Anda di halaman 1dari 128

Pengantar Ilmu Hukum

Pengantar Tata Hukum Indonesia


(PIH/PTHI)
Pengantar Ilmu Hukum
Pengantar Tata Hukum Indonesia
(PIH/PTHI)

Prof. Dr. HM. Fahmi Al Amruzi, M.Hum.


Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia (PIH/PTHI)
©Fahmi Al Amruzi

All right reserved


Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak isi buku ini,
baik sebagian maupun seluruhnya dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis
dari Penerbit

Penulis
Prof. Dr. HM. Fahmi Al Amruzi, M.Hum.

Penyunting
Dr. Jalaluddin, M.Hum

Layout
Ahmady Averoez

Desain Kover
RGB Desain

Cetakan I, Desember 2018

ISBN: 978-602-72411-xx-x

Penerbit Laksita Indonesia


Kws. Kelapa Gading Blok AJ No. 23/24
Kota Serang Baru (KSB), Serang 42122
Phone: 081284504441
Email: laksitaindonesia@gmail.com
Website: www.penerbitlaksita.com
Anggota IKAPI
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah puji syukur disampaikan ke hadirat Allah
SWT. yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan
Buku Ajar Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar
Tata Hukum Indonesia (PIH/PTHI) untuk menjadi buku
pegangan bagi mahasiswa Fakultas Syari’ah UIN Antasari
Banjarmasin.
Buku ajar Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata
Hukum Indonesia (PIH/PTHI) ini merupakan kumpulan materi
tentang ilmu hukum dan disusun berdasarkan silabus mata
kuliah PIH/PTHI fakultas Syari’ah dengan cara mengumpulkan
dan mengambil dari bahan-bahan/buku-buku yang menjadi
literatur/referinsi wajib dan anjuran mata kuliah PIH/PTHI; baik
yang bersumber dari buku hukum, jurnal hukum dan referinsi
lain yang terkait.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan buku bahan
ajar ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik
berupa informasi, bahan yang digunakan baik yang berupa buku
dan lainnya, demikian juga kepada pimpinan UIN Antasari yang
telah memberikan bantuan dalam penerbitan buku bahan ajar
ini, dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
Selanjutnya penyusun juga menyadari bahwa dalam
penyajian bahan ajar ini masih terdapat kekurangan dan

Kata Pengantar v
kelemahannya, saran dan kritik sangat penyusun harapkan
demi kesempurnaan bahan ajar ini. Demikian juga penyusun
menyampaikan permohonan maaf jika seandainya terdapat
kesalahan dalam pengutipan atau pengambilan dari bahan
aslinya dalam penyusunan dan penyajian bahan ajar ini.
Semoga bahan ajar ini bermanfaat terutama bagi mahasiswa,
lebih-lebih bagi mahasiswa pemula dalam mempelajari hukum
khususnya PIH/PTHI untuk dapat mengenali dan memahami
sendi-sendi dan aspek-aspek dasar tentang hukum.

Banjarmasin, 15 Desember 2018


Penyusun

vi Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................... v


Daftar Isi ............................................................................ vii
PIH/PTHI (Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata
Hukum Indonesia) .......................................... ix
BAB I PENGANTAR ILMU HUKUM ................... 1
A. Pengantar Ilmu Hukum ................................... 1
B. Ilmu Hukum .................................................... 7
BAB II ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU
NORMATIF ................................................... 11
1. Ilmu Hukum Tentang Kaidah .................. 12
2. Ilmu Hukum Tentang Pengertian ............. 14
3. Ilmu Hukum Tentang Kenyataan .............. 16
BAB III STRUKTUR INTERNAL HUKUM ........... 17
A. Hukum Sebagai Norma Kultur ........................ 17
B. Norma Sebagai Perintah dan Penilaian ........... 18
C. Isi Norma Hukum ............................................ 19
D. Peraturan Hukum dan Peristiwa Hukum ......... 21
BAB IV ASAS HUKUM, DASAR HUKUM, AKIBAT
HUKUM DAN HUBUNGAN HUKUM .... 23
A. Asas Hukum .................................................... 23
B. Akibat Hukum ................................................. 28

Daftar Isi vii


C. Hubungan Hukum ........................................... 29
D. Sistem Hukum ................................................. 30
BAB V HUKUM DAN SUMBER HUKUM ............ 43
A. Hukum ............................................................. 43
B. Sumber Hukum ................................................ 46
BAB VI TUJUAN DAN FUNGSI HUKUM ............. 65
A. Tujuan Hukum ................................................. 65
B. Fungsi Hukum .................................................. 66
BAB VII KERANGKA KAJIAN TENTANG
HUKUM ......................................................... 69
A. Teori Hukum .................................................... 69
B. Sosiologi Hukum .............................................. 73
C. Antropologi Hukum ........................................ 76
D. Psikologi Hukum .............................................. 78
E. Sejarah Hukum ................................................ 82
F. Perbandingan Hukum ...................................... 84
G. Politik Hukum ................................................. 89
H. Filsafat Hukum ............................................... 91
BAB VIII PERBEDAAN PERATURAN HUKUM
BERDASARKAN LAPANGAN HUKUM . 95
A. Hukum Perdata ................................................ 95
B. Hukum Pidana ................................................. 99
C. Hukum Tata Negara ........................................ 103
D. Hukum Administrasi Negara ........................... 105
Daftar Pustaka .................................................................... 109

viii Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


PIH/PTHI
(Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata
Hukum Indonesia)

A. Identitas Mata Kuliah


1. Nama Mata Kuliah : PIH/PTHI
2. Jumlah SKS : 3 SKS
3. Komponen : Mata Kuliah Fakultas
4. Program Studi : H u k u m Ke l u a r g a ( A h w a l a l
Syakhshiyah)
5. Fakultas : Syariah
6. Nama Dosen : Prof. Dr. HM. Fahmi Al Amruzi, M.
Hum
7. Nomor HP Dosen : 082154027730
8. Alamat Email Dosen : fahmialamruzi61@gmail.com

B. Deskripsi Mata Kuliah


Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum Dan Pengantar Tata
Hukum Indonesia (PIH/PTHI) ini merupakan dasar dari pada
ilmu hukum yang membahas hukum mulai dari Pengertian
Hukum dan Ruanglupnya. Di dalam Pengantar Ilmu Hukum/
Pengantar Tata Hukum Indonesia ini mempelajari mengenai
hubungan masyarakat dan hukum, pengertian, tujuan, fungsi,
asas-asas hukum, konsep hukum, dan sumber-sumber hukum.
Di samping itu juga, mempelajari beberapa pembidangan ilmu
hukum, sistem hukum, beberapa aliran dalam ilmu hukum,

PIH/PTHI ix
penemuan hukum, dan beberapa bidang studi ilmu hukum
lainnya.
Mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata
Hukum Indonesia menjelaskan dan memberikan pemahaman
kepada mahasiswa bahwa hukum mengajarkan keadilan dan
persamaan, semua orang dipandang sama di depan hukum; tidak
membeda-bedakan apakah dia laki-laki atau perempuan. Dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di semua orang mendapat
hak dan kewajiban yang sama dan setara sesuai dengan tugas
dan fungsi yang diembannya.

C. Capaian Pembelajaran
1. Aspek Sikap dan Tata Nilai
Setetah mempelajari Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar
Tata Hukum Indonesia ini mahasiswa diharapkan dapat:
a. Memahami dan mengaflikasikan nilai-nilai hukum yang
berkeadilian dan mereflleksikan kesetaraan gender dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
b. Memiliki kemampuan untuk menerapkan nilai-nilai hukum
yang adil yang memandang kesamaan dan kesetaraan
gender.
c. Memiliki tanggungjawab moral sebagai seorang inteletual
yang mampu menganalisa permasalahan dan problematika
hukum yang terjadi terjadi dengan mengedepankan nilai-
nilai keadilan dan kesetaraan yang tidak membeda-bedakan
jenis kelamin dan status sosial yang ada.

2. Aspek Pengetahuan
Setelah mempelajari Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar
Tata Hukum Indonesia ini, diharapkan mahasiswa dapat:

x Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


a. Mengembangkan pengetahuan ilmu dan tata hukum yang
relevan dengan kebutuhan, pertumbuhan dan perkembangan
masyarakat.
b. Memantapkan wawasan keilmuan dalam bidang ilmu hukum
dan tata hukum dengan mengintegrasikannya dengan ilmu-
ilmu terkait.

3. Aspek Keterampilan
Setelah mempelajari mata kuliah pengantar ilmu hukum dan
pengantar tata hukum ini, diharapkan mahasiswa dapat:
a. Memecahkan masalah-masalah dan menyelesaikan persoalan
hukum yang terjadi di tengah masyarakat dengan adil.
b. Kritis dan objektif dalam menyikapi permasalahan-
permasalahan hukum terkait berbagai isu gender seperti:
ketimpangan, kesetaraan, dan atau keadilan.

D. Tagihan dan Penilaian


1. Nilai formatif (Nilai Harian) 30 % terdiri atas:
a. Kehadiran mahasiswa minimal 75 % dari jumlah tatap
muka
b. Pelaksanaan tugas-tugas terstruktur
c. Moralitas/etika mahasiswa/kode etik
2. Ujian Tengah Semester (UTS) 30 %
3. Ujian Akhir Semester (UAS) 40 %
Nilai Ujian Akhir Semester dihitung dengan rumusan
berikut:
(F x 3) + (UTS x 3) + (UAS x 4)
10
Tagihan atau tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa
meliputi:
1. Membuat ringkasan dan penjelasan atas setiap tugas telaah
terhadap buku hukum tertentu.

PIH/PTHI xi
2. Membuat makalah kelompok dan mempresentasikannya di
depan diskusi kelas.
3. Mereview kasus-kasus hukum dan hasil putusan pengadilan
yang terkait materi perkuliahan sebagai pra syarat dan
sekaligus bahan UTS
4. Ujian Akhir Semester (UAS) dengan Mereview materi
perkuliahan dan menjawab soal yang diberikan.

E. Buku-Buku Rujukan
1. Amsal Bakhtiar, 2004, Filsafat Ilmu, Raja Grafindo Persada,
Jakarta
2. Astim Riyanto, 2003, Filsafat Hukum, Yapemdo, Bandung
3. Asyhadi Zaeni, 2015, Pengantar Hukum Indonesia, Cet. 1,
PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta
4. B. Arief Sidharta, Refleksi Tentang Hukum, 1999, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung
5. Chainnur Arrassjid, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar
Grafika, Jakarta
6. C.S.T Kansil, Drs.SH. 1989, Pengantar Ilmu Hukum Dan
Tata Hukum Indonesia, Cet. 8, Balai Pustaka, Jakarta.
7. Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2004, Pokok-Pokok
Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum
Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
8. Dudu Duswara Machmudin, 2010, Pengantar Ilmu Hukum
(sebuah sketsa), Refika Aditama, Bandung.
9. Donald Arbert Rumokoy-Frans Maranis, 2014, Pengantar
Ilmu Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
10. Hartono Hadiseoprapto, Pengantar Tata Hukum Indonesia,
Cet. 5 Liberty, Yogyakarta
11. H. Adiwarman Karim, 2008, Sejarah Pemikiran Ekonomi, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta

xii Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


12. Ishaq, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Cet. I. Sinar Grafika,
Jakarta
13. JB Daliyo, 2001, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Prenhallindo,
Jakarta
14. Lasiyo dan Yuwono, 1985, Pengantar Ilmu Filsafat, Cet. I,
Yogyakarta
15. Kusumadi Podjosewodjo, 2001, Pedoman Pelajaran Tata
Hukum Indonesia, Cet. 9 Sinar Grafika, Jakarta.
16. Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Fajar
Interpratama Offset, Jakarta
17. Pipin Syarifin. 2009. Pengantar Ilmu Hukum. CV. Pustaka
Setia, Bandung
18. Purnadi Purbacaraka dan Soekanto, 1986, Sendi-sendi Ilmu
Hukum dan Tata Hukum, Alumni, Bandung
19. R. Soeroso. 2005. Pengantar Ilmu Hukum. Cet. VII. Sinar
Grafika, Jakarta
20. R. Otje Salman, 1987, Ikhtisar Filsafat Hukum, Armico,
Bandung
21. Samidjo, 1985, Ringkasan dan Tanya Jawab Hukum Pidana,
CV Armico, Bandung
22. Satjipto, Rahardjo, Prof., DR., SH.,2000, Ilmu Hukum,
Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Cet ke-v, Bandung
23. Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum, Liberty,
Yogyakarta
24. Saut P. Panjaitan,1998, Dasar-Dasar Ilmu Hukum (Asas,
Pengertian dan Sistematika) Universitas Sriwijaya,
Palembang
25. Sudarsono, 2001, Pengantar Ilmu Hukum, Chineka Cipta,
Jakarta
26. Soedjono Dirdjosisworo, 1983, Pengantar Ilmu Hukum,
Rajawali Pers, Jakarta.

PIH/PTHI xiii
27. Umar Said, 2009, Pengantar Hukum Indonesia Sejarah dan
Dasar-Dasar Tata Hukum Serta Politik Hukum Indonesia,
Cetakan Pertama, Setara Press, Malang

F. Materi Mata Kuliah


1. Pengertian
a. Pengantar Ilmu Hukum
b. Ilmu Hukum dan
c. Ruang lingkupnya
2. Ilmu Hukum sebagai ilmu normatif
a. Ilmu tentang kaidah,
b. Ilmu tentang pengertian dan
c. Ilmu tentang kenyataan
3. Struktur internal hukum yang meliputi:
a. Hukum sebagai norma kultur
b. Norma sebagai perintah dan penilaian
c. Isi norma hukum
d. Peraturan hukum dan peristiwa hukum
e. Asas hukum,
f. Akibat hukum,
g. Hubungan hukum
h. Sistem hukum
4. Hukum dan sumber-sumbernya
5. Tujuan dan fungsi hukum
6. Kerangka kajian tentang hukum:
a. Teori hukum
b. Sosiologi hukum
c. Antropologi hukum
d. Psikologi hukum
e. Sejarah hukum
f. Perbandingan hukum
g. Politik hukum

xiv Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


h. Filsafat hukum
7. Perbedaan peraturan hukum berdasarkan lapangan
hukum:
a. Lapangan hukum perdata, termasuk hukum adat
b. Lapangan hukum pidana
c. Lapangan hukum tata negara
d. Lapangan hukum administrasi negara

G. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan adalah active learning,
dengan pendekatan student active learning. Mahasiswa adalah
mitra dosen dalam mendiskusikan berbagai hal terkait dengan
materi perkuliahan. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk
mengeksplorasi pengetahuan dan pengalaman, sedangkan
dosen berfungsi sebagai motivator dan fasilitator mahasiswa
agar menemukan berbagai pengetahuan melalui sumber-sumber
aktual dan terpercaya, dan mengaitkannya dengan fakta aktual
(sebagai respon/praktik) tentang apa yang terjadi di masyarakat
atau permaslahan hukum yang masih menjadi wacana. Metode
perkuliahan yang dapat digunakan antara lain:
1. Ceramah
2. Diskusi (Tanya Jawab)
3. Penugasan kelompok
4. Penugasan Individual
5. Presentasi makalah baik secara kelompok maupun
individu

PIH/PTHI xv
BAB I
PENGANTAR ILMU HUKUM

A. Pengantar Ilmu Hukum


1. Pengertian
Pengantar ilmu hukum berasal dari perkataan “Pengantar”
yang berarti membawa ke tempat yang dituju. Dalam bahasa
Belanda diartikan “Inleidin”. Dan dalam bahasa Inggris
“Introduction” yang berarti memperkenalkan, dalam hal ini
memperkenalkan ilmu hukum, dalam studi hukum seringkali
disebut juga dengan “Encyclopaedia Hukum” yaitu mata kuliah
dasar yang merupakan pengantar dalam mempelajari ilmu
hukum.
Pengantar Ilmu Hukum merupakan mata kuliah dasar untuk
mempelajari hukum lebih lanjut, dalam studi pengantar ilmu
hukum mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran
dasar tentang sendi-sendi utama ilmu hukum. Pengantar Ilmu
Hukum sifatnya sesuatu yang sangat mendasar dan fundamental
dalam pelajaran hukum, pemahaman yang seksama sangat
diperlukan karena tidak mungkin sesorang mendapatkan
pemahaman yang baik tentang berbagai cabang ilmu hukum
tanpa mempelajari pengantar ilmu hukum.
Menurut Satjipto Rahardjo, Pengantar Ilmu Hukum adalah
suatu ilmu pengetahuan yang secara umum menelaah hukum,

Pengantar Ilmu Hukum 1


mencakup hal hal yang berhubungan dengan hukum di mana
objeknya hukum itu sendiri. Pengantar ilmu hukum atau yang
biasa disebut dengan PIH merupakan mata kuliah dasar yang
merupakan mata kuliah lebih lanjut di dalam studi hukum yang
mengkaji definisi dan batasan mendasar, serta gambaran dasar
sendi-sendi utama ilmu hukum.
Sudarsono menjelaskan bahwa pembahasan Pengantar Ilmu
Hukum berkaitan dengan pokok, keadaan, prinsip, tujuan dan
maksud dari bagian hukum yang paling mendasar, serta tata
hubungannya antara bagian yang paling mendasar dengan
hukum sebagai ilmu pengetahuan.
Pengantar ilmu hukum wajib dipelajari dan dikuasai oleh
setiap orang yang ingin memperdalam atau mempelajari hukum.
Oleh karena itu pengantar ilmu hukum menjadi pengetahuan
dasar dalam mempelajari hukum lainnya yang lebih spesifik.
Dari istilahnya saja telah jelas bahwa Pengantar Ilmu Hukum
dan Pengantar Tata Hukum Indonesia atau disingkat dengan
PIH/PTHI merupakan mata kuliah dasar dalam kuliah hukum.
Dengan mengikuti kuliah PIH/PTHI para mahasiswa diantarkan
untuk memasuki dan mengenal lapangan ilmu hukum. PIH/
PTHI memberikan pengetahuan mengenai aturan tentang
hukum pada umumnya, tidak terbatas pada aturan hukum yang
berlaku pada suatu tempat dan waktu tertentu saja.
Selanjutnya diharapkan mata kuliah PIH/PTHI ini
dapat memberikan dorongan kepada mahasiswa tahap awal
dalam mempelajari hukum agar mampu mengembangkan
pandangannya yang kritis terkait dengan kesatuan antara
masalah fundamental hukum yang berlaku dan kenyataan
masyarakat. Jadi sifatnya umum dan tidak mendalami bidang-
bidang tertentu secara detail.
Pengantar Ilmu Hukum merupakan ilmu pengetahuan yang
objeknya hukum, mempelajari seluk beluk tentang hukum, asal

2 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


mula adanya hukum, wujud hukum, asas hukum, macam-macam
hukum, pembagian hukum, sistem hukum, sumber hukum, fungsi
hukum, perkembangan hukum, kedudukan hukum di dalam
masyarakat, menelaah hukum sebagai gejala, serta fenomena,
kehidupan manusia secara kondisional dan universal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pengantar Ilmu
Hukum adalah pijakan dasar yang dapat dijadikan landasan
dalam pengetahuan hukum yang merupakan akar dari ilmu
hukum.
Pengantar Ilmu Hukum dalam arti luas bermaksud
mempelajari dasar-dasar hukum di dalam mengantarkan
mahasiswa yang ingin mempelajari hukum ke arah yang
sesungguhnya.
Dengan demikian Pengantar Ilmu Hukum dalam arti luas
adalah Pengantar Ilmu Hukum dalam arti sempit ditambah
dengan Pengantar hukum Indonesia.

2. Sejarah Pengantar Ilmu Hukum


Istilah Pengantar Ilmu Hukum (PIH) awal mulanya pertama
kali lahir di Jerman sekitar abad ke-19 dan dipermulaan abad
ke-20, yaitu dengan istilah Einfuhrung in die Rechtswissenschaft.
Selanjutnya di Belanda dengan istilah encyclopaedie der
Rechtswetenschap.
Sementara di Indonesia istilah PIH untuk pertama kalinya
terdapat dalam kurikulum pada recht Hoge School (RHS)
atau Sekolah Tinggi Hukum di Batavia pada zaman Hindia
Belanda tahun 1924. Istilah yang dipakai saat itu Inleiding tot de
rechswetenschap. Istilah ini sebetulnya terdapat juga dalam Hoger
Onderwijswet 1920 atau Undang Undang Perguruan Tinggi di
Belanda, selanjutnya pada tahun 1946 istilah PIH digunakan
oleh Universitas Gajah Mada (UGM), dan berturut-turut pada
tahun 1950 dan 1957 oleh Universitas Indonesia (UI) dan

Pengantar Ilmu Hukum 3


Universitas Padjadjaran (UNPAD), dan diikuti oleh seluruh
Universitas lainnya di Indonesia.

3. Tujuan Pengantar Ilmu Hukum


Menurut Prof. R. Subekti, Tujuan Mata Kuliah Pengantar
Ilmu Hukum untuk mengantarkan mahasiswa baru dan
memberikan gambaran dari hukum yang menyampaikan materi
hukum secara global dan tata cara penerapannya di dalam
kehidupan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa Pengantar Ilmu Hukum
bertujuan:
(1) Untuk dapat menjelaskan keadaan, maksud, inti dan tujuan
dari bagian-bagian penting di dalam hukum, serta hubungan
integritas antara berbagai bagian tersebut dengan ilmu
hukum. Adapun kegunaannya adalah memahami bagian
atau jenis ilmu hukum lainnya.
(2) Memberikan pengetahuan dan pandangan dalam masalah
fundamental tentang sifat dan fungsi hukum, dengan
memberikan pengetahuan azasi tentang hukum: apa
hukum itu, tujuannya. Sumbernya, cara menemukannya,
pelaksanaannya, pembagiannya dan sebagainya.
(3) Memberikan pengetahuan dan pandangan tentang ilmu
pengetahuan lainnya yang membantu ilmu hukum dan juga
dapat memahami mengenai dimana letaknya dalam dunia
ilmu pengetahuan.
(4) Mengembangkan pandangan kritis yang berhubungan
dengan kesatuan antara masalah fundamental hukum yang
berlaku dan kenyataan yang terjadi masyarakat.
(5) Memberikan penguasaan ketrampilan teknis yang sangat
diperlukan dalam studi hukum secata teoritis dan praktek-
parktek hukum.

4 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


4. Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum
Dalam mempelajari hukum, kedududukan Pengantar Ilmu
Hukum sangat penting sebagai modal dasar bagi sebuah mata
kuliah khususnya di bidang hukum dengan dilandasi beberapa
alasan sebagai berikut:
a. Memperkenalkan pengetahuan yang mendasar mengenai
hukum sebagai sesuatu yang hidup di dalam masyarakat
b. Memperkenalkan pengetahuan yang mendasar tentang
sebagai bagian dari peraturan yang berlaku pada suatu
negara.
c. Memperkenalkan pengetahuan yang mendasar mengenai
hukum sebagai perundang-undangan.
d. Memperkenalkan pengetahuan yang mendasar mengenai
hukum sebagai kaidah sosial.
e. Memperkenalkan aliran dan teori hukum yang terdapat di
dalam hukum.
f. Memperkenalkan sumber-sumber hukum, objek dan subjek
hukum, peristiwa hukum dan masyarakat hukum.
g. Memperkenalkan apa dan bagaimana sistem hukum itu
h. Memperkenalkan apa saja bidang hukum tersebut.

5. Peran Dan Fungsi Pengantar Ilmu Hukum


Dalam studi hukum, Pengantar Ilmu Hukum memiliki peran
yang penting, terutama dalam:
1. Memberikan introduksi dan memperkenalkan segala
masalah yang berhubungan dengan hukum
2. Berusaha untuk menjelaskan tentang keadaan inti, maksud
dan tujuan dari bagian penting hukum serta keterkaitannya
di antara berbagai bagian dengan ilmu pengetahuan
hukum

Pengantar Ilmu Hukum 5


3. Memperkenalkan ilmu hukum yaitu pengetahuan yang
mempelajari segala seluk beluk dari pada hukum dalam
segala bentuk dan manivestasinya
4. Merupakan dasar pengetahuan dalam rangka studi hukum
5. Mengkualifikasikan mata pelajaran, pendahuluan,
pembukaan ke arah ilmu pengetahuan hukum pada tingkat
awal.
Sementara itu Pengantar Ilmu Hukum berfungsi untuk
memberikan pengertian dasar, baik secara garis besar maupun
secara mendalam mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
hukum dan hal lain yang terkait dengan hukum. Selain itu juga
Pengantar Ilmu hukum berfungsi pedagogis, yakni menumbuhkan
girah dan semangat serta sikap kuat dan merangsang minat
mempelajari hukum dengan cara yang lebih komprehensif.

