Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

POLISI DALAM HUKUM ACARA PIDANA

NAMA : LIANDA SAFITRI

NIM : 2100874201048

UNIVERSITAS BATANGHARI

2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
............................................................................................................................................................
i

DAFTAR ISI
............................................................................................................................................................
ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..............................................................


............................................................................................................................................................
1

B. Rumusan Permasalahan
............................................................................................................................................................
1

C. Tujuan Dan Kegunaan ................................................................


............................................................................................................................................................
1

BAB II HUKUM ACARA PIDANA

A. Sejarah Singkat Hukum Acara Pidana


............................................................................................................................................................
2

B. Pengertian Hukum Acara Pidana


............................................................................................................................................................
2

C. Fungsi, Tugas dan Tujuan Hukum Acara Pidana


............................................................................................................................................................
2

D. Asas-asas Hukum Acara Pidana


............................................................................................................................................................
3

E. Ilmu-ilmu pembantu dalam Hukum Acara Pidana


............................................................................................................................................................
4
F. Orang-orang Yang Terlibat Dalam Hukum Acara Pidana
............................................................................................................................................................
4

G. Proses Pemeriksaan Sebelum Sampai Pada Pemeriksaan Disidang Pengadilan


............................................................................................................................................................
5

H. Surat Dakwaan
............................................................................................................................................................
6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
............................................................................................................................................................
8

B. Saran
............................................................................................................................................................
8

Daftar pustaka

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang karena rahmat dan
hidayanya saya dapat menyelesaikan Makalah yang Berjudul Hukum Acara Pidana. Makalah ini
disusun melalui berbagai sumber yang aktual dari beberapa media serta perturan perundang
undangan yang tentunya menjadi subjek dalam penyusunan makalah ini. Tujuan penulisan
makalah ini ialah untuk memberikan pengertian kepada kita tentang tinjauan kondisi serta
mengenal lebih dalam tentang aturan yang secara jelas mengatur tentang mekanisme proses
Hukum Acara Pidana. Karena dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, makasegala
masukan, kritik dan saran yang bertujuan membangun makalah ini sangat diharapkan dan
diterima secara terbuka. Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai
pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum yang demokratis,
berdasarkan pancasila dan UUD 1945, bukan berdasarkan atas kekuasaan semata-mata.
Makadari itu, Indonesia membutuhkan yang namanya sebuah hukum yang hidup atau yang
berjalan,dengan hukum itu diharapkan akan terbentuk suasana yang tentram dan teratur bagi
kehidupan masyarakan Indonesia. Tak lepas dari itu, hukum tersebut juga butuh ditegakkan,
demi membela dan melindungi hak-hak setiap warga Negara.
Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur bagaimana
Negaradengan menggunakan alat-alatnya dapat mewujudkan wewenangnya untuk memidana
atau membebaskan pidana.
Didalam KUHAP disamping mengatur ketentuan tentang cara proses pidana juga
mengaturtentang hak dan kewajiban seseorang yang terlibat proses pidana. Proses pidana
yang dimaksud adalah tahap pemeriksaan tersangka (interogasi) pada tingkat penyidikan.
Latar belakang yang melandasi munculnya KUHAP yaitu :
- HIR yang hanya mengatur tentang landraad dan raad van justitie
- UUD
- Pengakuan HAM
- Jaminan bantuan hukum dan ganti rugi
B. Rumusan Masalah
Dalam perumusan makalah ini, penulis merumuskan beberapa kriteria yang akan dibahas
dalam makalah ini. Kiranya dengan rumusan masalah ini, telah sedikit mewakili dari seluruh
isi makalah ini. Diantaranya yaitu :
1. Apa sebenarnya tujuan dari adanya Hukum Acara Pidana ?
2. Siapa-siapa sajakah Orang-orang yang terlibat dalam Hukum Acara Pidana ?
3. Bentuk atau proses beracara dalam perkara pidana ?
4. Seperti apa surat dakwaan ?
C. Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dan kegunaan dari makalah yang penulis buat ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa sebenarnya tujuan dari adanya Hukum Acara Pidana dan hal-hal
yang ada dalam pelaksanaan Hukum Acara Pidana.
2. Guna menambah wawasan dan pengetahuan bagi para mahasiswa mengenai proses
pembentukan suatu hukum pidana dengan mengetahui lebih dalam tentang Hukum Acara
Pidana,serta beberapa permasalahannya.
3. Dapat bermanfaat dan memberikan informasi dalam tentang Hukum Acara Pidana dan
permasalannya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Hukum Acara Pidana.


