Oleh:
MEGUMI JUCHI AYU UTAMI
NIM. B011171532
Oleh:
MEGUMI JUCHI AYU UTAMI
NIM. B011171532
i
HALAMAN JUDUL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada
Program Studi Sarjana Ilmu Hukum
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Menyetejui:
Komisi Pembimbing
Dr. Nurfaidah Said, S.H., M.Hum., M.Si. Achmad Fachri Faqi,S.H., LL.M
NIP. 196006211986012001 NIP. 198708242022043001
iii
DAFTAR ISI
Halaman
iv
3. Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan ........................ 59
4. Eksekusi Jaminan Hipotek ....................................... 62
5. Eksekusi Jaminan Resi Gudang .............................. 64
BAB III METODE PENELITIAN....................................................... 71
A. Tipe Penelitian .............................................................. 71
B. Pendekatan Penelitian.................................................. 71
C. Bahan Hukum ............................................................... 72
D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ............................ 73
E. Analisis Bahan Hukum ................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 75
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
membayar utangnya, baik karena tidak mampu membayar atau karena
minimal 2 (dua) utang dari 2 (dua) kreditor yang salah satunya jatuh
2
seorang kreditor melainkan untuk kepentingan sejumlah kreditor.
pengadilan.5
Jaminan Debitor Pailit”, Jurnal Taroreh R.A, Vol. II, Nomor 2, Januari-Maret, Fakultas
Hukum Universitas Sam Ratulangi, Manado, hlm. 107.
3
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yaitu Pertama,
kreditor atau debitor itu sendiri harus diajukan oleh seorang Advokat.
(3), (4), dan (5) dan Pasal 223 UUK-PKPU yang pada pokoknya
Pasal 8B
4
memfasilitasi penghimpunan dana masyarakat melalui penawaran
efek, penyelenggara layanan pendanaan bersama berbasis
teknologi informasi atau LJK lainnya yang terdaftar dan diawasi oleh
otoritas jasa keuangan sepanjang pembubaran dan/atau
kepailitannya tidak diatur berbeda dengan Undang-Undang lainnya.”
Pasal 35C
pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti
mengatur bahwa:
5
Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih kreditornya.”
kreditor ini tidak terkena akibat putusan pernyataan pailit debitor, artinya
6
istimewa) dari kreditor lainnya dalam hak-hak tertentu dan posisinya
9 Imran Nating, 2005, Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan
7
“Hak eksekusi Kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55
ayat (1) dan hak pihak ketiga untuk menuntut hartanya yang
berada dalam penguasaan Debitor Pailit atau Kurator,
ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90 (Sembilan
puluh) hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.”
dalam hukum kepailitan terdapat dua pengaturan, dimana pada satu sisi
kepailitan tetapi pada sisi lain terdapat pula pembatasan hak bagi
berbeda halnya dalam ranah hukum jaminan yang berlaku tidak ada
Selain itu, dalam praktik sangat sulit dan bahkan hampir tidak
8
jangka waktu 2 (dua) bulan. Misalnya sebuah bank yang menerima
hotel berbintang tersebut dapat memakan waktu lebih dari dua bulan,
tertentu, yakni:11
10 Titie Syahnaz Natalia, 2018, Akibat Hukum Kepailitan Terhadap Kreditor Pemegang
Hak Tanggungan dalam Eksekusi Hak Tanggungan, Jurnal Manajemen dan Bisnis
Sriwijaya, Volume 16 Nomor 3, Fakultas Ekonom Universitas Baturaja, Ogan Komering
Ulu, hlm. 161
11 Royke A. Taroreh. Op.Cit., hlm 108
9
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) oleh Penerima
Fidusia.”
kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde) dan kekuatannya
mengikat para pihak berdasarkan pada Pasal 14 ayat (2) dan (3) UUHT
12 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, Pasal 14 ayat
(2) dan (3) UUHT dan Undang – Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia,
Pasal 15 (1) dan (2).
10
hak jaminan. Hal itu telah membuat tidak ada artinya penciptaan
hukum jaminan tapi justru menjadi tidak terjamin atau tidak pasti dalam
kredit dari bank hampir selalu dibebani dengan hak jaminan fidusia. Hak
itu, tetapi penguasaan atas barang-barang itu ada pada debitor. Dengan
13 Sutan Remy Sjahdeini, 2018, Sejarah, Asas, dan Teori Hukum Kepailitan, Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, hlm. 306-307.