6. Ilmu Bantu Pengantar Ilmu Hukum


Pengantar Ilmu Hukum sebagai bagian dari Ilmu hukum
yang bersifat interdisiplinir dan bahkan multidisiplinir maka
dalam mempelajarinya tidak dapat terlepas dari ilmu-ilmu
lainnya, diantaranya adalah:
a. Sejarah hukum, yaitu suatu disiplin hukum yang mempelajari
asal usul terbentuknya dan perkembangan suatu sistem
hukum dalam suatu masyarakat tertentu dan memperbanding
antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh perbedaan
waktu. (JB. Dalio, 2001: 136)
b. Sosiologi hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang
secara empiris dan analitis mempelajari hubungan timbal
balik antara hukum sebagai gejala sosial dengan gejala sosial
lain (Soerjono Soekanto).
c. Antropologi hukum, yakni suatu cabang ilmu pengetahuan
yang mempelajari pola-pola sengketa dan penyelesaiannya
pada masyarakat sederhana, maupun masyarakat yang

6 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


sedang mengalami proses perkembangan dan pembangunan/
proses modernisasi (Charles Winick).
d. Perbandingan hukum, yakni suatu metode studi hukum
yang mempelajari dengan melakukan perbandingan
untuk mengetahui aspek perbedaan sistem hukum antara
negara yang satu dengan yang lain. Atau dengan kata lain
membandingkan sistem hukum positif yang berlaku pada
satu bangsa dengan bangsa yang lain.
e. Psikologi hukum, yakni suatu cabang pengetahuan
yang mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan
perkembangan jiwa manusia (Purnadi Purbacaraka)

B. Ilmu Hukum
1. Pengertian Ilmu Hukum
Istilah Ilmu hukum merupakan terjemahan dari
Rechtswetenschap dalam bahasa Belanda atau Rechtswissenschaft
atau Jurisprudenz dalam bahasa Jerman atau terjemahan dari
Jurisprudence dalam bahasa Inggris. Istilah Rechtswetenschap
dan Rechtswissenschaft menunjuk pada pengertian ilmu tentang
hukum atau ilmu yang mempelajari hukum atau ilmu yang objek
kajiannya adalah hukum. Sedangkan istilah Jurisprudenz dalam
bahasa Jerman berarti ilmu hukum dalam arti yang sempit.
Sementara istilah Jurisprudence dalam bahasa Inggris, berasal
dari bahasa latin kata juris bahasa latin yang berarti hukum dan
prudence yang berarti pengetahuan. Jadi jurisprudence dapat
diartikan sebagai pengetahuan tentang hukum.
Sutjipto Rahardjo mengemukakan pendapatnya bahwa
ilmu hukum itu mencakup dan membicarakan segala hal yang
berhubungan dengan hukum. Menurut Bernard Arief Sidharta,
pengertian yang dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo hampir
sama dengan pengertian teori hukum dalam arti luas dan teori

Pengantar Ilmu Hukum 7


hukum dalam arti sempit yang digunakan oleh Bruggink, hal
tersebut diperkuat dengan kalimat dalam bahasa Inggris yang
disebutnya dengan “jurisprudence”.
Curzon berpendapat bahwa ilmu hukum adalah suatu ilmu
pengetahuan yang mencakup dan membicarakan segala hal yang
berhubungan dengan hukum. Demikian luasnya masalah yang
dicakup oleh ilmu ini, sehingga sempat memancing pendapat
orang untuk mengatakan, bahwa “batas-batasnya tidak bisa
ditentukan” (Satjipto Raharjo, 1982:3).
Seperti ilmu-ilmu lainnya, ilmu hukum juga mempunyai
objeknya tersendiri, yang menjadi objek ilmu hukum itu adalah
hukum itu sendiri. Sutjipto Rahardjo telah menyusun suatu
daftar masalah yang bisa dimasukkan ke dalam tujuan untuk
mempelajari ilmu hukum, yaitu:
1) Mempelajari asas-asas hukum yang pokok.
2) Mempelajari sistem formal hukum
3) Mempelajari konsepsi-konsepsi hukum dan arti fungsionalnya
dalam masyarakat
4) Mempelajari kepentingan-kepentingan sosial apa saja yang
dilindungi oleh hukum
5) Ingin mengetahui tentang apa sesungguhnya hukum itu,
dari mana dia datang/muncul, apa yang dilakukannya dan
dengan cara-cara/sarana-sarana apa ia melakukannya.
6) Mempelajari tentang apakah keadilan itu dan bagaimana ia
diwujudkan dalam hukum.
7) Mempelajari tentang perkembangan hukum: apakah hukum
itu sejak dahulu sama dengan yang kita kenal sekarang ini?
Bagaimana sesungguhnya hukum itu berubah dari masa ke
masa.
8) Mempelajari pemikiran-pemikiran mengenai hukum
sepanjang masa

8 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


9) Mempelajari bagaimana kedudukan hukum itu sesungguhnya
dalam masyarakat. Bagaimana hubungan atua perkaitan
antara hukm dengan sub-sub sisterm lain dalam masyarakat,
seperti politik, ekonomi dan sebagainya.
10) Apabila ilmu hukum itu memang bisa disebut sebagai ilmu,
bagaimana sifat-sifat atau karakteristik keilmuannya itu.
(Satjpto Raharjo, 1982:4)
Dari penjelasan tentang kajian hukum tersebut di atas maka
dapat dipahami bahwa ilmu hukum yang berisikan kaidah-kaidah
atau sebagai ilmu kaidah akan melahirkan ilmu hukum normatif,
dan ilmu hukum yang mengkaji dan menelaah fenomina hukum
yang berlaku di tengah masyarakat atau sebagai ilmu tentang
kenyataan akan melahirkan Ilmu Hukum Empiris.

2. Ruang Lingkup Ilmu Hukum


Ruang lingkup ilmu hukum sangat kompleks, tidak hanya
membicarakan tentang peraturan perundang-undangan saja,
melainkan juga sifatnya, perkembangannya dari masa ke masa
sampai sekarang, serta fungsi-fungsi ilmu hukum pada tingkat
peradaban umat manusia serta seluruh aspek kehidupan lainnya.
Jadi ilmu hukum tidak hanya mempersoalkan tatanan suatu
hukum dan aturan tertentu pada masa dan waktu tertentu dan
di suatu negara tertentu saja. Dengan demikian dapat dikatakan
dengan singkat bahwa obyek ilmu hukum ialah hukum dalam
suatu fenomena dalam kehidupan manusia di mana saja dan
kapan saja. Hukum itu sebagai fenomena universal dan bukan
lokal atau regional (Satjpto Raharjo, 1982:3).
Hukum sebagai norma atau kaidah yang menjadikannya
sebagai pedoman yang mengatur tata kehidupan dalam
bermasyarakat agar tercipta ketentraman dan ketertiban
bersama. Sementara hukum sebagai gejala prilaku di masyarakat
dimaksudkan adalah keadaan atau gejala sosial yang berlangsung

Pengantar Ilmu Hukum 9


dan terjadi di tengah masyarakat sebagai manifestasi dari pola
tingkah laku yang berkembang.

10 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


BAB II
ILMU HUKUM
SEBAGAI ILMU NORMATIF

I
lmu hukum sebagai ilmu normatif dapat diartikan sebagai
hukum yang tertulis yang dibuat secara resmi oleh lembaga
resmi dan diundangkan untuk diberlakukan dalam suatu
masyarakat. Hukum yang berlaku ditengah-tengan masyarakat
dalam kenyataannya, tidak hanya hukum yang tertulis yang
dibuat secara resmi oleh lembaga resmi tetapi juga terdapat
norma lainnya yang tidak tertulis dan berlaku di dalam
kehidupan masyarakat dan bahkan norma-norma tersebut
justru jauh lebih efektif dalam mengatur perilaku para anggota
masyarakat. Norma-norma tersebut pada hakekatnya bersifat
kemasyarakatan seperti adat istiadat, nilai-nilai keagamaan,
dikatakan demikian karena norma-norma tersebut selain
berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat juga merupakan
hasil dari kehidupan bermasyarakat. Norma-norma tersebut
merupakan manifestasi dari sistem nilai yang dianut oleh
masyarakat yang bersangkutan, dengan melalui sosialisasi yang
panjang norma-norma tersebut diinternalisasikan pada seluruh
anggota masyarakat.
Norma atau kaidah itu berisikan kehendak yang mengatur
perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya

Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Normatif 11


dengan orang lain atau dengan alam sekelilingnya. Dengan
demikian di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai macam
norma seperti; norma moral, norma susila, norma etika, norma
agama, norma hukum, dan norma lainnya yang hadir secara
bersamaan di dalam peergaulan di tengah masyarakat.
Di antara sekian banyak norma tersebut norma hukum
merupakan norma yang paling kuat berlakunya, karena
pada norma hukum terdapat kekuatan daya memaksa, bagi
pelanggarnya dapat diancam sanksi pidana atau sanksi lain
yang sifatnya memaksa dan dijalankan oleh kekuasaan negara,
oleh karena itu norma hukum mempunyai sifat keberlakuan
yang heteronom sedang norma-norma lain mempunyai sifat
keberlakuan yang otonom.
Norma hukum sebagaimana halnya dengan norma-norma
lainnya tersusun berjenjang secara hirarkis ke atas berhadapan
dengan norma yang membentuknya, dan ke bawah berhadapan
dengan norma yang dibentuknya. Susunan tersebut berpuncak
pada norma tertinggi yang disebut sebagai norma dasar yang tidak
dibentuk oleh norma yang lebih tinggi lagi, melainkan ditetapkan
terlebih dahulu oleh masyarakat yang bersangkutan.
Norma atau kaidah dalam pembahasan ilmu hukum menurut
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Suekanto mencakup:

1. Ilmu Hukum Tentang Kaidah


Ilmu tentang kaidah atau ”normwissenschaft” atau
”Sollenwissenschaft” yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai
kaidah atau sistem kaidah-kaidah yang dogmatik hukum dan
sistematik hukum.
Ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah-kaidah
(normwissenschaft, sollenwissenschaft) dengan dogmatik hukum
dan sistematik hukum. Kaidah adalah patokan atau ukuran
ataupun pedoman untuk berperilaku atau bersikap-tindak dalam

12 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


hidup. Kaidah hukum itu sendiri menurut isinya ada tiga macam
yaitu; kaidah-kaidah hukum yang berisikan suruhan, larangan,
dan kebolehan.
Ilmu hukum sebagai ilmu kaidah merupakan ilmu yang
menelaah hukum sebagai kaidah, atau sistem kaidah, dengan
dogmatik hukum atau sistematik hukum.
- Macam-macam kaidah
a. Aspek kehidupan pribadi
1. Kaidah kepercayaan
2. Kaidah kesusilaan
b. Aspek hidup antar pribadi
1. Kaidah sopan santun
2. Kaidah hukum
- Isi dan sifat kaidah hukum, yang merupakan pembahasan
tentang struktur kedaan hukum yang isinya suruhan,
larangan, dan kebolehan serta dapat bersifat imperatif dan
fakultatif.
- Tanda-tanda pernyataan kaidah hukum
1. Tanda-tanda yang berwujud
1. Bahan-bahan resmi yang tertulis
2. Rambu-rambu lalu lintas
3. Benda-benda
4. Kebiasaan
2. Tanda-tanda yang tidak berwujud
1. Tanda-tand yang berupa bunyi suara
2. Hikmat kata-kata yang dirumuskan secara lisan
3. perintah-perintah secara lisan
- Kaidah hukum dan kaidah lainnya
Tata (orde atau ordnung) sering disebut sebagai kaidah
atau norma. Kaida atau orma itu merupakan bagian dari
gejala sosial, sebuah fenomena yang terdapat dalam setiap

Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Normatif 13


masyarakat manusia. Pada dasarnya kaidah atau norma itu
ada dua macam:
1. Perintah yang berwujud keharusan bagi seseorang untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu karena akibat-
akibatnya dipandang baik.
2. Larangan yang berwujud cegahan bagi seseorang untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu karena akibat-
akibatnya dipandang jelek.
Dalam kehidupan bermasyarakat, terdapat empat macam
kaidah atau norma, yaitu:
1) Norma Keagamaan
2) Norma Kesusilaan
3) Norma kesopanan
4) Norma Hukum

2. Ilmu Hukum Tentang Pengertian


Ilmu hukum tentang pengertian dimaksudkan adalah ilmu
tentang pengertian-pengertian pokok dari hukum seperti istilah
subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan
hukum dan obyek hukum.
Ilmu pengertian hukum adalah ilmu yang memuat
pengertian-pengertian pokok dalam hukum, karena ilmu hukum
seperti halnya ilmu-ilmu yang lain banyak istilah-istilah yang
perlu dijelaskan arti maksud dalam istilah tersebut sehingga kita
terutama pemula yang ingin mengenal dan mempelajari hukum
dapat mengerti arti maksud istilah-istilah hukum tersebut
dengan jelas. (Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, 2000: 323)
Peraturan hukum menggunakan pengertian-pengertian
untuk menyampaikan yang dikehendaki dalam hukum.
Pengertian-pengertian ini merupakan abstraksi dari sesuatu atau
barang yang bersifat konkrit atau abstrak. Dengan menggunakan
kata kendaraan, misalnya ia hendak menghindari keharusan

14 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


untuk menyebut satu persatu barang yang hendak diaturnya, ia
tidak perlu memerinci sebutan mobil, motor, sepeda, gerobak
dan sebagainya. Dengan demikian maka cara penyampaiannya
menjadi lebih ekonomis. (Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, 2000:
42)
Pengertian-pengertian hukum itu ada yang diangkat dari
pengertian sehari-hari dan ada pula yang diciptakan secara
khusus sebagai suatu pengertian tehnik. Jual beli, ganti rugi dan
semacam itu, merupakan pengertian-pengertian hukum yang
diangkat dari pengertian sehari-hari. (Satjipto Rahardjo, Ilmu
Hukum, 2000: 43)
Lain halnya dengan pengertian-pengertian seperti subyek
hukum, masyarakat hukum, hubungan hukum dan yang
semacamnya makna yang diberikan kepadanya hanyalah yang
diberikan oleh hukum. Pengertian hukum merupakan suatu
kategori tertentu dalam konteks berpikir secara hukum dan
oleh karenanya hanya boleh diartikan dalam konteks itu pula,
seperti: masyarakat hukum, subyek hukum, peranan hukum,
peristiwa hukum, hubungan hubungan hukum, obyek hukum,
akibat hukum, hak dan kewajiban dan lain sebagainya yang
dianggap relevan.
Ilmu hukum tentang pengertian ini mempelajari pengertian-
pengertian pokok dalam hukum, Masyarakat Hukum umpamanya
adalah keadaan bertingkah laku antara satu individu dg individu
lainnya dan seterusnya, itulah yang disebut dengan masyarakat
hukum, Subyek Hukum adalah pembawa hak, melakukan
perbuatan hukum, Peranan Hukum adalah bekerjanya hukum
di tengah masyarakat, Peristiwa Hukum adalah semua peristiwa
atau kejadian yang menimbulkan akibat hukum, Obyek Hukum
adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum/benda,
Akibat hukum adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh
adanya suatu hubungan hukum.

Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Normatif 15


3. Ilmu Hukum Tentang Kenyataan
Ilmu hukum tentang kenyataan atau ”Tatsachenwissen-
schaft” atau ”seinwissenschaft” yang menyoroti hukum sebagai
perikelakuan sikap tindak, yang antara lain mencakup sosiologi
hukum, antropologi hukum, psikiologi hukum, perbandingan
hukum dan sejarah hukum.
Hal ini menunjukan bahwa kajian-kajian tentang hukum
sangat luas ruang lingkup dan cakupannya dalam disiplin
tentang ilmu-ilmu hukum. Tampak dan jelas pula mengenai
perbedaan antara dogmatik hukum dengan ilmu kenyataan.
Perbedaannya adalah:
a. Dogmatik hukum sama dengan ilmu hukum normatif (das
sollen). Adanya keharusan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu menurut norma hukum.
b. Ilmu kenyataan, sama dengan ilmu hukum empiris (das
sein), jadi tidak berbicara apa yang seharusnya, akan tetapi
bagaimana norma hukum dalam kenyataan, dan berdasarkan
pengalaman yang terjadi di dalam masyarakat.

16 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


BAB III
STRUKTUR INTERNAL HUKUM

A. Hukum Sebagai Norma Kultur


Ilmu hukum termasuk ke dalam bagian dari ilmu pengetahuan
kemasyarakatan dan bersumber dari masyarakat sehingga dapat
dikatakan sebagai norma kultur, yang secara khusus mempelajari
tingkah laku manusia dalam kaitannya dengan kaidah-kaidah
kehidupan yang ada di tengah masyarakat, terutama yang
berlaku pada masa kini yang dikenal sebagai hukum positif.
Menurut J.H.P. Bellefroid, hukum positif ialah suatu
penyusunan hukum mengenai hidup kemasyarakatan, yang
ditetapkan oleh kuasa masyarakat tertentu yang terbatas
menurut tempat dan waktunya. (Seodjono Dirdjosisworo,
1983:165)
Sementara Ilmu hukum positifnya sendiri mencoba mencari
hubungan sebab akibat (kausalitas) antara gejala-gejala hukum
yang terjadi di sekitar manusia untuk dapat menggambarkan dan
menjelaskan gejala-gejala hukum dan segala permasalahan yang
ada disekitarnya, oleh karenanya ilmu hukum positif dituntut
untuk melakukan penelitian dan pengkajian terus menerus
mengenai apakah titik-tolak serta asas-asas hukum selaras
dengan perasaan hukum yang hidup dan berkembang di tengah
masyarakatnya ataukah sebaliknya. Untuk memberikan jawaban

Struktur Internal Hukum 17


atas pertanyaan tersebut, ilmu hukum positif membutuhkan
ilmu-ilmu lainnya sebagai ilmu bantu, seperti sejarah hukum,
sosiologi hukum, perbandingan hukum, politik hukum dan yang
lainnya.

B. Norma Sebagai Perintah dan Penilaian


Dalam kamus bahasa Indonesia, norma diartikan sebagai:
1. Aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok
dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan
pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima
2. Aturan, ukuran, atau kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur
untuk menilai atau memperbandingkan sesuatu (https://
kbbi.web.id/norma)
Norma adalah sarana yang dipakai oleh masyarakatnya
untuk menertibkannya, menuntut dan mengarahkan tingkah
laku anggota masyarakat dalam hubungannya satu sama lainnya.
Untuk bisa menjalankan fungsinya yang demikian itu, barang
tentu ia harus mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa.
Paksaan ini tertuju kepada para anggota masyarakat dengan
tujuan untuk mematuhinya. (Satjipto Rahardjo, 1991: 27)
Menerima dan memahami hukum sebagai perintah atau
dalam artian bahwa norma hukum harus dipahami sebagai sarana
yang dipakai oleh masyarakat untuk mengarahkan tingkah laku
anggota masyarakat pada saat mereka berkomunikasi satu sama
lain, dengan kata lain norma merupakan persyaratan dalam
penilaian. (H. Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi,
2008)
Di dalam norma hukum mengandung dua hal:
a. Patokan penilaian dan
b. Patokan tingkah laku. (Zevenbergen, 1925: 110-124)

18 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


Memahami poin yang pertama yaitu patokan penilaian,
maka norma hukum berfungsi menilai masyarakat, yaitu
dengan menyatakan apa yang dianggapnya baik atau tidak.
Dari hasil penilaian itulah yang kemudian dapat melahirkan
petunjuk tentang tingkah laku atau perbuatan-perbuatan
mana yang termasuk dalam kategori harus dijalankan dan yang
harus ditinggalkan. Kemudia apabila hukum dipahami sebagai
perintah, maka sebenarnya norma hanya melihat kandungan
yang kedua dari norma hukum, yaitu sebagai petunjuk tingkah
laku atau sebagai norma tingkah laku. (Satjipto Rahardjo, 1991:
27)

C. Isi Norma Hukum


Norma hukum berisi kehendak yang dapat dikategorikan
dengan istilah Das Sollen, yaitu suatu kategori yang bersifat
imperatif. Kehendak itu sendiri dapat berupa suruhan atau
larangan, dan dapat pula berupa pembebasan dari suruhan atau
pengecualian dari larangan. Norma hukum selain berfungsi
mengatur perilaku, juga berfungsi memberi kuasa kepada norma
hukum lain untuk mengatur perilaku atau berfungsi mengubah
atau mengganti norma hukum lain, (Bruggink, 1996:100) norma
hukum sebagai norma perilaku berisi:
1. Perintah (gebod); yaitu kewajiban masyarakat untuk
melakukan sesuatu.
2. Larangan (verbod); yaitu kewajiban masyarakat untuk tidak
melakukan sesuatu.
3. Pembebasan/Dispensasi (vrijfstelling); yaitu pembolehan
khusus untuk tidak melakukan sesuatu yang secara umum
diharuskan.

Struktur Internal Hukum 19


4. Izin (toestemming); yaitu pembolehan (perkenan) atau
pengecualian khusus untuk melakukan sesuatu yang secara
umum dilarang.
Muatan norma hukum yang mengatur perilaku secara garis
besar dapat dilihat dari dua sisi:
- Pertama, dilihat dari orang-orang yang diatur perilakunya,
pada tataran ini norma bersifat umum dan individual.
- Kedua, dilihat dari perilaku yang diaturnya, pada tataran ini
norma bersifat abstrak dan konkrit.
Muatan norma hukum yang sifatnya umum dan abstrak dan
kemudian dirumuskan dalam undang-undang, sementara norma
hukum yang sifatnya konkrit dan individual rumusannya dimuat
dalam Keputusan Tata Usaha Negara. Selanjutnya menurut
Hart sebagaimana dikutip Bruggink (Bruggink, 1996:102),
disamping norma perilaku masih terdapat sekelompok norma
yang menentukan sesuatu berkenaan dengan kaidah perilaku,
dan itulah yang disebut dengan meta norma, yaitu:
a) Norma Pengakuan (Rules of Recognition); yaitu norma yang
menetapkan norma perilaku mana yang di dalam suatu
masyarakat hukum tertentu harus dipenuhi.
b) Norma Perubahan (Rules of Change); yaitu norma yang
menetapkan bagaimana sesuatu norma perilaku dapat
diubah.
c) Norma Kewenangan (Rules of Adjudication); yaitu norma
yang menetapkan oleh siapa dan dengan melalui prosedur
yang mana norma perilaku ditetapkan dan bagaimana suatu
kaidah perilaku harus diterapkan jika dalam suatu kejadian
tertentu terdapat ketidakjelasan.
Norma hukum sangat berhubungan erat dengan asas-asas
hukum, norma dan asas hukum sesuatu sangat inti dalam
hukum karena hubungan norma hukum dan asas hukum

20 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


terletak dalam proses pembentukan norma hukum, sebab asas-
asas hukum sebagai ketentuan moral dapat mempengaruhi
pembentukan hukum, jadi sebenarnya norma hukum bertumpu
pada asas hukum. Terkait dengan asas hukum, di antara para
ahli hukum terdapat perbedaan pendapat, ada yang berpendapat
dan menyatakan bahwa asas hukum merupakan bagian dari
sistem hukum. Jadi sebagaimana halnya norma hukum maka
asas hukum mengikat masyarakat, pendapat lain menyatakan
bahwa asas hukum tidak merupakan bagian dari sistem hukum,
karenanya tidak mengikat masyarakat.

D. Peraturan Hukum dan Peristiwa Hukum


Peristiwa hukum adalah suatu kejadian dalam masyarakat
yang dapat menimbulkan akibat hukum yang dapat menggerakan
peraturan-peraturan tertentu sehingga peraturan yang tercantum
di dalamnya dapat berlaku kongkrit. (Chainnur Arrassjid, 2008:
132-133) Contoh: dalam hal kewarisan berlaku bila terjadi
kematian.
Hubungan timbal balik antara peristiwa kongkrit dan
peristiwa hukum:
- Peristiwa kongkrit tidak dengan sendirinya menjadi peristiwa
hukum.
- Peristiwa hukum tidak mungkin terjadi tanpa ada kaidah
hukum.
- Peristiwa hukum tidak dapat dikualifikasi tanpa kaidah
hukum.
- Peristiwa hukum diciptakan oleh kaidah hukum, dan
sebaliknya kaidah hukum terjadinya dipengaruhi oleh
peristiwa kongkrit.
- Peristiwa kongkrit dapar berakibat hukum bila ada kaidah
hukum. Contoh: minum racun kemudian mati.

Struktur Internal Hukum 21


Demikian juga halnya dengan kaidah hukum:
- Kaidah hukum dipatuhi tidak semata-mata ketaatan pada
sanksi, tetapi pada rasa percaya dan kesusilaan.
- Kaidah hukum yang tidak mempunyai sanksi disebut “Lex
Imperfecta” contoh: penghormatan anak terhadap orang
tua.

