Penerbit :
ISBN/KDT : 978-623-7376-80-4
Penerbit :
ii
KATA PENGANTAR
iii
Fakultas Hukum Universitas Nasional atas saran dan
masukannya serta segenap mahasiswa yang memberikan
motivasi.
Salam hangat,
Dr. Mustakim, S.H., M.H.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................ v
PERTEMUAN 1
KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA ................. . 1
A. Kekuasaan Kehakiman .................................................. 1
B. Kewenangan Pengadilan.................................................... 2
C. Susunan Badan-Badan Pengadilan.................................... 7
D. Tempat Kedudukan Pengadilan........................................ 10
.
PERTEMUAN 2
PRINSIP PERSIDANGAN DI PENGADILAN ............................ 12
A. Hakim bersifat pasif.......................................................... 12
B. Mengutaman Perdamaian (Dading)................................. . 13
C. Prosedur Berperkara Sederhana, Cepat dan Biay a 13
Ringan ………………………………………………………………………
D. Sidang Pengadilan Terbuka Untuk Umum ................. . 1
15
E. Tidak ada keharusan untuk diwakilkan............................
.
PERTEMUAN 3
PERKARA PERDATA DI PENGADILAN ..................................... 16
A. Perkara Perdata................................................................. 16
B. Jenis Perkara Perdata....................................................... 16
.
PERTEMUAN 4
PIHAK-PIHAK DALAM PROSES PERSIDANGAN D
I
PENGADILAN ....................................................................................... 17
A. Hakim ............................................................................
B. Panitera ......................................................................... 1
C. Juru Sita........................................................................ . 1
D. Juru Sumpah..................................................................... . 21
E. Penggugat dan Tergugat................................................... . 22
F. Pihak Ketiga...................................................................... 23
G. Advokat............................................................................. 23
.
v
24
H. Saksi............................................................................
. 25
I. Ahli..............................................................................
.
.
PERTEMUAN 5 .
PROSES BERACARA DI PENGADILAN ................................ .
26
A. Tahap Pendahuluan.................................................... . 26
B. Tahap Penentuan........................................................ 29
C. Tahap Pelaksanaan...................................................... 32
.
DAFTAR PUSTAKA....................................................... . 33
RIWAYAT HIDUP PENULIS.......................................... . 35
LAMPIRAN................................................................... . 38
vi
PERTEMUAN 1
KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA
A. Kekuasaan Kehakiman
1
Pasal 18 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 157), bahwa:
“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi”. Keempat lingkungan peradilan ini
adalah peradilan dibawah Mahkamah Agung untuk
melaksanakan kekuasaan kehakiman dibidang yudikatif,
yang dibedakan dengan tugas masingmasing lingkungan
peradilan.
B. Kewenangan Peradilan
1. Pengadilan Umum.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 2009
Tentang Peradilan Umum disebutkan bahwa peradilan
umum berwenang memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara pidana dan perdata sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pengadilan Militer adalah pengadilan yang hanya
berwenang untuk mengadili perkara pidana yang
terdakwanya berstatus anggota ABRI/Militer (Undang-
Undang No. 5 tahun 1950) atau Peradilan militer
2
ApriliandaADIL: Jurnal Hukum Vol. 8 No.1
3
berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
tindak pidana militer sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
a. perkawinan;
b. waris;
c. wasiat;
d. hibah;
4
e. wakaf;
f. zakat;
g. infaq;
h. shadaqah;
i. ekonomi syari'ah.
5
b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
6
2. Wewenang relatif atau relative competentie Adalah
mengatur pembagian kekuasaan mengadili antar
Pengadilan yang serupa, tergantung dari tempat tinggal
tergugat. Pasal 118 HIR menyangkut kekuasaan relatif.
Asas yang yang menyangkut wewenang ini adalah ”Actor
Sequitur Forum Rei” terhadap asas Actor Sequitur Forum
Rei terdapat beberapa pengecualian, misalnya yang
terdapat dalam Pasal 118 HIR itu sendiri :
7
d. Apabila tempat tinggal dan tempat tergugat tidak
dikenal, gugatan diajukan kepada Ketua Pengadilan
Negeri tempat tinggal penggugat atau salah satu dari
penggugat.
