( MODUL 1 )
Hukum dagang merupakan jenis khusus dari hukum perdata. Karena itu hubungan hukum, tindakan atau
perbuatan hukum dagang juga merupakan hubungan hukum, tindakan atau perbuatan hukum
keperdataan. Istilah dagang atau niaga (atau istilah sekarang adalah bisnis) adalah terjemahan dari
istilah “handel” dalam bahasa Belanda yang dapat diartikan sebagai dagang, niaga atau perniagaan,
atau istilah sekarang menyebutnya bisnis, sehingga “handels recht” diartikan sebagai hukum dagang,
hukum niaga atau hukum perniagaan, atau biasa disebut juga sebagai hukum bisnis.
Atas dasar ini, maka sumber utama dari hukum dagang ini adalah Wetboek v. Koophandel yang kita
kenal sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Suatu halyang sangat penting mengetahui
bahwa hukum dagang atau hukum perniagaan itumerupakan bagian khusus dari hukum perdata,
karena tidak mungkin kita mempelajari hukum dagang tanpa mengetahui pengertian-pengertian
keperdataan yang tercakup dalam sumber hukumnya yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Dimulai ketika jaman romawi, hubungan antar warga diatur dalam Corpus Juris Civilis, yaitu karya
perundang-undangan yang diprakarsai oleh Kaisar Justianus. Perkembangan masyarakat yang sangat
cepat, termasuk untuk Kaum pedagang, bermunculan kota-kota dagang di kawasan benua eropa,
Sehingga ketentuan Corpus Juris Civilis, dirasakan tidak lagi mencukupi, sehingga perlu Hukum yang
mengatur untuk Kaum Pedagang.
Sebelum adanya Hukum Dagang, hubungan antara pedagang diatur berdasakan Kebebasan
berkontrak dan putusan pengadilan dagang atau jurisprudensi. Hal inilah yang dijadikan Hukum
Kebiasaan oleh para Pedagang. Raja Prancis Louis ke-14 memerintahkan untuk mensistemasi
ketentuan tentang perdagangan hingga muncul :
1. Ketentuan tentang perdagangan pada umumnya (Ordonnance de commerce) pada tahun 1673
2. Ketentuan tentang perdangan melalui laut (ordonannce de la marina) pada tahun 1681
3. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Code de commerce) yang dibuat pascarevolusi pada
tahun 1789.
Pada permulaan abad 19, Napoleon-lah memulai mengadakan kodifikasi baik dalam Hukum perdata
(code civil) dan Hukum Dagang (code de commerce) . Kodifikasi di Prancis tidak jauh berbeda dengan
kodifikasi di Belanda, yaitu Hukum Perdata (Burgerlijke Wetboek) dan Hukum Dagang (Wetboek van
Koophandel), dan kodifikasi di Indonesia pun tidak jauh berbeda karena pada saat itu Indonesia di
jajah oleh Belanda dengan asas konkordansi
Menurut Farida Hasyim bahwa : ”Hukum Dagang timbul karena adanya kaum pedagang. Hukum Dagang
adalah hukum perdata khusus bagi kaum pedagang”. Menurut Pasal 2 (lama) KUHD yang berbunyi
: Pedagang adalah mereka yang melakukan perbuatan perniagaan sebagai pekerjaannya sehari-hari.
Yang dimaksud dengan perbuatan perniagaan menurut pasal3 (lama) KUHD adalah perbuatan pembelian
barang-barang untuk dijual lagi.
1
Menurut Farida Hasyim bahwa : ”Yang dimaksud perbuatan perniagaan dalam pasal 2 KUHD adalah
hanya perbuatan pembelian saja, sedang perbuatan penjualan tidak termasuk di dalamnya, karena
penjualan merupakan tujuan dari perbuatan pembelian itu”. Selanjutnya Faridah menyatakan bahwa :
”Pengertian barang dalam pasal 3 KUHD adalah barang bergerak, tidak termasuk barang tetap”.
Atas perintah Napoleon, hukum yang berlaku bagi pedagang dibukukan dalam sebuah buku Code
De Commerce (tahun 1807). Disamping itu, disusun kitab-kitab lainnya, yakni:
Kedua buku itu dibawa dan berlaku di negeri Belanda dan akhirnya dibawa ke Indonesia. Pada 1 Januari
1809 Code de Commerce (Hukum Dagang) berlaku di negeri Belanda yang pada waktu itu menjadi
jajahannya. Hukum Dagang merupakan hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut
melakukan perdagangan untuk memperoleh keuntungan . atau hukum yang mengatur hubungan
hukum antara manusia dan badan-badan hukum satu sama lainnya dalam lapangan perdagangan.
Sistem hukum dagang menurut arti luas dibagi 2 yaitu tertulis dan tidak tertulis tentang aturan
perdagangan. Pada dasarnya Hukum dagang dan hukum perdata adalah dua hukum yang saling
berkaitan. Hal ini dapat dibuktikan di dalam Pasal 1 dan Pasal 15 KUH Dagang.
Berdasarkan pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, maka KUHD
masih berlaku di Indonesia. KUHD Indonesia diumumkan dengan publikasi tanggal 30 April 1847
(S.1847-23), yang mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848. KUHD Indonesia itu hanya turunan
belaka dari Wetboek van Koophandel,
Belanda, yang dibuat atas dasar azas konkordansi ( pasal 131 I.S.). Wetboek van Koophandel
Belanda itu berlaku mulai tanggal 1 Oktober 1838 dan 1 Januari 1842 (di Limburg). Selanjutnya Wetboek
van Koophandel Belanda itu juga meneladan dari Code du Commerce Prancis 1808, tetapi anehnya
tidak semua lembaga hukum yang diatur dalam Code du Commerce Prancis itu diambil alih oleh
Wetboek van Koophandel Belanda. Ada beberapa hal yang tidak diambil, misalnya mengenai
peradilan khusus tentang perselisihan-perselisihan dalam lapangan perniagaan.
JENIS-JENIS PERDAGANGAN
Perdagangan atau perniagaan atau bisnis pada umumnya, ialah pekerjaan membeli barang dari suatu
tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu di tempat lain atau pada waktu yang berikut
dengan maksud memperoleh keuntungan. Dalam zaman modern ini perdagangan adalah pemberian
perantaraan kepada produsen dan konsumen untuk membelikan dan menjualkan barang-barang
yang memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan. Jenis-jenis perdagangan dibagi menjadi
tiga, yaitu
2
a. Perdagangan barang yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan jasmani manusia.
Contoh: (hasil pertanian, pertambangan, pabrik)
b. Perdagangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rohani manuia. Contoh
(kesenian, musik)
c. Perdagangan uang dan kertas-kertas berharga (bursa efek)
3. Menurut daerah, tempat perdagangan itu dilakukan
a. Perdagangan dalam negeri
b. Perdagangan internasional yaitu perdagangan ekspor dan perdagangan impor
c. Perdagangan meneruskan (perdagangan transito)
Menurut Soesilo Prajogo yang dimaksud Hukum Dagang adalah “Pada hakekatnya sama dengan hukum
perdata hanya saja dalam hukum dagang yang menjadi objek adalah perusahaan dengan latar belakang
dagang pada umumnya, termasuk wesel, cek, pengangkutan, asuransi dan kepailitan.
Dalam hukum dagang itu sendiri terdapat undang-undang yang mengatur segala sesuatu yang
berhubungan dengan hukum dagang disertai dengan sanksi-sanksi yang diarahkan pada para pelanggar
aturan hukum dagang itu sendiri.
Menurut Zainal Asikin bahwa: “Sejak abad pertengahan eropa (1000/ 1500) yang terjadi di Negara
dan kota-kota di Eropa dan pada zaman itu di Italia dan perancis selatan telah lahir kota-kota sebagai
pusat perdagangan (Genoa, Florence, vennetia, Marseille, Barcelona dan Negara-negara lainnya ) .
tetapi pada saat itu hukum Romawi (corpus yuris civilis ) tidak dapat menyelsaikan perkara -perkara
dalam perdagangan , maka dibuatlah hukum baru di samping hukum Romawi yang berdiri sendiri pada
abad ke -16 yang disebut hukum pedagang (koopmansrecht). Karena bertambah pesatnya hubungan
dagang maka pada abad ke-17 diadakan kodifikasi dalam hukum dagang oleh mentri keuangan dari
raja Louis XIV (1613-1715) yaitu Corbert dengan peraturan (ORDONNANCE DU COMMERCE) 1673.
Dan pada tahun 1681 disusun ORDONNANCE DE LA MARINE yang mengatur tenteng kelautan.”
Selanjutnya Zainal Asikin mejelaskan bahwa: “Pada tahun 1807 di Perancis di buat hukum dagang
tersendiri dari hukum sipil yang ada yaitu (CODE DE COMMERCE) yang tersusun dari ordonnance du
commerce (1673) dan ordonnance du la marine (1838) .
Pada saat itu Nederlands menginginkan adanya hukum dagang tersendiri yaitu KUHD belanda , dan
pada tahun 1819 direncanakan dalam KUHD ini ada 3 kitab dan tidak mengenal peradilan khusus .
lalu pada tahun 1838 akhirnya di sahkan . KUHD Belanda berdasarkan azas konkordansi KUHD belanda
1838 menjadi contoh bagi pembuatan KUHD di Indonesia pada tahun 1848 . dan pada akhir abad
ke-19 Molengraaff merancang UU kepailitan sebagai buku III di KUHD Nederlands menjadi UU yang
berdiri sendiri (1893 berlaku 1896).Dan sampai sekarang KUHD Indonesia memiliki 2 kitab yaitu ,
tentang dagang umumnya dan tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib dari pelayaran.”
Lebih lanjut Zainal Asikin menyebutkan bahwa: “Pada Tahun 1807 Kaisar Napoleon di Perancis
mengkodifikasikan 2 Kitab Undang Undang Hukum :
1. Kitab Undang Undang Hukum Perdata Perancis (Code Civil des Francais)
2. Kitab Undang Undang Hukum Dagang Perancis ( Code Du Commerce)
3
Kebetulan pada saat itu Belanda dijajah oleh Perancis ( 1809- 1813) sehingga hukum Perancis itu
diberlakukan di Belanda sesuai dengan Asas Konkordansi I (Concordantie Beginsel L). Tapi pada tanggal 1
Oktober 1838 Belanda berhasil membuat BURGERLIKE WET BOEK ( KUH-PERDATA) DAN WET BOEK
VAN KOOPHANDEL ( KUH-DAGANG).”
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dibagi dalam 2 (dua) buku, yaitu buku pertama tentang dagang
pada umumnya dan buku kedua tentang hak-hak dan kewajiban yang terbit dari pelayaran. Jika dicermati
secara saksama, dalam Kitab Undang -Undang Hukum Dagang tidak ada definisi apa yang dimaksud
dengan Hukum Dagang. Mungkin pembentuk Undang-Undang beranggapan rumusan atau definisi
Hukum Dagang diserahkan kepada pendapat atau doktrin dari para sarjana.
Untuk memahami makna hukum dagang, berikut dikutip rumusan Hukum Dagang yang dikemukakan oleh
para sarjana, yaitu sebagai berikut :
1. Hukum Dagang adalah hukum yang mengatur soal-soal perdagangan, yaitu soal-soal yang timbul
karena tingkah laku manusia dalam perdagangan
2. Hukum Dagang adalah bagian dari hukum perdata pada umumnya, yakni yang mengatur
masalah perjanjian dan perikatan-perikatan yang diatur dalam Buku III BW. Dengan kata
lain, Hukum Dagang adalah himpunan peraturan-peraturan yang mengatur seseorang dengan
orang lain dalam kegiatan perusahaan yang terutama terdapat dalam kodifikasi Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang dan Kitab UndangUndang Hukum Perdata.
Hukum Dagang dapat pula dirumuskan sebagai serangkaian kaidah yang mengatur tentang
dunia usaha atau bisnis dan dalam lalu lintas perdagangan.
3. Hukum Dagang (Handelsrecht) adalah keseluruhan dari aturan hukum mengenai perusahaan
dalam lalu lintas perdagangan, sajauh mana diatur dalam Kitab UndangUndang Hukum Dagang
dan beberapa undang-undang tambahan. Di Belanda Hukum Dagang dan Hukum Perdata
dijadikan dalam 1 (satu) buku, yaitu Buku II dalam BW baru Belanda.
4. Hukum Dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan perusahaan.
5. Hukum Dagang adalah hukum bagi para pedagang untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya.
Setelah mereka kembali pada tanggal 1 Oktober 1938, Belanda berhasil mengubah Code de
Commerce menjadi Wetboek van Koophandel (WvK). Pada tahun 1847 berlaku pula di Indonesia
atas dasar concordantie. Pada waktu itu WvK hanya berlaku bagi orang Tionghoa dan orang asing
lainnya, sedangkan bangsa Indonesia tetap tunduk pada hukum adat, kecuali atas kehendak se ndiri
mereka tunduk kepada WvK.Pada mulanya WvK itu terdiri atas tiga buku, kemudian menjadi dua buku
setelah peraturan kepailitan (pailisemen) tidak lagi diatur dalam WvK, tetapi diatur tersendiri dalam
peraturan pemerintah tahun 1905 dan berlaku pada tanggal 1 November 1906.
Sejak peraturan baru ini diadakan, tidak hanya seorang pedagang yang dapat dijatuhkan pailit tetapi
setiap orang. Sebelum tahun 1938, hukum dagang hanya mengikat pedagang saja, dan pedagang sajalah
yang dapat melakukan perbuatan dagang. Misalnya menandatangani aksep wesel atau mengadakan
pailit. Namun, sejak tahun 1938, perusahaan dapat melakukan perbuatan dagang. Dengan demikian,
artinya menjadi lebih luas, maka WvK berlaku bagi setiap pengusaha. Menjelaskan berlakunya hukum
dagang di Indonesia dan sumber hukum dagang
4
Menurut H.M.N. Purwosutjipto bahwa: “Berdasarkan pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia 1945, maka KUHD masih berlaku di Indonesia. KUHD Indonesia diumumkan dengan
publikasi tanggal 30 April 1847 (S 1847 – 23), yang mulai berlaku tanggal 1 Mei 1848.”
KUHD Indonesia itu hanya turunan belaka dari Wetboek van Koophandel Belanda, yang dibuat atas
dasar asas konkordansi (pasal 131` IS). Wetboek van Koophandel Belanda itu berlaku mulai tanggal 1
Oktober 1838 dan 1 Januari 1842 (di Limburg).
Selanjutnya Wetboek van Koophandel Belanda itu juga meneladan dari Code du Commerce Orancis 1808,
tetapi anehnya tidak semua lembaga hukum yang diatur dalam Code du Commerce Prancis itu diambil
alih oleh Wetboek van Koophandel Belanda. Ada beberapa hal yang tidak diambil, misalnya mengenai
peradilan khusus tentang perselisihan-perselisihan dalam lapangan perniagaan .
Pada awalnya KUHD (sebelum 1 Januari 1935) berlaku secara objektif dan subjektif bagi pedagang.
Pedagang secara objekti f diartikan sebagai kegiatan membeli barang dan dijual kembali. Pedagang
secara subjektif, yaiut siapa saja yang melakukan tindakan perdagangan sebagai pekerjaan sehari -hari.
Setelah tanggal 1 Januari 1935 terjadi perubahan istilah pedagang menjadi perusah aan yaitu tindakan
yang terus menerus dan untuk mencari keuntungan. Dengan demikian, hukum dagang ini berlakunya
adalah bagi mereka yang menjalankan usaha yaitu yang disebut pengusaha atau pelaku usaha.
Hukum dagang di Indonesia tidak tercipta begitu saja, melainkan berdasarkan pada sumber. Terdapat
tiga jenis sumber yang menjadi rujukan dari hukum dagang, yakni hukum tertulis yang sudah
dikodifikasikan, hukum tertulis yang belum dikodifikasikan dan hukum kebiasaan. Pada hukum tertulis
yang sudah dikodifikasikan, hal yang menjadi acuan adalah KUHD yang mempunyai 2 kitab dan 23 bab.
