Anda di halaman 1dari 153

LEMBAGA PENERBITAN

UNIVERSITAS NASIONAL
BUKU PANDUAN
MAGANG CALON ADVOKAT
PERHIMPUNAN ADVOKAT INDONESIA

(P E R A D I)

Mustakim, S.H., M.H.

LEMBAGA PENERBITAN
UNIVERSITAS NASIONAL

i
BUKU PANDUAN
MAGANG CALON ADVOKAT
PERHIMPUNAN ADVOKAT INDONESIA

Oleh : Mustakim, S.H., M.H.

ISBN/KDT : .............................................
Perpustakaan Nasional : Kataloq Dalam Terbitan (KDT)
Cetakan kedua : Februari 2019

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbnyak buku ini sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk dan dengan cara apapun termasuk dengan cara
mengunakan mesin fotocopy, tanpa seizin dari penerbit

LEMBAGA PENERBITAN
UNIVERSITAS NASIONAL

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allas Swt Tuhan Yang


Maha Esa, atas limpahan rahmat dan hidayahnya, akhirnya buku
berjudul “BUKU PANDUAN MAGANG CALON ADVOKAT PERHIMPUNAN
ADVOKAT INDONESIA ” dapat terselesaikan. Buku ini sengaja
Penulis buat untuk memberikan kemudahan bagi Para Calon
Advokat untuk lebih memahami dan memenuhi syarat
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 18
tahun 2003 tentang Advokat. Walaunpun ketentuan-ketentuan
hukum berkenaan dengan profesi advokat telah dimuat dalam
buku KITAB ADVOKAT INDONESIA, hal tersebut sebagai wujud
kecintaan dan kepedulian terhadap eksistensi dan profesionalisme
profesi advokat mendatang.

Selain itu banyaknya fakta yang Penulis lihat, dengar dan


ketahui tentang banyaknya Calon Advokat yang belum mengetahui
secara jelas mengenai bagaimana pelaksanaan magang bagi calon-
calon Advokat yang telah dinyatakan lulus Ujian Profesi Advokat
yang dilaksanakan oleh PERADI sebagai satu-satunya wadah
tunggal wujud implementasi dari Undang-Undang No. 18 tahun
2003 tentang Advokat.

Materi yang dimuat memberikan gambaran umum mengenai


hal-hal yang menyangkut profesi advokat, khususnya mengenai
bagaimana mempersiapkan dan memehami tahapan untuk
diangkat sebagai seorang Advokat. Selain itu, buku ini memberikan
ulasan mengenai Eksistenssi PERADI sebagai Organisasi Advokat
Indonesia serta Langkah-Langkah Pelaksanaan Magang.

Ucapan terima kasih Penulis juga sampaikan kepada Dr. H.


Fauzie Yusuf Hasibuan, S.H.,M.H. sebagai Pimpinan Kantor Hukum
FAUZIE & PARTNERS dan sekaligus Ketua Umum Perhimpunan
Advokat Indonesia, sebelumnya Ketua Komisi Pendidikan Khusus
Profesi Advokat (KP2AI) PERADI, yang selalu memberikan arahan
dan bimbingannya dan sumbangan buku-buku, sehingga buku ini
dapat disajikan sesuai dengan kondisi saat ini. Rekan-Rekan Fauzie
& Partners Rekan Erik Prabualdi, S.H, Rini Tarigan, AMD, S..H,
Daniel Kurniawan, S.H., Bajonga Aprianto, S.H, dan Indra, serta
seluruh rekan-rekan yang tidak dapat Penulis sebutkan satu
persatu.

iii
Ucapan terima kasih, Penulis sampaikan kepada Istri
Tercinta IDA ZAHROTU SAIDAH, S.H.,M.H, Anakku tercinta ananda
“KHAIRUL AZZAM MUSTAQIM”, “HANIF PANGESTU” DAN
Almarhumah “NADHIROTUL AQILA” senantiasa memberikan
semangat dan spirit, sehingga buku ini dapat terselesaikan.

Buku ini sebetulnya telah rampung ketika anak pertama


lahir, namun karena berbagai faktor, buku ini baru dapat terbit,
itupun karena dorongan motivasi dan harapan Penulis supaya
buku ini dapat berguna bagi Calon Advokat.

Akhirnya Penulis rencakan terbit Buku ini belum sempurna,


ibarat pepatah “tak ada gading yang tak retak”. Akhirnya Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan
buku ini hingga mencapai tingkat kesempurnaan yang maksimal.
Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi Masyarakat khususnya
Calon Advokat Indonesia serta menjadi pahala bagi Penulis.

Jakarta, Februari 2019


Penulis

Mustakim, S.H., M.H.

iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
BAB I TINJAUAN UMUM PROFESI ADVOKAT INDONESIA ........... 1
A. Pengertian Advokat ................................................................... 1
B. Pengangkatan Advokat ............................................................ 7
C. Tugas dan Fungsi Advokat ................................................... 8

BAB II PERKEMBANGAN ORGANISASI ADVOKAT DI INDONESIA 14


A. Sejarah Organisasi Advokat di Indonesia ............................ 14
B. Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) .......................... 15
C. Eksistensi PERADI Sebagai Wadah Tunggal .......................... 18

BAB III LANGKAH MENJADI ADVOKAT PERHIMPUAN


ADVOKAT INDONESIA (PERADI) ................................................ 23
A. Berlatar Belakang Pendidikan Hukum (Sarjana Hukum) ... 23
B. Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) ........................ 24
C. Panitia Ujian (PUPA) PERADI ................................................... 28
D. Pelaksanaan Magang Calon Advokat PERADI ....................... 29
1. Calon Advokat Magang ....................................................... 29
2. Syarat Magang Calon Advokat .......................................... 32
3. Tempat Magang .................................................................... 33
4. Advokat Pendamping .......................................................... 34
5. Izn SementaraPelaporan Pelaksanaan Magang .............. 37
6. Pelaporan Pelaksanaan Magang ........................................ 37
7. Contoh Surat Kuasa dan Gugatan Perdata .................... 39
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55
RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................ 59

v
BAB I
TINJAUAN UMUM
PROFESI ADVOKAT INDONESIA

A. Pengertian Advokat
Kata advokat berasal dari bahasa latin advocare,
yang berarti to defend, to call to one’s aid, to vouch or to
warrant. Sedangkan dalam bahasa Inggris Advocate,
berarti to speak in favor of or defend by argument, to
support, indicate or recommend publicly.1

Advokat dan pengacara sebagai profesi hukum


dalam sejarahnya telah dikenal dengan istilah advocaat
dan procureur di negarra Belanda, barrister and solicitor di
Inggris, advocate di Singgapura dan lawyer di Amerika
yang sekarang lazim digunakan secara internasional.
Dalam perkembangannya semua istilah itu diseragamkan

1
Khaerul H. Tanjung, Sejarah Hukum Advokat Indonesia, Januari
2007, di dowload Penulis pada tanggal 1 Juni 2009 di
www.google.com. Penjelasan lain lihat juga Edi Suharta, Filosif
dan Peran Advokasi dalam Mendukung Program Pemberdayaan
masyarakat tahun 2005, hal. 2 dan Sheafor W, Bradflord, Charles
R. Horejsi dan Gloria A. Horejsi, Techniques and Guedelines for
Social Work Practice, 2000.
1
dengan memakai istilah advokat/avocaat/advocet atau
lawyer yang lazim digunakan hampir semua negara.2

Dalam bahasa Indonesia, lawyers diterjemahkam


menjadi”pengacara”, kadang juga disebut “advokat”,
:ajuster”, „pembela”, “penasehat hukum”, “prokol”. 3

Dalam praktek hukum di Indonesia, istilah-istilah


diatas mempunyai perbedaan pengertian yang cukup
bermakna, walaupun dalam bahasa Inggris semua istilah
secara umum disebut sebagai lawyer atau ahli hukum.
Perbedaan pengertian disini adalah antara peran yang
diberikan oleh lawyer yang memakai istilah advokat,
pengacara dan penasehat hukum yang dalam bahasa
Inggris disebut trial lawyer atau secara spesifik di Amerika
dikenal dengan istilah attorney at law serta di Inggris
dikenal istilah barrister, dan peran yang diberikan oleh
lawyer yang menggunakan istilah konsultanhukum yang di

2
Fauzie Yusuf Hasibuan, Strategi Penegakan Hukum, (Jakarta :
Fauzie & Partners, 2002,), hal. 42.
3
Ari Yusuf Amir, Strategi Bisnis Jasa Advokat, (Jakarta : NAVILA
IDEA, 2008), hal 16.
2
Amerika dikenal dengan istilah counselor at law atau di
Inggris dikenal dengan istilah solicitor.4

Secara histories advokat adalah salah satu


profesi yang tertua. Dalam perjalanannya profesi ini
dinamai sebagai officum nobile, jabatan yang mulia.
Penamaan ini adalah karena aspek “kepercayaan” dari
pemberi kuasa yang dijalankan untuk mempertahankan
dan memperjuangkan hak-hak nya di forum yang telah
ditentukan.5

Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 18


Tahun 2003 tentang Advokat, istilah-istilah Advokat,
pengacara, Penasehat Hukum, Konsultan Hukum memiliki
perbedaan pengertian yang cukup bermakna.6 Dalam
berbagai ketentuan perundang-undangan terdapat
inkonsistensi sebutan, misalnya dalam undang-undang
Kekuasaan Kehakiman (UU No. 14 Tahun 1974 Jo. UU No.

4
Khaerul H. Tanjung, Loc, Cit. Lihat juga Frans Hindra Winata,
Op, Cit, hal.
5
Luhut M.P. Pangaribuan, Advokat dan Contempt of Court : suatu
proses di Dewan Kehormatan Profesi,(Jakartan : Djambatan,
1996), hal. 1.
6
Yudha Pandu, Klien dan Advokat, (Jakarta :PT. Abadi, 2004), hal.
9.
3
35 Tahun 1999 Jo. UU No. 4 Tahun 2004) menggunakan
istilah Penasihat Hukum, KUHAP menggunakan istilah
Penasehat Hukum, Sedang dalam UU MA namun dalam
administratif menggunakan kata pengacara atau advokat.7
Ketidak konsistenan tersebut apat terlihat dari pengertian
di bawah ini:
a. Advokat adalah orang yang mewakili kliennya untuk
melakukan tindakan hukum berdasarkan surat kuasa
yang diberikan untuk pembelaan atau penuntutan
pada acara persidangan di pengadilan atau beracara di
Pengadilan.8
b. Menurut Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) pada bab I
Pasal 1 ayat (1) Anggaran Dasar AAI advokat diartikan,
termasuk penasehat hukum, pengacara, pengacara
praktik dan konsultan hukum.9
c. Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang Undang-
Undang Hukum Acara Pidana menyatakan bahwa “
seorang penasehat hukum adalah seorang yang
memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau

7
Ibid., hal. 1-2.
8
Yudha Pandu, Klien dan Penasehat hukum dalam Perspektif
Masa Kini, (Jakarta : PT. Abadi Jaya. 2001), hal 11.
9
Ibid., hal.12-13.

4
berdasarkan undang-undang untuk memberikan
bantuan hokum.
d. Berdasarkan Undang-Undang No. 18 tahun 2003
tentang advokat, Pasal 1 ayat (1) mengatakan bahwa
istilah advokat adalah orang yang berprofesi
memberikan jasa hukum, baik di dalam maupun di
luar pengadilan yang memenuhi persyaratan undang-
undang ini.

Namun sejak Undang-Undang No. 18 tahun 2003


tentang Advokat diundangkan tidak ada lagi istilah
pengacara, Penasehat Hukum, Konsultan Hukum atau
yang lainnya, semua diseragamkan istilahnya menjadi
Advokat. Adapun di dalam Undang-undang No. 18
tahun 2003 tentang Advokat menyebutkan addvokat
adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum,
baik di dalam maupun di luar pengadilan yang
memenuhi persyaratan berdasarkan undan-undang ini.
Pengertian tersebut secara tegas telah memberikan
batasan mengenai pengertian “Advokat” dan “Jasa
Hukum”.

5
1. Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa
hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang
memenuhi persyaratan seperti ditentukan dalam undang-
undang ini (Pasal 1 Nomor 1).

2. Jasa hukum adalah jasa yang diberikan advokat berupa


memberikan konsultasi-konsultasi hukum, bantuan
hukum, menjalankan kuasa, mendampingi, membela dan
melakukan tindakan hukum lain untuk melakukan
kepentingan hukum klien (Pasal 1 Nomor 2).

Dua pengertian di atas memberikan penegasan bahwa


satu-satunya profesi yang memberikan jasa hukum adalah
advokat dan orang yang bukan advokat tidak bisa
memberikan jasa hukum.10 Profesi advokat adalah bidang
pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian/keterampilan
tertentu. Secara profesional advokat mengemban amanah
kode etik advokat yang melandasi prilaku atau tindakan-
tindakan seorang advokat dalam melayani kliennya,
terutama memberikan upaya hukum dengan tahap,

10
Otto Hasibuan, Menjalankan Pekerjaan Profesi Advokat Dan
Bertindak Seolah-olah Sebagai Advokat Tetapi Bukan Advokat
(Makalah disampaikan pada Diskusi yang diselenggarakan DPP
IKADIN di Hotel Kartika Chandra , Jakarta. Pada tanggal 29
Januari 2004.
6
pemberian opini hukum, melakukan legal action sampai
memperjuangkan segala hak-hak hukum dari kliennya.

B. Pengangkatan Advokat
Siapa yang dapat diangkat menjadi Advokat ? menurut
ketentuan Pasal 2 Jo Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No 18
tahun 2003 mengatur bahwa yang dapat diangkat sebagai
Advokat adalah warga negara Republik Indonesia,
bertempat tinggal di Indonesia, tidak berstatus sebagai
pegawai negeri atau pejabat negara, berusia sekurang-
kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun, berijasah sarjana
yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum,11 lulus
ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat,12 magang
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus- menerus pada
kantor Advokat, pernah dipidana karena melakukan
tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana

11
Yang dimaksud dengan berlatar belakarung pendidikan hukum
adalah lulusan fakultass hukum, fakultas syariah, perguruan
tinggi hukum militer, dan perguruan tinggi ilmu kepolisian. Lihat
juga Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di
Lingkungan Peradilan Agama, Cet. III, (Jakarta : Prenada Media,
2005), hal. 89.
12
Organisasi Advokat yang dimaksud disini adalah Perhimpunan
Indonesia (PERADI) sebagai suatu wadah tunggal organisasi
advokat yang didirikan dengan mendasarkan pada UU No. 18
tahaun 2003
7
penjara 5 (lima) tahun atau lebih, berprilaku baik, jujur,
bertanggungjawab, adil, dan mempunyai integritas yang
tinggi.

C. Tugas dan Fungsi Advokat


Advokat mempunyai fungsi dan kewajiban untuk
berperan dalam pembangunan hukum (law development;
recht ontwikkeling) pembaruan hukum (law reform ;
rechtsernieuwing), pembuatan formulasi rumusan hukum
(law sharping ; rechtsvarming).13

Tugas adalah kewajiban, sesuatu yang harus dilakukan


atau ditentukan untuk dilakukan. Tugas advokat berarti
wajib dilakukan oleh advokat dalam memberikan jasa
hukum kepada masyarakat atau kliennya. Oleh karena itu
advokat dalam menjalankan tugasnya bertanggungjawab
kepada negara, masyarakat, pengadilan, klienya dan pihak
lawanya.

13
Fauzie Yusuf Hasibuan, Peran, Fungsi & Perkembangan
Organisasi Advokat, Makalah disampaikan pada Pendidikan
Khusus Profesi Advokat di Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia (UII), pada tanggal 13 Januari 2007. dan di Kursus
Keterampilan Pengacara&Konsultan Hukum Yan Apul &
Founners tanggal 13 Februari 2007.

8
Persepsi masyarakat terhadap tugas advokat sampai
saat ini masih banyak yang salah paham. Mereka
mengangap bahwa tugas advokat hanya membela perkara
di pengadilan dalam perkara perdata, pidana, dan tata
usaha negara dihadapan kepolisian, kejaksaan dan
pengadilan. Sesungguhnya pekerjaan advokat tidak hanya
bersifat litigasi, tetapi mencakup tugas lain di luar
pengadilan yang bersifat non litigasi.

Tugas advokat bukanlah merupakan pekerjaan


(vocation beroep), tetapi lebih merupakan profesi. Karena
profesi advokat tidak bersifat ekonomi untuk mencari
nafkah, tetapi mempunyai nilai sosial yang lebih tinggi
didalam masyarakat. Profesi advokat dikenal sebagai
profesi mulia (officium nobile), karena mewajibkan
pembelaan kepada semua orang tanpa membedakan latar
belakang, ras, warna kulit, agama, budaya, sosial-ekonomi,
kaya-miskin, gender dan idiologi;

Tugas advokat adalah membela kepentingan


masyarakat (publik depender) dan klienya. Advokat
dibutuhkan pada saat seseorang atau lebih anggota

9
masyarakat menghadapi suatu masalah atau problem di
bidang hukum. Sebelum menjalankan pekerjaannya
advokat harus disumpah terlebih dahulu sesuai dengan
agama dan keyakinanya masing-masing. Dalam
menjalankan pekerjaanya advokat juga harus memahami
kode etik advokat sebagai landasan moralnya.

