NIM. 2082411031
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN....................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
i
1.7.2. Jenis Pendekatan.....................................................................28
ii
2.4.2. Kedudukan dan Fungsi Minuta Akta........................................69
......................................................................................................................78
iii
4.2 Upaya Hukum Untuk Keabsahan Minuta Akta Yang Tidak
5. 1 Simpulan ...................................................................................................
5. 2 Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Jabatan Notaris merupakan salah satu jabatan yang diadakan oleh Negara di
kepada Notaris untuk menjalankan melalui produk hukumnya berupa akta otentik
sehingga Notaris disebut sebagai salah satu pejabat umum.1 Kedudukan Notaris
sedemikian itu, selain karena kewenangan bersumber dari Negara melalui undang-
Tahgun 2004 Nomor 117 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4432 dijelaskan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk
membuat akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya.
Pembuatan akta otentik yang dilakukan oleh dan atau dihadapan Notaris, bukan saja
1
ML, P. W. P. M., Wairocana, I. G. N., & Santika, I. B. A. P. (2016). Perlindungan Hukum
Bagi Jabatan Notaris Berdasarkan Pasal 66 Uujn Setelah Lahirnya Putusan Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia Nomor: 49/puu-x/2012 (Doctoral dissertation, Udayana University). Available at
link: https://ojs.unud.ac.id/index.php/ActaComitas/article/download/24956/16189, hal. 234
2
Sari, I. G. A. D., Wairocana, I. G. N., & Resen, M. G. S. K. (2018). Kewenangan Notaris
Dan PPAT Dalam Proses Pemberian Hak Guna Bangunan Atas Tanah Hak Milik. Acta Comitas:
Jurnal Hukum Kenotariatan, available at link:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/ActaComitas/article/download/39327/23809, hal 49
dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan guna tercapai kepastian, ketertiban, dan
masyarakat keseluruhan.
yang merupakan terjemahan dari istilah Openbare Amtbtenaren yang terdapat dalam
yang menentukan:
yaitu pejabat umum karena mempunyai tugas yang bertalian dengan kepentingan
masyarakat (umum) yang diserahi tugas untuk membuat akta otentik dan merupakan
jabatan yang dengan sengaja diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan
hukum untuk menjalankan sebagian tugas Negara dalam bidang hukum privat.4
3
Salim HS, 2019, Peraturan Jabatan Notaris, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 14
4
Wulandari, A. A. D. (2018). Tanggung Jawab Notaris Akibat Batalnya Akta Perjanjian
Pengikatan Jual Beli Tanah Karena Cacat Hukum. Acta Comitas: Jurnal Hukum Kenotariatan, 3(3),
436-445. DOI : 10.24843/AC.2018.v03.i03.p0 4
2
Notaris merupakan pejabatan umum dikarenakan oleh diangkat, diberi
wewenang serta menjalankan tugas dan wewenang Negara di bidang hukum, tidak
digaji atau dibiayai dengan keuangan Negara melainkan dibiayai oleh dirinya sendiri
sehingga sering pula disebut sebagai jabatan semi official, yaitu jabatan yang
sebagaimana layaknya swasta pada umumnya.5 Dalam hal demikian Notaris dalam
menjalankan tugas jabatannya bersifat mandiri, tidak memihak siapa pun dan juga
tidak tergantung kepada siapa pun (independent),6 berpegang teguh pada kode etik
5
Ghansham Anand, 2018, Karakteristik Jabatan Notaris Di Indonesia, Cetakan ke-1, Prenada
Media Jakarta, hal. 19
6
Gitayani, L. P. C. (2018). Penerapan Etika Profesi oleh Notaris dalam Memberikan
Pelayanan Jasa Kepada Klien. Acta Comitas: Jurnal Hukum Kenotariatan, 3(3), hal. 431,. DOI :
10.24843/AC.2018.v03.i03.p0 3
7
Sitompul, Y. I. (2020). Implikasi Hukum Terhadap Pembuatan Akta Kuasa Menjual Yang
Tidak Dilengkapi Dengan Dokumen Asli (Studi Kasus Putusan Majelis Pengawas Pusat Nomor
16/B/MPPN/VII/2019). Indonesian Notary, 1(004). Hal. 15
http://www.notary.ui.ac.id/index.php/home/article/view/641
3
akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,
atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh
undang-undang.
berwenang pula:
khusus
c. Membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang
bersangkutan
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
perundang-undangan.