1848 : Diberlakukan hukum IR (Irlands Reglement sataasblad no 16) untuk
orang orang pribumi dan asia asing seperti Cina, Arab, dan lain-lain dan
Regelement of strafvordering (hukum acara pidana) dan reglement of the
burgelijke recht vordering (hukum acara perdata) untuk bangsaEropa.
Nama pengadilanya adalah Raad Van Justitie yang sekarang menjadi
pengadilan tinggi.
1941 : Di berlakukan HIR (Het Herzine Inlands Reglement) untuk orang-orang
pribumi dan asia asing seperti Cina, Arab, dan lain-lain. Nama
pengadilanya adalah Landrad yang sekarang menjadi pengadilan negri.
1965 : awal proses pembuatan KUHAP. Draft belum sempurna.
1967 : Dibentuk panitia intern dept. kehakiman.
1968 : Seminar hukum II di Semarang. Membahas hukum pidana dan HAM.
1973 : Panitia intern Dept. kehakiman menyusun naskah Rancangan Undang-
Undang HukumAcara Pidana (RUUHAP) namun mengalami jalan buntu.
1974 : Menteri kehakiman yang sebelumnya adalah Prof. Oemar Seno Aji,
diganti oleh Prof.Mochtar Koesoemoatmaja. Beliau lebih
mengintensifkan pembuatan RUUHAP, menyimpandraft V (karena
sebelumnya sudah terjadi perubahan draft sebanyak IV kali), dan
menyerahkanyake kabinet.
1979 : RUUHAP diserahkan ke DPR-RI untuk mendapatkan persetujuan.
9-9-198 : RUUHAP disetujui sidang gabungan (SIGAB) komisi I dan III DPR RI.
23-9-198 : RUUHAP disetujui oleh DPR-RI untuk disahkan oleh Presiden.
31-9-198 : RUUHAP disahkan oleh presiden menjadi UU no.8 tahun 1981.
B. Pengertian Hukum Acara Pidana
Menurut Para Ahli Hukum
A. Simon : Hukum acara pidana bertugas mengatur cara-cara negara dengan alat
perlengkapanya mempergunakan wewenangnya untuk memidana dan menjatuhkan
pidana.
B. Sudarto : Hukum acara pidana adalah aturan-aturan yang memberikan petunjuk apa
yang harus dilakukan pleh pada penegak hukum dan pihak-pihak lain yang terlibat
didalamnya apabila ada persangkaan bahwa hukum pidana dilanggar.
C. Fungsi, Tugas dan Tujuan Hukum Acara Pidana
1. Fungsi Hukum Acara Pidana
Fungsi hukum acara pidana adalah menegakkan/menjalankan hukum pidana. Hukum
acara pidana beroprasi sejak adanya sangkaan tindak pidana walaupun tanpa adanya
permintaan darikorban kecuali tindakan pidana yang ditentukan lain oleh UU.
2. Tugas Hukum Acara Pidana
Tugas pokok hukum acara pidana:
a. Mencari kebenaran materil.(kebenaran selengkap-lengkapnya dari suatu perkara
pidana dengan menerapkan ketetapan-ketetapan hukum acara pidana secara jujur,
tepat dengan tujuanuntuk mencari siapa pelaku yang dapat didakwakan melanggar
hukum pidana dan selanjutnyaminta pemeriksaan dan putusan pengadilan guna
menentukan adakah bukti suatu tindak pidanatelah dilakukan dan apakah
pelakunya bisa dipersalahkan.
b. memeberikan putusan hakim.
c. melaksanakan putusan hakim.
Ruang lingkup acara pidana: tata cara peradilan termasuk pengkhususannya missal
peradilananak, ekonomi, dan lain-lain.
3. Tujuan Hukum Acara Pidana
Tujuan hukum pidana: mencari kebenaran materiil sekaligus perlindungan terhadap
hak-hakasasi manusia
D. Asas-asas Hukum Acara Pidana
1. semua orang diperlakukan sama didepan hukum.
2. penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan hanya dilakukan
berdasarkan perintah tertulis dari pejabat berwenang dan dengan cara yang diatur UU.
3. asas praduga tak bersalah
4. kepada orang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang
berdasarkan UU dan atau kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang ditetapkan
wajib diberi ganti rugi (hak seorang untuk mendapat pemenuhan atas tuntutannya
yang berupa imbalansejumlah uang karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun
diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan
mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurutcara yang diatur dalam
undang-undang ini). dan rehabilitasi (hak seorang untuk mendapat pemulihan hanya
dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada
tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut
ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan
mengenai orangnyaatau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini) singkat dan para pejabat penegak hukum yang dengan sengaja
atau karena kelalaiannya menyebabkan asashukum tersebut dilanggar, dituntut,
dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi.
5. peradilan cepat, sederhana, biaya ringan, serta bebas, jujur, dan tidak memihak.
6. setiap orang yang tengsangkut pidana wajib menerima bantuan hukum.
7. terdakwa wajib diberi tahu dakwaanya, dasar hukumnya dan menghubungi dan
meminta bantuan penasihat hukum.
8. terdakwa harus hadir dalam persidangan.
9. terbuka untuk umum kecuali yang ditentukan lain oleh UU.
10. pengawasan putusan pengdilan dilakukan oleh ketua pengadilan yang bersangkutan.

