah satu dakwaan telah
terbukti, maka dakwaan selebihnya tidak perlu dibuktikan lagi.
Dalam pembuatan surat dakwaan subsidiair, terhadap kejahatan
tersebut ancaman hukuman yang terberat disebutkan paling atas dan
berturut-turut ke bawah yang paling ringan. Dakwaan yang terberat
biasanya digunakan istilah primair, kemudian subsidiair, lebih
subsidiair lagi dan seterusnya.
80 Pendidikan Keadvokatan
Contoh:
Pembunuhan, terdakwa didakwa:
– primair : melakukan perbuatan pembunuhan (Pasal
338 KUHP),
– subsidiair : melakukan penganiayaan akibatnya mening-
gal (Pasal 351 ayat (3) KUHP),
– lebih subsidiair : melakukan perbuatan karena kealpaan me-
nyebabkan matinya orang (Pasal 359 KUHP).
d. Dakwaan Kumulatif
Dakwaan secara kumulatif adalah dakwaan kepada seseorang atau
beberapa orang terdakwa yang didakwa beberapa tindak pidana
sekaligus. Masing-masing tindak pidana berdiri sendiri. Dengan
demikian dakwaan akan disusun sebagai dakwaan pertama, kedua,
ketiga, dan seterusnya dakwaan tersebut masing-masing harus
dibuktikan sendiri-sendiri kebenarannya.
Contoh:
Dakwaan pertama : didakwa mencuri pada tahun 1981 (Pasal 362
KUHP).
Dakwaan kedua : didakwa penggelapan pada tahun 1982 (Pasal
372 KUHP).
Dalam surat dakwaan kumulatif ini sering pula dibuat:
Dakwaan pertama: – primair,
– subsidiair,
– lebih subsidiair, dan seterusnya.
Dakwaan kedua: – primair,
– subsidiair,
– lebih subsidiair, dan seterusnya.
Di dalam praktik sering terjadi, bahwa jaksa penuntut umum
berpendapat dakwaan primair telah terbukti dilakukan oleh terdakwa,
akan tetapi hakim berpendapat lain, yang terbukti bukanlah dakwaan
primair, melainkan dakwaan subsidiair. Tegasnya bagi advokat/
e. Dakwaan Campuran
Dakwaan campuran sebenarnya merupakan gabungan antara bentuk
kumulatif dengan dakwaan alternatif ataupun dakwaan subsidiair. Jadi
terdakwa di samping didakwakan secara kumulatif, masih didakwakan
secara alternatif maupun secara subsidiair.
82 Pendidikan Keadvokatan
dasar dakwaan, serta apakah ia berkeluarga sedarah atau semenda
dan sampai derajat ke berapa dengan terdakwa, atau apakah ia suami
atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau terikat hubungan
kerja dengannya.
(3) Sebelum memberi keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau
janji menurut cara agamanya masing-masing, bahwa ia akan
memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain daripada
yang sebenarnya.
(4) Jika pengadilan menganggap perlu, seorang saksi atau ahli wajib
bersumpah atau berjanji sesudah saksi atau ahli itu selesai memberi
keterangan. 8
Dalam pemeriksaan saksi menurut Nawawi ada 4 (empat) macam
larangan untuk ditanyakan oleh hakim, jaksa, maupun oleh penasihat
hukum, yaitu:
a. pertanyaan yang bersifat menjerat (strik vragen);
b. pertanyaan yang bersifat sugestif (suggestieve vragen);
c. pertanyaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan perkara (niet
terzake dienende vragen); dan
d. pertanyaan yang tidak sopan (ontbetamelijke vragen).9
84 Pendidikan Keadvokatan
d. Pertanyaan yang Tidak Sopan
Pertanyaan ini juga dilarang untuk ditanyakan kepada saksi. Contoh:
Si A dituduh membunuh si B, dan si A baru kali ini diajukan ke muka
sidang. Kebetulan saksi tahu, bahwa si A adalah anak seorang pem-
bunuh. Waktu jaksa penuntut umum membuktikan, bahwa si A
seorang pembunuh korban si B, lalu diajukan saksi.
Adapun pertanyaan yang diajukan hakim, maupun jaksa
penuntut umum adalah “apakah saksi tahu bahwa si A anak seorang
pembunuh?” Pertanyaan ini dilarang diajukan sebab tidak sopan.
Seharusnya pertanyaan yang diajukan adalah "apakah saksi kenal
dengan seorang yang bernama si A?, jika saudara kenal mohon
dijelaskan, waktu terjadi pembunuhan saudara saksi berada di mana?"
Majelis hakim maupun hakim tunggal dalam memeriksa dan
memutus perkara pidana sekurang-kurangnya dari dua alat bukti yang
sah ia memperoleh keyakinan, bahwa suatu perbuatan pidana benar-
benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya. Alat bukti
yang sah menurut Pasal 184 KUHAP yaitu:
a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keterangan terdakwa.10
a. Keterangan Saksi
Secara umum pengertian keterangan saksi telah dicantumkan di dalam
Pasal 1 huruf 27 KUHAP, yang menyatakan bahwa keterangan saksi
ialah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa
keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan
86 Pendidikan Keadvokatan
b. saudara dari terdakwa atau yang sama-sama sebagai terdakwa,
saudara ibu dan saudara bapak, juga mereka yang mempunyai
hubungan karena perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa
sampai derajat ketiga;
c. suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang
bersama-sama sebagai terdakwa.
Selain karena hubungan kekeluargaan (saudara atau semenda),
menurut Pasal 170 KUHAP terdapat juga mereka karena pekerjaan,
harkat martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia,
dapat minta dibebaskan dari kewajiban memberi keterangan sebagai
saksi.
Di dalam penjelasan Pasal 170 KUHAP itu menyebutkan bahwa,
pekerjaan atau jabatan yang menentukan adanya kewajiban untuk
menyimpan rahasia ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
Jika tidak ada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang jabatan atau pekerjaan yang dimaksud, maka
seperti yang ditentukan oleh ayat ini, hakim yang menentukan sah
atau tidaknya alasan yang dikemukakan untuk mendapatkan
kebebasan tersebut.
Adapun yang berhak menyimpan rahasia jabatan itu misalnya
dokter yang harus merahasiakan penyakit yang diderita oleh
pasiennya, sedangkan yang dimaksud karena martabatnya dapat
mengundurkan diri adalah pastor agama Katolik Roma. Ini
berhubungan dengan kerahasiaan orang-orang yang melakukan
pengakuan dosa kepada pastor tersebut.
Di dalam Pasal 170 KUHAP pada ayat (1) mengatakan bahwa,
mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya
diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari
kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi ..., maka berarti
jika mereka bersedia menjadi saksi, dapat diperiksa oleh hakim.
Dengan demi-kian, maka kekecualian menjadi saksi karena harus
menyimpan rahasia jabatan atau karena martabatnya merupakan
kekecualian relatif.
88 Pendidikan Keadvokatan
agamanya masing-masing, bahwa ia akan memberikan keterangan
yang sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya.15
Adapun pengucapan sumpah bagi saksi itu merupakan syarat
mutlak, hal ini telah dijelaskan di dalam Pasal 161 ayat (1) dan (2)
KUHAP yang berbunyi:
(1) Dalam hal saksi atau ahli tanpa alasan yang sah menolak untuk
bersumpah atau berjanji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 160
ayat (3) dan ayat (4), maka pemeriksaan terhadapnya tetap
dilakukan, sedang ia dengan surat penetapan hakim ketua sidang
dapat dikenakan sandera di tempat rumah tahanan negara paling
lama empat belas hari.
(2) Dalam hal tenggang waktu penyanderaan tersebut telah lampau dan
saksi atau ahli tetap tidak mau disumpah atau mengucapkan janji,
maka keterangan yang telah diberikan merupakan keterangan yang
dapat menguatkan keyakinan hakim. 16
Berdasarkan penjelasan Pasal 161 ayat (2) tersebut dikemukakan
bahwa keterangan saksi atau ahli yang tidak disumpah atau
mengucapkan janji, tidak dapat dianggap sebagai alat bukti yang sah,
tetapi hanyalah merupakan keterangan yang dapat menguatkan
keyakinan hakim. Dengan demikian, pengucapan sumpah bagi saksi
itu merupakan syarat mutlak.
Selanjutnya menurut ketentuan Pasal 185 ayat (7) KUHAP
menyebutkan bahwa keterangan dari saksi yang tidak disumpah
meskipun sesuai satu dengan yang lain, tidak merupakan alat bukti,
namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan dari saksi
yang disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah
yang lain.17
Kemudian dijelaskan lagi di dalam Pasal 185 ayat (2) KUHAP yang
menyatakan, bahwa keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk
membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang
90 Pendidikan Keadvokatan
keterangan para saksi yang banyak itu saling bertentangan antara yang
satu dengan yang lain, mengakibatkan keterangan yang saling
bertentangan itu, harus disingkirkan sebagai alat bukti, karena ditinjau
dari segi hukum, keterangan semacam itu tidak mempunyai nilai
pembuktian maupun kekuatan pembuktian.
Adapun untuk menilai keterangan beberapa saksi sebagai alat
bukti yang sah, harus terdapat saling berhubungan antara keterangan-
keterangan tersebut, sehingga dapat membentuk keterangan yang
membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.20 Dalam
menilai dan mengkonstruksikan kebenaran keterangan para saksi,
menurut Pasal 185 ayat (6) KUHAP menjelaskan, sebagai berikut.
Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus
dengan sungguh-sungguh memperhatikan:
a . persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
b . persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain;
c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi
keterangan yang tertentu;
d. cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada
umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu
dipercaya. 21
b. Keterangan Ahli
Alat bukti pada urutan kedua berdasarkan pasal 184 KUHAP adalah
keterangan ahli. Pada masa HIR ( Herziene Inlands Reglement) dahulu,
keterangan ahli tidak termasuk alat bukti yang sah dalam pemerik-
saan perkara pidana, akan tetapi menganggapnya sebagai keterangan
keahlian yang dapat dijadikan hakim menjadi pendapatnya sendiri,
apabila hakim menilai keterangan ahli itu dapat diterima. Dalam hal
92 Pendidikan Keadvokatan
misalnya seorang dokter yang melakukan pemeriksaan mayat.
Dalam hal ini, ia menjadi saksi karena menyaksikan barang bukti,
dan kemudian menjadi ahli dengan mengemukakan pendapatnya
mengenai sebab kematian korban itu.
Di antara keterangan seorang saksi dengan keterangan seorang
ahli terdapat perbedaan. Hal ini telah dijelaskan oleh Wirjono
Prodjodikoro, bahwa keterangan seorang saksi mengenai hal-hal yang
dialami oleh saksi itu sendiri (eigen waarneming), sedangkan
keterangan seorang ahli ialah mengenai suatu penghargaan
(waardering) dari hal-hal yang sudah nyata ada, dan pengambilan
kesimpulan dari hal-hal itu.24
Di dalam Pasal 180 ayat (1) KUHAP menjelaskan bahwa dalam
hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul
di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan
ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang
berkepentingan. 25 Misalnya hakim menganggap perlu untuk
menentukan keaslian suatu intan yang menjadi pokok perkaranya,
untuk itu hakim dapat meminta keterangan dari seorang ahli intan.
Akan tetapi, jika terdakwa atau penasihat hukumnya keberatan
terhadap keterangan ahli tersebut, hakim memerintahkan agar hal
itu dilakukan penelitian ulang (Pasal 180 ayat (2) KUHAP).
Kemudian Pasal 180 ayat (4) KUHAP menjelaskan bahwa
penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3)
dilakukan oleh instansi semula dengan komposisi personil yang
berbeda dan instansi lain yang mempunyai wewenang untuk itu.26
Berdasarkan uraian di atas, maka keterangan ahli diberikan oleh
orang yang memiliki pengetahuan khusus. Ini tidak berarti bahwa
ahli lain dalam pembuktian tidak diperlukan. Seorang ahli dapat
memberikan keterangan berbentuk tertulis yang dapat digunakan
sebagai alat bukti surat. Ahli tersebut dapat digunakan sebagai saksi
94 Pendidikan Keadvokatan
d. Alat Bukti Petunjuk
Alat bukti petunjuk menempati pada urutan keempat menurut Pasal
184 KUHAP. Alat bukti petunjuk telah dijelaskan di dalam Pasal 188
KUHAP yang berbunyi:
(1) Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena
persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun
dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi
suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.
(2) Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
diperoleh dari:
a . keterangan saksi;
b . surat;
c. keterangan terdakwa.
(3) Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap
keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bijaksana,
setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan
kesaksamaan berdasarkan hati nuraninya.28
Adapun kekuatan pembuktian alat bukti petunjuk serupa sifat
dan kekuatannya dengan alat bukti yang lain. Sebagaimana telah
dijelaskan tentang kekuatan pembuktian keterangan saksi, keterangan
ahli, dan alat bukti surat, hanya mempunyai sifat kekuatan
pembuktian “yang bebas” sebagai berikut.
1. Hakim tidak terikat atas kebenaran persesuaian yang diwujudkan
oleh petunjuk, karena itu hakim bebas menilainya dan
menggunakannya sebagai upaya pembuktian.