4
Berdasarkan ketentuan di atas, terlihat bahwa kewenangan pokok Notaris
adalah membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan
kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan
kutipan akta, sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-
undang, selain kewenangan lainnya sebagaimana ditentukan dalam Ayat 2 dan Ayat 3
Suatu akta notaris sebagai akta otentik (selanjutnya disebut akta Notaris),
harus dibuat dengan berdasar dan berpedoman pada UUJN/UUJN-P berikut peraturan
dalam UUJN maupun UUJN-P masih melahirkan persoalan hukum seperti ketentuan-
ketentuan Pasal 16 Ayat 1 huruf l dan Pasal 44 Ayat 1 UUJN-P. Adapun ketentuan-
dihadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi dan
ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi dan Notaris. Selanjutnya
5
Pasal 44 Ayat 1 menentukan: Segera setelah akta ini dibacakan, akta tersebut
ditandatangani oleh setiap penghadap, saksi dan Notaris, kecuali apabila ada
alasannya. Ketentuan-ketentuan tersebut merupakan satu dari beberapa tata cara yang
secara normative ditentukan dan harus ditempuh guna mewujudkan keabsahan atau
mensyaratkan bahwa asli atau minuta akta ditandatangani pada saat itu juga oleh
segera setelah akta ini dibacakan, akta tersebut ditandatangani oleh setiap penghadap,
saksi dan Notaris. Ketentuan yang terakhir disebut menetapkan frase kata segera yaitu
waktu/momentum tidak bersamaan atau tidak pada saat itu bersama-sama dengan
penandatanganan minuta atau asli akta oleh penghadap dan saksi saksi.
hukum pada keabsahan Minuta Akta atau asli Akta Notaris sebagaimana dimaksud
Pasal 1 angka 8 UUJN yang menentukan : Minuta Akta adalah asli Akta Notaris dan
tandatangan para penghadap, saksi, dan notaris yang disimpan sebagai bagian dari
Protokol Notaris, yang pada akhirnya berakibat hukum pula terhadap keotentikan
6
Salinan Akta Notaris yang lazim dalam masyarakat dikenal dengan sebutan Akta
adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris menurut bentuk dan tata
dalam norma hukum Pasal 16 Ayat 1 huruf l UUJN/UUJN-P, yaitu pada saat itu juga
atau pada saat bersamaan dengan ditandatanganinya minuta akta oleh para penghadap
dan saksi-saksi akta setelah akta dibacakan oleh Notaris dan ada pula yang
Pasal 44 Ayat 1 UUJN/UUJN-P frase awal pasalnya yang menentukan dengan kata
segera, sehingga minuta akta Notaris tidak ditandatangani bersamaan dengan para
Penandatangan yang tidak bersamaan dapat terjadi pada saat minuta akta
ditandatangani di luar kantor Notaris karena permintaan para pihak atau salah satu
pihak dengan alasan yang dibenarkan menurut hukum, seperti salah satu pihak dalam
kantor Notaris.8 Minuta akta ditandatangani yang didahului dengan membacakan atau
8
Dharmayanti, D., Razan, R. A. I., & Fadilah, N. (2019). DEGRADASI AKTA OTENTIK
YANG TIDAK DILAKUKAN PENANDATANGANAN PARA PIHAK SECARA
BERSAMA. Perspektif Hukum, 19(2), 263-283. Available at link
https://scholar.archive.org/work/z25ymp23f5azbo4cda4e4v46zm/access/wayback/http://perspektif-
7
menjelaskan seperlunya isi akta di rumah salah satu pihak, rumah sakit dan dapat pula
bank tempat kedudukan hukum salah satu pihak dalam suatu perjanjian kredit bank.