E. Ilmu-ilmu pembantu dalam Hukum Acara Pidana

1. Ilmu : logika berguna untuk membuat hipotesa yang dicocokan dengan fakta
yang ada sesudahnya sehinggaakan membentuk konstruksi logis tentang ada atau tidak
adanya TP.

2. Psikologi : ilmu yang mempelajari jiwa manusia yang sehat. Ilmu ini diperlukan
karena setiap orang akan mempunyai keadaan jiwa berbeda dengan manusia lain
karena perbedaan lingkungan maupunyang lainnya.
3. psikiatri : ilmu yang mempelajari jiwa manusia yang sakit. Jika seseorang
melakukan tindak pidana dalam keadaan sakit jiwa, maka dia tidak bisa dipidana.

4. kriminalistik : mempelajari kejahatan sebagai teknik yang bisa dipelajari misalnya


dengan menjelaskanpertanyaan ”Dengan apa, dan bagaimana tindak pidana
dilakukan”.

5. kriminologi : ilmu yang mempelajari kejahatan sebagai sebagai masalah manusiawi.


Misalnya dengan mengajukan pertanyaan “Mengapa, dan apa tujuan seseorang
melakukan tindak pidana”.

6. hukum pidana/hukum materil tentang pidana : ilmu yang menjelaskan aturan-aturan


tentang pidana, dan tidak mungkin ada hukum acara pidanatanpa adanya hukum
pidana.

F. Orang-orang Yang Terlibat Dalam Hukum Acara Pidana

Tersangka: orang yang diduga melakukan tp sebelum masuk sidang pengadila. Jika
sudah masuk pengadilan statusnya menjadi terdakwa, dan apabila sudah diputus maka
statusnya sebagai terpidana.

Saksi: orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentigan penyidikan,


penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara yang pidana yang ia dengar, lihat atau
alami sendiri.

Saksi ahli: seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk
membuatterang suatu perkara pidana guna kepentingan peradilan.Penyidik: pejabat
polisi negara republik Indonesia yang diberi wewenang menurut UU untukmelakukan
penyidikan.

