Di susun oleh :
B011171316
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL.......................................................................................................................1
PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian........................................................................................................5
E. Keaslian Penelitian........................................................................................................6
F. Metode Penelitian..........................................................................................................8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KEKUATAN PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI A
DE CHARGE PADA TINDAK PIDANA JAMINAN FIDUSIA.........................13
A. TINDAK PIDANA JAMINAN FIDUSIA......................................................................13
1. Pengartian Tindak Pidana.......................................................................................13
2. Unsur-Unsur Tindak Pidana................................................................................17
3. Jenis-jenis Tindak Pidana.......................................................................................21
4. Pengartian Jaminan Fidusia...................................................................................29
5. Dasar Hukum Tindak Pidana Fidusia....................................................................30
B. HUKUM PEMBUKTIAN..............................................................................................36
1. Pengertian Hukum Pembuktian.............................................................................36
2. Teori Pembuktian.....................................................................................................37
3. Alat Bukti Dalam Hukum Pidana............................................................................42
C. KEDUDUKAN PEMBKUTIAN KETERANGAN SAKSI...........................................50
1. Kedudukan alat bukti saksi A de charge dalam KUHAP....................................50
2. Syarat Sah Keterangan Saksi................................................................................52
BAB III........................................................................................................................55
iii
TINJAUAN PUSTAKA PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM PENJATUHAN
SANKSI PIDANA DALAM PUTUSAN NO.132/PID.SUS/2020/PN.PRE.......55
A. PUTUSAN PENGADILAN......................................................................................55
1. Pengertian Putusan..............................................................................................55
2. Macam-Macam Putusan......................................................................................56
B. PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM.......................................................................57
1. Yuridis....................................................................................................................58
2. Non-Yuridis............................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................63
iv
BAB I
PENDAHULUAN
(selanjutnya akan disebut KUHAP pada penulisan skripsi ini) kecuali diatur
lain pada peraturan yang lebih khusus. KUHAP mengatur tata cara proses
Indonesia untuk melakukan tata cara proses pidana bagi seseorang yang
negatief yang di dalamnya menjadikan minimal dua alat bukti yang sah,
1
keyakinan hakim, secara tidak langsung membuat alat bukti begitu penting
dalam pembuktian.
melalui beberapa hal, salah satunya adalah penyajian alat bukti yang sah
sebagaimana yang dijelaskan dalam KUHP pasal 184, alat bukti terdiri
5) Keterangan Terdakwa. Jika dilihat dari ragam alat bukti yang ada di
dalam KUHP secara hierarki, Keterangan saksi merupakan alat bukti yang
persidangan yang telah di sumpah akan sesuatu yang ia lihat atau alami
yang seimbang antara kedua belah pihak dalam persidangan dan juga
2
Masyarakat Indonesia dalam penyelesaian masalah di depan
Prsemptio Iueris De Iuere dari hal tersebut telah di akomodir lebih jelas
halnya dalam suatu kasus pada tahun 2019 dalam wilayah hukum
bernama Caesar Bin Muhammad Ali Alias Ishak yang membeli sebuah
mobil Suzuki Mega Carry PU 1.5 dari delaer PT.Suzuki Finance Indonesia
dengan cara kredit (cicil) sebanyak 48 (empat puluh delapan) kali namun
bernama Yusuf setuju akan hal tersebut namun nyatanya Yusuf tidak
diketahui bersama bahwa hal yang dilakukan oleh Debitur bukanlah hal
barang tersebut masih dalam kuasa perusahaan (kreditur) dan Ishak yang
pada saat saudara Yusuf dan mobil tersebut tidak ada untuk ditarik yang
3
dibebani tanggung jawab yakni Ishak karena dalam beberapa berkas pada
hampir sama dengan saksi yang diajukan oleh saksi yang di ajukan jaksa (
hakim dalam memutus perkara dalam hal ini, pengajuan seorang saksi
karena itu, penulis tertarik membahas lebih dalam lagi akan hal tersebut
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana rumusan masalah yang di atas, maka tujuan
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penulisan penelitian ini, diharapkan mampu
menuliskan secara baik yang disajikan bagi para pembaca agar bisa
5
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kesaksian yang
rujukan oleh para insan yuris dalam ber-acara, baik orang yang
E. Keaslian Penelitian
peneletian yang hampir sama, judul yang disajikan penullis yakni “Tinjauan
6
yang diajukan tersebut fungsi dan hak-hak yang dibahas secara
lain, penulis pada penelitian ini bahasanya agak lebih luas akan
Charge).
