Anda di halaman 1dari 8

MACAM-MACAM PERIKATAN

Disusun Oleh :
Choirul Mustika Al Hafizhil latif
NIM. 10203985

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI

i
ABSTRAK

Salah satu bentuk dan upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia adalah membentuk
suatu perikatan antara manusia satu dengan manusia lainnya. Tentunya segala bentuk
hubungan antar individu atau antar warga negara, terdapat aturan (hukum) yang mengaturnya.
Begitu pula pada perikatan. Selain memiliki aturan tersendiri, perikatan juga ada beberapa
macam. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang diperoleh dari beberapa
sumber, utamanya dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata, diketahui ada 6 (enam) macam
perikatan yaitu Perikatan Bersyarat, Perikatan yang Digantungkan pada Suatu Ketetapan
Waktu, Perikatan yang Membolehkan Memilih, Perikatan Tanggung-Menanggung, Perikatan
yang Dapat Dibagi dan Tidak Dapat Dibagi, dan Perikatan dengan Penetapan Hukuman.
Kata kunci : Perikatan, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Bersyarat, Digantungkan,
Tanggung-Menanggung

i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..………………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI .………………………………………………………………………………... ii

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………………………… 1


1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………………… 1
BAB 2 PEMBAHASAN …………………………………………………………………….. 2
2.1 Pengertian dan Macam Perikatan ………………………………………………... 2
2.2 Macam-macam Perikatan dan Penjelasannya …………………………………… 2
BAB3 PENUTUP ……………………………………………………………………………. 4
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………… 4
3.2 Saran …………………………………………………………………………….. 4
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………..… 5

ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia membutuhkan makhluk lainnya, manusia lainnya,
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya. Salah satu bentuk dan upaya pemenuhan
kebutuhan dan keinginannya adalah membentuk suatu perikatan antara manusia satu dengan
manusia lainnya.
Sesuai dengan Pasal 1 ayat 3 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, Indonesia
adalah negara hukum. Tentunya segala bentuk hubungan antar individu atau antar warga
negara, terdapat aturan (hukum) yang mengaturnya. Begitu pula pada perikatan.
Selain memiliki aturan tersendiri, perikatan juga ada beberapa macam. Maka dari itu, tulisan
ini akan memberikan pengetahuan dasar dari macam-macam perikatan yang ada sesuai dengan
aturan dan undang-undang yang berlaku.
1.2. Rumusan Masalah
Penulis membuat perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja macam-macam perikatan?
2. Bagaimana macam-macam perikatan tersebut?

1.3. Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Memberikan pengetahuan tentang macam-macam perikatan.
2. Memberikan pengetahuan mengenai macam-macam perikatan lebih detail, astu per
satu.

1
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan Macam Perikatan
Sebagaimana kita ketahui bahwa hampir semua hukum atau aturan di Indonesia
merupakan warisan dari Belanda. Sehingga banyak istilah-istilah hukum Belanda yang masih
digunakan di hukum Indonesia, yang sebagian besar sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia. Perikatan adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda
“verbintenis”. Istilah perikatan ini lebih umum dipakai dalam literatur hukum di Indonesia.
Perikatan ini diatur dalam Buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Perikatan adalah hubungan – hubungan hukum atau kaidah hukum antara 2 (dua) orang
yang terletak di lapangan vermogen recht (hukum harta kekayaan) di mana pihak yang satu
berhak atas suatu prestasi sedangkan yang lainnya berkewajiban membayar prestasi. Prof
Subekti dalam bukunya memberikan definisi perikatan sebagai suatu hubungan hukum antara
dua orang atau dua pihak, dimana pihak yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak yang
lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut.
Perikatan di sini berbeda dengan perjanjian. Perjanjian dapat menimbulkan perikatan,
tetapi perikatan tidak hanya ada karena perjanjian melainkan juga hal lain, misalnya karena
undang-undang. Jika ditelaah, perikatan menimbulkan suatu hubungan hukum yang dapat
bersifat sepihak dan relatif. Hubungan hukum dalam perikatan disebut relatif karena hubungan
tersebut hanya dapat dipertahankan dan dimintai pertanggungjawabannya terhadap orang-
orang tertentu. Orang tertentu yang dimaksud adalah para pihak yang terikat karena persetujuan
atau ketentuan undang-undang.
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata, ada beberapa macam perikatan, diantarnya:
1. Perikatan Bersyarat (Voorwaardelijk)
2. Perikatan yang Digantungkan pada Suatu Ketetapan Waktu (Tijdsbepaling)
3. Perikatan yang Membolehkan Memilih (Alternatief)
4. Perikatan Tanggung-Menanggung (Hoofdelijk atau Solidair)
5. Perikatan yang Dapat Dibagi dan Tidak Dapat Dibagi (Deelbare Verbintenis)
6. Perikatan dengan Penetapan Hukuman (Strafbeding)