Tugas advokat dalam memberikan jasa hukum


kepada masyarakt tidak terisi dalam uraian tugasnya,
karena advokat bukan pejabat sebagai pelaksana hukum
seperti halnya polisi, jaksa, dan hakim. Advokat
merupakan profesi yang bergerak dibidang hukum untuk
memberikan pembelaan, pendampingan, dan menjadi
kuasa untuk dan atas nama kliennya. Advokat disebut
sebagai benteng hukum atau garda keadilan dalam
menjalankan fungsinya.

Tugas dan fungsi dalam sebuah pekerjaan atau


profesi apapun tidak dapat dipisahkan satu sama lainya.
Karena keduanya merupakan system kerja yang saling

10
mendukung. Dalam menjalankan tugasnya, seorang
advokat harus berfungsi29:
a. Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia
b. Memperjuangkan hak asasi manusia dalam negara
hukum Indonesia
c. Melaksanakan Kode etik advokat
d. Memegang teguh sumpah advokat dalam rangka
menegakkan hukum, keadilan dan kebenaran
e. Menjunjung tinggi serta mengutamakan idealisme
(nilai keadilan dan kebenaran) dan moralitas
f. Menjunjung tinggi citra profesi advokat sebagai
profesi terhormat
g. Melindungi dan memelihara kemandirian,
kebebasan, derajat, dan martabat advokat
h. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan
advokat terhadap masyarakat
i. Menangani perkara-perkara sesuai dengan kode etik
advokat
j. Membela klien dengan cara yang jujur dan
bertanggung jawab

29
Ropuan Rambe, Tehnik Praktek Advokat, (Jakarta :
Grasindo, 2001), hal. 28-29.

11
k. Mencegah penyalahgunaan keahlian dan
pengetahuan yang merugikan masyarakat
l. Memelihara kepribadian advokat
m. Menjaga hubungan baik dengan klien maupun
teman sejawat antara sesama advokat yang
didasarkan pada kejujuran, kerahasiaan dan
keterbukaan serta saling menghargai dan
mempercayai
n. Memelihara persatuan dan kesatuan advokat
o. Memberikan pelayanan hukum (legal service)
p. Memberikan nasehat hukum (legal advice)
q. Memberikan konsultasi hukum (legal consultation)
r. Memberikan pendapat hukum (legal opinion)
s. Menyusun kontrak-kontrak (legal drafting)
t. Memberikan informasi hukum (legal information)
u. Membela kepentingan klien (litigation)
v. Mewakili kliennya dimuka pengadilan (legal
representatif)
w. Memberikan bantuan hukum dengan Cuma-Cuma
kepada rakyat yang lemah dan tidak mampu ( legal
aid).

12
Dengan demikian, seorang advokat dalam membela,
mendampingi, bertindak dan menunaikan tugas dan
fungsinya harus selalu memasukkan kedalam
perimbangannya kewajiban kepada klien, pengadilan, diri
sendiri, negara terlebih kepada Tuhan Yang Maha Esa
untuk mencari kebenaran dan keadilan.

13
BAB II
PERKEMBANGAN ORGANISASI ADVOKAT
DI INDONESIA

A. Sejarah Organisasi Advokat di Indonesia


Sebelum PERHIMPUNAN ADVOKAT INDONESIA
(PERADI) dilahirkan, sebagai pemaknaan dari perintah
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat,
Organisasi profesi advokat yang tertua di Indonesia adalah
Persatuan Advokat Indonesia (PERADIN), lalu organisasi ini
merubah diri menjadi IKADIN (Ikatan Advokat Indonesia)
dan kemudian dalam perjalanannya berdiri pula IPHI
(Ikatan Penasehat Hukum Indonesia).

Organisasi advokat yang dikenal oleh Undang-


undang Nomor 18 Tahun 2003 sebagaimana disebut dalam
pasal 32 ayat (3) yang ditetapkan secara transisional
bertugas melaksanakan fungsi organisasi advokat adalah
Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Ikatan Penasehat
Hukum Indonesia (IPHI), Asosiasi Konsultan Hukum
Indonesia (AKHI), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI),
Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM),
Serikat Pengacara Indonesia (SPI), Himpunan

14
Advokat/Pengacara Indonesia (HAPI), Assosiasi Pengacara
Syariah Indonesia (APSI). Masing-masing kedelapan
organisasi tersebut hingga saat ini memiliki Anggaran
Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), memiliki
Dewan Kehormatan Advokat serta Kode Etik bagi
Organisasi masing-masing, walaupun kewenangan delapan
organisasi tersebut terbatas pada pembinaan keanggotaan
masing-masing. Dan sekarang terbentuk suatu lembaga
Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) yang mana
lembaga tersebut memiliki otoritas penuh dalam
melakukan pengangkatan seorang Advokat dan menjadi
satu-satunya wadah tunggal bagi kedelapan organisasi
advokat tersebut di atas.

B. Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI)


1. Sejarah PERADI
Menurut Pasal 32 ayat (4) Undang-undang Nomor 18
Tahun 2003 tentang Advokat (UU Advokat), Organisasi
Advokat harus terbentuk dalam waktu paling lambat dua
tahun sejak undang-undang tersebut diundangkan.
karenanya dalam waktu sekitar 20 bulan sejak
diundangkannya UU Advokat atau tepatnya pada 21

15
Desember 2004, advokat Indonesia sepakat untuk
membentuk PERADI.
Kesepakatan untuk membentuk PERADI diawali
dengan proses panjang. Pasal 32 ayat (3) UU Advokat
menyatakan bahwa untuk sementara tugas dan wewenang
Organisasi Advokat dijalankan bersama-sama oleh Ikatan
Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia
(AAI), Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Himpunan
Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI), Serikat Pengacara
Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia
(AKHI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM)
dan Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI). Untuk
menjalankan tugas yang dimaksud, kedelapan organisasi
advokat di atas, pada 16 Juni 2003, setuju memakai nama
Komite Kerja Advokat Indonesia (KKAI).

PERADI mulai diperkenalkan ke masyarakat,


khususnya kalangan penegak hukum, pada 7 April 2005 di
Balai Sudirman, Jakarta Selatan. Acara perkenalan PERADI,
selain dihadiri oleh tidak kurang dari 600 advokat se-
Indonesia, juga diikuti oleh Ketua Mahkamah Agung
Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, dan

16
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia.

Setelah pembentukannya, PERADI telah menerapkan


beberapa keputusan mendasar. Pertama, PERADI telah
merumuskan prosedur bagi advokat asing untuk
mengajukan rekomendasi untuk bekerja di Indonesia.
Kedua, PERADI telah membentuk Dewan Kehormatan
Sementara yang berkedudukan di Jakarta dan dalam waktu
dekat akan membentuk Dewan Kehormatan tetap.
Pembentukan Dewan Kehormatan di daerah lain saat ini
menjadi prioritas PERADI. Ketiga, PERADI telah
membentuk Komisi Pendidikan Profesi Advokat Indonesia
(KP2AI). Komisi ini bertanggung jawab seputar ketentuan
pendidikan khusus bagi calon advokat serta pendidikan
hukum berkelanjutan bagi advokat.

Baik KKAI maupun PERADI telah menyiapkan


bahan-bahan dasar untuk digunakan PERADI untuk
meningkatkan manajemen advokat di masa yang akan
datang. Penting pula untuk dicatat bahwa hingga saat ini
seluruh keputusan, termasuk keputusan untuk
membentuk PERADI dan susunan badan pengurusnya,

17
telah diambil melalui musyawarah untuk mencapai
kesepakatan berdasarkan paradigma advokat Indonesia.
Meski usia PERADI masih belia, namun dengan restu dari
semua pihak, PERADI berharap dapat menjadi organisasi
advokat yang bebas dan independen, melayani untuk
melindungi kepentingan pencari keadilan, dan
menjalankan tugas sebaik-baiknya untuk melayani para
anggotanya.

C. Eksistensi PERADI Sebagai Organisasi Advokat


Keabsahan PERADI sebagai wadah tunggal profesi
advokat juga terlihat dalam putusan Mahkamah
Konstitusi14

14
Putusan perkara No. 014/PUU-IV/2006 yang menyatakan ........
organisasi PERADI (Perhimpunan Advokat Indonesia, red)
sebagai satu-satunya wadah profesi Advokat pada dasarnya
adalah organ negara dalam arti luas yang bersifat mandiri
(independent state organ) yang juga melaksanakan fungsi
negara. MK juga menyatakan …Adapun kedelapan Organisasi
Advokat pendiri PERADI tetap memiliki kewenangan selain
kewenangan yang telah menjadi kewenangan PERADI, sehingga
tidak dapat dikatakan bahwa Pasal 28 Ayat (1) UU Advokat
meniadakan eksistensi kedelapan organisasi, yang karenanya
melanggar prinsip kebebasan berserikat dan berkumpul
sebagaimana diatur UUD 1945. .Advokat sesungguhnya
merupakan pasal yang sudah selesai dilaksanakan dengan telah
berlalunya tenggat dua tahun dan dengan telah terbentuknya
PERADI sebagai Organisasi Advokat yang merupakan satu-
18
Selain Putusan Mahkamah Konstitusi, ada beberapa
putusan pengadilan negeri diantaranya :
1. Putusan No. 168/Pdt.G/2006/PN.JKT.PST, tanggal 17 Juli
2006,
Majelis Hakim dalam pertimbangannya menyatakan
bahwa karena keberadaan PERADI telah memenuhi
Undang-Undang No. 18 tahun 2003 tentang Advokat,
sebagai salah satu wadah tunggal dari Advokat, maka
pembentukan panitia ujian profesi advokat tanggal 15
September 2005 dan menyelenggarakan kursus dan
ujian advokat tidak bertentangan dengan undang-
undang Advokat, karena sesuai dengan Pasal 2,
Pengangkatan dan Pendidikan Advokat dilakukan oleh
Organisasi Advokat, dalam hal ini PERADI (Putusan hal.
18, Aline 6).
2. Dan 100/Pdt.G/2006/PN.JKT.PST, tanggal 07 Maret
2007‟

satunya wadah profesi Advokat, sehingga tidak relevan lagi


untuk dipersoalkan konstitusionalitasnya. Selain itu, Pasal 32
Ayat (3) UU Advokat pernah dimohonkan pengujian kepada
Mahkamah yang oleh Mahkamah dalam putusannya Nomor
019/PUU-I/2003 telah dinyatakan ditolak.
19
Majelis Hakim dalam pertimbangannya menyebutkan
karena PERADI telah didirikan secara sah dan telah
memiliki Anggaran Dasar serta Eksistensinya telah diakui
secara san menurut undang-undang hingga saat ini, maka
perbuatan PERADI dalam mengangkat Panitia Ujian
Advokat (PUPA 2005) untuk dan telah melaksanakan atau
menyelenggarakan Ujian Profesi Advokat pada tanggal 04
Februari 2006 yang telah diikuti oleh Penggugat dan ujian
yang diadakan lainya oleh Tergugat-Tergugat harus
dinyatakan sah dan mengikat dan tidak merupakan
perbuatan melawan hukum (Putusan hal. 55, aline 3).

Pengakuan terhadap PERADI juga disampaikan oleh


pemerintah dalam hal ini disampaikan oleh Andi
Mattalatta. seusai. melantik. pejabat. eselon. II. di.
Departemen Hukum dan HAM. (Depkumham). di Jakarta
dengan berargumen UU No. 18 tahun 2003 tentang
Advokat telah memberikan mandat kepada delapan
organisasi advokat di antaranya Asosiasi Advokat
Indonesia dan Ikatan Advokat Indonesia untuk membentuk
wadah tunggal,.yakni PERADI. “Delapan organisasi advokat
itu sudah.membentuk PERADI, artinya PERADI sebagai
wadah organisasi,” Lebih lanjut Menurut Andi dengan

20
hanya mengakui bahwa PERADI satu-satunya wadah
tunggal advokat bukan berarti pemerintah tidak adil
dengan memihak. salah satunya, Pemerintah hanya
melaksanakan UU mengenai advokat.15

Pengakuan yang senada juga disampaikan oleh


Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan pada waktu ditanya
mengenai sikap pengadilan menghadapi advokat dari
PERADI dan KAI, beliau menjawab “yang pasti bahwa yang
boleh melakukan praktik di pengadilan adalah mereka
yang sudah mempunyai izin praktik tetap. Setelah ada
PERADI, kami.menetapkan kartu PERADI yang berlaku di
pengadilan, Saya berharap PERADI tak menggugurkan
kartu mereka yang lebih suka ke KAI sehingga mereka
tetap punya kartu.PERADI”.

Kemudian sebagai tindak lanjut dukungan terhadap


PERADI sebagai wadah tunggal, terlihat dalam yang
dikeluarkan oleh Mahkamah Agung. yaitu : Surat MA No.

15
Pemerintah Hanya Akui PERADI: Pemerintah hanya mengakui
Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) sebagai satu-satunya
wadah advokat yang sah menurut undang-undang (UU). Buletin
PERADI No. 2, Edisi Kedua th. 1 Agustus 2008. Sumber Koran
Sindo tanggal 6 Juni 2008.
21
KMA/445/VI/2003, tanggal 25 Juni 2003, tentang
Pelaksanaan Undang-undang No. 18 tahun 2003 tentang
Advokat, menegaskan mengenai larangan melakukan
sumpah dan pelantikan serta her registrasi para pengacara
praktek dan advokat, Surat MA No. 07/SEK/01/I/2007,
tanggal 11 Januari 2007 tentang Sosialisasi KTPA baru
keluaran PERADI, yang ditujukan kepada ketua pengadilan
tinggi banding.se-Indonesia.mengenai, menegaskan bahwa
KTPA yang dikeluarkan oleh PERADI yang diigunakan oleh
para advokat yang berpraktek di Pengadilan dari semua
lingkungan peradilan di seluruh indonesia. Dan Surat MA
No. MA/KUMDIL/01/III/K/2007, tanggal 29 Maret 2007.
mengenai Surat Edaran No. 01 tahun 2007 tentang
Petunjuk Pengambilan Sumpah Advokat. Yang merupakan
tanggapan atas surat PERADI mengenai Sumpah Advokat.16

16
Fauzie Yusuf Hasibuan “Lokakarya Program Pendidikan
Advokat ARAH DAN PROGRAM Pendidikan Khusus Profesi
Advokat (PKPA)” disampaikan dalam Acara Lokakarya
Pendidikan Advokat yang diselenggarakan oleh Perhmpunan
Advokat Indonesia (PERADI) bekerja sama dengan Fakultas
Hukum Universitas Tarumanegara (UNTAR) bertempat di
Universitas Tarumanegara, pada tanggal 28 Maret 2009.
22
BAB III
LANGKAH-LANGKAH MENJADI ADVOKAT

Sesuai ketentuan Pasal 2 Jo Pasal 3 ayat (1) Undang-


Undang No 18 tahun 2003, syarat untuk menjadi Advokat
selain warga negara Republik Indonesia, bertempat tinggal
di Indonesia, tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau
pejabat negara, berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh
lima) tahun adalah : Berijasah sarjana yang berlatar
belakang pendidikan tinggi hukum, Lulus ujian yang
diadakan oleh Organisasi Advokat,17 magang sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun terus- menerus pada kantor
Advokat, Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak
pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih

A. Berlatar Belakang Pendidikan Hukum (Sarjana


Hukum)
Salah satu syarat yang ditentukan dalam Pasal 2
Undang-Undang No. 18 tahun 2003 tentang Advokat

17
Organisasi Advokat yang dimaksud disini adalah Perhimpunan
Indonesia (PERADI) sebagai suatu wadah tunggal organisasi
advokat yang didirikan dengan mendasarkan pada UU No. 18
tahaun 2003.
23
adalah seseorang yang dapat diangkat menjadi seorang
Avokat harus berlatar belakang pendidikan hukum atau
lulus dari Fakulta Hukum.