Dalam hal demikian, minuta akta ditandangani oleh Notaris setelah tiba di kantornya,
UUJN/UUJN-P. Bahkan terjadi pula penandatanganan minuta akta oleh Notaris pada
saat Salinan Akta Notaris dikeluarkan dan diserahkan kepada para penghadap dan
pada saat akan diselenggarakan pemeriksaan Protokol Notaris oleh Majelis Pengawas
kumpulan dokumen yang merupakan arsip negara yang harus disimpan dan dipelihara
oleh Notaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan salah satu
atas adalah dalam hal terjadi minuta atau asli akta yang tidak ditandatangani oleh
Notaris akibat meninggalnya Notaris. Sementara itu, segala perbuatan atau peristiwa
hukum yang dituangkan dalam Minuta Akta telah mengikat para pihak dengan
dilaksanakannya sebagian atau seluruh isi akta. Dalam kaitannya dengan itu Anand,
G., & Hernoko, A. Y. menyatakan: “Apabila suatu akta tidak dibuat berdasarkan
yuridis dan mengakibatkan akta tersebut kehilangan orisinalitasnya atau bahkan akta
tersebut dapat batal demi hukum. Kebatalan suatu akta autentik dapat menyebabkan
8
notaris bertanggung gugat.”9 Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka
dengan tulisan ini peneliti bermaksud untuk meneliti keabsahan sebuah Minuta Akta
JABATAN NOTARIS”
sebagai berikut :
Notaris menurut ketentuan Pasal 16 Ayat (1) huruf l UUJN jo Pasal 16 Ayat
2. Upaya hukum apakah yang dapat ditempuh karena Notaris meninggal dunia
dan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan. Adapun tujuan yang hendak
dicapai dalam penulisan ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.
9
Anand, G., & Hernoko, A. Y. (2016). Upaya Tuntutan Hak Yang Dapat Dilakukan Oleh
Pihak Yang Berkepentingan Terhadap Akta Notaris Yang Cacat Yuridis. Perspektif Hukum, 16(2),
154-174. Hal.156
9
1.3.1. Tujuan Umum
2) Untuk menganalisa upaya hukum apakah yang dapat ditempuh karena Notaris
maupun praktis.
10
2. Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk dijadikan arah
penulisan ataupun penelitian yang lebih lanjut pada masa yang akan datang
Notaris, kemudian juga bagi Notaris dalam menjalankan tugas jabatan, kewenangan
serta kewajiban harus didasarkan pada norma hukum dalam hal ini Undang-Undang
Jabatan Notaris, dan bagi pemerintah sebagai legislator diharapkan penelitian ini
Jabatan Notaris khususnya sehingga tidak terjadi adanya konflik norma yang
jabatannya.
Magister Kenotariatan, penelitian dengan judul “Keabsahan Minuta Akta Yang Tidak
Ditandatangani Oleh Notaris Menurut Pasal 16 ayat (1) huruf l Undang Undang
11
belum pernah ditemukan judul atau penelitian terhadap permasalahan tersebut di atas,
akan tetapi ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan
penandatangan minuta akta, namun memiliki perbedaan baik dari segi judul dan juga
sebagai berikut:10
minuta aktanya?
ditandatangani?
sebagai berikut:11
10
Hasibuan, R. H. A. (2017). Kelalaian Notaris Mengeluarkan Salinan Ketika Minuta Akta
Belum Ditandatangani (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negei Kisaran Nomor: 657/Pid. B/2015/PN.
Kis).
11
Kusuma, B. A. (2020). Keabsahan Akta Perjanjian Kredit Terkait Waktu
Penandatanganan Para Pihak Yang Tidak Bersamaan (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
AIRLANGGA).
12
1) Bagaimana kedudukan akta perjanjian kredit yang penandatanganannya
Mengeluarkan Salinan Akta dari Minuta Akta yang Belum Lengkap Tanda
Tangannya?
mengeluarkan Salinan Akta dari Minuta Akta yang belum lengkap Tanda
Tangannya?
Kerangka teoritis merupakan salah satu pendukung sebuah penelitian, hal ini
karena kerangka teoritis adalah wadah dimana akan dijelaskan teori-teori yang
12
Rudianto, A., Suhariningsih, S., & Winarno, B. (2020). Kewenangan Pemegang Protokol
Notaris yang Meninggal Dunia untuk Mengeluarkan Salinan Akta dari Minuta Akta yang Belum
Lengkap Tanda Tangannya. Pena Justisia: Media Komunikasi dan Kajian Hukum, 19(1).
