Penulis
Prof. Dr. HM. Fahmi Al Amruzi, M.Hum.
Penyunting
Dr. Jalaluddin, M.Hum
Layout
Ahmady Averoez
Desain Kover
RGB Desain
ISBN: 978-602-72411-xx-x
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah puji syukur disampaikan ke hadirat Allah
SWT. yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan
Buku Ajar Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar
Tata Hukum Indonesia (PIH/PTHI) untuk menjadi buku
pegangan bagi mahasiswa Fakultas Syari’ah UIN Antasari
Banjarmasin.
Buku ajar Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata
Hukum Indonesia (PIH/PTHI) ini merupakan kumpulan materi
tentang ilmu hukum dan disusun berdasarkan silabus mata
kuliah PIH/PTHI fakultas Syari’ah dengan cara mengumpulkan
dan mengambil dari bahan-bahan/buku-buku yang menjadi
literatur/referinsi wajib dan anjuran mata kuliah PIH/PTHI; baik
yang bersumber dari buku hukum, jurnal hukum dan referinsi
lain yang terkait.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan buku bahan
ajar ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik
berupa informasi, bahan yang digunakan baik yang berupa buku
dan lainnya, demikian juga kepada pimpinan UIN Antasari yang
telah memberikan bantuan dalam penerbitan buku bahan ajar
ini, dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
Selanjutnya penyusun juga menyadari bahwa dalam
penyajian bahan ajar ini masih terdapat kekurangan dan
Kata Pengantar v
kelemahannya, saran dan kritik sangat penyusun harapkan
demi kesempurnaan bahan ajar ini. Demikian juga penyusun
menyampaikan permohonan maaf jika seandainya terdapat
kesalahan dalam pengutipan atau pengambilan dari bahan
aslinya dalam penyusunan dan penyajian bahan ajar ini.
Semoga bahan ajar ini bermanfaat terutama bagi mahasiswa,
lebih-lebih bagi mahasiswa pemula dalam mempelajari hukum
khususnya PIH/PTHI untuk dapat mengenali dan memahami
sendi-sendi dan aspek-aspek dasar tentang hukum.
PIH/PTHI ix
penemuan hukum, dan beberapa bidang studi ilmu hukum
lainnya.
Mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata
Hukum Indonesia menjelaskan dan memberikan pemahaman
kepada mahasiswa bahwa hukum mengajarkan keadilan dan
persamaan, semua orang dipandang sama di depan hukum; tidak
membeda-bedakan apakah dia laki-laki atau perempuan. Dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di semua orang mendapat
hak dan kewajiban yang sama dan setara sesuai dengan tugas
dan fungsi yang diembannya.
C. Capaian Pembelajaran
1. Aspek Sikap dan Tata Nilai
Setetah mempelajari Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar
Tata Hukum Indonesia ini mahasiswa diharapkan dapat:
a. Memahami dan mengaflikasikan nilai-nilai hukum yang
berkeadilian dan mereflleksikan kesetaraan gender dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
b. Memiliki kemampuan untuk menerapkan nilai-nilai hukum
yang adil yang memandang kesamaan dan kesetaraan
gender.
c. Memiliki tanggungjawab moral sebagai seorang inteletual
yang mampu menganalisa permasalahan dan problematika
hukum yang terjadi terjadi dengan mengedepankan nilai-
nilai keadilan dan kesetaraan yang tidak membeda-bedakan
jenis kelamin dan status sosial yang ada.
2. Aspek Pengetahuan
Setelah mempelajari Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar
Tata Hukum Indonesia ini, diharapkan mahasiswa dapat:
3. Aspek Keterampilan
Setelah mempelajari mata kuliah pengantar ilmu hukum dan
pengantar tata hukum ini, diharapkan mahasiswa dapat:
a. Memecahkan masalah-masalah dan menyelesaikan persoalan
hukum yang terjadi di tengah masyarakat dengan adil.
b. Kritis dan objektif dalam menyikapi permasalahan-
permasalahan hukum terkait berbagai isu gender seperti:
ketimpangan, kesetaraan, dan atau keadilan.
PIH/PTHI xi
2. Membuat makalah kelompok dan mempresentasikannya di
depan diskusi kelas.