B. Mengiktui Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA)


Berkaitan dengan profesi advokat, Pendidikan
Khusus Profesi Advokat (PKPA) merupakan salah satu
syarat untuk mengikuti ujian dalam rangka
memperoleh izin praktek sebagaimana diatur dalam
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 18 tahun 2003
tentang Advokat. Ketentuan tersebut juga secara
eksplisit memberikan wewenang pelaksanaan PKPA
kepada Organisasi Advokat.18 Bandingkan dengan
pembaharuan system diklat hakim adalah salah satu
agenda dari sekian banyak agenda pembaharuan
peradilan yang harus segera dirintis dan direalisasikan
oleh Mahkamah Agung (MA). 19

18
Term Reference (TOR) Lokakarya Pendidikan Khsusu Profesi
Advokat.
19
Secara teoriitis diklat hakim adalah terminologi yang
digunakan dalam forum-forum pertemuan hakim untuk
membahas topik-topik ilmiah (baik dalam lingkup internasional,
nasional, regional dan lokal) dan segala informasi yang berkaitan
dengan tugas hakim dan peradilan. Lihat Binziad Kadafi,
24
Di dalam kekuasaan yudikatif, advokat menjadi
salah satu lembaga yang perannya sangat penting selain
peran dari instansi kepolisian dan kejaksaan. Peran
strategis dari advokat agak berbeda dengan lembaga
kepolisian dan kejaksaan. Kepolisian dan kejaksaan adalah
lembaga yang mewakili kepentingan pemerintah
sedangkan advokat mewakili kepentingan dari masyarakat.
Dengan demikian secara umum, di dalam sistem
kehakiman di indonesia, Hakim ditempatkan sebagai pihak
yang mewakili kepentingan negara, jaksa dan kepolisian
mewakili kepentingan pemerintah, sedangkan advokat
menjaga dan mewakili kepentingan masyarakat. Pasa
posisi seperti inilah peran advokat menjadi penting karena
dapat menjaga keseimbangan antara kepentingan negara
dan pemerintah.20
Ada tiga fungsi turunan yang umum diasosiasikan
sebagai operasionalisasi fungsi internal satu organisasi
advokat yang merupakan bar association.21

Pendidikan dan Latihan (diklat) hakim, JENTERA, Jakarta : PSHK,


2003, HAL. 99.
20
Fauzie Yususf Hasibuan, Peran, Fungsi dan Perkembangan
Organisasi Advokat, Bahan Ajar Pendidikan Khusus Profesi
Advokat (PKPA) dilaksanakan oleh PERADI tahun 2007.
21
The Asia Foundation dan Pusat Studi Hukum dan Kebijakan
Indonesia, Advokat Indonesia Mencari Ligitimasi : Studi tentang
25
Pertama, fungsi pengendalian. Dalam fungsi ini,
sebuah oraganisasi advokat yang merupakan bar
association harus memiliki kekuasaan untuk
mengendalikan kualifikasi anggotanya. Pengendalian ini
dimulai dari hulu, ketika orang tersebut hendak bergabung
dengan organisasi advokat, dan terus berlanjut hingga
professional tersebut bergabung sebagai anggota. Fungsi
pengendalian merupakan perwujudan dari fungsi internal
organisasi advokat yang dimaksudkan untuk menjamin
bahwa public dapat mengakses jasa professional denagn
kualitas yang serupa atau bahkan lebih baik.

Berkaitan dengan ini, maka unsur pertama yang


dapat diidentifikasi adalah adanya penyaringan calon
anggota untuk dapat diakui sebagai anggota. Mekanisme
tersebut tidak mutlak harus dlakukan secara internal,
namun sampai taraf tertentu tetap dapat diakui meskipun
dijalankan oleh pihak lain, misalnya Negara melalui
kekuasaan kehakiman, atau pihak lain yang dikuasakan
Negara.praktek tersebut diterapkan di beberapa Negara,

Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, (Jakarta : The Asia


Foundation dan Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia Hal.
393
26
misalnya oleh Council of Legal Education & Examiners di
Negara Bagian Victoria, Australia, atau oleh Board of Legal
Education di Singapura. Hal ini dapat dilakukan selama ada
keterkaitan erat antara proses yang dijalankan oleh Negara
dengan organisasi advokat. Keterkaiatan ini biasanya
direfleksikan dengan kewajiban professional yang lurus
bar exam untuk menjadi anggota bar association atau,
dengan kata lain, sistem compulsory/integrated bar.22

Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) adalah


salah satu program kerja PERADI dimana dalam
pelaksanaannya selama ini PERADI bekerja sama dengan
Lembaga-lembaga atau Universitas, dengan begitu bisa
dikatakan bahwa seluruh penyelenggara PKPA yang telah
dilaksanakan PERADI semuanya bekerja sama dengan
pihak lain yang telah mendapatkan izin dari PERADI.

Berdasarkan hal diatas PERADI mencoba untuk


mengadakan PKPA yang langsung dilaksanakan oleh
Dewan Pimoinan Nasional PERADI yang diharapakan dapat
menjadi cerminan dari standard PERADI dalam
menciptakan kualitas PKPA itu sendiri.

22
Ibid,
27
Dengan tujuan program ini diadakan untuk23:
1. meningkatkan kualitas peserta PKPA secara umum
2. memberikan pengetahuan, keterampilan dan keahlian
bagi peserta didik menegnai profesi Advokat.
3. mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi ujian
Advokat yang mana merupakan salah satu persyaratan
untuk dapat diangkat menjadi Advokat, sesuai dengan
Undang-undang No. 18 Tahun 2003, tentang Advokat.
4. melahirkan calon Advokat yang memiliki ualitas dan
perilaku tertentu yang berorienasi kepada moral yang
jujur, berkadilan, bertanggung jawab dan mempunyai
integritas tinggi kepada profesi dan kepentingan
masyarkat/klien, bukan hanya kepentingan pribadi
(uang dan kekuasaan) atau golongan tertentu.

C. Panitia Ujian (PUPA) PERADI


Ujian Advokat akan dilaksanakan oleh PERADI sebagai
satu-satunya wadah tunggal advokat yang diberikan
kewenangan oleh UU No. 18 tahun 2003 untuk
menyelenggarakan Ujian Advokat. Ujian Advokat

23
Proposal Program Kerja Pendidikan Khusus Profesi Advokat
DPN PERADI, hal. 1.
28
dilaksanakan oleh Panitia Ujian PERADI yang bersifat
independen.
Adapun materi yang diujikan dalam Ujian Advokat
PERADI adalah:
1. Kode Etik Advokat Indonesia
2. Fungsi dan Peran Organisasi Advokat
3. Hukum Acara Pidana
4. Hukum Acara Perdata
5. Hukum Acara Peradilan Agama
6. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara
7. Hukum Acara Militer

D. Pelaksanaan Magang Calon Advokat PERADI


1. Calon Advokat Magang
Calon Advokat magang adalah seseorang yang harus
menempuh syarat-syarat sebagaimana disebut dalam
Pasal 3 UU No. 18 tahun 2003 dan Peraturan PERADI
No. 1 tahun 2006 Jo. Peraturan PERADI No. 2 tahun
2007. Syarat tersebut adalah seorang calon advokat
adalah Sarjana hukum yang telah mengikuti Pendidikan

29
Khsusu Profesi Advokat (PKPA) 24
serta dinyatakan lulus
ujian oleh PERADI. 25

Magang dilakukan oleh Calon Advokat selama kurun waktu


paling sedikit 2 tahun sejak dinyatakan lulus Ujian yang
dilakukan Panitia Ujian Peradi (PUPA-PERADI) dengan
sedikitnya membantu atau membuat laporan penanganan
6 perkara perdata dan 3 perkara pidana. Apabila calon
advokat sudah menjalani magang selama 2 tahun akan
tetapi belum manangani 6 perkara perdata dan 3 perkara
pidana, maka yang besangkutan harus melengkapi syarat
tersebut untuk diangkat sebagai advokat. Perkara-perkara
dimaksud tidak harus merupakan perkara-perkara yang
ditangani oleh Kantor Advokat tempat Calon Advokat
melakukan magang.

24
PKPA dilakukan oleh Instansis/lembaga yang berijin dari
Lembaga Pendidikan Nassional untuk menyelenggaakan
Pendidikan Hukum dan atas persetujuan PERADI sebagai
Organisasi yang mempunyai otorisasi berdasarkan UU Advokat
untuk melaksanakan PKPA.
25
Selain syarat di atas dalam PP No. 1 tahun 2006 dusebutkan
syarat lain yaitu Warga negara Indonesia, Bertempat tinggal di
Indonesia, Tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat
negara, Lulusan pendidikan tinggi hukum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2003 tentang Advokat.

30
Pengecualian terhadap ketentuan di atas diatur
dalamm atuan peralihan Peraturan Peradi No. 1 tahun
2006, , yaitu Calon Advokat yang telah bekerja selama
sedikitnya 2 (dua) tahun berturut-turut di satu atau lebih
Kantor Advokat terhitung sejak diundangkannya UU
Advokat pada 5 April 2003, dianggap telah magang, akan
tetapi harus menyerahkan bukti-bukti berupa:
a. surat keterangan dari Kantor(-kantor) Advokat tempat ia
bekerja atau pernah bekerja
b. slip gaji atau bukti pembayaran honorarium yang
dikeluarkan Kantor Advokat untuk Calon Advokat atau
bukti pemotongan pajak PPh Pasal 21 atau kartu
Jamsostek
c. surat keterangan dari Advokat Pendamping yang
menjelaskan bahwa Calon Advokat telah ikut membantu
penanganan sedikitnya 3 (tiga) perkara pidana dan 6
(enam) perkara perdata (para pihak dan nomor perkara
harus disebutkan dalam surat keterangan tersebut).

Dipersamakan dengan Kantor Advokat adalah


kantor-kantor atau lembaga-lembaga yang memberikan
bantuan hukum cuma-cuma, ermasuk yang berada di

31
lingkungan perguruan tinggi, yang setelah diverifikasi
PERADI dapat diterima dan dipersamakan sebagai Kantor
Advokat yang dapat menerima magang. Ketentuan
Peralihan ini HANYA berlaku terhadap Calon Advokat yang
lulus dalam 2 (dua) ujian Advokat PERADI di tahun 2006 –
yaitu Ujian tanggal 4 Februari 2006 dan tanggal 9
September 2006– serta yang akan diselenggarakan di tahun
2007. Ketentuan tentang telah ikut membantu
penanganan sedikitnya 3 (tiga) perkara pidana dan 6
(enam) perkara perdata sebagaimana diatur dalam Pasal 12
ayat (1) huruf c di atas DIKECUALIKAN terhadap Calon
Advokat yang lulus dalam Ujian Profesi Advokat yang
diselenggarakan pada 4 Februari 2006 dan bekerja di
Kantor Advokat yang mengkhususkan diri pada bidang
non-litigasi –yang dibuktikan dengan terdaftarnya Advokat
Pendamping sebagai anggota Asosiasi Konsultan Hukum
Indonesia atau Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal

2. Syarat Magang Calon Advokat

Calon Advokat yang akan melakukan magang harus


memenuhi persyaratan sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 5 Peraturan PERADI No. 1 tahun 2006 Jo. Pasal 3
Undang-Undang No. 13 tahaun 2003, yaitu :

32
a. Warga negara indonesia
b. bertempat tinggal di Indonesia
c. tidak berstatus sebagai pegawai negeri sipil atau pejabat
negara
d. lulusan pendidikan hukum
e. telah mengikuti PKPA, yang diselenggarakan oleh
PERADI.

3. Tempat Magang

Tempat magang bagi Calon Advokat adalah Kantor


Advokat. Kantor Advokat yang dapat menerima magang
adalah Kantor Advokat yang memenuhi syarat yaitu harus
diidirikan oleh seorang atau lebih Advokat yang telah
terdaftar dalam Buku Daftar Anggota PERADI, adanya
Advokat Pendamping, bersedia menerbitkan surat
keterangan magang, bersedia memberikan bukti-bukti
bahwa Calon Advokat telah menjalani magang di Kantor
Advokat dan membuat laporan berkala untuk disampaikan
ke PERADI setiap 6 (enam) bulan dan/atau pada saat Calon
Advokat berhenti melakukan magang di Kantor Advokat
yang bersangkutan.

33
Menyimpang dari syarat tersebut PERADI dapat
menunjuk langsung Kantor Advokat dan Kantor-kantor
atau lembaga-lembaga yang memberikan bantuan hukum
cuma-cuma, termasuk yang berada di lingkungan
perguruan tinggi, yang memenuhi persyaratan di atas
dapat mendaftarkan diri ke PERADI guna dipersamakan
sebagai Kantor Advokat yang dapat menerima Calon
Advokat melakukan magang dan Kantor Advokat
DILARANG meminta imbalan dalam bentuk apapun dari
Calon Advokat yang melakukan magang di Kantor Advokat
dimaksud.

4. Advokat Pendamping

Tidak semua Advokat dapat menjadi Advokat


pendamping bagi Calon Advokat yang menjalani magang
di Kantor Advokat, tetapi harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
a. Terdaftar dalam Buku Daftar Anggota
b. Telah menjadi Advokat selama sedikitnya 7 (tujuh)
tahun ketika akan mulai menjadi Advokat Pendamping
c. Tidak sedang cuti sebagai Advokat
d. Tidak sedang menjalani sanksi pemberhentian
sementara oleh Dewan Kehormatan PERADI

34
e. Tidak sedang menjalani hukuman pidana.
Kantor Advokat yang menerima Calon Advokat
magang dapat menentukan sendiri jumlah Calon
Advokat yang dapat diterima di Kantor Advokat
untuk menjalani magang, dengan ketentuan pada saat
yang sama seorang Advokat Pendamping hanya dapat
menjadi Advokat Pendamping terhadap paling
banyak 5 (lima) orang Calon Advokat.

Adapun Seorang Advokat Pendamping bertugas:


a. Memberikan bimbingan dan pembelajaran dalam
berpraktik hukum
b. Melakukan pengawasan terhadap kerja dan perilaku
Calon Advokat yang menjalankan magang agar Calon
Advokat tersebut dapat memiliki pengalaman praktis
yang mendukung kemampuan, keterampilan, dan etika
yang baik dalam menjalankan profesinya
c. Mengevaluasi pekerjaan yang dilakukan Calon Advokat
selama menjalani magang, dan melaporkannya kepada
PERADI secara berkala
d. Memastikan bahwa setiap Laporan Sidang adalah
benar dan turut menandatangani Laporan Sidang

35
tersebut untuk nantinya disampaikan ke PERADI
bersama dengan Laporan Berkala;
e. Melaporkan ke PERADI tentang adanya Calon Advokat
yang sedang melakukan magang paling lambat 14
(empat belas) hari terhitung sejak Calon Advokat
melakukan magang
f. Dalam hal Advokat Pendamping bukan merupakan
Advokat yang sekaligus berwenang mewakili Kantor
Advokat untuk menerbitkan Surat Keterangan
Magang, maka Surat Keterangan Magang wajib juga
ditandatangani oleh Advokat Pendamping

Selain itu Kantor Advokat dapat juga memberikan


pembimbingan, pelatihan, dan kesempatan praktik di
bidang lainnya kepada Calon Advokat, antara lain:
berpartisipasi dalam suatu pekerjaan kasus atau proyek,
baik di bidang litigasi maupun non-litigasi, melakukan riset
hukum di dalam maupun di luar Kantor Advokat,
Menyusun konsep, laporan tentang pekerjaan yang
dilakukannya berupa memo, minuta, korespondensi e-mail,
perjanjian-perjanjian, dan dokumen hukum lainnya,
Menerjemahkan peraturan, memo, artikel dari bahasa

36
Indonesia ke bahasa asing ataupun sebaliknya; dan/atau
Menganalisa perjanjian atau kontrak

5. Izn Sementara
sesuai dengan Ketentuan Pasal 7A Peraturan
Perhimpunan Advokat Indonesia No. 2 tahun 2006, tentang
Perubahan Atas Peraturan Perhimpunan Advokat
Indonesia, menjalaskan bahwa PERADI akan mengeluarkan
izin sementara Praktik Advokat (Izn Sementara) kepada
Calon Advokat setelah Calon Advokat dinyatakan lulus
Ujian oleh PERADI dan melaksanaan magang yang
ditindaklanjuti pelaporan oleh Kantor dimana tempat
magag Calon Advokat tersebut.

6. Pelaporan Pelaksanaan Magang

Di bawah ini akan Penulis jelaskan langkah-langkah


secara runtut pelaksanaan magang bagi Calon Avokat
untuk memenuhi syarat diangkat menjadi seorang
Advokat. langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Calon Advokat yang telah dinyatakan lulus ujian


advokat yang diselenggarakan oleh PUPA PERADI, dapat
mengajukan permohonan magang kepada Kantor Hukum

37
yang memenuhi kreteria dari PERADI dan/atau ditunjuk
oleh PERADI selama 2 (dua) tahun pasca dinyatakan lulus
ujian.
b. Kantor tempat dimana Calon Advokat Magang,
memberikan laporan kepada PERADI, perihal Calon
Advokat magang tersebut (Contoh Terlampiran ).
c. PERADI atas dasar laporan pelaksanaan magang
tersebut, dalam waktu yang tidak terlalu lama
mengeluarkan Surat Izin Sementara kepada Calon Advokat,
dimana Surat Izin Sementara tersebut dapat dimasukkan
kedalam Surat Kuasa dengan syarat nama Advokat
Pendamping tersebut dimasukkan dalam Surat Kuasa.
d. Untuk selanjutnya, Calon Advokat melaporkan
penanganan perkara baik perdata, maupun pidana. Untuk
perkara perdata sebanyak 6 (enam) perkara dan perkara
pidana 3 (tiga) perkara (Contoh Lampiran ).
e. Tidak semua perkara yang akan dilaporkan ke PERADI
dapat dijadikan syarat sebagaimana ditentukan dalam
Peraturan Pelaksanaan Magang No. 1 tahun 2006 dan No. 2
tahun 2007, karena hanya perkara-perkara dengan
pemeriksaan biasa saja yang dapat dilaporkan kepada
PERADI.