2. Petunjuk sebagai alat bukti, tidak bisa berdiri sendiri mem-
buktikan kesalahan terdakwa, dia tetap terikat kepada prinsip
batas minimum pembuktian. Oleh karena itu, agar petunjuk
mem-punyai nilai kekuatan pembuktian yang cukup, harus
didukung dengan sekurang-kurangnya satu alat bukti yang lain.29
96 Pendidikan Keadvokatan
unsur yang mana terbukti, dan unsur-unsur yang mana tidak terbukti
dari sudut dakwaannya, juga mengenai pemidanaan yang dimintakan
kepada hakim yang memeriksa perkara tersebut, serta turunannya
kepada pihak yang berkepentingan.
Penuntut umum dalam menyusun tuntutannya harus memper-
hatikan juga faktor-faktor yang memberatkan dan faktor yang
meringankan. Faktor yang memberatkan dan meringankan menurut
Djoko Prakoso, dan Iketut Murtika, yaitu:
Faktor yang memberatkan antara lain:
a. terdakwa sudah pernah dihukum;
b. perbuatan terdakwa sangat tercela;
c. terdakwa telah menikmati hasil;
d. terdakwa mungkir atas dakwaan jaksa, sehingga memperlambat
jalannya sidang, dan
faktor yang meringankan antara lain:
a. terdakwa masih muda;
b. terdakwa belum pernah dihukum;
c. terdakwa mengakui terus terang perbuatannya;
d. terdakwa bersikap sopan dalam persidangan;
e. terdakwa menyesali atas perbuatannya.32
Setelah penuntut umum selesai membacakan tuntutan pidananya
(requisitoir-nya), maka selanjutnya penasihat hukum dan/atau
terdakwa mengajukan pembelaan (pledoi). Dalam hal ini telah
dijelaskan dalam Pasal 182 ayat (1) huruf b dan huruf c KUHAP, yang
berbunyi:
b . Selanjutnya terdakwa dan/atau penasihat hukum mengajukan
pembelaannya yang dapat dijawab oleh penuntut umum dengan
ketentuan bahwa terdakwa atau penasihat hukum selalu
mendapat giliran terakhir;
Pasal 54 KUHAP
Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat
bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat hukum ... menurut
tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini.
98 Pendidikan Keadvokatan
Pasal 70 ayat (1) KUHAP
Penasihat hukum ... berhak menghubungi dan berbicara dengan tersangka
... dan setiap waktu kepentingan pembelaan perkaranya.
Pasal 197 ayat (1) huruf d dan huruf f KUHAP
d. pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan
keadaan beserta alat pembuktian ... yang menjadi dasar penentuan
kesalahan terdakwa.
f. pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
pemidanaan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi
dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan
yang meringankan terdakwa.
1. Dalam Persidangan
Setelah perkara masuk dan didaftarkan di kepaniteraan pengadilan
negeri/agama, Panitera wajib secepatnya menyampaikan berkas
perkara itu kepada Ketua Pengadilan Negeri/Ketua Pengadilan Agama.
Selanjutnya Ketua Pengadilan Negeri atau Pengadilan Agama
mempelajari berkas perkara, dan kemudian membuat Penetapan
Majelis Hakim (PMH) yang akan memeriksa dan menyelidiki perkara
tersebut.
Adapun contoh penunjukkan Majelis Hakim dapat dilihat di
bawah ini:
PENETAPAN
Kami, Ketua Pengadilan Negeri Sungai Penuh di Sungai Penuh telah
membaca surat gugatan yang didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan
Melawan
............................., sebagai tergugat.
Menimbang, bahwa untuk memeriksa dan mengadili perkara
tersebut, perlu menunjuk suatu majelis hakim, yang susunannya akan
ditentukan di bawah ini:
Mengingat ketentuan undang-undang yang bersangkutan;
Menetapkan
Menunjuk majelis hakim, yang terdiri dari:
AN, SH, sebagai hakim ketua, AB, S.H, dan AC, S.H., sebagai hakim
anggota, untuk memeriksa dan mengadili perkara di atas.
Demikianlah ditetapkan di Sungai Penuh pada tanggal ...................
AS, S.H.
PENETAPAN
Kami, ketua majelis hakim Pengadilan Negeri Sungai Penuh di Sungai
Penuh, telah membaca penetapan ketua Pengadilan Negeri tersebut
tanggal ................................ No ....................................... telah membaca
Melawan
......................................., sebagai Tergugat.
Menimbang, bahwa untuk memeriksa perkara tersebut perlu
ditentukan hari persidangan, pada hari mana pihak-pihak yang
beperkara harus hadir guna didengar keterangan masing-masing;
Mengingat pasal-pasal dari undang-undang yang bersangkutan;
Menetapkan
Persidangan dalam perkara tersebut pada hari ..................................
tanggal, .................................. jam ................. wib;
Memerintahkan untuk memanggil pihak-pihak yang beperkara pada
hari persidangan di atas dengan membawa saksi-saksi yang ia ajukan
dalam perkara tersebut;
Memerintahkan supaya kepada Tergugat diserahkan turunan dari
surat gugatan yang bersangkutan, dengan memerintahkan kepadanya,
bahwa ia dapat menjawab gugatan itu dengan surat yang ditan-
datangani olehnya atau orang yang diberi kuasa olehnya dan diajukan
di muka persidangan tersebut;
Menetapkan bahwa tenggang antara hari panggilan dan hari
persidangan sekurang-kurangnya tiga hari;
Demikian ditetapkan di Sungai Penuh, pada tanggal, ............................
Ketua Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Sungai Penuh
(AS, S.H.)
SURAT PANGGILAN
Pada hari ini ............................ tanggal ...........................
Saya panitera (pengganti) pada Pengadilan Negeri di………….
Ditunjuk oleh dan guna memenuhi perintah ketua (majelis hakim)
Pengadilan Negeri tersebut, sebagaimana termuat dalam surat kete-
tapannya tertanggal, ....................... No: .............................
Untuk melaksanakan pekerjaan sebagai juru sita pengganti;
( .................................... )
SURAT PANGGILAN
Pada hari ini, .........................................., tanggal .....................................
Saya panitera (pengganti) pada Pengadilan Negeri di ..............................
Ditunjuk oleh dan guna memenuhi perintah ketua (majelis hakim)
Pengadilan Negeri tersebut, sebagaimana termuat dalam surat
ketetapan tertanggal, ............................ No. ......................................
Untuk menjalankan pekerjaan sebagai juru sita pengganti.
(...................................)
Ongkos-ongkos:
1. Meterai Rp. ...........................
2. Redaksi surat panggilan Rp. ...........................
3. Perjalanan Rp. ...........................
Setelah melakukan panggilan, juru sita harus menyerahkan risalah
panggilan kepada hakim yang akan memeriksa perkara tersebut,
sebagai bukti bahwa tergugat telah dipanggil. Sebelum sidang dimulai,
panitera sidang pada hari, tanggal, dan jam sidang yang telah di-
tentukan, mempersiapkan dan mengecek segala sesuatunya untuk
sidang.
Setelah siap panitera melapor kepada ketua majelis, lalu panitera
sidang siap menunggu di ruang sidang pada tempat duduk yang
disediakan baginya, dan telah siap memakai baju panitera sidang.
Kemudian majelis hakim memasuki ruang sidang melalui pintu yang
khusus untuknya dalam keadaan sudah berpakaian toga hitam.
Dalam ruang sidang, ketua majelis hakim berada di tengah-tengah
didampingi oleh hakim anggota, seorang sebelah kiri dan seorang lagi
Sungai Penuh
Di
Sungai Penuh
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Ali bin Ahmad, umur 40 tahun, pekerjaan Dagang, bertempat
tinggal di Desa Sungai Akar Kecamatan Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci, selanjutnya disebut Penggugat.
Primair
1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya.
2. Menyatakan sah terhadap sita jaminan tersebut di atas.
3. Menyatakan bahwa jual beli tersebut sah menurut hukum sesuai
dengan surat PPAT nomor 12/Skp/PPAT/2003/Spn tanggal 13
Oktober 2003.
4. Menyatakan penggugat berhak atas tanah tersebut seluruhnya.
5. Memerintahkan kepada tergugat untuk menyerahkan tanah
beserta surat-surat yang berhubungan dengan tanah tersebut
kepada penggugat.
6. Menyatakan bahwa putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu
meskipun ada perlawanan, banding, atau kasasi.
7. Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara yang
timbul dalam perkara ini.
Subsidiair
Mohon keputusan yang seadil-adilnya.
Demikianlah gugatan ini penggugat ajukan, atas berkenannya
Bapak diucapkan terima kasih.
Sungai Penuh, .................... 20.....
Hormat Penggugat
LAWAN
............................. umur ................... pekerjaan .......................... tempat
tinggal di .........................., selanjutnya disebut pihak tergugat; yang
menerangkan bahwa kedua belah pihak mufakat menyelesaikan
MENGADILI
Menyatakan, bahwa telah tercapai perdamaian antara kedua belah
pihak;
Menghukum kedua belah pihak untuk mematuhi bunyi isi
perdamaian tersebut di atas;
Menghukum kedua belah pihak untuk membayar ongkos
perkara masing-masing setengahnya, yang hingga perdamaian ini
dibuat berjumlah Rp ..................................
Ongkos-ongkos:
1. Penolakan sita : Rp ..............................
2. Panggilan kedua pihak : Rp ..............................
3. Meterai Akta Perdamaian : Rp ..............................
4. Dan lain-lain : Rp ..............................
4. Jawaban Tergugat
Apabila pihak-pihak beperkara tidak tercapai perdamaian dalam
persidangan, maka pada sidang berikutnya tergugat diharapkan sudah
siap dengan surat jawabannya. Jika pihak tergugat tidak mau melawan
gugatan penggugat, maka gugatan penggugat dikabulkan di luar
hadirnya tergugat (verstek), kecuali jika ternyata bagi hakim, bahwa
gugatan penggugat tidak berdasarkan hukum atau tidak berdasarkan
atas keadaan yang dikemukakan oleh penggugat (Pasal 125 HIR).
Jawaban tergugat menurut Abdulkadir Muhammad adalah dapat
berupa pengakuan, bantahan, tangkisan, dan referte.
Pengakuan ialah jawaban yang membenarkan isi gugatan, artinya
apa yang digugatkan terhadap tergugat diakui kebenarannya. Yang
mendekati pengakuan ialah referte, di sini tergugat tidak membantah,
tetapi tidak pula membenarkan isi gugatan. Tergugat menyerahkan
segala sesuatunya itu kepada kebijaksanaan hakim, tergugat hanya
menunggu putusan. Dalam referte ini tergugat dalam tingkat banding
masih berhak mengajukan bantahan. Jika tergugat pada jawaban
pertama mengakui, maka dalam jawaban berikutnya sampai ke
tingkat banding, tergugat tetap terikat dengan pengakuannya itu,
artinya pengakuan itu tidak dapat ditarik kembali.
Bantahan ialah pernyataan yang tidak membenarkan atau tidak
mengakui apa yang digugatkan terhadap tergugat. Jika tergugat
Dengan hormat.
Yang bertanda tangan di bawah ini, nama A, umur 30 tahun,
pekerjaan wiraswasta, bertempat tinggal Koto Lebu, Kecamatan Sungai
Penuh, Kabupaten Kerinci dalam perkara perdata No: ........................
digugat oleh ............................, dengan ini mengajukan jawaban atas
gugatan itu sebagai berikut:
----- Bahwa keterangan perkawinan antara tergugat dengan almarhum
suami tergugat yang dialihkan oleh penggugat terjadi lebih kemudian
daripada adanya harta warisan, adalah tidak benar. Untuk membuk-
(A)
Melawan
Nama : Nurhazizah, S.Pd Binti H. Jarab SM.
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Alamat : Rt IV Desa Sumur Anyir, Kecamatan Sungai Penuh,
Kabupaten Kerinci sebagai PENGGUGAT
Hormat kami,
Tergugat
Kepada
Yth Bapak Ketua Pengadilan Negeri ................
di
...............................
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya bernama A, pekerjaan
....................... tempat tinggal di ..............................., yang dalam perkara
perdata nomor: .............................., disebut pihak tergugat.
Bahwa tergugat melalui surat ini mengajukan eksepsi dan jawaban
atas gugatan penggugat sebagai berikut:
(A)
Eksepsi tolak (declinatoir exceptie), yaitu eksepsi yang bersifat
menolak, supaya pemeriksaan perkara jangan diteruskan. Termasuk
jenis ini adalah eksepsi tidak berwenang memeriksa gugatan, eksepsi
batalnya gugatan, eksepsi perkara telah pernah diputus, eksepsi
Sungai Manau,…………….200….
Kepada Yth,
Bapak Ketua Pengadilan Negeri Sungai Penuh
di
Sungai Penuh.
Dengan hormat,
Saya bertanda tangan dibawah ini, saya bernama A, umur 30
tahun, pekerjaan dagang, bertempat tinggal di Jl. ...............................
desa Sungai Manau sebagai tergugat dalam perkara perdata nomor
.............
