Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGERTIAN DAN TEKNIK PEMBUATAN SURAT KUASA DAN GUGATAN

Makalah Ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Advokasi

Kelompok 12

Hayatul Husna ( 11920422304 )

Inay Mangisarah ( 11902423233 )

Dosen Pendamping: Ferlan Niko, S.H.I., M.Sy.

HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI‟AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam selalu
tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW dan para sahabat dari dulu,
sekarang hingga akhir zaman.

Dalam makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan,
“Bahwa tidak ada gading yang tak retak dan bukanlah gading kalau tidak retak” oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati mohon kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT, kami berserah diri. Semoga makalah ini dapat
menambah wawasan dan memberi manfaat bagi semua. Amin, Ya Rabal „Alamiin.

Pekanbaru, 31 Mei 2022

Pemakala

ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 5
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 5
BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
A. Pengertian Surat kuasa dan Gugatan ........................................................................................... 6
B. Tata Cara Pembuatan Surat Kuasa dan Gugatan......................................................................... 7
C. Contoh Surat Gugatan Dan Surat Kuasa ................................................................................... 10
BAB III ................................................................................................................................................. 21
PENUTUP ............................................................................................................................................ 21
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 21
B. Saran ......................................................................................................................................... 21
Daftar Pustaka....................................................................................................................................... 22

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam lingkungan masyarakat sering terjadi perkara-perkara yang melibatkan
dua pihak atau lebih. Untuk menyelesaikan perkara-perkara tersebut, maka para pihak
yang berperkara dapat mengajukan surat gugatan kepada Pengadilan. Para pihak yang
hendak berperkara di muka pengadilan, prinsipnya tidak harus diwakilkan dikuasakan
kepada pihak lam. Dalam artian pemeriksaan perkara di persidangan bisa secara
langsung terhadap parapihak, namun apabila dikehendaki oleh pihak yang berperkara
dan memang ada alasan untuk itu, maka kehadiran mereka dalam persidangan bisa
dikuasakan kepada pihak lain. Dalam HIR, pengaturan mengenai surat kuasa khusus
ada di dalam Pasal 123 HIR.1
Masalah kuasa khusus yang dianggap remeh, sehingga sering pembuatannya
dilakukan secara sembarangan. Tidak diperhatikan apakah pembuatannya telah
memenuhi syarat yang digariskan ketentuan perundang undangan. Akibatnya, surat
kuasa tersebut tidak sah. Dampak yang timbul dari surat kuasa khusus tidak
memenuhi syarat, yaitu surat gugatan tidak sah apabila pihak yang mengajukan dan
menandatangi gugatan adalah kuasa.
berdasarkan surat kuasa tersebut, dan segala proses pemeriksaan tidak sah atas
alasan pemeriksaan dihadiri oleh kuasa yang tidak didukung oleh surat kuasa yang
memenuhi syarat. Apabila terjadi hal seperti itu, gugatan dinyatakan tidak dapat
diterima (niet ont vankelijk verklaard). Keadaan ini menimbulkan kerugian waktu dan
biaya bagi penggugat. Waktu dan biaya terbuang sia-sia tanpa memperoleh hasil
penyelesaian positif Untuk menghindari akibat tersebut, perlu diperhatikan syarat
yang harus dipenuhi.2

1
Bambang Sugeng dan Sujayadi. Pengantar Hukum Acara Perdata & Contoh Dokumen Litigasi. (Jakarta
kencana. 2012), hlm 11.
2
Yahya Harahap. Hukum Acara Perdata. (Jakarta: sinar Grafika, 2007), hlm I Yahya Harahap. Hukum Acara
Perdata. (Jakarta: sinar Grafika, 2007), hlm 1

4
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan surat kuasa dan gugatan?
2. Bagaimana tata cara pembuatan surat kuasa dan gugatan?
3. Bagaimana contoh surat kuasa dan gugatan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan surat gugatan dan surat kuasa.
2. Untuk mengetahui tata cara pembuatan surat kuasa dan gugatan.
3. Untuk mengetahui contoh surat kuasa dan gugatan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Surat kuasa dan Gugatan