Menurut Pasal 10 ayat (2) dan Pasal 11 ayat (2) dari Undang-
Undang No. 14 tahun 1970 jo. Undang-Undang No. 4 tahun
2004 adalah Mahkamah Agung adalah pengadilan
tertinggi dan mempunyai organisasi, administrasi, dan
keuangan tersendiri. Oleh karena masing-masing lingkungan
peradilan tersebut terdiri dari pengadilan tingkat pertama
dan tingkat banding yang semua berpuncak kepada
Mahkamah Agung. Artinya dibidang memeriksa, dan
mengadili perkara, maka susunan badan-badan peradilan di
Indonesia adalah sebagai berikut:
8
1. Lingkungan Peradilan Umum adalah Pengadilan Negeri
(PN), Pengadilan Tinggi (PT) dan Mahkamah Agung
(MA).
5. Mahkamah Konstitusi.
9
di daerah hukumnya (Pasal 51 Undang-Undang No. 2
tahun 1986) yang juga disebut pengadilan tingkat
kedua dimana merupakan upaya hukum yang dapat
ditempuh oleh pihak yang kurang puas dengan
pengadilan tingkat pertama.
1
c. kewenangan lainnya yang
diberikan undang-undang
1. Pengadilan Negeri.
3. Mahkamah Agung.
1
4. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia (disingkat MKRI) adalah lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-
sama dengan Mahkamah Agung. Berkedudukan di
Ibukota Negara Indonesia.
1
PERTEMUAN 2
PRINSIP PERSIDANGAN DI PENGADILAN
1
B. Mengutamakan Perdamaian ( Dading ).
1
administrasi. Dan bagi yang kurang mampu dapat meminta
kepada pengadilan untuk berperkara secara Cuma-Cuma
dengan menyertakan surat keterangan tidak mampu dari Rt,
Rw dan diketahui Lurah dan Camat.
1
E. Tidak ada keharusan Untuk Mewakilkan.
1
PERTEMUAN 3
PERKARA PERDATA DI PENGADILAN
A. Perkara Perdata
Perkara Perdata adalah persoalan yang menyangkut
kepentingan subjek hukum lawan subjek hukum lainya yaitu
antara individu hukum. Suatu perkara perdata apabila tidak
dapat diselesaikan secara musyawarah pada umumnya
penyelesaianya dilimpahkan ke Pengadilan Negeri.
1
PERTEMUAN 4
PIHAK-PIHAK DALAM PROSES PERSIDANGAN
DI PENGADILAN
A. Hakim
1. Pengertian Hakim
Dalam kamus bahasa indonesia terbitan Balai Pustaka
memberi tiga definisi hakim, yaitu (i) orang yang
mengadili perkara (di pengadilan atau mahkamah); (2)
pengadilan; atau (3) juri penilai. Secara normatif menurut
Pasal 1 ayat (5) UU Komisi Yudisial No. 22 Tahun
2004 yang dimaksud dengan hakim adalah hakim
agung dan hakim pada badan peradilan di semua
lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah
Agung serta Hakim Mahkamah Konstitusi
sebagimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
1
Hakim adalah hakim pada Mahkamah Agung dan hakim
pada badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha negara, dan hakim pada pengadilan
khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut
B. Panitera
Disamping itu ada Panitera yang bertugas memimpin bagian
administrasi atau tata usaha dibantu oleh wakil panitera,
beberapa panitera penganti dan karyawan-karyawan lainya.
2
2. Harus membuat berita acara sidang pemeriksaan dan
menandatangani bersama-sama dengan ketua sidang
(Pasal 186 HIR, Pasal 197 Rbg).
2
membeda-bedakan orang dan akan berlaku dalam
melaksanakan kewajiban saya sebaik-baiknya dan seadil-
adilnya seperti layaknya bagi seorang Panitera, Wakil
Panitera, Panitera Muda, Panitera Pengganti yang berbudi
baik dan jujur dalam menegakkan hukum dan keadilan
C. Juru Sita
Juru sita dan Juru sita penganti (Pasal 38 Undang-Undang
No. 2 tahun 1986) adapun tugas dari juru sita
adalah Melaksanakan tugas dari ketua sidang dan
menyampaikan pengumuman, teguran-teguran,
pemberitahuan putusan pengadilan, panggilan resmi
kepada tergugat dan penggugat dalam perkara perdata dan
pada saksi, dan juga melakukan penyitaan atas perintah
hakim.