Dalam KUHD dibahas tentang dagang umumnya sebanyak 10 bab serta hak-hak dan kewajiban sebanyak
13 bab. Selain KUHD, sumber lainnya adalah Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) atau
juga dikenal dengan istilah Burgerlijk Wetboek (BW). Salah satu bab pada BW membahas tentang
perikatan.
Pada hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, ada 4 Undang-undang yang menjadi acuan. Keempat
UU itu adalah Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-undang Nomor
8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undangundang Nomor 32 tahun 1997 tentang Perdagangan
Berjangka Komoditi dan Undang undang Nompr 8 tahun 1997 tentang dokumen perusahaan. Adapun
pada hukum kebiasaan, hal yang menjadi sumber adalah Pasal 1339 KUH Perdata dan Pasal 1347
KUH Perdata.Farida Hasim menyebutkan bahwa: “ Sumber-sumber hukum dagang yaitu :”
1. KUHD
2. KUHS
3. Kebiasaan
a. Ps 1339 KUHS : Suatu perjanjian tidak saja mengikat untuk apa yang semata-mata telah
diperjanjikan tetapi untuk apa yang sudah menjadi kebiasaan
b. Ps 1347 KUHS : hal-hal yang sudah lazim diperjanjikan dalam suatu perjanjian, meskipun
tidak secara tegas diperjanjikan harus dianggap juga tercantum dalam setiap perjanjian
semacam itu
4. Yurisprudensi
5. Traktat
6. Doktrin
5
Hukum Dagang Indonesia terutama bersumber pada :
Sifat hukum dagang yang merupakan perjanjian yang mengikat pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian. Subekti berpendapat bahwa terdapatnya KUHD disamping KUHS sekarang ini dianggap tidak
pada tempatnya. Hali ini dikarenakan hukum dagang relative sama dengan hukum perdata. Selain itu
“dagang” bukanlah suatu pengertian dalam hukum melainkan suatu pengertian perekonomian.
Pembagian hukum sipil ke dalam KUHD hanyalah berdasarkan sejarah saja, yaitu karena dalam hukum
romawi belum terkenal peraturan-peraturan seperti yang sekarang termuat dalah KUHD, sebab
perdagangan antar Negara baru berkembang dalam abad pertengahan.
Pada awalnya hukum dagang berinduk pada hukum perdata. Namun, seiring berjalannya waktu
hukum dagang mengkodifikasi (mengumpulkan) aturan-aturan hukumnya sehingga terciptalah Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang ( KUHD ) yang sekarang telah berdiri sendiri atau terpisah dari Kitab
Undang -Undang Hukum Perdata ( KUHPer ).
Antara KUHperdata dengan KUHdagang mempunyai hubungan yang erat. Hal ini dapat dilihat dari isi Pasal
1KUhdagang, yang isinya sebagai berikut: Adapun mengenai hubungan tersebut adalah special derogate
legi generali artinya hukum yang khusus: KUHDagang mengesampingkan hukum yang umum:
KUHperdata.
Hubungan antara KUHD dengan KUH perdata adalah sangat erat, hal ini dapat dimengerti karena memang
semula kedua hukum tersebut terdapat dalam satu kodefikasi. Pemisahan keduanya hanyalah karena
perkembangan hukum dagang itu sendiri dalam mengatur pergaulan internasional dalam hal
perniagaan
Hukum Dagang merupakan bagian dari Hukum Perdata, atau dengan kata lain Hukum Dagang
meruapkan perluasan dari Hukum Perdata. Untuk itu berlangsung asas Lex Specialis dan Lex Generalis,
yang artinya ketentuan atau hukum khusus dapat mengesampingkan ketentuan atau hukum umum.
KUHPerdata (KUHS) dapat juga dipergunakan dalam hal yang daitur dalam KUHDagang sepanjang
KUHD tidak mengaturnya secara khusus.
Selanjutnya Farida Hasim menjelaskan bahwa: “Secara umum dapat dikatakan bahwa KUHperdata
dan KUHD merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. KUHper merupakan Hukum perdata
umum sedangkan KUHD merupakan hukum perdata khusus ,maka hubungan kedua ini berlaku adegium
“ Lex specialis derogat lex generali ( hukum khusus menyampingkan hukum umum ) , adegium ini
dirumuskan dalam UU sebagaimana tercantum dalam pasal 1 KUHD yang berbunyi : KUHPerdata
seberapa jauh dan padanya dalam kitab ini tidak khusus diadakan penyimpangan -penyimpangan
berlaku juga hal-hal yang dibicarakan dalam kitab ini.
6
Beberapa pendapat sarjana membicarakan hubungan KUHperdata dan KUHdagang antara lain :
1. Van Kan beranggapan bahwa hukum dagang adalah suatu tambahan hukum perdata yaitu suatu
tambahan yang mengatur hal-hal yang khusus,. KUHper memuat hukum perdata dalam arti
sempit sedangkan KHUD memuat penambahan yang mengatur hal-hal khusus hukum perdata dalam
arti sempit.
2. Van Apeldoorn menganggap hukum dagang suatu bagian istimewa dari lapangan hukum perikatan
yang tidak dapat ditetapkan dalam Kitab III KUHperdata.
3. Sukardono menyatakan bahwa pasal 1 KUHD memilihara kesatuan antara hukum perdata umum dan
hukum perdata Dagang sekedar KUHD tidak khusus menyimpang dari KUHPerdata.
4. Tirtamijaya menyatakan bahwa hukum dagang adalah suatu hukum perdata yang istimewa.
5. Soebekti, terdapatnya KUHD disamping KHUPer sekarang ini dianggap tidak pada tempatnya
oleh karena itu sebenarnya hukum dagang tidak lain dari pada hukum perdata
KUHPerdata (BW) merupakan hukum perdata umum, sedang KUHD (WvK) merupakan hukum perdata
khusus. Jadi hubungan antara kedua macam hukum ini seperti genus (umum) dan specialis (khusus).
Mengenai hubungan ini berlaku adagium (azas hukum yang terkandung dalam kalimat pendek, berisi
padat) Lex specialis derogate lex generalis (hukum khusus menghapus hukum umum).
Adagium ini dirumuskan dalam undang-undang sebagai yang tercantum dalam pasal 1 KUHD yang
berbunyi : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, seberapa jauh dalam Kitab Undang-Undang ini
(KUHD) tidak khusus diadakan penyimpanganpenyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang
disinggung dalam Kitab ini (KUHD).
Bahwa hubungan antara KUHPerdata dan KUHD sebagai hukum umum dan hukum khusus dapat
dibuktikan lagi dari pasal-pasal 1319, 1339, 1347, KUHPerdata dan pasal 15, 396 KUHD dan lain-lain.
Menurut Zainal Asikin bahwa dalam Pasal 1 KUHD ditetapkan bahwa Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dalam Kitab ini. Dengan merujuk Pasal 1 di atas
jelaslah berlaku asas lex specialis derogate lex generalis yang mempunyai arti peraturan yang khusus
akan mengesampingkan peraturan umum. KUHD merupakan suatu Lex Specialis terhadap KUHPerdata
yang berposisi sebagai Lex Generalis. Karena sebagai Lex Specialis kalau dalam KUHD terdapat
ketentuan mengenai hal yang sama diatur juga dalam KUHPerdata maka ketentuan dalam KUHD itulah
yang berlaku.
Bukti adanya hubungan antara Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, tertuang pada pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang menyebutkan
bahwa: ”Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, seberapa jauh dalam Kitab UndangUndang Hukum
Dagang ini tid ak khusus diadakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang
disinggung dalam kitab ini.”
Mengenai hubungan tersebut berlaku adagium ”Lex Specialis Derogat Legi Generale” yang berarti
hukum khusus mengalahkan hukum umum atau dengan kata lain hukum khusus mengesampingkan
hukum umum. Artinya bahwa apabila suatu ketentuan telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang, maka ketentuan yang mengatur hal yang sama dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menjadi tidak berlaku.
7
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
GLOSARIUM
Code Civil des Francais adalah Kitab Undang Undang Hukum Perdata Perancis
Concordantie adalah Hukum yang berlaku bagi golongan Eropa harus dipersamakan
8
PENGUSAHA, PERUSAHAAN DAN PEKERJAAN SERTA PERANTARA
( MODUL 2 )
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
Menjelaskan tentang Pengusaha. Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 5 menyebutkan bahwa pengusaha adalah
a) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik
sendiri;
b) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
perusahaan bukan miliknya;
c) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
Pada prinsipnya pengusaha adalah yang menjalankan perusahaannya baik milik sendiri ataupun
bukan. Sebagai pemberi kerja, pengusaha adalah seorang pengusaha dalam hubungan pekerja/buruh
bekerja di dalam suatu hubungan kerja dengan pengusaha sebagai pemberi kerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Sedangkan pengusaha dapat disimpulkan adalah orang yang mempekerjakan orang untuk dirinya
dengan memberikan upah sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak.
Menurut Muhammad Abdul Kadir bahwa: “Perusahaan merupakan istilah ekonomi yang dipakai
dalam perundang-undangan,namun tidak ada satu pasal pun yang memberikan pengertian perusahaan
secara jelas. Baru setelah dikeluarkanya UndangUndang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar
Perusahaan (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Wajib Daftar Perusahaan), secara resmi
pengertian atau definisi perusahaan tertuang dalam pasal”.
Pasal 1 huruf (b) Undang-Undang Wajib Daftar Perusahaan, menyatakan bahwa perusahaan adalah
setiap bentuk hukum yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan
didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Indonesia, untuk tujuan memperoleh
keuntungan dan/atau laba. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 Tentang
Dokumen Perusahaan Pasal 1 angka 1 ditentukan bahwa, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang
melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dangan memperoleh keuntungan dan atau laba,
baik yang diselenggarakan oleh orang perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan
hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
9
Perusahaan dapat dilihat dari jumlah pemilik dapat diklasifikasikan menjadi perusahaan perorangan
dan perusahaan persekutuan, dilihat dari status pemilik,dapat diklasifikasikanmenjadi perusahaan
swasta dan perusahaan Negara, sedangkan bila dilihat dari bentuk hukumnya, perusahaan
diklasifikasikan menjadi perusahaan berbadan hukum dan perusahaan bukan berbadan hukum.
Pengusaha adalah setiap orang atau perseorangan (orang pribadi) atau persekutuan atau badan hukum
yang menjalankan suatu jenis perusahaan. Usaha adalah setiap tindakan, perbuatan atau kegiatan
apapun dalam bidang perekonomian yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh
Pengusaha dapat dibagi atas berbagai macam, yaitu:
Pembantu pengusaha didalam perusahaan. Yaitu pembantu pengusaha yang masuk ke dalam struktur
perusahaan. Mereka antara lain:
1. Perusahaan.
2. Pemegang Prokurasi.
Adalah pemegang kuasa dari pengusaha untuk mengelola 1 (satu) bagian besar/bidang tertentu dari
perusahaan.
3. Pedagang Keliling
Pembantu pengusaha diluar perusahaan yang berfungsi untuk membantu, antara lain:
1. Agen Perniagaan (commercial agent). Agen adalah penyalur yang atas nama suatu perusahaan
tertentu menjual barang dan jasa hasil produksi prusahaan tersebut di daerah tertentu. Di agen tidak
akan dijumpai barang dan jasa yang bukan produksi perusahaan bersangkutan. Agen menjual barang
dan jasa dengan harga yang ditentukan oleh produsen.
2. Makelar (Broker). Makelar adalah perantara yang atas nama orang lain (pemberi kuasa) mencarikan
barang bagi pembeli dan atau menjual barang.
3. Komisioner (Factor). Komisioner adalah perantara pemasaran seperti halnya makelar, hanya saja
komisioner melakukan perjanjian jual beli atas namanya sendiri dan ikut bertanggung jawab atas
tindakannnya. Imbalan atas tindakan komisioner dinamakan komisi.
4. Ekspeditur
a. badan atau perusahaan yang bergerak dalam bidang pengangkutan atau pengiriman barang;
b. orang yang pekerjaannya menyelenggarakan pengangkutan barang-barang melalui darat, laut,
atau udara;
c. orang yang menjelajah (melakukan perjalanan) untuk keperluan penyelidikan ilmiah.
Dasar hukum ekspeditur Pasal 86-90 KUHD, Pengertian pasal 86 ayat (1) KUHD Yaitu orang yang
pekerjaannya menyuruh pihak pengangkut untuk menyelenggarakan pengangkutan atas nama sendiri
dan untuk kepentingan principal/perusahaan.Tugas ekspeditur yaitu bertugas mencarikan alat angkut
yang tepat untuk mengirim barang
10
5. Bank.
Menurut Kasmir bahwa : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Fungsi utama Perbankan Indonesia menurut Pasal 3 UU Perbankan adalah sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat. Hal ini berarti bahwa perbankan dituntut peranannya yang lebih aktif
dalam menggali dana dari masyarakat dalam rangka pembangunan nasional. Tujuan perbankan
Indonesia menurut ketentuan Pasal 4 UU Perbankan adalah menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke
arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian itu, maka diharapkan perbankan Indonesia dalam
melaksanakan usahanya akan melindungi kepentingan masyarakat penyimpan dana khususnya serta
menunjang kegiatan ekonomi pada umumnya bahkan lembaga perbankan diharapkan dan dituntut
untuk mampu menciptakan stabilitas nasional dalam arti yang seluas-luasnya.
Apabila kita menelusuri sejarah dari terminologi “bank” maka akan kita temukan bahwa kata bank
bank berasal dari bahasa Italia “banca” yang berarti bence yaitu suatu bangku tempat duduk. Sebab,
pada zaman pertengahan, pihak banker Italia memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya
tersebut dengan duduk di banku-bangku di halaman pasar.
A. Abdurrachman menyatakan bahwa: “Dalam perkembangan dewasa ini, maka istilah bank
dimaksudkan sebagai jenis pranata finansial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup
beraneka ragam, seperti pinjaman, memberi pinjaman, mengedarkan mata uang, mengadakan
pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga,
membiayai usaha-usaha perusahaan”.
Menurut Thomas Suyatno, tugas pokok bank adalah membantu pemerintah dalam mengatur,
menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah, serta mendorong kelancaran produksi dan
pembangunan dalam memperluas kesempatan kerja, guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
Jika melihat dari uraian diatas, bank sangat erat kaitannya dengan kegiatan peredaran uang, dalam rangka
melancarkan seluruh aktivitas keuangan masyarakat. Dengan demikian, bank berfungsi sebagai
berikut:
a. Pedagang dana (money lender), yaitu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat secara efektif dan efesien. Bank menjadi tempat untuk penitipan dan penyimpanan
uang yang dalam prakteknya sebagai tanda penitipan dan penyimpan uang tersebut, maka
kepada penitip dan penyimpan diberikan selembar kertas tanda bukti. Sedangkan dalamfungsinya
sebagai penyalur dana, maka bank memberikan kredit atau membelikannya ke dalam bentuk
surat-surat berharga
11
b. Lembaga yang melancarkan transakasi perdagangan dan pembayaran uang. Bank bertindak
sebagai penghubung antara nasabah yang satu dan nasabah yang lainnya jika keduanya melakukan
transaksi. Dalam hal ini kedua pihak tersebut tidak secara langsung melakukan pembayaran, tetapi
cukup memerintahkan kepada bank untuk menyelesaikannya.
Jenis-Jenis Bank
a. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Dengan sendirinya bank umum adalah bank pencipta uang giral. Bank Umum dapat mengkhususkan
diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada
kegiatan tertentu. Kegiatan tertentu tersebut antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan non
migas, dan pengembangan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan untuk pengembangan koperasi,
pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah/pengusaha kecil, pengembangan ekspor non
migas, dan pengembangan pembangunan perumahan.
b. Bank Perkreditan
Menurut Rachmadi Usman bahwa: “Rakyat Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dengan sendirinya bank perkreditan rakyat bukan
pencipta uang giral, sebab Bank Perkreditan Rakyat tidak ikut memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran”.
Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum, di atur dalam Pasal 6 UU Perbankan, antara lain :
Menurut Kansil dan Cristine bahwa: “Perusahaan adalah istilah ekonomi yang dipakai dalam KUHD
dan perundangan-undangan diluar KUHD”.