Pemberian kuasa adalah suatu perbuatan hukum yang bersumber pada
perjanjian yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena bermacam-
macam alasan, di samping kesibukan sehari-hari sebagai anggota masyarakat yang
demikian kompleks sering dilakukan dengan surat kuasa. Pengertian surat kuasa
secara umum, dapat dirujuk dari Pasal 1792 KUHPerdata, yang menyatakan:
pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dengan mana seorang memberikan
kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya untuk dan atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan
Secara umum, surat kuasa tunduk pada prinsip hukum yang dianın dalam Bab
16 Buku II KUH Perdata, sedang aturan khususnya diatur dan umidük pada ketentuan
hukum acara yang digariskan HIR dis RBG. Prinsip buku untuk pemberian kuasa
yang berkaitan dengan kuasa khusus.3
Surat kuasa khusus ialah surat kuasa yang dibuat untuk satu perkara tertentu
dan untuk satu tingkatan pengadilan pada lingkup badan peradilan tertentu.4 Untuk
memahami pengertian kuasa secara umum, dapat dirujuk Pasal 1792 KUH Perdata
yang berbunyi: "Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dengan mana seorang
memberikan kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk dan atas
namanya menyelenggarakan suatu urusan." Bertitik tolak dari ketentuan pasal
tersebut, dalam perjanjian kuasa terdapat dua pihak yang terdiri dari:
1. Pemberi kuasa atau lastgever (instruction, mandate).
2. Penerima kuasa atau disingkat kuasa, yang diberi perintah atau mandat melakukan
sesuatu untuk dan atas nama pemberi kuasa.

Sedangkan, Gugatan adalah suatu perkara yang terdapat sengketa antara dua
belah pihak. Maka yang dimaksud gugatan adalah suatu tuntutan hak yang diajukan

3
Yahya Harahap. Hukum Acara Perdata. (Jakarta: sinar Grafika, 2007), hlm I Yahya Harahap. Hukum Acara
Perdata. (Jakarta: sinar Grafika, 2007), hlm 1
4
Bambang Sugeng dan Sujayadi. Pengantar Hukum Acara Perdata & Contoh Dokumen Litigasi. JJakarta:
kencana, 2012). hlm 11

6
oleh Penggugat kepada Tergugat melalui Pengadilan. Dalam suatu gugatan ada
seorang atau lebih yang merasa bahwa haknya atau hak mereka dilanggar, akan tetapi
orang yang dirasa melanggar haknya atau hak mereka itu, tidak mau secara sukarela
melakukan sesuatu yang diminta itu. Untuk menentukan siapa yang benar atau berhak,
diperlukan adanya suatu putusan hakim. Di sini hakim benar-benar berfungsi sebagai
hakim yang mengadili dan memutus siapa diantara pihak itu yang benar dan siapa
yang salah.

Dasar hukum gugatan diatur dalam Pasal 118 ayat (1) Herziene Inlandsch
Reglement (HIR) juncto Pasal 142 Rectstreglement voor de Buitengewesten (RBg)
untuk gugatan tertulis dan Pasal 120 HIR untuk gugatan lisan. Akan tetapi yang lebih
diutamakan adalah gugatan berbentuk tertulis."