7
Hukum Pidana Tentang Penarikan Objek Fidusia di Tinjau
tangan kreditur. Hal ini tentu sangat berbeda dari apa yang akan
penelitian saudara rizal disisi lain bahasan pasal 368 atau pasal
agak sedikit jauh dari fidusia yang disajikan oleh penulis yang
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
8
Penelitian kali ini merupakan penelitian Normatif (Legal
dan pendapat para sarjana.1 Jenis penelitian ini juga sering dikatakan
2. Pendekatan Penelitian
1
Muhaimin, 2020, Metode Penilitian Hukum, Mataram University Press, Nusa Tenggara
Barat, Hlm. 45
9
a. Bahan Hukum Primer
Pidana (KUHP).
Pidana (KUHAP).
makalah ini yakni bahan hukum yang berupa jurnal hukum, putusan
2
Peter Mahmud Marzuki, 2014, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Prenadamedia
Group, Jakarta, Hlm 182.
10
pengadilan, komentar- komentar atas putusan pengadilan, artikel
media online, serta karya tulis ilmiah yang dapat menunjang dalam
Bahan hukum tersier lebih lanjut yang digunakan dalam hal ini
penelitian ini tidak lain dan tidak bukan hanya bersumberkan dari
132/Pid.Sus/2020/Pn.Pre.
3
Ibid. Hlm 196
11
Penelitian hukum normatif, yang disajikan penulis tentunya tak jauh
dari bahan hukum yang telah diuraikan diatas yakni primer, sekunder dan
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KEKUATAN PEMBUKTIAN
KETERANGAN SAKSI A DE CHARGE PADA TINDAK PIDANA
JAMINAN FIDUSIA
hubungan kerja dan kewajiban jaminan social. Maka dari itu, Hukum
4
Subekti Sudarsono, 2017, Hukum Pidana Dasar- Dasar Hukum Pidana dan RUU
KUHP, Mummadiyah University Press, Surakarta, Hlm 19.
13
pidana” kata pidana yang dimaksudkan berarti hal yang dipidanakan
seorang sebagai hal yang tidak mengenakkan dan atau juga tidak
sehari-hari diberikan.
14
Jan Remmelink berpendapat bahwa Hukum pidana itu
pidana inilah yang biasanya disebut “ius Poenale” atau hukum postif
keseluruhan dasar dan aturan yang dianut oleh negara oleh negara
perbuatan tertentu.
15
Penjelasan diatas merupakan pengenalan akan hukum pidana
dilarang oleh suatu aturan hukum, dimana larangan itu disertai dengan
ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang
menurut Sudarto akan hal tersebut istilah tindak pidana telah menjadi
isitilah tindak pidana, disisi lain secara sosiologi kata tindak pidana telah
diterima oleh masyrakt luas atau “socialgich gelding”. Berbeda pula dari
tokoh Van Hamel yang lebih menggunakan istilah “strafbaar feeit” atau
5
Ibid. Hlm 92-93.
16
peruahan demi pemahaman masyarkat Indonesia itu sendiri menjadi
dilakukannya.6
pada diri pelaku atau yang berhungan dengan si pelaku sedangkan unsur
pidana yang pertama haruslah ada subjek hukum, kedua adanya unsur
6
P.A.F Lamintang, 2013, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, PT Citra aditya
Bakti, Bandung, hlm.193.
