HUKUM PERIKATAN
Oleh:
FAKULTAS SYARIAH
2022/2023
Kata Pengantar
i
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT senantiasa kita
ucapkan. Tak lupa kita curahkan beserta shalawat kepada Baginda Agung
Rasulullah SAW yang telah membimbing kita menuju jalan yang lurus.
Makalah telah kami susun dengan sebaik mungkin dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat melancarkan penulisan Makalah ini. Untuk itu
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberi manfaat dan
inspirasi bagi pembaca, terimakasih.
DAFTAR ISI
ii
COVER ................................................................................................ i
A. Simpulan ............................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum perikatan?
2. Apa saja sumber dari hukum perikatan?
3. Jenis-jenis hukum perikatan?
4. Bagaimana contoh hukum perikatan?
5. Bagaimana analisis contoh hukum perikatan?
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hans Kelsen, 2011, Teori Umum Tentang Hukum Dan negara, Cet. VII, Bandung : Nusa Media.
Hal. 3.
2
Purwahid patrick, 1994, Dasar-dasar Hukum Perikatan, Cet. I, Bandung : Mandar Maju. Hal. 2.
1
Perikatan adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda
“verbintenis”. Asal kata perikatan dari obligatio (latin), obligation (Perancis,
Inggris) Verbintenis (Belanda=ikatan atau hubungan). Selanjutnya Verbintenis
mengandung banyak pengertian, di antaranya:
Secara garis besar, dalam buku ketiga KUH Perdata tidak menjelaskan secara
spesifik tentang pengertian perikatan. Akan tetapi, para ahli memberikan
pengertiannya masing-masing tentang perikatan ini, di antara para ahli tersebut
adalah Mariam Darus Badrulzaman, memberikan pemaknaan terhadap perikatan
sebagai “hubungan (hukum) yang terjadi di antara dua orang atau lebih, yang
terletak di bidang harta kekayaan, dengan pihak yang satu berhak atas prestasi dan
pihak lainnya wajib memenuhi prestasi tersebut”. sedangkan Hukum Perikatan
sendiri dimaknai sebagai aturan yang memberikan pengaturan dalam
melaksanakan perikatan.
2
Sedangkan menurut Subekti memberikan pengertian terhadap perikatan,
bahwa perikatan adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan
antara dua orang / lebih atau dua pihak, di mana pihak yang satu berhak menuntut
sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan
itu.3
a. Undang-Undang Melulu.
b. Undang-Undang dan perbuatan manusia (Perbuatan yang menurut hukum
dan Perbuatan yang melawan hukum).
Menurut KUH Perdata, dasar hukum perikatan berasal dari tiga sumber
sebagai berikut :
3
Dr.Sriwododo Joko,Dr. Kristiawanto, 2021, Memahami Hukum Perikatan, Cet.I, Jl. Kalimantan
Ringroad Utara, Yogyakarta: KEPRES, hlm 1-2
4
Amalia Nanda, 2013, HUKUM PERIKATAN, Cet.II, Keude Aceh, Lhokseumawe: Unimal Press,
hlm.2
3
Ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata menyebutkan bahwa: Suatu perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Prof. Subekti dalam bukunya
yang berjudul "Hukum Perjanjian”, menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada
orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal. Dari peristiwa perjanjian tersebut, maka timbullah suatu
hubungan antara dua orang yang terlibat dalam perjanjian yang dinamakan
perikatan. Jadi suatu perjanjian akan menerbitkan suatu perikatan antara
dua orang yang membuatnya. Sedangkan dalam bentuknya, perjanjian
berupa janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.
4
Perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau karena undang-undang.
Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau
untuk tidak berbuat sesuatu.
Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih
mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.
Perikatan menurut para ahli dibedakan dalam berbagai jenis sebagai berikut:
5
4) Perikatan manasuka;
5) Perikatan fakultatif;
6) Perikatan generic dan spesifik;
7) Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi;
8) Perikatan yang sepintas lalu dan terus menerus;
2. Menurut Undang-undang:
Contoh perikatan untuk memberikan sesuatu adalah Jual Beli, Sewa Beli, Tukar
Menukar.
6
b. Perikatan untuk berbuat sesuatu dan perikatan untuk tidak berbuat sesuatu
(Pasal 1239 s.d Pasal 1242 KUH Perdata). KUH Perdata tidak
memberikan pernyataan secara tegas tentang perikatan untuk berbuat
sesuatu dan perikatan untuk tidak berbuat sesuatu.(Lihat lebih lanjut
ketentuan Pasal 1239 s/d 1242 KUH Perdata).
Pasal 1239 KUH Perdata sebagai pasal awal, pada bagian ketiga dari Bab
Kesatu tentang Perikatan-Perikatan Umum menyatakan bahwa, “Tiap-tiap
perikatan untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu, apabila
si berutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya
dalam kewajibannya memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga”.