B. Tata Cara Pembuatan Surat Kuasa dan Gugatan


1. Pembuatan Surat Kuasa
Peristiwa hukum dan adanya kesepakatan mengenai pengajuan perjanjian para
pihak, sesuai Pasal 1792 KUH Perdata. Karena itu, perjanjin yang harus dipahami
bukan hanya obyek gugatan, tetapi juga perjanjian antara pemberi kuasa dan yang
dikuasakan. Yang dimaksud perjanjian disini adalah perjanjian antara yang
memberi kuasa, yang mempunyai masalah yang dalam praktik disebut pemberi
kuasa (principal) atau klien dengan yang diberi kuasa disebut penerima kuasa,
yang berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003
tentang Advokat, yaitu dalam Pasal 1 diberikan kepada advokat (lawyer).5
Pihak yang berperkara dipengadilan dapat menghadapi dan menghadiri
pemeriksaan persidangan sendiri atau mewakilkan kepada orang lain untuk
menghadiri persidangan di Pengadilan. Pemberi kuasa kepada orang lain untuk
menghadiri persidangan dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Pemberi
kuasa secara lisan harus dinyatakan di depan persidangan pengadilan dan dicatat di
dalam berita acara sidang. Pemberi kuasa secara tertulis dilakukan di dalam surat
kuasa mewakili pihak yang berperkara untuk mewakili di persidangan.
Orang yang dapat menjadi kuasa untuk mewakili para pihak dalam
persidangan adalah advokat atau orang yang mempunyai izin khusus untuk
beracara di persidangan, misalnya orang lain yang masih mempunyai hubungan

5
V. Harlen Sinaga, Hukum Acara Perdata Dengan Pemahaman Hukum Materil, (Jakarta: Erlangga, 2015),
hlm66.

7
keluarga dengan para pihak. Keterangan masih ada hubungan keluarga harus
berupa surat keterangan dari lurah pihak yang bersangkutan. Pemberi kuasa secara
tertulis bagi orang yang buta huruf/tidak bisa tanda tangan dilakukan dengan
membubuhkan cap ibu jari di depan pejabat yang berwenang yaitu Notaris setelah
dibacakan dan diterangkan maksudnya oleh neinbat tersebut kemudian
ditandatangani dan dicap ibu jari serta dilegalisasi oleh Notaris.
Pemberi kuasa dapat disertai dengan hak substitusi atau hak untuk
melimpahkan kuasa kepada orang lain baik sebagian maupun keseluruhan. Apabila
dalam suatu kuasa tidak terdapat hak substitusi maka penerima kuasa tidak adapat
melimpahkan kuasa kepada orang lain baik sebagian maupun seluruhnya. Pemberi
kuasa dapat diberikan untuk mewakili pihak pada Peradilan Tingkat Pertama saja
dan boleh pemberian kuasa sampai Pengadilan Tingkat Kasasi atau bahkan sampai
selesainya perkara.
Pemberian kuasa d apat dilakukan sebelum sidang maupun pada waktu
sidang sedang berjalan. Dengan pemberian kuasa tidak menutup kemungkinan
hakim untuk memerintahkan pihak yang bersangkutan untuk hadir sendiri dalam
persidangan, misalnya untuk keperluan sumpah.
Surat kuasa biasanya memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Identitas, pemberi kuasa dan penerima kuasa. (Nama, alamat, umur,
agama, pekerjaan, dan kewarganegaraan).
b. Hal yang dikuasakan. (Disebutkan hal apa saja yang dikuasakan,
kedudukan para pihak sebagai penggugat/tergugat, nomor perkara,
pengadilan mana).
c. Hak yang diberikan kepada penerima kuasa.
d. Hak substitusi untuk seluruhnya atau sebagian.
e. Tempat dan tanggal surat dibuat.
f. Tanda tangan penerima kuasa di atas materai yang cukup dan tanda
tangan penerima kuasa.

2. Pembuatan Surat Gugatan

Gugatan pada prinsipnya secara tertulis, namun kalau para pihak tidak bisa
baca tulis (buta huruf) gugatan dapat diajukan secara lisan ke Ketua Pengadilan
atau dilimpahkan kepada hakim untuk disusun gugatan kemudian dibacakan dan

8
diterangkan maksud dan isinya kepada pihak kemudian ditandatangani oleh Ketua
Pengadilan Agama atau hakim yang ditunjuk.