13
menjelaskan dasar pemahaman yang akan mempengaruhi pemahaman orang lain.
Dengan kata lain, kerangka berpikir dapat diartikan pula sebagai pondasi dasar dari
Teori merupakan hal yang paling tinggi yang dapat dicapai oleh suatu disiplin
ilmu. Hal ini juga berarti teori merupakan sebuah pendapat atau pemikiran seseorang
yang mempunyai keahlian di bidang tertentu yang sudah melalui kajian dan
tersebut telah digunakan oleh banyak orang guna memecahan suatu permasalahan
yang ada.14
perangkat pernyataan yang saling bersesuaian dapat disebut teori hukum.15 Untuk
dapat disebut teori hukum diperlukan 3 (tiga) syarat yaitu : harus ada permasalahan
yang dikaji, harus ada metode tertentu, dan ada seperangkat pernyataan yang
konsisten.16
13
Arliman, L. (2018). Peranan Metodologi Penelitian Hukum Di Dalam Perkembangan
Ilmu Hukum Di Indonesia. Soumatera Law Review, 1(1), 112-132.
14
Lili Rasjidi dan Liza S. Rasjidi, 2012, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Cetakan
Kesebelas, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.13
15
JJ.H. Bruggink, 2015, Refleksi Tentang Hukum Pengertian-Pengertian Dasar dalam Teori
Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 19
16
Uswatun Hasanah dan Eni Suatuti, 2019, Buku Ajar Teori Hukum, Scopindo Media Pustaka,
Surabaya, hal. 3
14
Dalam penelitian, fungsi teori adalah untuk memperjelas ruang lingkup yang
masukan dalam mengambil persoalan dan informasi pembanding. Untuk itu kerangka
teori dalam penelitian tesis ini sangat diperlukan guna memperjelas nilai-nilai, azas-
azas, dalil-dalil, dan norma-norma, serta dasar hukum sampai kepada landasan
filosofinya yang tertinggi. Teori hukum sendiri boleh disebut sebagai kelanjutan dari
mempelajari hukum positif, setidaknya dalam urutan yang demikian itulah kita
c. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang telah diketahui serta diuji
17
Soerjono Soekanto, 2018, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hal 121-122
15
e. Teori memberikan petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada
pengetahuan peneliti.
Adapun landasan teori yang akan dijadikan dasar untuk menjawab rumusan masalah
dalam penulisan tesis ini adalah, Teori Kepastian Hukum, dan Teori Perlindungan
Hukum.
Kepastian merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama
dalam norma hukum tertulis. Adanya teori kepastian hukum sendiri merupakan
gagasan pemikiran dari Gustav Radbruch dan diperkenalkan dalam bukunya yang
1) Keadilan hukum (Gerechtigkeit); nilai ini meninjau dari sudut filosofis, dimana
sosiologis.
Ketiga nilai tersebut di atas kemudian dikenal dengan teori tujuan hukum. Pemikiran
dari Gustav ini telah banyak digunakan oleh sarjana-sarjana hukum dunia.
pernyataan yang menekankan aspek seharusnya atau das sollen, dengan menyertakan
18
Achmad Ali, 2015, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence), Cetakan keenam, Prenadamedia Group, Jakarta, hal.292
16
beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk
dan aksi manusia yang deliberatif. Undang-undang yang berisi aturan-aturan yang
bersifat umum menjadi pedoman dan batasan bagi individu bertingkah laku dalam
mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa
keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya
aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh
jaminan bahwa hukum tersebut harus dijalankan dengan cara yang baik.21 Kepastian
dibuat oleh pihak yang berwenang, sehingga aturan itu memiliki aspek yuridis yang
Kepastian hukum sebagai salah satu tujuan hukum dapat dikatakan sebagai
bagian dari upaya mewujudkan keadilan. Bentuk nyata dari kepastian hukum adalah
19
Peter Mahmud Masduki, 2016, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan Ke-9, Kencana
Prenadamedia Group, Jakarta, hal. 158
20
Riduan Syahrani, 2011, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Cetakan Kelima, Citra Aditya
Bakti, Bandung, hal 23
21
Sudikno Mertokusumo, 2016, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Edisi Revisi, Cahaya
Atma Pustaka, Yogyakarta, hal.160
17
pelaksanaan atau penegakan hukum terhadap suatu tindakan tanpa memandang siapa
memperkirakakan apa yang akan dialami jika melakukan tindakan hukum tertentu.