14 P.N.H. Simanjuntak, 2014, Hukum Perdata Indonesia, Jakarta: Kencana
11
dengan hak jaminan fidusia itu secara hukum dalam rangka pelunasan
Oleh karena itu dari beberapa penjelasan di atas, sudah jelas bahwa
separatis yang sejak awal telah mempunyai jaminan yang apabila debitor
12
B. Rumusan Masalah
pemohon pailit?
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
13
E. Keaslian Penelitian
dilakukan, namun terdapat beberapa judul yang terkait skripsi ini, antara
lain:
Fidusia” yang ditulis oleh Anin Arrumdita pada tahun 2018 pada
debitur dinyatakan pailit serta upaya apa saja yang dilakukan oleh
14
melakukan permohonan pernyataan pailit kepada debitor di
15
atas yang berfokus pada hak eksekutorial kreditor separatis dan
debitor.
dari segi objek penelitian, dan pokok permasalahan yang dikaji. Atas
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Kepailitan
municipality) who is unable to pay its debt as they are, or become due”.
17 Bryan A. Garner, 1999, Black Law’s Dictionary, St. Paul: West Group, hlm. 141.
17
untuk mengajukan, baik yang dilakukan secara sukarela oleh debitor
Menurut istilah, pailit bukanlah sesuatu hal yang baru untuk dunia
kepailitan dimaknai secara umum dan tidak tepat yakni bubarnya atau
cacat hukum.19
yang telah jatuh tempo tersebut disadari debitor, maka langkah untuk
18 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, 1999, Seri Hukum Bisnis, Jakarta: Raja
18
memang telah tidak mampu lagi membayar utangnya yang telah jatuh
mengalami kemunduran.21
kutipan pengertian kepailitan yang diberikan oleh para ahli, antara lain
c. Kartono :
20 Herry Anto Simanjuntak, 2020, Prinsip Prinsip Dalam Hukum Kepailitan Dalam
Penyelesaian Utang Debitur Kepada Kreditur, Jurnal Justiqa, Volume 02 Nomor 02,
Fakultas Hukum Universitas Quality, Medan, hlm 17.
21 Hadi Shubhan, Op. Cit., hlm 1.
22 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, 2002, Kepailitan, PT.Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hlm.16.
19
”Kepailitan adalah suatu sitaan dan eksekusi atas seluruh
d. HM.N Purwosujipto :
20
UUK-PKPU tidak membedakan kepailtan orang perseorangan
2. Prinsip-prinsip Kepailitan
24 Syamsudin Sinaga, 2012, Hukum Kepailitan Indonesia, Jakarta: Tatanusa, hlm. 34-
35.
25 Arya Suyudi, Eryanto Nugroho dan Herni Sri Nurbayanti, 2004, Kepailitan di Negeri
Pailit, cet. 2, Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, hlm. 81.
21
ketidakadilan tersebut adalah para kreditor berkedudukan sama
rata parte. Dalam hal ini yang dipersyaratkan bukan berapa besar
piutang yang harus ditagih oleh seorang kreditor dari debitor yang
22
bersangkutan, melainkan berapa banyak orang yang menjadi
pari passu pro rata parte, maka keadilan yang dimaksud dalam
keseluruhan.
1) Kreditor Separatis
2) Kreditor Preferen
3) Kreditor Konkuren
Menangani Perkara Kepailitan, ed.1, cet. 2, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 107-108.
28 Herry Anto Simanjuntak, Op.Cit., hlm. 24.
23
umum. Dalam Hukum Perdata Umum pembedaan kreditor hanya
piutangnya.
separatis.
saling berebut baik secara sah maupun secara tidak sah sehingga
24
sehingga tidak mendapatkan bagian dari harta debitor untuk
d. Prinsip Utang
29 Ibid. hlm. 24
30 Hadi Shubhan, Op.Cit., hlm. 31.
31 Fred BG Tumbuan, 2005, Mencermati Makna Debitor, Kreditor dan Utang Berkaitan
25
e. Prinsip Debt Collection
bahwa utang debitor harus dibayar dengan harta yang dimilik oleh
26
structured creditor (pembagian berdasarkan klasifikasi debitor).