7
S.R Sianturi, 2002, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya,
Cet.3.Stria Grafika, Jakarta, Hlm.208.
17
dilakukan dalam suatu waktu, tempat dan keadaan tertentu. Sedangkan
kejahatan. Dalam aliran ini perbuatan pidana yang telah dilakukan telah
dimana tindak pidana yang telah dilakukan sengaja atau tidak dengan
c. Melawan Hukum
perbuatannya
8
Sudaryono Subekti, Op.cit, hlm 94-96.
18
Unsur-unsur yang dipetakan simons lebih diperinci lagi dengan
meliputi unsur subjektif dan objektif. Unsur objektif yang dimaksud dalam
tindak pidana yakni perbuatan orang, dengan akibat yang terlihat dari
tindak pidana melainkan salah satu tokoh dari Belanda juga yakni
yang pada suatu saat tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus
c. Unsur psikis;
dimuka umum
19
b. Unsur syarat tambahan yang dapat dipidananya perbuatan
pidana terjadi
berikut;
20
Apabila tidak terpenuhi salah satu diantaranya seseorang itu tidak dapat
9
Ibid, hlm 107-113.
21
a) Pada tindak pidana kejahatan diancam dengan pidana penjara
kealpaan;
eksekusinya;
22
Tindak Pidana Formil adalah tindak pidana yang lebih
penghinaan.
23
perbuatannya, seperti halnya pada pasal 340 KUHP, dimana dengan
atau telah menempuh jalan damai oleh pihak yang pelaku tindak
24
berjalan bilamana pengadu merupakan korban atas tindak pidana itu
sendiri, Biasanya tindak pidana ini tidak dapat lagi dihentikan proses
tindak pidana.
Omision Ommissa
25
Tindak Pidana Commision merupakan tindak pidana yang
yakni pada pasal 531 KUHP dimana adanya seseorang dalam bahaya
namun karena dia yang berada dilokasi tersebut hanya diam dan
26
penalantaran seorang anak kandung dengan tidak memberikannya
menerus.
pelaku kejahatan itu. Tindak pidana ini sangat sering didapati oleh
penegak hukum.
27
Tindak pidana tunggal yakni tindak pidana yang pelakunya
dilakukan pembelian oleh orang yang satu dengan orang yang lain
sehingga tindakan melawan hukum dalam hal ini pencurian barang itu
28
9. Tindak Pidana ekonomi dan tindak pidana politik
pada substansi atau inti dari perbuatan pidana itu. Dimana Tindak
pidana yang dilakukan oleh elit politik atau tindak pidana yang
Melihat dari arti kata tersebut seorang yang memiliki hubungan hukum
10
Yurizal, 2021, Aspek Pidana Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999, Media Nusa
Creative Cet-16, Malang, hlm 8
11
Ibid.hlm 102.
29
yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan
tak terlepas dari Asas Legalitas yang dicetuskan oleh Fuerbach pertama
kali dimana sebuah perbuatan tidak dapat diancam sanksi apabila tidak
undangan.
12
Ibid. hlm 40.
30
Fuerbach mengatakan sebuah perbuatan itu bukan saja hanya
yang merata menjadi piorias utama. Lalu lintas ekonomik yang cepat
undang-undang.