diskriminasi.22
atau ketetapan. Hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman
kelakukan dan adil karena pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang
dinilai wajar. Hanya karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat
disisi lain kekuasaan memiliki fungsi sebagai dasar untuk sebuah keharusan dari
paksaan dan itu tidak pernah berfungsi sebagai dasar dari kewajiban atau untuk
22
Wantu, F. (2012). Mewujudkan Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan dalam
Putusan Hakim di Peradilan Perdata. Jurnal Dinamika Hukum, 12(3), 479-489. Hal. 484
DOI: http://dx.doi.org/10.20884/1.jdh.2012.12.3.121
23
Dominikus Rato, 2017, Pengantar filsafat hukum mencari, menemukan dan memahami
hukum, Laksbang Pressindo, Jogyakarta, hal. 59
24
Borowski, M. (2021) “Gustav Radbruch’s Critique of Legal Positivism,” in Spaak, T. and
Mindus, P. (eds) The Cambridge Companion to Legal Positivism. Cambridge: Cambridge University
Press (Cambridge Companions to Law), pp. 627–650. doi: 10.1017/9781108636377.027.
18
validasi hukum. Oleh karena itu kewajiban dan validasi hukum harus didasarkan pada
Dari nilai-nilai tersebut yang menjadi tujuan akhir dari hukum adalah untuk melayani
kepentingan publik, sehingga hal tersebut akan menguntungkan rakyat dalam jangka
menuju keadilan.
kehilangan makna karena tidak dapat lagi digunakan sebagai pedoman perilaku bagi
setiap orang. Kepastian dapat mengandung beberapa arti, yakni adanya kejelasan,
keterbukaan sehingga siapapun dapat memahami makna atas suatu ketentuan hukum.
Hukum yang satu dengan yang lain tidak boleh kontradiktif sehingga tidak menjadi
sumber keraguan.26
25
Achmad Ali, 2015, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis),
Kencana, Jakarta, hal 82-83
26
Murphy, C. (2005). Lon Fuller and the Moral Value of the Rule of Law. Law and
Philosophy, 24(3), 239–262. http://www.jstor.org/stable/30040345
19
Gustav Radbruch mengemukakan 4 (empat) hal mendasar yang berhubungan
Pertama, bahwa hukum itu positif, artinya bahwa hukum positif itu adalah
perundang-undangan. Kedua, bahwa hukum itu didasarkan pada fakta, artinya
didasarkan pada kenyataan. Ketiga, bahwa fakta harus dirumuskan dengan
cara yang jelas sehingga menghindari kekeliruan dalam pemaknaan, di
samping mudah dilaksanakan. Keempat, hukum positif tidak boleh mudah
diubah.
hukum adalah kepastian tentang hukum itu sendiri. Kepastian hukum merupakan
pendapatnya tersebut, maka menurut Gustav Radbruch, hukum positif yang mengatur
Oleh karena itu, tidak salah Gustav Radbruch mengajukan kepastian sebagai
salah satu tujuan hukum. Dalam tatanan kehidupan masyarakat erat kaitannya dengan
pelaksanaan tata kehidupan yang dalam pelaksanaannya jelas, teratur, konsisten, dan
makna, yaitu adanya kejelasan, tidak ada multitafsir, tidak ada kontradiksi, dan dapat
27
Nur Agus Susanto, 2014, Dimensi Aksiologis Dari Putusan Kasus “ST” Kajian Putusan
Peninjauan Kembali Nomor 97 PK/Pid.Sus/2012, Jurnal Yudisial Vol. 7 No. 3
20
pelaksanaan.28 Hukum harus diterapkan secara tegas kepada masyarakat dan terbuka
agar siapa saja dapat memahami arti dari istilah-istilah hukum. Satu undang-undang
tidak boleh bertentangan dengan undang-undang lain, jangan sampai menjadi sumber
menimbulkan kontradiksi, dapat ditegakkan, serta dapat menjamin hak dan kewajiban
permasalahan keabsahan minuta akta yang tidak ditandatangani oleh Notaris menurut
Pasal 16 Ayat (1) huruf l UUJN jo Pasal 16 Ayat (1) huruf m UUJN-P.