Orang bisa baca tulis dapat menyampaikan gugatannya secara lisan ke


Pengadilan Agama dengan menyampaikan maksudnya kepada Petugas Pengadilan
Agama untuk dibuatkan gugatan oleh yang bersangkutan dan ditandatangani oleh
yang bersangkutan. Gugatan yang dibuat sendiri oleh yang bersangkutan
ditandatangani oleh yang bersangkutan dan gugatan yang dibuat oleh kuasa
ditandatangani kuasanya.

Isi gugatan secara garis besar memuat hal-hal sebagai berikut:

a) Identitas Para Pihak


Identitas para pihak meliputi nama, alamat, umur, pekerjaan, agama,
kewarganegaraan. Pencantuman nama lengkap, gelar, panggilan atau alias.
Alamat harus terang dan jelas terutama penyebutan alamat tergugat agar
mudah pemanggilan dan tergugat mempertahankan hak-haknya. Umur
dicantumkan dalam kaitannya apakah para pihak cakap melakukan perbuatan
hukum. Pencantuman agama erat kaitannya dengan pihak yang berperkara di
Pengadilan Agama yaitu orang-orang yang beragama Islam. Pekerjaan dan
kewarganegaraan dapat dicantumkan untuk mempertegas identitas para pihak.
b) Uraian Kejadian (Posita)
Berisi uraian kejadian atau fakta-fakta yang menjadi dasar adanya
sengketa yang terjadi (recht feitum) dan hubungan hukum yang menjadi dasar
gugatan (recht gronden). Posita disebut juga fundamentum petendi.
Posita gugatan dibuat dengan ringkas, jelas, dan terinci mengenai dalil-
dalil yang berhubungan dengan perkara. Antara posita satu dengan posita yang
lainnya harus sinkron dan tidak boleh saling bertentangan. Posita yang satu
sama yang lainnya saling bertentangan akan mengakibatkan gugatan menjadi
kabur atau obscur libel.
c) Permohonan (Petitum)
Petitum atau tuntutan berisi rincian apa saja yang diminta dan
diharapkan penggugat untuk dinyatakan dalam putusan/penetapan kepada para
pihak terutama pihak tergugat dalam putusan perkara.

9
Tuntutan yang diminta untuk diputuskan harus berdasarkan posita yang
diuraikan. Tuntutan yang tidak berdasarkan posita sebelumya mengakibatkan
tuntutan tidak diterima atau tidak dikabulkan. Posita yang diuraikan ternyata
tidak diajukan tuntutan maka gugatan akan menjadi sia-sia karena hakim tidak
berwenang memutus apa yang tidak dituntut oleh para pihak yang berperkara.
Tuntutan terdiri dari dua hal yaitu tuntutan primair dan tuntutan
subsidair. Tuntutan primair adalah tuntutan yang merupakan tuntutan terhadap
gugatan pokok sedangkan tuntutan subsidair adalah tuntutan yang merupakan
tuntutan alternatif atau pengganti yang biasanya tuntutan subsidair dirumuskan
dengan “mohon putusan yang seadil-adilnya”.

C. Contoh Surat Gugatan Dan Surat Kuasa


1. Contoh surat gugatan

Manado, (Tanggal/Bulan/Tahun)

Kepada
Yth. Ketua Pengadilan
Tata Usaha Negara Manado
di-.
Jalan Pomorouw No. 66 Kota Manad
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
Nama : ………………………………………………….
Kewarganegaraan : ………………………………………………….
Tempat tinggal :......................................................................
Pekerjaan :......................................................................