27
melakukan pembayaran terhadap utang-utangnya sesuai dengan
dan penguasaan atas boedel. Ia menjadi pemilik dari boedel itu, tetapi
kurator.37
36 Ibid., hlm. 43
37 Mohammad Chaidir Ali, Op.Cit, hlm 102 .
28
a. Akibat Kepailitan Pada Umumnya
kecuali : 38
atau
undang.
29
2) Akibat Kepailitan terhadap Pasangan (Suami/Istri) Debitor
Pailit
merupakan harta bawaan dari istri atau suami dan harta yang
benda milik istri atau suami telah dijual oleh suami atau istri
30
terkena sita kepilitan dan otomatis masuk dalam boedel
pailit.39
Debitor Pailit
Diucapkan
31
kepentingan kreditor, yang dilakukan sebelum putusan
32
kepailitan, yaitu adanya ketentuan mengenai masa tangguh
a) Hipotek
Hipotek diatur dalam Pasal 1162 s.d 1232 Bab XXI BW,
b) Gadai
Gadai diatur dalam Pasal 1150 s.d Pasal 1160 Bab XX BW,
33
c) Hak Tanggungan
d) Fidusia
34
memperoleh pemenuhan kewajiban dari harta pailit dan
bahwa :45
satu kreditornya.
c. Utang yang tidak dibayarkan itu harus telah jatuh waktu dan telah
dapat ditagih.
35
2. Proses Persidangan dalam Hukum Acara Kepailitan
berikut:47
1. Persidangan Pertama
untuk umum dan memeriksa kehadiran dan identitas para pihak yaitu
36
diverifikasi. Hakim ketua kemudian membahas permohonan kepada
masing-masing.
2. Persidangan Lanjutan
3. Putusan
(dua) atau lebih Kreditor; tidak membayar lunas utang yang telah jatuh
waktu dan dapat ditagih; dan adanya utang dapat dibuktikan oleh
Pemohon.
37
Kemudian, Hakim sekaligus dalam putusannya mengangkat
disampaikan oleh Juru Sita paling lambat 3 (tiga) hari kalender setelah
dibagikan secara pari passu pro rata kepada para kreditor untuk
38
Pertanggung jawaban kurator setelah pemberesan harus
39
3. Upaya Hukum dalam Hukum Acara Kepailitan
a. Kasasi
UU MA).
memutuskan pailit.52
40
Permohonan kasasi sebagaimana tersebut sebelumnya, dapat
pertama karena merasa tidak puas dan dapat pula diajukan oleh
b. Peninjauan Kembali
Bab IV Pasal 295 sampai Pasal 298 jo. Pasal 14 UUK-PKPU bahwa
yang nyata.
41
peninjauan kembali memperoleh kekuatan hukum yang tetap
a. Hakim Pengawas
42
sangkut pautnya dengan pengurusan dan pemberesan harta pailit,
Hakim Pengawas.
b. Kurator
43
atau salah satu organ debitor, meskipun dalam keadaan diluar
dipersyaratkan.
44
kewenangan lagi untuk menguasai dan mengurus harta
kekayaan.62
1. Pengertian Jaminan
barangnya.64
tentang Perbankan diberi arti lain, yaitu keyakinan atas itikad dan
66.
64 Salim H.S, 2019, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakarta: Raja
45
utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu
perikatan hukum.65
berikut:
65 Ibid.
66 Salim H.S, 2019, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, hlm. 22.
67 Ibid.
68 Rachmadi Usman, Op.Cit, hlm. 69.
46
perjanjian utang piutang, diperjanjikan pula antara debitor dan kreditor
ikutan.69
seperti:71
penyerahan khusus;
47
Pada prinsipnya tidak semua benda dapat dijadikan objek jaminan
yang memerlukannya;
(debitor).
lain:73
48
b. Asas Specialiteet, yakni asas yang berarti jika hak fidusia, hak
gadai;
dan tanah bukanlah satu kesatuan. Hal ini dapat dilihat pada
3. Jenis-Jenis Jaminan
a. Jaminan Umum
milik debitor baik yang sudah ada maupun yang akan ada menjadi
dapat diartikan jika setiap perjanjian yang telah disusun dan pada
49
selanjutnya melahirkan suatu hutang atau suatu prestasi maka
debitor, baik harta yang sudah ada ataupun harta yang baru akan
renteng;
b. Jaminan Khusus
50
a. Jaminan Perorangan
kepada bank/wanprestasi.76
b. Jaminan Kebendaan
76 Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, 2006, Credit Management Handbook :
Teori, Konsep, Prosedur, Dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir, Dan Nasabah,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 439.