3. Mereview kasus-kasus hukum dan hasil putusan pengadilan
yang terkait materi perkuliahan sebagai pra syarat dan
sekaligus bahan UTS
4. Ujian Akhir Semester (UAS) dengan Mereview materi
perkuliahan dan menjawab soal yang diberikan.
E. Buku-Buku Rujukan
1. Amsal Bakhtiar, 2004, Filsafat Ilmu, Raja Grafindo Persada,
Jakarta
2. Astim Riyanto, 2003, Filsafat Hukum, Yapemdo, Bandung
3. Asyhadi Zaeni, 2015, Pengantar Hukum Indonesia, Cet. 1,
PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta
4. B. Arief Sidharta, Refleksi Tentang Hukum, 1999, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung
5. Chainnur Arrassjid, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar
Grafika, Jakarta
6. C.S.T Kansil, Drs.SH. 1989, Pengantar Ilmu Hukum Dan
Tata Hukum Indonesia, Cet. 8, Balai Pustaka, Jakarta.
7. Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2004, Pokok-Pokok
Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum
Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
8. Dudu Duswara Machmudin, 2010, Pengantar Ilmu Hukum
(sebuah sketsa), Refika Aditama, Bandung.
9. Donald Arbert Rumokoy-Frans Maranis, 2014, Pengantar
Ilmu Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
10. Hartono Hadiseoprapto, Pengantar Tata Hukum Indonesia,
Cet. 5 Liberty, Yogyakarta
11. H. Adiwarman Karim, 2008, Sejarah Pemikiran Ekonomi, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta
PIH/PTHI xiii
27. Umar Said, 2009, Pengantar Hukum Indonesia Sejarah dan
Dasar-Dasar Tata Hukum Serta Politik Hukum Indonesia,
Cetakan Pertama, Setara Press, Malang
G. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan adalah active learning,
dengan pendekatan student active learning. Mahasiswa adalah
mitra dosen dalam mendiskusikan berbagai hal terkait dengan
materi perkuliahan. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk
mengeksplorasi pengetahuan dan pengalaman, sedangkan
dosen berfungsi sebagai motivator dan fasilitator mahasiswa
agar menemukan berbagai pengetahuan melalui sumber-sumber
aktual dan terpercaya, dan mengaitkannya dengan fakta aktual
(sebagai respon/praktik) tentang apa yang terjadi di masyarakat
atau permaslahan hukum yang masih menjadi wacana. Metode
perkuliahan yang dapat digunakan antara lain:
1. Ceramah
2. Diskusi (Tanya Jawab)
3. Penugasan kelompok
4. Penugasan Individual
5. Presentasi makalah baik secara kelompok maupun
individu
PIH/PTHI xv
BAB I
PENGANTAR ILMU HUKUM
B. Ilmu Hukum
1. Pengertian Ilmu Hukum
Istilah Ilmu hukum merupakan terjemahan dari
Rechtswetenschap dalam bahasa Belanda atau Rechtswissenschaft
atau Jurisprudenz dalam bahasa Jerman atau terjemahan dari
Jurisprudence dalam bahasa Inggris. Istilah Rechtswetenschap
dan Rechtswissenschaft menunjuk pada pengertian ilmu tentang
hukum atau ilmu yang mempelajari hukum atau ilmu yang objek
kajiannya adalah hukum. Sedangkan istilah Jurisprudenz dalam
bahasa Jerman berarti ilmu hukum dalam arti yang sempit.
Sementara istilah Jurisprudence dalam bahasa Inggris, berasal
dari bahasa latin kata juris bahasa latin yang berarti hukum dan
prudence yang berarti pengetahuan. Jadi jurisprudence dapat
diartikan sebagai pengetahuan tentang hukum.
Sutjipto Rahardjo mengemukakan pendapatnya bahwa
ilmu hukum itu mencakup dan membicarakan segala hal yang
berhubungan dengan hukum. Menurut Bernard Arief Sidharta,
pengertian yang dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo hampir
sama dengan pengertian teori hukum dalam arti luas dan teori
I
lmu hukum sebagai ilmu normatif dapat diartikan sebagai
hukum yang tertulis yang dibuat secara resmi oleh lembaga
resmi dan diundangkan untuk diberlakukan dalam suatu
masyarakat. Hukum yang berlaku ditengah-tengan masyarakat
dalam kenyataannya, tidak hanya hukum yang tertulis yang
dibuat secara resmi oleh lembaga resmi tetapi juga terdapat
norma lainnya yang tidak tertulis dan berlaku di dalam
kehidupan masyarakat dan bahkan norma-norma tersebut
justru jauh lebih efektif dalam mengatur perilaku para anggota
masyarakat. Norma-norma tersebut pada hakekatnya bersifat
kemasyarakatan seperti adat istiadat, nilai-nilai keagamaan,
dikatakan demikian karena norma-norma tersebut selain
berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat juga merupakan
hasil dari kehidupan bermasyarakat. Norma-norma tersebut
merupakan manifestasi dari sistem nilai yang dianut oleh
masyarakat yang bersangkutan, dengan melalui sosialisasi yang
panjang norma-norma tersebut diinternalisasikan pada seluruh
anggota masyarakat.