Berdasarkan surat kuasa khusus Nomor…tanggal…memberikan kuasa kepada :


Nama : …………….
Kewarganegaraan : ……………..
Pekerjaan : Advokat, berkantor di ……… selanjutnya disebut
sebagai PENGGUGAT ;

10
Dengan ini Penggugat mengajukan gugatan terhadap ……… , berkedudukan
di……………. , untuk selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT ;

I. Objek Sengketa :
Surat ……………, No……………………, Tanggal……………..
(pasal 1 angka 9 UU Peradilan TUN).

II. Tenggang Waktu Gugatan : …………….


- Bahwa Objek Sengketa diterbitkan Tergugat tanggal……
- Bahwa Objek Sengketa tersebut diterima /diketahui Penggugat pada tanggal
…….
- Bahwa gugatan a quo diajukan pada tanggal ……
- Bahwa oleh karenanya Gugatan a quo diajukan masih dalam tenggang waktu
sesuai dengan pasal 55 UU Peradilan TUN...
(pasal 55 UU Peradilan TUN).

III. Kepentingan Penggugat Yang Dirugikan :


Penggugat merasa dirugikan karena Penggugat adalah
pemilik/menguasai sesuai dengan alat bukti………./pihak yang dituju Surat
Objek Sengketa …………………dst. (pasal 53 UU Peradilan TUN)

IV. Posita/Alasan Gugatan :


(Uraikan kronologi dan alasan gugatan,
misal : - Keputusan Obiek Gugatan diterbitkan Tergugat melanggar
UU, PP, Perda dll.
- Dan/atau Melanggar Asas-asas umum pemerintahan yang baik.)

V. Permohonan Penundaan :
- Bahwa Objek sengketa ternyata akan dilaksanakan pada tanggal….,
sehingga terdapat keadaan mendesak .
- Bahwa apabila Surat Objek Sengketa dilaksanakan maka Penggugat akan
sangat dirugikan/terdapat keadaan yang sulit untuk
dikembalikan/dipulihkan seperti keadaan semula.

11
- Bahwa fakta fakta diatas telah memenuhi ketentuan pasal 67 UU
Peradilan TUN.
- Bahwa oleh karenanya Penggugat mohon agar diterbitkan Penetapan yang
berisi perintah kepada Tergugat agar menunda Pelaksanaan Objek
Sengketa, sampai perkara a quo berkekuatan hukum tetap.
(pasal 67 UU Peradilan TUN).

VI. Petitum/Tuntutan :
A. Dalam Penundaan.
- Mengabulkan Permohonan Penundaan yang diajukan Penggugat.

B. Dalam Pokok Perkara/Sengketa.


1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya ;
2. Menyatakan batal atau tidak sah Surat …….. No…….
tertanggal……………….
3. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Surat……. No………
4. Menghukum Tergugat membayar biaya perkara ;

Hormat Kami,
Penggugat/ Kuasa Hukum Penggugat,

……………………………......

12
2. Contoh surat kuasa

A
Contoh Surat Kuasa Insidentil

Manado, (Tanggal/Bulan/Tahun)
Kepada :
Perihal : Permohonan Izin Beracara Yth. Ketua PTUN Manado
di-
Jalan Pomorouw No. 66 Kota Manado

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : (Nama jelas)


Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : (Alamat jelas)
Pekerjaan : ....

Dengan ini saya mengajukan permohonan untuk dapat menjadi kuasa untuk
beracara di Pengadilan Tata Usaha Negara Manado mewakili (suami/isteri/ayah/ibu
dsb)...melawan...(Sebutkan Nama Jelas dan Tempat Kedudukan dari Tergugat) pada
tingkat Pertama, Banding dan Kasasi;
Sebagai bahan pertimbangan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Manado,
bersama ini saya lampirkan :
1. Surat Keterangan dari Lurah/Desa..., Kecamatan..., Kabupaten/Kota....;
2. Surat Kuasa Khusus ;
3. Foto copy KTP Pemberi Kuasa;
4. Foto copy KTP Penerima Kuasa;
5. Foto copy Kartu Keluarga (KK) ;
6. Foto copy Surat Nikah ;
Demikian permohonan ini dibuat, atas terkabulnya permohonan saya, diucapkan
banyak terima kasih.

