Anda di halaman 1dari 11

KLIPING

MASA ORDE BARU (1966-1998)

Disusun Oleh :
VANESHA AZHAR

KELAS : XI C

SMP NEGERI 26 MUARO JAMBI


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan Rahmat serta hidayah-Nya, sehingga tugas ini dapat terselesaikan
dengan lancar Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik sumber
materi maupun saran yang diberikan.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembacanya. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan kami, kami yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, Maret 2022

Penulis
Orde Baru (Kepemimpinan Soeharto)

Masa Orde Baru merupakan istilah yang digunakan untuk masa setelah
pemberontakan Gerakan 30 September 1965. Pada masa Orde Baru dibangun tekad
untuk mengabdi pada kepentingan rakyat dan nasional dengan dilandasi oleh
semangat dan jiwa Pancasila serta UUD 1945. Orde Baru merupakan upaya untuk
mengoreksi penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama. Masa Orde Baru
ini dipimpin oleh Soeharto setelah dikeluarkannya Suoersemar (Surat Perintah
Sebelas Maret) oleh Presiden Soekarno.

Dalam Supersemar terdapat 3 point tugas utama yang harus dijalankan oleh
Soeharto. Isinya adalah :
1. Presiden/Panglima tertinggi ABRI/pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS
Soekarno, memutuskan, memerintahkan kepada Letjend Soeharto selaku
panglima Angkatan Darat, mengambil tindakan yang perlu agar terjamin
keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden Soekarno demi keutuhan
bangsa dan negara. 
2. Pengkoordinasian panglima angkatan lain 
3. Melaporkan dan bertanggung jawab terhadap segala yang berhubungan
dengan point kedua.

Konsep yang diambil dari tema “Orde Baru (kepemimpinan Soeharto)

1. Nasionalisme
Rasa Nasionalisme merupakan rasa. Pada dasarnya atau pada awalnya
militer dibentuk sebagai senjata untuk melawan penjajah yang ada di Indonesi
awalnya bernama yang bernama PETA menjadi BKR kemudian dilanjutkan dengan
terbentuknya TKR kemudian hingga dibentuknya TRI sampai berubah namanya
menjadi TNI.

2. Militer

Sebagai tindak lanjut keluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret, Letnal


Jendral Soeharto mengambil beberapa tindakan. Pada tanggal 12 Maret 1966, ia
mengeluarkan surat keputusan yang berisi pembubaran dan larangan bagi Partai
Komunis Indonesia serta Ormas-Ormas yang bernaung dan berlindung atau senada
dengannya untuk beraktivitas dan hidup di wilayah Indonesia.

3. Otoriter

Masa pemerintahan Presiden Soeharto diawali


dengan Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) pada tahun 1966 stelah
Presiden Soekarno menyerahkan Supersemar
tersebut. Dan masa Orde Lama berakhir
berganti dengan masa Orde Baru. Pada masa pemerintahan presiden Soeharto –
Orde baru masa pemerintahan tersebut sangat otoriter, semua rakyat harus tunduk
patuh pada pemerintah. Tidak boleh ada pemberitaan terntang pemerintah. Pada
masa itu pers sangat dibatasi oleh pemerintah. Pemerintah lebih suka
mengembangkan sayapnya tanpa melalui pers. Dan juga tidak boleh ada yang
menjatuhkan pemerintah,
4. Ekonomi
Pada masa pemerintahan Presiden
Soeharto, program yang disusun
sudah jelas arahnya untuk
kepentingan apa. Salah satu untuk
kepentingan Ekonomi yaitu Repelita
(Rencana Pembangunan Lima Tahun), hal ini dilakukan karena pada masa awal
kekuasaan pemerintahan Presiden Soeharto Indonesia sudah mengalami
kemerosotan ekonomi yang ditinggalkan dari pemerintahan sebelumnya.
Kemerosoan ini ditandai dengan pendapatan perkapita penduduk Indonesia hanya
mencapi 70 dollar AS. Untuk mengatasinya Presiden Soeharto membuat rencana
jangka pendek yang diarahkan kepada pengendalian inflasi dan usaha rehabilitasi
sarana ekonomi, peningkatan kegiatan ekonomi, dan pencukupan kebuthan
sandang.

W.W. Rostow adalah ekonom Amerika


Serikat yang dianggap sebagai bapak teori
pembangunan dan pertumbuhan. Teorinya
mengenai Pertumbuhan Ekonomi sangat
mempengaruhi model pembangunan di
hampir semua Negara Dunia Ketiga. Pemikirannya sesungguhnya ditujukan untuk
membendung pengaruh Sosialismme di seluruh dunia melalui modernisasi.