38
E. Contoh Surat Kuasa dan Gugatan Perdata
1. Contoh Surat Kuasa

a. Surat Kuasa Perdata

SURAT KUASA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

NURZANAH, Perempuan, Lahir di Jakarta, 03


september 1960, Agama Islam , Alamat di Jalan Melati
No. 10 Rt. 010 Rw. 002, Kelurahan Pejaten Barat,
Kecamatan Pasar Minggu, Kotamadya Jakarta Selatan,
dan selanjutnya disebu sebagai --------PEMBERI KUASA

Dalam hal ini memilih tempat domisili atau kediaman


hukum di Kantor kuasanya Fauzie & Partners,
Advocate, tersebut di bawah ini, menerangkan dengan
ini Pemberi Kuasa memberikan kuasa khusus kepada :
Dr. H. FAUZIE YUSUF HASIBUAN, S.H. M.H.
MUSTAKIM, S.H., M.H.
ERIK PRABUALDI, S.H

39
Yang beralamat kantor di Jalan S. Parman No. 19 Lantai 2,
Slipi Jakarta–Indonesia 11480, Telephone (62-21) 5357019,
Faximile (62-21) 5357019, E-mail : adv_fauzie@yahoo.com.

Baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk mewakili


dan bertindak untuk dan atas nama PEMBERI KUASA
mengurus hak-hak serta kepentingan hukumnya dan
selanjutnya disebut sebagai---PENERIMA KUASA

------------------------------------------KHUSUS-------------------------------------------
Mewakili kepentingan hukum PEMBERI KUASA,
menyelesaikan pemberesan Harta Bawaan sebelum
Perkawinan dan Harta Bersama sebagai akibat dari
Putusnya hubungan perkawinan antara PEMBERI KUASA
dengan Sarjono sebagaimana dimaksud dalam Putusan
Pengadilan Agama Jakarta Selatan No.
09/Pdt.G/2009/PAJS, tanggal 5 Februari 2009. ------------------

untuk itu :------------------------------------------------------------------------


 Menghadap di muka Pengadilan Agama Jakarta Selatan,
Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, Mahkamah
Syariah, Pengadilan Tinggi Agama, Mahkamah Agung
RI, Badan Peradilan lainnya, serta Institusi Penegak

40
Hukum, POLRI, Kejaksaan RI, Institusi lain yang
ditentukan oleh Undang-Undang, Pejabat-Pejabat
Pemerintah. ----------------------------------------------------------------
 Membuat, menyusun, menandatangani, mengajukan
gugatan, duplik, memori banding dan/atau
mengajukan kontra memori banding, mengajukan
memori kasasi dan/atau mengajukan kontra memori
kasasi serta menurus surat-surat dan permohonan-
permohonan lainnya yang dianggap perlu,
menjalankan perbuatan-perbuatan atau memberikan
keterangan-keterangan yang menurut hukum harus
dijalankan atau diberikan oleh seorang kuasa ;-------------
 Mengajukan saksi-saksi dan bukti-bukti, menerima
uang dan menandatangani kwitansi-kwitansi, menerima
dan melakukan pembayaran-pembayaran dalam perkara
ini, mempertahankan dan membela kepentingan yang
memberi kuasa, meminta putusan dan menolak serta
mengajukan upaya hukum terhadap putusan, meminta
eksekusi, membalas surat-surat dan melakukan
perlawanan ; ---------------------------------------------
 Dan selanjutnya melakukan segala tindakan dan
upaya-upaya lain yang dianggap penting, berguna dan
baik oleh yang menerima kuasa untuk menyelesaikan

41
masalah dimaksud yang diperkenankan menurut
hukum walaupun tidak dengan tegas disebutkan
dalam surat kuasa ini; -----------------------------------------------

 Kuasa ini diberikan dengan hak substitusi (recht van


subtitutie) dan secara tegas dengan hak retensi ;

Jakarta, 21 April 2009

PENERIMA KUASA PEMBERI KUASA

Dr. H. Fauzie Yusuf Hasibuan, S.H. M.H. NURZANAH

Mustakim, S.H., M.H.

Erik Prabualdi, S.H.

42
b. Surat Kuasa Pidana

SURAT KUASA

Yang bertanda tangan dibawah ini :

RAMALU, S.H.M.H., Laki-laki, Pekerjaan Pegawai


Negeri Sipil pada kantor Pemkab Banyuwang, beralamat
rumah di Jalan Semalang No. 12, , Kecamatan Srono,
Kabupaten Banyuwangi, Jaawa Timur selanjutnya disebut
sebagai PEMBERI KUASA

Dalam hal ini memilih tempat domisili atau


kediaman hukum di Kantor kuasanya FAUZIE & Partners,
Advocate, tersebut di bawah ini, menerangkan dengan ini
memberikan kuasa khusus kepada :

Dr. H. FAUZIE YUSUF HASIBUAN, S.H. M.H.


MUSTAKIM, S.H.,M.H.
ERIK PRABUALDI, S.H.

43
Masing-masing selaku Advokat di Jakarta, beralamat
kantor di Jalan S. Parman No. 19 Lt. 2, Slipi Jakarta –
Indonesia 11480, Telephone (62-21) 5357019, Faximile (62-
21) 5357019, E-mail : adv_fauzie@yahoo.com. Baik sendiri-
sendiri maupun bersama-sama untuk mendampingi dan
bertindak untuk dan atas nama PEMBERI KUASA
mengurus hak-hak serta kepentingan hukumnya dan
selanjutnya disebut sebagai-PENERIMA KUASA

--------------------------------------K H U S U S---------------------------------
Mendampingi, Membela hak dan kepentingan hukum
PEMBERI KUASA sehubungan dengan DUGAAN tindak
pidana Korupsi penggunaan Dana Proyek Pembangunan
Lapangan Pesawat Terbang di Kab. Banyuwangi Jawa
Timur pada tahun 2008, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1), dan/atau Pasal 3 Undang-Undang
Republik Indonesia No. 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2001
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik
Indonesia No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 KUHP ayat (1) ke-1
KUHPidana. ----------------------------------------------------------------------------

44
Untuk itu : ------------------------------------------------------------------------
 Menghadap di muka Pengadilan Tipikor pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Tinggi, Mahkamah
Agung RI, Badan Peradilan lainnya, serta Institusi
Penegak Hukum, POLRI, Kejaksaan RI, Institusi lain yang
ditentukan oleh Undang-Undang, Pejabat-Pejabat
Pemerintah; ------------------------------------------------------------------
-
 Membuat pembelaan dan mengajukan saksi-saksi dan
bukti-bukti, mengajukan banding dan/atau mengajukan
kontra banding, mengajukan kasasi dan/atau
mengajukan kontra memori kasasi serta permohonan-
permohonan lainnya yang dianggap perlu, menjalankan
perbuatan-perbuatan atau memberikan keterangan-
keterangan yang menurut hukum harus dijalankan atau
diberikan oleh seorang kuasa ;---------------------------------------
 Menerima uang dan menandatangani kwitansi-kwitansi,
menerima dan melakukan pembayaran-pembayaran
dalam perkara ini, mempertahankan dan membela
kepentingan yang memberi kuasa, meminta putusan dan
menolak serta mengajukan upaya hukum terhadap

45
putusan, meminta eksekusi, membalas surat-surat dan
melakukan perlawanan;-------------------------------------
 Dan selanjutnya melakukan segala tindakan dan upaya-
upaya lain yang dianggap penting, berguna dan baik
oleh yang menerima kuasa untuk menyelesaikan
masalah dimaksud yang diperkenankan menurut hukum
walaupun tidak dengan tegas disebutkan dalam surat
kuasa ini; ---------------------------------------------------------------------
-
 Kuasa ini diberikan dengan hak substitusi (recht van
subtitutie) dan secara tegas dengan hak retensi.

Jakarta, 12 Juni 2008

PENERIMA KUASA PEMBERI KUASA

Dr. H. FAUZIE YUSUF HASIBUAN, SH,MH. RAMALU,


S.H.,M.H.

MUSTAKIM, S.H.,M.H.

ERIK PRABUALDI

46
2. Contoh Gugatan Perdata

Jakarta, 06 Juli 2010

Kepada Yth.
KETUA PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN
di
- JAKARTA-

Hal : Gugatan Perceraian

Dengan Hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini, kami : H.


INDRAWAN,S.H.,M.H.,MUSTAKIM,S.H.,M.H., BAMBANG
BUDIONO,S.H.,M.H, Para Advokat pada Kantor
INDRAWAN & REKAN, beralamat di Ruko Multi Guna 3H
Jl. Rajawali Selatan Raya Blok C5 No.2, Kemayoran Jakarta
Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Nomor : 045
/SK/I&R/V/2010, tertanggal 21 Juni 2010 (Vide : Foto copy

47
Surat Kuasa terlampir), oleh karenanya bertindak untuk
dan atas nama:

SUSANA WANGI, Umur 42 tahun, Agama Islam, Pekerjaan


Ibu rumah tangga, Kewarganegaraan Indonesia, bertempat
tinggal di Jalan Lurus 3 No. 85 Cilandak Barat Jakarta
Selatan, Pemegang Kartu Tanda Penduduk No.
09.5201.440576.0383, dalam hal ini memilih tempat
kediaman hukum (domisili) di kantor kuasanya tersebut
diatas, dengan ini menandatangani dan memajukan surat
gugatan, dan selanjutnya disebut PENGGUGAT.

Dengan ini mengajukan gugatan terhadap:

DARWUNU WARU, Umur 49 tahun, Agama Islam,


Pekerjaan Wiraswasta, Kewarganegaraan Indonesia,
bertempat tinggal di Jalan Lurus 3 No. 85 Cilandak Barat
Jakarta Selatan , dan Selanjutnya disebut sebagai
TERGUGAT.

Adapun alasan/dalil - dalil Gugatan Perceraian adalah


sebagai berikut :

48
1. Bahwa, pada tanggal 28 Desember 2001, antara
Penggugat dengan Tergugat telah dilangsungkan
pernikahan yang dicatat oleh Kantor Urusan Agama
sesuai dengan Kutipan Akta Nikah Nomor : 5542 pada
tanggal 28 Desember 2001 (Vide Bukti P-1);

2. Bahwa, setelah pernikahan tersebut Penggugat dengan


Tergugat bertempat tinggal bertempat tinggal di Jalan
Lurus 3 No. 85 Cilandak Barat Jakarta Selatan, sesuai
dengan Kartu Keluarga Nomor 3102.000603 (Vide
Bukti P-2);

3. Bahwa dalam pernikahan antara Penggugat dan


Tergugat telah di karuniai 2 (dua) orang anak yang
masing-masing bernama :
a. Sanitasi, lahir tanggal 19/9/2002 (Vide Bukti P-3);
b. Wina Korelasi, lahir tanggal 08/09/2003 (Vide Bukti
P-4);

4. Bahwa pada mulanya kehidupan rumah tangga antara


Penggugat dengan Tergugat berjalan rukun dan damai,
akan tetapi kehidupan rukun dan damai tersebut
tidaklah berlangsung lama, memasuki tahun kedua

49
pernikahan ketentraman rumah tangga Penggugat
dengan Tergugat mulai goyah, setelah :
a. Antara Penggugat dengan Tergugat sering kali terjadi
perselisihan yang tidak ada kunjung penyelesaiannya
dan Tergugat seringkali berlaku kasar dan memukul
serta mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas
kepada Penggugat dan tidak jarang pula perlakuan
tersebut dilakukan di hadapan anak-anak (Vide Bukti
P-5);
b. Tergugat tidak bertanggung jawab terhadap keluarga,
selama ini Tergugat hidup dengan seenaknya tidak
memikirkan biaya kehidupan dan tanggung jawab
selaku kepala keluarga, segala biaya dan kebutuhan
rumah tangga dan anak-anak dipikul penuh oleh
Penggugat.
c. Bahwa Tergugat setiap hari meninggalkan rumah
dengan alasan dan keperluan yang tidak jelas,
Tergugat lebih sering berkumpul dengan teman-
temannya daripada bersama-sama dengan anak dan
istri;
d. Tergugat mempunyai sifat dan sikap serta perilaku
yang kasar kepada Penggugat dimana ucapannya
sangat menyakitkan hati Penggugat;

50
e. Tergugat mempunyi sifat dan sikap serta perilaku yang
menyimpang dari ajaran serta tuntunan agama
dimana seringkali melakukan tindakan-tindakan
provokatif irrasional yang membuat perasaan tidak
nyaman dan/atau tertekannya Penggugat (selaku istri)
secara mental (Vide Bukti P-6)
f. Bahwa, Penggugat telah berkali-kali berupaya
mengatasi masalah tersebut dengan membicarakannya
kepada Ibu Tergugat namun tidak mendapatkan
respon/tanggapan positip dari Ibu Tergugat maupun
Tergugat ;

5. Bahwa, akibat tindakan tersebut diatas, Penggugat telah


menderita lahir batin (Vide Bukti P-7) dan Penggugat
tidak menerima atas perlakuan Tergugat terhadap
Penggugat serta Penggugat merasa tidak sanggup lagi
untuk melanjutkan rumah tangga dengan Tergugat oleh
karenanya Penggugat berkesimpulan satu-satunya jalan
keluar yang terbaik bagi Penggugat adalah bercerai
dengan Tergugat, karena sudah tidak sesuai lagi
dengan tujuan perkawinan dan menurut Pasal 1 UU 1
Tahun 1974, Tentang Perkawinan serta Kompilasi
Hukum Islam.

51
6. Bahwa, 2 (dua) anak hasil perkawinan Penggugat dan
Tergugat saat ini masih kecil (belum berumur 12 tahun)
dan membutuhkan kasih sayang dari Penggugat sebagai
ibu kandungnya, oleh karenanya mohon Penggugat
ditunjuk sebagai pengasuh dan pemelihara atas anak
tersebut sesuai dengan ketentuan Yurisprodensi MARI
No.239/K/Sip/1968 jo Yurisprodensi MARI
No.102K/Sip/1973 ;

7. Bahwa, apabila nantinya Penggugat ditunjuk menjadi


pemelihara dan pengasuh terhadap anak tersebut,
maka sudah barang tentu memerlukan biaya
pemeliharaan terhadap anak-anak tersebut diatas, maka
Penggugat menuntut kepada Tergugat biaya
pemeliharaan anak sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima Juta
Rupiah) per bulan diluar biaya kesehatan dan
pendidikan ;

Berdasarkan alasan/dalil-dalil diatas, Penggugat mohon


agar Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Barat cq Majelis
Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara aquo,

52
selanjutnya menjatuhkan putusan (dalam pokok perkara)
yang amarnya berbunyi :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;


2. Menetapkan perkawinan Penggugat dan Tergugat
sebagaimana termaksud dalam Kutipan Akta Nikah
Nomor : 5542, tanggal 28 Desember 2001, yang
dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama, putus karena
perceraian ;
3. Menetapkan 2 (dua) orang anak masing masing
bernama Sanitasi, lahir tanggal 19/9/2002 dan Wina
Kolerasi, lahir tanggal 08/09/2003, di bawah
pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat;-
4. Menghukum Tergugat untuk memberikan nafkah anak
kepada Penggugat sebesar Rp 5.000.000,- (Lima Juta
Rupiah) per bulan diluar biaya kesehatan dan
pendidikan;
5. Membebankan biaya perkara kepada Penggugat;

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon


putusan yang seadil-adilnya (ex. aequo et bono).

53
Demikian gugatan perceraian ini Penggugat ajukan, dengan
harapan Ketua/Majelis Hakim Pengadilan Jakarta Selatan,
berkenan mengabulkannya, dan atas perkenannya
Penggugat ucapkan terima kasih.

Hormat Kami,
KUASA HUKUM PENGGUGAT

MUSTAKIM, S.H.,M.H.

ERIK PRABUALDI, S.H.

54
DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, Fauzie Yusuf, Strategi Penegakan Hukum,


Jakarta : Fauzie & Paartners, 2002.

_____________, Peran, Fungsi dan Perkembangan Organisasi


Advokat, Bahan Ajar Pendidikan Khusus Profesi
Advokat (PKPA) dilaksanakan oleh PERADI tahun
2007.