13
Pemohon,

Nama Jelas

14
Contoh surat permohonan izin Insidentil

SURAT PERMOHONAN IZIN INSIDENTIL


Nomor: …

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :


Nama : ……..............................................................................
Kewarganegaraan :……………………………………………………………
Tempat Tinggal : …………………………………………………………..
Pekerjaan : …………………………………………………………..

Dengan ini memberikan kuasa kepada:


1) ................, 2) ............, 3)..................dst.; Semuanya berkewarganegaraan
.....................; Pekerjaan Advokat pada Kantor Advokat ............................;
Beralamat Kantor di .................; Selanjutnya disebut Penerima Kuasa;

KHUSUS
Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa baik secara bersama-sama maupun sendiri-
sendiri sebagai Penggugat melawan ............................................... sebagai Tergugat
dan.............................sebagai Tergugat II Intervensi (bila telah ada), dalam
Perkara........................................., dengan objek sengketa: ......................................;
Dalam hal ini Penerima Kuasa dikuasakan oleh Pemberi Kuasa untuk menerima,
mengajukan, menghadiri persidangan di Pengadilan Tata Usaha Negara Serang, dan
menandatangani surat-surat permohonan, gugatan, replik, kesimpulan, mengajukan
dan menolak bukti-bukti surat, saksi-saksi, maupun ahli, meminta atau memberikan
segala keterangan yang diperlukan, meminta putusan dan/atau putusan sela,
penetapan-penetapan, mengajukan permohonan pelaksanaan putusan, termasuk
menyatakan banding, membuat, menandatangani dan mengajukan memori/kontra
memori banding, menyatakan kasasi, membuat, menandatangani dan mengajukan
memori kasasi/kontra memori kasasi;
Kuasa ini diberikan dengan hak subtitusi (baik sebagian atau seluruhnya).

15
Serang ,
…………………….
Penerima Kuasa Pemberi Kuasa

Materai

……………….. ……………….

16
Contoh Surat Kuasa Khusus

SURAT KUASA KHUSUS


Nomor :…
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
Nama : ……..............................................................................
Kewarganegaraan :……………………………………………………………
Tempat Tinggal : …………………………………………………………..
Pekerjaan : …………………………………………………………..

Dengan ini memberikan kuasa kepada:


2) ................, 2) ............, 3)..................dst.; Semuanya berkewarganegaraan
.....................; Pekerjaan Advokat pada Kantor Advokat ............................;
Beralamat Kantor di .................; Selanjutnya disebut Penerima Kuasa;

KHUSUS
Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa baik secara bersama-sama maupun sendiri-
sendiri sebagai Penggugat melawan ............................................... sebagai Tergugat
dan.............................sebagai Tergugat II Intervensi (bila telah ada), dalam
Perkara........................................., dengan objek sengketa: ......................................;
Dalam hal ini Penerima Kuasa dikuasakan oleh Pemberi Kuasa untuk menerima,
mengajukan, mengikuti persidangan melalui system informasi Pengadilan Tata Usaha
Negara Manado (e-court), menghadiri persidangan di Pengadilan Tata Usaha Negara
Manado, dan menandatangani surat-surat permohonan, gugatan, replik, kesimpulan,
mengajukan dan menolak bukti-bukti surat, saksi-saksi, maupun ahli, meminta atau
memberikan segala keterangan yang diperlukan, meminta putusan dan/atau putusan
sela, penetapan-penetapan, mengajukan permohonan pelaksanaan putusan, termasuk
menyatakan banding, membuat, menandatangani dan mengajukan memori/kontra
memori banding, menyatakan kasasi, membuat, menandatangani dan mengajukan
memori kasasi/kontra memori kasasi;
Kuasa ini diberikan dengan hak subtitusi (baik sebagian atau seluruhnya).