Perusahaan merupakan salah satu pengertian ekonomi yang termasuk dalam lapangan Hukum
Perdata, khususnya dalam bidang Hukum Dagang. Menurut H.M.N Purwosutjipto bahwa : ”Berdasarkan
12
S.1938 – 276 TANGGAL 17 Juli 1938, istilah pedagang dalam KUHD dihapus dan diganti dengan istilah
perusahaan”.
Menurut H.M.N Purwosutjipto bahwa : “Unsur-unsur yang terdapat dalam pengertian perusahaan
adalah sebagai berikut :
1. Bentuk Usaha
2. Kegiatan dalam bidang ekonomi
3. Terus Menerus
4. Terang-terangan
5. Keuntungan atau Laba
6. Pembukuan
1. Perusahaan Seorangan
Pengertian Perusahaan Perseorangan menurut Murti Sumarai, Jhon Suprianto adalah perusahaan
yagn dimiliki, dikelola, dan dimpimpin oleh seseorang yang bertanggung jawab penuh terhadap semua
risiko dan aktivitas perusahaan.
Hatta
Pengertian Perusahaan Perseorangan menurut Hatta adalah usaha yang didirikan oleh seorang
pengusaha.
Basswasta
Pengertian Perusahaan Perseorangan menurut Basswasta adalah salah satu bentuk usaha yang dimilik
oleh seseorang dan ia bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua risiko dan kegiatan dalam suatu
perusahaan.
Untuk mendirikan suatu perusahaan perseorangan, terdapat izin yang diberikan dengan relatif dapat
disebut lebih ringan dan sederhana persyaratan jika dibangin dengan jenis perusahaan lainnya. Selama
ini pemerintah tidak menentukan kategori khusus tentang bentuk usaha ini, jika tidak ada pemisahan
secara hukum antara perusahaan dan kepentingan pribadi. Seluruh urusan perusahaan menjadi satu
dengan urusan pribadi dari pemiliki perusahaan.
Jika seseorang akan mendirikan suatu perusahaan, dengan pilihan jenis usaha yang berisiko perusahan
yang tidak besar, kapital sendiri dari perusahaan yang didirikan tidak membutuhan lebih banyak dan jika
13
pengusahan benar ingin mengurus dan memimpin sendiri dan juga ingin bertanggung jawab akibat hukum
yang bisa saja terjadi tanpa bantuan orang lain adalah pilihan yang tepat ingin membentuk badan
usaha perseorangan.
Syarat dalam mendirikan suatu perusahaan perseorangan dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek
penting, antara lain modal, pembukuan dan juga pembayaran pajak.
1. Pemiliki sebagai entrepreneur harus menemukan sumber modal yang sesuai. Pemilik dapat
mempertimbangkan tabungan pribadi, pinjaman dari keluarga atau teman, pinjaman bank dan lain
sebagainya. Jumlah modal yang dibutuhkan juga harus dihitung dengan akurat.
2. Untuk menyusun pembukuan, pemiliki perusahaan perseorangan harus mencantumkan poin-poin
dibawah ini:
a. Keadaan kekayaan perusahaan
b. Kebutuhan perusahaan
c. Pernjanjian kerja
d. Surat, dokumen, korespondensi yang masuk dan keluar
e. Laporan per periode (per bulan, kuartal, tahun)
f. Arsip
3. Pembayaran pajak juga harus menjadi perhatian, jenis-jenis pajak yang dibayarkan kepada Negara
adalah:
a. Pajak penghasilan
b. Pajak pertambahan nilai barang dan jasa
c. Pajak penjualan atas barang mewah
d. Pajak bumi dan bangunan
Saat ini pemerintah lebih memperhatikan suatu pengimbangan usaha perusahaan perusahaan kecil
sebagai salah satu strategi pembangunan.
a. Memperbanyak kemampuan produktif dari sumber daya manusia, karena mereka belajar pada
tempat mereka bekerja
b. Mengembangkan perusahaan kecil yang bisa melibatkan sejumlah besar sumber daya alam
c. Dalam jangka pendek dapat memberikan solusi dari masalah pembagian pendapatan dan
masalah pengangguran
d. Meningkatkan kecepatan perubahan struktur ekonomi di seluruh daerah, dan juga penyebaran
aktivitas ekonomi secara geografik
Perusahaan perseorangan adalah badan usaha kepemilikannya dimiliki oleh satu orang. Individu
dapat membuat badan usaha perseorangan tanpa izin dan tata cara tententu. Semua orang bebas
membuat bisnis personal tanpa adanya batasan untuk mendirikannya.
14
c. tidak ada pajak, yang ada adalah pungutan dan retribusi
d. seluruh keuntungan dinikmati sendiri
e. sulit mengatur roda perusahaan karena diatur sendiri
f. keuntungan yang kecil yang terkadang harus mengorbankan penghasilan yang lebih besar
g. jangka waktu badan usaha tidak terbatas atau seumur hidup
h. sewaktu-waktu dapat dipindah tangankan.
Contoh : toko kelontong, pedagang kaki lima, pedagang asongan, warung makan, warnet.
Kelebihan dan Kekurangan Perusahaan Perseorangan Perusahaan perorangan adalah perusahaan yang
di kelola secara perorangan serta memiliki tanggung jawab penuh terhadap kelangsungan perusahaan
dan modalnya berasal dari milik sendiri. biasanya perusahaan perorangan memiliki kelebihan dan
kekurangan. Berikut kelebihan dari perusahaan perorangan:
1. Sumber keuangan perusahaan relatif terbatas karena sumber dana hanya bergantung pada
satu orang.
2. Tanggung jwab pemilik tidak terbatas bahkan sampai kekayaan pribadi.
3. Kelangsungan usaha kurang terjamin.
4. Perusahaan perorangan mengalami kesulitan dalam soal kepemimpinan karena seluruh
kegiatan usaha dilakukan sendiri oleh pemilik badab usaha seperti masalah pencarian kredit,
mengatur tenaga kerja, pembelanjaan, keuangan, produksi, dan kegiatan memasarkan
1. Perusahaan Swasta
2. Perusahaan Milik Negara (Badan Usaha Milik Negara)
3. Perusahaan Daerah
Menurut Abdulkadir Muhammad bahwa: “Perusahaan merupakan istilah ekonomi yang sering dipakai
dalam beberapa perundang-undangan, namun tidak ada satu pasalpun yang memberikan pengertian
perusahaan secara jelas. Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib
Daftar
Perusahaan, secara resmi pengertian atau definisi perusahaan tertuang dalam pasal 1 huruf b Undang-
Undang Wajib Daftar Perusahaan”.
15
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan memberi definisi perusahaan
sebagai berikut : “Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang
bersifat tetap dan terus menerus dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah negara
Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba”.
Rumusan-rumusan definisi perusahaan di atas diperkuat oleh banyak ahli di bidang Hukum Dagang atau
Hukum Bisnis, seperti Sri Redjeki Hartono yang menyatakan bahwa kegiatan ekonomi pada hakekatnya
adalah kegiatan menjalankan perusahaan, yaitu suatu kegiatan yang mengandung pengertian bahwa
kegiatan yang dimaksud harus dilakukan:
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan dalam Pasal 1 Angka 1 dijelaskan
bahwa : “perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus
menerus dengan memperoleh keuntungan dan atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang
perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan
dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia”
Dalam KUHD sendiri tidak dijelaskan pengertian resmi istilah perusahaan itu. Rumusan pengertian
perusahaan terdapat dalam Pasal 1 Undang-undang No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan
(UWDP). Pasal 1 huruf b Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan,
menyatakan bahwa perusahaan adalah bahwa setiap bentuk hukum yang menjalankan setiap jenis usaha
yang bersifat tetap dan terus menerus dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah
Negara Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.
Dalam Pasal 1 huruf (d) UWDP) dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan usaha adalah setiap tindakan,
perbuatan atau kegiatan apapun dalam bidang perekonomian, yang dilakukan oleh setiap pengusaha
untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba.
Sedangkan yang dimaksud dengan Pengusaha adalah setiap orang perseorangan atau persekutuan
atau badan hukum yang menjalankan suatu jenis perusahaan, Pasal 1 huruf (c) UWDP.
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut diperoleh kenyataan bahwa dalam pengertian perusahaan
tersimpul dua hal, yaitu :
1. Menurut Kansil dan Cristine bahwa: “ Bentuk Usaha yang berupa organisasi atau Badan
Usaha,dalam bahasa Inggris disebut company.
2. Jenis Usaha yang berupa kegiatan dalam bidang perekonomian yang dilakukan secara terus-
menerus oleh pengusaha untuk memperoleh keuntungan atau laba.
Tujuan Perusahaan
Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada pendapat yang menyatakan bahwa
tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan maksimal atau laba yang sebesar-besarnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa tujuan perusahaan adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan
atau para pemilik saham. Sedangkan pendapat yang lain lagi menyatakn bahwa tujuan perusahaan
16
adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga pendapat
tersebut sebenarnya secara substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin
dicapainya berbeda antara tujuan yang satu dengan yang lainnya. Pendapat yang menyatakan bahwa
tujuan perusahaan adalah mencapai laba yang sebesar -besarnya atau mencapai laba maksimal
mengandung konsep bahwa perusahaan harus melakukan kegiatannya secara efektif dan efisien.
Efektif berkaitan dengan tujuan yang hendak dicap ai, sedangkan efisien berkenaan dengan biaya
yang seminimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
Tujuan utama suatu perusahaan yaitu untuk memaksimalkan laba selain itu juga perusahaan
mempunyai tujuan untuk menyejahterakan sumber daya manusi a karena dengan efektifnya suatu
pekerjaan maka akan memberikan timbal balik yang sangat baik kepada perusahaan, namun adapula
tujuan-tujuan perusahaan yang lain yaitu :
Tujuan Kolateral Pribadi adalah nilai-nilai yang ingin dicapai oleh individu atau kelompok individu
dalam perusahaan. Tujuan Kolateral Sosial ialah nilainilai ekonomi yang lebih luas/umum yang
diperlukan bagi kesejahteraan masyarakat dan yang dapat secara langsung dihasilkan dari kegiatan
perusahaan. Tujuan Kolateral Sosial bersifat lebih luas untuk kepentingan masyarakat, misalkan
membayar pajak.
Merupakan nilai-nilai yang diperlukan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan primer, Namun secara
umum, tujuan perusahaan dapat berupa :
Menurut HMN. Purwosutjipto bahwa : “Kalau pada pengertian perusahaan unsur laba merupakan unsur
mutlak, maka pada pengertian pekerjaan unsur laba tidak merupakan unsur yang mutlak. Jadi dasar-
dasar perbuatan-perbuatan yang dilakukan bagi suatu pekerjaan itu tidak untuk mencari laba, tetapi
misalnya atas dasar cinta ilmiah, perikemanusiaan, atau agama”
HMN. Purwosutjipto mengatakan bahwa: pendapat pemerintah Belanda Perencana Wetbeok van
Koophandel, pekerjaan itu perbuatan-perbuatan yang dilakukan tidak terputus-putus, secara terang-
terangan dan dalam keadaan tertentu. Jadi, laba tidak merupakan unsur mutlak ”.
15
17
Menurut Polak
pekerjaan itu dapat direncanakan sebelumnya dan tidak dicatat. (meskipun tidak dicatat dalam
pembukuan), tetapi tidak memperhitungkan laba rugi”.
1. Pekerjaan Dinas Pemerintah yang melayani rakyat, misalnya : Pencatatan Sipil, Pencatatan
Perkawinan, Peradilan, Kepamongprajaan, Kepolisian dan lain-lain.
2. Pekerjaan Sosial, misalnya : Palang Merah Indonesia,Perkumpulan Kematian, Olah Raga,
Perkumpulan Kebudayaan, dan lain-lain.
3. Pekerjaan-pekerjaan untuk agama, misalnya : Muhammadiyah, Nahdahtul Ulamam Dakwah
Islamiyah dan lain-lain.
Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan orang untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap hari
manusia mempunyai kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang
harus segera di penuhi dan tidak bisa di tunda, misalnya, makan, minum, pakaian, membeli alat-alat
kebutuhan sekolah dan sebagainya, untuk memperoleh semua kebutuhan tersebut diperlukan uang.
Untuk memperoleh uang, orang harus bekerja, bermacam- macam jenis pekerjaan yang di tekuni
seseorang. Ada pekerjaan yang menghasilkan barang dan ada pekerjaan yang menghasilkan jasa.
Pekerjaan yang menghasilkan barang di sebut produksi atau pekerjaan yang menghasilkan barang
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pekerjaan yang menghasilkan jasa adalah pekerjaan yang
menghasilkan jasa yang di butuhkan masyarakat atau menawarkan jasa seperti kesehatan, pendidikan,
dll.
Selain membutuhkan barang, orang hidup juga membutuhkan jasa. Jasa diperoleh dari orang lain. Untuk
mendapatkan jasa, harus ada imbalan tertentu. Seseorang yang telah memberikan jasa akan menerima
imbalan. Imbalan atau upah biasanya berupa uang. Selanjutnya, perhatikan contoh berikut. Pak Sukri
mempunyai kebun kelapa sawit yang luas. Tanaman kelapa sawitnya banyak sekali. Pak Sukri tidak
dapat mengurus kebun kelapa sawitnya sendirian. Ia membutuhkan bantuan orang lain untuk
mengurus kebun kelapa sawit tersebut. Orang lain yang membantu tersebut bekerja memelihar a,
memanen, dan menjual buah kelapa sawit. Seminggu sekali para tenaga kerja yang membantu di
kebun kelapa sawit tersebut menerima upah berupa uang dari Pak Sukri.
Uang yang mereka terima itu merupakan imbalan atas jasa yang telah diberikan kepada Pak Sukri.
Pekerjaan itu terbagi menjadi dua macam jenis pekerjaan.yaitu pekerjaan yang menghasilkan barang
dan ada juga pekerjaan yang menghasilkan jasa.pekerjaan yang menghasilkan barang seperti
pembuat kue , petani, sedangkan pekerjaan yang menghasilkan jasa seperti guru, dokter dan masih
banyak lagi.
Yayasan Obor Indonesia Pekerja adalah seseorang yang mempunyai kompetensi profesional dalam
pekerjaan yang diperoleh melalui pendidikan formal atau pengalaman praktik di bidang.
18
Tara Kuther, Ph.D Pekerja adalah seorang profesional, yang paling sering bekerja dengan orang dan
membantu mereka mengelola kehidupan sehari-hari mereka, memahami dan beradaptasi dengan
lingkungan.
Jack Claridge Pekerja adalah seorang individu yang bertujuan untuk membantu orangorang dalam
masyarakat yang tidak mampu atau kesulitan dalam menangani masalah kehidupan yang mereka
hadapi. Pekerja dapat melakukan tugas mereka di sekolah, rumah sakit, organisasi, dan sektor publik
lainnya.
Princeton Pekerja ialah seseorang yang menghabiskan hari-hari mereka untuk menghidupkan keluarga
dan mencari penghidupan yang layak.
Yang dimaksud dengan perantara adalah mereka yang membeli dan menjual barang-barang tersebut
dan memilikinya, mereka bergerak di bidang perdagangan besar dan pengecer.
a. Pedagang Besar
Istilah pedagang besar ini hanya digunakan pada perantara yang terikat dengan kegiatan perdagangan
besar dan biasanya tidak melayani penjualan eceran kepada konsumen akhir. Adapun definisi
pedagang besar ini adalah sebagai berikut:
Pedagang besar adalah sebuah unit usaha yang membeli dan menjual kembali barang barang kepada
pengecer dan pedagang lain dan atau kepada pemakai industri, pemakai lembaga dan pemakai komersial
yang tidak menjual dalam volume yang sama kepada konsumen akhir.
1. Grosir (Wholesaler)
Grosir adalah orang/pengusaha yang membuka usaha dagang dengan mmembeli dan menjual
kembali barang dagangan kepada pengecer, pedagang besar lainnya, perusahaan industri, lembaga
pemerintah/swasta dan sebagainya. Jumlah barang yang diperjualbelikan relatif besar. Para grosir ini
tidak melakukan penjualan secara eceran.