2
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf
d, dan huruf f; dan berpengalaman paling singkat 3
(tiga) tahun sebagai pegawai negeri pada pengadilan negeri.
D. Juru Sumpah
Juru saumpah merupakan petugas pengadilan yang diberi
tugas hanya memegang Kitab Al’Quran bagi mereka yang
beragama Islam di atas kepala daripada yang mengucapkan
sumpah atau kitab lainya menyesuaikan agama saksi atau
pihak yang dihadirkan dalam persidangan sebelum
memberikan keterangan. Sedangkan yang memandu lafal
sumpah adalah hakim yang menyidangkan perkara tersebut.
2
E. Penggugat dan Tergugat
Penggugat (erser, plaintid) dan Tergugat (gedaagde,
defendant). Pihak ini dapatt secara langsung berperkara di
pengadilan dan dapatt juga diwakilkan baik melalui kuasa
khusus (pengacara) maupun kuasa insidentil (hubungan
keluarga).
2
G. Advokat
Undang-Undang No. 18 tahun 2003 tentang advokat, Pasal 1
ayat (1) mengatakan bahwa istilah advokat adalah orang
yang berprofesi memberikan jasa hukum, baik di dalam
maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
undang-undang ini.
H. Saksi
Saksi merupakan salah satu jenis alat bukti dalam perkara
perdata yaitu seseorang yang dihadirkan dalam proses
persidangan untuk memberikan keterangan. Untuk bisa
memberikan keterangan haruslah seseorang yang memenuhi
persyaratan baik materiil maupun formil. Setidaknya
keterangan yang diberikan haruslah keterangan yang di yang
ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan alami sendiri.”
I. Ahli
Tidak ada ketentuan yang menjelaskan mengenai pengertian
ahli. Dalam kamus bahasa indonesia ahli1/ah·li/ n
orang yang mahir, paham sekali dalam suatu ilmu
(kepandaian).
2
PERTEMUAN 5
A. Tahap Pendahuluan.
2
harus menghadap sendiri tetapi mereka dapat
diwakilinya oleh seorang kuasa (Pasal 118ayat (1) jo.
Pasal 123 HIR). Kuasa ini dapat diberikan secara lisan
dengan syarat yang bersangkutan hadir secara pribadi di
persidangan (Pasal 123 ayat (1)HIR, Pasal 147 ayat (1)
Rbg atau Para pihak dapat memberikan kuasa kepada
wakilnya secara tertulis dengan surat kuasa khusus
karena dengan surat kuasa umum tidaklah mencukupi
sebab harus dicantumkan pihak yang bersengketa dan
pokok permasalahan. Surat kuasa ini dapat dibuat secara
autentik atau di bawah tangan. Surat kuasa khusus tidak
diperlukan bagi pegawai negeri yang bertindak sebagai
wakil pemerintah (Pasal 123 ayat (2) HIR, Pasal 147 ayat (2)
Rbg)
2
Setelah Ketua Pengadilan menerima gugatan maka ia
menunjuk hakim yang ditugaskan untuk menangani perkara
tersebut. Pada prinsipnya pemeriksaan dalam
persidangan dilakukan oleh majelis hakim. Untuk ini
Ketua Pengadilan menunjuk seorang hakim sebagai Ketua
Majelis dan dua hakim anggota. Hakim yang
bersangkutan dengan surat penetapan menentukan hari
sidang dan memanggil para pihak agar menghadap para
sidang Pengadilan Negeri pada hari sidang yang telah
ditetapkan dengan membawa saksi- saksi serta bukti-
bukti yang diperlukan (Pasal 121 Ayat (1) HIR, Pasal 145
ayat (1) Rbg). Pemanggilan dilakukan oleh jurusita, surat
panggilan tersebut dinamakan exploit. Exploit itu berserta
salinan surat gugat diserahkan kepada Tergugat pribadi di
tempat tinggalnya. Apabila Tergugat tidak
diketemukan, surat panggilan tersebut kepada Kepala
Desa yang bersangkutan untuk diteruskan kepada Tergugat
(Pasal 390 Ayat (1) HIR , Pasal 789 ayat (1) Rbg). Kalau
Tergugat sudah meninggal maka surat panggilan
disampaikan ahliwarisnya dan apabila ahliwarisnya tidak
diketahui maka disampaikan kepada Kepala Desa ditempat
tinggal terakhir.