Melawan
Nama B, umur 35 tahun, pekerjaan wiraswasta, bertempat tinggal di
Jl. Depati Parbo Desa Lawang Agung Sungai Penuh Kerinci, sebagai
penggugat,
Dengan ini mengajukan eksepsi bahwa Pengadilan Negeri Sungai
Penuh tidak berwenang memeriksa perkara perdata nomor:
.................., karena menurut pendapat tergugat, bahwa desa Sungai
Manau di mana tergugat bertempat tinggal termasuk daerah hukum
Kabupaten Merangin sehingga yang berwenang memeriksa perkara
tersebut berdasarkan undang-undang yang berlaku adalah Pengadilan
Negeri Bangko,
---- Bahwa berhubung karena itu, tergugat mohon hari sidang
pertama yang akan datang berkenan memutuskan,
---- Bahwa pengadilan negeri Sungai Penuh, menyatakan tidak ber-
wenang untuk memeriksa perkara tersebut, sesuai dengan Pasal 133
HIR/Pasal 159 RBg, sedangkan ongkos perkara dibebankan kepada
penggugat,
(B)
Kepada
Yth, Bapak Ketua Pengadilan Negeri
di
............................
Hal: Jawaban tergugat atas gugatan penggugat dalam konvensi dan
gugatan penggugat dalam rekonvensi dalam perkara perdata
nomor: .....................................
Antara:
A : – Penggugat dalam konvensi
– Tergugat dalam rekonvensi
Lawan
B : – Tergugat dalam konvensi
– Penggugat dalam rekonvensi.
Dengan hormat,
Untuk dan atas nama saya sendiri bernama B tinggal di Jl.
........................... yang selanjutnya disebut pihak tergugat dalam
konvensi dan penggugat dalam rekonvensi.
Bahwa tergugat dalam konvensi melalui sepucuk surat ini
mengajukan eksepsi dan jawaban dalam konvensi dan gugat balik,
sebagai berikut:
Primair:
1. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang telah dilekatkan.
2. Menyatakan tergugat dalam rekonvensi telah melakukan ingkar
janji atau wanprestasi.
3. Menghukum tergugat dalam rekonvensi untuk membayar sisa
jual beli motor merk Honda no BH…………………….. kepada
penggugat dalam rekonvensi sebesar Rp.9000.000,00 (sembilan
juta rupiah).
Subsidiair:
Memberi keputusan lain yang seadil-adilnya.
(B)
Dengan hormat
Yang bertanda tangan di bawah ini saya bernama C, tinggal di
jalan RE Martadinata Rt. I Desa Koto Renah Sungai Penuh yang
selanjutnya disebut pihak intervenient.
Bahwa intervenient melalui sepucuk surat ini mengajukan
intervensi terhadap perkara perdata No: ............................... tanggal
...................... antara A sebagai penggugat lawan B sebagai tergugat.
Adapun duduk perkaranya adalah sebagai berikut:
1. Bahwa antara penggugat dan tergugat pada tanggal 1 September
2002 telah mengadakan perjanjian utang-piutang Rp20.000.000,00
(dua puluh juta rupiah) dan C sebagai pihak ketiga pada waktu
itu sebagai penjamin.
(C)
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya bernama C, tinggal di
jalan Kh.Ahmaddahlan Rt. II Desa Koto Renah Sungai Penuh, yang
selanjutnya disebut pihak intervenient.
Bahwa intervenient melalui sepucuk surat ini mengajukan intervensi
terhadap perkara perdata No .............................. antara A sebagai
penggugat melawan B sebagai tergugat.
Adapun duduk perkaranya adalah sebagai berikut:
1. Bahwa penggugat, tergugat dan intervenient adalah anak kandung
dari suami istri X dan Y.
2. Bahwa intervenient mendengar kabar dari tetangga dekat bahwa
penggugat A dan tergugat B di Pengadilan Agama Sungai Penuh
sedang bersengketa mengenai warisan suami istri X dan Y.
3. Bahwa intervenient setelah mendengar penggugat A dan tergugat
B menyengketakan harta warisan orang tua intervenient kemudian
intervenient datang menghadap di pengadilan untuk mohon diberi
salinan suarat gugatan dalam perkara penggugat A dan tergugat B.
4. Bahwa setelah intervenient membaca isi dan maksud surat gugatan
tanggal, ............................ no ................................ yang sudah
intervenient terima dikemukakan oleh penggugat A, bahwa harta
warisan yang dikuasai oleh tergugat B minta dipecah dan dibagi
dua antara pengugat A dan tergugat B.
5. Bahwa oleh karena intervenient pun adalah juga anak kandung
suami istri X dan Y, maka menurut hukum intervenient pun
berkepentingan berhak atas harta warisan tersebut.
6. Bahwa harta warisan yang oleh penggugat A dan tergugat B
disengketakan tersebut bukannya harus dipecah dan dibagi dua,
(C)
Di samping intervensi dalam bentuk voeging dan tussenkomst kini
ada lagi bentuk yang mirip dengan intervensi, tetapi tidak dapat
digolongkan kepada intervensi. Bentuk itu adalah vrijwaring
(penanggungan atau pembebasan). Dikatakan tidak termasuk
intervensi, karena inisiatif ikut serta dalam perkara itu bukanlah datang
dari pihak ketiga, melainkan justru dari salah satu pihak yang
beperkara, yaitu penggugat atau tergugat.
Menurut H. A. Mukti Arto, bahwa yang dimaksud dengan
vrijwaring adalah suatu aksi hukum yang dilakukan oleh tergugat
untuk menarik pihak ketiga ke dalam perkara guna menjamin
kepentingan tergugat dalam menghadapi gugatan penggugat. 52
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya bernama B tinggal di Jl.
Kh Ahmad Dahlan Rt. 2 No.17 Desa Koto Renah Sungai Penuh,
pekerjaan swasta, sebagai tergugat dalam perkara perdata No
........................ tanggal ........................ melawan A sebagai penggugat,
yang akan diperiksa di muka sidang pada hari .......................... tanggal
.......................... yang akan datang.
Bahwa tergugat melalui sepucuk surat ini mohon dengan hormat
agar dapat dipanggil oleh Pengadilan Negeri Sungai Penuh seorang
yang bernama C, tinggal di Jl. Depati Parbo Rt. 2 Desa Karya Bakti
Sungai Penuh, pekerjaan dagang sebagai pihak Ketiga.
Adapun duduk perkaranya adalah sebagai berikut:
1. Bahwa melalui isi dan maksud pokok dari surat gugatan penggugat
no. ............................ tanggal ............................ yang telah saya
terima turunannya waktu mendapat surat panggilan dari
Pengadilan Negeri Sungai Penuh.
2. Bahwa saya (tergugat) dipertanggungjawabkan atas wanprestasi
pembayaran kembali pinjaman uang sebesar Rp5000.000,00 (lima
juta rupiah) untuk keperluan modal perusahaan ditambah dengan
bunga menurut undang-undang 6% setahun (bukti surat
perjanjian utang-piutang tanggal 1 Mei 2003 terlampir).
3. Bahwa sesungguhnya peminjam uang dan pembuat perjanjian
utang-piutang itu adalah saudara C (pihak ketiga) tersebut di atas,
sedang saya (tergugat) hanya sebagai penanggung atau borg.
Menurut hukum, saudara C (pihak ketiga) yang harus
dipertanggungjawabkan sepenuhnya atas wanprestasi dalam
pembayaran kembali pinjamannya sebesar Rp5.000.000,00 (lima
juta rupiah) tersebut.
Primair:
1. Mengabulkan permohonan pemohon seluruhnya.
2. Menetapkan memanggil C untuk menghadap di sidang pengadilan
pada tanggal ..............................
3. Menghukum C bertanggung jawab untuk mengembalikan
pinjamannya kepada penggugat A.
Subsidiair:
Memberi keputusan ini yang seadil-adilnya.
(B)
Kepada Yth,
Bapak Ketua Pengadilan Negeri Sungai Penuh
di,
Sungai Penuh
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya bernama A, tinggal di
jalan Depati Parbo Nomor 10 Rt. 1 Desa Karya Bakti Sungai Penuh,
yang selanjutnya disebut Penggugat.
Primair:
a. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya.
b. Memperkenankan penggugat untuk mengajukan perkara tanpa
membayar biaya (prodeo).
c. Menyatakan hubungan sewa-menyewa tanah antara penggugat
dengan tergugat putus.
d. Menghukum tergugat untuk mengosongkan tanah penggugat dan
menyerahkannya kepada penggugat.
e. Menghukum tergugat untuk membongkar rumah milik tergugat
dan memindahkannya ke tempat lain.
f. Menghukum tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom)
sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) tiap hari, jika
tergugat terlambat melaksanakan keputusan ini.
g. Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara yang
timbul dalam perkara ini.
Subsidiair:
Memberi keputusan lain yang seadil-adilnya.
(A)
SURAT KETERANGAN
Nomor: ......................
Kami bernama C, Kepala Desa Karya Bakti, Kecamatan Sungai Penuh,
Kabupaten Kerinci, dengan ini menerangkan dengan sebenarnya
(C)
Mengetahui:
Camat Sungai Penuh
Kepada Yth,
Bapak Ketua Pengadilan Negeri Sungai Penuh
di
Sungai Penuh
Hal: Jawaban tergugat atas gugatan penggugat dalam perkara
perdata No ............................ tanggal ..............................
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya bernama B, tinggal di
jalan Depati Parbo No.12 Desa Lawang Agung Sungai Penuh yang
selanjutnya disebut pihak Tergugat.
Sungai Penuh,……………200……
Hormat tergugat
(B)
8. Pembuktian
Seorang advokat harus tahu bukti-bukti apa saja yang dapat diajukan
setelah acara gugatan dari pihak penggugat, jawaban dari pihak
tergugat, replik dari pihak penggugat, dan duplik dari pihak tergugat.
Pembuktian menurut Bachtiar Effendie dan A. Chodari, ADP,
adalah penyajian alat-alat bukti yang sah menurut hukum oleh pihak
beperkara kepada hakim dalam persidangan dengan tujuan untuk
memperkuat kebenaran dalil tentang fakta hukum yang menjadi
pokok sengketa, sehingga hakim memperoleh kepastian untuk
dijadikan dasar putusannya. 57 Selanjutnya R. Subekti pernah
menjelaskan, bahwa membuktikan ialah meyakinkan hakim tentang
kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu
persengketakan. 58 Jadi, jelaslah bahwa pembuktian itu hanyalah
diperlukan dalam persengketaan di muka pengadilan.
Pembuktian itu diperlukan karena adanya bantahan atau
penyangkalan dari pihak lawan tentang apa yang digugatkan, atau
untuk membenarkan suatu hak. Di sini yang wajib membuktikan
atau mengajukan alat-alat bukti adalah yang berkepentingan di dalam
perkara atau sengketa, berkepentingan bahwa gugatannya dikabulkan
atau ditolak. Jadi, yang berkepentingan adalah para pihak (penggugat
dan tergugat). Para pihaklah yang wajib membuktikan peristiwa yang
disengketakan dan bukan hakim.
57 Bachtiar Effendie, dan kawan-kawan, Surat Gugat dan Hukum Pembuktian dalam
Perkara perdata, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991, hlm. 50.
58 R. Subekti, op. cit., hlm. 78.
Dengan demikian, berdasarkan Pasal 153 HIR atau Pasal 180 R.Bg,
maka hakim dalam jabatannya dapat melakukan pemeriksaan
setempat terhadap objek sengketa. Hasil pemeriksaan setempat dibuat
Berita Acara oleh Panitera Pengganti.
Keterangan ahli (expertise) adalah keterangan pihak ketiga yang
objektif dan bertujuan untuk membantu hakim dalam pemeriksaan
guna menambah pengetahuan hakim sendiri. 80 Dengan demikian,
bahwa keterangan dari seorang ahli adalah untuk memperoleh
kejelasan bagi hakim dari peristiwa yang disengketakan. Keterangan
ahli telah diatur di dalam Pasal 154 HIR atau Pasal 181 R.Bg yang
bunyinya sebagai berikut.
(1) Jika menurut pertimbangan pengadilan, bahwa perkara itu dapat
menjadi lebih terang, kalau diadakan pemeriksaan seorang ahli,
maka dapat ia mengangkat seorang ahli, baik atas permintaan
kedua belah pihak, maupun karena jabatannya.
(2) Dalam hal yang demikian maka ditentukan hari sidang bagi
pemeriksaan seorang ahli itu baik dengan tertulis maupun dengan
lisan, dan menguatkan keterangannya dengan sumpah.
(3) Jika seorang ahli tinggal atau berdiam di luar daerah hukum
kedudukan pengadilan, maka atas permintaan Ketua Pengadilan,
keterangan itu diberikan di tempat seorang ahli itu tinggal atau
Di dalam pasal di atas tidak dijelaskan siapa atau apa yang disebut
ahli, sehingga dengan demikian tentang ahli atau tidaknya seseorang
tidak ditentukan oleh pengetahuan atau keahliannya yang khusus,
melainkan ditentukan oleh pengangkatannya oleh hakim. Seorang
ahli yang telah diangkat oleh hakim tidak ada kewajiban untuk
menerima atau memenuhi pengangkatannya itu. Pihak-pihak yang
bersangkutan dapat menunjuk ahli lain sebagai gantinya atau hakim
dapat mengangkat seorang ahli secara ex officio (Pasal 222 Rv).