2. Makelar
3. Komisioner
Komisioner adalah orang/pengusaha/pedagang yang melakukan persetujuan jual beli atas namanya
sendiri untuk pihak tertentu yang menyuruh (principal) dengan mendapatkan imbalan jasa persentase
yang disebut komisi/ provisi atau factorage. Dalam usahanya komisioner bertindak atas namanya
sendiri, oleh sebab itu tidak wajib memberitahukan kepada komitenya, dengan siapa mengadakan
hubungan dagang. Yang penting ia bertanggung jawab atas barang-barang dagangannya. Seorang
19
komisioner dalam proses pengangkatannya sebagai komisioner berbeda sekali dengan makelar yang
harus diangkat dan disumpah oleh pengadilan. Komisioner tidak perlu disumpah dan tidak perlu ada
surat pengangkatan dari pejabat. Ia sebagai wakil tidak langsung dari pihak yang bersangkutan, dapat
bertindak atas namanya sendiri, tetapi ia menanggung risiko keuangan. Hak komisioner adalah hak
yang didasarkan atas perjanjian dekomitmen. Secara tepat besarnya komisi tidaklah sama, terutama
bagi perantara pada perusahaan asuransi. Namun pada umumnya ditentukan dengan persen (%):
4. Agen
Di dalam dunia perusahaan, agen dagang sebagai perantara sangat membantu memajukan usaha. Pada
umumnya agen atau perantara itu menghubungkan antara produsen dengan pedagang, pedagang
dengan pedagang dan pedagang dengan konsumen. Perantara dagang adalah pihak ketiga yang sehari-
hari melakukan kegiatan hukum, yang menyangkut masalah jual beli atas namanya sendiri maupun atas
nama orang lain. Agen atau perantara adalah persetujuan seseorang untuk memberi kuasa kepada
orang lain yang menerimanya untuk menyelenggarakan suatu urusan dari orang yang menyuruhnya.
Menurut statusnya perantara itu dibedakan menjadi 2 (dua) macam, sebagai perantara/agen dagang
yang kedudukannya sebagai wakil pengusaha dan perantara dagang yang berdiri sendiri.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
D. GLOSARIUM
Grosir (Wholesaler) adalah orang/pengusaha yang membuka usaha dagang dengan m membeli dan
menjual kembali barang dagangan kepada pengecer, pedagang besar lainnya, perusahaan industri,
lembaga pemerintah/swasta dan sebagainya. Jumlah barang yang diperjualbelikan relatif besar. Para
grosir ini tidak m elakukan penjualan secara eceran
Komisioner adalah orang/pengusaha/pedagang yang melakukan persetujuan jual beli atas namanya
sendiri untuk pihak tertentu yang menyuruh (principal) dengan mendapatkan mbalan jasa persentase
yang disebut komisi/ provisi atau factorage
Agen adalah persetujuan seseorang untuk memberi kuasa kepada orang lain yang menerimanya
untuk menyelenggarakan suatu urusan dari orang yang menyuruhnya
20
PERSEKUTUAN PERDATA (MAATSCHAP)
( MODUL 3 )
Menurut Farida Hasyim bahwa :Maatschap atau Perseroan merupakan suatu bentuk kerja sama
yang paling sederhana karena tidak ada penetapan jumlah moda ltertentu yang harus disetor,
bahkan dapat diperbolehkan juga seorang anggota hanya menyumbangkan tenaganya saja. Lingkup
kerjanya pun tidak dibatasi pada sesuatu ha ltertentu. Dalam bentuk perusahaan ini, terdapat
beberapa orang yang mengadakan persetujuan akan berusaha bersama-sama guna memperoleh
keuntungan.
Persekutuan perdata merupakan salah satu bentuk perkumpulan yang diatur dalam
KUHPerdata.Menurut ketentuan Pasal 1618 KUHPerdata.Persekutuan perdata adalah suatu perjanjian
dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukan sesuatu (inbreng) kedalam perserikatan
dengan maksud untuk membagi keuntungan atau kemanfaatan yang diperoleh karenanya. Pada Pasal
1918 KUHPerdata ada 2 (dua) unsur yang harus dilakukan yakni:
Menurut Zainal Asikin bahwa kedua unsure diatas ternyata merupakan unsur tambahan dari empat unsur
yang ada pada pengertian perkumpulan dalam arti luas sebelumnya, sehingga jika ditambah maka
unsur dari persekutuan perdata meliputi :
1. Kepentingan bersama
2. Kehendak bersama
3. Tujuan bersama
4. Kerja sama
5. Pemasukan (inbreng)
6. Keuntungan bersama
Menurut Rudhi Prasetya, Maatschap adalah bentuk persekutuan yang diatur dalam Bab VIII Bagian Satu
Buku III KUH Perdatayang dalam buku Terjemahan Subekti atas Wet Boek van Burgerlijk Wet
diterjemahkan sebagai Persekutuan”.
H.M.N Purwosutjipto,menyatakan bahwa: “Persekutuan artinya persatuan orang - orang yang sama
kepentingannya terhadap suatu perusahaan tertentu ”.Bentuk Persekutuan Perdata sebenarnya
mengatur hubungan intern antara orang-orang yang tergabung didalamnya.Menurut Farida Hasyim
bahwa maksud Persekutuan Perdata adalah:
21
Maatschap atau Persekutuan Perdata, adalah kumpulan dari orang-orang yang biasanya memiliki
profesi yang sama dan berkeinginan untuk berhimpun dengan menggunakan nama bersama.
Maatschap sebenarnya adalah bentuk umum dari Firma dan Perseroan Komanditer (Comanditaire
Venotschap). Dimana sebenarnya aturan dari Maatschap, Firma dan CV pada dasarnya sama, namun
ada hal-hal yang membedakan di antara ketiganya. Pada dasarnya pendirian suatu Maatschap dapat
dilakukan untuk 2 tujuan, yaitu:
Contohnya adalah persekutuan di antara para pengacara atau para akuntan, yang biasanya dikenal
dengan istilah associate, partner, rekan atau Co (compagnon).
Mengenai Maatschap ini diatur dalam bab ke VIII bagian pertama dari buku III Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Indonesia (selanjutnya akan kita sebut BW). Karakteristik dari Maatschap yang tidak
dimiliki oleh Firma dan CV adalah:
Maatschap merupakan kumpulan dari orang-orang yang memiliki profesi yang sama. Oleh karena itu,
didalam pembukaan suatu Maatschap Akuntan misalnya, maka para sekutunya harusnya hanya orang-
orang yang berprofesi sebagai Akuntan saja. Jadi tidak boleh dibuat misalnya: Kantor Akuntan Publik
Suswinarno, Ak dan Rekan, tapi ternyata parasekutunya terdiri dari Notaris, Pengacara ataupun
konsultan manajemen. Demikian pula untuk Maatschap yang dibentuk oleh para Notaris ataupun para
pengacara.Seperti halnya firma, maka dalam Maatschap para sekutu masing-masing bersifat
independen. Artinya, masing-masing sekutu berhak untuk bertindak keluar dan melakukan perbuatan
hukum atas nama dirinya sendiri, khususnya untuk tindakan pengurusan sepanjang hal te rsebut
tidak dilarang dalam anggaran dasarnya.
Pembatasan tindakan keluar tersebut biasanya mengacu pada perbuatan yang bersifat kepemilikan,
ataupun yang berarti Maatschap tersebut dengan suatu hutang atau kewajiban tertentu. Dalam hal
demikian, maka perbuatan hukum dimaksud harus mendapat persetujuan dari sekutu yang lain.
Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam KUHPer, dapat disimpulkan bahwa maatschap setidaknya
mengandung unsur-unsur dibawah ini:
Menurut H.M.N Purwosutjipto persekutuan perdata adalah peserikatan perdata yang menjalankan
perusahaan.” Lebih lanjut H.M.N Purwosutjipto menjelaskan bahwa :
“Perserikatan perdata dalam arti khusus sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1623 KUH Perdata yang
berbunyi: “Perserikatan perdata khusus adalah perserikatan perdata yang hanya mengenai barang-
barang tertentu, atau pemakaiannya, atau mengenai hasi - lhasil yang akan diperolehnya, atau tertuju
22
pada suatu usaha tertentu ata u mengenai hal menjalankan perusahaan atau pekerjaan tetap”.
Selain persekutuan perdata khusus sebagaimana disebut di dalam Pasal 1623, ada perserikatan
perdata yang menjalankan perusahaan sebagaimana diatur di dalam Pasal 16 KUHD yang berbunyi:
“Yang dinamakan persekutuan firma ialah tiap-tiap perserikatan perdata yang didirikan untuk
melakukan perusahaan dengan nama bersama (firma). Oleh karena itu, bila sebuah perserikatan
perdata yang menjalankan itu tidak mempunyai nama bersama atau firma, maka perserikatan ini
bukan perserikatan firma, tetapi persekutuan perdata.
Berdasarkan Pasal 1618 KUH Perdata persekutuan perdata didirikan berdasarkan suatu perjanjian,
yaitu bersifat kontraktual. Karena Pasal 1618 KUH Perdata tidak mengharuskan adanya syarat tertulis
dalam pendiriannya, maka perjanjian yang dimaksud adalah bersifat konsensual, yaitu dianggap cukup
dengan adanya persetujuan kehendak atau kesepakatan (consensus). Perjanjian itu mulai berlaku
sejak saat perjanjian itu menjadi sempurna atau sejak saat yang ditentukan dalam perjanjian (Pasal
1624 KUHPerdata).
Sesuai dengan dengan sifat persekutuan perdata yang tidak menghendaki terang-terangan, maka Bab VIII
Buku Ketiga KUHPerdata itu tidak ada peraturan tentang pendaftaran dan pengumuman untuk pihak
ketiga seperti yang diharuskan dalam Pasal 23 sampai dengan Pasal 28 KUHD bagi persekutuan firma. Hal
ini adalah menjadi suatu masalah dalam era kemajuan badan usaha sekarang ini, karena dengan adanya
suatu consensus para pihak dapat mendirikan suatu persekutuan perdata (badan usaha) tanpa
didaftarkan kepada suku dinas perdagangan setempat. Perlu diatur bahwa setiap persekutuan perdata
yang menjalankan kegiatan usaha harus didaftarkan guna mengetahui status, keberadaan dan
pencatatan tersebut sekaligus akan terdaptar sebagai badan usaha yang wajib bayar pajak.
Berakhirnya suatu perseroan diatur dalam Pasal 1646 KUHPerdata sebagai berikut:
Menurut Farida Hasyim bahwa: “ Apabila suatu perseroan berakhir, maka diadakanlah pemisahan
dan pembagian harta antara para anggotanya, yang dilakukan sebagai berikut :
1. Setiap anggota mengambil kembali ssetiap harga sero sebanyak jumlah yang disetorkannya
semula.
2. Sisa harta yang merupakan laba dibagi-bagikan menurut ketentuan undangundang
3. Apabila perseroan mengalami kerugian, kerugian itu ditanggung oleh para anggotanya menurut
metentuan yang ditetapkan dalam perjanjian.
“Sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Perdata sebagai sumber hukumnya, maatschap itu
terbagi dua, yaitu maatschaap umum dan maatschap khusus. Maatschap Umum (Pasal 1622
KUHPerdata) meliputi apa saja yang akan diperoleh para sekutu sebagai hasil usaha mereka selama
23
maatschap berdiri. Maatschap jenis ini usahanya bisa bermacam-macam (tidak terbatas), yang penting
inbreng-nya ditentukan secara jelas.
Maatschap khusus (Pasal 1623 KUHPerdata) adalah maatschap yang gerak usahanya ditentukan
secara khusus, bisa hanya mengenai barang-barang tertentu saja, atau pemakaiannya, atau hasil yang
akan didapat dari barangbarang itu, atau mengenai suatu usaha tertentu atau penyelenggaraan suatu
perusahaan atau pekerjaan tetap. Jadi, penentuannya ditekankan pada jenis usaha yang dikelola
oleh maatschap (umum atau khusus), bukan pada inbrengnya.Mengenai pemasukan, baik pada
maatschap umum maupun maatschap khusus harus ditentukan secara jelas atau terperinci. Kedua
maatschap ini dibolehkan, yang tidak dibolehkan adalah maatsc hap yang sangat umum yang
inbrengnya tidak diatur secara terperinci, seperti yang disinggung oleh Pasal 1621 KUHPerdata”.
a. Maatschap Umum (Pasal 1622 BW). Maatschap umum meliputi apa saja yang akan diperoleh
para sekutu sebagai hasil usaha mereka selama m aatchap berdiri. Maatschap jenis ini usahanya bisa
bermacam-macam (tidak terbatas) yang penting inbrengnya ditentukan secara jelas/terperinci.
b. Maatschap Khusus (Pasal 1623 BW). Maatschap khusus (bijzondere maatschap) adalah maatschap
yang gerak usahanya ditentukan secara khusus, bisa hanya mengenai barang-barang tertentu
saja, atau pemakaiannya, atau hasil yang akan didapat dari barang-barang itu, atau mengenai
suatu usaha tertentu atau penyelenggaraan suatu perusahaan atau pekerjaan tetap. Jadi,
penentuannya ditekankan pada jenis usaha yang dikelola oleh maatshap (umum atau khusus),
bukan pada inbrengnya. Mengenai inbreng, baik pada maatschap umum maupun maatschap khusus
harus ditentukan secara jelas/terperinci. Kedua maatschap ini dibolehkan. Yang tidak dibolehkan
adalah maatschap yang sangat umum yang inbrengnya tidak diatur secara terperinci seperti yang
disinggung oleh Pasal 1621 BW
Dalam pasal 1619 ayat (1) KUHPdt yang berisikan “usaha persekutuan usaha yang halal dan dibuat
untuk manfaat bersama para pihak”, pasal yang menjelaskan bahwa bidang usaha yang dapat dilakukan
oleh persekutuan sesuatu yang bermanfaat bagi para sekutu. Dalam mencapai tujuan tersebut
dibutuhkan sarana seperti yang dijelaskan dalam pasal 1619 ayat (2) KU HPdt, yaitu:“masingmasing sekutu
diwajibkan memasukkan uang, barang, dan keahliannya ke dalam persekutuan”.
Ciri-ciri persekutuan perdata menurut Abdul Rasyid Saliman adalah sebagai berikut:
A. Pendirian
24
B. Perbedaan Para sekutu Biasanya pengelolaan persekutuan dijalankan oleh pengurus yang
ditetapkan persekutuan
a. Tidak dapat diberhentikan, kecuali atas dasar hukum (misalnya: sakit, tidak cakap);
b. Diberhentikan oleh persekutuan perdata;
c. Telah ditetapkan secara khusus dalam perjanjian persekutuan untuk menjadi pengurus
persekutuan; dan
d. Mempunyai wewenang secara penuh untuk melakukan segala perbuatan yang berhubungan
dengan kepengurusan persekutuan.
Berdirinya Persekutuan Perdata tidak memerlukan pengesahan pemerintah, sebagai syarat formal bagi
adanya badan hukum. Tidak ada prosedur khus untuk berdirinya suatu Persekutuan Perdata, pada
umumnya hanya didirikan berdasarkan perjanjian diantara para pihak ( dengan mengingat asas
konsensualisme ). Dalam pasal 1624 KUHPdt dijelaskan bahwa persekutuan mulai berlaku sejak saat
perjanjian, jika dalam perjanjian tidak ditentukan lain. Pendirian persekutuan perdata bisa dilakukan
secara lisan atau dibuat secara tertulis. Hal ini dapat diketahui dari ketentuan, persekutuan ada
sejak adanya perjanjian. Mengenai pendiriannya sendiri, maatschap dapat didirikan melalui perjanjian
sederhana, dan tanpa pengajuan formal, atau tidak diperlukan adanya persetujuan pemerintah.Hal
ini dapat dilakukan secara lisan, namun tidak menutup kemungkinan juga bila ingin dilakukan dengan
akta pendirian yang dibuat secara otentik.
Maatschap biasanya bertindak di bawah nama para anggota atau mitranya, meskipun ini bukan
merupakan persyaratan hukum. Menurut Pasal 1618 BW, maatschap adalah persekutuan yang
didirikan atas dasar perjanjian. Menurut sifatnya, perjanjian itu ada dua macam golongan, yaitu
perjanjian konsensual (concensuelle overeenkomst) dan perjanjian riil (reele overeenkomst).Perjanjian
mendirikan maatschap adalah perjanjian konsensual, yaitu
perjanjian yang terjadi karena ada persetujuan kehendak dari para pihak atau ada kesepakatan
sebelum ada tindakan-tindakan (penyerahan barang).Pada maatschap, jika sudah ada kata sepakat
dari para sekutu untuk mendirikannya, meskipun belum ada inbreng, maka maatschap sudah dianggap
ada.