3
dapat diikuti Bab tentang jalannya persidangan.
3
B. Tahap Penentuan
1. Sidang Pertama
3
2. Sidang Kedua (Jawaban Tergugat)
3
Sidang kelima dapat disebut sidang pembuktian oleh
penggugat, di sini penggugat mengajukan bukti-bukti
yang memperkuat dalil-dalil penggugat sendiri dan yang
melemahkan dalil-dalil tergugat. Alat pembuktian melalui
surat (fotocopy) harus di nazagelen terlebih dahulu dan
pada waktu sidang dicocokkan dengan aslinya oleh hakim
maupun pihak tergugat. Hakim mempuyai kewenangan
untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dilanjutkan oleh tergugat sedangkan pihak penggugat
memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Terhadap saksi-saksi hakim mempersilahkan penggugat
mengajukan pertanyaan terlebih dahulu, kemudian
hakim sendiri juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dalam rangka memperoleh keyakinan. perdebatan-
perdebatan di bawah pimpinan hakim. Apabila
pembuktian ini belum selesai maka akan dilanjutkan
pada sidang berikutnya. Sidang pembuktian ini dapat
cukup sehari, tetapi biasanya bisa dua tiga kali atau lebih
tergantung kepada kelancaran pembuktian, perlu dicatat
disini bahwa sebelum ditanyakan serta memberikan
keterangan saksi harus disumpah lebih dahulu dan tidak
boleh masuk dalam ruang sidang belum dipanggil.
7. Sidang Ketujuh
3
Sidang ketujuh adalah sidang penyerahan kesimpulan,
disni kedua belah pihak membuat kesimpulan dari hasil-
hasil sidang tersebut. Isi pokok kesimpulan sudah barang
tentu yang menguntungkan para pihak sendiri.
8. Sidang Kedelapan
C. Tahap Pelaksanaan
3
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
3
.
RMJ Koosmargono dan Moch Dja’s, Membaca dan Mengerti
HIR (Penerbit :FH-Undip Semarang, 1995), hal 120-
121.
3
RIWAYAT SINGKAT PENULIS
3
Perhimpunan
3
Advokat Indonesia (PERADI) sebagai pemegang
otoritas penyelenggaraan Pendidikan Khsusu Profesi
Advokat. Pada tahun yang sama mengikuti Ujian Advokat
yang dilaksanakan oleh Panitia Ujian PERADI (PUPA-
PERADI) dan dinyatakan LULUS. Kemudian di tahun 2008
dilantik menjadi Advokat PERADI. Pada tahun 2007,
melanjutkan kuliah pada Program Pasca Sarjana (S2)
jurusan Hukum Bisnis pada Universitas Nasional Jakarta,
lulus tahun 2009.
Pada bulan September tahun 2015 menempuh
Program Doktor Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya dan dinyatakan lulus dan berhak
menyandang gelar doktor pada Maret 2019. Tahun 2020
mengikuti Pelatihan Mediasi Bersertifikat Mahkamah Agung
dan dinyatakan lulus menjadi Mediotor Bersertifikasi.
Selain sebagai Advokat, saat ini menjabat Wakil
Dekan Fakultas Hukum Universitas Nasional. Di luar aktifitas
tersebut, aktif dalam organisasi profesi diantaranya Asosiasi
Hukum Acara Perdata (ADHAPER), Pengurus Asosiassi
Laboratrium dan Klinik Hukum Indonesia (ALHI), Pengurus
Dewan Pimpinan Nasional menjadi Sekretaris Bidang
Eksekusi Pelaksanaan Putusan Dewan Kehormatan Kode Etik
Perhimpunan Advokat Indonesia (DPN PERADI Periode
2015-2020), Ketua Bidang Hukum dan Perundang-
Undangan Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (APTRINDO).