Belanda dimana pada saat itu awal yang menjadi dasar adanya
31
perikatan pertama kali diatur dalam Burgerlijk Wetboek (BW) 1847 atau
perikatan, Namun pada saat itu orang Indonesia masih sangat sulit
kental dengan hukum adat mereka sendiri, yang tanpa ia sadari telah
1886 yang mempertegas peraturan bagi hasil panen atau pada saat itu
Fidusia pada saat itu ada dua yakni Cum Crediture dan Cum
Amico, yang sering digunakan pada saat itu adalah Cum Crediture
32
diharapkan tidak gampangnya untuk diingkari. Objek jaminan tersebut
pun menjadi problem dalam masyarakat lagi yang tidak jelas prihal
benda apa saja yang dapat menjadi objek jaminan fidusia sehingga
rentan karena tak jarang benda yang menjadi jaminan bukan lagi benda
bergerak seperti tanah dan rumah, tak jarang banyak yang membuat
akuntabilitasnya, disisi lain hal tersebut di nilai sangat jauh dari tujuan
33
satuan rumah susun sebagai acuan. Pemerintah pun pada akhirnya
yang terdiri dari pasal yakni pasal 35 dan pasal 36 yakni sebagai
berikut:
13
Alfitra, Op.cit, hlm. 23
34
Fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
1. Sengaja Memalsukan
2. Mengubah
menyewakan
4. Penerima Fidusia
35
dijelaskan pada pasal 21, Juga pada pasal 19 berisikan aturan teknis
yang dilakukan dengan akta otentik atau akta dibawah tangan, dapat
keuntungan pribadi atas benda jaminan tersebut dilarang oleh pasal ini.
B. HUKUM PEMBUKTIAN
dianut dalam pembuktian, syarat-syarat dan tata cara yang dianut dalam
14
Alfitra, 2012, Hukum Pembuktian dalam Berbicara Pidana, Perdata dan Korupsi di
Indonesia, Cet.3 Raih Asa Sukses, Jakarta, hlm.14
36
2. Teori Pembuktian
melainkan ada pula kelebihan yakni alat bukti yang ditentukan dan
oleh dunia akan hal tersebut karena dinilai terlalu rigit atau kaku
15
Didik Hendro Purwoleksono, 2015, Hukum Acara Pidana, Airlangga University
Press, Surabaya, hlm.130
37
pertimbangan bahwa manusia tersebut melakukan sebuah kejahatan
pidana.16
Teori ini lebih mengacu kepada keyakninan hakim atau hati nurani,
16
Alfitra, 2012, Hukum Pembuktian dalam Beracara Pidana Perdata dan Korupsi di
Indonesia, Raih Asa Cet.3, Jakarta, hlm, 18
38
sehingga sulit diawasi sehingga terdakwa juga sulit dalam melakukan
tangan hakim yang jujur, bermoral dan berdedikasi tinggi, akan diharapkan
melainkan pada teori ini factor keyakinan seorang hakim menjadi terbatas
oleh sebuah alasan Resonable .19 Namun teori ini dapat dikatakan teori
17
Opcit. Hlm 130.
18
Andi Sofyan dan Amir Ilyas, 2013, HUKUM ACARA PIDANA Suatu Penganta,
Mahakarya Rangkang, Sleman Yogyakarta, hlm. 246
19
Kadi Sukarna, 2016, Alat Bukti Petunjuk menurut KUHAP dalam Perspektif Teori
Keadilan, Unnes Pess, Semarang, hlm.57
39
dikemukakan dalam mumutus suatu perkara. Sehingga alasan yang
jumpai oleh para penegak hukum yang ada di Indonesia seperti perkara
dalam persidangan.21
secara Negatif.
20
Andi Sodyan dan Amir Ilyas, Op.cit, hlm.248
21
Kadi Sukarna, Op.cit, hlm.58
40
procedural dan tata pembuktian sesuai dengan rangkaian alat bukti yang
dibatasi22. Lebih lanjut dalam teori ini dijatuhkannya putusan bersalah atau
dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dan dengan itu ia
22
Riadi Asrai Ahmad, 2019, Hukum Acara Pidana, P.T Raja Grafindo Prasada,
Depok, hlm. 86
23
Ali Imron dan Muhammad Iqbal, 2019, Hukum Pembuktian, UNPAM Press,
Pamulang Tanggerang Selatan, hlm.5
24
Soenarto Soeridibroto, 2006, KUHP dan KUHAP, P.T Raja Grafindo Prasada,
Jakarta, hlm. 435
25
Ali Imron dan Muhammad Iqbal, Op.cit, hlm. 6
41
terdakwa serta haruslah ada patokan berupa aturan hakim yang mengikat
bukti itu sendiri dimana yang pertama, bagi seorang jaksa pentut umum
hakim pula. Ketiga, dijadikan acuan atau sebuah dasar untuk membuat
26
Ahmad Riadi Asrai, Op.cit, hlm.87
27
Ibid.