25
Perjanjian untuk mendirikan maatschap, disamping harus memenuhi ketentuan dalam Pasal 1320 BW,
juga harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Dalam hal modal, tidak ada ketentuan tentang besarnya modal, seperti yang berlaku dalam
Perseroan Terbatas (PT) yang menetapkan besar modal minimal, aat ini adalah minimal Rp.
50.000.000,00- (lima puluh juta rupiah).
2. Dalam rangka memasukkan sesuatu dalam persekutuan atau maatschap, selain berbentuk uang
atau barang, boleh menyumbangkan tenaga saja.
3. Lapangan kerjanya tidak dibatasi, juga bisa dalam bidang perdagangan.
4. Tidak ada pengumuman kepada pihak ketiga seperti yang dilakukan dalam Firma.
Dalam pendirian suatu Maatschap, para sekutu diwajibkan untuk berkontribusi bagi kepentingan
Maatschap tersebut. “Kontribusi” ini dalam istilah hukumnya disebut “inbreng”(pemasukan ke dalam
Perseroan). Para sekutu dapat berkontribusi dalam berbagai bentuk, yaitu uang, barang, good will, dan
know how. Good Will itu sendiri bisa berupa apa saja, seperti: pangsa pasar yang luas, jaringan, relasi,
ataupun Merek (brand image). Sedangkan Know how bisa berupa keahlian di bidang tertentu, seperti:
dalam Maatschap Kantor Hukum, bisa berupa keahlian di bidang penanganan kasus kejahatan di
dunia maya misalnya. Jadi bisa apa saja, yang penting oleh para persero (sekutu) tersebut dianggap
memiliki manfaat dan nilai ekonomis.
Syarat pendirian suatu Maatschap (Persekutuan Perdata), sama dengan Firma ataupun CV, yaitu
harus didirikan oleh paling sedikit oleh 2 orang berdasarkan pejanjian dengan akta notaries yang dibuat
dalam bahasa Indonesia. Karena, pada dasarnya akta pendirian Maatschap sebenarnya adalah bentuk
kesepakatan antara para sekutu untuk berserikat dan bersama-sama dan mengatur hubungan hukum
diantara para sekutu tersebut.
Maatschap atau yang lebih dikenal sebagai persekutuan perdata /perkongsian/kompanyon diatur
dalam pasal 1618 hingga pasal 1652 KUHPer dan diartikan sebagai: “suatu persetujuan dimana dua orang
atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu kedalam persekutuan, dengan maksud untuk
membagi keuntungan yang terjadi karenanya (pasal 1618 KUHPer)”
Sesuatu disini dapat diartikan dalam arti luas, yaitu bisa berupa uang atau juga bisa berupa barang-
barang lain, ataupun kerajinan yang dimasukkan kedalam persekutuan sebagai kontribusi dari anggota
atau mitra yang bersangkutan. „kerajinan‟ yang dimaksud juga bisa berupa tenaga atau ketrampilan yang
dimasukkan kedalam persekutuan karena hal ini merupakan syarat mutlak bagi terbentuknya maatschap.
Akta Pendirian dapat mengatur mengenai sekutu yang ditunjuk sebagai pengurus persekutuan
(Sekutu Statuter).Setelah persekutuan didirikan para mitra persekutuan dapat dengan perjanjian khusus
menunjuk salah seorang diantara mereka atau orang ketiga sebagai pengurus (Sekutu
Mandater).Sekutur Statuter tidak dapat diberhentikan selama berjalannya persekutuan kecuali atas
26
dasar alasan-alasan tertentu menurut hukum.Sedangkan Sekutu Mandater dapat di berhentikan setiap
saat atau meminta agar kekuasaannya dicabut.
Keanggotaan Maatschap
Keanggotaan suatu maatschap penekanannya diletakkan pada sifat kapasitas kepribadian (persoonlijke
capaciteit) dari orang (sekutu) yang bersangkutan. Pada asasnya maatschap terikat pada kapasitas
kepribadian dari masing-masing anggota, dan cara masukkeluarnya ke dalam maatschap ditentukan
secara statutair (tidak bebas).
Adapun sifat kapasitas kepribadian dimaksud diutamakan, seperti: sama -sama seprofesi, ada hubungan
keluarga, atau teman karib. BW (Bab VIII) sendiri juga tidak melarang adanya maatschap antara suami-
istri. Meskipun tidak dilarang, maatschap yang didirikan antara suami -istri, dimana ada kebersamaan
harta kekayaan, maka maatschap demikian tidak berarti apa - apa, sebab kalau ada kebersamaan
harta kekayaan (harta perkawinan), maka pada saat ada keuntungan untuk suami-istri itu tidak ada
bedanya, kecuali pada saat perkawinan diadakan perjanjian pemisahan kekayaan
Asas
Asas kepentingan bersama dalam maatschap, tercantum dalam pasal 1628-1631 BW:
MenjelaskanTentangPertanggungjawaban Maatschap
Menurut Achmad Ichsanbahwa: “Mengenai tanggung jawab dari sekutu para Maatschap diatur dalam
pasal 1642 sampai dengan pasal 1645 KUH Perdata. Mengenai pertanggungjawaban ini sebelumnya
ditekankan disini bahwa karena Maatschap bukan badan hukum, maka secara umum Maatschap tidak
pernah dapat dipertanggung jawabkan terhadap pihak ketiga”.
Selanjutnya Achmad Ichsan mengatakan bahwa: “ Para sekutu Maatschap tidak dapat
dipertanggungjawabkan seluruhnya untuk hutang-hutang maatschap, sedangkan seorang sekutu tidak
dapat melibatkan sekutu lain untuk ikut memikul tanggung jawabnya, apabila untuk tindakan yang
dilakukannya itu tidak mendapat kuasa dari pihak yang bersangkutan (pasal 1642 KUH Perdata). Sekutu
yang melakukan tindakan itulah yang secara penuh bertanggung jawab”.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1644 KUHPerdata, menentukan pada dasarnya perbuatan hukum
seorang sekutu yang dilakukan dengan pihak ketiga hanya mengikat sekutu yang beersangkutan tidak
mengikat pada sekutu-sekutu yang lain, kecuali apabila :
Lebih lanjut dijelaskan yang dimaksud perbuatan hukum seorang sekutu terhadap pihak ketiga hanya
mengikat sekutu yang bersangkutan dan tidak mengikat sekutu-sekutu yang lain menurut Pasal 1644
KUHPerdata adalah Persekutuan Perdata bukanlah badan hukum. Pada suatu badan hukum, perbuatan
hukum seorang sekutu atas nama persekutuan akan mengikat persekutuan tersebut terhadap pihak
ketiga, dan bukannya sekutu yang berbuat.
27
Mengenai tanggung jawab, dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu tanggung jawab intern para sekutu,
dan tanggung jawab ekstern terhadap pihak ketiga. Untuk yang pertama (intern), maka para sekutu
dapat menunjuk salah seorang diantara mereka atau pihak ketiga untuk menjadi Pengurus
Maatschap guna melakukan semua tindakan kepengurusan atas nama maatschap (pasal 1637
KUHPer).
Bila tidak dijanjikan demikian, maka setiap sekutu dianggap secara timbal balik telah memberikan
kuasa, supaya yang satu melakukan pengurusan terhadap yang lain, bertindak atas nama maatschap
dan atas nama mereka (pasal 1639 KUHPer). Untuk yang kedua (ekstern), dalam pasal 1642 KUHPer
dinyatakan bahwa “para sekutu tidaklah terikat masing masing untuk seluruh utang maatschap dan
masing-masing mitra tidak bisa mengikat mitra lainnya apabila mereka tidak telah memberikan kuasa
kepadanya untuk itu.”
Mengenai pembagian keuntungan dan kerugian, para sekutu bebas untuk menentukan bagaimana
keuntungan maatschap akan dibagikan diantara mereka. Apabila hal ini tidak diatur, maka keuntungan
atau kerugian akan dibagikan seimbang menurut kontribusi setiap sekutu dan sekutu yang hanya
mengkontribusikan ketrampilan, jerih payah, akan memperoleh keuntungan atau kerugian yang sama
dengan sekutu yang kontribusinya paling kecil baik dalam hal uang maupun barang (pasal 1635
KUHPer). Namun perlu catat disini bahwa suatu janji untuk memberikan seluruh keuntungan pada salah
seorang sekutu adalah batal, namun sebaliknya, janji yang mengatakan bahwa seluruh kerugian akan
ditanggung oleh salah seorang sekutu adalah diperbolehkan
Bagaimana halnya bila maatschap bubar?Apa yang terjadi dengan kekayaan maatschap tersebut?
Dalam pasal 1646 KUHPer, suatu maatschap dengan sendirinya bubar bila terjadi salah satu dari
peristiwa dibawah ini:
Bila maatschap bubar, maka harta kekayaan maatschap akan dibagi kepada anggota maatschap
berdasarkan perjanjian terdahulu, setelah dikurangi utang-utang terhadap pihak ketiga. Bagaimana
bila kekayaan maatschap justru tidak cukup untuk membayar utang? Kembali pada karakteristik
maatschap itu sendiri, maka ut ang tersebut akan ditanggung bersama (tanggung renteng) oleh para
sekutu berdasarkan perjanjian yang telah dibuat sebelumnya.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
28
D. GLOSARIUM
Maatschap/Persekutuan Perdata adalah suatu perjanjian dua orang atau lebih mengikatkan diri
untuk memasukan sesuatu (inbreng) kedalam perserikatan dengan maksud untuk membagi
keuntungan atau kemanfaatan yang diperoleh karenanya.
29
FIRMA
( MODUL 4 )
Menurut Kansil bahwa: “Pengaturan hukum perusahaan dalam KUH Perdata sebagian besar terletak
pada Buku III tentang Perikatan. Masuknya hukum perusahaan ke dalam hukum perikatan, karena hukum
perusahaan mengatur juga perikatan - perikatan yang timbul dari lapangan harta kekayaan yang
bersumber dari perjanjian, misalnya: jual beli, asuransi, pengangkutan, makelar, komisioner, wesel,
check, Firma, CV, PT dan sebagainya”.
Menurut Abdulkadir Muhammad bahwa: “Hukum perusahaan adalah keseluruhan aturan hukum yang
mengatur tentang bentuk usaha dan kegiatan usaha”.
Pengertian yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh R.T. Sutantya R. Hadhikusuma dan
Sumantoro, bahwa hukum perusahaan adalah hukum yang secara khusus mengatur tentang bentuk
perusahaan serta segala aktivitas/kegiatan yang berkaitan dengan jalannya suatu perusahaan”.
Adapun persekutuan perdata adalah perjanjian dua orang atau lebih dengan mengikatkan diri untuk
menyetorkan sesuatu kepada persekutuan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat atau
keuntungan (pasal 1618 KUHper). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dinyatakan persekutuan
disebut firma apabila mengandung unsur -unsur pokok berikut:
Pengaturan tentang Firma terdapat dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 35 KUHD dan Pasal 1618
sampai dengan Pasal 1652 KUHPdt. Firma adalah perseroan yang didirikan untuk menjalankan suatu
perusahaan di bawah satu nama bersama, dimana anggotanya langsung dan secara sendiri-sendiri
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pengurusan firma. Dikatakan persekutuan, karena dalam
Firma pengusaha/ anggotanya merupakan sekutu (partner) yang terdiri lebih dari satu orang untuk
bekerjasama melakukan kegiatan usaha. Firma (Fa) adalah tiap persekutuan yang didirikan untuk
mejalankan perusahaan dibawah satu nama bersama dan bertanggung jawab secara tanggung (secara
renteng).
Menurut Sukardono perseroan firma adalah suatu perikatan perdata yang khusus, kekhususan menurut
pasal 16 KUHD yaitu adanya 3 unsur mutlak diantaranya :
1. Menjalankan perusahaan
2. Dengan pemakaian nama bersama
3. Bertanggung jawab tiap-tiap sekutu mengenai seluruh perikatan dengan firma
M. Yahya Harahap menyatakan bahwa: “Firma sebagai persekutuan (maatschap) adalah kerja sama
diantara orang yang bersifat pertemanan atau perkawanan ataupun persekutuan, bisa teman sesama
profesi atau teman dalam perdagangan ”. Oleh karena itu:
30
a. Faktor individu sangat memegang peranan penting, namun yang me nonjol ke depan adalah
kesatuan kerjasamanya,
b. Dengan demikian, kesatuan kerja sama itu yang lebih memegang peranan penting daripada individu-
individu pesertanya,
c. Itu sebabnya ada yang berpendapat, bentuk kesatuan kerja sama Firma dapat dikatakan sudah
merupakan Perseroan (venootschap, corporation), dimana para anggotanya sudah merupakan
persero di bawah naungan Firma (venootschap onder firma),
d. Persetujuan kerja sama antara anggota sekutu atau peserta, difokuskan pada kesatuan bentuk
kerja sama itu sendiri, sehingga yang tampak keluar adalah bentuk kerja sama itu sendiri sebagai
satu perusahaan,
e. Selanjutnya Sukardono mengatakan bahwa: “Dengan demikian, Firma bertindak sebagai satu
perusahaan yang bernaung di bawah satu nama”.
Lebih lanjut Sukardono menyatakan bahwa : “Tujuan dari firma adalah untuk memperluas usaha
dan menambah modal agar lebih kuat dan mampu bersaing perusahaan yang lain, Perusahaan dengan
berbentuk Firma bisa dijumpai pada berbagai jenis perusahaan. Seperti perusahaan penerbitan,
perusahaan perdagangan, perusahaan jasa, kantor-kantor konsultan hukum, dan akuntan public”.
Menurut Munir Fuady bahwa: “Yang dimaksud dengan firma (partnership) adalah suatu usaha
bersama antara 2 (dua) orang atau lebih yang dimaksudkan untuk menjalankan suatu usaha di
bawah nama bersama. Perusahaan dalam bentuk firma ini diawal penyebutan namanya sering
disingkat dengan “Fa”. Misalnya “Fa. Hasan & Co”.
Suatu partner dalam suatu firma dapat mengikat dan bertindak untuk dan atas nama perusahaan,
sungguhpun ke dalam mungkin ada pembagian tugas diantara para partner”.
Menurut I.G. Rai Wijaya bahwa: “Firma merupakan bentuk permitraan yang umumnya digunakan
dalam bidang komersial seperti usaha perdagangan. Landasan hukum firma dapat ditemukan dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel) pada Pasal 16 sampai dengan Pasal
35 KUHD. Adapun pengertian firma, yakni: Firma adalah tiap perusahaan yang didirikan untuk
menjalankan suatu perusahaan di bawah nama bersama atau Firma. Firma yaitu nama yang dipakai
untuk berdagang bersama-sama”
Mengenai sumber hukum firma selain dapat ditemukan di dalam KUHD, serta dalam ketentuan
yang terdapat pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BurgerlijkeWetboek) yakni pada Pasal
1618 -1652 KUHPerdata. Mengenai pemberlakuan ketentuan KUHPerdata sebagai sumber hukum
firma ditegaskan dalam
Pasal 15 KUHD, yang menyatakan: “Persekutuan-persekutuan yang disebut di dalam titel ini diatur oleh
perjanjianperjanjian antara pihak -pihak oleh kitab undang-undang ini dan oleh hukum perdata”.
Sehingga dapat diketahui bahwa selain KUHD sebagai sumber hukum bagi firma, terdapat pula
KUHPerdata, dimana ketentua n di dalam KUHPerdata berlaku sebagai lex generalis sedangkan KUHD
berlaku sebagai lex specialis.