______________, “Lokakarya Program Pendidikan Advokat


ARAH DAN PROGRAM Pendidikan Khusus Profesi
Advokat (PKPA)” disampaikan dalam Acara
Lokakarya Pendidikan Advokat yang
diselenggarakan oleh Perhmpunan Advokat
Indonesia (PERADI) bekerja sama dengan Fakultas
Hukum Universitas Tarumanegara (UNTAR)
bertempat di Universitas Tarumanegara, pada
tanggal 28 Maret 2009.

_______________, Peran, Fungsi & Perkembangan Organisasi


Advokat, Makalah disampaikan pada Pendidikan Khusus
Profesi Advokat di Fakultas Hukum Universitas Islam

55
Indonesia (UII), pada tanggal 13 Januari 2007. dan di
Kursus Keterampilan Pengacara&Konsultan Hukum Yan
Apul & Founners tanggal 13 Februari 2007.

Hasibuan, otto, Menjalankan Pekerjaan Profesi Advokat


Dan Bertindak Seolah-olah Sebagai Advokat Tetapi Bukan
Advokat (Makalah disampaikan pada Diskusi yang
diselenggarakan DPP IKADIN di Hotel Kartika Chandra ,
Jakarta. Pada tanggal 29 Januari 2004.

Kadafi, Binziad, dkk, Advokat Indonesia Mencari Ligitimasi


: Studi tenteng Tanggung Jawab Profesi Hukum di
Indonesia, (Jakarta : Pusat Studi Hukum dan Kebijakan
Indonesia, 2001), hal. 253.
___________, Pendidikan dan Latihan (diklat) hakim,
JENTERA, Jakarta : PSHK, 2003.

K. Bertens, Etika, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Manan, Abdul, Penerapan Hukum Acara Perdata di


Lingkungan Peradilan Agama, Cet. III, Jakarta : Prenada
Media, 2005.

56
Pandu, Yudha, Klien dan Advokat, Jakarta :PT. Abadi, 2004.

________, Klien dan Penasehat hukum dalam Perspektif


Masa Kini, Jakarta : PT. Abadi Jaya. 2001.

Putusan perkara No. 014/PUU-IV/2006

Proposal Program Kerja Pendidikan Khusus Profesi


Advokat DPN PERADI,

Rambe, Ropuan, Tehnik Praktek Advokat, Jakarta :


Grasindo, 2001.

Soemaryono, E, Etika Profesi Hukum, Cet, 1, Yogyakarta


:Kanisius, 1995.

Tanjung, Khaerul H, Sejarah Hukum Advokat Indonesia,


Januari 2007, di dowload Penulis pada tanggal 1 Juni 2009
di www.google.com.

Term Reference (TOR) Lokakarya Pendidikan Khsusu


Profesi Advokat.

57
The Asia Foundation dan Pusat Studi Hukum dan
Kebijakan Indonesia, Advokat Indonesia Mencari Ligitimasi
: Studi tentang Tanggung Jawab Profesi Hukum di
Indonesia, (Jakarta : The Asia Foundation dan Pusat Studi
Hukum dan Kebijakan Indonesia Hal. 393

Winata, Frans Hendra, Advokat Indonesia : Citra Edialisme


dan Keprihatinan, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995.

58
RIWAYAT HIDUP PENULIS

MUSTAKIM adalah anak ke 2 (dua) dari 3


bersaudara, lahir di Banyuwangi 08 Oktober 1979, Jawa
Timur, dari pasangan Bapak RAMELI dan Ibu JULAEHAK,
Menempuh pendidikan Pendidikan Dasar di SD Negeri 1 di
Sumbersari-Srono, Pendidikan tingkat pertama di SMP
Negeri 2 Srono-Banyuwangi dan Pendidikan Menengah Atas
di SMA Negeri 2 Genteng-Banyuwangi. Setelah tamat SMA
kemudian merantau ke Jakarta untuk bekerja sambil
kuliah. Di tahun 2000 masuk kuliah Fakultas Hukum
Universitas Nasional (UNAS JAKARTA) bidang kekhususan
Praktisi Hukum dan lulus tahun 2004. Setelah lulus dari
Fakultas Hukum sempat bekerja di Kantor Notaris & PPAT
di Jakarta. Sempat bergabung dengan Perkumpulan
Pengacara Publik Berpektif Lingkungan Hidup (PIELs),
sebuah organisasi yang mempunyai visi dan misi menjaga
dan melestarikan lingkungan hidup dan pada Kelompok
Kerja Pengelolaan Sumber Daya Alam (POKJA-PSDA) yaitu
sebuah organisasi yang melakukan pemantauan dan
mendorong pembahasan RUU PSDA sebagai payung dari

59
semua aturan dibidang lingkungan hidup. Pada awal tahun
2006, Penulis bekerja di Kantor Hukum FAUZIE &
PARTNERS, dipimpin Advokat Senior Dr. H. FAUZIE YUSUF
HASIBUAN, S.H.,M.H, hingga sekarang. Pada tahun 2007
mengikuti Pendidikan Khusus Profesi Advokat yang
dilaksanaksan oleh Universitas Islam Jakarta (UIJ) dan
Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN) bekerja sama dengan
Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) sebagai
pemegang otoritas penyelenggaraan Pendidikan Khsusu
Profesi Advokat. Pada tahun yang sama mengikuti Ujian
Advokat yang dilaksanakan oleh Panitia Ujian PERADI
(PUPA-PERADI) dan dinyatakan LULUS. Kemudian di tahun
2008 dilantik menjadi Advokat PERADI. Pada tahun 2007,
melanjutkan kuliah pada Program Pasca Sarjana (S2)
jurusan Hukum Bisnis pada Universitas Nasional Jakarta,
lulus tahun 2009, Aktifitas sekarang sebagai Advokat,
Dosen Fakultas Hukum Universitas Nasional, Anggota DPC
PERADI JAKBAR bidang Pendidikan Periode 2012-2015,
Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Periode
2012-2013, Ketua Biro Hukum Dewan Pimpinan Cabang
Gerakan Karya Justitia (DPC GKJI) dan banyak mengikuti
kegiatan seminar dan talk Show bertemakan hukum di
Jakarta.

60
LAMPIRAN :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 18 TAHUN 2003
TENTANG
ADVOKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :
a. bahwa Negara Republik Indonesia, sebagai negara
hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bertujuan
mewujudkan tata kehidupan bangsa yang sejahtera,
aman, tenteram, tertib, dan berkeadilan;
b. bahwa kekuasaan kehakiman yang bebas dari segala
campur tangan dan pengaruh dari luar, memerlukan
profesi Advokat yang bebas, mandiri, dan bertanggung
jawab, untuk terselenggaranya suatu peradilan yang
jujur, adil, dan memiliki kepastian hukum bagi semua

61
pencari keadilan dalam menegakkan hukum, kebenaran,
keadilan, dan hak asasi manusia;
c. bahwa Advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri, dan
bertanggung jawab dalam menegakkan hukum, perlu
dijamin dan dilindungi oleh undang-undang demi
terselenggaranya upaya penegakan supremasi hukum;
d. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang Advokat yang berlaku saat ini sudah tidak
sesuai lagi dengan kebutuhan hukum masyarakat;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d,
perlu membentuk Undang-Undang tentang Advokat.

Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 1/Drt/1951 tentang Tindakan-
tindakan Sementara Untuk Menyelenggarakan Kesatuan
Susunan, Kekuasaan, dan Acara Pengadilan-pengadilan
Sipil (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 81);
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaaan Kehakiman

62
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970
Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2951) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3879);
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3209);
5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1985 Nomor 73, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3316);
6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan
Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1986 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3327);
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

63
Tahun 1986 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3344);
8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1989
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3400);
9. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan
Militer (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3713);
10. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1
Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang
tentang Kepailitan Menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 135,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3778);
11. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 138, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3872).

64
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :UNDANG-UNDANG TENTANG ADVOKAT

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
3. Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa
hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang
memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-
Undang ini.
4. Jasa Hukum adalah jasa yang diberikan Advokat berupa
memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum,
menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela,
dan melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan hukum klien.

65
5. Klien adalah orang, badan hukum, atau lembaga lain
yang menerima jasa hukum dari Advokat.
6. Organisasi Advokat adalah organisasi profesi yang
didirikan berdasarkan Undang-Undang ini.
7. Pengawasan adalah tindakan teknis dan administratif
terhadap Advokat untuk menjaga agar dalam
menjalankan profesinya sesuai dengan kode etik
profesi dan peraturan perundang-undangan yang
mengatur profesi Advokat.
8. Pembelaan diri adalah hak dan kesempatan yang
diberikan kepada Advokat untuk mengemukakan
alasan serta sanggahan terhadap hal-hal yang
merugikan dirinya di dalam menjalankan profesinya
ataupun kaitannya dengan organisasi profesi.
9. Honorarium adalah imbalan atas jasa hukum yang
diterima oleh Advokat berdasarkan kesepakatan
dengan Klien.
10. Advokat Asing adalah advokat berkewarganegaraan
asing yang menjalankan profesinya di wilayah negara
Republik Indonesia berdasarkan persyaratan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

66
11. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh
Advokat secara cuma-cuma kepada Klien yang tidak
mampu.
12. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung
jawabnya meliputi bidang hukum dan perundang-
undangan.

BAB II
PENGANGKATAN, SUMPAH, STATUS, PENINDAKAN,
DAN
PEMBERHENTIAN ADVOKAT

Bagian Kesatu
Pengangkatan

Pasal 2
(1) Yang dapat diangkat sebagai Advokat adalah sarjana
yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum dan
setelah mengikuti pendidikan khusus profesi Advokat
yang dilaksanakan oleh Organisasi Advokat.
(2) Pengangkatan Advokat dilakukan oleh Organisasi
Advokat.

67
(3) Salinan surat keputusan pengangkatan Advokat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
kepada Mahkamah Agung dan Menteri.

Pasal 3
(1) Untuk dapat diangkat menjadi Advokat harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. warga negara Republik Indonesia;
b. bertempat tinggal di Indonesia;
c. tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat
negara;
d. berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima)
tahun;
e. berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan
tinggi hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1);
f. lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat;
g. magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus
menerus pada kantor Advokat;
h. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak
pidana kejahatan yang diancam dengan pidana
penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

68
i. berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan
mempunyai integritas yang tinggi.
(2) Advokat yang telah diangkat berdasarkan persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menjalankan praktiknya dengan mengkhususkan diri
pada bidang tertentu sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
Sumpah

Pasal 4
(1) Sebelum menjalankan profesinya, Advokat wajib
bersumpah menurut agamanya atau berjanji dengan
sungguh-sungguh di sidang terbuka Pengadilan Tinggi
di wilayah domisili hukumnya.
(2) Sumpah atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), lafalnya sebagai berikut:
“Demi Allah saya bersumpah/saya berjanji :
- bahwa saya akan memegang teguh dan mengamalkan
Pancasila sebagai dasar negara dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia;

69
- bahwa saya untuk memperoleh profesi ini, langsung
atau tidak langsung dengan menggunakan nama atau
cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan
barang sesuatu kepada siapapun juga;
- bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi sebagai
pemberi jasa hukum akan bertindak jujur, adil, dan
bertanggung jawab berdasarkan hukum dan keadilan;
- bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi di dalam
atau di luar pengadilan tidak akan memberikan atau
menjanjikan sesuatu kepada hakim, pejabat pengadilan
atau pejabat lainnya agar memenangkan atau
menguntungkan bagi perkara Klien yang sedang atau
akan saya tangani;
- bahwa saya akan menjaga tingkah laku saya dan akan
menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kehormatan,
martabat, dan tanggung jawab saya sebagai Advokat;
- bahwa saya tidak akan menolak untuk melakukan
pembelaan atau memberi jasa hukum di dalam suatu
perkara yang menurut hemat saya merupakan bagian
daripada tanggung jawab profesi saya sebagai seorang
Advokat.

70
(3) Salinan berita acara sumpah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) oleh Panitera Pengadilan Tinggi yang
bersangkutan dikirimkan kepada Mahkamah Agung,
Menteri, dan Organisasi Advokat.

Bagian Ketiga
Status
Pasal 5
(1) Advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan
mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan
perundang-undangan.
(2) Wilayah kerja Advokat meliputi seluruh wilayah negara
Republik Indonesia.

Bagian Keempat
Penindakan
Pasal 6
Advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan :
a. mengabaikan atau menelantarkan kepentingan
kliennya;
b. berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap
lawan atau rekan seprofesinya;

71
c. bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau
mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan sikap
tidak hormat terhadap hukum, peraturan perundang-
undangan, atau pengadilan;
d. berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban,
kehormatan, atau harkat dan martabat profesinya;
e. melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan dan atau perbuatan tercela;
f. melanggar sumpah/janji Advokat dan/atau kode etik
profesi Advokat.

Pasal 7
(1) Jenis tindakan yang dikenakan terhadap Advokat dapat
berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. pemberhentian sementara dari profesinya selama 3
(tiga) sampai 12 (dua belas) bulan;
d. pemberhentian tetap dari profesinya.
(2) Ketentuan tentang jenis dan tingkat perbuatan yang
dapat dikenakan tindakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Dewan
Kehormatan Organisasi Advokat.

72
(3) Sebelum Advokat dikenai tindakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), kepada yang bersangkutan
diberikan kesempatan untuk melakukan pembelaan
diri.

Pasal 8
(1) Penindakan terhadap Advokat dengan jenis tindakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a,
huruf b, huruf c, atau huruf d, dilakukan oleh Dewan
Kehormatan Organisasi Advokat sesuai dengan kode
etik profesi Advokat.
(2) Dalam hal penindakan berupa pemberhentian
sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf
c atau pemberhentian tetap dalam huruf d, Organisasi
Advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan putusan penindakan tersebut kepada
Mahkamah Agung.

73
Bagian Kelima
Pemberhentian

Pasal 9
(1) Advokat dapat berhenti atau diberhentikan dari
profesinya oleh Organisasi Advokat.
(2) Salinan Surat Keputusan pemberhentian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Mahkamah
Agung, Pengadilan Tinggi, dan lembaga penegak hukum
lainnya.

Pasal 10
(1) Advokat berhenti atau dapat diberhentikan dari
profesinya secara tetap karena alasan:
a. permohonan sendiri;
b. dijatuhi pidana yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan hukuman 4 (empat) tahun atau
lebih; atau
c. berdasarkan keputusan Organisasi Advokat.
(2) Advokat yang diberhentikan berdasarkan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak berhak
menjalankan profesi Advokat.

74
Pasal 11
Dalam hal Advokat dijatuhi pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, Panitera Pengadilan Negeri
menyampaikan salinan putusan tersebut kepada
Organisasi Advokat.

BAB III
PENGAWASAN
Pasal 12
(1) Pengawasan terhadap Advokat dilakukan oleh
Organisasi Advokat.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan agar Advokat dalam menjalankan
profesinya selalu menjunjung tinggi kode etik profesi
Advokat dan peraturan perundang-undangan.

Pasal 13
(1) Pelaksanaan pengawasan sehari-hari dilakukan oleh
Komisi Pengawas yang dibentuk oleh Organisasi
Advokat.

75
(2) Keanggotaan Komisi Pengawas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas unsur Advokat senior, para
ahli/akademisi, dan masyarakat.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengawasan diatur lebih
lanjut dengan keputusan Organisasi Advokat.

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN ADVOKAT
Pasal 14
Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan
dalam membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya
di dalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pada
kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan.

Pasal 15
Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk
membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya dengan
tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan
perundang-undangan.

76
Pasal 16
Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun
pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan
iktikad baik untuk kepentingan pembelaan Klien dalam
sidang pengadilan.

Pasal 17
Dalam menjalankan profesinya, Advokat berhak
memperoleh informasi, data, dan dokumen lainnya, baik
dari instansi Pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan
dengan kepentingan tersebut yang diperlukan untuk
pembelaan kepentingan Kliennya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 18
(1) Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang
membedakan perlakuan terhadap Klien berdasarkan
jenis kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau latar
belakang sosial dan budaya.
(2) Advokat tidak dapat diidentikkan dengan Kliennya
dalam membela perkara Klien oleh pihak yang
berwenang dan/atau masyarakat.

77
Pasal 19
(1) Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahui atau diperoleh dari Kliennya karena
hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh
Undang-undang.
(2) Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan
Klien, termasuk perlindungan atas berkas dan
dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan
perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi
elektronik Advokat.

Pasal 20
(1) Advokat dilarang memegang jabatan lain yang
bertentangan dengan kepentingan tugas dan martabat
profesinya.
(2) Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta
pengabdian sedemikian rupa sehingga merugikan
profesi Advokat atau mengurangi kebebasan dan
kemerdekaan dalam menjalankan tugas profesinya.
(3) Advokat yang menjadi pejabat negara, tidak
melaksanakan tugas profesi Advokat selama
memangku jabatan tersebut.

78
BAB V
HONORARIUM

Pasal 21
(1) Advokat berhak menerima Honorarium atas Jasa
Hukum yang telah diberikan kepada Kliennya.
(2) Besarnya Honorarium atas Jasa Hukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan secara wajar
berdasarkan persetujuan kedua belah pihak.