28
Ali Imron dan Muhammad Iqbal, Op.cit, hlm.22
42
persidangan.29 Lebih lanjut alat bukti dalam hukum pidana diantaranya
dibawah ini ;
1. Keterangan Saksi
yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri “ lebih lanjut
dari alat bukti yang berupa keterangan seorang saksi prihal suatu
peristiwa pidana baik yang ia dengar, lihat dan alami sendiri dengan
a. Saksi A Charge
29
Didik Hendro Purwoleksono, 2015, Hukum Acara Pidana, Airlangga University
Press, Surabaya, hlm.113
30
Ali Imron dan Muhammad Iqbal, Op.cit, hlm.23
43
lanjut pasala 160 KUHAP ayat 1 huruf c yakni “ dalam hal ada saksi
perkara atau yang diminta oleh terdakwa atau penasihat hukum atau
b. Saksi A De Charge
44
terjadinya pemberian kesaksian lisan yang jauh dari fakta hukum yang
ada, disisi lain juga dapatnya membuat saksi tersebut diancam dengan
e. Saksi De Auditu
orang ini ditolak sebagai alat bukti, Namun dengan alasan atau sebab
31
Alfitra . Op.Cit, hlm.39
45
hakim. Kesaksian yang disampaikan pada persidangan oleh jenis saksi
peristiwa pidana.
e. Saksi Bersuara
resume dari seorang ahli dan surat segel dari instansi pemerintah.
f. Saksi Diam
Saksi ini hampir sama dengan saksi bersuara namun sifatnya tidak
32
Sovia Hasnah, Hukum Online, Testimiun De Audit, Diakses Pada 4 November
2021.
46
berupa kebendaan seperti sidik jari, sampel darah, sperma atau pisau
2. Keterangan Ahli
terdakwa34.
33
Alfita, Op.cit, hlm.44
34
Andi Sofyan dan Amir Ilyas, Op.cit, hlm.259
47
Seorang ahli tidak hanya menyampaikan kesaksian secara langsung
dan 18035.
menjelaskan maksud dari penulis baik dari segi pikiran atau pandangan isi
hati baik untuk dirinya sendiri maupun alat bukti dapat digunakan sebagai
pertama, Berita acara atau surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat
seorang ahli yang memuat keteranganya akan suatu hal yang dimintai
48
alat bukti lain. Surat oleh karenanya dikatakan sebagai alat bukti yang
dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan
bahwa telah terjadi tindak pidana dan terang akan pelaku tindak pidana
keadaan terntu dilakukan oleh hakim yang arif nan bijkasana yang
pembuktian yang sama dengan alat bukti lainnya yang bersifat seorang
49
5. Alat Bukti Keterangan Terdakwa
juga didengar diluar sidang. Keterangan terdakwa sebagai alat bukti tidak
haruslah didukung oleh alat bukti lain, sebagaimana dalam pasal 183
KUHAP yang mengikat mengharuskan agar dua alat bukti yang sah. 40
untuk mengajukan saksi atau seorang yang memiliki keahlian khusus guna
50
seorang terdakwa dari perkara yang dihadapinya begitulah kurang lebih
Disisi lain pasal tersebut juga mengisyaratkana bahwa seorang saksi yang
seorang saksi a de charge berada pada pasal 116 ayat (3) bahwa “Dalam
menguntungkan baginya bilamana ada maka hal itu dicatat dalam berita
tersebut dipertegas dalam frase kata tersangka serta frase BAP yang
51
pasal tersebut, saksi yang memberatkan ini “A Charge” ini menjelaskan
dapat berupa seorang yang menjadi korban pada saat terjadinya kejahatan,
saksi ini dapat dihadirkan sebelum dijatuhkan sebuah putusan oleh hakim
41
Ibid, hlm.28
42
Didik Hendro Purwoleksono, Op.cit, hlm.114-115
52
Syarat Objektif yang pertama bahwa tidak boleh ada hubungan
sudah berumur 15 tahun atau sudah pernah menikah/kawin serta tidak gila
atau tidak sakit ingatan. Syarat Subjektif yang pertama tentulah orang
alami peristiwa itu, Selanjutnya Formal yang pertama bahwa seorang yang
saksi telah melalui sumpah terlebih dahulu, dan yang ketiga tidak dikenai
asas Unus Testis Nullus Testis dengan pengecualian bahwa satu saksi
dapat menjadi saksi apabila didukung dengan alat bukti yang lain.