Laporan seorang ahli yang telah diangkat dapat diberikan baik
secara lisan maupun tertulis, yang diteguhkan dengan sumpah. Fungsi
sumpah di sini seperti halnya pada sumpah saksi tidak lain untuk
menjamin objektivitas keterangannya. Sorang ahli yang telah disumpah
untuk memberi pendapatnya kemudian tidak memenuhi kewa-
jibannya dapat dihukum untuk mengganti kerugian (Pasal 225 Rv).
Seorang ahli tidak sama dengan seorang saksi, dalam hal ini oleh
Abdukkadir Muhammad memberikan perbedaan sebagai berikut.
1. Dapat tidaknya diganti.
Seorang ahli dapat diganti dengan seorang ahli yang lain dalam
bidang keahlian yang sama, karena seorang ahli memberikan
keterangan berdasarkan ilmu yang dimilikinya. Sedangkan
seorang saksi tidak dapat diganti, karena bukan menyangkut
kecakapan khusus, melainkan tentang apa yang dilihat, didengar,
dirasakan, dan dialaminya sendiri.
2. Keterangan yang diperlukan.
Seorang ahli dimintai keterangan tentang hal-hal yang diawasi atau
dilihatnya dalam persidangan saja, seorang saksi mengenai
peristiwa yang terjadi sebelum perkara disidangkan.
Dengan hormat,
Untuk dan atas nama pihak penggugat, melalui sepucuk surat ini
mengajukan kesimpulan terakhir sebagai berikut:
1. Bahwa penggugat tetap bertahan pada dalil gugatan dan
tuntutannya dan menyangkal semua dalil jawaban dan duplik
tergugat, kecuali yang telah diakui secara tegas dan bulat oleh
penggugat.
2. Bahwa berdasarkan bukti-bukti tertulis P 1 s.d P ..................... yang
ditunjang dengan keterangan di bawah sumpah bernama:
a. .....................................................................................................
b. ....................................................................................................
c. .................................... dan seterusnya, telah terbukti dalil
gugatan penggugat.
3 Bahwa bukti tertulis yang diajukan tergugat ditambah bukti saksi
di bawah sumpah, kesemuanya tidak menguatkan dalil jawaban
dan dupliknya.
4 Bahwa ............................. dan seterusnya.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, penggugat mohon
kepada pengadilan sudi kiranya berkenan memutuskan:
1. Mengabulkan gugatan dan tuntutan penggugat seluruhnya.
2. Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara yang
timbul dalam perkara ini.
(A)
(B)
Upaya Hukum
Kepada Yth,
Bapak Ketua Pengadilan Tinggi Jambi
di
Jambi
Melalui
Yth Bapak Ketua Pengadilan Negeri Sungai Penuh
di
Sungai Penuh
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini saya bernama A, advokat dan
pengacara, tinggal di jalan Depati Parbo Rt. 2 Koto Lebu Sungai Penuh,
berdasarkan surat kuasa tanggal ...................... (terlampir) penasihat
hukum dari saudara B, tinggal di jalan K.H. Ahmad Dahlan Rt 2 Desa
Koto Renah Sungai Penuh, melalui sepucuk surat ini mengajukan
memori banding atas keputusan Pengadilan Negeri Sungai Penuh No.
............................. tanggal ............................, adalah sebagai berikut.
1. Bahwa terdakwa dengan keputusan pengadilan negeri tersebut
telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan kejahatan
karena mengharap untung menyimpan benda yang patut
disangkanya berasal dari kejahatan (Pasal 480 KUHP). Oleh karena
itu, meng-hukum terdakwa dengan hukuman penjara selama
sepuluh bulan dengan masa percobaan dua tahun.
2. Bahwa pembanding tidak dapat menerima putusan tersebut
dengan alasan-alasan sebagai berikut.
(A)
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini saya bernama A, Advokat dan
pengacara, tinggal di jalan Depati Parbo Rt. 2 Desa Koto Lebu Sungai
Penuh berdasarkan surat kuasa tanggal 14 September 2003 kuasa dari
saudara B, tinggal di jalan K.H. Ahmad Dahlan Rt. 2 Desa Koto Renah
Sungai Penuh, melalui sepucuk surat ini mengajukan memori kasasi
atas Keputusan Pengadilan Tinggi Jambi No .....................................
tanggal .................................. bahwa terdakwa dengan Keputusan
Pengadilan Tinggi Jambi No ..................................... tersebut telah
terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan kejahatan, karena
kealpaannya menyebabkan matinya orang lain.
Menghukum terdakwa karenanya dengan pidana penjara selama
6 bulan.
Keberatan pertama:
Bahwa Pengadilan Tinggi Jambi telah salah menerapkan hukum, sebab
berdasarkan pengakuan terdakwa sendiri yang ditunjang oleh
keterangan saksi-saksi di bawah sumpah bernama C dan D bahwa
kecepatan jalannya colt yang dikemudikan terdakwa adalah 25–35
km perjam, kecepatan yang diperbolehkan dalam kota dan bukan
kecepatan yang tidak diperbolehkan.
Keberatan kedua:
Bahwa Pengadilan Tinggi Jambi dalam pertimbangan hukumnya telah
mengatakan, bahwa terdakwa melakukan perbuatan kurang berhati-
hati, yaitu di jalan umum dengan kecepatan tinggi melebihi kecepatan
maksimum yang diperkenankan di dalam kota di mana walaupun
diketahui sebelumnya ada iring-iringan sepeda di depannya, terdakwa
tidak berusaha mengurangi kecepatannya dan tidak berusaha
memberikan kesempatan kepada pengendara yang akan membelok
bahkan terdakwa justru berusaha menyalip, mendahului iring-iringan
sepeda tersebut sehingga terjadi tabrakan.
Hormat kami
Penasihat Hukum Pemohon dalam Kasasi
(A)
Kepada Yth,
Bapak Ketua Mahkamah Agung RI
di
Jakarta
Melalui:
Yth, Bapak Ketua Pengadilan Negeri Sungai Penuh
di
Sungai Penuh
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini saya bernama A, advokat/
pengacara, tinggal di jalan Depati Parbo Rt. 2 Koto Lebu Sungai Penuh,
berdasarkan surat kuasa tanggal .................... (terlampir) penasihat
hukum saudara B, tinggal di Jalan K.H. Ahmad Dahlan Rt. 2 Koto
Renah Sungai Penuh, yang selanjutnya disebut pihak Pemohon.
Bahwa pemohon melalui sepucuk surat ini mengajukan per-
mohonan Peninjauan Kembali atas Keputusan Pengadilan Negeri
Sungai Penuh No ............................. tanggal ..........................., yang
amarnya sebagai berikut.
MENGADILI
Keberatan Pertama
Bahwa berdasarkan pengakuan C dan keputusan Pengadilan
Negeri Sungai Penuh No .............................. tanggal .............................
Hormat Kami
Penasihat Hukum Pemohon
(A)
11 Nawawi, Teknik dan Strategi Membela Perkara Perdata, Jakarta: Fajar Agung,
1987, hlm. 93.
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini saya bernama A, advokat/
pengacara, tinggal di Jalan Depati Parbo Rt. 2 Koto Lebu Sungai Penuh,
berdasarkan surat kuasa tanggal, ....................... (terlampir), pengacara
dari saudara B, tinggal di Jalan K.H. Ahmad Dahlan Rt. 2 Koto Renah
Sungai Penuh, melalui sepucuk surat ini mengajukan permohonan
grasi kepada Yang Mulia Presiden RI sebagai berikut.
1. Bahwa pemohon/terpidana telah menerima putusan Pengadilan
Negeri Sungai Penuh Nomor:..................... tanggal .......................
di mana/terpidana telah diberi pidana berupa pidana penjara
selama 7 tahun.
2. Bahwa pemohon/terpidana menerima dengan ikhlas putusan
Pengadilan Negeri Sungai Penuh, namun pemohon merasa tidak
bersalah, sebab sewaktu mengendarai mobil pemohon telah sangat
berhati-hati sekali, karena sukar dihindari, terjadilah tabrakan yang
mengakibatkan luka beratnya si korban.
3. Bahwa meskipun pidana penjara yang dijatuhkan pengadilan
kepada pemohon/terpidana sangat berat yaitu pidana penjara 7
tahun, namun pemohon ingin mengajukan sesuatu sebagai bahan
pertimbangan Bapak Presiden RI sebagai berikut:
a. Bahwa pemohon/terpidana termasuk sopir yang miskin dan
satu-satunya pencari nafkah dari keluarga pemohon sebanyak
Hormat Kami
Pengacara Pemohon atau Terpidana
(A)
1. Verzet (Perlawanan)
Verzet (perlawanan) merupakan upaya hukum terhadap putusan yang
dijatuhkan di luar hadirnya tergugat (verstek) (Pasal 125 ayat (3), Pasal
129 HIR atau Pasal 149 ayat (3), Pasal 153 RBg). Dalam praktik, putusan
verstek baru dapat dijatuhkan jika tergugat setelah dipanggil dengan
patut untuk kedua kali, bahkan untuk ketiga kalinya dipanggil dengan
patut tergugat tidak juga datang, maka dijatuhkan putusan verstek.
Tenggang waktu untuk mengajukan verzet (perlawanan) adalah
sebagai berikut.
a. Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah pemberitahuan
putusan, jika pemberitahuan itu disampaikan dan diterima sendiri
oleh tergugat. Contoh: Putusan diberitahukan tanggal 1 Januari
2009, maka masa verzet, yaitu tanggal 2 sampai dengan 15 Januari
2009, yakni selama 14 (empat belas) hari. Pada tanggal 16 Januari
putusan telah berkekuatan hukum tetap, dan verzet tidak boleh
diajukan lagi.
b. Jika putusan verstek tersebut tidak dapat secara langsung diberita-
hukan kepada orang yang dikalahkan, maka tenggang waktu
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini saya bernama A, tinggal di
Jalan Depati Parbo Rt. 2 Desa Koto Lebu Sungai Penuh, yang
selanjutnya disebut pihak Pembantah.
Bahwa pembantah menurut surat pemberitahuan juru sita pada
Pengadilan Negeri Sungai Penuh telah diberitahukan Keputusan
Pengadilan Negeri Sungai Penuh Nomor ......................... tanggal
.........................
PRIMAIR
1. Menyatakan pembantah adalah pembantah yang baik.
2. Menggugurkan atau setidak-tidaknya membatalkan Keputusan
Pengadilan Negeri Sungai Penuh Nomor ..............................
tanggal ..................................
3. Dengan mengadili kembali yaitu menolak atau tidak menerima
tuntutan terbantah.
4. Menyatakan tidak sah sita jaminan yang telah diletakkan atas
barang-barang pembantah dan memerintahkan agar sita jaminan
segera dicabut.
5. Menghukum terbantah untuk membayar biaya perkara yang
timbul dalam perkara ini.
SUBSIDIAIR
Memberikan keputusan lain yang seadil-adilnya.
Hormat Pembantah
(A)
2. Banding
Banding artinya pemeriksaan ulangan oleh Pengadilan Tinggi atas
putusan Pengadilan Negeri atau Pengadilan Agama. Jadi banding
(appel) adalah pemeriksaan ulangan yang dilakukan oleh Pengadilan
Tinggi terhadap putusan pengadilan tingkat pertama (Pengadilan
Negeri atau Pengadilan Agama) atas permohonan pihak yang
berkepentingan (penggugat atau tergugat).
Banding (appel) adalah pemeriksaan ulang oleh Pengadilan Tinggi,
baik atas kejadian atau peristiwa maupun hukumnya. Pemeriksaan
Hormat Pembanding
(A)
Apabila memori banding pihak pembanding diserahkan ke
Paniteraan Pengadilan Negeri, dan selanjutnya diberitahukan dan
disampaikan kepada terbanding. Dalam hal ini terbanding boleh
mengajukan kontra memori banding atas memori banding
pembanding.
Contoh kontra memori banding atas memori banding pembanding
dapat dilihat di bawah ini.
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini saya bernama B, tinggal di
Jalan K.H. Ahmad Dahlan Rt. 2 Koto Renah Sungai Penuh yang
selanjutnya disebut pihak Terbanding (dulu penggugat).
(B)
Dengan hormat,
Keberatan pertama
Bahwa menurut pendapat penggugat dalam kasasi Pengadilan
Tinggi Jambi telah melanggar hukum, yaitu tidak dapat membenarkan
adanya syarat-syarat pengangkatan anak angkat sebagaimana tersebut
dalam Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 6 Tahun 1983.
Keberatan kedua
Bahwa selain itu Pengadilan Tinggi Jambi telah melanggar hukum
adat yang berlaku di Kerinci, karena Pengadilan Tinggi tersebut tidak
dapat membenarkan pembagian harta campuran kaya di antara suami
dan istri yang sama, masing-masing setengah bagian dan Pengadilan
Tinggi tersebut berpendapat, bahwa barang campuran kaya dibagi
antara suami istri dengan imbangan dua bagian untuk suami dan satu
bagian untuk istri.
Berdasarkan alasan-alasan di atas, penggugat dalam kasasi mohon
sudilah kiranya Mahkamah Agung RI di Jakarta berkenan
memutuskan:
(A)
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya bernama B, tinggal di
Jalan KH. Ahmad Dahlan Rt. 2 Koto Renah Sungai Penuh, yang
selanjutnya disebut pihak Tergugat dalam Kasasi (dulu penggugat-
terbanding).