Norma atau kaidah itu berisikan kehendak yang mengatur
perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya
A. Asas Hukum
Satjipto Rahardjo mengemukakan bahwa asas hukum bukan
merupakan norma hukum kongkrit, karena asas hukum adalah
jiwanya norma hukum. Asas hukum merupakan dasar lahirnya
peraturan hukum yang juga merupakan ratio legisnya hukum.
Pernyataan Satjipto Rahardjo tersebut menegaskan bahwa
semua peraturan hukum harus dapat dikembalikan pada
asas hukumnya. Contoh: pada asasnya undang-undang tidak
berlaku surut, sehingga peraturan hukumnya menjadi tiada satu
perbuatan pun dapat dihukum kecuali atas kekuatan undang-
undang yang telah ada sebelum perbuatan itu dilakukan.
Menurut Bellefroid, asas-asas hukum (rechts beginselen)
adalah “norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif”, dan
yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan
yang lebih umum. Asas hukum umum merupakan “pengendapan
hukum positif dalam suatu masyarakat” (Sudikno, 1988:32)
Asas hukum atau prinsip hukum bukanlah peraturan hukum
konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya
atau merupakan latar belakang dari pearaturan yang kongkrit
yang terdapat dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang
C. Hubungan Hukum
Hubungan hukum (rechtsbetrekkingen) adalah hubungan
antara dua subyek hukum atau lebih mengenai hak dan
kewajiban di satu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban
dipihak yang lain. (R. Soeroso. 2005: 269)
Hubungan hukum dapat terjadi diantara sesama subyek
hukum dan antara subyek hukum dengan barang. Hubungan
antara sesama subyek hukum dapat terjadi antara seseorang
dengan seorang lainnya, antara seseorang dengan suatu badan
hukum, dan anatara suatu badan hukum dengan badan hukum
lainnya. Sedangkan hubungan antara subyek hukum dengan
barang berupa hak apa yang dikuasai oleh subyek hukum itu atas
barang tersebut baik barang berwujud dan barang bergerak atau
tidak bergerak. (Peter Mahmud Marzuki, 2008: 254) Hubungan
hukum dapat terjadi diantara sesama subyek hukum dan antara
subyek hukum dengan barang.
Oleh karena itu Hubungan hukum ialah hubungan antara
dua atau lebih subyek hukum. Dalam hubungan hukum ini hak
dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan
kewajiban yang lain (Soeroso, 2005: 269)
Dalam hal ini terdapat dua pihak yaitu pihak yang berhak
meminta prestasi (Prestatie Subject) dan pihak yang wajib
melakukan pestasi (Plishts Subjject). Pendapat ini dikemukakan
D. Sistem Hukum
Menurut Sudikno Mertukusumo: Sistem hukum adalah
suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai
interaksi satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai
A. Hukum
Banyak rumusan tentang hukum yang dikemukakan pa
ahli, antara satu dengan yang lainnya ada memiliki persamaan
dan bahkan saling berbeda, hal ini terjadi dari mana orang
memandang tentang hukum itu. Hal ini menunjukkan bahwa
betapa luasnya lapangan hukum itu. Berdasarkan kenyataan itu
maka berlakulah adagium yang menyatakan: ubi ius-ubi-societas
“ada hukum ada masyarakat.
Immanuel Kant mengatakan “Noch Suchen die Juristen eine
Definition zu Ihren Begriffe Von Reech”. Artinya: Para Juris masih
mencari suatu definisi mengenai pengertian tentang hukum.(R.
