OLEH :
MUH ILHAM (105251106820)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 8
2
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................7
A. Surat Gugatan Perdata............................................................................7
B. Dasar Hukum Gugatan............................................................................7
1. Gugatan Kelompok atau class action..........................................8
2. Gugatan Voluntair........................................................................8
3. Gugatan Citizen lawsuit...............................................................8
Ciri-ciri gugatan perdata.................................................................8
C. Hal yang penting ada dalam surat gugatan Perdata............................9
Syarat membuat surat gugatan perdata........................................10
1. Identitas para pihak...................................................................10
2. Alasan-alasan Gugatan..............................................................10
3. Tuntutan......................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu bidang ilmu hukum adalah hukum perdata yaitu serangkaian peraturan hukum yang
mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan
pada kepentingan perseorangan. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu
hukum perdata material dan hukum perdata formal.
Pada dasarnya setiap manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga ia harus
berinteraksi dengan orang lain untuk memenuhi segala kebutuhannya tersebut. Dalam hubungan
interaksi tersebut ada yang tidak menimbulkan akibat hukum dan ada yang menimbulkan akibat
hukum yaitu dengan timbulnya suatu hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Hubungan
yang menimbulkan hak dan kewajiban inilah yang disebut hubungan hukum.
Di dalam suatu hubungan hukum terkadang terjadi dimana salah satu pihak tidak menjalankan
kewajibannya kepada pihak yang lain, sehingga pihak yang lain tersebut merasa dirugikan.
Dengan adanya kejadian tersebut maka untuk mempertahankan haknya seperti telah diatur dalam
hukum perdata materiil, seseorang harus bertindak atas peraturan hukum yang berlaku, dan
apabila seseorang tidak dapat menyelesaikan sendiri dengan cara damai maka dapat meminta
bantuan penyelesaian kepada hakim (pengadilan). Dan cara penyelesaian lewat pengadilan
tersebut diatur didalam hukum perdata formal yaitu hukum acara perdata.
Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin
ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim atau dengan kata lain hukum acara
perdata adalah peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan
hukum perdata materiil.
Dalam proses pemeriksaan perkara perdata di pengadilan negeri terdapat beberapa acara
pemeriksaan dimuka hakim, diantaranya pengajuan gugatan oleh penggugat, kemudian pada
sidang-sidang selanjutnya dilanjutkan dengan pembacaan gugatan oleh penggugat, pengajuan
jawaban tergugat, replik, duplik, pembuktian, kesimpulan sampai dengan putusan hakim dan
menjalankan putusan tersebut.
4
Jawaban tergugat dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1) jawaban yang tidak langsung mengenai pokok perkara yang disebut tangkisan atau eksepsi;
Menurut Sudikno Mertokusumo eksepsi adalah suatu sanggahan atau bantahan dari pihak
tergugat terhadap gugatan penggugat yang tidak langsung mengenai pokok perkara, yang berisi
tuntutan batalnya gugatan.
Jawaban yang berupa eksepsi kecuali eksepsi tentang tidak berkuasanya hakim, tidak boleh
diajukan atau dipertimbangkan secara terpisah tetapi diperiksa dan diputus secara bersama-sama
dengan pokok perkara Menurut Wiryono Prodjodikoro eksepsi dalam pasal 136 HIR, 162 RBg
itu sebagai perlawanan tergugat yang tidak mengenai pokok perkara, melainkan hanya mengenai
soal acara belaka. Dengan demikian jawaban gugatan yang berupa eksepsi tidak menyinggung
pokok perkara, sehingga harus diputus lebih dahulu sebelum hakim mengarahkan pemeriksaan
kepada pokok perkara. Jadi tidak perlu harus diperiksa dan diputus bersama dengan pokok
perkara menurut pasal 136 HIR, 162 RBg. Jika eksepsi dan pokok perkara diperiksa dan diputus
secara terpisah toh tidak ada sanksinya menurut undang-undang. Oleh karena itu ketentuan pasal
tersebut sebaiknya diartikan sebagai anjuran saja kepada tergugat agar seberapa boleh
mengumpulkan segala yang ingin diajukan dalam jawaban pada waktu dia mengajukan jawaban
pada permulaan pemeriksaan perkara. Pengajuan eksepsi ini dapat dapat dilakukan karena untuk
menuntut batalnya suatu gugatan, ataupun tidak dikabulkannya tuntutan penggugat. Apabila
eksepsi ini dikabulkan oleh majelis hakim maka perkara tersebut selesai pada tingkat pertama,
apabila penggugat tidak puas atas putusan tersebut maka dapat mengajukan mengajukan
permohonan banding ke pengadilan tinggi yang bersangkutan. Tapi apabila eksepsi itu ditolak
maka dijatuhkan putusan sela dan dalam putusan tersebut sekaligus diperintahkan supaya kedua
belah pihak melanjutkan perkara tersebut.