Penyelidik: pejabat polisi negara republik Indonesia yang diberi wewenang menurut
UU untuk melakukan penyelidikan.

Penyidik pembantu: pejabat kepolisian negara RI yang karena diberi wewenang


tertentu dapat melakukan tugas penyidikan

Jaksa: pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai
penuntutumum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.

Hakim: pejabat pengadilan yang diberi wewenang oleh UU untuk mengadili.

Advokat/ kuasa hukum.


Pejabat aparat eksekusi: bertugas melaksanakan UU pelaksanaan pidana. Misalnya
pejabat Lapas(lembaga pemasyarakatan).

G. Proses Pemeriksaan Sebelum Sampai Pada Pemeriksaan Disidang Pengadilan

Didalam pemeriksaan pendahuluan, sebelum sampai pada pemeriksaan disidang


pengadilan,akan melalui beberapa proses sebagai berikut:

1. Proses Penyelidikan dan Penyidikan.


Menurut kuhp diartikan bahwa penyelidakan adalah serangkaian tindakan untuk
mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukannya penyelidikan (pasal 1 butir lima
kuhap). Dengan demikian fungsi penelidikan dilaksanakan sebelum dilakukan
penyidikan, yang bertugas untuk mengetahui dan menentukan peristiwa apa yang
telah terjadi dan bertugas membuat berita acara serta laporannya yang nantinya
merupakan dasar permulaan penyidikan.
Sedangkan yang dimaksud dengan penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik
dalam haldan menurut cara yang diatur dalam undang-undang acara pidana, untuk
mencari sertamengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadidan guna menentukan tersangkanya (pasal 1 butir 2
KUHAP)
Oleh karena itu, secara kongkrit dapat dikatakan bahwa penyidikan dimulai sesudah
terjadinyatindak pidana untuk mendapatkan keterangan-keterangan tentang:
a. Tindak apa yang telah dilakukannya
b. Kapan tindak pidana itu dilakuakan
c. Dimana tindak pidana itu dilakukan
d. Dengan apa tindak pidana itu dilakukan
e. Bagaimana tindak pidana itu dilakukan
f. Mengapa tindak pidana itu dilakukan
g. Siapa pembuatnya