31
1. Pembuatan akta otentik berupa akta notaris pendirian firma (pasal 22 KUHD)
2. Pendaftaran akta pendirian tersebut di kepanitraan pengadilan negeri dalam daerah hukum
dimana persekutuan firma itu berdomisili (pasal 23 KUHD), yang sekarang cukup pendaftaran wajib
perusahaan (pasal 14 ayat 1 dan 2 UU no.3 tahun 1982 tentang daftar perusahaan
3. Pengumuman akta pendirian tersebut didalam berita negara melalui kantor percetakan negara.
(pasal 28 KUHD).
Dengan memperhatikan ketentuan pasal 22 dan pasal 23 KUHD, tidak dituntut harus bentuk tertentu
dalam mendirikan Firma. Untuk mendirikan sebuah Firma bisa dibuat dengan akta notaris, akta
dibawah tangan, dan bahkan secara lisan. Dalam praktek, pendirian Firma selalu dibuat dengan akta
autentik (dengan akta notaris). Akta pendirian Firma tersebut didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan
Negeri dan diumumkan dalam Berita Negara. Apabila pembuatan akta, pendaftaran, dan penumuman
selesai dilakukan, maka Firma tersebut telah sah berdiri dan dapat melakukan kegiatan bisnisnya”.
a. Mengenai tata cara pendirian suatu firma pada prinsipnya terdiri atas tiga prosedur. Ketiga
prosedur tersebut tersebut secara singkat akan diuraikan sebagai berikut : Pendirian/pembentukan
Hal yang menyangkut pendirian atau pembentukan suatu firma harus dilakukan secara autentik
(Pasal 22 KUHD) dengan membuat suatu perjanjian secara tertulis yang menunjukkan kesepakatan
di antara para pendirinya untuk mendirikan suatu badan usaha yang berbentuk firma. Perjanjian
autentik inilah yang disebut dengan Akta Pendirian Firma.
b. kepada Kepaniteraan Pengadilan Negeri dalam wilayah mana firma tersebut didirikan Pendaftaran
Setelah pembuatan akta pendirian, selanjutnya akta terseb ut harus didaftarkan (Pasal 23 KUHD). Hal-
hal yang perlu didaftarkan adalah :
1) Akta pendirian atau
2) Ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut, yang isinya antara lain :
3) Nama, pekerjaan serta tempat tinggal para sekutu;
4) Penetapan nama firma yang dipergunakan;
5) Nama-nama sekutu yang tidak diberi kuasa untuk menandatangani perjanjian (bagi) firma dengan
pihak ketiga;
6) Saat dimulainya dan berakhirnya persekutuan (Firma).
c. Pengumuman Selanjutnya ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut harus diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia (Pasal 28 KUHD). Kewajiban mengumumkan ini disertai dengan
sanksi apabila para pendiri melalaikan kewajiban tersebut, persekutuan firma yang didirikan akan
dianggap sebagai persekutuan pedata biasa yang bersifat umum
Menurut Farida Hasim bahwa: “Latar belakang berdiri firma berdasarkan Pasal 22 KUHD adalah
sebagai berikut”:
Munir Fuady menyatakan bahwa : “Proses pendirian firma terbagi kedalam beberapa tahap sebagai
berikut :
32
a. Tahap Akta Otentik
Suatu firma harus didirikan dengan suatu akta otentik, dalam hal ini dengan suatu akta notaries.
Apabila suatu firma tidak didirikan dengan akta otentik, maka hal tersebut tidak berpengaruh
terhadap pihak ketiga. Artinya ketidakadaan akta otentik tersebut tidak boleh dipergunakan sebagai
alasan yang merugikan pihak ketiga.
Farida Hasim mengatakan bahwa: “Fungsi akta adalah sebagai alat bukti jika ada perselisihan antara para
pihak, baik intern maupun ekstern Firma, Akta pendirian tersebut memuat anggaran dasar Firma
dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Pasal 26 KUHD yaitu :”
Setelah akta firma dibuat dengan akta notaries, maka akta firma tersebut haruslah didaftarkan dalam
suatu register khusus yang tersedia di kepaniteraan Pengadilan Negeri di wilayahnya firma tersebut
mempunyai tempat kedudukan.
Dalam Pasal 23 KUHD disebutkan bahwa: “Para persero firma diharuskan untuk mendaftarkan akta
pendirian di kepanitraan Pengadilan Negeri yang dalam daerah hukumnya firma bertempat kedudukan.
Yang perlu didaftarkan adalah ikhtisar pendirian Firma. Dalam Pasal 29 KUHD menegaskan bahwa
selama pendaftaran dan pengumuman belum dilaksanakan Perseroan Firma dianggap sebagai :
1. Perseroan Umum
2. Didirikan untuk waktu tidak terbatas
3. Seolah-olah tidak ada seorang persero pun yang dikecualikan dari hak bertindak melakukan
perbuatan hukum dan hak menandatangani untuk firma
Satu petikan akta firna harus pula diumumkan dalam Berita Negara agar pihak ketiga mengetahuinya
dan agar perusahaan firma tersebut berlaku dan mengikat pihak ketiga.
Sebagaimana diketahui firma sebagai sebuah perkumpulan, setidaknya memiliki minimal 2 anggota
sebagai sekutu, dan dalam menjalankan kegiatan usahanya firma dapat melakukan hubungan dengan
pihak ketiga, sehingga di dalam sebuah firma terdapat hubungan internal dan hubungan eksternal di
dalam sebuah firma, dengan penjelasan sebagai berikut :
Hubungan internal firma Pasal 15 KUHD, menyatakan bahwa : “Segala perseroan yang disebut dalam bab
ini dikuasai oleh perjanjian pihak -pihak yang bersangkutan, oleh Kitab ini dan oleh Hukum Perdata”.
Berdasarkan ketentuan ini, menegaskan bahwa aturan dalam KUHPerdata berlaku pada firma, dimana
33
aturan tentang perikatan - perikatan antara para sekutu firma diatur dalam Pasal 1624 sampai dengan
Pasal 1641 KUHPerdata. Masing-masing sekutu firma sebagaimana diatur dalam ketentuan
KUHPerdata tersebut diwajibkan memasukkan modal baik berupa uang, barang atau pun tenaga, dimana
dasar kesepakatan para sekutu untuk mendirikan firma adalah untuk mencapai tujuannya yakni
membagi keuntungan diantara mereka.
Agus Sardjono menyatakan bahwa: “Hubungan eksternal firma Persoalan terkait dengan hubungan
ekternal firma pada hakikatnya terdiri atas dua bagian, yaitu:
1) Siapakah yang berwenang mewakili firma dalam menjalankan kegiatan usaha dan melakukan
hubungan hukum dengan pihak ketiga?
2) Siapakah yang bertanggung jawab terhadap semua perikatan firma dengan pihak ketiga, terutama
siapakah yang bertanggung jawab melaksanakan kewajibankewajiban yang timbul dari perikatan
firma?
Mengenai pertanyaan pertama, dapat dilihat ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 17 KUHD:
“Tiap-tiap persero yang tidak dikecualikan dari satu sama lain, mempunyai wewenang dan berhak
untuk bertindak, untuk mengeluarkan dan menerima uang atas nama perseroan, juga untuk mengikat
perseroan dengan pihak ke tiga dan pihak ketiga dengannya. Segala tindakan yang tidak bersangkutan
dengan perseroan, atau yang bagi para persero menurut perjanjian tidak berwenang untuk
melakukannya, tidak termasuk dalam ketentuan ini.
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 17 KUHD tersebut, dapat diketahui bahwa setiap anggota firma
memiliki kewenangan bertindak keluar atas nama firma. Selanjutnya dengan adanya hubungan yang
dilakukan oleh sekutu firma dengan pihak ketiga tentunya akan menimbulkan hubungan hukum yang
diikuti dengan lahirnya kewajiban kepada pihak ketiga. Hal ini sesuai dengan pertanyaan yang kedua
mengenai pertanggungjawaban atas kewajiban yang timbul dengan adanya hubungan yang dilakukan
antara firma dengan pihak ketiga yang diatur dalam Pasal 18 KUHD, yang menyatakan: “Dalam
perseroan firma, tiap-tiap persero bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk seluruhnya atas
segala perikatan dari perseroannya”
Mengenai tanggung jawab secara tanggung renteng, KUHPerdata mengaturnya dalam Pasal 1280
KUHPerdata, yang menyatakan: “Adalah terjadi suatu perikatan tanggungmenanggung di pihaknya
orang-orang yang berutang, manakala mereka kesemuanya diwajibkan melakukan suatu hal yang
sama, sedemikian bahwa salah satu dapat dituntut untuk seluruhnya, dan pemenuhan oleh salah
satu membebaskan orangorang berutang yang lainnya terhadap si berpiutang”.
Ketentuan mengenai tanggung jawab sekutu (anggota) firma secara tanggung renteng tersebut
mengatur bahwa utang ataupun segala kewajiban yang dimiliki oleh firma menjadi tanggungan
secara bersama para sekutu firma. Hal ini memperlihatkan, bahwa firma sebagai sebuah badan usaha
bukan badan hukum didalamnya tidak terdapat pemisahaan harta dan kewajiban antara firma dengan
para sekutu firma. Undang -undang Nomor 37 Tahun 20014 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) mengatur mengenai permohonan pailit yang ditujukan kepada
firma dalam Pasal 5, yang menyatakan bahwa: “Permohonan pernyataan pailit terhadap suatu firma
harus memuat nama dan tempat tinggal masing -masing pesero yang secara tanggung renteng terikat
untuk seluruh utang firma”.
34
Munir Fuady menjelaskan bahwa: “Terhadap setiap tindakan yang dilakukan untuk dan atas nama
firma, maka yang bertanggung jawab secara hukum adalah para persero itu secara renteng untuk
seluruh hutang (jointly and severally) dari firma tersebuttanpa melihat siapakah di antara persero
tersebut yang secara riil melakukan tindakan tersebut. Ini adalah wajar mengingat suatu firma bukanlah
suatu badan hukum, sehingga tidak ada kekayaan yang khusus disisihkan untuk berbisnis, tetapi harta
yang dipergunakan untuk berbisnis adalah harta pribadi para persero tersebut”.
Menurut Farida Hasim bahwa: “Firma berakhir apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran
dasar telah berakhir. Firma juga dapat bubar sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan
dalam anggaran dasar akibat pengunduran diri atau pemberhentian sekutu. Pembubaran firma harus
dilakukan dengan akta yang autentik yang dibuat di muka notaries, didaftarkan di kepaniteraan
pengadilan negeri setempat dan pengumuman dalam Tambahan Berita Negara. Kelalaian pendaftaran
dan pengumuman ini mengakibatkan tidak berlakunya pembubaran firma, dan pengunduran diri atau
pemberhentian sekutu atau perubahan anggaran dasar terhadap pihak ketiga. Setiap Pembubaran
firma memerlukan pemberesan, tugas pemberesan adalah menyelesaikan semua utang firma dengan
menggunakan uang kas. Jika masih ada saldo, maka saldo dibagi antara para sekutu. Jika ada
kekurangan maka kekurangan itu harus dipenuhi dari kekayaan pribadi para sekutu”.
Irma Devita Purnamasari mengatakan bahwa: “Dalam Pasal 18 KUHD disebutkan bahwa: “Perseroan
firma tiap-tiap pesero bertanggungjawab secara tanggung -renteng untuk seluruhnya atas perikatan-
perikatan perseroannya”. Berdasarkan pasal 18 KUH Dagang, masing-masing sekutu tersebut
berkewajiban menanggung seluruh perbuatan hukum yang dilakukan oleh sekutu lainnya secara
tanggung menanggung atau secara tanggung renteng. Tanggung renteng tersebut tidak terbatas
hanya pada kekayaan dari para sekutu yang dikontribusikan (diinbrengkan atau dimasukkan) ke dalam
Firma, juga termasuk harta pribadi yang berada diluar persekutuan ”.
Terkait dengan tanggung jawab renteng dari para sekutu Firma tersebut, maka dapat dilihat dari
hubungan sekutu dengan pihak ketiga. Setiap anggota atau sekutu Firma dapat melakukan perikatan
atau hubungan hukum dengan pihak ketiga untuk dan atas nama perusahaan (perseroan) tanpa perlu
adanya surat kuasa khusus dari sekutu lainnya.
Misalnya Firma (Fa) Mukti yang sekutunya terdiri dari Adam, Jodi dan Sony, semuanya dapat bertindak
keluar untuk dan atas nama perusahaan. Apabila seorang saja misalnya Adam bertindak keluar maka
secara hukum juga mengikat Jodi dan Sony. Dalam hal pihak ketiga dirugikan, maka ia dapat
menggugat Adam, Jodi dan Sony baik secara sendiri-sendiri atau ketiganya bersama-sama di
Pengadilan. Tanggung jawab demikian dinamakan tanggung jawab renteng atau tanggung jawab
solider. Harta kekayaan yang dapat digugat tidak terbatas pada harta kekayaan perusahaan (firma) saja,
teta pi meliputi juga harta pribadi dari masing-masing sekutu.
Karena firma bentuk persekutuan perdata khusus, maka pengaturan pembubaran firma cukup diatur
dalam KUH perdata, yaitu di buku III bagian IV berdasarkan pasa 1646 KUH perdata persekutuan
dapat berakhir karena:
1. Telah mencapai waktu yang telah ditentukan sebelumnya dalam akta pendirian (apabila ada)
2. Musnahnya barang atau selesai perbuatan yang menjadi pokok perjanjian
35
3. Atas kehendak semeta-mata dari beberapa orang sekutu
4. Jika salah seorang sekutu meninggal atau berada diawah pengampuan atau dinyatakan pailit
Sebab berakhirnya persekutuan firma yang dikarenakan meninggalnya salah seorang sekutu, dapat
dikesampingkan apabila sebelum dia ntara sekutu sekutu tersebut telah diperjanjikan bahwa
meninggalnya salah seorang sekutu tidak berpengaruh terhadap kelangsungan firma.
Menurut Gatot Supramono bahwa: “ sebagai sebuah badan usaha, firma dapat dibubarkan atau
berakhir, adapun empat macam cara berakhirnya firma sebagaimana diatur dalam Pasal 1646
KUHPerdata, yaitu :
H.M.N Purwosutjipto mengatakan bahwa: “Persekutuan Firma sama halnya dengan Persekutuan
Perdata, maka mengenai bubarnya Persekutuan Perdata sama halnya dengan Persekutuan Firma yakni
Bagian Kedelapan, Bab VIII, Buku III KUH Perdata, mulai Pasal 1646 s/d 1652 ditambah dengan Pasal
31 s/d 35 KUHD”. Pada Pasal 31 KUHD menjelaskan secara khusus untuk kepentingan pihak ketiga,
yang berbunyi “ membubarkan persekutuan firma sebelum waktu yang ditentukan dalam perjanjian
pendirian atau sebagai akibat atau pemberhentian, begitu juga memperpanjang waktu sehabis waktu
yang telah ditentukan, dan mengadakan perubahan -perubahan dalam perjanjian semula yang penting
bagi pihak ketiga, semua itu harus dilakukan dengan akta otentik didaftarkan seperti tersebut di atas
dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara R.I.”
Setelah persekutuan firma dinyatakan bubar perlu diadakan yang namanya pemberesan walaupun
dalam Pasal 31 KUHD tidak menyebutkan adanya persekutuan firma yang bubar karena lampaunya
waktu sebagai yang ditetapkan dalam perjanjian pendirian persekutuan. Pasal 32 KUHD menjelaskan
tentang siapa yang menjalankan pemberesan pada persekutuan firma yang telah bubar, yakni dimana
harus melihat pada ketentuan-ketentuan dalam perjanjian pendirian persekutuan, jika dalam
perjanjian pendirian persekutuan tidak ada ketentuan apa-apa, maka:
Abdulkadir Muhammad Tugas pemberes ialah menyelesaikan semua hutang persekutuan firma
dengan menggunakan kas, jika masih ada saldo maka saldo dibagi diantara para sekutu, jika ada
kekurangan maka kekurangan itu harus ditanggung dari kekayaan pribadi para sekutu”. Mengenai
tugas dari para pemberes itu sendiri tidak diatur dalam KUHD, sehingga diserahkan sepenuhnya
kepada para sekutu. Dalam pertanggungjawabannya menurut Pasal 1802 KUH Perdata menyatakan
bahwa pemberes sebagai pemegang kuasa, bertanggung jawab atas segala perbuatannya kepada para
36
sekutu dan berkewajiban untuk membayar ganti kerugian bila persekutuan menderita rugi karena
kelalaian atau kesalahannya.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
D. GLOSARIUM
Firma adalah perseroan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah satu nama
bersama, dimana anggotanya langsung dan secara sendiri -sendiri bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap pengurusan firma
Venootschap / Kemitraan
Maatschap/ Kemitraan
Partnership / Kemitraan
Diinbrengkan/ Dimasukan
37
PERSEKUTUAN KOMANDITER (CV)
( MODUL 5 )
Secara umum perusahaan artinya tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor
produksi untuk digunakan dan dikoordinir demi memuaskan kebutuhan dengan cara yang
menguntungkan. Berdasarkan definisi diatas maka dapat dilihat adanya lima unsur penting dalam
sebuah perusahaan,yaitu organisasi, produksi, sumber ekonomi, kebutuhan dan cara yang
menguntungkan. Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan ada pula yang tidak. Bagi
perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha untuk perusahaannya.