77 Salim HS, Op.Cit., hlm 24
78 Gatot Supramono, 2013, Perjanjian Utang Piutang, Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, hlm. 59.
51
langsung atas benda tertentu, dapat dipertahankan terhadap
3) Dapat dipertahankan;
1996;
1999.
Kepailitan
79 Ibid
52
Kreditor separatis dalam hukum kepailitan adalah kreditor pemegang
tersebut antara lain nampak dalam bunyi ketentuan Pasal 55, Pasal 56,
berikut:
80 Munir Fuady, 2017, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktik, Cetakan Ke VI, Bandung:
53
(3) Selama jangka waktu penangguhan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Kurator dapat menggunakan harta pailit berupa
benda tidak bergerak maupun benda bergerak atau menjual
harta pailit yang berupa benda bergerak yang berada dalam
penguasaan Kurator dalam rangka kelangsungan usaha
Debitor, dalam hal telah diberikan perlindungan yang wajar bagi
kepentingan Kreditor atau pihak ketiga sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).”
Ketentuan lain yang membatasi hak kreditor separatis dalam
insolvensi; atau
81 Ibid.
54
c. Selama dua bulan sejak insolvensi.
PKPU, kreditor pemegang hak tanggungan, hak gadai, atau hak agunan
penjualan yang telah di kurangi jumlah utang, bunga dan biaya, kepada
pemegang hak tanggungan, hak gadai, atau hak agunan atas kebendaan
82 Abdul Kadir Muhammad, 2014, Hukum Harta Kekayaan, Bandung: Citra Aditya
55
Hak jaminan fidusia tergolong sebagai hak kebendaan, maka di
84 Moch. Isnaeni, 2017, Pengantar Hukum Jaminan Kebendaan, Cet. III, Yogyakarta:
56
Fidusia juga menegaskan ciri adanya lembaga parate executie pada
atas ketentuan Pasal 15 ayat (2) dan ayat (3) UU Jaminan Fidusia.
sebagai berikut:
57
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3889) sepanjang
frasa “cidera janji” bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak
dimaknai bahwa “adanya cidera janji tidak ditentukan secara
sepihak oleh kreditor melainkan atas dasar kesepakatan antara
kreditor dengan debitor atau atas dasar upaya hukum yang
menentukan telah terjadinya cidera janji;...”
janji; dan
58
objek jaminan fidusia maka kreditor wajib mengajukan permohonan
“ Bila oleh pihak-pihak yang berjanji tidak disepakati lain, maka jika
debitor atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajibannya, setelah
lampaunya jangka waktu yang ditentukan, atau setelah dilakukan
peringatan untuk pemenuhan kreditor berhak untuk menjual
barang gadainya dihadapan umum menurut kebiasaan-kebiasaan
setempat dan dengan persyaratan yang lazim berlaku, dengan
tujuan agar jumlah utang itu dengan bunga dan biaya dapat
dilunasi dengan hasil penjualan itu.”
norma hukum dalam UUHT dengan norma hukum yang ada dalam
59
UUK yang dalam ilmu hukum disebut benturan norma hukum (norm
conflict).
60
penangguhan tersebut dan kesempatan tersebut belum tentu bisa
juga ketentuan Pasal 59 ayat (1) dan ayat (2) adalah tidak realistis. Di
dalam praktik sangat sulit dan bahkan hampir tidak mungkin bisa
menurunnya nilai atau harga jualnya. Lebih jauh lagi karena adanya
61
masa penanggungan, parate eksekusi yang diberikan oleh UUHT
hipotik (Pasal 1178 ayat (2) BW). Dalam hal debitor wanprestasi
87 Muhammad Rizky Syahrur Rizal, 2018, Pelaksanaan Eksekusi Atas Objek Jaminan
Hipotek Kapal Laut Yang Sedang Dalam Kegiatan Pelayaran, Jurnal Perspektif, Volume
23 Nomor 2, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, hlm. 78
62
kapal yang sudah dibebani dengan hipotik. Hasil penjualan kapal
kreditor.
kreditor, dalam hal kapal tersebut akan disewakan kepada pihak lain
(Pasal 1185 BW) Dalam hal kapal tersebut disewa oleh pihak lain,
melakukan wanprestasi.