Awal mula dari munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori
hukum alam atau aliran hukum alam. Menurut aliran hukum alam menyebutkan
bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi, serta
antara hukum dan moral tidak boleh dipisahkan. Para penganut aliran ini memandang
bahwa hukum dan moral adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal
dari kehidupan manusia yang diwujudkan melalui hukum dan moral. Perlindungan
hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan
hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada
28
Sangalang, A. A. (2012). Kajian Terhadap Ganti Rugi Atas Tanah Dalam Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Guna Mewujudkan Kepastian Hukum,
Perlindungan Hukum, Dan Keadilan Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Dan
Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 (Doctoral dissertation, UAJY).
http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/417
21
dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan
Adanya perlindungan hukum bagi seluruh rakyat Indonesia dapat ditemukan dalam
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), oleh
karena itu setiap produk yang dihasilkan oleh legislatif harus mampu memberikan
terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu
29
Satijipto Raharjo, 2014, Ilmu Hukum, Cetakan kedelapan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
hal. 53
22
melindungi, objek yang akan dilindungi alat, instrumen maupun upaya yang
c. Menurut lili rasjidi dan I.B Wysa Putra berpendapat bahwa hukum dapat
yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh
keadilan sosial.32
individu atas kedudukanya sebagai manusia yang mempunyai hak untuk menikmati
23
2. Sarana Perlindungan Hukum Represif
oleh manusia adalah ketertiban dan keteraturan antara nilai dasar dari hukum yakni
adanya kepastian hukum, kegunaan hukum serta keadilan hukum, meskipun pada
umumnya dalam praktek ketiga nilai dasar tersebut bersitegang, namun haruslah
diusahakan untuk ketiga nilai dasar tersebut bersamaan. Fungsi primer hukum, yakni
melindungi rakyat dari bahaya dan tindakan yang dapat merugikan dan menderitakan
hidupnya dari orang lain, masyarakat maupun penguasa. Di samping itu berfungsi
Terkait dengan penelitian tesis ini maka teori perlindungan hukum ini akan
hukum yang dapat ditempuh karena Notaris meninggal dunia sementara minuta akta
belum ditandangani guna memberi kepastian dan perlindungan hukum bagi para
pihak
33
Ibid, hal 15
24
1.6.2. Kerangka Berpikir
metode penelitian terdiri atas 2 (dua) kata, yaitu metode dan kata penelitian. Kata
metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau menuju
suatu jalan. Metode berkaitan dengan cara kerja untuk memahami suatu subjek atau
objek penelitian.34
34
Johnny Ibrahim dan Jonaedi Efendi, 2018, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris
Edisi Pertama, cetakan ke-2, Prenadamedia Group, Jakarta, hal. 2
26
1.7.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah jenis
suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, ataupun
doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian hukum
Normatif ini juga biasa disebut dengan penelitian hukum doktriner atau juga disebut
normatif ini akan membutuhkan data-data yang bersifat sekunder pada perpustakaan.
terjadi kekaburan, kekosongan dan konflik norma.35 Penelitian hukum normatif ini
adalah suatu prosedur dan cara penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran
27
meneliti peraturan perundang-undangan yang dalam penormaannya masih terdapat
undangan yang berhubungan dengan permasalahan (isu hukum) dalam hal ini
permasalahan dalam penelitian hukum dilihat dari aspek konsep-konsep hukum yang
melatarbelakanginya, atau bahkan dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkandung dalam
Sebagian besar jenis pendekatan ini dipakai untuk memahami konsep-konsep yang
berkembang didalam ilmu hukum. Pendekatan ini menjadi penting sebab pemahaman
pijakan untuk membangun argumentasi hukum ketika menyelesaikan isu hukum yang
dengan permasalahan.
28
Sumber bahan hukum merupakan sarana dari suatu penelitian yang digunakan
dalam memecahkan permasalahan dan sebagai pendukung dalam penelitian tesis ini.