Seoroso, 1993: 23)
Dengan demikian wajar kalau akan banyak ditemui definisi
yang berbeda yang disampaikan oleh para ahli, perbedaan itu
terjadi karena:
1. berbeda sudut pandang dan latar belakang mereka masing-
masing
2. hukum gejala sosial yang selalu berubah mengikuti
perkembangan yang ada dalam masyarakat yang banyak
dipengaruhi oleh zamannya.
B. Sumber Hukum
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat
menimbulkan aturan-aturan hukum yaitu aturan yang
mempunyai kekuasaan hukum yang bersifat nyata dan tegas;
memiliki kekuatan yang memaksa.(R.Suroso, 2005: 117-118)
Dalam definisi yang lain sumber hukum diartikan dengan
segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-
Ad. 1. Undang-undang
Undang-undang adalah suatu peraturan negara yang
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat diadakan, dan
dipelihara oleh penguasa negara.
Dalam arti materiil yang dinamakan undang-undang adalah
keputusan dan ketetapan penguasa, yang dilihat dari isinya
disebut undang-undang dan mengikat setiap orang secara
umum.
Undang-undang dalam arti formal adalah keputusan
penguasa yang dilihat dari bentuk dan cara terjadinya. Jadi
undang-undang dalam arti formal tidak lain adalah merupakan
ketetapan penguasa yang memperoleh sebutan “undang-undang”
karena cara pembentukannya.
Berlakunya sebuah undang-undang harus memenuhi
persyaratan tertentu, persyaratan dimaksud adalah:
a. Syarat mutlaknya yaitu diundangkan dalam lembaran negara
dan diundangkan oleh sekretaris Negara
Macam-macam yurisprudensi:
1) Yurisprudensi tetap
Keputusan hakim yang yang terjadi karena rangkaian
keputusan yang serupa atau serentetan-serentetan keputusan
yang sama yng terjadi yang menjadi dasar bagi pengadilan
2) Yurisprudensi tidak tetap.
Keputusan hakim yang tidak digunakan sebagai dasar
keputusan berikutnya di pengadilan
Disamping itu yurisprudensi dapat pula berarti ajaran hukum
atau doktrin yang dimuat dalam keputusan. Dalam kaitannya
sebagai sumber hukum yurisprudensi yang dimaksud adalah
yurisprudensi keputusan pengadilan.
Yurisprunsi merupakan produk yudikatif yang berisi kaida-
kaidah peraturan hukum yang mengikat pihak-pihak yang
bersangkutan. Berbeda dengan undang-undang yang merupakan
produk legislatif dan mengikat kepada setiap orang.
Putusan pengadilan sebagai produk yudikatif hanya beralaku
bagi para pihak yang berperkara. Putusan pengadilan berisi
kaidah hukum sehingga putusan pengadilan adalah hukum sejak
Ad. 3. Kebiasaan
Kebiasaan atau tradisi adalah perbuatan manusia mengenai
hal-hal tertentu yang dilakukan secara berulang-ulang, tetap
dan ajeg. Apabila hal tersebut diterima oleh masyarakat dan
selalu dilakukan berulang-ulang dengan sedemikian rupa
sehingga apabila ada hal yang bertentangan dengan kebiasaan
dirasakan sebagai pelanggaran kebiasaan hukum. Jadi kebiasaan
yang diterima oleh suatu masyarakat selalu dilakukan orang
lain sedemikian rupa sehingga masyarakat beranggapan bahwa
memang harus berlaku demikian.
Disamping kebiasaan ada juga peraturan yang mengatur
kebiasaan masyarakat yakni adat istiadat. Berbeda dengan adat
istiadat, maka adat istiadat merupakan himpunan yang sejak
lama ada dalam masyarakat, dan merupakan tradisi serta banyak
yang berbau sacral, dan yang mengatur tata tertib kehidupan
masyarakat tertentu yang merupakan adat secara turun menurun
hidup dan menjdi hukum adat, jika melanggar mendapat sanksi
hukum.
Ad. 4. Perjanjian
Perjanjian adalah suatu perjanjian yang diadakan oleh
dua orang/lebih yang menyebabkan pihak yang satu berhak
atas sesuatu yang disebut dengan kreditur dan pihak lain
berkewajiban untuk melakukan atau memberikan sesuatu yang
disebut debitur.