22 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


BAB IV
ASAS HUKUM, DASAR HUKUM,
AKIBAT HUKUM DAN HUBUNGAN HUKUM

A. Asas Hukum
Satjipto Rahardjo mengemukakan bahwa asas hukum bukan
merupakan norma hukum kongkrit, karena asas hukum adalah
jiwanya norma hukum. Asas hukum merupakan dasar lahirnya
peraturan hukum yang juga merupakan ratio legisnya hukum.
Pernyataan Satjipto Rahardjo tersebut menegaskan bahwa
semua peraturan hukum harus dapat dikembalikan pada
asas hukumnya. Contoh: pada asasnya undang-undang tidak
berlaku surut, sehingga peraturan hukumnya menjadi tiada satu
perbuatan pun dapat dihukum kecuali atas kekuatan undang-
undang yang telah ada sebelum perbuatan itu dilakukan.
Menurut Bellefroid, asas-asas hukum (rechts beginselen)
adalah “norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif”, dan
yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan
yang lebih umum. Asas hukum umum merupakan “pengendapan
hukum positif dalam suatu masyarakat” (Sudikno, 1988:32)
Asas hukum atau prinsip hukum bukanlah peraturan hukum
konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya
atau merupakan latar belakang dari pearaturan yang kongkrit
yang terdapat dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang

Asas Hukum, Dasar Hukum, Akibat Hukum dan Hubungan Hukum 23


terjelma dalam peraturan peraturan perundang-undangan
dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat
diketemukan dengan mencari sifat-sifat umum dalam peraturan
konkrit tersebut (Sudikno, 1988:33)
H.J. Hommes dalam “algemeene Rechts beginselen voor de
praktijk” berpendapat bahwa asas-asas hukum tidak boleh
dianggap sebagai norma hukum yang kongkrit, melainkan perlu
dipandang sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk (rishtsnoer)
bagi hukum yang berlaku. Pembentukan hukum praktis perlu
berorientasi pada asas-asas hukum tersebut. Dengan kata lain
asas hukum adalah “dasar-dasar atau petunjuk arah dalam
pembentukan hukum positif” (Notohamidjojo, 1975:49)
The Liang Gie berpendapat bahwa asas adalah dalil umum
yang dinyatakan dalam istilah umum tanpa menyarankan cara-
cara khusus mengenai pelaksanaannya yang diterapkan pada
serangkaian perbuatan untuk menjadi petunjuk yang tepat bagi
perbuatan itu.
Menurut Paul Scholten asas hukum adalah pikiran-pikiran
dasar yang terdapat di dalam dan di belakang sistem masing-
masing dirumuskan dalam aturan-aturan perundang-undangan
dan putusan-putusan hakim yang berkenaan dengannya
ketentuan-ketentuan dan keputusan-keputusan individual
dapat dipandang sebagai penjabarannya. (B. Arief Sidharta:119-
120)
Kecenderungan-kecenderungan yang diisyaratkan oleh
pandangan kesusilaan pada hukum yang merupakan sifat-sifat
umum dengan segala keterbatasannya, sebagai pandangan yang
umum itu tetap harus ada dan tidak dapat ditinggalkan.
Dapat disimpulkan “Bahwa asas hukum atau prinsip hukum
bukanlah peraturan yang kongkrit yang terdapat di depan atau
di belakang peraturan hukum”. Jadi asas hukum bukan kaidah
yang kongkrit melainkan merupakan latar belakang peraturan

24 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


yang kongkrit yang bersifat umum. Pada umumnya asas hukum
tidak dituangkan dalam peraturan kongkrit dalam pasal-pasal.
Beberapa contoh asas-asas hukum:
1. Dubio Prorea. Maknanya adalah setiap orang dianggap tahu
akan undang- undang
2. Presumtion of Innocence yakni asas praduga tidak bersalah
artinya adalah bahawa seseorang tidak dianggap bersalah
sebelum ada keputusan hakim bahwa orang tersebut bersalah
dan keputusan hakim bahwa orang tersebut bersalah dan
keputusan hakim telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap
3. Similia Similibus yakni perkara yang sama/sejenis harus
diputus sama/serupa
4. Pacta Sunt Servada yakni bahwa perjanjian yang sudah
disepakati berlaku sebagai undang- undang bagi para pihak
yang bersangkutan
5. Geen Straf Zonder Schuld yakni tiada pidana tanpa kesalahan
(yang dipidana adalah orang yang telah bersalah menurut
hakim)
6. Nullum Delictum Nulla Poena sine Praveia Lege Poenali yakni
tidak ada suatu perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas
kekuatan undang-undang yang telah ada sebelum perbuatan
dilakukan.
7. Lex Posteterior Derogat Legi Priori, Asas undang-undang yang
berlaku kemudian membatalkan undang-undang terdahulu,
sejauh undang-undang itu mengatur yang sama.
8. Lex Superior Derogat Legi Inferiori, suatu asas undang-undang
di mana jika ada dua undang-undang yang mengatur objek
yang sama maka undang-undang yang lebih tinggi yang
berlaku sedangkan undang-undang yang lebih rendah tidak
mengikat.

Asas Hukum, Dasar Hukum, Akibat Hukum dan Hubungan Hukum 25


9. Lex Derogat Legi Generali, undang-undang yang khusus
mengenyampingkan yang umum. (http://www.academia.
edo)
Untuk dapat menemukan asas hukum maka dicarilah sifat-
sifat umum yang terkandung dalam kaidah hukum dan peraturan
hukum yang berarti menunjuk kepada kesamaan-kesamaan yang
terdapat dalam ketentuan-ketentuan yang kongkrit.
Asas hukum merupakan sebagian dari roh kehidupan yang
ada dalam jiwa manusia, dalam setiap hukum manusia melihat
suatu cita-cita yang hendak diraihnya. Dalam hubungan asas
hukum dan kaidah hukum yang kongkrit itulah terdapat
sifat hukum. Pada umumnya asas hukum mengikuti kaidah
hukumnya, sedangkan kaidah hukum akan berubah mengikuti
perkembangan masyarakatnya (terpengaruh waktu dan
tempat).
Paul Scholten menjelaskan ada lima asas hukum umum
yang antara lain:
1. Asas kepribadian,
2. Asas persekutuan,
3. Asas kesamaan,
4. Asas kewibawaan,
5. Asas pemisahan antara baik dan buruk.
Asas nomor 1 sampai dengan nomor 4 terdapat dalam setiap
hukum, tidak ada sistem hukum yang tidak mengenal keempat
asas tersebut. Masing-masing dari empat asas hukum tersebut
ada kecenderungan yang menonjol dan mendesak yang lain.
Kaidah hukum adalah pedoman seseorang bertingkah
laku yang seyogyanya apa yang harus dilakukan dan apa yang
seyogyanya tidak harus dilakukan, dengan begitu berarti adanya
pemisahan baik dan buruk yang dikehendaki pada kelima yang
dijelaskan oleh Paul Scholten.

26 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


Keempat asas di atas didukung oleh pikiran bahwa sangat
memungkinkan untuk memisahkan antara baik dan buruk,
dalam asas kepribadian manusia menginginkan adanya
kebebasan individu.
Asas kepribadian itu menunjukan kepada adanya pengakuan
kepribadian manusia, bahwa manusia sebagai subyek hukum
penyandang hak dan kewajiban. Dan dalam asas persekutuan
yang dikehendaki adalah persatuan, kesatuan dan cinta kasih,
keutuhan masyarakat. Asas kesamaan menghendaki adanya
keadilan dalam arti setiap orang adalah sama di depan dan di
dalam hukum. Setiap orang harus diperlakukan sama secara adil
dimana setiap orang dapat memperoleh hak yang sama. Perkara
yang sama atau sejenis atau serupa diputus dengan sama atau
paling tidak serupa karena keadilan merupakan realisasi dari
asas kesamaan. Sedangkan asas kewibawaan memperkirakan
adanya ketidaksamaan.
Asas hukum bukanlah norma hukum yang kongkrit karena
asas hukum merupakan landasan atau latar belakang dari
lahirnya peraturan hukum. Asas hukum adalah merupakan
dasar-dasar pemikiran umum dan abstrak yang di dalamnya
terkandung nilai-nilai etis, sehingga peraturan hukum yang
lahir akan mengandung nilai etis pula. Dengan demikian
seseorang sebagai anggota masyarakat akan bertingkah laku etis
sebagaimana diharapkan oleh peraturan hukum itu sendiri.
Asas hukum dapat dibedakan dari norma hukum, perbedaan
tersebut dapat dijelaskan bahwa:
1. Asas hukum merupakan dasar pemikiran umum dan abstrak,
sedangkan norma merupakan peraturan yang riil.
2. Asas adalah ide atau konsep, norma merupakan penjabaran
ide tersebut.
3. Asas hukum tidak memiliki sanksi, sedangkan norma hukum
memiliki sanksi.

Asas Hukum, Dasar Hukum, Akibat Hukum dan Hubungan Hukum 27


B. Akibat Hukum
Akibat Hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala
perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap
objek hukum atau akibat-akibat lain yang disebabkan karena
kejadian-kejadian tertentu oleh hukum yang bersangkutan yang
telah ditentukan/dianggap sebagai akibat hukum (Pipin Syarifin.
1999:71)
Akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh
peristiwa hukum, Perbuatan hukum menyebabkan lahirnya
akibat hukum karena suatu peristiwa hukum disebabkan oleh
perbuatan hukum, dan juga dapat melahirkan suatu hubungan
hukum, sehingga akibat hukum juga dapat dipahami sebagai
suatu akibat yang ditimbulkan oleh adanya suatu perbuatan
hukum dan/atau hubungan hukum (Ishaq, 2008: 84)
Tindakan Hukum adalah tindakan yang dilakukan untuk
memperoleh sutu akibat yang dikehendaki yang diatur oleh
hukum. Dapat diketahui bahwa akibat hukum itu timbul dari
adanya:
1. Perbuatan yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap
obyek hukum, dengan kata lain adanya akibat tertentu dari
suatu perbuatan, dan akibat itu telah diatur oleh hukum;
2. Perbuatan yang dilakukan bersinggungan dengan ketentuan
yang menjadikan hak dan kewajiban sesuai dengan yang
telah diatur dalam hukum (undang-undang).
Menurut Soeroso, akibat hukum dapat berwujud sebagai
berikut:
1. Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu keadaan hukum.
Contohnya akad nikah dalam perkawinan, akibat hukumnya
adalah adanya kewajiban nafkah bagi suami.
2. Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu hubungan
hukum, antara dua atau lebih subyek hukum, di mana

28 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan
hak dan kewajiban pihak yang lain. Contohnya: kontrak
sewa menyewa, dengan adanya kontrak tersebut terjadilah
peristiwa hukum yang melahirkan akoibat hukum berupa
hak dan kewajiban diantara kedua belah pihak dan ketika
berakhir masa kontrak tersebut maka hubungan hukum juga
selesai. (R. Soeroso. 2005: 296).

C. Hubungan Hukum
Hubungan hukum (rechtsbetrekkingen) adalah hubungan
antara dua subyek hukum atau lebih mengenai hak dan
kewajiban di satu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban
dipihak yang lain. (R. Soeroso. 2005: 269)
Hubungan hukum dapat terjadi diantara sesama subyek
hukum dan antara subyek hukum dengan barang. Hubungan
antara sesama subyek hukum dapat terjadi antara seseorang
dengan seorang lainnya, antara seseorang dengan suatu badan
hukum, dan anatara suatu badan hukum dengan badan hukum
lainnya. Sedangkan hubungan antara subyek hukum dengan
barang berupa hak apa yang dikuasai oleh subyek hukum itu atas
barang tersebut baik barang berwujud dan barang bergerak atau
tidak bergerak. (Peter Mahmud Marzuki, 2008: 254) Hubungan
hukum dapat terjadi diantara sesama subyek hukum dan antara
subyek hukum dengan barang.
Oleh karena itu Hubungan hukum ialah hubungan antara
dua atau lebih subyek hukum. Dalam hubungan hukum ini hak
dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan
kewajiban yang lain (Soeroso, 2005: 269)
Dalam hal ini terdapat dua pihak yaitu pihak yang berhak
meminta prestasi (Prestatie Subject) dan pihak yang wajib
melakukan pestasi (Plishts Subjject). Pendapat ini dikemukakan

Asas Hukum, Dasar Hukum, Akibat Hukum dan Hubungan Hukum 29


oleh Logemann. Atas dasar itulah maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
- Pertama memberikan perlindungan atas hak-hak setiap
orang secara wajar, selain itu juga menetapkan kewajiban-
kewajiban yang harus dipenuhi sehubungan dengan hak
tersebut.
- Kedua memberikan pembatasan atas hak-hak seseorang
pada batas yang maksimal tidak mengganggu hak orang lain,
juga menetapkan batas-batas minimal kewajiban yang harus
dipebuhi demi wajarnya hak orang lain.
Adapun yang menjadi unsur inti yang melandasi terjadinya
hubungan hukum adalah:
a. Orang yang berhak/berkewajiban salaing berhadapan
b. Obyek terhadap hak/kewajiban tadi berlaku terhadap obyek
yang dipakai dalam hubungan hukum
c. Hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban
Menurut Ishaq, Hubungan hukum adalah setiap hubungan
yang terjadi antara dua subyek hukum atau lebih di mana
hak dan kewajiban di satu pihak berhadapan dengan hak dan
kewajiban di pihak lain (Ishaq, 2008: 84).
Dalam hubungan hukum juga dapat dipastikan akan
melahirkan dua sisi yaitu adanya kekuasaan di satu pihak dan
kewajiban dipihak lain, dan yang menjadi syarat dalam hubungan
hukum adalah peraturan hukum yang mengatur hubungan itu,
serta adanya peristiwa hukum.

D. Sistem Hukum
Menurut Sudikno Mertukusumo: Sistem hukum adalah
suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai
interaksi satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai

30 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


tujuan kesatuan tersebut. (Asyhadi Zaeni dan Arif Rahman,
2013: 55)
Menurut Subekti sistem hukum adalah suatu susunan
atau tatanan yang teratur, suatu keseluruhan dimana terdiri
dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain, tersusunan
menurut suatu rencana atau pola, hasil dari suatu pemikiran
tersebut untuk mencapai suatu tujuan. (R. Abdoel Djamali,
2001: 65)
Kees Schuit berpendapat bahwa sebuah sistem hukum terdiri
atas tiga unsur yang memiliki kemandirian tertentu yang saling
berkaitan, dan masing-masing dapat dijabarkan lebih lanjut.
Unsur-unsur yang diwujudkan sistem hukum itu adalah:
1. Unsur idiil. Unsur ini terbentuk oleh sistem makna dari
hukum, yang terdiri atas aturan-aturan, kaidah-kaidah dan
asas-asas. Unsur inilah yang oleh para yuris disebut “sistem
hukum”
2. Unsur operasional. Unsur ini terdiri atas keseluruhan
organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang didirikan
dalam suatu sistem hukum.
3. Unsur aktual. Unsur ini adalah keseluruhan putusan-putusan
dan perbuatan-perbuatan kongkret yang berkaitan dengan
sistem makna dari hukum, baik dari para pengemban jabatan
maupun dari para warga masyarakat yang di dalamnya
terdapat sistem hukum itu. (Arief Sidharda, 1999: 140)
Arti penting dari suatu peraturan hukum adalah karena
adanya hubungan yang sistematis antara satu peraturan dengan
peraturan yang lain. Dalam istilah sistem itu sendiri dapat
diartikan sebagai suatu keseluruhan yang utuh dan padu yang
terdiri dari bermacam-macam bagian secara umum.
Oleh karenanya sistem didefinisikan sebagai sekumpulan
elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu
tujuan tertentu di dalam lingkungan yang komplek. Ada lima

Asas Hukum, Dasar Hukum, Akibat Hukum dan Hubungan Hukum 31


unsur utama di dalamnya; pertama elemen-elemen, kedua
adanya interaksi, ketiga ada yang mengikat, keempat terdapat
tujuan bersama, kelima berada dalam suatu lingkungan yang
komplek.
Bagian-bagian yang saling berinteraksi itu disebut sebagai
sub sistem, karena sub sistem merupakan suatu sistem yang
mempunyai komponen-komponen tersendiri. Sebaliknya suatu
sistem dapat dikatakan sebagai sub sistem dari suatu sistem lain
yang lebih besar.
Sub sistem hukum lebih tepat disebut sebagai inter sub
sistem, karena hukum mengatur bidang tertentu masing-masing
sub sistem lainnya. Inter sub sistem hukum mencakup bagian-
bagian yang berkaitan secara fungsional. Bagian-bagian itu
adalah:
a. Struktur hukum.
b. Lembaga hukum itu adalah kepolisian, kejaksaan,
pengadilan, kepengacaraan.
c. Budaya hukum mencakup pengertian yang diberikan oleh
masyarakat mengenai bidang-bidang tata hukum.
d. Substansi hukum mencakup kaidah-kaidah dan sikap tindak
hukum yang teratur maupun unik.
e. Inter Sub sistem hukum merupakan pengertian dasar, nilai-
nilai yang berpasangan.
Menurut Scolten Sistem Hukum adalah kesatuan di dalam
sistem hukum tidak ada peraturan hukum yang bertentangan
dengan peraturan-peraturan hukum lain dari sistem itu.
Di dalam kesatuan sistem hukum tidak dikehendaki adanya
konflik pertentangan atau kontradiksi antara bagian-bagian.
Jika terjadi konflik akan segera diselesaikan oleh lembaga yang
berwenang didalam sistem itu sendiri dan tidak dibiarkan
berlarut-larut.

32 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


Jadi pada hakekatnya sistem termasuk sistem hukum yang
merupakan suatu kesatuan hakiki dan terbagi dalam bagian-
bagian dimana dalam setiap masalah atau persoalan menemukan
jawaban atau penyelesaiannya dan jawaban itu terdapat dalam
sistem itu sendiri.
Masing-masing bagian tidak mempunyai arti di luar kesatuan
dengan kata lain akan mempunyai arti apabila ada kerjasama
atau keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang
lain.
Antara unsur-unsur dalam suatu sistem dengan unsur-unsur
dari lingkungan di luar sistem terdapat hubungan khusus atau
tatanan, tatanan inilah yang disebut struktur.
Struktur menemukan identitas atau ciri sistem, sehingga
unsur-unsur itu masing-masing dapat berubah dan dapat diganti
tanpa menganggu kontinuitas sistem. Peraturan perundang-
undangan sering mengalami perubahan, tetapi tidak dapat
dikatakan sistemnya telah berubah.
Fuller memberi ukuran mengenai adanya suatu sistem
hukum. Ukuran tersebut dinamakan Principles of legality yaitu:
1. Suatu sistem hukum harus mengandung peraturan-
peraturan. Yang dimaksud disini adalah bahwa ia tidak boleh
mengandung sekedar kepu- tusan-keputusan yang bersifat
ad hoc
2. Peraturan-peraturan yang telah dibuat itu harus
diumumkan
3. Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut, oleh karena
apabila yang demikian itu tidak ditolak, maka peraturan itu
tidak bisa dipakai untuk menjadi pedoman tingkah laku.
Membolehkan pengaturan secara berlaku surut berarti
merusak integritas perturan yang ditujukan untuk berlaku
bgi waktu yang akan datang

Asas Hukum, Dasar Hukum, Akibat Hukum dan Hubungan Hukum 33


4. Peraturan-peraturan harus disusun dalam rumusan yang bisa
dimengerti
5. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan
yang bertentagan satu sama lain
6. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang
melebihi apa yang dapat dilakukan
7. Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah
peraturan sehingga menyebabkan seseorang akan kehilangan
orientasi
8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan
dengan pelaksanaannya sehari-hari
Menurut M Friedman Sistem hukum adalah suatu sistem
yang meliputi substansi, hukum, dan budaya hukum. Dengan
demikian terdapat tiga jenis unsur Sistem Hukum, yaitu:

1. Substance (Substansi Hukum)


Pengertian Substansi Hukum adalah hakikat dari isi yang
dikandung di dalam peraturan perundang-undangan. Substansi
meliputi semua aturan hukum, baik itu yang tertulis maupun
tidak tertulis, seperti halnya hukum materiil (hukum substantif),
hukum formil (hukum acara) dan hukum adat.

2. Structure (Struktur Hukum)


Pengertian Struktur Hukum adalah tingkatan atau susunan
hukum, pelaksana hukum, lembaga-lembaga hukum, peradilan
dan pembuat hukum. Struktur hukum ini didirikan atas tiga
elemen yang mandiri, yaitu:
a. beteknis-system, yaitu keseluruhan dari aturan-aturan,
kaidah dan asas hukum yang dirumuskan ke dalam sistem
pengertian.

34 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


b. intellingen, yaitu pranata-pranata (lembaga-lembaga) dan
pejabat pelaksana hukum yang keseluruhannya merupakan
elemen operasional (pelaksanaan hukum).
c. beslissingen en handelingen, yaitu putusan-putusan dan
tindakan-tindakan konkret, baik itu dari pejabat hukum
maupun para warga masyarakat. Akan tetapi, hanya
terbatas pada putusan-putusan serta tindakan-tindakan yang
memiliki hubungan atau ke dalam hubungan yang dapat
dilakukan dengan sistem pengertian tadi.

3. Legal Culture (Kultur Hukum)


Pengertian Kultur Hukum adalah bagian-bagian dari
kultur dan pelaksana hukum, cara-cara bertindak dan berpikir
(besikap), baik yang berdimensi untuk membelokkan kekuatan-
kekuatan sosial menuju hukum atau yang menjauhi hukum.
Kultur hukum merupakan gambaran dari perilaku dan sikap
terhadap hukum itu, serta keseluruhan dari faktor-faktor yang
menetukan bagaimana sistem hukum memperoleh tempat
yang sesuai dan dapat diterima oleh warga masyarakat di dalam
kerangka budaya masyarakat.
Menurut Komen dalam bukunya Nederlands recht in kort
bestek ada dua macam sistem, yaitu sistem konkrit dan abstrak
atau konseptual. Sistem Konkrit adalah system yang dapat
dilihat atau diraba seperti molekul atau organism yang terdiri
dari bagian-bagian kecil. Sistem yang abstrak atau konseptual
adalah sistem yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak nyata, atau
yang tidak dapat dilihat. Sistem hukum menurut Konen adalah
system konseptual (abstrak). (Dalam Sudikno, 1988:104)
Pembagian Sistem Hukum Menurut Sifatnya:
Kraan dalam bukunya Syllabus Rechtssysteem, sistem hukum
dibedakan antara sistem hukum yang terbuka dengan sistem
hukum yang tertutup. Sistem hukum yang terbuka artinya

Asas Hukum, Dasar Hukum, Akibat Hukum dan Hubungan Hukum 35


mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya atau
dengan system yang lain. Unsur-unsur yang tidak merupakan
bagian sistem dapat mempengaruhi unsur-unsur di dalam sistem.
Hukum Perikatan dalam KUH Perdata (BW) bersifat terbuka,
sedangkan hukum benda dan hukum keluarga bersifat tertutup.
(Dalam Sudikno, 1988:104)
Menurut Niklas Luhman yang dikutip oleh Meuewissen
dalam membahas tentang pengembanan hukum (rechts
beoefening), bahwa sistem hukum itu bersifat terbuka pada
saat pembentukannnya/pembuatannya dapat berinteraksi atau
menerima pemikiran-pemikiran atau konsep-keonsep dari
bentuk sistem apapun termasuk system politik, ekonomi, sosial
dan lain-lainnya. Tetapi sistem hukum juga bersifat tetutup pada
saat hukum dilaksanakan dan dipertahankan di masyarakat dan
di pengadilan.
Menurut Niklas Luhman dan Meuwissen, sistem hukum
bersifat terbuka pada saat pemebentukan atau pembuatan
hukum, misalnya di legislatif artinya semua masukan dari sistem
di luar sistem hukum bisa diterima apakah dari sistem politik,
ekonomi, sosial, filsafat dan sebagainya untuk dirumuskan atau
sebagai bahan atau materi norma hukum dalam membentuk
aturan hukum. Tetapi dalam pelaksanaannya atau penegakan
hukum di lembaga peradilan, sistem hukum yang bersifat
tertutup tidak boleh ada sistem di luar sistem hukum yang
mempengaruhi proses pelaksanaan dan penegakan hukum, hal
ini sesuai dengan adagium “lex dura sed tamen scripta” undang-
undang adalah keras demikianlah bunyinya.
Scholten berpendapat bahwa hukum merupakan sistem
terbuka karena berisi peraturan-peraturan hukum yang sifatnya
tidak lengkap dan tidak mungkin lengkap. Istilah-istilah seperti
“itikad baik”, “sebagai kepala keluarga yang baik” mengandung
pengertian yang luas, memungkinkan penafsiran yang bermacam-

36 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


macam karena sifatnya yang umum maka istilah “terbuka”,
terbuka untuk penafsiran yang luas. Dengan menggunakan
istilah-istilah yang bersifat terbuka tersebut hukum berhubungan
dengan sistem lain seperti kesusilaan dan sopan satun.
Sistem terbuka mempunyai hubungan timbal balik dengan
lingkungannya, unsur-unsurnya tidak merupakan bagian sistem
yang mempunyai pengaruh terhadap unsur-unsur di dalam
sistem. Sistem hukum merupakan sistem terbuka. Sistem hukum
terbuka ini merupakan kesatuan unsur-unsur (peraturan,
penetapan) yang dipengaruhi oleh politik, sosial, budaya, dll.
Sebaliknya sistem hukum mempengaruhi faktor-faktor di luar
sistem hukum tersebut.
Sistem hukum mempunyai kontinuitas atau berkesinambung-
an. Sistem hukum memiliki sifat konsisten dan ajeg atau tetap.
Didalam sistem tidak dikehendaki adanya konflik dan kalau
terjadi konflik tidak akan dibiarkan. Untuk mengatasi masalah
atau konflik diperlukan adanya suatu ketentuan umum yang
pelaksanaan itu konsisten/ajeg.
Kalau terjadi konflik misalnya antara dua undang-undang
maka akan berlaku secara konsisten asas- asas seperti “lex
specialis legi generalis”, “lex posteriori derogat legi priori”, lex superior
derogat legi inferiori”
Sistem hukum sifatnya lengkap, ketidaklengkapan atau
kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalam sistem itu akan
dilengkapi oleh sistem itu sendiri dengan alasan penafsiran-
penafsiran.
Disamping itu sistem hukum memiliki konsep-konsep
fundmental suatu konsep dasar yang digunakan sebagai dasar
konsep-konsep selanjutnya tanpa penjelas an lebih lanjut seperti
hak, kewajiban, sanksi.