2.2. Macam-macam Perikatan dan Penjelasannya

2.2.1. Perikatan Bersyarat (Voorwaardelijk)


Perikatan Bersyarat adalah suatu perikatan yang digantungkan pada suatu kejadian di
kemudian hari, yang masih belum tentu akan atau tidak terjadi. Pertama mungkin untuk
memperjanjikan, bahwa perikatan itu barulah akan lahir, apabila kejadian yang belum tentu
itu timbul. Suatu perjanjian yang demikian itu, menggantungkan adanya suatu perikatan
pada suatu syarat yang menunda atau mempertangguhkan (opschortende voorwaarde).
2.2.2. Perikatan yang Digantungkan pada Suatu Ketetapan Waktu (Tijdsbepaling)
Suatu ketetapan waktu (termijn) tidak menangguhkan lahirnya suatu perjanjian atau
perikatan, melainkan hanya menangguhkan pelaksanaannya, ataupun menentukan lama
waktu berlakunya suatu perjanjian atau perikatan. Perbedaannya dengan perikatan
2
bersyarat ialah perikatan bersyarat berupa suatu kejadian atau peristiwa yang belum tentu
atau tiadak akan terlaksana, sedangakan perikatan yang digantungkan pada suatu ketetapan
waktu berupa suatu hal yang pasti akan datang, meskipun mungkin belum dapat ditentukan
kapan datangnya, misalnya meninggalnya seseorang.
2.2.3. Perikatan yang Membolehkan Memilih (Alternatief)
Perikatan ini juga dikenal dengan Peikatan Manasuka, yaitu suatu perikatan, dimana
terdapat dua atau lebih macam prestasi, sedangkan kepada si berhutang diserahkan yang
mana ia akan lakukan. Si berhutang dibebaskan jika ia menyerahkan salah satu dari dua
barang yang disebutkan dalam perjanjian, tetapi ia tidak boleh memaksa si berpiutang untuk
menerima sebagian dari barang yang satu dan sebagian barang yang lainnya.
2.2.4. Perikatan Tanggung-Menanggung (Hoofdelijk atau Solidair)
Perikatan Tanggung-Menanggung yaitu suatu perikatan di mana beberapa orang
bersama-sama sebagai pihak yang berhutang berhadapan dengan satu orang yang
menghutangkan, atau sebaliknya. Beberapa orang sama-sama berhak menagih suatu
piutang dari satu orang, begitu pula sebaliknya.
2.2.5. Perikatan yang Dapat Dibagi dan Tidak Dapat Dibagi (Deelbare Verbintenis)
Suatu perikatan dapat dibagi atau tidak, tergantung pada memungkinkan tidaknya
membagi prestasi. Pada hakikatnya tergantung pula dari kehendak atau maksud kedua
belah pihak yang membuat suatu perjanjian. Persoalan tentang dapat atau tidaknya dibagi
suatu perikatan, barulah tampil ke muka, jika salah satu pihak dalam perjanjian telah
digantikan oleh beberapa orang lain. Hal mana biasanya terjadi karena meninggalnya satu
pihak yang menyebabkan ia digantikan dalam segala hak-haknya oleh sekalian ahli
warisnya.
2.2.6. Perikatan dengan Penetapan Hukuman (Strafbeding)
Perikatan ini adalah suatu perikatan di mana ditentukan bahwa si berhutang, untuk
menjamin pelaksanaan perikatannya, diwajibkan melakukan sesuatu apabila perikatannya
tidak terpenuhi. Hal ini dilakukan untuk mencegah jangan sampai si berhutang dengan
mudah saja melalaikan kewajibannya, dalam praktek banyak dipakai perjanjian dimana si
berhutang dikenakan suatu hukuman, apabila ia tidak menepati kewajibannya.

3
BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perikatan adalah hubungan – hubungan hukum atau kaidah hukum antara 2 (dua) orang
yang terletak di lapangan vermogen recht (hukum harta kekayaan) di mana pihak yang satu
berhak atas suatu prestasi sedangkan yang lainnya berkewajiban membayar prestasi. Perjanjian
dapat menimbulkan perikatan, tetapi perikatan tidak hanya ada karena perjanjian melainkan
juga hal lain, misalnya karena undang-undang.
Dalam Buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata, ada beberapa macam perikatan,
diantarnya:
1. Perikatan Bersyarat (Voorwaardelijk)
2. Perikatan yang Digantungkan pada Suatu Ketetapan Waktu (Tijdsbepaling)
3. Perikatan yang Membolehkan Memilih (Alternatief)
4. Perikatan Tanggung-Menanggung (Hoofdelijk atau Solidair)
5. Perikatan yang Dapat Dibagi dan Tidak Dapat Dibagi (Deelbare Verbintenis)
6. Perikatan dengan Penetapan Hukuman (Strafbeding)

3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Sehingga makalah ini dapat dijadikan acuan untuk penulisan makalah lain berikutnya yang
lebih lengkap dan detail. Penulis juga berharap melalui tulisan ini dapat memberikan informasi
kepada siapapun mengenai perikatan dan macamnya sesuai dengan hukum yang berlaku di
Indonesia.

4
DAFTAR PUSTAKA
Subekti, R, dan R. Tjitrosudibio. (1999). Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH
Perdata), Jakarta:Pradnya Paramita
Putra, Iolanda Putra. (2019). Bentuk-Bentuk Perikatan dalam Hukum Perdata. Diakses pada
26 Oktober 2021, dari https://www.catatanpinggiraimara.com/2019/02/bentuk-bentuk-
perikatan-dalam-hukum.html

Anda mungkin juga menyukai