Dalam ilmu hukum terdapat beberapa jenis eksepsi yaitu: eksepsi disqualificatoir, eksepsi
peremptoir, eksepsi dillatoir, Eksepsi kewenangan relatif dan eksepsi kewenangan absolut.
Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang eksepsi kewenangan relatif yaitu kewenangan
mengadili perkara berdasarkan pembagian daerah hukum atau kekuasaan mengadili antara
Pengadilan Negeri. Misal gugatan diajukan kepada Pengadilan Negeri di tempat tinggal tergugat
5
atau berlaku asas actor seguitor forum rei. Seperti dijelaskan pada pasal 118 HIR ayat (1) yaitu
disebutkan bahwa gugatan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri di tempat tergugat tinggal,
apabila tergugat tidak mempunyai tempat tinggal yang tidak tentu maka gugatan dapat diajukan
di Pengadilan Negeri tempat kediaman tergugat atau tempat tinggal tinggal tetap tergugat. Akan
tetapi seringkali ada kesalahan dalam pengajuan surat gugatan tersebut. Oleh karena itu apabila
dalam pengajuan gugatan tersebut tergugat merasa bahwa pengajuan gugatan oleh penggugat
tidak sesuai dengan tempat tinggal tergugat yang sekarang maka tergugat dapat mengajukan
eksepsi.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Gugatan perdata adalah sebuah tuntutan hak yang didalamnya terdapat sengketa dan menjadi
landasan dasar pemeriksaan perkara yang akan diajukan pada Ketua Pengadilan Negeri yang
mana ada salah satu pihak sebagai penggugat pada pihak lainnya atau tergugat. Jika terjadi
sebuah kasus sengketa yang mana Anda ingin mengajukan gugatan, maka diperlukan surat
gugatan perdata yang akan diberikan pada pengadilan negeri setempat. Biasanya beberapa jenis
kasus yang termasuk dalam hukum perdata bisa seperti hukum keluarga, hukum waris, hukum
perikatan, hukum perceraian, hukum kekayaan, dan hukum pencemaran nama baik.
Dasar hukum untuk melakukan gugatan bisa dilihat dari bentuknya yaitu lisan dan tertulis. Dasar
hukum gugatan diatur pada Pasal 118 ayat 1 HIR juncto Pasal 142 RBg untuk bentuk gugatan
tertulis.
Sedangkan gugatan lisan diatur dalam Pasal 120 HIR. Namun perlu diketahui bahwa yang lebih
diutamakan adalah jenis gugatan tertulis.
Jenis-Jenis Gugatan
Di Indonesia sendiri ada beberapa jenis gugatan yang perlu Anda ketahui, seperti:
Gugatan ini merupakan jenis gugatan yang dilakukan oleh beberapa seperti satu atau dua orang
sebagai perwakilannya, sekaligus juga mewakili kepentingan ratusan bahwa ribuan orang
sebagai korban.
7
Aturan hukum mengenai jenis gugatan ini adalah pada Perma Nomor 1 tahun 2002 mengenai
Acara Gugatan Perwakilan Kelompok. Dalam Pasal 1 huruf a dijelaskan bahwa yang
dimaksudkan dengan gugatan kelompok merupakan pengajuan gugatan yang mana satu orang
atau lebih akan menjadi perwakilan untuk mengajukan gugatan bagi kelompok tersebut atau diri
sendiri dan sekaligus menjadi perwakilan kelompok orang yang jumlahnya banyak. Untuk
mengajukan gugatan ini terdapat 2 syarat, yaitu syarat materiil dan syarat formil yang
berhubungan dengan surat gugatan perdatanya.
2. Gugatan voluntair
Jenis gugatan ini adalah yang diajukan dengan dasar permohonan pada pengadilan negeri.