Bahwa tergugat dalam kasasi (dulu penggugat-terbanding) melalui
sepucuk surat ini mengajukan kontra memori kasasi atas memori
(B)
Subsidiair:
Memberikan keputusan lain yang seadil-adilnya.
Hormat Pembantah/Pelawan
(C)
5. Peninjauan Kembali
Dalam perundang-undangan nasional, istilah peninjauan kembali telah
diatur dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi:
(1) Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengajukan
Dengan hormat,
Dalam Konvensi:
Dalam eksepsi:
Menolak eksepsi Tergugat III.
Dalam Rekonvensi:
– Menolak gugatan penggugat dalam rekonvensi.
– Bahwa pemohon dalam Peninjauan Kembali berkeberatan atas
dictum putusan Mahkamah Agung RI tersebut di atas.
Keberatan pertama:
Bahwa berdasarkan bukti Pemohon Peninjauan Kembali Nomor 1
(terlampir) terbukti bahwa harta yang tersebut dalam surat gugat butir
Keberatan kedua:
Bahwa demikian juga berdasarkan surat pernyataan dari Kepala Desa
setempat tanggal 8 September 1990 yang ditunjang dengan beberapa
keterangan saksi di bawah sumpah bernama K, L, dan M, telah
terbukti, bahwa barang-barang sebagaimana tersebut dalam butir 4
sub 2a, dan sub 2b bukan harta campur kaya sebagaimana disebut
dalam pertimbangan Mahkamah Agung RI, melainkan harta asal.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas pemohon Peninjauan
Kembali, mohon kepada Mahkamah Agung RI di Jakarta sudilah
kiranya berkenan memutuskan:
1. Membatalkan keputusan Mahkamah Agung RI Nomor:
.................... tanggal .................... dan mengadili sendiri yaitu
menguatkan Keputusan Pengadilan Tinggi Jambi Nomor:
......................... tanggal .........................................
2. Menghukum tergugat dalam Peninjauan Kembali untuk
membayar biaya yang timbul dalam Peninjauan Kembali ini.
(X)
Kepada Yth
Bapak Ketua Mahkamah Agung RI
di
Jakarta
Melalui:
Yth, Bapak Ketua Pengadilan Negeri Sungai Penuh
di
Sungai Penuh.
Dengan hormat,
Yang bertanda tangandi bawah ini, saya bernama Q, advokat dan
pengacara, tinggal di Jalan Ahmad Yani Rt. 1 Nomor 12 Sungai Penuh,
berdasarkan surat kuasa tanggal ......................... 20.... (terlampir) kuasa
dari A. tinggal di Jalan Basuki Rahmat Rt. 2 Nomor 15 Sungai Penuh,
yang selanjutnya disebut pihak termohon dalam PK atau termohon
PK.
(Q)
Lampiran 1
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 2003
TENTANG ADVOKAT
Menimbang:
a. bahwa Negara Republik Indonesia, sebagai negara hukum berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, bertujuan mewujudkan tata kehiduan bangsa yang sejahtera, aman,
tenteram, tertib, dan berkeadilan;
b. bahwa kekuasaan kehakiman yang bebas dari segala campur tangan dan
pengaruh dari luar, memerlukan profesi advokat yang bebas, mandiri,
dan bertanggung jawab, untuk terselenggaranya suatu peradilan yang
jujur, adil, dan memiliki kepasitan hukum bagi semua pencari keadilan
dalam menegakkan hukum, kebenaran, keadilan, dan hak asasi manusia;
c. bahwa advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab
dalam menegakkan hukum, perlu dijamin dan dilindungi oleh undang-
undang demi terselenggaranya upaya penegakan supermasi hukum;
d. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang advokat
yang berlaku saat ini sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan hukum
masyarakat;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk undang-undang tentang
advokat.
Lampiran 227
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 1/Drt/1951 tentang Tindakan untuk Menyeleng-
garakan Kesatuan Susunan, Kekuasaan, dan Acara Pengadilan-
Pengadilan Sipil (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 81);
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1970 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2951) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
35 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 35, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3870);
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209)
5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3316);
6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3327);
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 77,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3344);
8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1989 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3400);
9. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 84, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3713);
10. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-Undang tentang Kepailitan Menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 135,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3778);
Pasal 1
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di
dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan undang-undang ini.
2. Jasa hukum adalah jasa yang diberikan advokat berupa memberikan
konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili,
mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan hukum klien.
3. Klien adalah orang, badan hukum, atau lembaga lain yang menerima
jasa hukum dari advokat.
4. Organisasi advokat adalah organisasi profesi yang didirikan berdasarkan
undang-undang ini.
5. Pengawasan adalah tindakan teknis dan administratif terhadap advokat
untuk menjaga agar dalam menjalankan profesinya sesuai dengan kode
etik profesi dan peraturan perundang-undangan yang mengatur profesi
advokat.
6. Pembelaan diri adalah hak dan kesempatan yang diberikan kepada
advokat untuk mengemukakan alasan serta sanggahan terhadap hal-hal
Lampiran 229
yang merugikan dirinya di dalam menjalankan profesinya ataupun
kaitannya dengan organisasi profesi.
7. Honorarium adalah imbalan atas jasa hukum yang diterima oleh advokat
berdasarkan kesepakatan dengan klien.
8. Advokat asing adalah advokat berkewarganegaraan asing yang
menjalankan profesinya di wilayah Negara Republik Indonesia
berdasarkan persyaratan ketentuan peraturan perundang-undangan.
9. Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh advokat secara
cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu.
10. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi
bidang hukum dan perundang-undangan.
BAB II
PENGANGKATAN, SUMPAH, STATUS, PENINDAKAN, DAN
PEMBERHENTIAN ADVOKAT
Bagian Kesatu
Pengangkatan
Pasal 2
(1) Yang dapat diangkat sebagai advokat adalah sarjana yang berlatar
belakang pendidikan tinggi hukum dan setelah mengikuti pendidikan
khusus profesi advokat yang dilaksanakan oleh Organisasi Advokat.
(2) Pengangkatan advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat.
(3) Salinan surat keputusan pengangkatan advokat sebagaimana dimaksud
ayat (2) disampaikan kepada Mahkamah Agung dan Menteri.
Pasal 3
(1) Untuk dapat diangkat menajdi advokat harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut.
a. warga negara Republik Indonesia,
b. bertempat tinggal di Indonesia,
c. tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat negara,
d. berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima tahun),
e. berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1),
f. lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat,
Bagian Kedua
Sumpah
Pasal 4
(1) Sebelum menjalankan profesinya advokat wajib bersumpah menurut
agamanya atau berjanji dengan sungguh-sungguh di sidang terbuka
Pengadilan Tinggi di wilayah domisili hukumnya.
(2) Sumpah atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1), lafalnya sebagai
berikut.
Demi Allah saya bersumpah/saya berjanji:
– bahwa saya akan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila
sebagai Dasar Negara dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia;
– bahwa saya untuk memperoleh profesi ini, langsung atau tidak
langsung dengan menggunakan nama atau cara apa pun juga, tidak
memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapa pun
juga;
– bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pemberi jasa
hukum akan bertindak jujur, adil, dan bertanggung jawab
berdasarkan hukum dan keadilan;
– bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi di dalam atau di
luar pengadilan tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada
hakim, pejabat pengadilan atau pejabat lainnya agar memenangkan
atau menguntungkan bagi perkara klien yang sedang atau akan saya
tangani;
– bahwa saya akan menjaga tingkah laku saya dan akan menjalankan
kewjaiban saya sesuai dengan kehormatan, martabat, dan tanggung
jawab saya sebagai advokat;
Lampiran 231
– bahwa saya tidak akan menolak untuk melakukan pembelaan atau
memberi jasa hukum di dalam suatu perkara yang menurut hemat
saya merupakan bagian dari tanggung jawab profesi saya sebagai
seorang advokat.
(3) Salinan berita secara sumpah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh
Panitera Pengadilan Tinggi yang bersangkutan dikirimkan kepada
Mahkamah Agung, Menteri, dan Organisasi Advokat.
Bagian Ketiga
Status
Pasal 5
(1) Advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang
dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan.
(2) Wilayah kerja advokat meliputi seluruh wilayah negara Republik
Indonesia.
Bagian Keempat
Penindakan
Pasal 6
Advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan:
a. mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya;
b. berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekan
seprofesinya;
c. bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan
yang menunjukkan sikap tidak hormat terhadap hukum, peraturan
perundang-undangan, atau pengadilan;
d. berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan, atau
harkat dan martabat profesinya;
e. melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan/
atau perbuatan tercela;
f. melanggar sumpah/janji advokat dan/atau kode etik profesi advokat.
Pasal 7
(1) Jenis tindakan yang dikenakan terhadap advokat dapat berupa:
a. teguran lisan,
b. teguran tertulis,
Pasal 8
(1) Penindakan terhadap advokat dengan jenis tindakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, atau huruf d,
dilakukan oleh Dewan Kehormatan Organisasi Advokat sesuai dengan
kode etik profesi advokat.
(2) Dalam hal penindakan berupa pemberhentian sementara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf c atau pemberhentian tetap dalam hruf d,
Organisasi Advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan
putusan penindakan tersebut kepada Mahkamah Agung.
Bagian Kelima
Pemberhentian
Pasal 9
(1) Advokat dapat berhenti atau diberhentikan dari profesinya oleh
Organisasi Advokat.
(2) Salinan Surat Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan kepada Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi, dan
lembaga penegak hukum lainnya.
Pasal 10
(1) Advokat berhenti atau dapat diberhentikan dari profesinya secara tetap
karena alasan:
a. permohonan sendiri,
b. dijatuhi pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,
karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman 4
(empat) tahun atau lebih, atau
c. berdasarkan keputusan Organisasi Advokat.
Lampiran 233
(2) Advokat yang diberhentikan berdasarkan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), tidak berhak menjalankan profesi advokat.
Pasal 11
Dalam hal advokat dijatuhi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1) huruf b yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Panitera
Pengadilan Negeri menyampaikan salinan putusan tersebut kepada Organisasi
Advokat.
BAB III
PENGAWASAN
Pasal 12
(1) Pengawasan terhadap advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan agar
advokat dalam menjalankan profesnya selalu menjunjung tinggi kode
etik profesi advokat dan peraturan perundang-undangan.
Pasal 13
(1) Pelaksanaan pengawasan sehari-hari dilakukan oleh Komisi Pengawas
yang dibentuk oleh Organisasi Advokat.
(2) Keanggotaan Komisi Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas unsur advokat senior, para ahli/akademisi, dan masyarakat.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengawasan diatur lebih lanjut dengan
keputusan Organisasi Advokat.
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN ADVOKAT
Pasal 14
Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela
perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan
tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15
Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela
perkara yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode
etik profesi dan peraturan perundang-undangan.
Pasal 17
Dalam menjalankan profesinya, advokat berhak memperoleh informasi,
data, dan dokumen lainnya, baik dari instansi pemerintah maupun pihak
lain yang berkaitan dengan kepentingan tersebut yang diperlukan untuk
pembelaan kepentingan kliennya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 18
(1) Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan
perlakuan terhadap klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik,
keturunan, ras atau latar belakang sosial dan budaya.
(2) Advokat tidak dapat diidentikkan dengan kliennya dalam membela
perkara klien oleh pihak yang berwenang dan/atau masyarakat.
Pasal 19
(1) Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau di-
peroleh dari kliennya karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan
lain oleh undang-undang.
(2) Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk
perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau
pemeriksaan dan perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi
elektronik advokat.
Pasal 20
(1) Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dengan
kepentingan tugas dan martabat profesinya.
(2) Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta pengabdian
sedemikian rupa sehingga merugikan profesi advokat atau mengurangi
kebebasan dan kemerdekaan dalam menjalankan tugas profesinya.
(3) Advokat yang menjadi pejabat negara, tidak boleh melaksanakan tugas
profesi advokat selama memangku jabatan tersebut.
Lampiran 235
BAB V
HONORARIUM
Pasal 21
(1) Advokat berhak menerima honorarium atas jasa hukum yang telah
diberikan kepada kliennya.
(2) Besarnya honorarium atas jasa hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan secara wajar berdasarkan persetujuan kedua belah pihak.
BAB VI
BANTUAN HUKUM CUMA-CUMA
Pasal 22
(1) Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada
pencari keadilan yang tidak mampu.
(2) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberina bantuan
hukum secara cuma-cuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB VII
ADVOKAT ASING
Pasal 23
(1) Advokat asing dilarang beracara di sidang pengadilan, berpraktik dan/
atau membuka kantor jasa hukum atau perwakilannya di Indonesia.
(2) Kantor advokat dapat memperkejakan advokat asing sebagai karyawan
atau tenaga ahli dalam bidang hukum asing atas izin pemerintah dengan
rekomendasi Organisasi Advokat.
(3) Advokat asing wajib memberikan jasa hukum secara cuma-cuma untuk
suatu waktu tertentu kepada dunia pendidikan dan penelitian hukum.