Asas Hukum, Dasar Hukum, Akibat Hukum dan Hubungan Hukum 37


Ada empat macam sistem hukum, namun yang terkenal ada
dua yakni sistem hukum kontinental, dan sistem hukum anglo
saxon (Satjipto Rahardjo, 1991; 235)
1. Sistem hukum kontinental berkembang di Eropa daratan
seperti Prancis. Sistem hukum ini yang diutamakan adalah
hukum tertulis yaitu peraturan perundangan sebagai sendi
utamanya. Sistem hukum kontinental disebut pula sistem
hukum kodifikasi atau CODIFIED LAW lazimnya juga
disebut sistem hukum sipil atau civil Law sistem
2. Sistem anglo saxon berkembang di Inggris menyebar ke
negara-negara Amerika, Kanada dan sebagainya.
Dalam sistem ini sendi utamanya pada Yurisprudensi/bersifat
Binding Precedent (sifat putusan pengadilannya). Berkembang
dari kasus-kasus konkrit yang lahir sebagai kaidah dan asas
hukum, karena itulah sistem anglo saxon sering disebut sebagai
sistem hukum yang berdasarkan kasus.
Perbedaan yang mendasar antara sistem anglo saxon dan
sistem kontinental adalah:
1. Pada Anglo Saxon dasarnya yurisprudensi sangat penting
sebagai sumber hukum, sedangkan pada sistem kontinental
peraturan perundang-undang an sangat penting sebagai
sumber hukum
2. Dalam sistem Anglo saxon para hakim diwajib kan mengikuti
putusan yang terdahulu dalam menyelesaikan perkara-
perkara dengan kata lain menganut adagium precedent.
Di Indonesia saat ini memiliki empat macam sistem hukum
yang berlaku, sistem-sistem hukum tersebut adalah:
1. Sistem hukum Agama.
Dalam sistem hukum agama yang menonjol adalah hukum
Islam. Hukum Islam merupakan hukum yang hidup dalam
masyarakat yang bersumber dari A-Qur’an dan Sunah Nabi

38 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


SAW. dengan pemahaman orang terdahulu yang sholih, sebagai
hukum positif yang ditetapkan negara sebagai hukum yang
berlaku bagi umat Islam, seperti INPRES No 1 Tahun 1991.
2. Sistem Hukum adat
Hukum adat merupakan hukum tidak tertulis yang terwujud
melalui putusan penguasa adat. Sistem hukum adat lebih mirip
dekat dengan sistem hukum anglo saxon
3. Sistem hukum barat
Hukum barat dibawa penjajah Belanda. Sistem hukum
kolonial cenderung seperti hukum barat karena Belanda
cenderung memakai hukum barat.
4. Sistem Hukum Nasional
Sistem hukum nasional berdasarkan Pancasila dan UUD
1945, terdiri dari sejumlah peraturan perundang-undangan,
yurisprudensi, maupun hukum kebiasaan dibidang yang
bersangkutan seperti hukum lingkungan, hukum ekonomi,
dan sebagainya. Dalam sistem hukum nasional menggariskan
unifikasi berlakunya satu sistem hukum.
Hubungannya dengan sistem Hukum Nasional yang akan
datang, Prof. Subekti S.H. dalam kertas kerjanya mengemukakan
bahwa ada dua persoalan yakni unifikasi dan kodifikasi yang
merupakan persoalan yang sangat prinsipiil dan perlu mendapat
perhatian. Menurutnya, sejak dari dahulu soal unifikasi dan
kodifikasi ini telah menjadi pemikiran para Sarjana.
Pada tahun 1947 dalam pidato diesnya di Balai Perguruan
Tinggi Gajah Mada tentang “Kedudukan Hukum.Adat di
kemudian hari’’, Prof. Soepomo juga telah mengemukakan
pendapatnya yang sama dengan Prof. Subekti S.H yaitu mengenai
masalah kodifikasi dan unifikasi hukum di Indonesia.
Unifikasi hukum adalah suatu langkah penyeragaman
hukum atau penyatuan suatu hukum untuk diberlakukan bagi

Asas Hukum, Dasar Hukum, Akibat Hukum dan Hubungan Hukum 39


seluruh bangsa disuatu wilayah negara tertentu sebagai hukum
nasional di negara tersebut.
Unifikasi menurut Umar said dalam bukunya Pengantar
Hukum Indonesia Sejarah dan Dasar-Dasar Tata Hukum Serta
Politik Hukum Indonesia adalah penyatuan hukum yang berlaku
secara nasional atau penyatuan pemberlakuan hukum secara
nasional. (Umar Said, 2009: 30)
Contoh unifikasi adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan (“UU Perkawinan”) dimana di
setiap wilayah Indonesia memiliki adat dan fikih (hukum)
tersendiri dalam perkawinan. Oleh karenanya, dibentuklah UU
Perkawinan sebagai penyatuan dan penyeragaman hukum untuk
diberlakukan di negara Indonesia sebagai hukum nasional.
Menurut R. Soeroso dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum:
Kodifikasi hukum adalah pembukuan hukum dalam suatu
himpunan undang-undang dalam materi yang sama. Dengan
tujuan agar didapat suatu rechtseenheid (kesatuan hukum) dan
suatu rechts-zakerheid (kepastian hukum). (R. Soeorso, 2006:
77)
Menurut CST Kansil, koodifikasi adalah pembukuan
jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara
sistematis dan lengkap yang dilakukan secara resmi oleh
pemerintah.
Menurut Satjipto Rahardjo dalam bukunya Ilmu Hukum,
tujuan umum dari kodifikasi adalah untuk membuat kumpulan
peraturan-undangan itu menjadi sederhana dan mudah dikuasai,
tersusun secara logis, serasi dan pasti. (Satjipto Rahardjo,1991:
92).
Kodifikasi adalah hukum yang tercantum dalam peraturan
undang-undang yang dikumpulkan dan disusun dalam suatu kitab
hukum mengenai satu jenis lapangan hukum, pengkodifikasian
hukum berarti penyusunan peraturan-peraturan hukum

40 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


secara sistematis, bulat, lengkap dalam suatu kitab oleh badan
pemerintah yang berwenang
Segi positif dari kodifikasi adalah. Pertama adanya kepastian
hukum “Recht Zakerhaid”, artinya melalui kodifikasi/pembukuan.
Hukum masyarakat memiliki pedoman mengenai perbuatan apa
yang dapat dihukum sebagai perbuatan sewenang-wenang dari
perbuatan penguasa dapat dihindarkan. Kedua adanya kesatuan
hukum ”Recht Simplefikasi” artinya dengan adanya kodifikasi
perbedaan corak hukum yang didasarkan pada tempat dan
tingkat kemjuan bangsa dapat disederhanakan sehingga ada
pedoman yang meliputi berbagai unsur hukum yang menjadi
ukuran keadilan.
Segi negatif kodifikasi adalah dengan dibukukannya
peraturan hukum dalam bentuk kodifikasi maka sifat hukum
menjadi statis. Artinya tidak bisa/mudah mengikuti irama
perkembangn masyarakat yang dinamis sifatnya. Dengan
demikian hukum tidak dapat mengikuti gerak lincah zaman,
akhirnya hukum tidak dapat mengimbangi perkembangan
masyarakat yang dinamis sifatnya. Hukum menjadi kehilangan
visinya sebagai hukum yang harus menjaga tata tertib dalam
pergaulan hidup masyarakat, lain halnya dengan hukum yang
tidak tertulis/Common law. Hukum adat lebih lincah dan dinamis
karena tidak tertulis, dapat melayani dan memenuhi kebutuhan
masyarakat oleh karenanya hukum adat atau hukum yang tidak
tertulis tetap diperlukan disamping hukum yang tertulis.

Asas Hukum, Dasar Hukum, Akibat Hukum dan Hubungan Hukum 41


BAB V
HUKUM DAN SUMBER HUKUM

A. Hukum
Banyak rumusan tentang hukum yang dikemukakan pa
ahli, antara satu dengan yang lainnya ada memiliki persamaan
dan bahkan saling berbeda, hal ini terjadi dari mana orang
memandang tentang hukum itu. Hal ini menunjukkan bahwa
betapa luasnya lapangan hukum itu. Berdasarkan kenyataan itu
maka berlakulah adagium yang menyatakan: ubi ius-ubi-societas
“ada hukum ada masyarakat.
Immanuel Kant mengatakan “Noch Suchen die Juristen eine
Definition zu Ihren Begriffe Von Reech”. Artinya: Para Juris masih
mencari suatu definisi mengenai pengertian tentang hukum.(R.
Seoroso, 1993: 23)
Dengan demikian wajar kalau akan banyak ditemui definisi
yang berbeda yang disampaikan oleh para ahli, perbedaan itu
terjadi karena:
1. berbeda sudut pandang dan latar belakang mereka masing-
masing
2. hukum gejala sosial yang selalu berubah mengikuti
perkembangan yang ada dalam masyarakat yang banyak
dipengaruhi oleh zamannya.

Hukum dan Sumber Hukum 43


3. Hukum pengatur dan petunjuk dalam masyarakat (Levens
voor schriten) sehingga hukum selalu sesuai dengan situasi
dan kondisi masyarakat itu sendiri.
4. Hukum selalu dipengaruhi oleh kebiasaan/adat, kesusilaan,
kebudayaan, agama dan seterusnya. (R. Seoroso, 1993:
23)
Utreccht sependapat dengan Apeldoorn, bahwa untuk
memberikan definisi tepat tentang hukum adalah suatu yang
tidak mungkin. (R. Seoroso, 1993: 24)
Sebagai gejala masyarakat/gejala sosial hukum baru ada
apabila ada masyarakat. Dan hukum akan selalu berkembang
seirama dengan pertumbuhan masyarakat. Karena hubungan
di dalam masyarakat bermacam-macam dan mencakup banyak
segi dan aspek maka ruang lingkup hukum sedemikian luansnya
sehingga dapat dikatakan luasnya tak terbatas sehingga tidak
mungkin dibuat batasan yang tepat, sebagaimana ditegaskan
oleh banyak ahli diantara mereka adalah:
a. Van Apeldoorn mengatakan: adalah tidak mungkin untuk
memberikan batasan yang sesungguhnya tentang hukum.
b. Demikian juga Lemaire: hukum yang banyak seginya
serta meliputi segala lapangan ini menyebabkan orang
tidak mungkin membuat sesuatu definisi apa hukum itu
sebenarnya.
c. Mr.Dr. Kesch: Oleh karena hukum itu tidak dapat dilihat/
ditangkap oleh pancaindera, maka sukarlah bagi kita untuk
membuat suatu definisi tentang hukum yang memuaskan
umum.
d. Purnadi Porbacaraka dan Soekanto mengatakan ada 9 arti
hukum, yaitu:
1- ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis atas
dasar kekuatan pemikiran;

44 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


2- disiplin yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan
atau gejala-gejala yang dihadapi;
3- norma yakni pedoman atau patokan sikap tindak atau
perikelakuan yan pantas atau diharapkan;
4- tata hukum, yakni struktur dan proses perangkat norma-
norma ukum yang berlaku pada suatu waktu dan tempat
tertentu serta berbentuk tertulis;
5- petugas, yakni pribad-pribadi yang merupakan kalangan
yang berhubungan erat dengan penegakan hukum (lae
enforcement officer);
6- keputusan penguasa, yakni hasil proses diskresi;
7- proses pemerintahan, yakni proses hubungan timbal balik
antar unsur- unsur pokok dari system kenegaraan;
8- sikap, tindak ajeg atau perikelakuan yang teratur yakni
perikelakuan yang diulang-ulang dengan cara yang sama,
yang bertujuan untuk mencapai kedamaian; dan
9- jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari konsepsi-konsepsi
abstrak tentang apa yang dianggap baik dan buruk.
(Purnadi Purbacaraka dan Soekanto, 1986: 2-4)
Oleh karena itu, dalam rangka mendefinisikan hukum
maka kesimpulan unsur tersebut menjadi pertimbangan bagi
siapa saja yang hendak merumuskan hukum. Sebagaimana juga
yang dijelaskan oleh Van Apeldoorn: Memberikan definisi atau
batasan hukum, sebenarnya ahanya bersifat menyamaratakan
saja dan itupun tergantung siapa yang memberikan. (R.
Seoroso,1996: 28)
Meskipun demikian masih ada pakar yang mencoba
merumuskan apa itu hukum sesungguhnya, di antara mereka
adalah:
1. Grotius: Hukum adalah peraturan tentang perbuatan moral
yang menjamin keadilan.

Hukum dan Sumber Hukum 45


2. Van Vollenhoven: Hukum adalah suatu gejala dalam
pergaulan hidup yang bergejolak terus menerus dalam
keadaan bentur dan membentur tanpa hentinya dengan
gejala lainnya.
3. Prof. Sudiman: Hukum adalah pikiran anggapan orang
tentang adil dan tidak adil mengenai hubungan antara
manusia.
4. Plato: Hukum adalah system peraturan-peraturan yang
teratur dan tersusun baik yang mengikat masyarakat.
5. Aristoteles: Hukum hanya sebagai kumpulan yang tidak
hanya mengikat masyarakat tetapi juga hakim
6. Austen: Hukum adalah sebagai peraturan yang diadakan
untuk memberi bimbingan kepada makhluk yang berakal
oleh makhluk yang berakal yang berkuasa atasnya.
7. S.M. Amin SH.: Hukum adalah peraturan, kumpulan-
kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma-
norma dan sanksi-sanksi. Dll (R. Seoroso: 1996: 27-38)
Untuk sementara bisa disimpulkan bahwa hukum adalah
himpunan peraturan-peraturan hidup yang bersifat memaksa,
berisi suatu perintah, larangan atau kebolehan untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuatu dengan tujuan untuk mengatur
ketertiban dalam hidup bermasyarakat.

B. Sumber Hukum
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat
menimbulkan aturan-aturan hukum yaitu aturan yang
mempunyai kekuasaan hukum yang bersifat nyata dan tegas;
memiliki kekuatan yang memaksa.(R.Suroso, 2005: 117-118)
Dalam definisi yang lain sumber hukum diartikan dengan
segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-

46 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas
dan nyata. (Drs. C.S.T Kansil, 1989: 46)
Sumber hukum sering kali disebut juga dengan istilah dan
arti lain, dijelaskan oleh Prof. Dr. Sudikno, SH sumber hukum
diartikan dengan:
1. Sebagai asas hukum. Sebagai suatu yang merupakan
permukaan hukum, misalnya: kehendak Tuhan, akal
manusia, jiwa bangsa dan sebagainya.
2. Menunjukan hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan
kepada hukum yang sekarang berlaku. Misalnya: hukum
Perancis dan hukum Romawi.
3. Sebagai sumber berlakunya yang memberi kekuatan berlaku
secara formal kepada peraturan hukum.
4. Sebagai sumber dari mana kita dapat mengenal hukum,
misalnya: dokumen, undang-undang dan sebagainya.
5. Sebagai sumber terjadinya hukum artinya yang menimbulkan
hukum. (Prof. Dr. Sudikno, SH dalam R. Seoroso, SH, 1996:
117-118)
Menurut Achmad Sanusi sumber hukum dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu:
1. Sumber hukum yang terjadi secara abnormal yaitu, sumber
hukum yang terjadi dari suatu pergolakan atau revolusi/
bersumber pada keadaan yang tidak normal. Contohnya:
revolusi.
2. Sumber hukum yang terjadi secara normal artinya sesuai
dengan tertib hukum yang berlaku di suatu negara tertentu.
(Achmad Sanusi dalam R. Seoroso, SH, 1996: 120)
Selanjutnya sumber hukum dapat dibedakan lagi menjadi
dua, yaitu sumber hukum formil dan sumber hukum materiil.
(R. Seoroso1996: 121)

Hukum dan Sumber Hukum 47


A. Sumber hukum formil.
Sumber hukum formal yaitu, sumber hukum yang ditinjau
dari bentuk tetentu yang merupakan dasar berlakunya hukum
secara formal. Sumber hukum formal merupakan dasar kekuatan
peraturan-peraturan agar ditaati oleh masyarakat atau penegak
hukum.
Sumber hukum formal adalah kausa efisien dari hukum yang
terdiri dari:
1. Undang-undang
2. Yurisprudensi
3. Kebiasaan
4. Perjanjian
5. Perjanjian Internasional
6. Doktren/Pendapat para ahli (Asyhadie Zaeni, 2015: 7)

Ad. 1. Undang-undang
Undang-undang adalah suatu peraturan negara yang
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat diadakan, dan
dipelihara oleh penguasa negara.
Dalam arti materiil yang dinamakan undang-undang adalah
keputusan dan ketetapan penguasa, yang dilihat dari isinya
disebut undang-undang dan mengikat setiap orang secara
umum.
Undang-undang dalam arti formal adalah keputusan
penguasa yang dilihat dari bentuk dan cara terjadinya. Jadi
undang-undang dalam arti formal tidak lain adalah merupakan
ketetapan penguasa yang memperoleh sebutan “undang-undang”
karena cara pembentukannya.
Berlakunya sebuah undang-undang harus memenuhi
persyaratan tertentu, persyaratan dimaksud adalah:
a. Syarat mutlaknya yaitu diundangkan dalam lembaran negara
dan diundangkan oleh sekretaris Negara

48 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


b. Tanggal berlakunya disesuaikan dengan tanggal yang ada
dalam undang-undang. Jika tanggal berlakunya tidak
disebutkan dalam undang-undang, maka akan berlaku 30
hari sesudah diundangkan dalm lemabaran negara. Untuk
daerah Jawa dan Madura, dan untuk daerah lainnya 100
hari sesudah diundangkan dalam lembaran negara kemudian
diberitakan dalam berita negara.
Setelah semua itu dipenuhi maka berlakulah undang-
undang fiksi/asas yang menyatakan bahwa setiap orang dianggap
mengetahui undang-undang. Dasar pengguna an anggapan
tersebut adalah bahwa hukum tidak mengajarkan apa yang nyata
dan apa ayang tidak nyata, tetapi hukum menetapkan peraturan
dan untuk menjamin adanya tata tertib dalam kehidupann
sehari-hari. Ketidaktahuan akan undang-undang bukan
merupakan alasan pemaaf (Gnorantia Legis Excusat Neminem)
Yang dimaksud dengan lembaran negara adalah tempat
mengundangkan atau mengumumkan semua aturan negara
dan aturan pemerintah agar sah berlaku, dengan demikian
lembaran negara merupakan tempat pengundangan suatu
undang-undang agar mempunyai daya mengikat. Di Belanda
disebut Staatsblad.
Sementara berita negara adalah suatu penerbitan resmi
dari sekretaris negara yang memuat hal-hal yang berhubungan
dengan peraturan negara dan pemerintah serta memuat surat-
surat yang dianggap penting.

Undang-undang terdiri dari dua bagian yakni:


1- Konsiderans; mengenai pertimbangan-pertim bangan
mengapa undang-undang dibuat, biasanya dimulai
dengan kata-kata menimbang, mengingat, memutuskan,
menetapkan.
2- Dictum/Amar; yakni berwujud isi/pasal-pasal

Hukum dan Sumber Hukum 49


Ada bagian yang lain dalam undang-undang yakni aturan/
ketentuan peralihan yang memiliki fungsi mengisi kekosongan
dalam hukum (Rechts Vacuum) dengan menghubungkan waktu
yang lampau dengan waktu yang sekarang.

Undang-undang dinyatakan tidak berlaku apabila:


1- Dibatalkan. Dalam hal ini ada dua, yakni:
- pertama dibatalkan dengan jelas/terang-terangan,
maksudnya apabila dikeluarkan undang-undang baru
yang berisi ketentuan yang membatalkan undang-
undang yang telah berlaku
- Kedua dengan diam-diam yakni apabila dikeluarkan
undang-undang baru yang berisi peraturan yang
bertentangan dengan undang-undang saat masih
berlaku
2- Jangka waktu yang berlaku telah ditentukan habis dalam
kenyataannya tidak berlaku lagi karena keadaan/hal yang
diatur oleh undang-undang itu tidak ada lagi
3- Undang-undang dicabut oleh pembentuknya/instansi yang
lebih tinggi.
Peraturan negara diterbitkan oleh sekretaris negara dengan
menyebutkan tahun penerbitan dan nomor urut.

Asas-asas dalam undang-undang


1) Undang-undang tidak berlaku surut, artinya undang-
undang hanya mengikat untuk masa mendatang dan
tidak mempunyai kekuatan mundur. Dengan demikian
arti asas tersebut adalah bahwa undang-undang hanya
boleh dipergunakan terhdap peristiwa yang disebut dalam
undang-undang itu dan terjadi setelah undang-undang itu
dinyatakan berlaku. Sehingga undang-undang tidak akan
diberlaku kan pada pelanggar perbuatan hukum disaat
sebelum undang-undang tersebut belum berlaku.

50 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


2) Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih
tinggi mempunyai kedudukan yang tinggi pula. Asas
tersebut merupakan kon- sekuensi dari adanya hirarki dalam
peraturan perundangan. Asas ini berlaku apabila terjadi
konflik isi antar undang-undang yang berbeda derajatnya,
namun isinya sama.
3) Undang-undang yang bersifat khusus mengenyampingkan
undang-undang yang bersifat umum. Ini terjadi apabila
terjadi konflik dari peraturan perundang-undangan
umum dengan yang bersifat khusus dalam mengatur
materi yang sama. maka peraturan yang peraturan khusus
mengenyampingkan perturan yang umum.
4) Undang-undang yang berlaku kemudian membatalkan
undang-undang yang terdahulu. Ini dapat terjadi apabila
dalam kenyataannya terjadi konflik antara perturan yang
lama dengan peraturan ayang baru dalam mengatur hal
yang sama dan peraturan yang baru tidak mencabut
peraturan yang lama yang mengatur materi yang sama,
sedangkan keduanya salaing bertentangan, maka yang baru
melumpuhkan yang lama.
Kekuatan berlakunya undang-undang dibedakan dari
kekuatan mengikatnya undang-undang dan kekuatan
berlakunya undang-undang yang menyangkut berlakunya secara
operasional.