Kegiatan sebelumnya Pengurus DPC PERADI JAKBAR
Periode 2012-2015, Anggota Solidaritas Advokat Publik Untuk
Pengendalian Tembakau di Indonesia (SAPTA-INDONESIA) dan
Anggota Dewan Transportasi Jakarta (DTKJ) Periode 2012-2013
dan Periode 2014-2017 merupakan lembaga independen yang
tugasnya memberikan rekomendasi kepada Gubernur
DKI Jakarta terkait kebijakan di bidang Transportasi di DKI
Jakarta
Aktif menulis buku dan artikel ilmiah. Buku yang
sudah ditulis diantaranya Mekanisme Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial Menurut Undang-Undang
4
No. 2 tahun 2004 (Bipartit, Tripartit dan PPHI), Mediasi
sebagai Alternatif
4
Penyelesaian Sengketa bidang Ketenagakerjaan di
Indonesia, Buku Panduan Pelaksanaan Magang calon
Advokat Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI), Buku
Pedoman Praktis Praktek Sidang di Peradilan Semu di
Lingkungan Fakultas Hukum Universitas Nasional dan
Hukum dan Kebijakan Transportasi Provinsi DKI Jakarta
dan juga artikel- artikel yang sudah dipublikasi diantaranya
Reformulation of Regulations on Restictions on Individual
Vehicles in Realizing Order and Justice Crossed in Indonesia,
Reformulasi Pengaturan Larangan Pengusaha Membayar
Upah Lebih Rendah Upah Minimum, Rencana Penerapan
Electronic Road Pricing (ERP) di Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta (Aspek Hukum dan Permasalahannya),
Management of Tobacco As A Contitutional Rights Warranty
for Health in Indonesia’s Tourism Denpasar 2018 dan
Urgensi Kempimpinan Berintegritas Publik Dalam Negara
Hukum di Tengah Pandemi Covid-19, Pengendalian Lalu Lintas
Jalan Berbayar Elektronik (Studi Peraturan Gubernur DKI
Jakarta No. 149 Tahun 2016), Pandemi Covid-19 Sebagai Alasan
Force Majeure Dalam Melakukan Pemutusan Hubungan Kerja di
Indonesia dan Reformulasi Aturan Larangan Pengusaha
Membayar Upah Lebih Rendah dari Upah Minimum.
4
LAMPIRAN
1. Contoh Surat Kuasa
SURAT KUASA
4
Yang beralamat kantor di Jalan S. Parman No. 19 Lantai 2,
Slipi Jakarta–Indonesia 11480, Telephone (62-21) 5357019,
Faximile (62-21) 5357019, E-mail : adv_fauzie@yahoo.com.
------------------------------------------KHUSUS-------------------------------------------
Mewakili kepentingan hukum PEMBERI KUASA,
menyelesaikan pemberesan Harta Bawaan sebelum
Perkawinan dan Harta Bersama sebagai akibat dari
Putusnya hubungan perkawinan antara PEMBERI KUASA
dengan Sarjono sebagaimana dimaksud dalam Putusan
Pengadilan Agama Jakarta Selatan No.
09/Pdt.G/2009/PAJS, tanggal 5 Februari 2009.
------------------
untuk itu :
• Menghadap di muka Pengadilan Agama Jakarta
Selatan, Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi,
Mahkamah Syariah, Pengadilan Tinggi Agama,
4
Mahkamah Agung RI, Badan Peradilan lainnya, serta
Institusi Penegak
4
Hukum, POLRI, Kejaksaan RI, Institusi lain yang
ditentukan oleh Undang-Undang, Pejabat-Pejabat
Pemerintah.
• Membuat, menyusun, menandatangani, mengajukan
gugatan, duplik, memori banding dan/atau
mengajukan kontra memori banding, mengajukan
memori kasasi dan/atau mengajukan kontra memori
kasasi serta menurus surat-surat dan permohonan-
permohonan lainnya yang dianggap perlu,
menjalankan perbuatan-perbuatan atau memberikan
keterangan-keterangan yang menurut hukum harus
dijalankan atau diberikan oleh seorang kuasa ;-------------
• Mengajukan saksi-saksi dan bukti-bukti, menerima
uang dan menandatangani kwitansi-kwitansi, menerima
dan melakukan pembayaran-pembayaran dalam perkara
ini, mempertahankan dan membela kepentingan yang
memberi kuasa, meminta putusan dan menolak serta
mengajukan upaya hukum terhadap putusan, meminta
eksekusi, membalas surat-surat dan melakukan
perlawanan ;
• Dan selanjutnya melakukan segala tindakan dan
upaya-upaya lain yang dianggap penting, berguna
dan baik oleh yang menerima kuasa untuk
4
menyelesaikan
4
masalah dimaksud yang diperkenankan menurut
hukum walaupun tidak dengan tegas disebutkan
dalam surat kuasa ini;
4
Jakarta, 06 Juli 2010
Kepada Yth.