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif yang
Bahan hukum primer seperti yang dikatakan oleh Cohen & Olson bahwa
keseluruhan norma tertulis yang ditegakkan oleh Negara yang kesemua itu dapat
Bahan hukum primer yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian tesis ini
37
Ibid. hal.141
38
I Made Pasek D, Ni Ketut Supasti D, I Gd Artha, 2018, Metode Penelitian Hukum Dan
Penulisan Disertasi, cetakan pertama, Swasta Nulus, Denpasar, hal.51
29
4. Undang-Undang Jabatan Notaris Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
Bahan hukum sekunder terdiri dari publikasi tentang hukum yang bukan
buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum dan juga dapat berupa pendapat
atas putusan pengadilan. Sumber bahan hukum sekunder ini dapat pula berasal dari
kamus hukum, ensiklopedia. Kamus hukum dan juga ensiklopedia digunakan untuk
memperoleh pengertian dari suatu istilah hukum, phrasa hukum, konsep hukum dan
adagium hukum. Dengan mengetahui pengertian yang jelas dari suatu istilah hukum
merupakan langkah awal guna mendapatkan gambaran yang lengkap terkait dengan
mengenai bahan hukum sekunder dan bahan hukum primer.40 Bahan hukum tersier
tersebut meliputi Kamus Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
39
I Made Pasek D, Ni Ketut Supasti D, I Gd Artha, Op.cit. hal.57
40
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2019, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, cetakan ke-19, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 34
30
1.7.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik bola salju atau snow ball merupakan teknik pengumpulan bahan
hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu dikenal dalam penelitian
kualitatif. Teknik ini diawali dengan membaca satu literatur yang terkait dengan
dari literatur pertama tersebut kemudian dicari literatur-literatur yang terkait dengan
permasalahan yang diteliti, sehingga dapat diperoleh literatur kedua dan seterusnya.
undangan dengan dimulai mencari dari norma pada tingkat Kitab Undang-Undang
teknik analisis bahan hukum, dalam penelitian ini dilakukan melalui langkah-langkah
yaitu deskripsi, evaluasi dan argumentasi. Tahap deskripsi merupakan tahap yang
dipergunakan untuk memaparkan suatu peristiwa hukum atau kondisi hukum.41 Tahap
mencari kata-kata yang memang telah terdapat dalam undang-undang, dan yang
41
I Made Pasek Diantha, Op.cit., hal. 152.
31
terakhir dilanjutkan dengan tahap argumentasi dari penulis guna menjawab rumusan
melakukan analisis terhadap bahan hukum tersebut dapat diperoleh suatu kesimpulan
dari permasalahan-permasalahannya 42
42
Ibid. hal.65
32
DAFTAR PUSTAKA
Buku/Literatur
Adjie, Habib., 2013, Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris sebagai
Pejabat Publik, cetakan ketiga, PT Refika Aditama, Bandung
Adjie, Habib dan Sesung, Rusdianto., 2020, Tafsir, Penjelasan, dan Komentar Atas
Undang-Undang Jabatan Notaris, Cetakan Kesatu, PT. Refika Aditama,
Bandung
_______, 2015, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence), Cetakan keenam, Prenadamedia Group, Jakarta
Ali, Zainuddin., 2021, Metode Penelitian Hukum, Cetakan Kedua, Sinar Grafika,
Jakarta
_______., 2017, Dasar Teknik Pembuatan Akta Notaris, Cetakan Ketiga, Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Bruggink, JJ. H., 2015, Refleksi Tentang Hukum Pengertian-Pengertian Dasar dalam
Teori Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
Diantha, Made Pasek., 2017, Metodelogi Penelitian Hukum Normatif Dalam
Justifikasi Teori Hukum, Cetakan Kedua, Prenadamedia Group, Jakarta
Diantha, Made Pasek dan Dharmawan, N.K.S., Artha, I.G., 2018, Metode Penelitian
Hukum Dan Penulisan Disertasi, cetakan pertama, Swasta Nulus, Denpasar.