BAB VI
BANTUAN HUKUM CUMA-CUMA
Pasal 22
(1) Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara
cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak
mampu.
(2) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara
pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

79
BAB VII
ADVOKAT ASING
Pasal 23
(1) Advokat asing dilarang beracara di sidang pengadilan,
berpraktik dan/atau membuka kantor jasa hukum atau
perwakilannya di Indonesia.
(2) Kantor Advokat dapat mempekerjakan advokat asing
sebagai karyawan atau tenaga ahli dalam bidang hukum
asing atas izin Pemerintah dengan rekomendasi
Organisasi Advokat.
(3) Advokat asing wajib memberikan jasa hukum secara
cuma-cuma untuk suatu waktu tertentu kepada dunia
pendidikan dan penelitian hukum.
(4) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara
memperkerjakan advokat asing serta kewajiban
memberikan jasa hukum secara cuma-cuma kepada
dunia pendidikan dan penelitian hukum diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Menteri.

Pasal 24
Advokat asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat
(2) tunduk kepada kode etik Advokat Indonesia dan
peraturan perundang-undangan.

80
BAB VIII
ATRIBUT
Pasal 25
Advokat yang menjalankan tugas dalam sidang pengadilan
dalam menangani perkara pidana wajib mengenakan
atribut sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB IX
KODE ETIK DAN DEWAN KEHORMATAN ADVOKAT
Pasal 26

(1) Untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi


Advokat, disusun kode etik profesi Advokat oleh
Organisasi Advokat.
(2) Advokat wajib tunduk dan mematuhi kode etik profesi
Advokat dan ketentuan tentang Dewan Kehormatan
Organisasi Advokat.
(3) Kode etik profesi Advokat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.
(4) Pengawasan atas pelaksanaan kode etik profesi
Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat.

81
(5) Dewan Kehormatan Organisasi Advokat memeriksa dan
mengadili pelanggaran kode etik profesi Advokat
berdasarkan tata cara Dewan Kehormatan Organisasi
Advokat.
(6) Keputusan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat
tidak menghilangkan tanggung jawab pidana apabila
pelanggaran terhadap kode etik profesi Advokat
mengandung unsur pidana.
(7) Ketentuan mengenai tata cara memeriksa dan
mengadili pelanggaran kode etik profesi Advokat diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Dewan Kehormatan
Organisasi Advokat.

Pasal 27
(1) Organisasi Advokat membentuk Dewan Kehormatan
Organisasi Advokat baik di tingkat Pusat maupun di
tingkat Daerah.
(2) Dewan Kehormatan di tingkat Daerah mengadili pada
tingkat pertama dan Dewan Kehormatan di tingkat
Pusat mengadili pada tingkat banding dan terakhir.
(3) Keanggotaan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur
Advokat.

82
(4) Dalam mengadili sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Dewan Kehormatan membentuk majelis yang
susunannya terdiri atas unsur Dewan Kehormatan,
pakar atau tenaga ahli di bidang hukum dan tokoh
masyarakat.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan, tugas, dan
kewenangan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat
diatur dalam Kode Etik.
BAB X
ORGANISASI ADVOKAT
Pasal 28
(1) Organisasi Advokat merupakan satu-satunya wadah
profesi Advokat yang bebas dan mandiri yang dibentuk
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dengan
maksud dan tujuan untuk meningkatkan kualitas
profesi Advokat.
(2) Ketentuan mengenai susunan Organisasi Advokat
ditetapkan oleh para Advokat dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga.
(3) Pimpinan Organisasi Advokat tidak dapat dirangkap
dengan pimpinan partai politik, baik di tingkat Pusat
maupun di tingkat Daerah.

83
Pasal 29
(1) Organisasi Advokat menetapkan dan menjalankan kode
etik profesi Advokat bagi para anggotanya.
(2) Organisasi Advokat harus memiliki buku daftar
anggota.
(3) Salinan buku daftar anggota sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) disampaikan kepada Mahkamah Agung
dan Menteri.
(4) Setiap 1 (satu) tahun Organisasi Advokat melaporkan
pertambahan dan/atau perubahan jumlah anggotanya
kepada Mahkamah Agung dan Menteri.
(5) Organisasi Advokat menetapkan kantor Advokat yang
diberi kewajiban menerima calon Advokat yang akan
melakukan magang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (1) huruf g.
(6) Kantor Advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
wajib memberikan pembimbingan, pelatihan, dan
kesempatan praktik bagi calon advokat yang
melakukan magang.

84
Pasal 30
(1) Advokat yang dapat menjalankan pekerjaan profesi
Advokat adalah yang diangkat sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang ini.
(2) Setiap Advokat yang diangkat berdasarkan Undang-
Undang ini wajib menjadi anggota Organisasi Advokat.

BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 31
Setiap orang yang dengan sengaja menjalankan pekerjaan
profesi Advokat dan bertindak seolah-olah sebagai
Advokat, tetapi bukan Advokat sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta) rupiah.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 32
(1) Advokat, penasihat hukum, pengacara praktik dan
konsultan hukum yang telah diangkat pada saat

85
Undang-undang ini mulai berlaku, dinyatakan sebagai
Advokat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
(2) Pengangkatan sebagai pengacara praktik yang pada
saat Undang-Undang ini mulai berlaku masih dalam
proses penyelesaian, diberlakukan ketentuan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
(3) Untuk sementara tugas dan wewenang Organisasi
Advokat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
ini, dijalankan bersama oleh Ikatan Advokat Indonesia
(IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan
Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Himpunan Advokat
dan Pengacara Indonesia (HAPI), Serikat Pengacara
Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia
(AKHI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal
(HKHPM) dan Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia
(APSI).
(4) Dalam waktu paling lambat 2 (dua) tahun setelah
berlakunya Undang-Undang ini, Organisasi Advokat
telah terbentuk.

Pasal 33
Kode etik dan ketentuan tentang Dewan Kehormatan
Profesi Advokat yang telah ditetapkan oleh Ikatan Advokat

86
Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI),
Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Himpunan
Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI), Serikat
Pengacara Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum
Indonesia (AKHI), dan Himpunan Konsultan Hukum Pasar
Modal (HKHPM), pada tanggal 23 Mei 2002 dinyatakan
mempunyai kekuatan hukum secara mutatis mutandis
menurut Undang-Undang ini sampai ada ketentuan yang
baru yang dibuat oleh Organisasi Advokat.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Peraturan pelaksanaan yang mengatur mengenai Advokat,
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum
dibentuk atau diganti dengan peraturan perundang-
undangan yang baru sebagai pelaksanaan Undang-Undang
ini.

Pasal 35
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, maka:
1. Reglement op de Rechterlijke Organisatie en het Beleid
der Justitie in Indonesie (Stb. 1847 Nomor 23 jo. Stb.

87
1848 Nomor 57), Pasal 185 sampai Pasal 192 dengan
segala perubahan dan penambahannya;
2. Bepalingen betreffende het kostuum der Rechterlijke
Ambtenaren dat der Advokaten, procureurs en
Deuwaarders (Stb. 1848 Nomor 8);
3. Bevoegdheid departement hoofd in burgelijke zaken
van land (Stb. 1910 Nomor 446 jo. Stb. 1922 Nomor
523); dan
4. Vertegenwoordiging van de land in rechten (K.B.S 1922
Nomor 522); dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 36
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

88
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 5 April 2003
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 5 April 2003


SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2003


NOMOR 49

89
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 2003
TENTANG
ADVOKAT

I. UMUM

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia
adalah negara hukum. Prinsip negara hukum menuntut
antara lain adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang
di hadapan hukum (equality before the law). Oleh karena itu,
Undang-Undang Dasar juga menentukan bahwa setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum.

Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip negara hukum


dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, peran dan
fungsi Advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri dan
bertanggung jawab merupakan hal yang penting, di

90
samping lembaga peradilan dan instansi penegak hukum
seperti kepolisian dan kejaksaan. Melalui jasa hukum yang
diberikan, Advokat menjalankan tugas profesinya demi
tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan
masyarakat pencari keadilan, termasuk usaha
memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak
fundamental mereka di depan hukum. Advokat sebagai
salah satu unsur sistem peradilan merupakan salah satu
pilar dalam menegakkan supremasi hukum dan hak asasi
manusia.

Selain dalam proses peradilan, peran Advokat juga terlihat


di jalur profesi di luar pengadilan. Kebutuhan jasa hukum
Advokat di luar proses peradilan pada saat sekarang
semakin meningkat, sejalan dengan semakin
berkembangnya kebutuhan hukum masyarakat terutama
dalam memasuki kehidupan yang semakin terbuka dalam
pergaulan antarbangsa. Melalui pemberian jasa konsultasi,
negosiasi maupun dalam pembuatan kontrak-kontrak
dagang, profesi Advokat ikut memberi sumbangan berarti
bagi pemberdayaan masyarakat serta pembaharuan hukum
nasional khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan,
termasuk dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan.

91
Kendati keberadaan dan fungsi Advokat sudah
berkembang sebagaimana dikemukakan, peraturan
perundang-undangan yang mengatur institusi Advokat
sampai saat dibentuknya Undang-undang ini masih
berdasarkan pada peraturan perundang-undangan
peninggalan zaman kolonial, seperti ditemukan dalam
Reglement op de Rechterlijke Organisatie en het Beleid der
Justitie in Indonesie (Stb. 1847 : 23 jo. Stb. 1848 : 57), Pasal
185 sampai Pasal 192 dengan segala perubahan dan
penambahannya kemudian, Bepalingen betreffende het
kostuum der Rechterlijke Ambtenaren dat der Advokaten,
procureurs en Deuwaarders (Stb. 1848 : 8), Bevoegdheid
departement hoofd in burgelijke zaken van land (Stb. 1910 :
446 jo. Stb. 1922 : 523), dan Vertegenwoordiging van de
land in rechten (K.B.S 1922 : 522).

Untuk menggantikan peraturan perundang-undangan yang


diskriminatif dan yang sudah tidak sesuai lagi dengan
sistem ketatanegaraan yang berlaku, serta sekaligus untuk
memberi landasan yang kokoh pelaksanaan tugas
pengabdian Advokat dalam kehidupan masyarakat, maka
dibentuk Undang-Undang ini sebagaimana diamanatkan
pula dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 14 Tahun

92
1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehakiman, sebagaimana diubah dengan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 1999.

Dalam Undang-undang ini diatur secara komprehensif


berbagai ketentuan penting yang melingkupi profesi
Advokat, dengan tetap mempertahankan prinsip
kebebasan dan kemandirian Advokat, seperti dalam
pengangkatan, pengawasan, dan penindakan serta
ketentuan bagi pengembangan organisasi Advokat yang
kuat di masa mendatang. Di samping itu diatur pula
berbagai prinsip dalam penyelenggaraan tugas profesi
Advokat khususnya dalam peranannya dalam menegakkan
keadilan serta terwujudnya prinsip-prinsip negara hukum
pada umumnya.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “berlatar belakang pendidikan
tinggi hukum” adalah lulusan fakultas hukum, fakultas

93
syariah, perguruan tinggi hukum militer, dan perguruan
tinggi ilmu kepolisian.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 3
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “bertempat tinggal di Indonesia”
adalah bahwa pada waktu seseorang diangkat sebagai
advokat, orang tersebut harus bertempat tinggal di
Indonesia. Persyaratan tersebut tidak mengurangi
kebebasan seseorang setelah diangkat sebagai advokat
untuk bertempat tinggal dimanapun.

94
Huruf c
Yang dimaksud dengan “pegawai negeri” dan “pejabat
negara”, adalah pegawai negeri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) dan “pejabat negara” sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor
43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
Dalam Pasal 2 ayat (1) ditentukan bahwa Pegawai Negeri
terdiri dari:
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Dalam Pasal 11 ayat (1) ditentukan bahwa Pejabat Negara


terdiri dari:
a. Presiden dan Wakil Presiden;
b. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
c. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat;
d. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Agung
pada Mahkamah Agung, serta Ketua, Wakil Ketua, dan
Hakim pada semua Badan Peradilan;

95
e. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Pertimbangan
Agung;
f. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Pemeriksa
Keuangan;
g. Menteri, dan jabatan yang setingkat Menteri;
h. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri
yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan
Berkuasa Penuh;
i. Gubernur dan Wakil Gubernur;
j. Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota; da
k. Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-
undang. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam huruf
c mencakup Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
l.
Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
Cukup jelas.

96
Huruf f
Yang dimaksud dengan “Organisasi Advokat” dalam ayat
ini adalah Organisasi Advokat yang dibentuk sesuai
dengan ketentuan Pasal 32 ayat (4) Undang-undang ini.

Huruf g
Magang dimaksudkan agar calon advokat dapat memiliki
pengalaman praktis yang mendukung kemampuan,
keterampilan, dan etika dalam menjalankan profesinya.
Magang dilakukan sebelum calon Advokat diangkat sebagai
Advokat dan dilakukan di kantor advokat.
Magang tidak harus dilakukan pada satu kantor advokat,
namun yang penting bahwa magang tersebut dilakukan
secara terus menerus dan sekurang-kurangnya selama 2
(dua) tahun.
Huruf h
Cukup jelas.

Huruf i
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

97
Pasal 4
Cukup jelas.
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Advokat berstatus sebagai
penegak hukum” adalah Advokat sebagai salah satu
perangkat dalam proses peradilan yang mempunyai
kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya dalam
menegakkan hukum dan keadilan.
Yang dimaksud dengan “bebas” adalah sebagaimana
dirumuskan dalam penjelasan Pasal 14.

Ayat (2)
Dalam hal Advokat membuka atau pindah kantor dalam
suatu wilayah negara Republik Indonesia, Advokat wajib
memberitahukan kepada Pengadilan Negeri, Organisasi
Advokat, dan Pemerintah Daerah setempat.

Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.

98
Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Ketentuan dalam huruf c ini, berlaku bagi Advokat baik di
dalam maupun di luar Pengadilan. Hal ini, sebagai
konsekuensi status advokat sebagai penegak hukum, di
manapun berada harus menunjukkan sikap hormat
terhadap hukum, peraturan perundang-undangan, atau
pengadilan.
Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Cukup jelas.

99
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “penegak hukum lainnya” adalah
Pengadilan Tinggi untuk semua lingkungan peradilan,
Kejaksaan, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang
wilayah hukumnya meliputi tempat kedudukan Advokat.
Pasal 10
Cukup jelas.

Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.

100
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan”
adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai Advokat.
Pasal 13
Cukup jelas.

Pasal 14
Yang dimaksud dengan “bebas” adalah tanpa tekanan,
ancaman, hambatan, tanpa rasa takut, atau perlakuan yang
merendahkan harkat martabat profesi. Kebebasan tersebut
dilaksanakan sesuai dengan kode etik profesi dan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 15
Ketentuan ini mengatur mengenai kekebalan Advokat
dalam menjalankan tugas profesinya untuk kepentingan
kliennya di luar sidang pengadilan dan dalam
mendampingi kliennya pada dengar pendapat di lembaga
perwakilan rakyat.

101
Pasal 16
Yang dimaksud dengan “iktikad baik” adalah menjalankan
tugas profesi demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum
untuk membela kepentingan kliennya.
Yang dimaksud dengan “sidang pengadilan” adalah sidang
pengadilan dalam setiap tingkat pengadilan di semua
lingkungan peradilan.

Pasal 17
Cukup jelas.

Pasal 18
Cukup jelas.

Pasal 19
Cukup jelas.

Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

102
Ayat (3)
Ketentuan dalam ayat ini tidak mengurangi hak dan
hubungan perdata Advokat tersebut dengan kantornya.

Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “ secara wajar” adalah dengan
memperhatikan resiko, waktu, kemampuan, dan
kepentingan klien.
Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “hukum asing” adalah hukum dari
negara asalnya dan/atau hukum internasional di bidang
bisnis dan arbitrase.

103
Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.

Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

104
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “tokoh masyarakat” antara lain
ahli agama dan/atau ahli etika.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “pimpinan partai politik” adalah
pengurus partai politik.
Pasal 29
Cukup jelas.

Pasal 30
Cukup jelas.

105
Pasal 31
Cukup jelas.

Pasal 32
Cukup jelas.

Pasal 33
Cukup jelas.

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4288

106
PERATURAN
PERHIMPUNAN ADVOKAT INDONESIA NOMOR 1
TAHUN 2006
TENTANG
PELAKSANAAN MAGANG UNTUK CALON ADVOKAT

Menimbang:
a. Bahwa satu di antara persyaratan yang harus dilalui
untuk menjadi advokat adalah mengikuti magang
selama 2 (dua) tahun terus-menerus di kantor advokat;
b. Bahwa untuk melaksanakan syarat magang tersebut,
Perhimpunan Advokat Indonesia (“PERADI”) perlu
untuk membuat suatu aturan mengenai magang.