Macam-macam kekuatan berlakunya undang-undang:


1) Kekuatan berlaku yuridis (Juristische Geltung)
Undang-undang mempunyai kekuatan berlaku yuridis
apabila persyaratan formal terbentuknya undang-undang telah
terpenuhi yakni dibentuk oleh lembaga-lembaga yang berwe
nang. Hal ini berkaitan dengan pendapat Hans Kelsen yang
disebut dengan “Stufen Theory”. Pendapatnya adalah kaidah

Hukum dan Sumber Hukum 51


hukum mempunyai kekuatan berlaku apabila penetapannya
didasarkan atas kaidah yang lebih tinggi tingkatannya yang
disebut Grund Norm (norma dasar). Suatu kaidah hukum
merupakan sistem kaidah secara hirarkis (bertingkat) didalam
norma dasar, terdapat dasar berlkunya semu kaidah yang berasal
dari falsafah hukum. Dalam grundnorm hanya dapat dijabarkan
berlakunya kidah hukum dan bukan isinya. Hans Kelsen
berpendapat secara hirarkis yang paling tinggi adalah norma
dasar karena pada norma dasar terdapat norma berlakunya
undang-undang
2) Kekuatan berlaku sosiologis (Soziologische Geltung)
Intinya adalah efektivitas/hasil guna kaidah hukum didalam
kehidupan bersama. Maksudnya adalah bahwa berlakunya
hukum didalam masyarakat itu ada hasil guna, artinya bahwa
berlakunya hukum di dalam masyarakat itu lepas dari kenyataan
apakah peraturan hukum itu terbentuk menutut persyaratan
formal atau tidak. Jadi berlakunya hukum merupakan kenyataan
di dalam masyarakat. Kekuatan berlakunya hukum dalam
masyarakat ada dua macam yakni;
a) Menurut teori kekuatan (Machtheorie)
Hukum mempunyai kekutan berlaku sosiologis apabila
dipaksakan pelakunya oleh penguasa terlepas dari diterima
atau tidaknya dalam msyarakat
b) Menurut Teori pengakuan (Anerkennungs theorie)
Hukum mepunyai kekuatan berlaku sosiologis apabila
diterima dan diakui dalam masyarakat
3) Kekuatan Filosofis (Filosofische Geltung)
Hukum mempunyai kekuatan berlaku filosofis apabila kaidah
hukum tersebut sesuai dengan cita-cita hukum (Rechtidee)
sebagai nilai positif tertinggi. Agar berfungsi, maka kaidah
hukum harus memenuhi ketiga unsur tersebut.

52 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


Ruang lingkup berlakunya undang-undang menurut waktu.
Menurut asasnya undang-undang hanya mengikat peristiwa
yang kemudian terjadi setelah undang-undang itu diundangkan
dan tidak berlaku surut. Undang-undang mengatur perilaku atau
peristiwa yang terjadi sesudah undng-undang diundangkan dan
tidak sebaliknya. Hal ini dikarenakan diterapkannya undang-
undang tersebut, maka kepastian hukum akan terjamin, dan
apabila sebaliknya maka kepastian hukum tidak terjamin.
Jadi undang-undang hanya berlaku pada peristiwa yang akan
datang. Kaitannya dengan asas yang ada dalam KUHP, yaitu
asas “legalitas” terdapat dalam pasal 1 ayat 1.

Ruang lingkup berlakunya undang-undang menurut tempat


dan orang
1) Asas territorial yang menyatakan bahwa undang-undang
berlaku bagi setiap orang dalam wilayah negara tanpa
membedakan kewarganegaraan orang yang ada dlm wilayah
negara tersebut. Ex; Orang yang melanggar undang-undang
akan dituntut meskipun orang asing, Karen mereka berada
diwilayah territorial. Hal tersebut juga terdapat dalam pasal
2 KUHP
2) Asas personal, menentukan bahwa undang-undang
berlaku bgi orang yang berada baik didalam suatu wilayah
negara atau diluar wilyah negara. Hal ini dicantumkan
dalam pasal 5 KUHP, dimana terdapat aturan pidana atau
peraturan Indonesia menjadi warga negara diluar Indonesia
yang melakukan kejahatan yang disebut dalam pasal 5,
dalam hal ini berlaku bagi mereka yang tingkah lakunya/
melakukan perbuatan pidana di luar negeri asal perbutan itu
ditempat kejadian diancam dengan pidana dan di Indonesia
merupakan kejahatan juga.

Hukum dan Sumber Hukum 53


3) Asas Universal, undang-undang berlaku umum bagi setiap
orang yang diluar Indonesia melakukan kejahatan tertentu.
Artinya berlakunya undang-undang disini tidak terbatas
pada warga negara Indonesia saja, tetapi juga tidak terbatas
pada wilayah. Asas ini bermaksud untuk melindungi
perlidungan internasional

Ad. 2. Yurisprudensi (Keputusan hakim)


Yurisprudensi adalah keputusan hakim yang terdahulu yang
diikuti dan dijadikan dasar oleh hakim yang kemudian mengenai
msalah yang serupa/sama.

Macam-macam yurisprudensi:
1) Yurisprudensi tetap
Keputusan hakim yang yang terjadi karena rangkaian
keputusan yang serupa atau serentetan-serentetan keputusan
yang sama yng terjadi yang menjadi dasar bagi pengadilan
2) Yurisprudensi tidak tetap.
Keputusan hakim yang tidak digunakan sebagai dasar
keputusan berikutnya di pengadilan
Disamping itu yurisprudensi dapat pula berarti ajaran hukum
atau doktrin yang dimuat dalam keputusan. Dalam kaitannya
sebagai sumber hukum yurisprudensi yang dimaksud adalah
yurisprudensi keputusan pengadilan.
Yurisprunsi merupakan produk yudikatif yang berisi kaida-
kaidah peraturan hukum yang mengikat pihak-pihak yang
bersangkutan. Berbeda dengan undang-undang yang merupakan
produk legislatif dan mengikat kepada setiap orang.
Putusan pengadilan sebagai produk yudikatif hanya beralaku
bagi para pihak yang berperkara. Putusan pengadilan berisi
kaidah hukum sehingga putusan pengadilan adalah hukum sejak

54 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


dijatuhkan sampai dilaksanakan. Sejak dijatuhkan, putusan
pengadilan mempunyai kekuatan mengikat para pihak.
Putusan pengadilan mempunyai kekuatan berlaku untuk
dilaksanakan sejak putusan itu mempunyai kekuatan hukum
yang tetap. Putusan pengadilan disebut sebagai hukum karena
berisi kaidah-kaidah hukum yang menyangkut pihak-pihak yang
berperkara.
Yurisprudensi akan menjadi sumber hukum setelah
diputuskan oleh hakim. Hakimlah yang harus mencari dan
menemukan hukumnya bagi setiap peristiwa konkrit.
Dalam mengikuti perkembanagan zaman dan perkembangan
masyarakat, undang-undang tidak seluwes putusan pengadilan.
Undang-undang mengatur peristiwa, tetapi seringkali
peristiwanya berkembang jauh ke depan melampaui undang-
undang, sementara undang-undangnya sendiri belum berubah
dan bahkan mungkin jalan di tempat. Hal ini terjadi karena
sangat kaku dan perubahan undang-undang melalui prosedur
yang sangat rumit, berbeda halnya dengan putusan pengadilan
yang sangat dinamis, hakim dimungkinkan untuk selalu berkreasi
mengikuti perkembangan zamannya, kreasi atau ijtihad hakim
yang hakikatnya juga merupakan pelaksanaan undang-undang
sehingga setiap saat kapan saja diajukan peristiwanya dapat
dijatuhkan putusannya untuk menyesuaikan undang-undang
dengan keadaan yang terjadi.
Di Indonesia, suatu yurisprudensi hanya mengikat pihak
yang bersangkutan dan tidak mengikat hakim lain untuk
memutus perkara yang serupa.
Yurisprudensi sebagai sumber hukum dikenal dengan ajaran
“Precedent” yang berarti hakim wajib mengikuti keputusan hakim
terdahulu baik dari hakim yang sederajat maupun hakim yang
lebih tinggi, tetapi di Indinesia tidak dikenal. Asas precedent

Hukum dan Sumber Hukum 55


ini dikenal di negara yang menganut sistem Anglo saxon seperti
Amerika.
Di Indonesia walaupun tidak mengikuti ajaran ini, tetapi ada
saja hakim yang mengikutinya karena alasan peraktis, psikologis
dan agar terjadinya kesatuan hukum
Dalam sistem kontinental termasuk peraturan sistem
peradilan di Indonesia, hakim tidak terikat pada yurisprudensi,
tetapi dalam merealisasikannya, hakim tetap terikat dengan
undang-undang.

Ad. 3. Kebiasaan
Kebiasaan atau tradisi adalah perbuatan manusia mengenai
hal-hal tertentu yang dilakukan secara berulang-ulang, tetap
dan ajeg. Apabila hal tersebut diterima oleh masyarakat dan
selalu dilakukan berulang-ulang dengan sedemikian rupa
sehingga apabila ada hal yang bertentangan dengan kebiasaan
dirasakan sebagai pelanggaran kebiasaan hukum. Jadi kebiasaan
yang diterima oleh suatu masyarakat selalu dilakukan orang
lain sedemikian rupa sehingga masyarakat beranggapan bahwa
memang harus berlaku demikian.
Disamping kebiasaan ada juga peraturan yang mengatur
kebiasaan masyarakat yakni adat istiadat. Berbeda dengan adat
istiadat, maka adat istiadat merupakan himpunan yang sejak
lama ada dalam masyarakat, dan merupakan tradisi serta banyak
yang berbau sacral, dan yang mengatur tata tertib kehidupan
masyarakat tertentu yang merupakan adat secara turun menurun
hidup dan menjdi hukum adat, jika melanggar mendapat sanksi
hukum.

Perbedaan antara adat istiadat dengan kebiasaan adalah:


- Pertama adat istiadat biasanaya dapat membawa/
mendapatkan prestise, kebiasaan tidak bertahan lama,

56 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


dinamis, berkembanag sesuai dengan perkembanagan
masyarakat.
- Kedua tidak semua kebiasaan itu pasati mengandung
hukum yang baik dan adil, oleh sebab itu maka belum
tentu kebiasaan atau adat istiadat menjadi sumber hukum
formal
Dengan demikian untuk dapat diakui sebagai hukum, adat
harus memiliki dua unsur yakni;
1- unsur kenyataan bahwa kebiasaan/adat itu dalam keadaan
yang sama selalu diindahkan oleh rakyat atau yang disebut
”Longa Et Inventerata Consuetudo (rangkaian perbuatan yang
sama yang berlangsung sama)”
2- Unsur psikologis. Yakni adanya keyakinan bahawa adat/
kebiasaan itu mempunyai kekuatan hukum yaitu masyarakat
mengakui bahawa suatu perbuatan itu sebagai suatu hal yang
seharusnya demikian “Opinio Necessitatis (pendapat bahwa
demikianlah yang seharusnya)”
Jadi keyakinan ini tidak hanya merupakan keyakinan bahwa
selalu ajeg berlaku demikian tetapi keyakinan bahwa memang
seharusnya demikian. Kebiasaan itu harus dilakukan karena
keyakinan bahwa hal itu patut secara obyektif dilakukan, dengan
melakukan hal itu berarti adanya keyakinan bahwa ini suatu
kewajiban hukum.
Arti kebiasaan menurut ahli hukum diantaranya:
1) Bellefroid: Hukum kebiasaan adalah juga dinamakan
kebiasaan saja yang meliputi semua peraturan-peraturan
yang walaupun tidak ditetapkan oleh pemerintah tetapi
ditaati oleh seluruh rakyat, mereka yakin bahawa pertauran
itu berlaku sebagai hukum
2) Utrecht: Hukum kebiasaan adalah himpunan kaidah-
kaidah yang biarpun tidak ditentukan oleh badan-badan

Hukum dan Sumber Hukum 57


perundangan dalam suatu kenyataan ditaati juga, karena
orang sanggup menerima kaiadah itu sebagai kaidah hukum
dan ternyata kaidah hukum tersebut dipertahankan oleh
kekuatan-kekuatan kemasyarakatan yang tidak termasuk
lingkungan badan-badan pemerintahan.
3) Soepomo: Hukum adat adalah hukum yang tidak tertulis
dalam peraturan legislatif atau yang disebut dengan
Anstatutory Law. Peraturan-peraturan hidup yang meskipun
tidak ditetapkan oleh yang berwajib, namun ditaati dan
didukung oleh rakyat berdasarkan keyakinan bahwa segala
peraturan tersebut mempunyai kekuatan hukum.

Ad. 4. Perjanjian
Perjanjian adalah suatu perjanjian yang diadakan oleh
dua orang/lebih yang menyebabkan pihak yang satu berhak
atas sesuatu yang disebut dengan kreditur dan pihak lain
berkewajiban untuk melakukan atau memberikan sesuatu yang
disebut debitur.
Kewajiban yang harus ditunaikan oleh salah satu pihak
disebut Prestasi yang dapat berwujud memberikan sesuatu,
berbuat sesuatu, untuk tidak berbuat sesuatu. Seorang yang
ingkar janji disebut Wanprestasi, sebelum orang melakukan
ingkar janji maka dilakukan teguran yang disebut Somatie.

Syarat sahnya perjanjian antara lain:


1. Berdasarkan persetujuan kehendak dari pihak yang
bersangkutan artinya tidak boleh ada paksaan (sukarela)
tidak ada penipuan.
2. Dilakukan oleh orang yang berwenang menurut hukum dan
mampu bertindak “ Recht Bevoegd (orang yang berwenang
menurut hukum) dan Handeling bekwan (orang yang
mampu bertingkah).
3. Mengenai obyek tertentu misalnya jenis, jumlah, bentuk.

58 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


4. Ada sebab-sebab atau alasan-alasan yang dihalalkan oleh
hukum artinya tidak dilarang oleh peraturan dan tidak
bertentangan dengan kesusilaan/ketertiban umum. (J.L.
Daliyo, 2001: 62)
Apabila keempat unsur diatas harus dipenuhi, kalau salah
satu tidak ada maka tidak sah.
Dalam membuat perjanjian tiap-tiap orang mempunyai
kebiasaan dalam memilih cara dan isi dalam perjanjian dengan
mengikuti asas kebebasan mem buat perjanjian/asas kebebasan
berkontrak, asas bebas dari bentuk-bentuk tertentu, asas terikat
prosedur dan bentuk yang telah dipastikan bila mana dan
dimana, jadai tergantung kesepakatan atau terjadinya perjanjian
itu karena adanya consensus yang disebut “Konsesualisme”

Perbedaan antara perjanjian dan undang-undang adalah:


1) Hukum perjanjian pada umumnya hanya mengikat pihak
yang bersangkutan sedangkan hukum undang-undang
mengikat secara universal
2) Hukum perjanjian mengatur hal-hal yang nyata/konkrit
artinya sudah dapat diketahui waktu dibuatnya, sedangkan
hukum undang-undang memberi pelanggaran untuk hal-hal
yang akan datang dan isinya bersifat abstrak
3) Hukum perjanjian ditaati karena kehendak sukarela
dri pihak-pihak yang bersangkutan, sedangkan hukum
undang-undang mengikat tidak berdasarkan pad kehendak
perseorangan.

Ad. 5. Perjanjian Internasional


Perjanjian Internasional adalah perjanjian yang diadakan
oleh dua negara atau lebih (bilateral atau multiteral). Perjanjian
Internasional ini mempunyai kedudukan yang sama dengan

Hukum dan Sumber Hukum 59


undang-undang karena perjanjian dengan negara lain hanya
dapat dilakukan denganpersetujuan DPR.
Akibat adanya suatu perjanjian adalah bahwasanya para
pihak yang bersangkutan terikat pada isi perjanjian yang mereka
rundingkan dan yang mereka buat bersama. Perjanjian mengikat
para pihak yang mengadakannya sebagai undang-undang.
Perjanjian yang diadakan oleh dua atau lebih suatu negara
disebut perjanjian antar negara/Traktat/treaty. Perjanjian ini
diundangkan dalam lembaran negara.
Perjanjian antar negara dibedakan menjadi perjanjian antar
negara (traktat) dan persetujuan antar negara (agreement). Hal
ini dibedakan pada hal-hal ayang praktis saja yakni perjanjian
yang tidak begitu penting dapat dilaksanakan tanpa menunggu
persetujuan dari parlemen, ini yang disebut agree ment, Treaty
merupakan pelaksanaan dengan persetujuan parlemen. Traktaat
yang dilakukan oleh dua negara disebut Traktat bilateral,
sedangkan lebih dari dua negara disebut traktan multilateral.
Perjanjian yang akan dibuat memiliki fase/tahap sebagi
berikut:
1) Perjanjian antar negara itu dibuat dulu konsep oleh utusan/
delegasi negara-negara yang bersang kutan, dan disinilah
materi perjanjian itu di tetapkan
2) Atas konsep tahap I tersebut dimintakan persetujuan oleh
parlemen
3) Setelah ada persetujuan dari parlemen, perjanjian itu
disahakan oleh pemerintah
4) Tukar-menukar piagam perjanjian yang telah disahkan
Bentuk traktaat ada dua macam yakni pertama traktat
terbuka yang artinya adalah negara-negara yang pada awalnya
tidak ikut mengadakannya diberi kesempatan masuk/turut
serta menjadi pihaknya. Kedua traktat tertutup yang artinya

60 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


bahwa negara-negara yang pada awalnya ikut perjanjian, maka
selanjutnya tidak boleh ikut serta kemudian.

Ad. 6. Doktren (Pendapat ahli hukum terkenal)


Secara istilah doktren sering disebut dengan pendapat ahli
hukum. Dalam bahasa Latin, doctrina atau doctrine, berarti
“ajaran, ilmu”. Oleh Oetarid Sadino, dalam menerjemahkan
buku L.J. Van Apeldoorn digunakan istilah “ajaran hukum”.
(J.L. Daliyo, 2001:106)
Doktrin berasal dari bahasa Belanda, yang kemudian
diterima sebagai dasar penting dalam hukum dan penerapannya.
Pendapat dari sarjana atau ahli hukum terkemuka mempunyai
kekuasaan, kekuatan dan berpengaruh dalam pengambilan
keputusan-keputusan hakim, oleh karenanya doktren ini
merupakan sumber hukum yang sangat penting. (J.L. Daliyo,
2001:106)
Ilmu hukum sekaligus juga adalah sumber hukum tetapi
ilmu hukum bukanlah hukum karena tidak memiliki kekuatan
mengikat, ilmu hukum memiliki wibawa bila mendapatkan
dukungan para sarjana dan ahli, selain itu ilmu hukum dapat
berwibawa jika sifatnya obyektif. Ilmu hukum menjadi sumber
hukum apabila ilmu hukum dipakai oleh hakim dalam putusan
pengadilan dan putusannya telah dilaksanakan oleh pihak-pihak
yang berperkara.
Dalam hukum internasional pendapat sarjana hukum
memiliki pengaruh yang besar dan penting. Dalam piagam
mahkamah internasional “Statue of International Courte of
Justice” pasal 38 ayat 1 memberi dasar pengangan kepada hakim-
hakim mahkamah internasional bahwa dalam menimbang dan
memutuskan perselisihan dapat mempergunakan pedoman
sebagai berikut; Perjanjian internasional (international convention),
kebiasaan internasianal (international customs), asas-asas hukum

Hukum dan Sumber Hukum 61


yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab, keputusan dan
pendapat sarjana hukum. Contoh doktrin antara lain seperti
Trias Politica oleh E, Kant, doktrin mahzab sejarah, doktrin
berdirinya LBB. (J.L. Daliyo, 2001: 63)
Dalam hukum Islam ijtihad menjadi doktrin dalam sumber
hukum Islam. Sealin itu dikenal pula adanya “Kitab hukum”
atau “diktat hukum” yaitu tulisan para sarjana yang menguraikan
tentang hukum kebiasaan. Ketika undang-undang belum
berperan maka kitab hukum ini dipakai oleh hakim. Beberapa
kitab hukum diantaranya “Grand Coutumier De Normandie”
(abad ke13) dan “Saksens- Piegel” tahun 1230.

B. Sumber hukum materiil.


Menurut Saut P. Panjaitan, sumber hukum materiil yaitu
faktor-faktor atau kenyataan yang turut menentukan isi dari
hukum. Isi hukum ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor idiil
dan faktor sosial masyarakat. Faktor idiil adalah faktor yang
berdasar pada cita masyarakat akan keadilan, sedang faktor
sosial masyarakat tercermin dalam bentuk struktur ekonomi,
kebiasaan-kebiasaan, tata hukum, agama dan kesusilaan serta
kesadaran hukum. (Saut P. Panjaitan, 1998: 145-146)
Sumber hukum materiil ialah tempat dimana hukum
itu diambil dan dengan segala faktor yang mempengaruhi
terbentuknya baik berupa,sosial, budaya, ekonomi, politik,
agama, pendidikan, keadaan geografis, hubungan dengan
dunia luar dan lain-lain. Contohnya dalam bidang sosial
kemasyarakatan: peristiwa-peristiwa dan kejadian yang terjadi
di dalam masyarakat akan menjadi pemicu atau sumber
terbentuknya hukum.
Sumber hukum materiil adalah sumber hukum yang
menentukan isi hukum itu. Sebagai sumber hukum materiil juga

62 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


dapat diartikan sebagai suatu keyakinan hukum individu selaku
anggota masyarakat dan pendapat umum yang menentukan isi
hukum yang dapat mempengaruhi pembentukan hukum. (H.
Ishaq, 2015; 33)
Sumber hukum materiil adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi dan ikut serta menentukan terbentuknya
substansi dan isi hukum/materi hukum. Faktor-faktor tersebut
antara lain:
1. Faktor ideal adalah garis pedoman yang tetap yang harus
diikuti oleh pembentuk undang-undang atau badan lainnya
yang membentuk hukum dalam melakukan tugasnya yakni,
keadilan dan kebijakan (kesejahteraan masyarakat).
2. Faktor kemasyarakatan hukum. Dalam pembentukan
hukum diambil dari keadaan yang aktual. Materinya
adalah hal-hal yang kongkrit yang ada dan terdapat dalam
kehidupan masyarakat yang dijadikan dasar dalam mengatur
kehidupan masyarakat itu sendiri. Keyataan-kenyataan ini
merupakan materi dari mana pembentukan undang-undang
itu bersumber dan membentuk aturan-aturan hukum yang
bagaimana. Faktor-faktor kemasyarakatan yang mempunyai
pengaruh dalam pembentukan hukum antara lain:
a) Struktur ekonomi dan kebutuhan masyarakat.
b) Kebiasaan/adat istiadat yang telah melekat pada
masyarakat dan telah berkembang menjadi aturan
tingkah laku yang tetap dalam kehidupan.
c) Hukum yang berlaku yaitu, hukum yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat dan mengalami
perubahan-perubahan menurut kebutuhan masyarakat
yang bersangkutan.
d) Tata hukum negara lain.
e) Keyakinan tentang agama dan kesusilaan.

Hukum dan Sumber Hukum 63


f) Aneka gejala dalam masyarakat baik yang sudah menjadi
peristiwa maupun yang belum menjadi peristiwa.
g) Politik hukum dari pemerintah.
Selanjutnya seirama dengan luasnya pembahasan dan ruang
lingkup hukum maka sumber hukumpun menjadi sangat luas,
oleh karenanya dapat ditinjau dari berbagai seginya pula yang
antara lain dari segi:
1. Historis, di mana suatu hukum perundangannya dalam
membuat undang-undang mengambil bahan-bahannya
dari stelsel hukum masa lampau yang ikut serta dalam
pembentukan hukum di masa sekarang.
2. Filosofis, dalam filsafat hukum sumber hukum memiliki dua
arti yaitu:
a. Asas berlakunya hukum yakni, mengenai mengapa orang
taat kepada hukum atau mengapa hukum dipatuhi.
b. Daya manusia yang menghasilkan hukum dengan
ukuran apakah yang dapat dipergunakan/meneliti
bahwa yang dimaksud benar-benar adil, maka dalam hal
ini diperlukan kemampuan manusia untuk membentuk
hukum seadil-adilnya. Hal ini menyangkut prikehidupan
masyarakat dengan ukuran keadilan dan kesejahteraan
mengandung falsafah yang memungkinkan untuk ditaati
dan dipatuhi serta bersifat mengikat.
3. Sosiologis, dilihat dari faktor-faktor yang menentu kan isi
hukum yaitu, factor ideal dan kemasya rakatan.
4. Formal, dari segi pembentukan hukum, bentuk ini
menyatakan adanya isi serta berlakunya peraturan-peraturan
hukum yang bersangkutan yaitu, bentuk hukum yang
berlakunya itu dinyatakan oleh siapa

64 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


BAB VI
TUJUAN DAN FUNGSI HUKUM

A. Tujuan Hukum
Hukum sebagai sebuah ilmu dan sekaligus juga sebagai
sebuah lembaga tentu saja memiliki tujuan-tujuan tertentu,
tujuan-tujuan hukum tersebut dapat diketahui sebagaimana
dijelaskan oleh para ahli, diantara mereka adalah:
1. Van Appeldorn
Hukum digunakan untuk mengatur masyarakat secara tertib
dan damai dengan cara melindungi kepentingan hukum
manusia terpenuhi.
Yang dilindungi antara lain: harta benda, kehormatan, dan
kemerdekaan.
2. Bellefroit
Hukum harus memenuhi dua tujuan yaitu, keadilan dan
pemanfaatan.
3. Utrecht
Hukum menjamin adanya kepastian hukum dalam pergaulan
manusia.
4. Bentham
Hukum bertujuan mewujudkan semata-mata yang berfaedah
saja, jadi hukum bertujuan menjamin kebahagiaan sebesar-
besarnya dan bagi seorang sebanyak-banyaknya.

