NIM : F.2211335
Materi 1
Beberapa perbedaan antara perjanjian dan perikatan bisa dilihat dari aspek hukum dan
pembuatannya.
Selain perbedaan perikatan dan perjanjian juga memiliki beberapa persamaan dalam
segi kesepakatan pihak-pihak, kontrak, dan dasar hukum.
1. Segi Kesepakatan
Antara pihak-pihak baik perikatan maupun perjanjian sama-sama melibatkan dua
pihak atau lebih yang sepakat untuk mematuhi peraturan tertentu.
2. Segi Kontrak
Perikatan dan perjanjian dapat melakukan kontrak secara lisan maupun tulisan.
3. Segi Aspek Hukum
Baik perjanjian maupun perikatan memiliki dasar hukum yang mengatur
pembentukan dan pelaksanaannya, yang artinya keduanya harus sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
Materi 2
Hukum perikatan mengacu pada serangkaian aturan dan prinsip hukum yang
mengatur hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian atau kontrak.
Istilah “perikatan” mengacu pada kewajiban atau tanggung jawab hukum yang ditimbulkan
oleh perjanjian tersebut. Sedangkan perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji
kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal .
Hubungan perikatan dan perjanjian sendiri adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan
perikatan, yang mana artinya perjanjian adalah sumber utama adanya perikatan. Perikatan
sendiri dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu Perikatan yang lahir dari perjanjian dan
Perikatan yang lahir dari Undang-Undang.
Perikatan yang lahir dari perjanjian, memang dikehendaki oleh dua orang atau dua
pihak yang membuat suatu perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari Undang-Undang
diadakan oleh Undang-Undang diluar kemampuan para pihak yang bersangkutan. Apabila
dua orang mengadakan suatu perjanjian, maka mereka bermaksud supaya antara mereka
berlaku suatu perikatan hukum.
Ketika membuat suatu perjanjian atau kontrak diperlukan pemahaman akan ketentuan
hukum-hukum perikatan, selain itu juga diperlukan keahlian para pihak dalam pembuatan
kontrak. Dalam penyusunan kontrak perlu untuk memperhatikan perundang-undangan
ketertiban umum, kebiasaan, dan kesusilan yang berlaku. Hukum kontrak atau perjanjian di
Indonesia masih menggunakan peraturan pemerintah kolonial Belanda yang terdapat dalam
Buku III Burgerlijk Wetboek. Dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata menganut sistem
terbuka (open system), artinya bahwa para pihak bebas mengadakan kontrak dengan
siapapun, menentukan syarat-syaratnya, pelaksanaannya, maupun bentuk kontraknya baik
secara tertulis maupun lisan.
Adapun syarat sah dalam pembuatan perencanaan atau pembuatan kontrak diatur
dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang intinya mengatur tentang,
Sepakat para pihak, Kecakapan para pihak, Objek tertentu, dan Sebab yang halal.
1. Perikatan untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu.
2. Perikatan Bersyarat
3. Perikatan dengan Ketepakatan Waktu
4. Perikatan Mana Suka (Alternatif)
5. Perikatan Tanggung Menanggung
6. Perikatan yang dapat dbagi dan yang tidak dapat dibagi
7. Perikatan dengan ancaman hukum
Selain jenisnya perikatan juga memiliki beberapa unsur, diantaranya:
1. Kesepakatan (Consensus)
2. Kebebasan Berkontrak (Freedom of Contract)
3. Kemampuan Hukum (Legal Capacity)
4. Objek yang Jelas (Clear Object)
5. Pertimbangan (Consideration)
6. Kesahihan Hukum (Legal Validity)