(4) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara memperkerjakan advokat
asing serta kewajiban memberikan jasa hukum secara cuma-cuma kepada
dunia pendidikan dan penelitian hukum diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri.
BAB VIII
ATRIBUT
Pasal 25
Advokat yang menjalankan tugas dalam sidang pengadilan dalam
menangani perkara pidana wajib mengenakan atribut sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
BAB IX
KODE ETIK DAN DEWAN KEHORMATAN ADVOKAT
Pasal 26
(1) Untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi advokat, disusun kode
etik profesi advokat oleh Organisasi Advokat.
(2) Advokat wajib tunduk dan mematuhi kode etik profesi advokat dan
ketentuan tentang Dewan Kehormatan Organisasi Advokat.
(3) Kode etik profesi advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
boleh bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan.
(4) Pengawasan atas pelaksanaan kode etik profesi advokat dilakukan oleh
Organisasi Advokat.
(5) Dewan Kehormatan Organisasi Advokat memeriksa dan mengadili
pelanggaran kode etik profesi advokat berdasarkan tata cara Dewan
Kehormatan Organisasi Advokat.
(6) Keputusan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat tidak menghilangkan
tanggung jawab pidana apabila pelanggaran terhadap kode etik profesi
advokat mengandung unsur pidana.
(7) Ketentuan mengenai tata cara memeriksa dan mengadili pelanggaran
kode etik profesi advokat diatur lebih lanjut dengan Keputusan Dewan
Kehormatan Organisasi Advokat.
Pasal 27
(1) Organisasi advokat membentuk Dewan Kehormatan Organisasi Advokat
baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.
Lampiran 237
(2) Dewan Kehormatan di tingkat Daerah mengadili pada tingkat pertama
dan Dewan Kehormatan di tingkat Pusat mengadili pada tingkat banding
dan terakhir.
(3) Keanggotaan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat.
(4) Dalam mengadili sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dewan
Kehormatan membentuk majelis yang susunannya terdiri atas unsur
Dewan Kehromatan, pakar atau tenaga ahli di bidang hukum, dan tokoh
masyarakat.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan, tugas, dan kewenangan Dewan
Kehormatan Organisasi Advokat diatur dalam Kode Etik.
BAB X
ORGANISASI ADVOKAT
Pasal 28
(1) Organisasi Advokat merupakan satu-satunya wadah profesi advokat
yang bebas dan mandiri yang dibentuk sesuai dengan ketentuan undang-
undang ini dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan kualitas
profesi advokat.
(2) Ketentuan mengenai susunan Organisasi Advokat ditetapkan oleh para
advokat dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
(3) Pimpinan Organisasi Advokat tidak dapat dirangkap dengan pimpinan
partai politik, baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah.
Pasal 29
(1) Organisasi Advokat menetapkan dan menjalankan kode etik profesi
advokat bagi para anggotanya.
(2) Organisasi Advokat harus memiliki buku daftar anggota.
(3) Salinan buku daftar anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan kepada Mahkamah Agung dan Menteri.
(4) Setiap 1 (satu) tahun Organisasi Advokat melaporkan pertambahan dan/
atau perubahan jumlah anggotanya kepada Mahkamah Agung dan
Menteri.
(5) Organisasi Advokat menetapkan Kantor Advokat yang diberi kewajiban
menerima calon advokat yang akan melakukan magang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf g.
(6) Kantor advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib memberikan
pembimbingan, pelatihan, dan kesempatan praktik bagi calon advokat
yang melakukan magang.
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 31
Setiap orang yang dengan sengaja menjalankan pekerjaan advokat dan
bertindak seolah-olah sebagai advokat, tetapi bukan advokat sebagaimana
diatur dalam undang-undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah).
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 32
(1) Advokat, penasihat hukum, pengacara praktik dan konsultan hukum
yang telah diangkat pada saat undang-undang ini mulai berlaku,
dinyatakan sebagai advokat sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini.
(2) Pengangkatan sebagai pengacara praktik yang pada saat undang-undang
ini mulai berlaku masih dalam proses penyelesaian, diberlakukan
ketentuan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
(3) Untuk sementara, tugas dan wewenang Organisasi Advokat sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang ini, dijalankan bersama oleh Ikatan
Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia ((AAI), Ikatan
Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Himpunan Asosiasi Advokat In-
donesia (AAI), Serikat Pengacara Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan
Hukum Indonesia (AKHI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal
(HKHPM), dan Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI).
(4) Dalam waktu paling lambat 2 (dua) tahun setelah berlakunya undang-
undang ini, Organisasi Advokat telah terbentuk.
Lampiran 239
Pasal 33
Kode etik dan ketentuan tentang Dewan Kehormatan Profesi Advokat
yang telah ditetapkan oleh Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi
Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Serikat
Pengacara Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI), dan
Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), pada tanggal 23 Mei
2002 dinyatakan mempunyai kekuatan hukum secara mutatis mutandis
menurut undang-undang ini sampai ada ketentuan yang baru yang dibuat
oleh Organisasi Advokat.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Peraturan pelaksanaan yang mengatur mengenai advokat, tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan atau belum dibentuk atau diganti dengan
peraturan perundang-undangan yang baru sebagai pelaksanaan undang-
undang ini.
Pasal 35
Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, maka:
1. Regelement op de Rechterlijke Organisatie en het Beleid der Justitie in Indonesie (Stb.
1847 Nomor 23 Jo. Stb. 1848 Nomor 57), Pasal 185 sampai dengan Pasal
192 dengan segala perubahan dan penambahannya;
2. Bepalingen betreffende het kostuum der Rechterlijke Ambtenaren dat der Advokaten,
procureurs en Deuwaarders (Stb. 1848 Nomor 8);
3. Bevoegdheid departement hoofd in burgelijke zaken van land (Stb. 1910 Nomor
446 Jo. Stb. 1922 Nomor 523); dan
4. Verteenwoordiging van de land in rechten (K.B.S. 1922 Nomor 522);
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 36
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
ttd.
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 5 April 2003
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA
ttd.
BAMBANG KESOWO
Lampiran 241
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 2003
TENTANG
ADVOKAT
UMUM
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menentukan secara tegas bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.
Prinsip negara hukum menuntut antara lain adanya jaminan kesederajatan
bagi setiap orang di hadapan hukum (equality before the law). Oleh karena itu,
Undang-Undang Dasar juga menentukan bahwa setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum.
Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip negara hukum dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara, peran, dan fungsi advokat sebagai
profesi yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab merupakan hal yang
penting, di samping lembaga peradilan dan instansi penegak hukum seperti
kepolisian dan kejaksaan. Melalui jasa hukum yang diberikan, advokat
menjalankan tugas profesinya demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum
untuk kepentingan masyarakat pencari keadilan, termasuk usaha
memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak fundamental mereka
di depan hukum. Advokat sebagai salah satu unsur sistem peradilan
merupakan salah satu pilar dalam menegakkan supremasi hukum dan hak
asasi manusia.
Selain dalam proses peradilan, peran advokat juga terlihat di jalur profesi
di luar pengadilan. Kebutuhan jasa hukum advokat di luar proses peradilan
pada saat sekarang semakin meningkat, sejalan dengan semakin
berkembangnya kebutuhan hukum masyarakat terutama dalam memasuki
kehidupan yang semakin terbuka dalam pergaulan antarbangsa. Melalui
pemberian jasa konsutlasi, negosiasi maupun dalam pembuatan kontrak-
kontrak dagang, profesi advokat ikut memberi sumbangan berarti bagi
pemberdayaan masyarakat serta pembaruan hukum nasional khususnya di
bidang ekonomi dan perdagangan, termasuk dalam penyelesaian sengketa
di luar pengadilan.
Lampiran 243
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Yang dimaksud dengan "bertempat tinggal di Indonesia" adalah
bahwa pada waktu seseorang dinagkat sebagai advokat, orang
tersebut harus bertempat tinggal di Indonesia. Persyaratan
tersebut tidak mengurangi kebebasan seseorang setelah diangkat
sebagai advokat untuk bertempat tinggal di mana pun.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "pegawai negeri" dan "pejabat negara"
adalah pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) dan "pejabat negara" sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian.
Dalam Pasal 2 ayat (1) ditentukan bahwa Pegawai Negeri terdiri
atas:
a. Pegawai Negeri Sipil,
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan
c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Dalam Pasal 11 ayat (1) ditentukan bahwa Pejabat Negara terdiri
atas:
a. Presiden dan Wakil Presiden,
b. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat,
c. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat,
d. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Agung pada
Mahkamah Agung, serta Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim
pada semua Badan Peradilan,
e. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Pertimbangan
Agung,
Lampiran 245
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Advokat berstatus sebagai penegak hukum"
adalah advokat sebagai salah satu perangkat dalam proses peradilan
yang mempunyai kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya,
dalam menegakkan hukum dan keadilan.
Yang dimaksud dengan "bebas" adalah sebagaimana dirumuskan
dalam penjelasan Pasal 14.
Ayat (2)
Dalam hal advokat membuka atau pindah kantor dalam suatu
wilayah Negara Republik Indonesia, advokat wajib membe-
ritahukan kepada Pengadilan Negeri, Organisasi Advokat, dan
Pemerintah Daerah setempat.
Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Ketentuan dalam huruf c ini, berlaku bagi advokat baik di dalam
maupun di luar pengadilan. Hal ini, sebagai konsekuensi status
advokat sebagai penegak hukum, di mana pun berada harus
menunjukkan sikap hormat terhadap hukum, peraturan perundang-
undangan, atau pengadilan.
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "penegak hukum lainnya" adalah Pengadilan
Tinggi untuk semua lingkungan Peradilan, Kejaksaan, dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang wilayah hukumnya
meliputi tempat kedudukan advokat.
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "peraturan perundang-undangan" adalah
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai advokat.
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Yang dimaksud dengan "bebas" adalah tanpa tekanan, ancaman,
hambatan, tanpa rasa takut, atau perlakuan yang merendahkan harkat
dan martabat profesi. Kebebasan tersebut dilaksanakan sesuai dengan
kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15
Ketentuan ini mengatur mengenai kekebalan advokat dalam
menjalankan tugas profesinya untuk kepentingan kliennya di luar sidang
pengadilan dan dalam mendampingi kliennya pada dengar pendapat di
lembaga perwakilan rakyat.
Lampiran 247
Pasal 16
Yang dimaksud dengan "iktikad baik" adalah menjalankan tugas profesi
demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk membela kepentingan
kliennya. Yang dimaksud dengan "sidang pengadilan" adalah sidang
pengadilan dalam setiap tingkat pengadilan di semua lingkungan
peradilan.
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Ketentuan dalam ayat ini tidak mengurangi hak dan hubungan
perdata advokat tersebut dengan kantornya.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "secara wajar" adalah dengan memper-
hatikan risiko, waktu, kemampuan, dan kepentingan klien.
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas
Lampiran 249
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Agama Sungai Penuh
di
Sungai Penuh
Lampiran 251
......................................., Kecamatan ................................. Kabupaten/Kodya
............................., namun belum dikaruniai anak/dan telah dikaruniai ........
orang anak perempuan/laki-laki yang bernama ...................................., lahir
pada .....................................
– Bahwa, rumah tangga antara Penggugat dengan Tergugat sejak ...............
Sudah tidak harmonis lagi sehingga kebahagiaan dan kedamaian dalam
rumah tangga tersebut sulit terwujud.
– Bahwa, ketidakharmonisan tersebut adalah disebabkan:
1. ...........................................
2. ...........................................
3. ...........................................
4. ...........................................
– Bahwa, permasalahan rumah tangga Penggugat dengan Tergugat telah
diusahakan damai melalui keluarga kedua belah pihak, namun tidak
berhasil.
– Bahwa, Penggugat dengan Tergugat sejak tanggal/bulan ......................... telah
berpisah dari tempat tinggal bersama yang hingga kini telah berlangsung
selama ................... bulan/tahun dan selama itu pula Tergugat tidak pernah
memberikan nafkah wajib kepada Penggugat, baik lahir maupun batin,
sedangkan harta yang ditinggalkan Tergugat yang dapat dijadikan nafkah
oleh Penggugat tidak ada.
– Bahwa, atas tindakan Tergugat tersebut Penggugat sudah tidak sabar
dan tidak ridha serta tidak sanggup lagi untuk membina rumah tangga
bersama Tergugat pada masa-masa mendatang, karena rumah tangga
yang bahagia dan sejahtera sulit terwujud.
– Bahwa, berdasarkan pada alasan-alasan tersebut di atas, maka Penggugat
mohon kepada Ketua Pengadilan Agama Sungai Penuh melalui Majelis
Hakim untuk:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat;
2. Menyatakan Tergugat telah melanggar shigat ta'lik talak yang telah
diucapkannya setelah akad nikah dahulu;
3. Menyatakan jatuh talak satu khul'iy Tergugat terhadap Penggugat
atau menceraikan Penggugat dengan Tergugat.
4. Penggugat bersedia membayar biaya perkara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Mohon putusan yang seadil-adilnya.