Tujuan dan Fungsi Hukum 65


5. Van Khan
Hukum untuk menjaga kepentingan manusia supaya
kepentingan itu tidak dapat diganggu.

B. Fungsi Hukum
Dalam sejarah pemikiran ilmu hukum terdapat dua paham
yang berbeda yaitu:
1. Menurut Mazhab Sejarah dan Kebudayaan (Cultuur
histirische school) oleh Frederich Carl Von Savigny (1799-
1861), seorang ahli hukum jerman. Pendapatnya, bahwa
fungsi hukum hanyalah mengikuti perubahan-perubahan itu
dan sedapat mungkin mengesahkan perubahan-perubahan
yang terjadi dalam masyarakat.
2. Jeremy Bentham (1748-1852) ahli hukum Inggris, dan
dikembangkan oleh Roscoe Pound (1870-1964) ahli hukum
USA dari aliran Sociological Jurisprudience. Pendapatnya,
bahwa hukum berfungsi sebagai sarana untuk melakukan
perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Sementara menurut Sarjono Soekanto, dalam pandagan
para ahli hukum terdapat dua bidang kajian yang meletakan
fungsi hukum di dalamnya yaitu:
1. Terhadap bidang-bidang kehidupan masyarakat yang
sifatnya netral (duniawi, lahiriah), hukum berfungsi sebagai
sarana untuk melakukan perubahan masyarakat (social
engineering);
2. Terhadap bidang-bidang kehidupan masyarakat yang sifatnya
peka (sensitive, rohaniah), hukum berfungsi sebagai sarana
untuk melakukan pengendalian sosial (social control).
Selain dari itu juga dijelaskan bahwa hukum masih memiliki
fungsi lainnya, yaitu:

66 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


1. Sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Fungsi
ini memungkinkan untuk diperankan oleh hakim, karena
hukum memberikan petunjuk kepada masyarakat bagaimana
mereka harus bertingkah laku
2. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan lahir dan
batin. Hukum yang bersifat mengikat dan memaksa
serta dapat dipaksakan oleh alat negara yang berwenang
berpengaruh besar terhadap orang yang akan melakukan
pelanggaran sehingga mereka takut dan segan untuk
melakukan pelanggaran. Hal ini karena takut akan
ancaman hukumannya. Hukum yang bersifat memaksa dpat
diterapkan kepada siapa saja yang bersalah. Mereka yang
melakukan kesalahan mungkin dihukum penjara, didenda,
atau gnti rugi, dengan demikian keadilan dapat dicapai
3. Sebagai alat penggerak pembangunan. Karena memiliki
daya ikat dan memaksa, yang dapat dimanfaatkan sebgai
alat otoritas (penguasa) untuk mengrahkan masyarakat agar
lebih maju
4. Sebagai alat kritik dan kontrol. Hukum tidak hanya
mengawasi masyarakat semata-mata, tetapi berperan juga
untuk mengawasi pejabat pemerintah, penegak hukum
maupun aparatur pengawasan itu sendiri.(R. Seoroso, 1996:
53-54)
5. Sebagai sarana menyelesaikan pertikaian. Melalui lembaga
peradilan, semua perselisihan diselesaikan dengan jalur
hukum yang seharusnya dan ada dibawah majelis peradilan
(tidak main hakim sendiri)
Dengan demikian semua orang harus bertingkah
laku menurut ketentuan yang berlaku. Dengan demikian
ketertiban, kedamaian, dan keadilan dalam masyarakat dapat
diwujudkan.

Tujuan dan Fungsi Hukum 67


BAB VII
KERANGKA KAJIAN TENTANG HUKUM

A. Teori Hukum
Teori (theoria) dalam bahasa latin berarti perenungan,
thea dalam bahasa Yunani berarti cara atau hasil pandang.
Suatu konstruksi di alam cita atau ide manusia (realitas in
abstracto), dibangun dengan maksud untuk menggambarkan
secara reflekftif fenomena yang dijumpai di alam pengalaman,
alam yang tersimak bersaranakan indera manusia; realitas in
concreto.
Konstruksi di alam idea manusia itu yang harus dipandang
sebagai kebenaran pertama yang original dan mutlak sifatnya
(Plato, T. Aquino, Hegel: paham idealism; a priori), sedangkan
realitas di alam pengalaman yang dibangun berdasarkan hasil-
hasil amatan indrawi itu hanya refleksinya yang virtual alias
maya.
Seluruh proses pemikiran yang berawal dari suatu proposisi
bahwa alam pengalaman itulah yang harus dipandang sebagai
sumber segala kebenaran yang akhir dan sejati (August Comte
-positivisisme, David Hume: paham empirisme; a posteoriori).
Menurut Neuman: Teori adalah suatu sistem yang tersusun
oleh berbagai abstraksi yg berinterkoneksi satu sama lainnya atau

Kerangka Kajian Tentang Hukum 69


berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan
tentang dunia.
Menurut Sarantakos: Teori suatu kumpulan atau koleksi
gabungan proposisi yang secara logis terkait satu sama lain
dan diuji serta disajikan secara sistematis. Yang dibangun
dan dikembangkan melalui research dan dimaksudkan untuk
menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena.
Syarat teori menurut Malcolm Waters:
1. Pernyataan itu harus abstrak
2. Pernyataan itu harus tematis
3. Pernyataan itu harus konsisten secara logika
4. Pernyataan itu harus dijelaskan
5. Pernyataan itu harus umum pada prinsipnya
6. Pernyataan itu harus independen
7. Pernyataan secara substantif harus valid
Ada tiga tipe teori:
1- T. Formal. Mencoba menghasilkan suatu skema konsep
dan pernyataan dlm masyarakat atau interaksi keseluruhan
manusia yang dapat dijelaskan. Berusaha menciptakan
agenda keseluruhan untuk praktek teoretis masa depan
terhadap klaim paradigma yang berlawanan. Atau juga
berusaha mempunyai karakter yang fondasional, yaitu
mencoba untuk mengidentifikasi seperangkat prinsip
tunggal yang merupakan landasan puncak untuk kehidupan
dan bagaimana semuanya dapat diterangkan.
2- Teori Substantif; Teori ini mencoba untuk tidak menjelaskan
secara keseluruhan tetapi lebih kepada menjelaskan hal-hal
khusus, misalnya: hak pekerja, dominasi politik, perilaku
menyimpang.
3- Teori Positivistik; Teori ini mencoba untuk menjelaskan
hubungan empiris antara variabel dengan menunjukkan

70 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


bahwa variabel-variabel itu dapat disimpulkan dari
pernyataan-pernyataan teoritis yang lebih abstrak.
Kegunaan Teori:
1) Menjelaskan (Teori hukum dilaksanakan dengan cara
menafsirkan sesuatu arti/pengertian, sesuatu syarat atau
unsur sahnya suatu peristiwa hukum, dan hirarkhi kekuatan
peraturan hukum)
2) Menilai (Teori Hukum digunakan untuk menilai suatu
peristiwa hukum)
3) Memprediksi (Teori Hukum digunakan untuk membuat
perkiraan tentang sesuatu yang akan terjadi)
Toeri Hukum dalam perspektif interdisipliner dan eksternal
adalah Ilmu atau disiplin hukum yang menganalisis dan meneliti
berbagai aspek gejala hukum, baik tersendiri maupun secara
keseluruhan, baik berupa konsep teoritis maupun praktis dengan
tujuan untuk memperoleh penjelasan dan pemahaman yang
tuntas dan koprehensip sebaik mungkin dan sejernih mungkin
tentang bahan hukum yang tersaji dan dalam kegiatan yuridis
didalam kenyataan kemasyarakatan.
Teori ilmu hukum berasal dari istilah legal theory,
yurisprudence, rechtstheory (abad 19). Di awali dengan minat
fakultas hukum yang mengalami kelesuan karena terlalu
abstrak dan spekulatif. Dunia hukum terlalu kongkret dan
terikat ruang dan waktu. Dilatarbelakangi oleh keberadaan dan
displin ilmiah tentang hukum memunculkan The Challenge of
synthesis (Selznick-Nonet: Sistematikal-Methodikal, Radional-
Interdisipliner)
Banyak pengertian tentang Teori hukum yang diberikan oleh
para ahli, diantaranya menurut:
a. Arief Sidharta: “Teori Ilmu Hukum (rechtstheorie) secara
umum dapat diartikan sebagai ilmu atau disiplin hukum yang

Kerangka Kajian Tentang Hukum 71


dalam perspektif interdisipliner dan eksternal secara kritis
menganalisis berbagai aspek gejala hukum, baik tersendiri
maupun dalam kaitan keseluruhan, baik dalam konsepsi
teoritisnya mau pun dalam pengejawantahan praktisnya,
dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih
baik dan memberikan penjelasan sejernih mungkin tentang
bahan hukum yang tersaji dan kegiatan yuridis dalam
kenyataan masyarakat. Obyek telaahnya adalah gejala
umum dalam tatanan hukum positif yang meliputi analisis
bahan hukum, metode dalam hukum dan kritik ideologikal
terhadap hukum (Arief Sidharta, 2000: 122).
b. JJH Bruggink:” Teori hukum adalah seluruh pernyataan
yang saling berkaitan berkenan dengan sistem konseptual
aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hukum, dan
sistem tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan
“(HR Otje Salman et.al., 2002: 60).
Telaah pokok teori hukum dapat dijelaskan, antara lain
berkenaan dengan:
1. Analisis pengertian hukum, pengertian dan struktur sistem
hukum, sifat dan struktur kaidah hukum atau asas hukum
2. Metode penerapan hukum
3. Epistemologi hukum
4. Kritk terhadap kaidah hukum positif
Tugas teori hukum menurut Radbruch adalah membuat
jelas nilai-nilai serta postulat-postulat hukum sampai kepada
landasan filosofisnya yang tertinggi. Dalam cakupan wilayah
pembahasannya teori hukum meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Menganalisis pengertian hukum, pengertian dan struktur
sistem hukum, sifat dan struktur kaidah hukum, pengertian
dan fungsi asas hukum, dan pengertian serta interrelasi
konsep-konsep yuridik brupa subyek hukum, hak, kewajiban,

72 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


hubungan hukum, peristiwa hukum, perikatan, tentang
gugat, dan seterusnya
2. Ajaran Metode dari hukum (metode ilmu hukum dan
metode pembentukan-penemuan hukum)
3. Ajaran ilmu dari hukum. Mempermasalahkan keilmiahan
dari ilmu hukum
4. Kritik ideologi mencakup kritik terhadap kaidah hakum
positif.

B. Sosiologi Hukum
Banyak ahli yang memberikan definisi sosiologi hukum,
diantara mereka adalah:
1. Soerjono Soekanto: Suatu cabang ilmu pengetahuan
yang secara analitis dan empiris yang menganalisis atau
mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan
gejala-gejala sosial lainnya.
2. Satjipto Rahadjo: Sosiologi hukum adalah pengeta huan
hukum pada pola perilaku masyarakat dalam konteks
sosialnya.
3. Otje Salman: Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala
sosial lainnya secara empiris analitis.
4. H.L.A. Hart: Suatu konsep tentang hukum yang mengandung
unsur-unsur kekuasaan yang terpusatkan kepada kewajiban
tertentu didalam gejala hukum yang tampak dari kehidupan
bermasyarakat. Menurut Hart, inti dari suatu sistem hukum
terletak pada kesatuan antara aturan utama (primary rules)
dan aturan tambahan (secondary rules).
5. Alvin S. Johnson: Sosiologi hukum adalah ilmu sosiologi
yang menjalin kerja sama dengan ilmu hukum, sehingga
memperjelas pengertian hukum dan segala aspek yang

Kerangka Kajian Tentang Hukum 73


berdiri di belakang gejala-gejala ketertiban hukum. Juga
mengkaji masalah sosiologi ditinjau dari aspek hukum.
Sosiologi hukum muncul akibat peperangan, bertujuan
mencapai perdamaian bersama.
6. M. P. Baumgartner: Sosiologi hukum adalah kajian
ilmiah tentang kehidupan sosial, dan dengan demikian
sosiologi hukum adalah kajian tentang perilaku hukum
(legal behavior). Misi sosiologi hukum adalah untuk
memprediksikan dan menjalankan berbagai “legal behavior”
mencakup variasi tentang apa yang diefinisikan “sebagai
legal” bagaimana kasus memasuki system, bagaimana kasus-
kasus itu diselesaikan, perbedaan-perbedaan didalam hukum
jelas berlaku diseluruh masyarakat, disetiap periode sejarah
dan disetiap kasus individu, dan kesemuanya itu merupakan
subyek yang dijelaskan secara sosiologi.
7. Donal Black: Sosiologi hukum adalah menyajikan wawasan
yang sangat berbeda dibanding ilmu hukum tradisional
(evaluasi dan penilaian) terhadap, fairness, justid, egulty
dan effeetiveness. Tetapi sosiologi hukum berangkat dari
premis-premis yang berbeda. Menggunakan metode yang
juga berbeda, dan berbeda dari sudut tujuan yang ingin
dicapai. Bahwa keunikan dari kajian sosiologi hukum yaitu
mengundang ilmu hukum modern untuk menghadapi
realitas kasus-kasus tidak semata-mata diputus kan oleh
aturan-aturan sendiri. Sehingga kajian sosiologi hukum
berbeda daripada kajian normative. Kajian sosiologi
hukum sangat menyerupai pemikiran yang lebih luas,
yang kemudian dikenal sebagai pemikiran teknokratik
atau dengan menggunakan istilah sebelumnya saintisisme
(scientism) yaitu ciri-cirinya setiap masalah bersifat fakta,
moral, politik, atau legal. Dimana dalam masalah benar-
benar pekerjaan selesai.

74 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


8. Baumgarther: Sosiologi hukum adalah menunjuk kan bahwa
keputusan-keputusan yang didasarkan pada kebijakan
belaka (the discretionary decisious) dari aparat adalah bukan
suatu yang bersifat serampangan dan bukannya sesuatu yang
berubah-ubah melainkan roda pada terpola dan bersifat
sangat regular.
9. Ronny Rahman Nitibaskara dan Bambang Widodo Umar:
Sosiologi hukum adalah Ilmu pengetahuan tentang interaksi
manusia yang berkaitan dengan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat. Pemahamannya, bahwa pertama Interaksi
Manusia mengandung tiga unsur, yaitu Tindakan (act),
sesuatu (thing), dan makna (meaning). Kedua Hukum yang
dimaksud bukan saja hukum dalam arti tertulis tetapi juga
yang tidak tertulis, baik menyangkut falsafah, intelektualitas,
maupun jiwa yang melatar belakangi penerapan hukum.
10. Soetandyo Wignjosoebroto: Sosiologi hukum adalah
cabang kajian sosiologi yang memusatkan perhatiannya
kepada ihwal hukum sebagaiman terwujud sebagai bagian
dari pengalaman dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
(hukum; paradigma metode dan dinamika masalahnya).
11. David N. Schiff: Sosiologi hukum adalah, studi sosiologi
terhadap fenomena-fenomena hukum yang spesifik yaitu
yang berkaitan dengan masalah legal relation, juga proses
interaksional dan organizational socialization, typikasi,
abolisasi dan konstruksi social; (pendekatan sosiologis
terhadap hukum).
Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari sisi fenomina
hukum sebagai gejala sosial yang memiliki hubungan timbal
balik dengan gejala sosial lainnya yang memiliki karakteristiknya
tersendiri, yaitu:
1. Sosiologi hukum bertujuan untuk memberikan penjelasan
terhadap praktek-praktek hukum, seperti dalam pembuatan

Kerangka Kajian Tentang Hukum 75


undang-undang, praktek pengadilan dan lain sebagainya,
maka sosilogi hukum menjelaskan mengapa praktek
itu terjadi, faktor apa yang mempengaruhinya dan lain
sebagainya. Hal demikian oleh Max Waber disebutnya
dengan interpretative-understanding yang tidak dikenal
dalam hukum konvensional.
2. Sosiologi hukum senantiasa menguji keabsahan empiris,
dengan usaha mengetahui antara isi kaidah dan di dalam
kenyataannya, baik dengan data empiris ataupun non
empiris.
3. Sosiologi hukum tidak melakukan penilaian terhadap
hukum, yang menjadi penilaian dan pengamatan sosiologi
hukum adalah objek yang menyimpang dari hukum secara
sama-sama, tidak melebihkan anatara antara satu objek yang
ada tetapi hanya akan memberikan penjelasan terhadap
objek yang diamatinya. (Satjipto Rahardjo, 1991: 326-
327)
Dengan demikian sosiologi hukum memiliki ciri-ciri khas
sedemikian rupa sehingga ia mengemban tugas yang khas pula
bagi praktek hukum dalam masyarakat, terutama masyarakat
yang sedang membangun dan peranan hukum sangat diharapkan
dalam proses pembangunan. (Seodjono Dirdjosisworo, 2012:
34)

C. Antropologi Hukum
Antropologi hukum memiliki kesamaan dengan dengan
sosiologi hukum, oleh karena kedua-duanya ingin mengerti dan
kemudian bisa menjelaskan fenomena hukum itu dan bukannya
untuk memakai peraturan-peraturan hukum yang kongkrit itu
bagi mengarahkan tingkah laku manusia. Dengan demikian
kedua-duanya juga akan bertemu dalam pandangan pendekatan,

76 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


bahwa hukum itu tidak bisa dilepaskan dari keseluruhan
proses-proses dalam masyarakat, proses-proses yang lebih besar
termasuk didalamnya hukum. (Satjipto Rahardjo, 1991: 333)
Pada dasarnya Antropologi hukum sebagai suatu cabang
ilmu hukum mengacu pada pemahaman hukum pada segenap
seginya dalam konteks totalitas kehidupan manusia, oleh
sebab itu terdapat beberapa sendi antropologi terhadap hukum
sebagaimana disebutkan oleh Seojono:
1. Hukum suatu masyarakat atau sistem hukum suatu
masyarakat harus diselidiki dalam konteks sistem politik,
ekonomi dan perdamaian, dan juga dalam rangka struktur
sosial dari hubungan antar orang dalam kelompok.
2. Hukum yang paling baik dipelajari melalui analisa terhadap
prosedur-prosedur yang berhubungan dengan penyelesaian
sengketa atau melalui manajemen politik.
3. Pada gilirannya prosedur-prosedur akan menjadi penting
manakala penelitian sebagai deskripsi, analisa dan
perbandingan.
4. Agar dapat suatu laporan yang sah mengenai hukum
rakyat, dua tugas terpisah tetapi berhubungan perlu dibuat.
(Sodarsono, 2001: 262)
Antropologi Hukum adalah ilmu yang membahas tentang
Manusia dalam kaitannya dengan Kaidah-kaidah sosial yang
bersifat Hukum. Antropologi hukum dalam pengertian yang
lain adalah ilmu hukum yang mempelajari pola-pola sengketa
dan cara penyelesaiannya baik pada masyarakat yang sederhana
maupun pada masyarakat yang mengalami modernisasi hukum,
dalam proses konnkritisasi antropologi bermanfaat untuk
mengetahui pola prilaku masyarakat guna memper tahankan
dan mengembangkan nilai-nilai dalam masyarakat. Dalam
mempelajari hukum seorang antropologi harus menetahui:

Kerangka Kajian Tentang Hukum 77


1) anggapan masyarakat gtentang pedoman perihal perilaku
yang pantas dan ajeg.
2) mengadakan identifikasi terhadap perilaku suatu warga yang
berupa menyimpang dari norma-norma
Laura Neder mengemukakan masalah pokok yang merupakan
ruang lingkup Antropologi Hukum sebagai berikut:
1. Apakah dalam setiap masyarakat terdapat hukum dan
bagaimanakah terhukum yang Univer sal.
2. Bagaimana hubungan hukum antara hukum dan aspek
kebudayaan.
3. Apakah mungkin diadakan Tipologi hukum tertentu
sedangkan variasi karakteristik hukum terbatas.
4. Apakah Tipologi hukum itu dapat berguna untuk mengetahui
hubungan antara hukum dan aspek kebudayaan dan orang-
orang sosial.
5. Mengapa hukum itu selalu berubah.

D. Psikologi Hukum
Psikologi berarti mengenal manusia dalam arti memahami,
menguraikan dan memaparkan manusia sebagai individu dan
sosial serta berbagai macam tingkah laku dan kepribadian
manusia, juga seluruh aspek-aspeknya. Psyche (jiwa) adalah
kekuatan hidup atau sebabnya hidup (anima).
Dari pengertian-pengertian psikologi yang telah disebutkan
di atas, penulis berpendapat antara psikologi dan hukum dari
sudut kajiannya adalah keduanya mengkaji gejala-gejala sosial,
hal ini jika menilik kembali pengertian hukum secara empirik.
Keduanya memfokuskan diri pada perilaku manusia, yang
berusaha menyelesaikan masalah serta memperbaiki kondisi
manusia. Craig Haney menyatakan “bahwa psikologi bersifat
deskriptif dan hukum bersifat perskriptif ” (Haney: 1981

78 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


dalam Kapardis: 1999). Artinya psikologi menjelaskan tentang
bagaimana orang berperilaku secara aktual, hukum menjelaskan
bagaimana orang seharusnya berperilaku, tujuan utama ilmu
psikologi adalah memberikan penjelasan yang lengkap dan
akurat mengenai perilaku manusia, tujuan utama hukum adalah
mengatur perilaku manusia. Dalam arti yang agak lebih idealistis,
ilmu psikologi menurut Constanzo “terutama tertarik untuk
menemukan kebenaran sedangkan sistem hukum terutama
tertarik untuk memberikan keadilan”.
Berdasarkan keterkaitan kedua terminologi tersebut maka
psikologi hukum dapat diartikan sebagai studi psikologi yang
mempelajari ketidak- mampuan individu untuk melakukan
penyesuaian terhadap norma hukum yang berlaku atau tidak
berhasilnya mengatasi tekanan-tekanan yang diderita- nya.
Dalam kondisi yang demikianlah maka diperlukan studi psikologi
terhadap hukum yang disebut psikologi hukum. Menurut
Soerjono Soekanto (Soerjono Soekanto, 1983:2) “psikologi
hukum adalah studi hukum yang akan berusaha menyoroti
hukum sebagai suatu perwujudan dari gejala-gejala kejiwaan
tertentu, dan juga landasan kejiwaan dari perilaku atau sikap
tindak tersebut”. (Soerjono Soekanto, 1983:2)
Di bawah ini dikutip beberapa defenisi psikologi hukum yang
terdapat dalam berbagai literatur, yaitu:
1) Sebagai suatu pencerminan dari perilaku manusia
(human behaviour). (Sorjono Soekanto, 1989; R. Ridwan
Syahrai,1999; Bernard Arief Sidharta, 2000; Soedjono
Dirdjosuwiryo, 2001; Sudarsono, 2001; Soeroso, 2004;
Munir Fuady, 2006).
2) Sebagai bentuk pelayanan psikologi yang dilakukan dalam
hukum meliputi Psycho-Legal Issue, pendampingan di
pengadilan dan prilaku kriminal (The Commite On Etnical

Kerangka Kajian Tentang Hukum 79


Guidelines For Forensic Psychology dalam Rahayu: 2003:
3)
3) Meliputi legal issue; penelitian dalam kesaksian, penelitian
dari pengambilan keputusan yuri dan hakim, begitu pula
di dalam kriminologi untuk menentukan sebab-sebab,
langkah-langkah preventif, kurasif, perilaku kriminal dan
pendampingan di pengadilan yang dilakukan oleh para ahli
di dalam pengadilan (Blackburn: 1996)
4) Meliputi aspek perilaku manusia dalam proses hukum,
seperti ingatan saksi, pengambilan keputusan hukum oleh
yuri, dan pelaku criminal. (Curt R. Bartol:1983)
5) Suatu pendekatan yang menekankan determinan-
determinan manusia dari hukum, termasuk dari perundang-
undangan dan putusan hakim, yang lebih menekankan
individu sebagai unit analisisnya. Perhatian utama dari kajian
psikologi hukum yaitu lebih tertuju pada proses penegakan
hukum (saksi mata, tersangka/terdakwa, korban kriminal,
jaksa penuntut umum, pengacara hakim dan terpidana)
(Rahayu, 2003: 3)
6) Psikologi hukum adalah suatu kajian tentang sifat, fungsi,
dan perilaku hukum dari pengalaman mental dari individu
dalam hubungannya dengan berbagai fenomena hukum
(Edward E. Jones: 1996)
7) Cabang metode studi hukum yang masih muda, yang lahir
karena kebutuhan dan tuntutan akan kehadiran psikologi
dalam studi hukum, terutama sekali bagi praktik penegakan
hukum, termasuk untuk kepentingan pemeriksaan di muka
sidang pengadilan. (Ishaq, 2008: 241)
8) Cabang ilmu hukum (pengembanan hukum teoritis/sistem
hukum eksternal; sudut pandang hukum sebagai pengamat)
yang bertujuan untuk memahami hukum dari sudut pandang
psikologi dengan menggunakan pendekatan/sudut pandang

80 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


psikoanalisis, psikologi humanistik dan psikologi perilaku
(empirik). (Meuwissen dalam Sidharta: 2008)
9) Psychology and law is a relatively young field of scholarhip.
Connceptualized broadly, the field encompases diverse approaches
to psychology. Each of major psychologycal subdivisions has
contributed to research on legal isues: cognitive (e.g. eyewitnes
testimony), developmental (e.g., children testimony), social (e.g.,
jury behavior), clinical (e.g, assesment of competence), biological
(e.g, the polygraph), and industrial organizational psychology
(e.g, sexual harassment in the workplace). (Encyclopedia of
Psychology & Law: 2008)
10) Legal psychology involves empirical, psychology research of the
law, legal institution, and people who come into contant with the
law. Legal psychologist typically take basic social and cogniive
theories and principles and apply them to issues in the legal system
such as eyewitness memory, jury decision-making, investigations,
and interviewing. The term ” legal psychology” has only
recently come into usage, primarily as a way to differentiate the
exprimental focos of legal psycholgy from the clinically-oriented
forensic psychology. (Wikipedia, The Free Encyclopedia).
Orientasi lapangan psikologi tersebut di atas, sebagai ilmu
sosial, tentunya akan melakukan pengujian (hipotesa) dalam
lapangan ilmu hukum khususnya dalam penegakan hukum
(law enforcement). Melalui sintesa dari riset psikologi juga akan
melahirkan ruang lingkup psikologi hukum.
Psikologi hukum sebagai cabang ilmu yang baru yang melihat
kaitan antara jiwa manusia disatu pihak dengan hukum di lain
pihak terbagi dalam beberapa ruang lingkup, menurut Soedjono,
ruang lingkup psikologi hukum (1983:40) sebagai berikut:
1- Segi psikologi tentang terbentuknya norma atau kaidah
hukum.
2- Kepatuhan atau ketaatan terhadap kaedah hukum.