7
5) Perikatan dengan ketetapan waktu (Pasal 1268 – 1271 KUH Perdata);
Tanggung renteng dibedakan yang aktif dan pasif. Tanggung renteng aktif
adalah perikatan tanggung menanggung yang pihaknya terdiri dari
beberapa kreditur. Sedangkan yang pasif adalah terjadinya suatu perikatan
tanggung menanggung diantara orang-orang yang berutang yang
mewajibkan mereka melakukan suatu hal yang sama. salah seorang dari
kreditur dapat dituntut untuk seluruhnya, dan pemenuhan dari salah
seorang membebaskan orang-orang berutang lainnya terhadap si
berpiutang/kreditur.
f. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi (Pasal 1296 –
1303 KUH Perdata);
8
pada perikatan ini, objeknya adalah mengenai suatu barang yang
penyerahannya, atau suatu perbuatan yang pelaksanaannya dapat dibagi-
bagi, baik secara nyata ataupun perhitungan.
Kronologis Kasus
Pada permulaan PT Surabaya Delta Plaza (PT SDP) dibuka dan disewakan
untuk pertokoan, pihak pengelola merasa kesulitan untuk memasarkannya. Salah
satu cara untuk memasarkannya adalah secara persuasif mengajak para pedagang
meramaikan komplek pertokoan di pusat kota Surabaya itu. Salah seorang
diantara pedagang yang menerima ajakan PT surabaya Delta Plaza adalah Tarmin
Kusno, yang tinggal di Sunter-Jakarta.
5
Amalia Nanda, 2013, HUKUM PERIKATAN, Cet.II, Keude Aceh, Lhokseumawe: Unimal Press,
hlm.3-6.
9
berlalu Tarmin menempati ruangan itu, pengelola SDP mengajak Tarmin
membuat “Perjanjian Sewa Menyewa” dihadapan Notaris. Dua belah pihak
bersepakat mengenai penggunaan ruangan, harga sewa, Service Charge, sanksi
dan segala hal yang bersangkut paut dengan sewa menyewa ruangan. Tarmin
bersedia membayar semua kewajibannya pada PT SDP, tiap bulan terhitung sejak
Mei 1988 s/d 30 April 1998 paling lambat pembayaran disetorkan tanggal 10 dan
denda 2 0/00 (dua permil) perhari untuk kelambatan pembayaran. Kesepakatan
antara pengelola PT SDP dengan Tarmin dilakukan dalam Akte Notaris Stefanus
Sindhunatha No. 40 Tanggal 8/8/1988.
Kasus PT Surabaya Delta Plaza (PT SDP) ini mengenai sewa harga tempat
untuk pertokoan, pada awal nya pihak PT SDP kesulitan untuk memasarkan
tempatnya kemudian dia mengajak para pedagang untuk meramaikan komplek
pertokoan di pusat kota surabaya itu. salah seorang pedagang menerima ajakan PT
10
Surabaya Delta Plaza adalah Tarmin Kusno, yang tinggal di Sunter-Jakarta.
Menerima “Perjanjian Sewa Menyewa” dihadapan Notaris. Dua belah pihak
bersepakat mengenai penggunaan ruangan, harga sewa, service charga, sanksi dan
segala hal yang bersangkut paut dengan sewa menyewa ruangan. Tarmin bersedia
membayar semua kewajibannya pada PT SDP.
Menurut saya :
11
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
Sumber hukum perikatan yang ada di Indonesia adalah Pasal 1233 KUH
Perdata menyatakan ”Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena perjanjian, baik
karena undang-undang”. Maknanya, perikatan bersumber dari, 1) Perjanjian, 2)
Undang-Undang.
a. Undang-Undang Melulu.
b. Undang-Undang dan perbuatan manusia (Perbuatan yang menurut hukum
dan Perbuatan yang melawan hukum).
Dasar hukum perikatan berdasarkan KUHP perdata terdapat tiga sumber adalah
sebagai berikut.
12
1. Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian).
2. Perikatan yang timbul undang-undang. Perikatan yang berasal dari
undang-undang dibagi lagi menjadi undang-undang saja dan undang-
undang dan perbuatan manusia.
3. Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan
melanggar hukum (onrechtmatige daad) danperwakilan sukarela (
zaakwarneming).
13
DAFTAR PUSTAKA
Hans Kelsen, 2011, Teori Umum Tentang Hukum Dan negara, Bandung : Nusa Media.
Amalia Nanda, 2013, HUKUM PERIKATAN, Keude Aceh, Lhokseumawe: Unimal Press
14
Analisis Penyelesaian Debitur Gagal Bayar Dalam Akad Murabahah
Perspektif Hukum Perikatan Islam
15
Serba Usaha (KSU) Tunas Sejahtera yaitu pendekatan secara intensif,
penagihan kepada bendahara maupun nasabah, Penjadwalan Kembali
(Reschedulling), Persyaratan Kembali (reconditioning), 2) Mediasi
(Ishlah/Shulh/Perdamaian). Alternatif penyelesaian sengketa perspektif
hukum perikatan Islam yaitu 1) Mediasi (Ishlah/Shulh/Perdamaian),
sedangkan yang tidak sesuai ialah 1) Arbitrase (tahkim), 2) Lembaga
Peradilan (al-Qadha)
16