Wassalam,
Penggugat
( .......................................... )
Lampiran 253
Lampiran 3
Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Agama Sungai Penuh
di
Sungai Penuh
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini:
--------------------- ISHAQ, S.H., M.HUM. ----------------------
Advokat (Pengacara, Penasihat Hukum) yang beralamat dan berdomisili
hukum tetap di Koto Lebu, Sungai Penuh Kerinci, berdasarkan Surat Kuasa
Khusus Nomor: 01/SK.K/I/V/2008 tanggal 10 Mei 2008 terlampir, bertindak
untuk dan atas nama serta kuasa dari:
Nama : Umar Dani Bin Bilal Ahmad
Umur : 44 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Tempat tinggal : Desa Punai Marindu, Kecamatan Keliling Danau
Kabupaten Kerinci.
Lampiran 255
dengan Termohon telah terpecah dan rumah tangga Pemohon dengan
Termohon tidak harmonis.
9. Bahwa dengan berpisahnya tempat tinggal Pemohon dengan Termohon
keharmonisan rumah tangga Pemohon dengan Termohon terganggu, dan
perkawinan Pemohon dengan Termohon terpecah, pertengkaran dan
perselisihan sering terjadi SEHINGGA TIDAK MUNGKIN LAGI MEMBINA
RUMAH TANGGA YANG SAKINAH MAWADDAH DAN RAHMAH.
10. Bahwa Pemohon pernah meminta bantuan orang lain untuk mengajar
Termohon agar bertempat tinggal bersama Pemohon di rumah Pemohon
di Desa Punai Marindu, Kecamatan Keliling Danau, namun tidak berhasil.
PRIMAIR
1. Mengabulkan Permohonan Pemohon untuk seluruhnya.
2. Menetapkan, mengeshakan pernikahan Pemohon dengan Termohon.
3. Menetapkan, memberi izin kepada Pemohon untuk mengikrarkan Talak
kepada Termohon di depan sidang Pengadilan Agama Sungai Penuh.
4. Menetapkan biaya perkara sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
SUBSIDAIR
– Mohon putusan yang seadil-adilnya.
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Ishaq, S.H., M. Hum
2. Muntalia, S.H.
Kuduanya anggota LBH ALTI berkantor di Jalan Depati Parbo Sungai
Penuh Kerinci, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 26 Juli 2008, bertindak
untuk dan atas nama
---------------------- Ali Hamzah ----------------------
Pekerjaan Dagang, bertempat tinggal di Jalan Kh. Ahmad Dahlan No. 10 Rt. II
Desa Koto Renah Kecamatan Pesisir Bukit Kerinci, selanjutany disebut
PENGGUGAT, mohon menyampaikan gugatan terhadap:
------------------------- Sudirman ----------------------
Pekerjaan wiraswasta, bertempat tinggal di Jalan Depati Parbo Desa Karya
Bakti No. 12 Rt. 3 Kecamatan Sungai Penuh Kerinci, selanjutnya disebut
TERGUGAT.
Bahwa gugatan Penggugat tersebut adalah sebagai berikut.
– Bahwa sekitar pertengahan Mei 2008 yang lalu, Tergugat telah melakukan
penganiayaan terhadap diri Penggugat, sehingga Penggugat menderita
luka parah dan sampai dirawat di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A.
Thalib, dan untuk itu Penggugat sempat pula mengeluarkan ongkos-
ongkos perawatan dan pembelian obat-obat yang seluruhnya berjumlah
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah). Selain itu, sebelah tangan kiri Penggugat
menjadi cacat seumur hidup karena tidak berfungsi lagi sebagaimana
mestinya. Tentang cacatnya sebelah tangan kiri Penggugat tersebut tidak
Lampiran 257
ada nilainya, tetapi Penggugat menaksirnya tidak kurang Rp35.000.000,00
(tiga puluh lima juta rupiah).
– Bahwa atas perbuatan Tergugat tersebut ia telah dijatuhi pidana oleh
Pengadilan Negeri Sungai Penuh, berdasarkan keputusan tanggal 5 Juni
2008 No. 5/2008/Pid.B.Spn.
– Bahwa karena itu adalah wajar jika dalam tuntutan ini pihak tergugat
dibebani semua kerugian yang diderita oleh Penggugat tersebut.
– Bahwa untuk menjamin terpenuhinya tuntutan Penggugat tersebut,
mohon agar Pengadilan Negeri Sungai Penuh meletakkan sita jaminan
atas seluruh harta benda milik Tergugat, baik barang bergerak, maupun
tidak bergerak.
– Bahwa pula agar Tergugat nanti mau secara sukarela memenuhi isi
putusan perkara ini, maka adalah wajar jika kepadanya dikenakan
hukuman membayar uang paksa sebesar Rp15.000,00 (lima belas ribu
rupiah) sehari, setiap ia lalai, terhitung sejak putusan diucapkan hingga
dilaksanakan kepada Penggugat.
– Bahwa mengingat gugatan Penggugat sekarang ini cukup didasarkan
kepada bukti yang kuat dan sah menurut hukum, maka Penggugat mohon
agar putusan perkara ini dapat dijalankan lebih dahulu walaupun ada
verzet, banding atau kasasi dari Tergugat.
– Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Penggugat mohon kepada
Pengadilan Negeri Sungai Penuh yang memeriksa dan mengadili perkarai
ni berkenan memutuskan:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya;
2. Menyatakan sah dan berharga semua alat bukti yang diajukan
Penggugat dalam perkara ini;
3. Menyatakan perbuatan Tergugat adalah melawan hukum;
4. Menghukum Tergugat membayar ganti kerugian kepada Penggugat
beruap ongkos-ongkos perawatan dan pengobatan diri Penggugat
selama dirawat di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib
seluruhnya Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah);
5. Menghukum Tergugat membayar ganti kerugian kepada Penggugat
berupa cacatnya seumur hidup sebelah tangan kiri Penggugat yang
ditaksir sebesar Rp35.000.000,00 (tiga puluh lima juta rupiah);
6. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan dalam perkara ini;
7. Menghukum Tergugat membayar uang paksa sebesar Rp15.000,00
(lima belas ribu rupiah) kepada Penggugat untuk setiap harinya,
2. MUNTALIA, S.H.
Lampiran 259
Lampiran 5
Contoh Jawaban Sanggahan terhadap Gugatan
Sungai Penuh, ................. 200 ...
Kepada Yth.
Bapak Ketua Pengadilan Negeri Sungai Penuh
di
Sungai Penuh
Dengan hormat,
Dengan ini kami, AS, pekerjaan tani, tempat tinggal Rt. 2 No. 100 Koto
Lebu Sungai Penuh yang dalam perkara perdata No: .................. digugat oleh
BC mengajukan jawaban atas gugatan itu sebagai berikut.
– Bahwa utang yang didalilkan oleh Penggugat dan dikatakan masih
menjadi tanggungan kami adalah tidak benar, karena pada tanggal
.................... telah diadakan perhitungan bayar-membayar antara kami
dengan Penggugat yang dapat kami buktikan dengan adanya surat-surat
tanda pembayaran yang bersama ini kami lampirkan.
– Bahwa dengan begitu sudah tidak ada hubungan utang-piutang antara
kami dengan Penggugat.
– Bahwa berdasarkan keterangan-keterangan tersebut, kami menyangkal
kebenaran gugatan Penggugat dan mohon agar Ketua Pengadilan Negeri
Sungai Penuh menolak gugatan Penggugat seluruhnya dan menghukum
Penggugat untuk membayar biaya perkara ini.
Hormat Tergugat
(AS)
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya bernama A, tinggal di Jalan KH.
Ahmad Dahlan Rt. II Koto Renah Sungai Penuh Kerinci, dengan ini memberi
kuasa kepada B, tinggal di Jalan Depati Parbo Rt. II Koto Lebu Sungai Penuh
Kerinci, khusus untuk:
1. Membuat dan mengajukan gugatan kepada Saudara C, tinggal di Jalan
Depati Parbo Desa Lawang Agung Sungai Penuh Kerinci, dan barang
yang akan digugatnya ialah .................. yang nantinya akan diuraikan dalam
surat gugatan.
2. Yang diberi kuasa berhak menghadap dan berbicara di hadapan
Pengadilan, melakukan segala tindakan-tindakan yang diperbolehkan
oleh hukum dalam rangka pemberi kuasa, melakukan perdamaian baik
di hadapan maupun di luar pengadilan. Selanjutnya, berhak juga
menjawab dan seterusnya terhadap gugat balik Penggugat dalam
rekonpensi.
3. Surat kuasa ini boleh dilimpahkan kepada orang lain/substitusi bila
dianggap perlu oleh yang diberi kuasa.
(B) (A)
Lampiran 261
Lampiran 7
Contoh Surat Kuasa Limpahan Secara Penuh
Yang bertanda tangan di bawah ini saya bernama AN, S.H. Advokat,
tinggal di Jalan KH. Ahmad Dahlan Rt. II Koto Renah Sungai Penuh Kerinci,
berdasakran surat kuasa tanggal ............... kuasa dari Saudara B, tinggal di
Jalan Depati Parbo Desa Karya Bakti Sungai Penuh Kerinci, dengan ini memberi
kuasa limpahan (substitusi) kepada Saudara:
---------------------- CN -----------------------
tinggal di Jalan Depati Parbo Rt. II Desa Koto Lebu Sungai Penuh Kerinci,
dalam arti seluas-luasnya untuk mewakili pemberi kuasa dan pemberi kuasa
limpahan guna menghadap sidang di Pengadilan Negeri ............................. pada
tanggal ........................... dan sidang-sidang selanjutnya, sebagai penggugat/
tergugat dalam perkara perdata No. .............................. melawan pihak
................................
Selanjutnya pada hari sidang tersebut yang diberi kuasa limpahan dapat
menghadap di Pengadilan Negeri, menghaturkan keterangan-keterangan,
membantah, menerima, dan menolak sumpah, mohon penundaan sidang,
mohon putusan, dengan perkataan lain melakukan segala daya upaya
menurut hukum yang olehnya dipandang perlu dan menguntungkan
penggugat atau tergugat, sebagaimana dimaksud dalam pokok surat kuasa.
(CN) (AN)
(XN) (AN)
Lampiran 263
Lampiran 9
Contoh Surat Kuasa Khusus untuk Menjawab Gugatan Penggugat
KHUSUS
1. Untuk membuat dan mengajukan jawaban, duplik, dan seterusnya atau
gugatan pihak Penggugat CN, dalam perkara Perdata No. .................
2. Yang diberi kuasa berhak menghadap dan berbicara di hadapan
Pengadilan, melakukan segala tindakan-tindakan yang diperbolehkan
hukum yang berlaku dalam rangka perkara pemberi kuasa. Selanjutnya
yang diberi kuasa juga untuk mengajukan gugat balik peada tergugat
dalam rekonpensi.
3. Yang diberi kuasa berhak melakukan perdamaian baik di hadapan
maupun di luar sidang pengadilan dan surat kuasa ini boleh dilimpahkan
atau disubstitusikan kepada orang lain bila dianggap perlu yang diberi
kuasa.
(BN) (AN)
KHUSUS
1. Untuk membuat, mengajukan banding dan memori banding atas
Keputusan Pengadilan Negeri ................................. No. ............................ tanggal
........................ ke Pengadilan Tinggi ..................................
2. Yang diberi kuasa berhak menghadap dan berbicara di hadapan
Pengadilan Tinggi, melakukan segala tindakan-tindakan yang
diperbolehkan oleh hukum dalam rangka perkara pemberi kuasa,
melakukan perdamaian baik di luar maupun di hadapan Pengadilan
Tinggi.
3. Surat kuasa ini boleh dilimpahkan kepada orang lain atau substitusi bila
dianggap perlu oleh yang diberi kuasa.
(AN) (BN)
Lampiran 265
Lampiran 11
Contoh Surat Kuasa sebagai Terbanding
KHUSUS
Untuk membuat dan mengajukan kontra memori banding atas banding pihak
pembanding dalam perkara Perdata No. ...................... tanggal ...................... ke
Pengadilan .............................
1. Yang diberi kuasa berhak menghadap dan berbicara di hadapan
Pengadilan Tinggi ................ melakukan segala tindakan-tindakan yang
diperbolehkan oleh undang-undang/hukum dalam rangka perkara
pemberi kuasa ini, melakukan perdamaian baik di hadapan maupun di
luar Pengadilan.
2. Surat kuasa ini boleh dilimpahkan kepada orang lain/substitusi bila
dianggap perlu oleh yang diberi kuasa.
Sungai Penuh, ................ 200....
(BN) (AN)
(BN) (AN)
Lampiran 267
Lampiran 13
Contoh Surat Kuasa untuk Mengajukan Kontra Memori Kasasi
BN AN
(BN) (AN)
Lampiran 269
Lampiran 15
Contoh Surat Kuasa untuk Mengajukan Jawaban atas Permohonan PK
(BN) (AN)
Lampiran 271
Lampiran 17
Contoh Surat Kuasa sebagai Terbantah
Lampiran 273
Lampiran 19
Contoh Surat Kuasa Khusus dalam Perkara Pidana
bersama-sama2).
KHUSUS
1. Untuk memberi bantuan hukum dalam perkara pidana pemberi kuasa
yang diajukan di hadapan Pengadilan Negeri .................................. dalam
perkara pidana nomor dengan dakwaan telah melanggar Pasal .............