2. Petugas-Petugas Penyelidik dan Penyidik


Menurut pasal 4 penyidik adlah setiap pejabat polisi Negara republic Indonesia. Di
dalam tugas penyelidikan mereka mempunyai wewenang- wewenangseperti diatur
dalam pasal 5KUHAPsebagai berikut:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tending adanya tindak pidana
b. Mencari keterangan dan barang bukti
c. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menayakan serta memeriksa
tanda pengenal diri
d. Mengadakan tindakan lain menurut hokum yang bertanggung jawab.
Yang termasuk penyidik adalah
a. Pejabat polisi Negara Republik Indonesia pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
diberiwewenang khusus oleh undang-undang.
b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang.Yang dimaksud dengan penyidik pegawai negeri sipil tertentu, misalnya
pejabat bead an cukai, pejabat imigrasi dan pejabat kehutanan, yang melakukan
tugas penyidikan sesuai denganwewenang khusus yang diberikan oleh undang-
undang yang menjadi dasar hokum nya masing-masing.
Penyidik sebagai mana yang dimaksud dalam pasal 6 KUHAP berwenang untuk:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana
b. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari
tersangka.
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan
e. Melakukan pemeriksaan dan peryitaan surat
f. Mengambil sidik jari dan memotret seorang
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi
h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalm hubungannya dengan pemeriksaan
i. Mengadakan penghentian penyidikan
j. Mengadakan tindakan lain menurut hokum yang bertanggung jawab.(pasal 7
KUHAP)
H. Surat Dakwaan
Surat dakwaan adalah rumusan tindak pidana sebagai dasar dan batas pemeriksaan dan
penuntutan yang dikehendaki UU dalam sidang pengadilan.
1.Syarat-Syarat Dalam Surat Dakwaan
a. syarat formilIdentitas lengkap terdakwa, seperti nama lengkap, tempat tanggal lahir,
kebangsaan, tempattinggal, agama dan pekerjaan.
b. syarat materiilharus berisi uraian secar cermat jelas dan lengkap mengenai tindakan
pidana yang didakwakandengan menyebutkan waktu dan tempat tp itu dilakukan.
2.Cara Merumuskan Surat Dakwaan Cara merumuskan surat dakwaan: harus
mengandung lukisan dari apa yang senyatanya terjadidan mengandung unsur yuridis
dari dari tindak pidana yang dilakukan.
3. Pembatalan Surat Dakwaan
a. pembatalan formil: karena tidak memenuhi syarat mutlak yang ditentukan UU (batal
demihukum).
b. pembatalan hakiki: berdasarkan keputusan penilaian hakim karena kurangnya syarat
yangdianggap esensil (tergantung maksud dan tujuan surat dakwaan).Salah satu cara
pembelaan adalah membuat alibi, yaitu menyatakan tidak ada di tempat padawaktu
kejadian yang disebutkan dalam surat dakwaan.
4. Macam-macam Surat Dakwaan
a. dakwaan tunggal : terdakawa hanya didakwa dengan satu dakwaan saja.
b. dakwaan alternative : terdakwa didakwa dengan > ! dakwaan. Biasany karena
keraguan jaksa tentang jenis TP apa yang tepat untuk menjadi dasar dakwaan.
c. dakwaan subsidair :>1 dakwaan dengan mengurutkan dari yang terberat.
d. dakwaan komulatif :>1dakwaan sekaligus dan masing-masing berdiri sendiri.
e. dakwaan campuran: campuran dari dakwaan alternatif, subsidair, dan komulatif.
5. Syarat penggabungan perkara:
a. beberapa tindak pidana dilakukan oleh beberapa orang yang sama.
b. saling sangkut-paut antara satu tp dengan tp yang lain.
c. tidak sangkut paut namun masih saling berhubungan dan dianggap perlu dalam
proses pemeriksaan.
Ketentuan sangkut paut:
>1 orang yang bekerjasama dalam waktu dan tempat yang sama maupun berbeda.
bermaksud mendapatkan alat untuk melakukan tindak pidana yang lain atau
menghilngkan diri dari pemidanaan asas penuntutan:
Legalitas: setiap TP harus dituntut.karena kepentingan umum.
Oportunitas: pengecualian asaslegalitas karena kepentingan umum. Perbedaan
penghentian dan pengesampingan perkara.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan :
Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur bagaimana
Negara dengan menggunakan alat-alatnya dapat mewujudkan wewenangnya untuk
memidana ataumembebaskan pidana.
Proses beracara dalam acara pidana adalah sebuah pedoman untuk mengumpulkan
data,mengolahnya, menganalisa serta mengkonstruksikannya. Proses beracara dalam
hukum pidana mencakup tiga hal, yaitu sah tidaknya suatu penangkapan atau penahanan
(Pasal & KUHAP), pemeriksaaan sah tidaknya suatu penghentian penyidikan atau
penuntutan (Pasal 80 KUHAP), pemeriksaan tentang permintaan ganti kerugian atau
rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau penahanan atau akibat sahnya
penghentian penyidikan (Pasal 81 KUHAP)
B. Saran
Saran dari penyusun yaitu sebaiknya dalam bercara pidana prosesnya lebih diperbaik lagi
karena masih ada yang merasa bahwa dalam beracara pidana masih sangat merepotkan
dan menghabiskan biaya yang banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, andi,1984. bunga rampai hukum pidana dan acara pidana.Jakarta: Ghalia Indonesia
Hamzah, Andi. 1987. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Petranse, Syarifudin H.Ap dan Sabuan Ansori. 2000. Hukum Acara Pidana.
Indralaya:Universitas Sriwijaya.

Anda mungkin juga menyukai