Dasar hukumnya ada pada Pasal 2 ayat 1 UU Nomor 14 Tahun 1970 yang kemudian
diubah dalam UU Nomor 35 Tahun 1999. Akan tetapi saat ini sudah diubah kembali
menjadi 48 Tahun 2009 mengenai Kekuasaan Kehakiman
Gugatan ini bisa diartikan sebagai gugatan yang memiliki dua pihak. Dalam
pelaksanaannya gugatan ini juga sama dengan gugatan biasa. Berikut adalah beberapa
ciri-ciri gugatan contentiosa:
Ada lawan atau pihak lain yang bisa ikut terlibat dalam gugatan ini.
8
Gugatan legal standing
Gugatan legal standing ini bisa diartikan dengan cukup luas, yaitu hak seseorang atau
kelompok atau organisasi untuk bergerak sebagai penggugat di pengadilan.
Aturan hukum mengenai jenis gugatan ini ada pada UU Nomor 32 Tahun 2009 mengenai
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
9
C. Hal yang Penting Ada Dalam Surat Gugatan Perdata
Ketika Anda hendak mengajukan sebuah gugatan perdata, maka akan membutuhkan
surat gugatan perdata yang mana didalamnya perlu memuat beberapa hal berikut:
2. Alasan-alasan gugatan
Pada poin ini dijelaskan tentang kronologi kejadian serta alasan-alasan yang mendasari
penggugat melakukan pengajuan gugatan kepada tergugat dalam format surat gugatan
perdata. Dan juga harus menyertakan dasar hukum dari pengajuan gugatan tersebut.
3. Tuntutan
Tuntutan pokok: Poin tuntutan pokok adalah inti dari permintaan penggugat terhadap
tergugat.
Tuntutan tambahan: Sedangkan poin tuntutan tambahan bisa berupa tuntutan terhadap
tergugat agar membayar biaya perkara atau bisa juga tuntutan terhadap tergugat berupa
rincian nafkah setelah bercerai dalam sidang perceraian.
Tuntutan subsider atau pengganti: Poin ini ditulis dengan tujuan jika tuntutan tidak
dapat dipenuhi oleh pihak tergugat, maka pihak penggugat bisa mengajukan tuntutan
10
subsider. Atau bisa juga majelis hakim yang memberikan putusan tuntutan subsider
kepada tergugat.
Ketika surat gugatan perdata tersebut sudah selesai Anda buat, selanjutnya yaitu dengan
mengajukan gugatan perdata menggunakan surat gugatan perdata ke pengadilan negeri.
2. Membayar panjar biaya perkara Selanjutnya yaitu membayar panjar biaya perkara.
Hal ini wajib dilakukan oleh pihak penggugat sebagai biaya sementara. setelah mendapat
putusan pengadilan baru diperhitungkan total biaya perkara untuk biaya kepaniteraan,
materai, pemanggilan saksi, dan kebutuhan lainnya selama proses pemeriksaan dan
pengadilan. Jika anda merasa tidak mampu untuk membayar biaya perkara, maka anda
bisa mengajukan permintaan izin berperkara tanpa biaya dengan melampirkan surat
keterangan tidak mampu dari kepala desa.
3. Registrasi perkara Setelah membayar panjar biaya perkara, anda sebagai penggugat
akan diarahkan untuk melakukan proses pencatatan gugatan dalam buku register perkara.
Dan penggugat akan mendapatkan nomor perkara.
4. Pelimpahan berkas perkara kepada ketua pengadilan negeri Proses selanjutnya yaitu
pelimpahan berkas perkara kepada Ketua Pengadilan Negeri. Paling lambat dilakukan
tujuh hari setelah proses registrasi perkara.
5. Penetapan majelis hakim oleh ketua pengadilan negeri Setelah berkas diperiksa, Ketua
Pengadilan Negeri memutuskan Majelis Hakim yang akan memeriksa dan memutus
perkara. Jumlahnya minimal terdiri dari 3 orang dengan satu orang sebagai Ketua Majelis
Hakim dan 2 orang lainnya sebagai Hakim Anggota.
11
6. Penetapan hari sidang Proses selanjutnya yaitu Majelis Hakim terpilih akan
menetapkan hari sidang dan memanggil pihak penggugat dan pihak tergugat. Proses
persidangan dilakukan sesuai dengan Hukum Acara Perdata yang berlaku.