Kerangka Kajian Tentang Hukum 81


3- Perilaku menyimpang.
4- Psikologi dalam hukum pidana dan pengawasan perilaku.

E. Sejarah Hukum
Sejarah hukum adalah bidang studi tentang bagaimana
hukum berkembang dan apa yang menyebabkan perubahannya.
Sejarah hu kum erat terkait dengan perkembangan peradaban
dan ditempatkan dalam konteks yang lebih luas dari sejarah
sosial. Di antara sejumlah ahli dan pakar sejarah tentang proses
hukum, sejarah hukum dipandang sebagai catatan mengenai
evolusi hukum dan penjelasan teknis tentang bagaimana
hukum-hukum ini berkembang dengan pandangan tentang
pemahaman yang lebih baik mengenai asal usul dari berbagai
konsep hukum.
Sejarah hukum juga menyelidiki sistem-sistem hukum
yang pernah berlaku dan berkembang dalam suatu masyarakat
(sehingga dapat diketahui system hukum yang berkembang saat
kini)
Sejarah hukum sebagai suatu metode dan ilmu yang
merupakan cabang dari ilmu sejarah yang mempelajari,
menganalisis, memverifikasi, menginterpretasi, menyusun dalil
dan kecederungan, dan menarik kesimpulan tertentu tentang
setiap kata, konsep, kaidah dan aturan yang berkenaan dengan
hukum yang pernah berlaku, baik secara kronologis dan
sistematis, beikut sebab akibat dan ketersentuhannya dengan
bidang lain dari hukum.
Sejarah hukum juga mempelajari proses terjadi dan
pelaksanaan sejarah di masa lalu dan perkembangannya serta
keterkaitannya dengan apa yang terjadi masa kini, baik seperti
yang terdapat dalam literatur, naskah dan bahkan tuturan
lisan, terutama perkenannya atas karakteristik keunikan

82 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


fakta dan norma sehingga dapat menemukan gejala, dalil dan
perkembangan hukum di masa lalu yang dapat memberikan
wawasan yang luas bagi orang yang mempelajarinya, dalam
mengartikan dan memahami hukum yang berlaku saat ini.
Menurut John Gillisen dan Frist Gorle, terdapat manfaat
yang besar dalam mempelajari sejarah hukum dengan alasan-
alasan sebagai berikut:
1. Hukum tidak hanya berubah dalam ruang dan letak
(hukum Belgia, Hukum Amerika, Hukum Indonesia, dan
sebagainya), malainkan juga dalam lintasan waktu. Hal ini
berlaku bagi sumber-sumber hukum formil, yakni bentuk-
bentuk penampakan diri norma-norma hukum, maupun isi
norma-norma hukum itu sendiri (sumber-sumber hukum
materiil).
2. Norma-norma hukum dewasa ini sering kali hanya dapat
dimengerti melalui sejarah hukum.
3. Sedikit banyak mempunyai pengertian mengenai sejarah
hukum, pada hakikatnya merupakan suatu pegangan
penting bagi yuris pemula untuk mengenal budaya dan
pranata hukum.
4. Hal ihwal yang teramat penting disini adalah perlindungan
hak asasi manusia terhadap perbuatan semena-mena bahwa
hukum diletakan dalam perkembangan sejarahnya serta
diakui sepenuhnya sebagai sesuatu gejala historis.
Sejarah hukum memiliki beberapa fungsi dan kegunaan
sebagai berikut:
1. Untuk mempertajam pemahaman dan penghayatan tentang
hukum yang berlaku sekarang. Dapat diketahui dan dihayati
bahwa hukum yang berlaku sekarang sudah cukup baik jika
dibandingkan dengan konsepsi tentang hukum di bidang
yang bersangkutan di masa lalu.

Kerangka Kajian Tentang Hukum 83


2. Untuk mempermudah para perancang dan para pembuat
hukum sekarang dengan menghindari kesalahan di masa
lalu serta mengambil manfaat dari perkembangan positif
dari hukum di masa lalu. Ini peting bagi para pembuat dan
perancang hukum untuk tidak membuat hukum seperti
hukum yang terjadi di masa lalu. Mungkin saja hukum di
masa lalu penuh dengan berbagai kelemahan yang dapat
menimbulkan malapetaka dan tragedi bagi umat manusia.
3. Untuk mengetahui makna hukum positif bagi para akademisi
maupun praktisi hukum dengan melakukan penelusuran dan
penafsiran yang bersifat sejarah. Karena umumnya hukum
berkembang secara evolutif dalam sejarah, maka konsep
dan pengertian hukum yang berlaku saat ini akan dipahami
dengan baik dan utuh jika kita juga memahami akar sejarah
dan alur perkembangan konsep dan pengertian hukum di
masa lalu.
4. Sejarah hukum dapat mengungkapkan atau setidaknya
memberikan suatu indikasi tentang dari mana hukum
tertentu berasal; bagaimana posisinya sekarang; dan hendak
ke mana arah perkembangannya.
Menurut Soerjono Soekanto, sejarah hukum juga berguna
karena dapat mengungkapkan fungsi dan efektivitas dari
lembaga-lembaga hukum tertentu. Artinya dalam keadaan yang
bagaimana suatu lembaga hukum dapat efektif menyelesaikan
persoalan hukum dan dalam keadaan yang bagaimana pula
lembaga tersebut gagal. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan yang
ada dalam sejarah hukum tersebut.

F. Perbandingan Hukum
Perbandingan hukum menyelidiki persamaan dan perbedaan
unsur-unsur sistem hukum. Perbandingan hukum adalah

84 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


suatu metode yang membandingkan suatu sistem hukum
dan perbandingan tersebut menghasilkan data sistem yang
dibandingkan. Perbandingan hukum adalah ilmu pengetahuan
yang usianya masih relatif muda, dan baru berkembang nyata
pada akhir abad ke-19 atau permulaan abad ke-20
Membanding-bandingkan sesuatu dengan yang lainnya,
dalam hal ini di bidang hukum. Membandingkan itu berarti
mencari persamaan dan perbedaan dari satu obyek atau lebih
(Soenarjati H, 1986: 6)
Perbandingan hukum merupakan proses perbandingan
dapat diibaratkan sebagai suatu kegiatan untuk mengadakan
identifikasi terhadap persamaan/perbedaan antara dua gejala
tertentu atau lebih (Soerjono Soekanto, 1977: 10)
Menurut Rudolf Sclesinger, perbandingan hukum
merupakan metode penyelidikan dengan tujuan untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang bahan
hukum tertentu.
Perbandingan hukum adalah ilmu yang mempelajari antara
dua sistem hukum atau lebih. Menurut H.C. Gutteridge,
perbandingan hukum adalah proses perbandingan peraturan-
peraturan hukum yang diambil dari sistem-sistem yang berbeda.
(Seodjono Dirdjosisworo, 2012)
Dalam studi perbandingan hukum dapat dilakukan dengan
cara:
1. Menunjukan perbedaan dan persamaan yang ada dalam
sistem hukum atau bidang hukum yang dipelajari.
2. Menjelaskan mengapa terjadi persamaan dan perbedaan
yang demikian itu, faktor-faktor apa saja yang
menyebabkannya.
3. Memberikan penilaian terhadap masing-masing sistem yang
digunakan.

Kerangka Kajian Tentang Hukum 85


4. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat
ditarik sebagai kelanjutan dari hasil-hasil studi perbandingan
yang telah dilakukan.
5. Memutuskan kecenderungan-kecenderungan umum pada
perkembangan hukum, termasuk irama dan keteraturan yang
dapat dilihat pada perkembangan pada hukum tersebut.
6. Mempelajari kemungkinan untuk menemukan asas-asas
umum yang didapat sebagai hasil dari pelacakan yang
dilakukan dengan cara membandingkan. (Satjipto Rahardjo,
1991: 348-349)
Manfaat dari perbandingan hukum adalah:
1- Manfaat ilmiyah, yaitu dengan perbandingan hukum akan
dapat diketahui persamaan-persamaan dan perbedaan
antara semua sistem hukum yang dibandingkan.
2- Manfaat Praktis, yaitu memberikan kemudahan dalam
pembuatan undang-undang dan perbaikan praktis terhadap
hukum. (Donald Arbert Rumokoy-Frans Maranis, 2014:
172)
Ada pendapat yang mengarah bahwa perbandingan hukum
sama dengan sejarah umum dari hukum (the general teori of law)
dikemukakan oleh beberapa pakar berikut ini:
1. Joseph Kohler berpendapat bahwa istilah universale
rechtsgeschiechte sama dengan vergleichende rechtswissenschaft
(sejarah hukum sama dengan perbandingan ilmu hukum).
Pandangan ini dikemukakan pada akhir abad 19 dan awal
abad 20.
2. Sir Frederick Pollack menganggap bahwa tidak ada
perbedaan antara historical jurisprudence dan comparative
jurisprudence.
Ada lagi yang menganggap bahwa perbandingan hukum
sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Alasannya

86 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


ialah bahwa perbandingan hukum memberikan hasil-hasil
baru yang tidak akan dapat ditemui jika hanya mempelajari
cabang-cabang hukum intern.
Sarjana yang berpandangan bahwa perbadingan hukum
sebagai bagian dari ilmu hukum yang berdiri sendiri antara
lain:
3. Kusumadi Pudjosewojo menyatakan bahwa “ilmu hukum”
meliputi:
a. ilmu pengetahuan hukum positif
b. ilmu pengetahuan sosiologi hukum
c. ilmu pengetahuan sejarah hukum
d. ilmu perbandingan hukum
e. ilmu hukum
f. ilmu pengetahuan filsafat hukum
g. ilmu pengetahuan politik hukum
4. Van Apeldoorn berpandangan bahwa ilmu hukum itu
meliputi
a. sosiologi hukum
b. sejarah hukum
c. perbandingan hukum
5. Bellefroid berpandangan bahwa ilmu hukum itu meliputi:
a. dogmatik hukum
b. sejarah hukum
c. perbandingan hukum
d. politik hukum
e. ajaran hukum
6. Soedjono Dirjosisworo berpandangan bahwa ilmu hukum
meliputi:
a. sosiologi hukum
b. antropologi hukum
c. psikologi hukum

Kerangka Kajian Tentang Hukum 87


d. sejarah hukum
e. perbandingan hukum
7. Lando menegaskan bahwa comparative law adalah the natural
legal system and the comparison, dan perbadingan hukum an
analysis and a comparison of the law. Hal ini berarti bahwa ada
kecenderungan untuk menyatakan perbandingan hukum itu
sebagai ilmu.
8. Soenarjati H, mengemukakan bahwa perbandingan hukum
merupakan suatu metode penyelidikan. Metode yang dipakai
adalah membanding-bandingkan salah satu lembaga hukum
dari sistem hukum yang satu dengan lembaga hukum yang
lain, yang kurang lebih mempunyai kesamaan.
Dengan membandingkannya kedua lembaga/sistem hukum
itu ditemukan adanya unsur-unsur yang sama tapi juga dapat
ditemukan adanya unsur-unsur yang berbeda. Perbandingan
hukum dapat mengarah kepada sejarah hukum, filsafat hukum
dan juga sosiologi hukum.

Sejarah perbandingan hukum


A. Sebelum perang dunia I
Secara insidentil, sudah dilakukan oleh Von Savigny dan
Van Vollenhoven. Savigny dalam usaha untuk menciptakan
hukum perdata internasional yang bersifat umum dan universal.
Sedang Van Vollenhoven sudah menunjukkan arti penting
perbandingan hukum dalam bukunya “Het Adatrecht van
Nederlandsch-Indie”
B. Sesudah perang dunia I
Negara pemenang Perang dunia I merasa perlu menyatukan
hukumnya. Tahun 1929 berhasil mewujudkan rencana hukum
perjanjian perdata yang bersifat internasional. Perkembangan
lebih pesat lagi dengan terbentuknya volkenbond yang

88 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


bertugas mengusahakan unifikasi bidang hukum perdata. Skop
penelitiannya sudah antar sistem hukum.
C. Sesudah perang dunia II
Dengan berakhirnya perang dunia II, maka interdependensi
negara seluruh dunia mendorong untuk mempelajari tata
kehidupan negara lain termasuk juga sistem hukumnya.
Perubahan kiblat dari hukum romawi beralih ke dunia
pengetahuan hukum baru mencakup seluruh dunia termasuk
Indonesia.

G. Politik Hukum
Politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa yang
seharusnya dilakukan terhadap hukum yang berlaku pada saat
ini. Istilah politik hukum terdiri dari dua kata yaitu politik dan
hukum. Terhadap dua kata tersebut para ahli menganggap bahwa
hukum dan politik merupakan satu kesatuan yang paradok.
Hukum adalah segala sesuatu yang sudah pasti kejelasannya,
sementara kata politik mengandung unsur-unsur ketidakpastian
dan selalu berubah-ubah seiring dengan perubahan dan
berjalannya waktu dan silih bergantinya para pelaku di panggung
politik itu sendiri.
Pada tahun 1953, Bellefroid telah memperkenalkan istilah
rechtspolitiek untuk politik hukum sebagai salah satu istilah yang
mandiri. Bellefroid dalam bukunya Inleinding Tot de Fechts Weten
Schap in Nederland, mengutarakan posisi politik hukum dalam
pohon ilmu hukum sebagai ilmu. Politik hukum merupakan
salah satu cabang atau bagian dari ilmu hukum, menurutnya
ilmu hukum terbagi atas Dogmatika Hukum, Sejarah Hukum,
Perbandingan Hukum, Politik Hukum, Ilmu Hukum Umum.

Kerangka Kajian Tentang Hukum 89


Sebagaimana halnya hukum, politik hukum juga mengundang
banyak perhatian para ahli dalam mendefinisikannya, diantara
mereka adalah:
1. L. J. Van Apeldorn: Politik hukum sebagai politik perundang-
undangan. Politik Hukum berarti menetapkan tujuan dan isi
peraturan perundang-undangan (pengertian politik hukum
terbatas hanya pada hukum tertulis saja).
2. Padmo Wahjono disetir oleh Kotam Y. Stefanus: Politik
Hukum adalah kebijaksanaan penyelenggara Negara tentang
apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu
(menjadikan sesuatu sebagai Hukum). Kebijaksanaan
tersebut dapat berkaitan dengan pembentukan hukum dan
penerapannya.
3. Satjipto Rahardjo: Politik Hukum adalah aktivitas untuk
menentukan suatu pilihan mengenai tujuan dan cara-cara
yang hendak dipakai untuk mencapai tujuan hukum dalam
masyarakat.
4. Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto: Politik
Hukum sebagai kegiatan-kegiatan memilih nilai-nilai dan
menerapkan nilai-nilai.
5. Moh. Mahfud MD: Politik Hukum (dikaitkan di Indonesia)
adalah sebagai berikut:
- Bahwa definisi atau pengertian hukum juga bervariasi
namun dengan meyakini adanya persamaan substansif
antara berbagai pengertian yang ada atau tidak
sesuai dengan kebutuhan penciptaan hukum yang
diperlukan.
- Pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada, termasuk
penegasan Bellefroid dalam bukunya Inleinding Tot de
Fechts Weten Schap in Nederland mengutarakan posisi
politik hukum dalam pohon ilmu hukum sebagai ilmu.

90 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


6. Bagir Manan dalam buku milik Kontan “Perkembangan
kekuasaan Pemerintahan Negara” memiliki politik hukum
yang dapat dan terdiri dari:
a. Politik Hukum yang bersifat tetap (permanen) berkaitan
dengan sikap hukum yang akan selalu menjadi dasar
kebijaksanaan pembentukan dan penegakan hukum.
b. Politik Hukum tetap Bagi bangsa Indonesia, terdapat
satu sistem hukum yaitu Sistem Hukum Nasional
artinya sejak 17 Agustus 1945, maka politik hukum yang
berlaku adalah politik hukum nasional, artinya telah
terjadi unifikasi hukum (berlakunya satu sistem hukum
diseluruh wilayah Indonesia). Sistem Hukum nasional
tersebut terdiri dari:
1. Hukum Islam (yang dimasukkan adalah asas-
asasnya)
2. Hukum Adat (yang dimasukkan adalah asas-
asasnya)
3. H u ku m B a r a t ( y a n g d i m a s u k ka n a d a l a h
sistematikanya)
Dapat disimpulkan bahwa politik hukum itu bertugas untuk
meneliti perubahan-perubahan mana yang perlu diadakan
terhadap hukum yang ada agar memenuhi kebutuhan-kebutuhan
baru didalam kehidupan masyarakat.

H. Filsafat Hukum
Dalam memberikan definisi filsafat hukum tentunya sangat
bijak kalau dipahami terlebih dahulu pengertian tentang filsafat
dan pengertian tentang hukum.
Kata filsafat, dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah
falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
philosophy yang berasal dari bahasa Yunani philosophia, kata

Kerangka Kajian Tentang Hukum 91


philosophia terdiri dari kata philein yang berarti cinta (love) dan
sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara
etemologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan. (Lasiyo
dan Yuwono, 1985: 1) Sophia yang artinya kebijakan yang
artinya pandai, pengertian yang mendalam. (Amsal Bakhtiar,
2004: 4) Jadi filsafat berarti ingin mencapai pandai, cinta pada
kebijakan. Filsafat dapat diartikan sebagai suatu sikap yang sadar
dan dewasa dalam memikirkan sesuatu secara mendalam dan
sungguh-sungguh untuk melihat dan memandang sesuatu secara
luas dan menyeluruh dengan segala aspeknya.
Menurut pengertian umum, filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki hakekat segala sesuatu untuk memperoleh
kebenaran. Filsafat adalah ilmu pengetahuan tantang hakekat.
Ilmu pengetahuan tentang hakekat menanyakan apa hakekat
atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu.
Seorang yang berfilsafat dikatakan sebagai seorang yang
monolog. Monolog adalah proses dialog yang dilakukan orang
tersebut. Dalam hal ini dapat diilustrasikan sebagai seseorang
yang kakinya berpijak di bumi sedang kepalanya mengarah dan
matanya memandang bintang-bintang. Atau seseorang yang
sedang berdiri di puncak yang tinggi, memandang ke ngarai
dan lembah di bawahnya. Sesungguhnya dia ingin mengetahui
hakikat dirinya atau merasakan kehadirannya dalam kesemestaan
alam (makro-kosmos) yang ditatapnya.
Sedangkan pengertian hukum sebagaimana telah dijelaskan
terdahulu, demikian juga dengan J. Van Kan yang menjelaskan
bahwa hukum adalah himpunan peraturan-peraturan hidup yang
bersifat memaksa, berisi suatu perintah, larangan atau kebolehan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Hukum bertujuan
untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat. (Darji
Darmodiharjo dan Shidarta, 2004: 11)

92 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


Dalam konteks yang lebih modern, J. Van Kan menjelaskan
hukum sebagai keseluruhan ketentuan kehidupan yang bersifat
memaksa, yang melindungi kepentingan-kepentingan orang
dalam masyarakat
Dalam perspektif sejarah dapat diketahui bahwa fisafat
hukum pada awalnya adalah hukum alam yang sering di anggap
sebagai hukum yang sah. Hal ini berarti bahwa filsuf-filsuf zaman
itu memandang hukum alam sebagai suatu hukum tersendiri
yang terlepas dari hukum yang mengatur hidup bersama dalam
undang-undang.
Dalam kajian sejarah tentang hukum, di zaman Yunani-
Romawi hukum alam disamakan dengan prinsip-prinsip suatu
aturan ilahi yang terkandung dalam alam. Menurut pandangan
tokoh-tokoh filsuf Yunani kuno, terutama menurut filsafat Plato
dan Aristoteles, hukum ditanggapi sebagai pernyataan dari yang
ilahi. Demikian juga dalam filsafat stoa yang sangat berpengaruh
dalam kerajaan Romawi.
Dalam kajian filsafat pada Abad Pertengahan hukum
diartikan sebagai pernyataaan kehendak Allah dengan alam
dan manusia. Apakah itu hukum alam ataupun hukum positif
masing-masing memiliki kekuatan, walaupun masing-masing
memiliki tingkatan yang berbeda.
Seusai dengan pengertian filsafat dan hukum di atas,
menarik untuk dianalisis bagaimana sesungguhnya filsafat dan
hukum bersinergi sehingga dapat menghasilkan pengertian
filsafat hukum yang konprehenship.
Di dalam banyak literatur digambarkan bahwa filsafat
hukum sebagai suatu disiplin modern yang memiliki tugas untuk
menganalisis konsep-konsep perskriptif yang karena kajiannya
berkaitan erat dengan jurisfrudensi.
Sinonim dari filsafat hukum adalah legal philosophy, philosophy
of law, atau rechts filosofie. Ada banyak pendapat terkait dengan

Kerangka Kajian Tentang Hukum 93


filsafat hukum, ada yang mengatakan bahwa filsafat hukum
adalah ilmu, ada yang mengatakan filsafat teoritis, ada yang
berpendapat sebagai filsafat terapan dan filsafat praktis, ada
yang mengatakan sebagai subspecies dari filsafat etika, dan lain
sebagai nya (Astim Riyanto, 2003: 19.)
Secara sederhana, filsafat hukum dapat dikatakan sebagai
cabang filsafat yang mengatur tingkah laku atau etika yang
mempelajari hakikat hukum. Dengan kata lain, filsafat hukum
adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis. (R. Otje
Salman, 1987: 3)
Filsafat hukum adalah ilmu yang menyelidiki tentang
pernyataan-pernyataan yang sangat mendasar dari hukum dan
filsafat hukum dikatakan sebagai ilmu pengetahuan tentang
hakikat hukum yang ahkir penyelidikannya akan menemukan
dasar-dasar kekuatan mengikat dari hukum.