Kewajiban yang harus ditunaikan oleh salah satu pihak
disebut Prestasi yang dapat berwujud memberikan sesuatu,
berbuat sesuatu, untuk tidak berbuat sesuatu. Seorang yang
ingkar janji disebut Wanprestasi, sebelum orang melakukan
ingkar janji maka dilakukan teguran yang disebut Somatie.
A. Tujuan Hukum
Hukum sebagai sebuah ilmu dan sekaligus juga sebagai
sebuah lembaga tentu saja memiliki tujuan-tujuan tertentu,
tujuan-tujuan hukum tersebut dapat diketahui sebagaimana
dijelaskan oleh para ahli, diantara mereka adalah:
1. Van Appeldorn
Hukum digunakan untuk mengatur masyarakat secara tertib
dan damai dengan cara melindungi kepentingan hukum
manusia terpenuhi.
Yang dilindungi antara lain: harta benda, kehormatan, dan
kemerdekaan.
2. Bellefroit
Hukum harus memenuhi dua tujuan yaitu, keadilan dan
pemanfaatan.
3. Utrecht
Hukum menjamin adanya kepastian hukum dalam pergaulan
manusia.
4. Bentham
Hukum bertujuan mewujudkan semata-mata yang berfaedah
saja, jadi hukum bertujuan menjamin kebahagiaan sebesar-
besarnya dan bagi seorang sebanyak-banyaknya.
B. Fungsi Hukum
Dalam sejarah pemikiran ilmu hukum terdapat dua paham
yang berbeda yaitu:
1. Menurut Mazhab Sejarah dan Kebudayaan (Cultuur
histirische school) oleh Frederich Carl Von Savigny (1799-
1861), seorang ahli hukum jerman. Pendapatnya, bahwa
fungsi hukum hanyalah mengikuti perubahan-perubahan itu
dan sedapat mungkin mengesahkan perubahan-perubahan
yang terjadi dalam masyarakat.
2. Jeremy Bentham (1748-1852) ahli hukum Inggris, dan
dikembangkan oleh Roscoe Pound (1870-1964) ahli hukum
USA dari aliran Sociological Jurisprudience. Pendapatnya,
bahwa hukum berfungsi sebagai sarana untuk melakukan
perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Sementara menurut Sarjono Soekanto, dalam pandagan
para ahli hukum terdapat dua bidang kajian yang meletakan
fungsi hukum di dalamnya yaitu:
1. Terhadap bidang-bidang kehidupan masyarakat yang
sifatnya netral (duniawi, lahiriah), hukum berfungsi sebagai
sarana untuk melakukan perubahan masyarakat (social
engineering);
2. Terhadap bidang-bidang kehidupan masyarakat yang sifatnya
peka (sensitive, rohaniah), hukum berfungsi sebagai sarana
untuk melakukan pengendalian sosial (social control).
Selain dari itu juga dijelaskan bahwa hukum masih memiliki
fungsi lainnya, yaitu:
A. Teori Hukum
Teori (theoria) dalam bahasa latin berarti perenungan,
thea dalam bahasa Yunani berarti cara atau hasil pandang.
Suatu konstruksi di alam cita atau ide manusia (realitas in
abstracto), dibangun dengan maksud untuk menggambarkan
secara reflekftif fenomena yang dijumpai di alam pengalaman,
alam yang tersimak bersaranakan indera manusia; realitas in
concreto.
Konstruksi di alam idea manusia itu yang harus dipandang
sebagai kebenaran pertama yang original dan mutlak sifatnya
(Plato, T. Aquino, Hegel: paham idealism; a priori), sedangkan
realitas di alam pengalaman yang dibangun berdasarkan hasil-
hasil amatan indrawi itu hanya refleksinya yang virtual alias
maya.
Seluruh proses pemikiran yang berawal dari suatu proposisi
bahwa alam pengalaman itulah yang harus dipandang sebagai
sumber segala kebenaran yang akhir dan sejati (August Comte
-positivisisme, David Hume: paham empirisme; a posteoriori).
Menurut Neuman: Teori adalah suatu sistem yang tersusun
oleh berbagai abstraksi yg berinterkoneksi satu sama lainnya atau
B. Sosiologi Hukum
Banyak ahli yang memberikan definisi sosiologi hukum,
diantara mereka adalah:
1. Soerjono Soekanto: Suatu cabang ilmu pengetahuan
yang secara analitis dan empiris yang menganalisis atau
mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan
gejala-gejala sosial lainnya.