(Pasal 1210 BW). Pada waktu pembelian kapal dilakukan, maka hasil
yang dibebani dengan hipotik. Dalam hal terjadi suatu keadaan kapal
63
tersebut musnah ataupun rusak sehingga klaim atas asuransi tersebut
Pengadilan Negeri, tetapi tata cara penjualan harus tetap tunduk pada
Pasal 1211 BW, yaitu penjualan harus dilakukan di muka umum, dan
penjualan.88
64
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan
lainnya yang dapat dibebankan jaminan lebih dari satu kali, pada resi
dengan menjual hasil hutan seperti kayu, karet dan sejenisnya, tidak
gudang sbergantung pada kondisi yang berupa jenis ataupun sifat dari
lama, penjualan dapat dilakukan secara lelang. Akan tetapi, jika sifat
89 Elyta Ras Ginting, 2019, Hukum Kepailitan Buku Ketiga (Pengurusan dan
65
(mengingat barang-barang tersebut merupakan hasil produk
menyebutkan bahwa:
pengadilan negeri.”91
pengaturan masa stay yang terdapat dalam Pasal 56 ayat (1) UUK-
ayat (1) dan hak pihak ketiga untuk menuntut hartanya yang berada
66
jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal
bahwa:
resi gudang yakni kembali berkaitan pada sifat dan jenis komoditas
67
PKPU, yaitu pelaksanaan hak parate eksekusi penerima jaminan resi
insolven.92
debitor yaitu pemberi hak jaminan, maka penerima hak jaminan yang
jaminan resi gudang atau disebut juga dan termasuk sebagai kreditor
puluh) hari, maka penjualan objek jaminan resi gudang sudah dapat
mulai dilaksanakan.93
68
Kemudian, kreditor mengajukan permohonan menjual secara
kepada kurator sisa hasil penjualan yang lebih dari dan telah menutupi
pelunasan kreditor.94
tangan atau penjualan langsung atas objek jaminan fidusia atau hak
69
gudang tidak disyaratkan secara mutlak harus berdasarkan
kesepakatan.95
bahwa:
penjualan langsung.
70
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini juga disebut sebagai “library research” yaitu penelitian yang
B. Pendekatan Penelitian
96 Yogi Prasetyo, 2020, Legal Truth (Menakar Kebenaran Hukum), Jurnal Legal
Standing, Volume 1 Nomor 1, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah, Ponorogo,
hlm. 9.
97 Peter Mahmud Marzuki, 2017, Penelitian Hukum (Edisi Revisi), Kencana
71
menelaah ketentuan hukum yang terkait dan relevan dengan isu hukum
dihadapi.100
C. Bahan Hukum
diperlukan adalah:
Tanggungan
Fidusia
72
Pedoman Penyelesaian Perkara Kepailitan dan Penundaan
101Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, 2015, “Penelitian Hukum Normatif Suatu Tujuan
Singkat”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 170.
73
Teknik ini digunakan dalam rangka memperoleh informasi ilmiah
74
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdul Kadir Muhammad. 2014. Hukum Harta Kekayaan. Citra Aditya Bakti.
Bandung.
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja. 1999. Seri hukum Bisnis. Raja Grafndo
Persada. Jakarta.
Arya Suyudi, Eryanto Nugroho dan Herni Sri Nurbayanti. 2004. Kepailitan
di Negeri Pailit. Cet. 2. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan
Indonesia. Jakarta.
Bryan A. Garner. 1999. Black Law’s Dictionary. St. Paul. West Group.
Elyta Ras Ginting. 2019. Hukum Kepailitan Buku Ketiga (Pengurusan dan
Pemberesan Harta Pailit). Sinar Grafika. Jakarta.
Irwansyah & Ahsan Yunus. 2020. Penelitian Hukum Pilihan Metode &
Praktik Penulisan Artikel. Mirra Buana Media. Yogyakarta.
75
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja. 2004. Seri Hukum Bisnis Pedoman
Menangani Perkara Kepailitan. ed.1, cet. 2. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Munir Fuady. 2017. Hukum Pailit dalam Teori dan Praktik. Cetakan Ke VI.
Citra Aditya Bakti. Bandung.
76
Sunarmi. 2009. Hukum Kepailitan. USU Press. Medan.
Sutan Remy Sjahdeini. 2018. Sejarah, Asas, dan Teori Hukum Kepailitam,
Pranada Media. Jakarta.
JURNAL
77
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan
Dengan Tanah
78