Berdasarkan Pasal 1865 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), proses
pembuktian dalam perbuatan melawan hukum memiliki prinsip bahwa setiap orang yang
membuat surat gugatan perdata atau yang mendalilkan, harus memiliki pembuktian.
Terdapat 4 unsur pembuktian yang harus didalilkan ke dalam surat gugatan perdata
perbuatan melawan hukum.
1. Perbuatan Melawan Hukum Unsur yang pertama adalah perbuatan melawan hukum
dimana unsur ini lebih menekankan kepada tindakan seseorang yang melanggar kaidah
hukum di lingkungan masyarakat. Perbuatan yang dianggap melawan hukum ini tidak
hanya berdasarkan kaidah-kaidah hukum yang tertulis saja, melainkan kaidah hukum
tidak tertulis yang ada di dalam kehidupan masyarakat.
2. Kesalahan Unsur kesalahan dapat digunakan jika orang tersebut melakukan kesalahan
baik secara sengaja, tidak hati-hati atau kealpaan. Unsur ini memiliki akibat hukum
dimana orang yang melakukan kesalahan tersebut harus bertanggung jawab mengganti
kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum tersebut.
3. Kerugian Unsur kerugian dalam hukum perdata dapat berupa bentuk kerugian materil
maupun immateril. Dalam pemenuhan tuntutan kerugian ini biasanya diserahkan oleh
hakim yang memutuskan terkait perkara perbuatan melawan hukum tersebut.
12
2. Surat Jawaban Gugatan Perdata
Jawaban gugatan perdata adalah salah satu tahap dalam proses pemeriksaan perkara
perdata dan dilakukan sesudah gugatan dibacakan oleh penggugat pada saat persidangan.
Pembuatan jawaban atas gugatan ini tidak jauh berbeda dengan pembuatan gugatan.
Bentuk dan susunan jawaban atas gugatan ini memang tidak diatur dan tidak ditentukan
oleh pemerintah.
Dalam mengajukan gugatan perdata, bisa saja pihak penggugat melakukan pencabutan
gugatan yang menjadi hak dari penggugat itu sendiri. Namun dengan syarat bahwa
pencabutan perkara atau surat gugatan perdata tersebut dilakukan sebelum tergugat
memberikan jawabannya. Sedangkan penyampaian jawaban tersebut ada pada proses
pemeriksaan atau pada sidang pertama atau kedua atau yang berikutnya jika sidang-
sidang tersebut diundur. Sehingga jika pihak tergugat masih belum memberikan jawaban
dalam beberapa kali persidangan, maka penggugat berhak untuk mencabut surat gugatan
perdata tanpa adanya persetujuan tergugat terlebih dulu. Namun jika sudah masuk proses
pemeriksaan, maka pencabutan gugatan perdata perlu meminta persetujuan dari pihak
tergugat.
13
CONTOH SURAT GUGATAN DAN JAWABAN GUGATAN
SURAT GUGATAN PERDATA
Makassar, 27 Februari 2024
No :
Hal : Gugatan Perbuatan Melawan Hukum/ Wanprestasi (PILIH SALAH SATU)
Lamp :
Kepada Yth
Ketua Pengadilan Negeri XX
Di Pengadilan Negeri XX
Dengan hormat,
Kami yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Tempat & Tgl Lahir :
Usia :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
Dalam hal ini memberikan kuasa khusus kepada XXX dan XXX, advokat yang tergabung pada
Kantor Advokat XXX yang beralamat di XXX, berdasarkan surat kuasa khusus nomor XXX
tanggal XXX, yang selanjutnya mohon disebut sebagai Penggugat
Nama :
Tempat & Tgl Lahir :
Usia :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
Adapun Gugatan ini diajukan ke Pengadilan Negeri XX berdasarkan alasan dan fakta-fakta
hukum sebagai berikut :
14
- Bahwa XX (Anda harus menjelaskan secara detail alasan dasar wewenang Anda berhak
untuk menggugat, dasar Anda menggugat, ketentuan peraturan perundang-undangan
mana saja yang dilanggar oleh Tergugat secara detail. Jika dasar gugatan wanprestasi
jangan lupa mencantumkan Perjanjian yang telah disepakati sebelumnya dengan
Tergugat dan jangan lupa dilampirkan dalam gugatan ini.)
- XX
- XX
- XX
PRIMAIR
SUBSIDAIR
(ttd) (ttd)
15
SURAT JAWABAN GUGATAN PERDATA SENGKETA TANAH
Kepada Yth.:
Ketua Majelis Hakim Perkara
Perdata No.XX/Pdt.G/XX/PN.XX.