Hartono, Sunaryati dalam Ateng Karsoma, 2020, Perlindungan Hukum Hak Paten
Alpahankam, Cetakan ke-1, PT Alumni, Bandung
Hasanah, Uswatun dan Suatuti, E., 2019, Buku Ajar Teori Hukum, Scopindo Media
Pustaka, Surabaya
Ibrahim, Johnny dan Efendi, J., 2018, Metode Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Prenadamedia Group, Jakarta
Kie, Thong. T., 2013, Studi Notariat, Serba-serbi Praktek Notaris. Edisi Baru. PT
Icthiat Baru Van Hoeve. Jakarta
_______, 2017, Penelitian Hukum Edisi Revisi, cetakan ke-13, Prenadamedia Group,
Jakarta
Merryman, J. H., and Perdomo, R. P., 2018, The Civil Law Tradition: An
Introduction To The Legal Systems Of Europe And Latin America, Stanford
University Press, Stanford, California
Mertokusumo, Sudikno, 2013, Hukum Acara Perdata Indonesia Edisi Revisi, Cahaya
Atma Pustaka, Yogyakarta,
_______., 2016, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Edisi Revisi, Cahaya Atma
Pustaka, Yogyakarta,
Prayitno A. A., 2010, Apa dan Siapa Notaris di Indonesia, Putra Media Nusantara,
Surabaya
Puspa, V. P., 2008, Kamus Hukum, cetakan ke-8, Aneka Ilmu, Semarang
Raharjo, Satijipto, 2014, Ilmu Hukum, Cetakan kedelapan, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung
Rasjidi, Lili dan Rasjidi, Liza S., 2012, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum,
Cetakan Kesebelas, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
Rasjidi, Lili, Emeritus dan Putra, Wyasa, I.B., 2012, Hukum Sebagai Suatu Sistem.
Fikahati Aneska, Bandung
Sidik, H.S., 2016, Teknik Pembuatan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta
_______ ., 2019, Peraturan Jabatan Notaris, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta
Soekanto, Soerjono dan Mamudji, S., 2019, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, cetakan ke-19, Raja Grafindo Persada
Supriadi, 2018, Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta
Jurnal / Disertasi
Anand, G., & Hernoko, A.Y., (2016). Upaya Tuntutan Hak Yang Dapat Dilakukan
Oleh Pihak Yang Berkepentingan Terhadap Akta Notaris Yang Cacat
Yuridis. Perspektif Hukum,
Garner. Bryan. A. & Black. H. C., 2009, Black’s Law Dictionary, West Publishing
Co. Amerika Serikat
Iqbal, F. R. (2020). Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Yang Cacat Formil (Studi
Kasus: Perkara Nomor 1769/K/Pdt/2011). Jurist-Diction, 3(1), 77-92. DOI :
http://dx.doi.org/10.20473/jd.v3i1.17624
Manuaba, P., Bagus, I., Parsa, I. W., Ariawan, K., & Gusti, I. (2018). Prinsip kehati-
hatian notaris dalam membuat akta autentik (Doctoral dissertation, Udayana
University). DOI: 10.24843/AC.2018.v03.i01.p05
Murphy, C. (2005). Lon Fuller and the Moral Value of the Rule of Law. Law and
Philosophy, 24(3), 239–262. http://www.jstor.org/stable/30040345
Raz, Joseph. "Legal Validity *." In The authority of law: Essays on law and morality.
Oxford: Oxford University Press, 1979. Oxford Scholarship Online, 2012.
doi: 10.1093/acprof:oso/9780198253457.003.0008
Rudianto, A., Suhariningsih, S., & Winarno, B. (2020). Kewenangan Pemegang
Protokol Notaris yang Meninggal Dunia untuk Mengeluarkan Salinan Akta
dari Minuta Akta yang Belum Lengkap Tanda Tangannya. Pena Justisia:
Media Komunikasi dan Kajian Hukum
Sangalang, A.A., (2012). Kajian Terhadap Ganti Rugi Atas Tanah Dalam Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Guna Mewujudkan
Kepastian Hukum, Perlindungan Hukum, Dan Keadilan Berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Dan Peraturan Presiden Nomor
65 Tahun 2006 (Doctoral dissertation, UAJY).
http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/417
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2016 Tentang Majelis Kehormatan Notaris