Atas namanya mewakili di depan mengadili, menghadap kepada semua
pengadilan, kejaksaan, kepolisian, mengajukan segala permohonan yang
bertalian dengan pekara pemberi kuasa, mendakwa dan membela serta
mengatur pembelaan, memberikan segala keterangan yang diminta,
memeriksa dan menandatangani surat-surat, berita acara dan akta,
mengajukan bukti-bukti, meminta didengar saksi-saksi atau menolak
saksi-saksi, mengajukan permohonan pemeriksaan ulangan (revise) yang
merugikan, mengerjakan segala sesuatu yang dirasa perlu oleh pemberi
kuasa untuk kepentingan yang memberi kuasa berkenaan dengan
pembelaan perkaranya.
1) Kalau yang diberi kuasa bukan Advokat jangan disebut, langsung saja
dituliskan pekerjaan.
2) Kata-kata baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama apabila yang diberi
kuasanya banyak, kalau sendirian tidak perlu memakai kata-kata tersebut.
Lampiran 275
Lampiran 20
Contoh Permohonan Penangguhan Penahanan
Kepada Yth,
Bapak KAPOLRES .............................
di
...........................................
Nomor : ...........................................................
Perihal : Mohon ditangguhkan penahanannya
Terhadap tersangka/terdakwa bernama .....................................
Lampiran : ......................... lembar
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini saya bernama AN, S.H., Advokat
pada Kantor Advokat ............................... beralamat di Jalan ......................................
bertindak selaku kuasa dari tersangka bernama ......................................
berdasarkan atas kekuatan Surat Kuasa Khusus tertanggal .................. seperti
terlampir, dengan ini mohon kebijaksanaan Bapak agar penahanan terhadap
tersangka/terdakwa bernama ....................................... ditangguhkan
penahanannya untuk sementara, mengingat tersangka tersebut sebagai
Kepala Bagian Keuangan pada PT Kayu Manis, sedangkan orang/pegawai
lain belum ada yang diserahi tugas untuk itu.
Sebagai bahan pertimbangan bagi Bapak, bersama ini kami lampirkan
surat jaminan dari Direktur PT Kayu Manis tersebut.
Demikian permohonan kami, atas bantuan, pertimbangan, dan
kebijaksanaan Bapak diucapkan terima kasih.
Sungai Penuh, .............. 200...
AN, S.H.
Yang menjamin,
( .................................. )
Lampiran 277
Lampiran 22
Contoh Surat Permohonan Perubahan Status Tahanan
Sungai Penuh, .................. 200....
Kepada Yth.
Bapak KAPOLRES ...................................
di
...............................................
Nomor : .......................................................
Perihal : Permohonan perubahan status tahanan
Lampiran : .................. lembar
Dengan hormat,
Kami yang bertanda tangan di bawah ini saya bernama AN, S.H. advokat
pada kantor ................ alamat, di Jalan Depati Parbo, Desa Lawang Agung Sungai
Penuh Kerinci, berdasarkan atas kekuatan surat kuasa khusus tertanggal
................... terlampir bertindak selaku advokat dari tersangka:
Nama : BN
Tanggal lahir/umur : ..........................
Alamat : Jl. KH. Ahmad Dahlan Rt. II Koto Renah Sunga Penuh
Kerinci
Bahwa sampai saat ini saudara BN tersebut masih ada dalam tahanan
sementara sejak .................. yang tersangkut dalam perkara ..................... 1).
Dengan ini mohon kebijaksanaan Bapak terhadap tersangka tersebut
diubah atau setidak-tidaknya dialihkan jenis penahanannya dari status
tahana rumah tahanan negara menjadi status tahanan rumah. Sebagai bahan
pertimbangan Bapak, bersama ini kami lampirkan surat jaminan dari orang
tua tersangka.
Demikian permohonan kami ini, atas bantuan, pertimbangan, dan
kebijaksanaan bapak diucapkan banyak terima kasih.
Kantor Advokat
Hormat Kami,
(AN, S.H.)
(BN) (AN)
Lampiran 279
Lampiran 24
Contoh Surat Kuasa Khusus untuk Kontra Memori Banding
Yang bertanda tangan di bawah ini saya bernama AN, tinggal di Jalan
......................, dengan ini memberi kuasa kepada saudara BN, tinggal di Jalan ....
KHUSUS
1. Untuk mengajukan kontra memori banding atas banding Jaksa Penuntut
Umum dalam perkara pidana pemberi kuasa yang telah diputus oleh
Pengadilan Negeri ..............................
2. Atas namanya mewkaili di depan Pengadilan, menghadap semua instansi
pemerintah, kejaksaan, mengajukan segala permohonan yang berkenaan
dengan perkara pemberi kuasa, membela serta mengatur pembelaan,
memberi segala keterangan yang diminta, memeriksa dan
menandatangani segala surat-surat, berita acara dan akta, mengajukan
bukti-bukti, minta didengar skasi-saksi atau menolak mereka,
mengajukan permohonan yang dianggap perlu oleh yang diberi kuasa
untuk kepentingan yang bertanda tangan/pemberi kuasa berkenaan
dengan pembelaan perkaranya.
(BN) (AN)
Yang bertanda tangan di bawah ini saya bernama, AN, tinggal di Jl.
................., dengan ini memberi kuasa kepada saudara BN, tinggal di Jl. .....................
KHUSUS
1. Untuk membuat dan mengajukan kasasi, memori kasasi, dan kontra
memori kasasi atas Keputusan Pengadilan Tinggi ................... Nomor
........................ tanggal ................................
2. Yang diberi kuasa berhak menghadap dan berbicara di hadapan
Mahkamah Agung dalam rangka perkara pemberi kuasa ini, melakukan
tindakan-tindakan yang diperbolehkan oleh hukum yang berlaku.
3. Surat kuasa ini boleh dilimpahkan bila dianggap perlu oleh orang yang
diberi kuasa.
(BN) (AN)
Lampiran 281
Lampiran 26
Contoh Surat Kuasa Khusus untuk Kontra Memori Kasasi
Yang bertanda tangan di bawah ini saya bernama AN, tinggal di Jl.
................................., dengan ini memberi kuasa kepada saudara BN, tinggal di Jl.
.............................................
KHUSUS
1. Untuk membuat dan mengajukan kontra memori kasasi atas memori
kasasi Jaksa atas Keputusan Pengadilan Tinggi ............................... Nomor
................................ tanggal .....................................
2. Yang diberi kuasa berhak menghadap dan berbicara di hadapan
Mahkamah Agung dalam rangka perkara pemberi kuasa ini, melakukan
tindakan-tindakan yang diperbolehkan oleh hukum yang berlaku.
3. Surat kuasa ini boleh dilimpahkan bila dianggap perlu oleh orang yang
diberi kuasa.
(BN) (AN)
Kepada Yth.
Bapak Ketua Pengadilan Negeri Sungai Penuh
di
Sungai Penuh
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya bernama AN, S.H., Advokat,
tinggal di Jalan RE. Martadinata Rt. II Lawang Agung Sungai Penuh Kerinci
berdasarkan surat kuasa tanggal ......................... (terlampir) dari BN, tinggal di
Jalan Depati Parbo Rt. II Koto Lebu Sungai Penuh Kerinci, yang selanjutnya
disebut PEMOHON.
Bahwa Pemohon melalui sepucuk surat ini mengajukan permohonan
praperadilan, sehubungan dengan penangkapan dan penahanan atas diri
tersangka bernama BN oleh Komando Kepolisian Resort Kerinci dalam hal ini
disebut TERMOHON.
Adapun duduk perkaranya adalah sebagai berikut.
1. Bahwa pemohon telah ditangkap oleh termohon di tempat bekerja
pemohon dan sewaktu menangkap dan terus ditahan oleh termohon,
termohon tidak memperlihatkan surat tugas dan tidak juga
memperlihatkan surat perintah penangkapan.
2. Bahwa menurut ketentuan Pasal 19 ayat (1) KUHAP, penangkapan dapat
dilakukan paling lama satu hari atau 24 jam, tetapi setelah lewat jangka
waktu tersebut termohon belum juga melepaskan perintah dari tahanan
dan tidak memberikan tembusan surat perintah penahanan kepada
keluarga pemohon.
3. Bahwa akibat penangkapan dan penahanan pemohon oleh termohon
tanpa didukung oleh bukti-bukti yang kuat dari tanggal ................................
sampai dengan tanggal ............................. Pemohon menderita kerugian lahir
dan batin, keluarga pemohon menajdi berantakan dan sengsara.
Lampiran 283
4. Bahwa oleh karenanya pemohon berhak menuntut termohon melalui
jalur hukum ini untuk membayar uang ganti rugi karena kebebasan
pemohon dirampas oleh termohon, yang besarnya bila dirinci adalah
sebagai berikut.
a. ....................... Rp. .............................
b. ....................... Rp. ..............................
yang jumlah seluruhnya sebesar Rp. .......................... ( ................) atau sejumlah
uang ganti rugi yang dianggap layak oleh Pengadilan.
(AN, S.H.)
Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Agama Sungai Penuh
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Lampiran 285
dengan biak karena ekonomi kedua orang tua anak tersebut yang tidak
mampu untuk membiayai hidup anak tersebut.
– Bahwa, di samping kemampuan materiil, Pemohon juga sehat jasmani
dan rohani, sehingga dapat mengasuh anak tersebut dengan baik.
– Bahwa, untuk menjamin kepastian hukum KEISYA FITRIANI bin AZWAR
sebagai anak angkat Pemohon, maka Pemohon mengajukan permohonan
pengangkatan anak ini ke Pengadilan Agama Sungai Penuh.
– Bahwa, berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Pemohon mohon
kepada Ketua Pengadilan Agama Sungai Penuh melalui Majelis Hakim
yang bersidang berkenan untuk:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon.
2. Menetapkan sah secara hukum pengangkatan anak yang dilakukan
oleh Pemohon I (JONDRI SETIAWAN, SE) dan Pemohon II (YENI FITRI,
Amd) terhadap anak perempuan yang bernama KEISYA FITRIANI
bin AZWAR lahir pada tanggal 5 Juli 2009 dari pasangan sumia istri
(AZWAR dan LIA).
3. Menetapkan biaya perkara sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.
4. Memberikan penetapan yang seadil-adilnya.
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini nama ER binti T, umur 22 tahun,
agama Islam, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, bertempat tinggal Desa Karya
Bakti Sungai Penuh Kerinci selaku Penggugat dalam perkara No. .........../Pdt.G/
20..../PA.Spn melawan HR bin ST, umur 32 tahun, agama Islam, pekerjaan
wiraswasta, bertempat tinggal Rt. 2 Nomor 100 Desa Koto Lebu Sungai Penuh
Kerinci, dengan ini menyatakan mencabut gugatan Penggugat mengenai
perkara tersebut, karena Penggugat dan Tergugat telah tercapai penyelesaian
secara damai, sehingga penyelesaian di muka hakim dipandang tidak perlu
lagi.
Selanjutnya setelah diadakan perhitungan tentang biaya-biaya yang telah
dikeluarkan, maka jika masih ada sisanya, Penggugat mohon agar sisa tersebut
Bapak Ketua berkenan untuk dikirim ke alamat Penggugat tersebut di atas.
Demikianlah surat permohonan ini sebelu mdan sesudahnya, Penggugat
mengucapkan banyak terima kasih.
Hormat Pemohon
(ER)
Lampiran 287
Lampiran 30
Tahap-Tahap Pemeriksaan Perdata
Majelis Hakim
Pembacaan Jawaban
I Gugatan II
Tergugat
V
Pembuktian dari
Penggugat dan Tergugat
VI
Kesimpulan dari
Penggugat dan Tergugat
VII
Putusan Hakim
Majelis Hakim
Pembacaan Jawaban
I II
Gugatan Tergugat
Pembuktian dari
Penggugat dan Tergugat
VI
Kesimpulan dari
Penggugat dan Tergugat
VII
Putusan Hakim
Lampiran 289
Lampiran 32
Majelis Hakim
Pembacaan Jawaban
I II
Permohonan Termohon
Replik Duplik
III IV
Pemohon Termohon
Pembuktian dari
Pemohon dan Termohon
VI
Kesimpulan dari
Pemohon dan Termohon
VII
Putusan Hakim
Dikabulkan/Ditolak
Penetapan
Sidang Ikrar Talak
Hakim
Majelis Hakim
Replik
III Pemohon Konvensi Duplik
IV
Jawaban Tergugat Termohon Konvensi
Rekonvensi
Replik Penggugat
Duplik Tergugat Rekonvensi
Rekonvensi
V
Pembuktian dari
Pemohon dan Termohon
VI
Kesimpulan dari
Pemohon dan Termohon
VII
Putusan Hakim
Dikabulkan/Ditolak
Lampiran 291
Lampiran 34
Tahap-Tahap Pemeriksaan Perdata Khusus Cerai Gugat dan Gugatan Re-
konvensi
Majelis Hakim
I Pembacaan Jawaban
II
Gugatan Tergugat
Replik Dalam
III Duplik Dalam
Konvensi IV
Konvensi
Jawaban Dalam
Rekonvensi Gugatan
Rekonvensi
Duplik Dalam
Rekonvensi Replik Dalam
Rekonvensi
V
Pembuktian dari
Penggugat dan Tergugat
VI
Kesimpulan dari
Penggugat dan Tergugat
VII
Putusan Hakim