Di –
Pengadilan Negeri XX
Dengan hormat,
XX, S.H., Advokat/Penasehat Hukum pada Kantor XX beralamat di Jl. XX Kota XX.
Dalam hal ini bertindak mewakili kepentingan Pemberi Kuasa dari XX selaku Tergugat berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tanggal XX.
Dengan ini kami selaku Kuasa Hukum dari Tergugat mengajukan Jawaban dan gugatan Rekonvensi atas
Gugatan tertanggal XX, sebagai berikut:
I. ISI EKSEPSI :
Penggugat tidak memiliki wewenang untuk menggugat
Gugatan yang diajukan telah kadaluarsa.
Hormat Kami,
Kuasa Hukum Tergugat
(XX)
16
SURAT GUGATAN SENGKETA TANAH
Kota, Tanggal Bulan Tahun
No :
Hal : Gugatan Perbuatan Melawan Hukum
Lamp :
Kepada Yth
Ketua Pengadilan Negeri XX
Di Pengadilan Negeri XX
Dengan hormat,
Kami yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Tempat & Tgl Lahir :
Usia :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
Nama :
Tempat & Tgl Lahir :
Usia :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
Dalam hal ini memberikan kuasa khusus kepada XXX dan XXX, advokat yang tergabung pada
Kantor Advokat XXX yang beralamat di XXX, berdasarkan surat kuasa khusus nomor XXX
tanggal XXX, yang selanjutnya mohon disebut sebagai Penggugat
Nama :
Tempat & Tgl Lahir :
Usia :
Jenis Kelamin :
Agama :
17
Pekerjaan :
Alamat :
Adapun Gugatan ini diajukan ke Pengadilan Negeri XX berdasarkan alasan dan fakta-fakta
hukum sebagai berikut :
Bahwa XX (Anda harus menjelaskan secara detail alasan dasar wewenang Anda berhak untuk
menggugat, dasar Anda menggugat, ketentuan peraturan perundang-undangan mana saja yang
dilanggar oleh Tergugat secara detail)
XX
XX
XX
Berdasarkan alasan/dalil-dalil diatas, Penggugat mohon agar Ketua Pengadilan XX segera
memeriksa dan mengadili perkara ini, selanjutnya menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai
berikut :
PRIMAIR
Mengabulkan gugatan Penggugat;
XXX;
Membebankan biaya perkara menurut Hukum;
SUBSIDAIR
Atau menjatuhkan putusan lain yang seadil-adilnya;
Demikian atas terkabulnya gugatan ini, Penggugat menyampaikan terima kasih.
Kuasa Hukum Penggugat
(ttd) (ttd)
(nama advokat) (nama advokat)
18
BAB III
KESIMPULAN
Yang dimaksud dengan gugatan adalah suatu tuntutan hak yang diajukan oleh penggugat kepada
tergugat melalui pengadilan. Gugatan dalam hukum acara perdata umumnya terdapat 2 (dua)
pihak atau lebih, yaitu antara pihak penggugat dan tergugat, yang mana terjadinya gugatan
umumnya pihak tergugat telah melakukan pelanggaran terhadap hak dan kewajiban yang
merugikan pihak penggugat. Terjadinya gugatan umumnya setelah pihak tergugat melakukan
pelanggaran hak dan kewajiban yang merugikan pihak penggugat tidak mau secara sukarela
memenuhi hak dan kewajiban yang diminta oleh pihak penggugat, sehingga akan timbul
msengketa antara penggugat dan tergugat. Sengketa yang dihadapi oleh pihak apabila tidak bisa
diselesaikan secara damai di luar persidangan umumnya perkaranya diselesaikan oleh para
19
DAFTAR PUSTAKA
Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam Melindungi Hak
Laurensius Arliman S, Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana,
Daerah
Laurensius Arliman S, Problematika Dan Solusi Pemenuhan Perlindungan Hak Anak Sebagai
Tersangka
Tindak Pidana Di Satlantas Polresta Pariaman, Justicia Islamica, Volume 13, Nomor 2,
2016.
Laurensius Arliman S, Komnas Perempuan Sebagai State Auxialiary Bodies Dalam Penegakan
Ham
Indonesia,
Indonesia Sebagai
20