17
Manado, …………………….
Penerima Kuasa Pemberi Kuasa

Materai

……………….. ……………

18
Contoh Surat Kuasa Khusus Tergugat

SURAT KUASA KHUSUS


Nomor :…
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Jabatan : ……..........................................................................
Tempat Kedudukan :......................................................................................
selanjutnya disebut sebagai Pemberi Kuasa

Dengan ini memberikan kuasa kepada :


Nama : ………….., Kepala Biro Hukum/Advokat, berkantor di jalan
……………………………, selanjutnya disebut sebagai Penerima Kuasa
Khusus
Untuk dan atas nama pemberi kuasa mewakili dalam sengketa Tata Usaha Negara
Manado sebagai Tergugat melawan …………………………………...sebagai
Penggugat. di Pengadilan Tata Usaha Negara Manado, dalam perkara
nomor…/G/20…/PTUN.Mdo, dengan obyek gugatan Surat
……………………………No……….Tanggal……
Untuk itu, Penerima Kuasa dikuasakan untuk menghadap dan menghadiri semua
persidangan Pengadilan Tata Usaha Negara Manado, mengikuti persidangan melalui
system informasi Pengadilan Tata Usaha Negara Manado (e-court), menerima,
mengajukan dan menandatangani surat-surat, permohonan, Jawaban, Duplik,
kesimpulan, mengajukan dan menolak saksi-saksi maupun keterangan Ahli, menerima
atau menolak bukti-bukti surat, keterangan saksi-saksi, maupun meminta atau
memberikan segala keterangan yang diperlukan, memohon penetapan maupun
putusan, juga mengajukan permohonan memori banding dan/atau kontra memori
banding dan memori kasasi dan/atau kontra memori kasasi;
Kuasa ini diberikan dengan hak untuk melimpahkan (subtitusi) baik sebagian maupun
seluruhnya yang dikuasakan ini kepada orang lain.

Manado, …………………….

19
Penerima Kuasa Pemberi Kuasa

Materai

……………….. ……………….

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Surat kuasa khusus ialah surat kuasa yang dibuat untuk satu perkara tertentu
dan untuk satu tingkatan pengadilan pada lingkup badan peradilan tertentu. Surat
kuasa biasanya memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Identitas, pemberi kuasa dan penerima kuasa. (Nama, alamat, umur. agama,
pekerjaan, dan kewarganegaraan).
2. Hal yang dikuasakan. (Disebutkan hal apa saja yang dikuasakan, kedudukan para
pihak sebagai penggugat tergugat. nomor perkara,pengadilan mana).
3. Hak yang diberikan kepada penerima kuasa.
4. Hak substitusi untuk seluruhnya atau sebagian.
5. Tempat dan tanggal surat dibuat.
6. Tanda tangan penerima kuasa di atas materai yang cukup dan tanda tangan
penerima kuasa.

Gugatan adalah suatu perkara yang terdapat sengketa antara dua belah pihak.
Secara sistematis susunan gugatan sebagai berikut:

1. Nama kota dimana gugatan dibuat berikut tanggalnya.


2. Alamat Ketua Pengadilan Agama yang berwenang memeriksa perkara.
3. Identitas para pihak berikut penegasan kedudukan para pihak sebagai
penggugat atau tergugat.
4. Posita
5. Tuntutan (petitum).
6. Tanda tangan penggugat atau kuasanya.

B. Saran
Materi ini diharapkan dapat menambah literatur mahasiswa tentang tata cara
pembuatan surat kuasa dan surat gugatan dan kami menyadarai makalah ini jauh dari
kata sempurna maka dari itu krtirik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan.

21
Daftar Pustaka

Sugeng Bambang dan Sujayadi.2012. Pengantar Hukum Acara Perdata & Contoh Dokumen
Litigasi. Jakarta kencana.
Harahap Yahya. 2007. Hukum Acara Perdata. Jakarta: sinar Grafika
Sinaga V. Harlen. 2015. Hukum Acara Perdata Dengan Pemahaman Hukum Materil, Jakarta:
Erlangga.

22

Anda mungkin juga menyukai