224 dan pasal 522 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Disisi lain juga
ada penggolongan yang tidak wajib menjadi saksi namun ada pengucualian
53
untuk dihadirkan dalam persidangan, maka hal tersebut mengikat seorang
persidangan, begitu pun sebaliknya apabila tidak setuju baik dari pihak
Penuntut Umum dan Terdakwa maka tidak mengikat seorang hakim untuk
dalam persidangan.43
43
Lilik Mulyadi, 2010, Seraut Wajah Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana
Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.129
54
BAB III
1. Pengertian Putusan
tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini”.45
44
Mustafa Bola, 2017, Paradigma Hukum Hakim, Hasanuddin University Press,
Makasaar, hlm.45
45
Lilik Mulyadi, Op.cit, hlm.131
55
2. Macam-Macam Putusan
sebagai berikut;
persidangan.48
46
Mustafa Bola, Op.cit, hlm.46
47
Lilik Mulyadi, Loc.cit.
48
Mustafa Bola, Loc.cit.
56
Dalam pembagiannya juga putusan memiliki beberapa bentuk yang di
tuntutan hukum”
49
Riadi Asra Rahmad, Op.cit, hlm.92
57
Pertimbangan Hakim atau dalam bahasa belanda disebut sebagai
sebagai berikut;
1. Yuridis
58
tuduhkan , yang sementara dapat disimpulkan dari surat-surat
terdakwa.51
di persidangan.52
59
perkara pidana yang berupa ucapan atau tulisan mengenai
53
Andi Sofyan dan Amir Ilyas, Loc.cit, hlm.251
54
Ibid, hlm.285
60
pemidanaan atau tindakan dan pasal dalam peraturan
terdakwa”.55
2. Non-Yuridis
sebagai berikut;56
masyarakat.
terdakwa.
atau diterapkan.
55
Rusli Muhammad, Op.cit, hlm.133-134
56
Ibid
61
e. Faktor Kebudayaan, hasil karya cipta dan rasa yang
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
62
Alfitra, 2012, Hukum Pembuktian dalam Berbicara Pidana Perdata dan
Ali Imron dan Muhammad Iqbal, 2019, Hukum Pembuktian, UNPAM Press,
Andi Sofyan dan Amir Ilyas, 2013, HUKUM ACARA PIDANA Suatu
Press, Surabaya.
Kadi Sukarna, 2016, Alat Bukti Petunjuk menurut KUHAP dalam Perspektif
Lilik Mulyadi, 2010, Seraut Wajah Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana
Tenggara Barat.
Makasaar.
63
Peter Mahmud Marzuki 2014, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Prenadamedia
Group, Jakarta.
Riadi Asrai Ahmad, 2019, Hukum Acara Pidana, PT Raja Grafindo Prasada.
Depok.
Persada, Yogyakarta.
Soenarto Soeridibroto, 2006, KUHP dan KUHAP, P.T Raja Grafindo Prasada,
Jakarta.
Subekti Sudarsono, 2017, Hukum Pidana Dasar- Dasar Hukum Pidana dan
Website :
2021.
Undang- Undang :
64
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana
(KUHP).
(KUHAP).
65