2. Satjipto Rahadjo: Sosiologi hukum adalah pengeta huan
hukum pada pola perilaku masyarakat dalam konteks
sosialnya.
3. Otje Salman: Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala
sosial lainnya secara empiris analitis.
4. H.L.A. Hart: Suatu konsep tentang hukum yang mengandung
unsur-unsur kekuasaan yang terpusatkan kepada kewajiban
tertentu didalam gejala hukum yang tampak dari kehidupan
bermasyarakat. Menurut Hart, inti dari suatu sistem hukum
terletak pada kesatuan antara aturan utama (primary rules)
dan aturan tambahan (secondary rules).
5. Alvin S. Johnson: Sosiologi hukum adalah ilmu sosiologi
yang menjalin kerja sama dengan ilmu hukum, sehingga
memperjelas pengertian hukum dan segala aspek yang
C. Antropologi Hukum
Antropologi hukum memiliki kesamaan dengan dengan
sosiologi hukum, oleh karena kedua-duanya ingin mengerti dan
kemudian bisa menjelaskan fenomena hukum itu dan bukannya
untuk memakai peraturan-peraturan hukum yang kongkrit itu
bagi mengarahkan tingkah laku manusia. Dengan demikian
kedua-duanya juga akan bertemu dalam pandangan pendekatan,
D. Psikologi Hukum
Psikologi berarti mengenal manusia dalam arti memahami,
menguraikan dan memaparkan manusia sebagai individu dan
sosial serta berbagai macam tingkah laku dan kepribadian
manusia, juga seluruh aspek-aspeknya. Psyche (jiwa) adalah
kekuatan hidup atau sebabnya hidup (anima).
Dari pengertian-pengertian psikologi yang telah disebutkan
di atas, penulis berpendapat antara psikologi dan hukum dari
sudut kajiannya adalah keduanya mengkaji gejala-gejala sosial,
hal ini jika menilik kembali pengertian hukum secara empirik.
Keduanya memfokuskan diri pada perilaku manusia, yang
berusaha menyelesaikan masalah serta memperbaiki kondisi
manusia. Craig Haney menyatakan “bahwa psikologi bersifat
deskriptif dan hukum bersifat perskriptif ” (Haney: 1981
E. Sejarah Hukum
Sejarah hukum adalah bidang studi tentang bagaimana
hukum berkembang dan apa yang menyebabkan perubahannya.
Sejarah hu kum erat terkait dengan perkembangan peradaban
dan ditempatkan dalam konteks yang lebih luas dari sejarah
sosial. Di antara sejumlah ahli dan pakar sejarah tentang proses
hukum, sejarah hukum dipandang sebagai catatan mengenai
evolusi hukum dan penjelasan teknis tentang bagaimana
hukum-hukum ini berkembang dengan pandangan tentang
pemahaman yang lebih baik mengenai asal usul dari berbagai
konsep hukum.
Sejarah hukum juga menyelidiki sistem-sistem hukum
yang pernah berlaku dan berkembang dalam suatu masyarakat
(sehingga dapat diketahui system hukum yang berkembang saat
kini)
Sejarah hukum sebagai suatu metode dan ilmu yang
merupakan cabang dari ilmu sejarah yang mempelajari,
menganalisis, memverifikasi, menginterpretasi, menyusun dalil
dan kecederungan, dan menarik kesimpulan tertentu tentang
setiap kata, konsep, kaidah dan aturan yang berkenaan dengan
hukum yang pernah berlaku, baik secara kronologis dan
sistematis, beikut sebab akibat dan ketersentuhannya dengan
bidang lain dari hukum.
Sejarah hukum juga mempelajari proses terjadi dan
pelaksanaan sejarah di masa lalu dan perkembangannya serta
keterkaitannya dengan apa yang terjadi masa kini, baik seperti
yang terdapat dalam literatur, naskah dan bahkan tuturan
lisan, terutama perkenannya atas karakteristik keunikan
F. Perbandingan Hukum
Perbandingan hukum menyelidiki persamaan dan perbedaan
unsur-unsur sistem hukum. Perbandingan hukum adalah
G. Politik Hukum
Politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa yang
seharusnya dilakukan terhadap hukum yang berlaku pada saat
ini. Istilah politik hukum terdiri dari dua kata yaitu politik dan
hukum. Terhadap dua kata tersebut para ahli menganggap bahwa
hukum dan politik merupakan satu kesatuan yang paradok.