KETUA PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN
di
- JAKARTA-
Dengan Hormat,
4
SUSANA WANGI, Umur 42 tahun, Agama Islam, Pekerjaan
Ibu rumah tangga, Kewarganegaraan Indonesia, bertempat
tinggal di Jalan Lurus 3 No. 85 Cilandak Barat Jakarta
Selatan, Pemegang Kartu Tanda Penduduk No.
09.5201.440576.0383, dalam hal ini memilih tempat
kediaman hukum (domisili) di kantor kuasanya tersebut
diatas, dengan ini menandatangani dan memajukan surat
gugatan, dan selanjutnya disebut PENGGUGAT.
5
sesuai dengan Kutipan Akta Nikah Nomor : 5542 pada
tanggal 28 Desember 2001 (Vide Bukti P-1);
5
a. Antara Penggugat dengan Tergugat sering kali terjadi
perselisihan yang tidak ada kunjung penyelesaiannya
dan Tergugat seringkali berlaku kasar dan memukul
serta mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas
kepada Penggugat dan tidak jarang pula perlakuan
tersebut dilakukan di hadapan anak-anak (Vide Bukti
P-5);
b. Tergugat tidak bertanggung jawab terhadap keluarga,
selama ini Tergugat hidup dengan seenaknya tidak
memikirkan biaya kehidupan dan tanggung jawab
selaku kepala keluarga, segala biaya dan kebutuhan
rumah tangga dan anak-anak dipikul penuh oleh
Penggugat.
c. Bahwa Tergugat setiap hari meninggalkan rumah
dengan alasan dan keperluan yang tidak jelas,
Tergugat lebih sering berkumpul dengan teman-
temannya daripada bersama-sama dengan anak dan
istri;
d. Tergugat mempunyai sifat dan sikap serta perilaku
yang kasar kepada Penggugat dimana ucapannya
sangat menyakitkan hati Penggugat;
e. Tergugat mempunyi sifat dan sikap serta perilaku yang
menyimpang dari ajaran serta tuntunan agama
5
dimana seringkali melakukan tindakan-tindakan
provokatif irrasional yang membuat perasaan tidak
nyaman dan/atau tertekannya Penggugat (selaku istri)
secara mental (Vide Bukti P-6)
f. Bahwa, Penggugat telah berkali-kali berupaya
mengatasi masalah tersebut dengan membicarakannya
kepada Ibu Tergugat namun tidak mendapatkan
respon/tanggapan positip dari Ibu Tergugat maupun
Tergugat ;
5
6. Bahwa, 2 (dua) anak hasil perkawinan Penggugat dan
Tergugat saat ini masih kecil (belum berumur 12
tahun) dan membutuhkan kasih sayang dari Penggugat
sebagai ibu kandungnya, oleh karenanya mohon
Penggugat ditunjuk sebagai pengasuh dan
pemelihara atas anak tersebut sesuai dengan
ketentuan Yurisprodensi MARI No.239/K/Sip/1968
jo Yurisprodensi MARI No.102K/Sip/1973 ;
5
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menetapkan perkawinan Penggugat dan Tergugat
sebagaimana termaksud dalam Kutipan Akta Nikah
Nomor : 5542, tanggal 28 Desember 2001, yang
dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama, putus karena
perceraian ;
3. Menetapkan 2 (dua) orang anak masing masing
bernama Sanitasi, lahir tanggal 19/9/2002 dan Wina
Kolerasi, lahir tanggal 08/09/2003, di bawah
pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat;-
4. Menghukum Tergugat untuk memberikan nafkah anak
kepada Penggugat sebesar Rp 5.000.000,- (Lima Juta
Rupiah) per bulan diluar biaya kesehatan dan
pendidikan;
5. Membebankan biaya perkara kepada Penggugat;
5
berkenan mengabulkannya, dan atas perkenannya
Penggugat ucapkan terima kasih.
Hormat Kami,
KUASA HUKUM PENGGUGAT
H. INDRAWAN,S.H.,M.H.
MUSTAKIM,S.H.,M.H.