94 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


BAB VIII
PERBEDAAN PERATURAN HUKUM
BERDASARKAN LAPANGAN HUKUM

A. Hukum Perdata
Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan
antar perorangan di dalam masyarakat. Hukum perdata dalam
arti luas meliputi semua hukum privat materil dan dapat juga
dikatakan sebagai lawan dari hukum pidana. Pengertian hukum
perdata materil (hukum privat) adalah hukum yang memuat
segala peraturan yang mengatur hubungan secara orang per
orang di dalam masyarakat dalam kepentingan dari masing-
masing orang yang bersangkutan. Dapat dikatakan hukum
perdata dapat diartikan dalam artian luas maupun dalam artian
sempit; dalam arti luas dapat mencakup hukum perdata dalam
arti sempit dalam hukum dagang. (Hartono Hadisoeprapto,
2001: 80)
Selain ada hukum privat materil, ada juga hukum perdata
formil yang lebih dikenal dengan hukum acara perdata (HAP)
atau proses perdata yang artinya hukum yang memuat segala
peraturan yang mengatur bagaimana caranya melaksanakan
praktek di lingkungan pengadilan perdata.
Untuk mempertahankan hukum perdata materiil bila
terjadi pelanggaran oleh orang yang satu terhadap orang yang

Perbedaan Peraturan Hukum Berdasarkan Lapangan Hukum 95


lain dipergunakan cara-cara, seperti dengan perantaraan hakim
atau pengadilan, dengan perantaraan wasit atau arbiter dan
sebagainya. (Hartono Hadisoeprapto, 2001:81)
Secara termenologis, istilah hukum perdata didefinisikan
secara beragam sesuai perspektif atau sudut pandang terhadap
hukum perdata itu sendiri. Antara lain:
1. HFA. Vollmar: aturan-aturan atau norma-norma yang
memberi kan pembatasan dan oleh karenanya memberikan
perlindungan pada kepentingan perseorangan dalam
perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu
dengan yang lainnya dari orang-orang dalam suatu
masyarakat tertentu terutama yang mengenai hubungan
keluarga dan hubungan lalu lintas.
2. Sudikno Mertokusumo: hukum antara perorangan yang
mengatur hak dan kewajiban perorangan yang satu terhadap
yang lain di dalam hubungan keluarga dan di dalam
pergaulan masyarakat yang pelaksanaannya diserahkan
masing-masing pihak.
3. Salim HS: keseluruhan kaidah-kaidah hukum (tertulis/tidak
tertulis) yang mengatur hubungan antara subyek hukum
satu dengan subyek hukum yang lain dalam hubungan
kekeluargaan dan dalam pergaulan kemasyarakatan.
4. Titik Triwulan Tutik: hukum perdata adalah aturan yang
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Adanya kaidah hukum baik tertulis maupun tidak
tertulis,
b. Mengatur hubungan hukum antara subjek hukum yang
satu dengan subjek hukum yang lain,
c. Bidang hukum yang diatur dalam hukum perdata,
meliputi hukum orang, hukum keluarga, hukum benda
dan sebagainya.

96 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


- Ruang Lingkup Hukum Perdata
Kaidah hukum perdata dapat dilihat dari beberapa hal,
antara lain bentuk, subjek dan substansinya. Berdasarkan
bentuknya hukum perdata dapat dibedakan menjadi dua
macam: tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum perdata tertulis
terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat dan
yurisprudensi, sedangkan hukum perdata tidak tertulis adalah
kaidah-kaidah hukum perdata yang timbul, tumbuh, dan
berkembang dalam praktik kehidupan masyarakat (kebiasaan/
adat) seperti hukum adat dan hukum Islam.
Subjek hukum perdata terdiri atas: manusia dan badan
hukum. Manusia dalam istilah biologis dipersamakan dengan
orang atau individu dalam istilah yuridis. Hal ini karena
manusia memiliki hak-hak subjektif dan kewenangan hukum.
Sedangkan badan hukum adalah kumpulan orang-orang yang
memiliki tujuan-tujuan tertentu, harta, kekayaan, serta hak dan
kewajiban.
Substansi yang diatur dalam hukum perdata meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1) dalam hubungan keluarga
2) dalam pergaulan masyarakat.
Dalam hubungan keluarga, akan timbul hukum tentang
orang (badan pribadi) dan hukum keluarga, sedangkan dalam
pergaulan masyarakat akan menimbulkan hukum harta
kekayaan, hukum perikatan dan hukum waris.

- Sistematika Hukum Perdata


Menurut ilmu pengetahuan hukum, hukum perdata dapat
dibagi ke dalam empat bagian yaitu:
1) Hukum perorangan (personenrecht)
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang
seseorang manusia sebagai pendukung hak dan kewajiban

Perbedaan Peraturan Hukum Berdasarkan Lapangan Hukum 97


(subyek hukum), tentang umur, kecakapan untuk melakukan
perbuatan hukum, tempat tinggal (domisili) dan sebagainya.
2) Hukum keluarga (familierecht)
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur
hubungan hukum yang timbul karena hubungan keluarga/
kekeluargaan seperti perkawinan, perceraian, hubungan orang
tua dan anak, perwalian dan sebagainya.
3) Hukum harta kekayaan (vermogensrecht)
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur
hubungan hukum seseorang dalam lapangan harta kekayaan
seperti perjanjian, milik, gadai dan sebagainya.
4) Hukum Waris (arfrecht)
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur
tentang benda atau harta kekayaan seseorang yang telah
meninggal dunia, dengan kata lain, hukum yang mengatur
peralihan benda dari orang yang meninggal dunia kepada orang
yang masih hidup.
KUHPerdata atau Burgelijk Wetboek (BW) merupakan
ketentuan hukum produk Hindia Belanda yang diundangkan
tahun 1848, diberlakukan di Indonesia berdasarkan asas
konkordansi, Berdasarkan sistematika yang ada dalam KUH
perdata (BW), hukum perdata terdiri atas 4 (empat) buku,
yaitu:
1. Buku I perihal orang (van personen), yang membuat hukum
perorangan dan hukum kekeluargaan;
2. Buku II perihal benda (van zaken), yang memuat hukum
benda dan hukum waris;
3. Buku III perihal perikatan (van verbentennissen), yang
memuat hukum harta kekayan yang berkenaan dengan
hak-hak dan kewajiban yang berlaku bagi orang-orang atau
pihak-pihak tertentu;

98 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


4. Buku IV perihal pembuktian dan kadaluarsa (van bewijs en
varjaring), yang memuat perihal alat-alat pembuktian dan
akibat-akibat lewat waktu terhadap hubungan hukum.
Berdasarkan sistematika tersebut, substansi KUHPerdata
terdapat dalam dua bagian: Buku I, II dan III berisi ketentuan
hukum perdata materiil, sedangkan Buku IV, berisi ketentuan
hukum perdata formil.
Ditinjau dari segi perkembangannya, hukum perdata
Indonesia menunjukan tendensi perubahan. Sebagaimana
sistematika hukum perdata Belanda yang diundangkan pada
tanggal 3 Desember 1987 Stb. 590 dan mulai berlaku 1 April
1988 meliputi 5 buku, yaitu:
1. Buku I tentang hukum orang dan keluarga (personen-
familie-recht)
2. Buku II tentang hukum badan hukum (rechtspersoon)
3. Buku III tentang hukum hak kebendaan (van zaken)
4. Buku IV tentang hukum perikatan (van verbentennissen)
5. Buku V tentang daluarsa (van verjaring)
Dalam pembagian lain yang lain hukum perdata ditinjau
dari segi pembidangan isinya, dalam perkembangannya hukum
perdata di Indonesia dapat dibedakan atau dibagi menjadi
beberapa bagian antara lain: Bidang Hukum Keluarga yang
meliputi perkawinan, perceraian, harta bersama, kekuasaan
orang tua, kedudukan, pengampuan dan perwalian. Bidang
Hukum Waris, Hukum Benda. Bidang Hukum Jaminan, Bidang
Hukum Badan Hukum, Bidang Hukum Perikatan Umum, bidang
Hukum Perjanjian Khusus.

B. Hukum Pidana
Secara tradisional hukum pidana adalah hukum yang
memuat peraturan-peraturan yang mengandung keharusan

Perbedaan Peraturan Hukum Berdasarkan Lapangan Hukum 99


atau larangan terhadap pelanggaran mana, diancam dengan
hukuman yang berupa siksaan badan. (Samidjo, 1985: 1-2)
Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan
yang menentukan perbuatan apa yang dilarang dan termasuk
kedalam tindak pidana, serta menentukan hukuman apa yang
dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya.
Menurut Prof. Moeljatno, S.H Hukum Pidana adalah bagian
daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang
mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:
a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh
dilakukan dan yang dilarang dengan disertai ancaman atau
sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang
melanggar larangan tersebut.
b. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka
yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan
atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan
c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu
dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah
melanggar larangan tersebut.
Menurut Sudarsono, pada prinsipnya Hukum Pidana adalah
yang mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran terhadap
kepentingan umum dan perbuatan tersebut diancam dengan
pidana yang merupakan suatu penderitaan.
Hukum pidana dibedakan antara hukum pidana dalam arti
materiil dan hukum pidana dalam arti formil
a. Hukum pidana materiil adalah peraturan-peraturan yang
menegaskan perbuatan apa yang dapat dihukum, dengan
hukuman apa menghukum seseorang dan siapa yang dapat
dihukum.
b. Hukum pidana formil adalah hukum yang mengatur cara-
cara untuk menghukum seseorang yang melanggar peraturan

100 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


pidana (merupakan pelaksanaan dari hukum pidana materiil.
Contoh KUHAP (Samidjo, 1985: 85)
Dengan demikian hukum pidana bukanlah mengadakan
norma hukum sendiri, melaikan sudah terletak pada norma
lain dan sanksi pidana. Diadakan untuk menguatkan ditaatinya
norma-norma lain tersebut, misalnya norma agama dan
kesusilaan.

- Azas-azas Hukum Pidana


Dalam penerapan hukum pidana terdapat beberapa azas,
azas-azas tersebut adalah:
1. Asas Legalitas, tidak ada suatu perbuatan dapat dipidana
kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam Peraturan
Perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan itu
dilakukan. Jika sesudah perbuatan dilakukan ada perubahan
dalam Peraturan Perundang-undangan, maka yang dipakai
adalah aturan yang paling ringan sanksinya.
2. Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan, Untuk menjatuhkan
pidana kepada orang yang telah melakukan tindak pidana,
harus dilakukan bilamana ada unsur kesalahan pada diri
orang tersebut.
3. Asas teritorial, artinya ketentuan hukum pidana Indonesia
berlaku atas semua peristiwa pidana yang terjadi di daerah
yang menjadi wilayah teritorial Negara Kesatuan Republik
Indonesia, termasuk pula kapal berbendera Indonesia,
pesawat terbang Indonesia, dan gedung kedutaan dan konsul
Indonesia di negara asing.
4. Asas nasionalitas aktif, artinya ketentuan hukum pidana
Indonesia berlaku bagi semua WNI yang melakukan tindak
pidana dimana pun ia berada.

Perbedaan Peraturan Hukum Berdasarkan Lapangan Hukum 101


5. Asas nasionalitas pasif, artinya ketentuan hukum pidana
Indonesia berlaku bagi semua tindak pidana yang merugikan
kepentingan negara Inonesia.

- Macam-macam Hukuman Pidana


Mengenai hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap
seseorang yang telah bersalah melanggar ketentuan-ketentuan
dalam undang-undang hukum pidana, ditentukan macam-
macam hukuman yang dapat dijatuhkan, yaitu:

a. Hukuman-Hukuman Pokok
1. Hukuman mati, tentang hukuman mati ini terdapat negara-
negara yang telah menghapuskan bentuknya hukuman ini,
seperti Belanda, tetapi di Indonesia sendiri hukuman mati
ini kadang masih di berlakukan untuk beberapa hukuman
walaupun masih diliputi banyaknya pro-kontra terhadap
penerapannya.
2. Hukuman penjara, hukuman penjara sendiri dibedakan
kedalam hukuman penjara seumur hidup dan penjara
sementara. Hukuman penjara sementara minimal 1 tahun
dan maksimal 20 tahun. Terpidana wajib tinggal dalam
penjara selama masa hukuman dan wajib melakukan
pekerjaan yang ada di dalam maupun di luar penjara dan
terpidana tidak mempunyai Hak Vistol.
3. Hukuman kurungan, hukuman ini kondisinya tidak seberat
hukuman penjara dan dijatuhkan karena kejahatan-
kejahatan ringan atau pelanggaran. Biasanya terhukum
dapat memilih antara hukuman kurungan atau hukuman
denda. Bedanya hukuman kurungan dengan hukuman
penjara adalah pada hukuman kurungan terpidana tidak
dapat ditahan diluar tempat daerah tinggalnya kalau
ia tidak mau sedangkan pada hukuman penjara dapat
dipenjarakan dimana saja, pekerjaan paksa yang dibebankan

102 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


kepada terpidana penjara lebih berat dibandingkan dengan
pekerjaan yang harus dilakukan oleh terpidana kurungan
dan terpidana kurungan mempunyai Hak Vistol (hak untuk
memperbaiki nasib) sedangkan pada hukuman penjara tidak
demikian.
4. Hukuman denda, Dalam hal ini terpidana boleh memilih
sendiri antara denda dengan kurungan. Maksimum
kurungan pengganti denda adalah 6 Bulan.
5. Hukuman tutupan, hukuman ini dijatuhkan berdasarkan
alasan-asalan politik terhadap orang-orang yang telah
melakukan kejahatan yang diancam dengan hukuman
penjara.

b. Hukuman Tambahan
Hukuman tambahan tidak dapat dijatuhkan secara tersendiri
melainkan harus disertakan pada hukuman pokok, hukuman
tambahan tersebut antara lain:
1. Pencabutan hak-hak tertentu.
2. Penyitaan barang-barang tertentu.
3. Pengumuman keputusan hakim.

C. Hukum Tata Negara


Prof. Van Vollenhoven, Hukum Tata Negara adalah
hukum yang mengatur bentuk negara (keastuan atau federal),
dan bentuk pemerintahan (kerajaan atau republik), yang
menunjukan masyarakat hukum yang atasan maupun bawahan,
beserta tingkatan imbangannya, yang selanjutnya menegaskan
wilayah dan lingkungan rakyat dari masyarakat-masyarakat
hukum itu dan akhirnya menunjukan alat-alat perlengkapan dari
masyarakat-masyarakat hukum itu beserta susunan (terdiri dari
seorang atau sejumlah orang), wewenang, tingkatan imbangan
dari dan antara alat-alat perlengkapan. Jika hukum tata negara

Perbedaan Peraturan Hukum Berdasarkan Lapangan Hukum 103


diberi arti yang luas, maka hukum tata negara juga meliputi juga
hukum tata usaha. (Kusumadi Podjosewodjo, 2001: 71-72)
Menurut Miriam Budiardjo Hukum Tata Negara adalah
sekumpulan peraturan hukum yang mengatur organisasi dari
negara, hubungan antar alat perlengkap an negara dalam
garis vertical dan horizontal serta kedudukn warga negara dan
hak asasinya. Menurut Logemann Hukum Tata Negara adalah
hukum yang mengatur organisasi negara. Hukum Tata Negara
adalah hukum mengenai susunan suatu negara. Dimana negara
memperlihatkan tiga kenyataan:
(1) Kekuasaan Tertinggi.
(2) Wilayah yaitu lingkungan kekuasaan.
(3) Warga Negara.
Tentang Kekuasaan Tertinggi dan Legitimasi kekuasaan
tertinggi terdapat banyak teori, diantaranya:
a. Teori Teokrasi, mendasarkan (melegitimasi) kekuasaan negara
pada kehendak tuhan, tidak mungkin diadakan pemisahan
antara negara dan agama.
b. Teori Perjanjian, menitikberatakan kekuasaan negara
didasarkan atas suatu perjanjian yang dilak sanakan antara
anggota masyarakat.
c. Teori Rousseak yang paling berpengaruh diantara teori-teori
perjanjian lainnya. Dalam teori ini negara bersifat sebagai
wakil rakyat yang mempunyai kekuatan tertinggi. Negara
hendaknya merupakan demokrasi langsung.
Terbentuknya Negara Hukum didasari pada dua asas pokok,
yaitu:
a. Asas legalitas yaitu asas bahwa semua tindakan negara harus
didasarkan atas dan dibatasi oleh peraturan yaitu Rule of
Law.

104 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


b. Asas perlindungan kebebasan dan hak pokok manusia, semua
orang yang ada di wilayah negara dalam hal kebebasan dan
hak itu sesuai dengan kesejahterahan umum.
Kekuasaan tertinggi negara dilakukan dalam suatu wilayah
tertentu yaitu wilayah negara, tempat dimana kekuasaan tertinggi
itu dapat dijalankan secara efektif yaitu meliputu tanah dan
udara. Setiap negara berhak menggali kekayaan alam yang
terkandung dalam landasan laut sampai batas yang merupakan
wilayah negara

D. Hukum Administrasi Negara


Untuk dapat memahami Hukum Administrasi Negara
(HAN), perlu terlebih dahulu mengerti apa yang disebut
Administrasi Negara. Administrasi Negara adalah aktifitas-
aktifitas negara dalam melaksanakan kekuasaan-kekuasaan
politiknya. Dalam arti sempit adalah aktifitas-aktifitas badan-
badan eksekutif dan kehakiman. Dalam arti yang lebih
khusus lagi adalah aktifitas badan-badan eksekutif saja dalam
melaksanakan pemerintahan.
Utrech.T menggambarkan Administrasi Negara sebagai
kompleks Van Ambten (gabungan jabatan-jabatan yang
melaksana kan tugas pemerintahan) mempunyai arti yang
sempit yaitu hukum yang mengatur aktivitas badan-badan
eksekutif disebut Hukum Administrasi Negara (HAN). Hukum
Adminis trasi Negara merupakan keseluruhan peraturan-
peraturan Hukum yang mengatur cara bagaimana badan-badan
pemerintahan melaksanakan tugas pemerintahannya.
Hukum Administrasi Negara memiliki Dasar. Berikut dasar-
dasar HukumAdministrasi Negara:

Perbedaan Peraturan Hukum Berdasarkan Lapangan Hukum 105


1. Pengertian Asas, Norma dan Sanksi.
Asas adalah apa yang mengawali suatu kaidah atau awal
suatu kaidah. Norma adalah adalah suatu peraturan hukum
yang harus diturut dan dilindungi oleh sanksi. Sedangkan Sanksi
adalah ancaman hukuman atau hukuman yang dapat dikenakan
kepada seseorang atau lebih yang telah melkukan pelanggaran
terhadap norma.
Dapat dikatakan bahwa asas merupakan dasar dari norma
dan sanksi berfungsi melindungi norma karena memberikan
ancaman hukuman terhadap pelanggar norma.
Asas Hukum Administrasi Negara Indonesia ada yang
tertulis dan ada yang tidak tertulis.
a. Asas Hukum Tertulis:
1. Asas legalitas (pasal 1 ayat 3 UUD 1945)
2. Asas persamaan (pasal 27 ayat 1 UUD 1945)
3. Asas kebebasan (pasal 22 ayat 1 UUD1945)
b. Asas Hukum Tidak Tertulis:
1. Asas tidak boleh menyalahgunakan wewenang;
2. Asas tidak boleh menyerobot wewenang dan administrasi
negara yang satu oleh yang lainnya atau disebut asas exes
de pouvoir;
3. Asas upaya pemaksa atau asas bersanksi;
4. Asas nasionalisme;
5. Asas non diskriminasi;
6. Asas fungsi sosial dari tanah.
7. Asas domein negara (domein verlaring, pasal 1 agrarich
beslit, stb 1870-118);
8. Asas dikuasai negara (tercantum dalam pasal 33 ayat 3
UUD 1945, pasal 2 ayat 1 dan ayat 2);
9. Asas perlekatan;
10. Asas pemisahan horizontal;

106 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


2. Beberapa bagian Hukum Administrasi Negara:
1. Hukum Agraria;
2. Hukum Administrasi Perbendaharaan (hukum administrasi
keuangan, comptabele administratie-Recht);
3. Hukum Administrasi Permodalan dan Korporasi Asing
(Utrecht: Bab VIII).

3. Pengertian Hukum Administrasi Negara terdiri atas tiga


unsur:
1. Hukum Tata Pemerintahan, adalah hukum yang menjelaskan
aktivitas-aktivitas kekuasaan eksekutif (kekuasaan untuk
melaksanakan UU).
2. Hukum Administrasi negara dalam arti sempit, yaitu hukum
tata pengurusan rumah tangga negara (segala tugas-tugas
yang ditetapkan dengan Undang-undang sebagai urusan
negara).
3. Hukum Tata Usaha Negara, yaitu hukum mengenai surat
menyurat, rahasia dinas jabatan, kearsipan dan dokumentasi,
pelaporan-pelaporan dan statistik, tata cara penyimpanan
berita acara, pencatatan sipil, pencatatan nikah, dan
sebagainya.

4. Arti dan Peranan Hukum Administrasi Negara:


1. Sebagai Aparatur Negara
2. Sebagai Fungsi atau sebagai aktifis
3. Sebagai proses teknis penyelenggaraan
4. Objek Administrasi dapat digolongkan dalam tiga golongan
besar:
1- A d m i n i s t r a s i b e r o b j e k k e n e g a r a a n ( p u b l i c
administration)
a. Administrasi pemerintahan yang dapat dibagi:
b. Administrasi Sipil

Perbedaan Peraturan Hukum Berdasarkan Lapangan Hukum 107


c. Administrasi Militer: Angkatan Darat, Laut dan
Udara
d. Administrasi Kepolisian Negar
e. Administrasi Perusahaan Negara
2- Administrasi yang berobjek Private yang menyangkut
ke p e n t i n g a n p e r o r a n g a n ( B u s i n e s s / B u s i n e s s
Administration)
a. Administrasi Perusahaan
b. Administrasi Bukan Perusahaan (Non Business)
c. Administrasi Perguruan Swasta
d. Administrasi RS Swasta
e. Administrasi Hotel Swasta
3- Administrasi yang berobjek International.
a. Administrasi internasional (international
administration), dimaksudkan adalah kegiatan-
kegiatan dan tindakan-tindakan yang bersifat
internasional dan dilakukan oleh organisasi-
organisasi internasional pula untuk memenuhi
kepentingan dan kebutuhan negara-negara
anggotanya. Administrasi internasional meliputi:
b. Administrasi niaga internasional (business
international administration) adalah seluruh kegiatan
dan tindakan dari organisasi internasional dalam
bidang perniagaan dan atau perekonomian.
Misalnya: OPEC, MEE, IMF
c. Administrasi non niaga internasional (Non Business
International Administration), berupa kegiatan-
kegiatan dan tindakan-tindakan yang bersifat
internasional yang dilakukan oleh organisasi-
organisasi internasional baik di bidang usaha-usaha
sosial, budaya maupun kemasyarakatan lainnya.
Misalnya: UNICEF, UNISCO,

108 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia


DAFTAR PUSTAKA

Amsal Bakhtiar, 2004, Filsafat Ilmu, Raja Grafindo Persada,


Jakarta
Astim Riyanto, 2003, Filsafat Hukum, Yapemdo, Bandung
Asyhadi Zaeni, 2015, Pengantar Hukum Indonesia, Cet. 1, PT.
Rajagrafindo Persada, Jakarta
B. Arief Sidharta, Refleksi Tentang Hukum, 1999, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung
Chainnur Arrassjid, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar
Grafika, Jakarta
C.S.T Kansil, Drs.SH. 1989, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata
Hukum Indonesia, Cet. 8, Balai Pustaka, Jakarta.
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2004, Pokok-Pokok Filsafat
Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Dudu Duswara Machmudin, 2010, Pengantar Ilmu Hukum
(sebuah sketsa), Refika Aditama, Bandung.
Donald Arbert Rumokoy-Frans Maranis, 2014, Pengantar Ilmu
Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Hartono Hadiseoprapto, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Cet.
5 Liberty, Yogyakarta
H. Adiwarman Karim, 2008, Sejarah Pemikiran Ekonomi, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Ishaq, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Cet. I. Sinar Grafika,
Jakarta

Daftar Pustaka 109


JB Daliyo, 2001, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Prenhallindo,
Jakarta
Lasiyo dan yuwono, 1985, Pengantar Ilmu Filsafat, Cet. I,
Yogyakarta
Kusumadi Podjosewodjo, 2001, Pedoman Pelajaran Tata Hukum
Indonesia, Cet. 9 Sinar Grafika, Jakarta.
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Fajar
Interpratama Offset, Jakarta
Pipin Syarifin. 2009. Pengantar Ilmu Hukum. CV. Pustaka Setia,
Bandung
Purnadi Purbacaraka dan Soekanto, 1986, Sendi-sendi Ilmu
Hukum dan Tata Hukum, Alumni, Bandung
R. Soeroso. 2005. Pengantar Ilmu Hukum. Cet. VII. Sinar
Grafika, Jakarta
R. Otje Salman, 1987, Ikhtisar Filsafat Hukum, Armico,
Bandung
Samidjo, 1985, Ringkasan dan Tanya Jawab Hukum Pidana, CV
Armico, Bandung
Satjipto, Rahardjo, Prof., DR., SH.,2000, Ilmu Hukum, Penerbit
PT. Citra Aditya Bakti, Cet ke-v, Bandung
Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum, Liberty,
Yogyakarta
Saut P. Panjaitan,1998, Dasar-Dasar Ilmu Hukum (Asas,
Pengertian dan Sistematika) Universitas Sriwijaya,
Palembang
Sudarsono, 2001, Pengantar Ilmu Hukum, Chineka Cipta,
Jakarta
Soedjono Dirdjosisworo, 1983, Pengantar Ilmu Hukum, Rajawali
Pers, Jakarta.
Umar Said, 2009, Pengantar Hukum Indonesia Sejarah dan Dasar-
Dasar Tata Hukum Serta Politik Hukum Indonesia, Cetakan
Pertama, Setara Press, Malang

110 Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia

Anda mungkin juga menyukai