Mengingat:
Pasal 3 ayat (1) huruf g, Pasal 29 ayat (5), Pasal 29 ayat (6)
Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4282).

107
Memperhatikan:
Rapat Dewan Pimpinan Nasional PERADI pada tanggal 6
Juli 2006 dan 7 Agustus 2006.

MEMUTUSKAN

Menetapkan:
PERATURAN PERHIMPUNAN ADVOKAT INDONESIA
TENTANG PELAKSANAAN MAGANG UNTUK CALON
ADVOKAT

BAB I
KANTOR ADVOKAT YANG DAPAT MENERIMA MAGANG
DAN ADVOKAT PENDAMPING

Pasal 1
Kantor Advokat yang dapat menerima magang adalah
Kantor Advokat yang memenuhi syaratsyarat di bawah ini:
a. Didirikan oleh seorang atau lebih Advokat yang telah
terdaftar dalam Buku Daftar Anggota PERADI;
b. Tersedianya Advokat yang dapat menjadi Advokat
pendamping (“Advokat Pendamping”) untuk para Calon
Advokat yang menjalankan magang;

108
c. Bersedia menerbitkan surat keterangan magang (“Surat
Keterangan Magang” –Contoh terlampir sebagai Lampiran
1) yang isinya menjelaskan bahwa Calon Advokat telah
menjalani magang di Kantor Advokat dan menerangkan
jangka waktu magang Calon Advokat;
d. Bersedia memberikan bukti-bukti bahwa Calon Advokat
telah menjalani magang di Kantor Advokat;
e. Bersedia membuat laporan berkala (“Laporan Berkala” –
Contoh terlampir sebagai Lampiran 2) tentang pelaksanaan
magang untuk disampaikan ke PERADI setiap 6 (enam)
bulan dan/atau pada saat Calon Advokat berhenti
melakukan magang di Kantor Advokat yang bersangkutan.

Pasal 2
Advokat yang dapat menjadi Advokat Pendamping harus
memenuhi ketentuan berikut:
a. Terdaftar dalam Buku Daftar Anggota;
b. Telah menjadi Advokat selama sedikitnya 7 (tujuh)
tahun ketika akan mulai menjadi Advokat Pendamping;
c. Tidak sedang cuti sebagai Advokat;
d. Tidak sedang menjalani sanksi pemberhentian
sementara oleh Dewan Kehormatan PERADI;
e. Tidak sedang menjalani hukuman pidana.

109
Pasal 3
(1) Menyimpang dari ketentuan-ketentuan Pasal 1, karena
pertimbangan-pertimbangan tertentu atas keadaan di
suatu daerah, PERADI dapat menunjuk langsung Kantor
Advokat untuk menerima Calon Advokat melakukan
magang.
(2) Kantor-kantor atau lembaga-lembaga yang memberikan
bantuan hukum cuma-cuma, termasuk yang berada di
lingkungan perguruan tinggi, yang memenuhi persyaratan
yang dimaksud dalam Pasal 1 huruf b, huruf c, huruf d,
dan huruf e di atas, dapat mendaftarkan diri ke PERADI
guna dipersamakan sebagai Kantor Advokat yang dapat
menerima Calon Advokat melakukan magang.

Pasal 4
Kantor Advokat dapat menentukan sendiri jumlah Calon
Advokat yang dapat diterima di Kantor Advokat untuk
menjalani magang, dengan ketentuan pada saat yang sama
seorang Advokat Pendamping hanya dapat menjadi
Advokat Pendamping terhadap paling banyak 5 (lima)
orang Calon Advokat.

110
BAB II
SYARAT-SYARAT MAGANG UNTUK CALON ADVOKAT

Pasal 5
Calon Advokat yang hendak menjalani magang wajib
mengajukan permohonan magang kepada Kantor Advokat
yang memenuhi persyaratan tersebut dalam Pasal 1 di atas
dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Warga negara Indonesia;
b. Bertempat tinggal di Indonesia;
c. Tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat
negara;
d. Lulusan pendidikan tinggi hukum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) Undang- Undang
Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat (“UU
Advokat”);
e. Telah mengikuti Pendidikan Khusus Profesi Advokat
yang diselenggarakan oleh PERADI dan telah lulus Ujian
Advokat.

111
BAB III
RUANG LINGKUP MAGANG
Pasal 6
(1) Selama masa magang (2 tahun), Calon Advokat harus
membuat sedikitnya 3 (tiga) laporan persidangan
(“Laporan Sidang” –Contoh terlampir sebagai Lampiran 3)
perkara pidana yang bukan merupakan perkara sumir dan
6 (enam) Laporan Sidang perkara perdata.
(2) Laporan-laporan Sidang sebagaimana dimaksud dalam
Ayat (1) Pasal ini adalah laporan atas setiap sidang yang
dimulai pada sidang pertama sampai dengan adanya
putusan atas masing-masing perkara dimaksud. Perkara-
perkara dimaksud tidak harus merupakan perkara-perkara
yang ditangani oleh Kantor Advokat tempat Calon Advokat
melakukan magang.
(3) Selain ruang lingkup sebagaimana dimaksud dalam
Ayat 1 Pasal ini, Kantor Advokat dapat juga memberikan
pembimbingan, pelatihan, dan kesempatan praktik di
bidang lainnya kepada Calon Advokat, antara lain:
a. Berpartisipasi dalam suatu pekerjaan kasus atau
proyek, baik di bidang litigasi maupun non-litigasi;
b. Melakukan riset hukum di dalam maupun di luar
Kantor Advokat;

112
c. Menyusun konsep, laporan tentang pekerjaan yang
dilakukannya berupa memo, minuta, korespondensi
e-mail, perjanjian-perjanjian, dan dokumen hukum
lainnya;
d. Menerjemahkan peraturan, memo, artikel dari
bahasa Indonesia ke bahasa asing ataupun
sebaliknya; dan/atau
e. Menganalisa perjanjian atau kontrak.

Pasal 7
(1) Calon Advokat tidak dibenarkan memberikan jasa
hukum secara langsung kepada klien, tetapi semata-
mata mendampingi/membantu Advokat Pendamping
dalam memberikan jasa hukum.
(2) Pemberian magang oleh Kantor Advokat kepada Calon
Advokat tidak berarti bahwa Calon Advokat harus
menjadi karyawan pada Kantor Advokat tempat ia
melakukan magang.

113
BAB IV
TUGAS ADVOKAT PENDAMPING DALAM
PELAKSANAAN MAGANG

Pasal 8
Advokat Pendamping bertugas:
a. Memberikan bimbingan dan pembelajaran dalam
berpraktik hukum;
b. Melakukan pengawasan terhadap kerja dan perilaku
Calon Advokat yang menjalankan magang agar Calon
Advokat tersebut dapat memiliki pengalaman praktis
yang mendukung kemampuan, keterampilan, dan etika
yang baik dalam menjalankan profesinya;
c. Mengevaluasi pekerjaan yang dilakukan Calon Advokat
selama menjalani magang, dan melaporkannya kepada
PERADI secara berkala sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 huruf e;
d. Memastikan bahwa setiap Laporan Sidang sebagaimana
dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) dan (2) di atas adalah
benar dan turut menandatangani Laporan Sidang
tersebut untuk nantinya disampaikan ke PERADI
bersama dengan Laporan Berkala;

114
e. Melaporkan ke PERADI tentang adanya Calon Advokat
yang sedang melakukan magang paling lambat 14
(empat belas) hari terhitung sejak Calon Advokat
melakukan magang (Contoh terlampir sebagai
Lampiran 4);
f. Dalam hal Advokat Pendamping bukan merupakan
Advokat yang sekaligus berwenang mewakili Kantor
Advokat untuk menerbitkan Surat Keterangan Magang,
maka Surat Keterangan Magang wajib juga
ditandatangani oleh Advokat Pendamping.

BAB V
LARANGAN PERMINTAAN IMBALAN
Pasal 9
Kantor Advokat DILARANG meminta imbalan dalam
bentuk apapun dari Calon Advokat yang melakukan
magang di Kantor Advokat dimaksud.

BAB VI
SURAT KETERANGAN MAGANG
Pasal 10
(1) Kantor Advokat akan menerbitkan Surat Keterangan
Magang bagi Calon Advokat yang telah selesai

115
menjalankan masa magang di Kantor Advokat tersebut
sesuai dengan lamanya waktu Calon Advokat
melakukan magang.
(2) Surat Keterangan Magang ini dapat dijadikan bukti
bahwa Calon Advokat tersebut sudah menjalani
magang untuk memenuhi persyaratan magang
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3 ayat (1) huruf g
UU Advokat.

Pasal 11
(1) PERADI berwenang penuh untuk memverifikasi
kebenaran Surat Keterangan Magang maupun Laporan
Berkala dan Laporan Sidang yang diajukan.
(2) Jika ternyata isi Surat Keterangan Magang dan atau
Laporan Berkala dan/atau Laporan Sidang ternyata
tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya,
misalnya Calon Advokat ternyata tidak pernah
melakukan magang atau melakukan magang kurang
dari jangka waktu yang disebutkan dalam Surat
Keterangan Magang, baik Advokat Pendamping yang
menerbitkan Surat Keterangan Magang dimaksud
maupun Calon Advokat yang menggunakannya akan
dikenai sanksi berupa diberhentikan dari profesi

116
advokat secara tetap. Apabila Calon Advokat dimaksud
belum diangkat sebagai Advokat, yang bersangkutan
tidak akan pernah dapat diangkat sebagai Advokat.

BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 12

(1) Calon Advokat yang telah bekerja selama sedikitnya 2


(dua) tahun berturut-turut di satu atau lebih Kantor
Advokat terhitung sejak diundangkannya UU Advokat
pada 5 April 2003, dianggap telah memenuhi ketentuan
magang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
huruf g UU Advokat dengan syarat harus menyerahkan
bukti-bukti berupa:
a. surat keterangan dari Kantor(-kantor) Advokat
tempat ia bekerja atau pernah bekerja;
b. slip gaji atau bukti pembayaran honorarium yang
dikeluarkan Kantor Advokat untuk Calon Advokat
atau bukti pemotongan pajak PPh Pasal 21 atau
kartu Jamsostek;
c. surat keterangan dari Advokat Pendamping yang
menjelaskan bahwa Calon Advokat telah ikut

117
membantu penanganan sedikitnya 3 (tiga) perkara
pidana dan 6 (enam) perkara perdata (para pihak
dan nomor perkara harus disebutkan dalam surat
keterangan tersebut).
(2) Calon Advokat yang telah bekerja selama sedikitnya 2
(dua) tahun berturut-turut di satu atau lebih Kantor
Advokat pada saat Peraturan ini ditandatangani, namun
belum memenuh ketentuan telah ikut membantu
penanganan sedikitnya 3 (tiga) perkara pidana dan 6
(enam) perkara perdata maka Calon Advokat tersebut
wajib memenuhi sisa jumlah perkara yang disyaratkan.

Pasal 13
Dipersamakan dengan Kantor Advokat sebagaimana
dimaksud pada Pasal 12 ayat (1) di atas adalah kantor-
kantor atau lembaga-lembaga yang memberikan bantuan
hukum cuma-cuma, termasuk yang berada di lingkungan
perguruan tinggi, yang setelah diverifikasi PERADI dapat
diterima dan dipersamakan sebagai Kantor Advokat yang
dapat menerima magang.

118
Pasal 14
Dengan tetap mengacu pada pemenuhan ketentuan
dimaksud pada Pasal 6 ayat (1), Calon Advokat yang
sedang magang/bekerja di Kantor Advokat dan/atau
kantor-kantor/lembagalembaga bantuan hukum
sebagaimana dimaksud Pasal 12 dan Pasal 13 di atas,
tetapi belum mencapai waktu 2 (dua) tahun, masa
magang/kerja yang sedang dijalani tersebut akan
diperhitungkan sebagai bagian dari masa magang
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf g UU Advokat.

Pasal 15
(1) Ketentuan Peralihan ini HANYA berlaku terhadap Calon
Advokat yang lulus dalam 2 (dua) ujian Advokat yang
diselenggarakan PERADI di tahun 2006 –yaitu Ujian
Profesi Advokat yang telah dilaksanakan pada tanggal 4
Februari 2006 dan Ujian Profesi Advokat yang akan
dilaksanakan pada tanggal 9 September 2006– serta
yang akan diselenggarakan di tahun 2007.
(2) Ketentuan tentang telah ikut membantu penanganan
sedikitnya 3 (tiga) perkara pidana dan 6 (enam) perkara
perdata sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat (1)
huruf c di atas DIKECUALIKAN terhadap Calon Advokat

119
yang lulus dalam Ujian Profesi Advokat yang
diselenggarakan pada 4 Februari 2006 dan bekerja di
Kantor Advokat yang mengkhususkan diri pada bidang
non-litigasi –yang dibuktikan dengan terdaftarnya
Advokat Pendamping sebagai anggota Asosiasi
Konsultan Hukum Indonesia atau Himpunan Konsultan
Hukum Pasar Modal.

Pasal 16
(1) Setiap Calon Advokat dan Kantor Advokat yang
termasuk dalam pengaturan Ketentuan Peralihan ini
wajib melaporkan pelaksanaan magang yang
dilakukannya ke PERADI.
(2) Untuk Calon Advokat yang telah lulus dalam Ujian
Profesi Advokat 4 Februari 2006, laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam waktu 90
(sembilan puluh) hari kalender terhitung sejak
berlakunya Peraturan ini.
(3) Untuk Calon Advokat yang lulus dalam Ujian Profesi
Advokat pada 9 September 2006 dan tahun 2007
mendatang, laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disampaikan dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari
kalender terhitung sejak dikeluarkannya pengumuman

120
kelulusan ujian oleh Panitia Ujian Profesi Advokat
PERADI.

Pasal 17
(1) PERADI berwenang penuh untuk memverifikasi
kebenaran surat keterangan dan buktibukti yang
diajukan oleh Calon Advokat dan Kantor Advokat.
(2) Syarat tentang Advokat Pendamping sebagaimana
diatur pada Pasal 2 berlaku terhadap Ketentuan
Peralihan ini.
(3) Ketentuan Pasal 11 ayat (2) berlaku terhadap Advokat
yang menerbitkan surat keterangan dan Calon Advokat
yang menggunakannya.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditandatangani.

121
Jakarta, 16 Agustus 2006
Dewan Pimpinan Nasional

Ttd. Ttd.
Otto Hasibuan, S.H., M.M Harry Ponto, S.H., LL.M.
Ketua Umum Sekretaris Jenderal

122
PERATURAN
PERHIMPUNAN ADVOKAT INDONESIA

NOMOR 2 TAHUN 2006


TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN PERHIMPUNAN


ADVOKAT INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2006
TENTANG
PELAKSANAAN MAGANG UNTUK CALON ADVOKAT

DEWAN PIMPINAN NASIONAL


PERHIMPUNAN ADVOKAT INDONESIA

Menimbang:
a. Bahwa dalam rangka implementasi Peraturan
Perhimpunan Advokat Indonesia Nomor 1 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan Magang untuk Calon Advokat
dirasakan perlunya bagi Perhimpunan Advokat
Indonesia untuk menerbitkan izin sementara praktik
Advokat bagi Calon Advokat yang menjalani magang;

123
b. Bahwa pemberian izin sementara praktik Advokat bagi
Calon Advokat dimaksudkan agar dalam masa magang
yang dijalani mereka dapat melakukan praktik profesi
Advokat secara terbatas, sehingga ketika selesai
menjalani masa magang tersebut sudah memiliki cukup
pengalaman praktik profesi Advokat;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu untuk
mengubah ketentuan dalam Peraturan Perhimpunan
Advokat Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Magang untuk Calon Advokat.

Mengingat:
1. Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4282);
2. Peraturan Perhimpunan Advokat Indonesia Nomor 1
Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Magang untuk Calon
Advokat.

124
Memperhatikan:
Keputusan Rapat Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan
Advokat Indonesia pada tanggal 21 September 2006.

MEMUTUSKAN

Menetapkan:
PERATURAN PERHIMPUNAN ADVOKAT INDONESIA
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
PERHIMPUNAN ADVOKAT INDONESIA NOMOR 1
TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN MAGANG
UNTUK CALON ADVOKAT

Pasal I
Mengubah ketentuan dalam Peraturan Perhimpunan
Advokat Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Magang untuk Calon Advokat, dengan
menyisipkan 5 (lima) pasal di antara Pasal 7 dan Pasal 8,
yakni Pasal 7A, Pasal 7B, Pasal 7C, Pasal 7D, dan Pasal 7E,
yang berbunyi sebagai berikut:

125
“Pasal 7A
PERADI akan mengeluarkan Izin Sementara Praktik
Advokat (“Izin Sementara”) kepada Calon Advokat segera
setelah diterimanya Laporan Penerimaan Calon Advokat
Magang yang memenuhi semua persyaratan yang
diwajibkan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Perhimpunan Advokat Indonesia Nomor 1 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan Magang untuk Calon Advokat, berikut
peraturan pelaksanaannya.