Badan usaha ini adalah status dari perusahaan tersebut yang terdaftar di pemerintah secara resmi.
Kita tahu sekarang ini banyak sekali perusahaan-perusahaan yang menggunakan bentuk CV ini. Bahkan
CV bukanlah suatu istilah yang asing lagi untuk kita dengar dan akan terus berkembang di masa sekarang
ini. CV itu sendiri telah dibuat hukum nya (peraturannya) dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) oleh pemerintah.
Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengetahui lebih dalam lagi apa itu CV sehingga kita dapat
mempertimbangkan bentuk usaha apa yang ingin ki ta gunakan jika kita ingin membuka suatu usaha.
Menurut ketentuan pasal 19 KUH Dagang disebutkan bahwa persekutuan komanditer (CV) adalah
persekutuan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk oleh beberapa orang sekutu yang
secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada satu pihak, dan satu orang atau
lebih sekutu sebagai pelepas uang pada pihak lainnya.
Menurut Munir Fuadi bahwa : ”Bentuk perusahaan yang disebut dengan Commanditaire
Vennootschap jawab secara penuh atas kekayaan pribadinya, sementara satu orang atau lebih lainnya
merupakan persero pasif ( persero komanditer), dimana dia harus bertanggung jawab sebatas uang
yang disetor saja. Dari pengertian CV di atas terlihat bahwa bentuk usaha kamanditer tersebut sering
disingkat dengan CV atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Limited Corporation, merupakan suatu
bentuk badan usaha yang didirikan oleh dua orang atau lebih, dimana satu orang atau lebih dari
pendirinya adalah persero aktif, yakni yang aktif menjalankan perusahaan dan akan bertanggung
merupakan bentuk kombinasi antara perseroan terbatas dengan perusahaan firma karena suatu CV
memiliki karakteristik perseroan terbatas dan firma sekaligus”.
Pada CV ada yang namanya sekutu pelepas uang atau sekutu pasif (sekutu komanditer) dan sekutu
aktif atau sekutu pengurus (sekutu komplementer). Alam pikiran yang mendasari pembentukan
persekutuan komdanditer (CV) ialah ada nya seorang atau ebih yang mepercayakan uang atau
barang lainnya untuk dipergunakan dalam suatu perusahaan kepada seorang atau lebih yang
menjalankan perusahaannya atau pembiayaan bersama.
Orang yang mempercayakan untuk menyerahkan uang atau barang lainnya itu disebut dengan
“sekutu komanditer”, sedangkan orang yang menerima kepercayaan untukmenjalankan pengurusan
perusahaan disebut dengan sekutu “komplementer”. Jadi, sekutu komanditer adalah sekutu yang hanya
menyerahkan uang, barang atau tenaga sebaga i pemasukan dalam persekutuan tetapi dia sendiri tidak
38
campur tangan dalam pengurusan pesekutuan. Dengan demikian, seorang sekutu komanditer dapat
disamakan dengan seorang penitip modal pada suatu perusahaan, untuk itu ia akan menerima hasil.
Sementara sekutu komplementer adalah sekutu yang bekerja (sekutu pengurus), dialah yang
menggerakkan modal tersebut. Sekutu komplementer itu adalah sekutu yang mengurus persekutuan.
Dalam hal ini perlu diketahui, baik sekutu komanditer maupun sekutu komplimenter sama-sama
menyetorkan sejumlah uang atau barang sebagai pemasukan pada persekutuan, dengan tanggung
jawab bersama (untung rugi dipikul bersama).
Pengaturan masalah CV ini berada di dalam pengaturan masalah Firma, sebab pada dasarnya CV.
juga merupakan Firma dengan bentuk khusus, dimana kekhususannya terletak pada adanya sekutu
komanditer yang tidak terdapat dalam firma. Secara khusus CV. diatur dalam pasal 19, 20, dan 21
KUHD. Disamping ketentuan khusus tersebut berlaku pula ketentuan umum yang terdapat dalam KUH
Perdata.
KUHD tidak mengatur secara khusus bagaimana prosedur mendirikan CV. Sama seperti Firma. Untuk
mendirikan CV dapat dilakukan dengan lisan, dengan akta dibawah tangan, atau dengan akta notaris.
Dalam praktek CV. umumnya dibuat/didirikan d engan akta notaris. Akta pendirian atau perjanjian
pendirian CV. tersebut kemudian didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan
dalam berita negara melalui percetakan negara di Jakarta.
a. CV dengan diam-diam adalah CV yang belum menyatakan dirinya dengan terangterangan kepada
pihak ketiga sebagai CV. Bila CV bertindak keluar, masih menyatakan diri sebagai firma,tetapi
kedalam sudah menjadi CV.
b. CV dengan terang-terangan adalah CV yang dengan terang-terangan menyatakan dirinya sebagai CV
kepada pihak ketiga. Misalnya dapat dilihat pada papan nama atau pada kepala surat yang keluar
dengan menggunakan nama CV.
c. CV dengan Saham, sebenarnya merupakan CV terang-terangan yang modalnya terdiri dari saham-
saham
39
Bentuk ini merupakan persekutuan komanditer yang pertama. Dalam persekutuan ini hanya terdapat
satu sekutu komplementer, sedangkan yang lainnya adalah sekutu komanditer.
Bentuk ini umumnya berasal dari bentuk firma bila firma membutuhkan tambahan modal. Sekutu firma
menjadi sekutu komplementer sedangkan sekutu lain atau sekutu tambahan menjadi sekutu
komanditer.
Persekutuan komanditer bentuk ini mengeluarkan saham yang tidak dapat diperjualbelikan dan sekutu
komplementer maupun sekutu komanditer mengambil satu saham atau lebih. Tujuan dikeluarkannya
saham ini adalah untuk menghindari terjadinya modal beku karena dalam persekutuan komanditer tidak
mudah untuk menarik kembali modal yang telah disetorkan
Dalam KUH Dagang tidak ada aturan tentang pendirian, pendaftaran, maupun pengumumannya,
sehingga persekutuan komanditer dapat diadakan berdasarkan perjanjian dengan lisan atau sepakat
para pihak saja (Pasal 22 KUH Dagang). Dalam praktik di Indonesia untuk mendirikan persekutuan
komanditer dengan dibuatkan akta pendirian/berdasarkan akta notaris, didaftarkan di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri yang berwenang dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI. Dengan kata
lain prosedur pendiriannya sama dengan prosedur mendirikan persekutuan firma.
Prosedur pendirian CV diatur pada Pasal 16-35 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHD).
Mendirikan CV tidak rumit kalau anda paham prosesnya. Intinya, setiap orang yang hendak
mendirikan CV, dibuat dalam Akta Notaris (Otentik), dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri yang berwenang, untuk selanjutnya diumumkan dalam Tambahan Berita Negara R.I.
CV atau Comanditaire Venootschap adalah bentuk usaha yang merupakan salah satu alternatif yang
dapat dipilih oleh para pengusaha yang ingin melakukan kegiatan usaha dengan modal yang terbatas.
Karena, berbeda dengan PT yang mensyaratkan minimal modal dasar sebesar Rp. 50jt dan harus
di setor ke kas Perseroan minimal 25%nya, untuk CV tidak ditentukan jumlah modal minimal. Jadi,
misalnya seorang pengusaha ingin berusaha di industri rumah tangga, percetakan, biro jasa,
perdagangan, catering, dll dengan modal awal yang tidak terlalu besar, dapat memilih CV sebagai
alternatif Badan Usaha yang memadai.Apakah bedanya CV dengan PT?
Perbedaan yang mendasar antara PT dan CV adalah, PT merupakan Badan Hukum, yang
dipersamakan kedudukannya dengan orang dan mempunyai kekayaan yang terpisah dengan kekayaan
para pendirinya. Jadi, PT dapat bertindak keluar baik di dalam maupun di muka pengadilan sebagaimana
halnya dengan orang, serta dapat memiliki harta kekayaan sendiri. Sedangkan CV, dia merupakan Badan
Usaha yang tidak berbadan hukum, dan kekayaan para pendirinya tidak terpisahkan dari kekayaan CV.
Perbedaan lain yang cukup penting antara PT dengan CV adalah, dalam melakukan penyetoran
modal pendirian CV, di dalam anggaran dasar tidak disebutkan pembagiannya seperti halnya PT.
Jadi, para persero harus membuat kesepakatan tersendiri mengenai hal tersebut, atau membuat
40
catatan yang terpisah. Semua itu karena memang tidak ada pemisahan kekayaan antara CV dengan
kekayaan para perseronya.
Selanjutnya, karena memiliki kesamaaan dengan pendirian firma, maka tahap tahap pendirian CV
adalah Pertama, mempersiapkan ikhtisar isi resmi dari Akta Pendirian CV, yang meliputi:
Kedua, mendaftarkan akta pendiriannya kepada Panitera Pengadilan Negeri yang berwenang (Pasal 23
KUHD), dan yang didaftarkan hanyalah akta pendirian CV atau ikhtisar resminya saja (Pasal 24
KUHD). CV tersebut didaftarkan pada Pengadilan Negeri di tempat kedudukan/wilayah hukum CV,
dengan membawa kelengkapan berupa Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP) dan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) atas nama CV yang bersangkutan. Ketiga, para pendiri CV diwajibkan untuk
mengumumkan ikhtisar resmi akta pendiriannya dalam Tambahan Berita Negara R.I. (Pasal 28 KUHD)
Menurut Farida Hasyim bahwa : ” Tata cara pendirian CV tidak ada ketentuan yang tegas dalam
KUHD, tetapi dalam praktik dibuat secara autentik (akta notaris). CV didirikan dengan pembuatan
anggaran dasar yang dituangkan dalam akta pendirian yang dibuat dimuka notaris. Akta pendirian
kemudian didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat. Akta Pendirian yang sudah
didaftarkan diumumkan dalam Tambahan Berita Acara”.
CV dapat didirikan dengan syarat dan prosedur yang lebih mudah daripada PT yaitu hanya
mensyaratkan pendirian oleh 2 orang, dengan menggunakan akta Notaris yang berbahasa Indonesia.
Walaupun dewasa ini pendirian CV mengharuskan adanya akta notaris, namun dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang dinyatakan bahwa pendirian CV tidak mutlak harus dengan akta Notaris.
Pada saat para pihak sudah sepakat untuk mendirikan CV, maka dapat datang ke kantor Notaris dengan
membawa KTP. Untuk pendirian CV, tidak diperlukan adanya pengecekan nama CV terlebih dahulu.
Oleh karena itu prosesnya akan lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan pendirian PT. Namun
demikian, dengan tidak didahuluinya dengan pengecekan nama CV, menyebabkan nama CV sering sama
antara satu dengan yang lainnya.
Pada waktu pendirian CV, yang harus dipersiapkan sebelum datang ke Notaris adalah adanya
persiapan mengenai:
41
3. Siapa yang akan bertindak selaku Persero aktif, dan siapa yang akan bertindak selaku persero
diam.
4. Maksud dan tujuan yang spesifik dari CV tersebut (walaupun tentu saja dapat mencantumkan
maksud dan tujuan yang seluas-luasnya).
Untuk menyatakan telah berdirinya suatu CV, sebenarnya cukup hanya denganakta Notaris tersebut,
namun untuk memperkokoh posisi CV tersebut, sebaiknya CV tersebut di daftarkan pada Pengadilan
Negeri setempat dengan membawa kelengkapan berupa Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP)
dan NPWP atas nama CV yang bersangkutan. Apakah itu akta, SKDP, NPWP dan pendaftaran
pengadilan saja sudah cukup? Sebenarnya semua itu tergantung pada kebutuhannya. Dalam
menjalankan suatu usaha yang tidak memerlukan tender pada instansi pemerintahan, d an hanya
digunakan sebagai wadah berusaha, maka dengan surat-surat tersebut saja sudah cukup untuk
pendirian suatu CV. Namun, apabila menginginkan ijin yang lebih lengkap dan akan digunakan untuk
keperluan tender, biasanya dilengkapi dengan surat-surat lainnya yaitu:
Pengurusan ijin-ijin tersebut dapat dilakukan bersamaan sebagai satu rangkaian dengan pendirian CV
dimaksud, dengan melampirkan berkas tambahan berupa:
Sebagai catatan berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta, untuk wilayah Jakarta, yang dapat digunakan
sebagai tempat usaha hanyalah Rumah toko, pasar atau perkantoran. Namun ada daerah-daerah tertentu
yang dapat digunakan sebagai tempat usaha yang tidak membayakan lingkungan, asalkan mendapat
persetujuan dari RT/RW setempat
4. Pas photo ukuran 3X4 sebanyak 4 lembar dengan latar belakang warna merah
Jangka waktu pengurusan semua ijin-ijin tersebut dari pendirian sampai dengan selesai lebih kurang
selama 2 bulan.
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 18 KUHD : "Dalam Perseroan Firma, tiaptiap pesero bertanggung
jawab secara tanggung renteng untuk seluruhnya atas segala perikatan dari peseronya". Tanggung
jawab renteng yang dimaksud dalam Pasal 18 KUHD tersebut adalah merupakan harta kekayaan
Perseroan Firma ditambah dengan harta kekayaan pribadi peseronya. Dalam Perseroan Firma bukan
tanggung jawab terbatas tetapi tanggung jawab renteng, jadi salah satu syarat atau karakter Badan
42
Hukum tidak terpenuhi. Demikian pula halnya dengan Perseroan Komanditer (CV), ka rena Firma hampir
sama dengan Perseroan Komanditer (CV).
Dalam perseroan dibawah Firma, para pesero bertanggung jawab renteng dengan seluruh kekayaannya
terhadap semua hutang perseroan dengan tidak dipersoalkan apakah tindakan itu merupakan tindakan
mereka sendiri atau tindakan dari salah seorang pesero lainnya. Sedangkan dalam Perseroan Komanditer
bertanggung jawab terbatas pada uang yang dimasukkan/diserahkan pada perseroan itu (untuk pesero
komanditer).
Apabila dikaji ketentuan Pasal 19 sampai dengan 21 Kitab UndangUndang Hukum Dagang yang
mengatur tentang Firma, jelaslah bahwa Perseroan Komanditer adalah Firma dengan bentuk khusus.
Kekhususannya itu terletak pada eksistensi pesero komanditer yang tidak ada pada Firma. Firma hanya
mempunyai sekutu aktif yang disebut firmant.
Hubungan intern diantara sekutu biasa/pengurus (gewone vennoot) selain memasukkan uang atau
benda ke dalam perseroan juga memasukkan tenaga dalam rangka mengurus/menjalankan
perseroan. Disamping itu, sekutu biasa/ pengurus juga memikul tanggung jawab tidak terbatas atas
kerugian yang diderita perseroan dalam usahanya, kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian
perseroan. Sedangkan sekutu komanditer, tidaklah dibebani kerugian yang lebih dari jumlah modal
yang dimasukkannya. “Kedudukan hukum Perseroan Komanditer (CV) dikenal dalam keadaan statis,
tunduk sepenuhnya dalam Hukum Perdata, demikian pu la dalam keadaan bergeraknya".