Sebagai Mayor Jenderal, Soeharto (di kanan muka) menghadiri pemakaman umum
para jenderal yang tewas dalam G30S, tanggal 5 Oktober 1965 (Foto
oleh Departemen Penerangan Indonesia).
Berakhirnya Pemerintahan Orde Baru

Kegagalan PKI dalam upaya kudeta


pada tahun 1965 menimbulkan dua
permasalahan besar bagi Indonesia.
Pertama, carut-marutnya perekonomian
Indonesia dengan inflasi sampai 600%.
Kedua, terjadinya konflik sosial akibat
dendam pada PKI dan organisasi bawahannya. Kedua permasalahan tersebut
perlahan-lahan bisa diatasi dengan tampilnya Jenderal Soeharto.  Orde Baru   pun
lahir dengan tekad melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
secara murni dan konsekuen. Selanjutnya,  Orde Baru   bertakhta dalam kehidupan
bangsa Indonesia selama 32 tahun. Mengapa  Orde Baru   bisa tumbang pada tahun
1998?

Krisis Politik

Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998


merupakan puncak dari berbagai kebijakan politik
pemerintahan Orde Baru. Berbagai kebijakan
politik yang dikeluarkan pemerintahan Orde Baru
selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi Pancasila. Namun
yang sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan kekuasaan Presiden
Suharto dan kroni-kroninya.
Krisis Hukum

Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas


pada bidang politik. Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan intervensi.
Artinya, kekuasaan peradilan harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para
penguasa dan bukan untuk melayani masyarakat dengan penuh keadilan. Bahkan,
hukum sering dijadikan alat pembenaran para penguasa.
Kenyataan itu bertentangan dengan ketentuan pasa 24 UUD
1945 yang menyatakan bahwa kehakiman memiliki
kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan
pemerintah (eksekutif). Munir Said Thalib, korban pelanggaran
HAM era Orde Baru
Krisis Ekonomi

Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak Juli 1996
mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ternyata, ekonomi
Indonesia tidak mampu menghadapi krisis global yang melanda dunia. Krisis
ekonomi Indonesia diawali dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat. Pada tanggal 1 Agustus 1997, nilai tukar rupiah turun dari Rp
2,575.00 menjadi Rp 2,603.00 per dollar Amerika Serikat. Pada bulan Desember
1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turun menjadi Rp 5,000.00
per dollar. Bahkan, pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terus melemah dan
mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00 per dollar Krisis ekonomi yang melanda
Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti: 1)Hutang luar negeri
Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi. Meskipun,
hutang itu bukan sepenuhnya hutang negara, tetapi sangat besar pengaruhnya
terhadap upaya-upaya untuk mengatasi krisis ekonomi.

Krisis ekonomi tersebut ditandai dengan:


1. kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah,
2. pemerintah melikuidasi enam belas bank bermasalah pada akhir 1997,
3. pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang
mengawasi empat puluh bank bermasalah lainnya,
4. perusahaan milik negara dan swasta banyak yang tidak dapat membayar utang
luar negeri yang telah jatuh tempo,
5. angka pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat karena banyak perusahaan
yang melakukan efisiensi atau menghentikan kegiatannya sama sekali, dan
persediaan sembilan bahan pokok di pasaran mulai menipis pada akhir tahun
1997.  Akibatnya harga-harga barang naik tidak terkendali dan hal itu berarti
biaya hidup juga makin tinggi.

Krisis Sosial

Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisis sosial.
Pelaksanaan politik yang represif dan tidak demokratis menyebabkan terjadinya
konflik politik maupun konflik antar etnis dan agama. Semua itu berakhir pada
meletusnya berbagai kerusuhan di beberapa daerah, khususnya kerusuhan-
kerusuhan anti-Cina di sejumlah kota di Indonesia. Kelompok Cina/Tionghoa
merupakan sasaran kemarahan masyarakat. Hal itu karena kelompok Cina/Tionghoa
mendominasi perekonomian di Indonesia. Badai krisis ekonomi makin menjalar
dalam bentuk gejolak-gejolak non-ekonomi.. Ketimpangan perekonomian Indonesia
memberikan sumbangan terbesar terhadap krisis sosial. Pengangguran, persediaan
sembako yang terbatas, tingginya harga-harga sembako, rendahnya daya beli
masyarakat merupakan faktor-faktor yang rentan terhadap krisis sosial.
Krisis Kepercayaan

Krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi


kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Suharto.
Ketidakmampuan pemerintah dalam membangun kehidupan politik yang demokratis,
menegakkan pelaksanaan hukum dan sistem peradilan, dan pelaksanaan
pembangunan ekonomi yang berpihak kepada rakyat banyak telah melahirkan krisis
kepercayaan. Krisis ini akhirnya berujung pada diturunkannya Soeharto dari kursi
kepresidenan yang juga merupakan tanda berakhirnya Orde Baru dan dimulainya
era Reformasi dengan diangkatnya B.J. Habibie sebagai Presiden RI ke-3.

Pelantikan B.J. Habibie Sebagai Presiden RI ke-3


DAFTAR PUSTAKA

http://www.idsejarah.net/2016/02/orde-baru-kepemimpinan-soeharto.html

http://www.kompasiana.com/dita_hanipah/pembangunan-ekonomi-era-orde-
baru_56f88cbf587b613b048b456f

https://xiiiisdua.wordpress.com/2016/01/22/krisis-multidimensional-pada-masa-orde-
baru/

Anda mungkin juga menyukai