Pasal 7B
(1) Untuk kepentingan magang, Calon Advokat pemegang
Izin Sementara dapat diikutsertakan di dalam surat
kuasa, dengan syarat bahwa di dalam surat kuasa
tersebut, terdapat Advokat Pendamping.
(2) Calon Advokat pemegang Izin Sementara tidak dapat
menjalankan praktik Advokat atas namanya sendiri.
(3) Calon Advokat hanya dapat berpraktik sebagai asisten
dari Advokat Pendamping.

Pasal 7C
(1) Izin Sementara berlaku selama Calon Advokat
menjalani masa magang.

126
(2) Masa magang sebagaimana dimaksud ayat (1)
berakhir pada saat Calon Advokat telah menjalani
magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus-
menerus pada Kantor Advokat serta menyelesaikan
Laporan Sidang sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat
(1) Peraturan Nomor 1 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Magang untuk Calon Advokat, atau jika
Calon Advokat tidak lagi menjalani masa magang di
Kantor Advokat.

Pasal 7D
Selama menjalani masa magang, Calon Advokat pemegang
Izin Sementara wajib berpedoman pada Kode Etik Advokat
Indonesia dan peraturan PERADI lainnya.

Pasal 7E
PERADI berwenang untuk mencabut Izin Sementara apabila
dalam penggunaannya tidak sesuai dengan ketentuan
Peraturan ini.

Pasal II
Peraturan ini disebut juga “Peraturan Perubahan Pertama
Peraturan Magang”.

127
Pasal III
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditandatangani.

Jakarta, 17 Oktober 2006


Dewan Pimpinan Nasional

Ttd. Ttd.

DR. Otto Hasibuan, S.H., M.M. Harry Ponto, S.H., LL.M.


Ketua Ketua Umum
Sekretaris Jenderal

128
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN
PERATURAN PERHIMPUNAN ADVOKAT INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN
MAGANG UNTUK CALON ADVOKAT

Dalam rangka melaksanakan ketentuan magang


sebagaimana diatur dalam Peraturan Perhimpunan
Advokat Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Magang untuk Calon Advokat (“Peraturan
Magang”) Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Advokat
Indonesia memandang perlu untuk menerbitkan petunjuk
teknis pelaksanaan Peraturan Magang sebagai
berikut :

1. Pengertian :
b. Kantor Advokat adalah kantor yang didirikan oleh
seorang atau lebih Advokat yang memberi jasa hukum
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2003 tentang Advokat (“UU Advokat”) dan
para pendirinya terdaftar sebagai anggota Perhimpunan
Advokat Indonesia (“PERADI”).
c. Kantor Advokat yang mengkhususkan diri pada bidang
non-litigasi adalah Kantor Advokat yang seluruh

129
Advokat yang tergabung di dalamnya tidak pernah
menangani perkara litigasi.
2. Verifikasi sebagaimana dimaksud Pasal 11 Peraturan
Magang merupakan kegiatan yang dilakukan PERADI
untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran atas
surat, dokumen dan/atau bukti-bukti yang diajukan
oleh Calon Advokat, Advokat Pendamping, Kantor
Advokat, dan kantor atau lembaga yang memberikan
bantuan hukum cuma-cuma yang dipersamakan
sebagai Kantor Advokat.
3. Calon Advokat dapat menjalani masa magang di
beberapa Kantor Advokat pada waktu yang berbeda,
dengan ketentuan jeda antara masa magang di satu
Kantor Advokat dengan Kantor Advokat lainnya tidak
melebihi 6 (enam) bulan.
4. Kantor Advokat yang menerima magang sebagaimana
dimaksud Pasal 1 Peraturan Magang wajib
menyerahkan surat permohonan yang dilampiri
dengan:
a. Fotokopi Kartu Tanda Pengenal Advokat (“KTPA”)
yang dikeluarkan oleh Komite Kerja Advokat
Indonesia (“KKAI”)/PERADI atau Nomor Induk
Advokat (“NIA”) yang dimiliki oleh pendiri Kantor

130
Advokat sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf
a.
b. Daftar Advokat Pendamping yang memenuhi
ketentuan sebagaimana diatur Pasal 2 Peraturan
Magang, yang dibuktikan dengan fotokopi KTPA
yang dikeluarkan oleh KKAI/PERADI atau NIA.
c. Surat pernyataan yang isinya menjelaskan kesediaan
dari Kantor Advokat untuk:
i. memberikan surat keterangan magang; dan
ii. membuat laporan berkala tentang pelaksanaan
magang sesuai dengan ketentuan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Magang;
iii. memberikan bukti-bukti yang menerangkan
bahwa Calon Advokat telah menjalani magang
di Kantor Advokat tersebut. (contoh surat
pernyataan terlampir sebagai Lampiran)
5. Khusus terhadap kantor atau lembaga yang
memberikan bantuan hukum cuma-Cuma (termasuk
yang berada di lingkungan perguruan tinggi) yang ingin
dipersamakan sebagai Kantor Advokat yang dapat
menerima magang, harus menyerahkan surat
permohonan dengan melampirkan:

131
a. Fotokopi KTPA yang dikeluarkan oleh KKAI/PERADI
atau NIA yang dimiliki oleh pendiri/penanggung
jawab kantor atau lembaga tersebut.
b. Daftar Advokat Pendamping yang memenuhi
ketentuan sebagaimana diatur Pasal 2 Peraturan
Magang, yang dibuktikan dengan fotokopi KTPA
yang dikeluarkan oleh KKAI/PERADI atau NIA
c. Surat pernyataan yang isinya menjelaskan kesediaan
dari kantor atau lembaga tersebut untuk:
j. memberikan surat keterangan magang; dan
ii. membuat laporan berkala tentang pelaksanaan
magang sesuai dengan ketentuan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Magang;
iii. memberikan bukti-bukti yang menerangkan
bahwa Calon Advokat telah menjalani magang di
kantor atau lembaga tersebut. (contoh surat
pernyataan terlampir sebagai Lampiran)
6. Masa praktik selama sedikitnya 7 (tujuh) tahun
sebagaimana dimaksud Pasal 2 huruf b Peraturan
Magang, dihitung sejak tanggal Surat Keputusan Ketua
Pengadilan Tinggi untuk pengangkatan sebagai
pengacara praktek atau Surat Keputusan Menteri
Kehakiman untuk pengangkatan sebagai Advokat atau

132
tanggal penerimaan sebagai anggota Asosiasi Konsultan
Hukum Indonesia atau Himpunan Konsultan Hukum
Pasar Modal.
7. Calon Advokat yang hendak menjalani magang wajib
menyerahkan kepada Kantor Advokat tempat ia akan
melakukan magang, dokumen-dokumen di bawah ini
sebagai bukti telah memenuhi syarat sebagaimana
diatur dalam Pasal 5 Peraturan Magang:
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk Republik Indonesia
(“KTP”) yang masih berlaku;
b. Surat pernyataan dari Calon Advokat yang
menyatakan bahwa ia tidak berstatus sebagai
pegawai negeri, anggota Tentara Nasional Indonesia
atau anggota KepolisianRepublik Indonesia atau
pejabat negara;
c. Fotokopi ijazah pendidikan tinggi hukum yang telah
dilegalisir oleh perguruan tinggi hukum yang
mengeluarkannya;
d. Fotokopi sertifikat Pendidikan Khusus Profesi
Advokat yang diselenggarakan oleh PERADI;
e. Fotokopi sertifikat tanda lulus Ujian Profesi Advokat
yang diselenggarakan oleh PERADI.

133
8. a. Dalam hal Adokat Pendamping pindah kerja ke Kantor
Advokat lain, maka Calon Advokat dapat:
i. mengajukan permohonan kepada Kantor Advokat
tempat Advokat Pendamping tersebut bekerja,
agar Advokat tersebut dapat tetap menjadi
Advokat Pendamping dari Calon Advokat yang
bersangkutan;
ii. mengajukan permohonan agar ditempatkan dalam
pengawasan Advokat Pendamping lain yang masih
bekerja di kantor yang lama, dengan syarat Calon
Advokat yang berada dalam pengawasan Advokat
Pendamping tersebut belum mencapai 5 (lima)
orang; atau
iii. mencari Advokat Pendamping yang baru dari
Kantor Advokat lain.
b. Ketentuan huruf a poin ii dan iii berlaku pula bagi
Calon Advokat yang Advokat Pendampingnya
berhalangan sementara atau tetap sebagai Advokat.

9. Dalam hal Kantor Advokat telah bubar, maka surat


keterangan sebagaimana dimaksud Pasal 12 ayat (1)
Peraturan Magang dikeluarkan oleh Advokat yang

134
pernah menjadi pendiri atau penanggung jawab dari
Kantor Advokat yang telah bubar tersebut.

10. Dalam hal Kantor Advokat telah bubar karena:


a. satu-satunya Advokat Pendiri dari Kantor Advokat
tersebut meninggal dunia; atau
b. semua Advokat pendiri dari Kantor Advokat
tersebut meninggal dunia atau berhalangan tetap,
maka surat keterangan sebagaimana dimaksud Pasal
12 ayat (1) Peraturan Magang dikeluarkan oleh
sedikitnya 3 (tiga) Advokat lain yang mengetahui
bahwa Calon Advokat telah bekerja pada Kantor
Advokat dari Advokat/para Advokat yang meninggal
dunia tersebut. Surat keterangan disampaikan dengan
disertai tanda bukti kematian dari Advokat/para
Advokat pendiri kantor tersebut.

11. Dalam hal Calon Advokat tidak mendapatkan gaji atau


honorarium selama ia menjalani magang di Kantor
Advokat maka ketentuan tentang penyerahan slip gaji
atau bukti pembayaran honorarium atau bukti
pemotongan PPh Pasal 21 atau kartu Jamsostek
sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b

135
dapat digantikan dengan penyerahan surat keterangan
dari Kantor Advokat.
12. Selain menyerahkan bukti-bukti sebagaimana diatur
dalam Pasal 12 ayat (1) Peraturan Magang, Calon
Advokat sebagaimana dimaksud Pasal 12 ayat (1) dan
Pasal 15 ayat (2) Peraturan Magang, harus pula
menyerahkan bukti-bukti pendukung lainnya yang
berupa:
13. Fotokopi KTPA yang dikeluarkan oleh KKAI/PERADI
atau NIA yang dimiliki oleh pendiri Kantor Advokat
sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a atau
yang dimiliki oleh pendiri/penanggung jawab kantor
atau lembaga yang memberikan bantuan hukum cuma-
cuma (termasuk yang berada di lingkungan perguruan
tinggi);
1) Fotokopi KTPA atau NIA Advokat Pendamping;
2) Fotokopi KTP yang masih berlaku;
3) Pas foto berwarna dari Calon Advokat, ukuran 3x4
sebanyak 3 (tiga) lembar;
4) Fotokopi sertifikat kelulusan dalam Ujian Profesi
Advokat yang diselenggarakan oleh PERADI.

136
13. a. Calon Advokat yang telah bekerja selama sedikitnya
2 (dua) tahun berturut-turut di satu atau lebih
Kantor Advokat pada saat ditandatanganinya
Peraturan Magang, namun belum memenuhi
ketentuan telah ikut membantu penanganan
sedikitnya 3 (tiga) perkara pidana dan 6 (enam)
perkara perdata maka wajib memenuhi sisa jumlah
perkara yang disyaratkan dengan memperhatikan
ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1)
dan (2) Peraturan Magang.
b. Calon Advokat sebagaimana dimaksud huruf a di
atas, wajib memiliki Advokat Pendamping
sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Peraturan
Magang.

14. Membantu penanganan perkara sebagaimana dimaksud


Peraturan Magang adalah membantu penanganan
perkara sampai dengan adanya putusan instansi
peradilan tingkat pertama atas masing-masing perkara
dimaksud. Perkara yang berlanjut ke tingkat
pemeriksaan berikutnya (banding, kasasi, dan/atau
peninjauan kembali) diperhitungkan sebagai perkara
yang sama.

137
15. Perkara pidana dan perdata sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Magang adalah seluruh perkara pidana
dan perdata yang diperiksa di pengadilan negeri.

16. Calon Advokat yang sebagaimana dimaksud Pasal 15


ayat (2) Peraturan Magang wajib menyerahkan surat
keterangan dari Advokat Pendamping di Kantor
Advokat yang mengkhususkan diri pada bidang non-
litigasi bahwa ia telah ikut membantu penanganan
sedikitnya 7 (tujuh) transaksi atau proyek atau
pemberian advis atau pendapat hukum selama bekerja
di kantor tersebut.

Jakarta, 11 Desember 2006


Dewan Pimpinan Nasional

Ttd. Ttd.
DR. Otto Hasibuan, S.H., M.M. Harry Ponto, S.H., LL.M.
Ketua Umum Sekretaris Jenderal

138
Lampiran: Surat Pernyataan Kantor Advokat

[Kepala Surat Kantor Advokat Penerima Magang]

[Tempat & Tanggal diterbitkan]

Kepada
Dewan Pimpinan Nasional
Perhimpunan Advokat Indonesia
Gedung Ariobimo Sentral, Mezzanine Floor
Jl. H.R. Rasuna Said Blok. X-2 Kav. 5
Jakarta 12950

SURAT PERNYATAAN KANTOR ADVOKAT

Dengan hormat,

Kami, …………. [nama kantor Advokat sebagaimana diatur


Pasal 1 Peraturan Perhimpunan Advokat Indonesia Nomor
1 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Magang untuk Calon
Advokat (“Peraturan Magang”)/nama kantor atau lembaga
yang memberikan bantuan hukum cuma-Cuma

139
sebagaimana diatur Pasal 3 ayat (2) Peraturan Magang],
beralamat di ……………………, menyatakan bersedia
memberikan surat keterangan magang, membuat laporan
berkala tentang pelaksanaan magang serta memberikan
bukti-bukti yang menerangkan bahwa Calon Advokat telah
menjalani magang di kantor kami.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-


benarnya.

Hormat kami,

Nama: [Nama Pimpinan Kantor Advokat]


NIA: ______________

140
Lampiran 2. Laporan Berkala Pelaksanaan Magang

[Kepala Surat Kantor Advokat Penerima Magang]

LAPORAN BERKALA PELAKSANAAN MAGANG

No. LAPORAN SIDANG YANG KETERANGAN


TELAH/SEDANG
DISELESAIKAN
(Sebutkan Nomor Perkara)

1
2
3
4
5
6
7
8

Uraian: (penjelasan singkat mengenai hal-hal yang


dikerjakan oleh Calon Advokat selama menjalani magang,

141
pekerjaan-pekerjaan yang ditugaskan, dan perkembangan
yang terjadi atas Calon Advokat selama pelaksanaan
magang)

[Tempat & tanggal ditandatangani]

Nama: [Nama Pimpinan Kantor Advokat]


NIA: _______________________

142
Lampiran 3 : Laporan Sidang
LAPORAN SIDANG
Nomor Perkara : ……………………………………………
(nomor register pada Buku Induk Register
masing-masing perkara)

Tanggal Sidang :
………………………………………
Persidangan Ke :
.………………………………………..
Agenda Sidang :
………………………………............

Terdakwa/Tergugat : ...............................................

(coret salah satu)


Penuntut : ........................................
Umum/Penggugat : …………………………………
(coret salah satu)

Majelis Hakim : 1. ……..…….......... ............(Ketua)


2. ..………...……….………(Anggota)
3. ..…………………...…… (Anggota)

143
4. ………...………..……… (Anggota)
5. ……..…………………… (Anggota)

Panitera Pengganti : 1. ……………………………...................


2. ……………………………………………
3. .....................................................
Keterangan :
…………………………………………..………..……………………
…………
----------------------------------------------------------------------

[Tempat dan tanggal ditandatangani]


Advokat Pendamping, Calon Advokat,

Nama: ___________________
Nama:...................
NIA: ___________________....

144
Lampiran 4. Laporan Penerimaan Calon Advokat Magang

[Kepala Surat Kantor Advokat Penerima Magang]

[Tempat & tanggal diterbitkan]

Kepada
Dewan Pimpinan Nasional
Perhimpunan Advokat Indonesia
Plaza Kebon Sirih, P2/14
Jl. Kebon Sirih No. 17-19
Jakarta 10340

LAPORAN PENERIMAAN CALON ADVOKAT MAGANG


Bersama ini kami sampaikan bahwa kami menerima Calon
Advokat berikut ini guna melakukan magang di kantor
kami:

NO NAMA NAMA TANGGAL KETERANGAN


CALON ADVOKAT MULAI
ADVOKAT PENDAMPING MAGANG
1

145
2
3
4
5

Demikian Laporan Penerimaan Calon Advokat Magang ini


kami sampaikan.

Hormat kami,

_________________________
Nama: [Nama Pimpinan Kantor Advokat]
NIA: _______________________

146

Anda mungkin juga menyukai