Hukum adalah segala sesuatu yang sudah pasti kejelasannya,
sementara kata politik mengandung unsur-unsur ketidakpastian
dan selalu berubah-ubah seiring dengan perubahan dan
berjalannya waktu dan silih bergantinya para pelaku di panggung
politik itu sendiri.
Pada tahun 1953, Bellefroid telah memperkenalkan istilah
rechtspolitiek untuk politik hukum sebagai salah satu istilah yang
mandiri. Bellefroid dalam bukunya Inleinding Tot de Fechts Weten
Schap in Nederland, mengutarakan posisi politik hukum dalam
pohon ilmu hukum sebagai ilmu. Politik hukum merupakan
salah satu cabang atau bagian dari ilmu hukum, menurutnya
ilmu hukum terbagi atas Dogmatika Hukum, Sejarah Hukum,
Perbandingan Hukum, Politik Hukum, Ilmu Hukum Umum.
H. Filsafat Hukum
Dalam memberikan definisi filsafat hukum tentunya sangat
bijak kalau dipahami terlebih dahulu pengertian tentang filsafat
dan pengertian tentang hukum.
Kata filsafat, dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah
falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
philosophy yang berasal dari bahasa Yunani philosophia, kata
A. Hukum Perdata
Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan
antar perorangan di dalam masyarakat. Hukum perdata dalam
arti luas meliputi semua hukum privat materil dan dapat juga
dikatakan sebagai lawan dari hukum pidana. Pengertian hukum
perdata materil (hukum privat) adalah hukum yang memuat
segala peraturan yang mengatur hubungan secara orang per
orang di dalam masyarakat dalam kepentingan dari masing-
masing orang yang bersangkutan. Dapat dikatakan hukum
perdata dapat diartikan dalam artian luas maupun dalam artian
sempit; dalam arti luas dapat mencakup hukum perdata dalam
arti sempit dalam hukum dagang. (Hartono Hadisoeprapto,
2001: 80)
Selain ada hukum privat materil, ada juga hukum perdata
formil yang lebih dikenal dengan hukum acara perdata (HAP)
atau proses perdata yang artinya hukum yang memuat segala
peraturan yang mengatur bagaimana caranya melaksanakan
praktek di lingkungan pengadilan perdata.
Untuk mempertahankan hukum perdata materiil bila
terjadi pelanggaran oleh orang yang satu terhadap orang yang
B. Hukum Pidana
Secara tradisional hukum pidana adalah hukum yang
memuat peraturan-peraturan yang mengandung keharusan
a. Hukuman-Hukuman Pokok
1. Hukuman mati, tentang hukuman mati ini terdapat negara-
negara yang telah menghapuskan bentuknya hukuman ini,
seperti Belanda, tetapi di Indonesia sendiri hukuman mati
ini kadang masih di berlakukan untuk beberapa hukuman
walaupun masih diliputi banyaknya pro-kontra terhadap
penerapannya.
2. Hukuman penjara, hukuman penjara sendiri dibedakan
kedalam hukuman penjara seumur hidup dan penjara
sementara. Hukuman penjara sementara minimal 1 tahun
dan maksimal 20 tahun. Terpidana wajib tinggal dalam
penjara selama masa hukuman dan wajib melakukan
pekerjaan yang ada di dalam maupun di luar penjara dan
terpidana tidak mempunyai Hak Vistol.
3. Hukuman kurungan, hukuman ini kondisinya tidak seberat
hukuman penjara dan dijatuhkan karena kejahatan-
kejahatan ringan atau pelanggaran. Biasanya terhukum
dapat memilih antara hukuman kurungan atau hukuman
denda. Bedanya hukuman kurungan dengan hukuman
penjara adalah pada hukuman kurungan terpidana tidak
dapat ditahan diluar tempat daerah tinggalnya kalau
ia tidak mau sedangkan pada hukuman penjara dapat
dipenjarakan dimana saja, pekerjaan paksa yang dibebankan
b. Hukuman Tambahan
Hukuman tambahan tidak dapat dijatuhkan secara tersendiri
melainkan harus disertakan pada hukuman pokok, hukuman
tambahan tersebut antara lain:
1. Pencabutan hak-hak tertentu.
2. Penyitaan barang-barang tertentu.
3. Pengumuman keputusan hakim.