Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Walaupun belum dilakukan penelitian secara pasti, saat ini sebagian besar
perjanjian dalam dunia bisnis berbentuk perjanjian baku/perjanjian
standar. Adapun yang dimaksud dengan perjanjian baku adalah suatu
perjanjian yang isinya telah diformulasikan oleh suatu pihak dalam
bentuk-bentuk formulir.
Menurut Mariam Darus, standar kontrak terbagi dua yaitu umum dan
khusus.
1. Kontrak standar umum artinya kontrak yang isinya telah disiapkan lebih
dahulu oleh kreditur dan disodorkan kepada debitur.
Kata kecakapan yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa para pihak
telah dinyatakan dewasa oleh hukum, (ukuran dewasa sesuai ketentuan
KUHPerdata adalah telah berusia 21 tahun; sudah atau pernah menikah),
tidak gila, tidak dibawah pengawasan karena perilaku yang tidak stabil
dan bukan orang-orang yang dalam undang-undang dilarang membuat
suatu perjanjian tertentu.
Suatu sebab dikatakan halal apabila sesuai dengan ketentuan pasal 1337
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu :
4. Perjanjian Sepihak.
Hanya ada satu hak saja dan hanya ada satu kewajiban saja. cntoh: Hibah
5. Perjanjian Konsesual
6. Perjanjian RIIL
7. Perjanjian Formil
Perjanjian yang harus memakai akta nota riil. contoh: jual beli tanah.
9. Perjanjian Obligatoir.
PErjanjian obligatoir adalah perjanjian dimana pihak pihak sepakat,
mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak
lain. Perjanjian obligatoir hanya melahirkan hak dan kewajiban saja,
pelaksanaannya nanti.
4. Sebab yang halal Sebab ialah tujuan antara dua belah pihak yang
mempunyai maksud untuk mencapainya. Menurut Pasal 1337
KUHPerdata, sebab yang tidak halal ialah jika ia dilarang oleh Undang
Undang, bertentangan dengan tata susila atau ketertiban. Menurut Pasal
1335 KUHPerdata, perjanjian tanpa sebab yang palsu atau dilarang tidak
mempunyai kekuatan atau batal demi hukum.
Dua syarat yang pertama yaitu kesepakatan dan kecakapan yang disebut
syarat- syarat subyektif. Sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan
syarat objektif, karena mengenai perjanjian itu sendiri atau obyek dari
perbuatan hukum yang dilakukan.
b) penentuan resiko;
Menurut teori ini, kontrak telah ada/lahir pada saat atas suatu penawaran
telah ditulissuratjawaban penerimaan. Dengan kata lain kontrak itu ada
pada saat pihak lain menyatakan penerimaan/akseptasinya.
Menurut teori ini saat pengiriman jawaban akseptasi adalah saat lahirnya
kontrak. Tanggal cap pos dapat dipakai sebagai patokan tanggal lahirnya
kontrak.
Menurut teori ini saat lahirnya kontrak adalah pada saat jawaban
akseptasi diketahui isinya oleh pihak yang menawarkan.
Menurut teori ini saat lahirnya kontrak adalah pada saat diterimanya
jawaban, tak peduli apakahsurattersebut dibuka atau dibiarkan tidak
dibuka. Yang pokok adalah saatsurattersebut sampai pada alamat si
penerimasuratitulah yang dipakai sebagai patokan saat lahirnya kontrak.
Pelaksanaan Perjanjian Itikad baik dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata
merupakan ukuran objektif untuk menilai pelaksanaan perjanjian, artinya
pelaksanaan perjanjian harus mengindahkan norma-norma kepatutan dan
kesusilaan. Salah satunya untuk memperoleh hak milik ialah jual beli.
Pelaksanaan perjanjian ialah pemenuhan hak dan kewajiban yang telah
diperjanjikan oleh pihak-pihak supaya perjanjian itu mencapai tujuannya.
Jadi perjanjian itu mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa.
Perjanjian yang telah dibuat secara sah mengikat pihak-pihak, perjanjian
tersebut tidak boleh diatur atau dibatalkan secara sepihak saja.
4. Terlibat hokum
Perjanjian harus ada kata sepakat kedua belah pihak karena perjanjian
merupakan perbuatan hukum bersegi dua atau jamak. Perjanjian adalah
perbuatan-perbuatan yang untuk terjadinya disyaratkan adanya kata
sepakat antara dua orang atau lebih, jadi merupakan persetujuan.
Keharusan adanya kata sepakat dalam hukum perjanjian ini dikenal
dengan asas konsensualisme. asas ini adalah pada dasarnya perjanjian
dan perikatan yang timbul karenanya sudah dilahirkan sejak detik
tercapainya kata sepakat.
Causa dalam hukum perjanjian adalah isi dan tujuan suatu perjanjian yang
menyebabkan adanya perjanjian itu. Berangkat dari causa ini maka yang
harus diperhatikan adalah apa yang menjadi isi dan tujuan sehingga
perjanjian tersebut dapat dinyatakan sah. Yang dimaksud dengan causa
dalam hukum perjanjian adalah suatu sebab yang halal. Pada saat
terjadinya kesepakatan untuk menyerahkan suatu barang, maka barang
yang akan diserahkan itu harus halal, atau perbuatan yang dijanjikan
untuk dilakukan itu harus halal. Jadi setiap perjanjian pasti mempunyai
causa, dan causa tersebut haruslah halal. Jika causanya palsu maka
persetujuan itu tidak mempunyai kekuatan. Isi perjanjian yang dilarang
atau bertentangan dengan undang-undang atau dengan kata lain tidak
halal, dapat dilacak dari peraturan perundang-undangan, yang biasanya
berupa pelanggaran atau kejahatan yang merugikan pihak lain sehingga
bisa dituntut baik secara perdata maupun pidana.
Daftar Pustaka
http://www.sekedarinfo.com/perjanjian-baku-atau-perjanjian-standar/
http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/dasar-dasar-hukum-
perjanjian/
http://zirahahduy.blogspot.com/2013/04/hukum-perjanjian.html
http://sendyego.blogspot.com/2011/05/hukum-perjanjian-standar-
kontrak.html
http://www.scribd.com/doc/16733475/Hukum-Perikatan#
http://www.google.co.id/search?q=Lahirnya+Perjanjian&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/hukum-perjanjian-16/
http://tulisanadalahtugas.blogspot.com/2011/03/hukum-perjanjian.html
Advertisements