Kedudukan hukum Perseroan Komanditer (CV) dalam keadaan statis dimaksudkan semua perbuatan
dan perhubungan hukum intern Perseroan Komanditer (CV), seperti antara lain perbuatan hukum
pendirian Perseroan Komanditer (CV) yang dilakukan dihadapan Notaris berdasarkan ketentuan Pasal
22 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, perhubungan hukum intern Perseroan Komanditer
(CV) antara persero pengurus maupun persero komanditer. Kedudukan hukum Perseroan Komanditer
(CV) dalam keadaan bergeraknya dimaksudkan setiap perbuatan dan hubungan hukum keluar (extern)
dengan pihak ketiga yang mengikat Perseroan Komanditer (CV).
Bagaimanapun dalam kenyataan praktek ada yang dinamakan "harta kekayaan perseroan" yaitu
harta kekayaan yang disisihkan oieh masing-masing sekutu dari harta kekayaan pribadinya yang
dimasukkan dalam perseroan akan wujud "inbreng". Termasuk pula segala hasil yang timbul dari ibreng
ini. Menurut Rudhi Prasetya lebih lanjut, perseroan dijadikan salah satu tergugat. Kalimat ini
mengandung makna disamping perseroan mutlak tergugat pula para sekutu atau beberapa orang
dari sekutu. Yang penting dari hal harta kekayaan sekutu pribadi (vide Pasal 18 KUHD) dapat
dituntut dalam perkara ini.
Tanggung jawab terbatas itu diberikan oleh Undang-Undang (Pasal 20 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang) apabila pesero komanditer itu memenuhi ketentuanketentuan sebagai berikut :
1. Nama pesero komanditer tidak dibenarkan dipakai pada waktu pembentukan perseroan itu,
terkecuali yang ditentukan dalam Pasal 30 Kitab UndangUndang Hukum Dagang.
2. Pesero Komanditer tidak dibenarkan melakukan tindakan-tindakan dalam Perseroan Komanditer
(CV) atau melakukan sesuatu pekerjaan kepengurusan dalam perusahaan itu.
3. Pesero Komanditer tidak ikut memikul kerugian lebih dari pada jumlah uang yang telah dimasukannya
43
Apabila syarat-syarat yang disebut di atas tersebut melanggar, maka hilanglah sifat tanggung jawab
terbatas itu dan Pesero Komanditer itu bertanggung jawab renteng bersama-sama dengan Pesero
Komplementer mengenai seluruh utang dan perjanjian perseroan. "Pesero-pesero pengurus (pesero
komplementer) mendapat bagian dari keuntungan yang jumlahnya seimbang dengan modal yang
telah disetorkannya sedangkan pesero pendiam (pesero komanditer) hanya mendapat bunga yang
jumlahnya tetap dan tidak tergantung pada hasil -hasil perusahaan"
Pelanggaran hal tersebut diatas maka Perseroan Komanditer (CV) menjadi Firma, para pesero
bertanggung jawab renteng dengan seluruh kekayaannya terhadap semua hutang perseroan dengan
tidak dipersoalkan apakah tindakan itu merupakan tindakan mereka sendiri atau tindakan dari salah
seorang pesero lainnya. Sedangkan dalam Perseroan Komanditer (CV) bertanggung jawab terbatas
pada uang yang dimasukkan/diserahkan pada perseroan itu (untuk pesero komanditer).
Menurut Wirjono Prodjodikoro bahwa: “ Akibat dari pertanggungjawaban setiap sekutu untuk
seluruhnya atas perikatan-perikatan dari persekutuan Firma ialah bahwa yang dapat digugat di muka
Pengadilan adalah persekutuannya maupun setiap sekutu”.
Karena pada hakekatnya persekutuan komanditer adalah persekutuan perdata, maka berakhirnya
persekutuan komanditer adalah sama dengan persekutuan perdata yang diatur dalam Pasal 1646
sampai dengan 1652 KUHPerdata. Pasal 1646 KUH Perdata menyebutkan bahwa paling tidak ada 4
hal yang menyebabkan persekutuan berakhir yaitu, lewatnya masa waktu perjanjian persekutuan,
musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan, kehendak dari
sekutu, dan jika salah seorang sekutu meninggal at au ditaruh di bawah pengampuan atau dinyatakan
pailit.
Karena persekutuan komanditer pada hakikatnya adalah persekutuan perdata (Pasal 16 KUH Dagang),
maka mengenai berakhirnya persekutuan komanditer sama dengan berakhirnya persekutuan perdata
dan persekutuan firma (Pasal 1646 s/d 1652 KUH Perdata). Akta Otentik Pendirian Persekutuan
Komanditer saat ini pada umumnya mencantumkan ketentuan mengenai tidak berakhirnya Persekutuan
dalam hal salah satu Sekutu dinyatakan Pailit. Secara logika, ketentuan tersebut bertentangan dengan
ketentuan dalam KUH Perdata sedangkan perjanjian yang bertentangan dengan Undang Undang adalah
batal demi hukum. Secara logika, berakhirnya Persekutuan Komanditer dalam keadaan Sekutu Pailit
adalah akibat dari persatuan inbreng yang dilakukan.
Padahal Pailit mengharuskan sita atas semua harta milik Debitor. Dari konsep ini terlihat pembubaran
persekutuan bermaksud untuk memisahkan harta sekutu Debitor sebagai budle pailit dari inbreng yang
ada.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
44
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan persekutuan komanditer !
D. GLOSARIUM
CV atau Comanditaire Venootschap adalah bentuk usaha yang merupakan salah satu
alternatif yang dapat dipilih oleh para pengusaha yang ingin melakukan kegiatan usaha
45
KOPERASI
( MODUL 6 )
Kata koperasi berasal dari bahasa latin yaitu coopere yang dalam bahasa Inggris disebut cooperation dan
cooperative Koperasi berasal dari kata co dan operation yang mengandung arti bekerja sama untuk
mencapai tujuan. Koperasi diatur dalam UndangUndang No.25 Tahun 1992 tentang perkoperasian.
Undang-Undang ini mencabut berlakunya Undang-Undang No.14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok
Perkoperasian.
Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.25 Tahun 1992 dinyatakan bahwa: “ Koperasi badan
hukum yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan”.
Menurut Munir Fuady bahwa: “Koperasi merupakan suatu badan usaha yang berbentuk badan
hukum yang anggotanya terdiri dari orang perorangan atau badan hukum koperasi dimana
kegiatannya didasarkan atas prinsip ekonomi kerakyatan berdasarkan atas asas kekeluargaan untuk
mencapai tujuan kemakmuran anggota”.
Sedangkan menurut Kasmir bahwa: ”Koperasi adalah sekumpulan otonom dari orang - orang yang
yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan partisipasi-partisipasi
ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang mereka miliki dan bersama-sama
mereka kendalikan secara demokratis.”
Selanjutnya Munir Fuady menyatakan bahwa: “Koperasi merupakan bentuk usaha yang sarat dengan
visi, misi, dan tujuan-tujuan yang ideal, sehingga sangat mulia jika koperasi ini dapat berkembang
pesat sebagaimana juga dengan usaha -usaha swasta atau
Lebih lanjut Munir Fuady menegaskan bahwa: “Koperasi dianggap sebagai salah satu sokoguru ekonomi
Indonesia disamping sokoguru yang lain berupa Badan Usaha Milik Negara dan Usaha Swasta. Dalam
suatu koperasi terdapat anggota-anggotanya dimana rapat dari anggota merupakan organ koperasi yang
tertinggi dengan kewenangan yang tinggi pula”.
Menurut Tiktik Sartika Pratomo bahwa: ”Koperasi bisa juga didefinisikan sebagai organisasi yang didirikan
dengan tujuan bersama untuk menunjang kepentingan ekonomi para angotanya melalui suatu
perusahaan bersama”.
Jadi koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya.
46
Menurut Hendar dan Kusnadi bahwa: “Koperasi adalah Badan usaha yang beranggotakan orang-
seorang atau badan-badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan”.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam PSAK No.27 bahwa: “Koperasi Koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orangseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan”.
Berdasarkan pasal 4 UU No. 17 Tahun 2012 tentang tujuan koperasi yaitu ”Koperasi bertujuan
meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan
berkeadilan”. Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada
umumnya, serta membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 04 Tahun 2012 bahwa: Koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan berlandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan
asas kekeluargaan. Berdasar atas asas kekeluargaan.” Asas ini mengandung arti bahwa diperlukan adanya
kesadaran dari setiap anggota koperasi untuk melaksanakan segala sesuatu kegiatan yang terjadi
dalam koperasi sesuai dengan asaa kekeluargaan tersebut, setiap anggota koperasi memiliki hak dan
kewajiban yang sama. Tujuan koperasi seperti yang tercantun dalam Undang–Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian Pasal 3, “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945
Berdasarkan pasal 5 ayat 1 UU No.17 Tahun 2012 nilai yang mendasari kegiatan koperasi, yaitu :
a. Kekeluargaan;
b. Menolong diri sendiri;
c. Bertanggung jawab;
d. Demokrasi;
e. Persamaan;
f. Berkeadilan; dan
g. Kemandirian.
Nilai yang diyakini anggota koperasi berdasarkan pasal 5 ayat 2 UU No.17 Tahun 2012, yaitu :
a. Kejujuran;
b. Keterbukaan;
c. Tanggung jawab; dan
d. Kepedulian terhadap orang lain.
Berdasarkan pasal 6 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2012 koperasi melaksanakan prinsip yaitu meliputi :
47
a. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka;
b. Pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis;
c. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi;
d. Koperasi e. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengawas,
pengurus dan karyawannya serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri,
kegiatan dan kemanfaatan koperasi;
e. Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan koperasi dengan bekerja
sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional; dan
f. Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui
kebijakan yang disepakati oleh anggota.
Prinsip-prinsip koperasi yang tercantum dalam Undang–Undang Nomor 25 Tahun 1992 adalah:
Menurut Hendrojogi bahwa: “Prinsip-prinsip koperasi adalah pedoman bagi koperasi-koperasi dalam
melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktik. Prisnip-prinsip koperasi tersebut adalah sebagai berikut“:
Koperasi adalah organisasi yang bersifat sukarela, terbuka bagi semua orang yang bersedia
menggunakan jasa-jasanya dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa
membedakan jenis kelamin (gender), latar belakang sosial, ras, politik atau agama.
Koperasi adalah organisasi demokratis yang diawasi oleh para anggotanya, yang secara aktif
menetapkan kebijakan dan membuat keputusan. Pria dan wanita yang dipilih sebagai wakil
anggota bertanggung jawab kepada rapat anggota.
48
Para anggota memberikan kontribusi permodalan koperasi secara adil dan melakuka pengawan
secara demokratis (terhadap modal tersebut). Setidaktidaknya sebagian dari modal itu adalah milik
bersama koperasi. Apabila ada, para anggota biasanya menerima kompensasi yang terbatas atas
modal yang diisyaratkan untuk menjadi anggota. Para anggota mengalokasikan sisa hasil usaha
untuk beberapa atau semau dari tujuan berikut ini:
a. Mengembangkan koperasi mereka, dengan cara membentuk dana cadangan sebagian dari
padanya tidak dapat dibagikan
b. Membagikan kepada anggota seimbang dengan transaksi mereka dengan koperasi
c. Mendukung kegitan lainnya yang disahkan oleh rapat anggota
4. Otonomi dan kemandirian (Independence)
Koperasi adalah organisasi otonom, menolong diri sendiri serta diawasi oleh para anggotanya.
Apabila koperasi mengadakan perjanjian dengan organisasi lain, termasuk pemerintah atau modal
dari sumber luar, koperasi melakukanya berdasarkan persyaratan yang menjamin pengawasan
demokratis oleh para anggotanya dan yang mempertahankan otonomi mereka.
Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para anggota, wakilwakil anggota yang dipilih
oleh rapat anggota serta para menajer dan karyawan, agar mereka dapat melakukan tugasnya
lebih efektif bagi perkembangan koperasinya. Mereka memberikan penerangan kepada
masyarakat umum khususnya pemuda dan para pembentuk opini dimasyarakat tentang hakikat
perkoperasian dan manfaat berkoperasi.
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 ada empat jenis koperasi ebagai berikut:
49
4. Koperasi simpan pinjam, menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satusatunya yang melayani
anggota.
Suatu koperasi hanya dapat didirikan bila memenuhi persyaratan dalammendirikan koperasi. Syarat-
syarat pembentukan koperasi berdasarkan KeputusanMenteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia Nomor :104.1/Kep/M.Kukm/X/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembentukan, PengesahanAkta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperaso, adalah sebagai
berikut :
a. Koperasi primer dibentuk dan didirikan oleh sekurang-kurangnya dua puluh orangyang
mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama;
b. Pendiri koperasi primer sebagaimana tersebut pada huruf a adalah Warga NegaraIndonesia,
cakap secara hukum dan maupun melakuka perbuatan hukum
c. Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi harus layak secara ekonomi, dikelolasecara efisien
dan mampu memberikan manfaat ekonomi yang nyata bagi anggot
d. Modal sendiri harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha yang akandilaksanakan
oleh koperasi;
e. Memiliki tenaga terampil dan mampu untuk mengelola koperasi
Dalam Bab IV, Pasal 6 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Pekoperasian, “Pendirian
koperasi terdiri dari dua bentuk, yaitu Koperasi Primer dan Koperasi Sekunder. Koperasi Primer
adalah koperasi yang dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang, Sedangkan Koperasi
Sekunder adalah koperasi yang dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) Koperasi Primer.”
Tata Cara Pendirian Koperasi berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM RI Nomor
10/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Kelembagaan Koperasi :
50
6. Para pendiri wajib mengadakan rapat persiapan pembentukan koperasi yang membahas semua
hal yang berkaitan dengan :
7. Dalam rapat persiapan pembentukan koperasi dilakukan penyuluhan koperasi terlebih dahulu oleh
penyuluh perkoperasian baik dari instansi pemerintah maupun dari non pemerintah.
8. Dalam rapat pembentukan koperasi sebagaimana dimaksud dapat dihadiri oleh Notaris yang
terdaftar di Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
9. Notaris sebagaimana dimaksud mencatat pokok–pokok hasil pembahasan yang disepakatidalam
rapat pendirian untuk dirumuskan dalam akta pendirian.
10. Rapat pembentukan koperasi primer dihadiri oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang pendiri,
11. Rapat pembentukan koperasi sebagaimana dipimpin oleh seorang atau beberapa orang yang
ditunjuk oleh para pendiri.
12. Rapat pembentukan sebagaimana menetapkan anggaran dasar koperasi.
13. Anggaran dasar memuat sekurang-kurangnya:
a. daftar nama pendiri;
b. nama dan tempat kedudukan;
c. jenis koperasi;
d. maksud dan tujuan;
e. jangka waktu berdirinya;
f. keanggotaan;
g. jumlah setoran simpanan pokok dan simpanan wajib sebagai modal awal;
h. permodalan
i. rapat anggota;
j. pengurus;
k. pengawas;
l. pengelolaan dan pengendalian;
m. bidang usaha;
n. pembagian sisa hasil usaha;
o. ketentuan mengenai pembubaran, penyelesaian, dan hapusnya status badan hukum;dan p.
sanksi.
14. Hasil pelaksanaan Rapat Anggota pembentukan koperasi dibuat dalam :
a. berita acara rapat pendirian koperasi; atau merupakan badan usaha swadaya yang otonom dan
independen;
b. notulen rapat pendirian Koperasi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 46 dan 45 tentang Perkoperasian, bahwa:
51
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
2. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI Nomor
:123/KEP/M.KUKM/X/2004 tanggal 06 Oktober 2004
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 17 Tahun 1994 tanggal. 20 April 2004 tentang
Pembubaran Koperasi Oleh Pemerintah
Koperasi tidak memenuhi ketentuan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, dan atau tidak melaksanakan ketentuan dalam Anggaran Dasar Koperasi yang
bersangkutan. Kegiatan Koperasi bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan yg
dinyatakan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti;
atau Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang pasti ; atau Koperasi tidak melakukan kegiatan usahanya secara nyata selama dua tahun
berturut -turut terhitung sejak tanggal pengesahan Akta Pendirian
Dilakukan Penelitian oleh Dinas Koperasi PK dan M Kabupaten Pasuruan Setelah diadakan penelitian
oleh Dinas Koperasi PK dan M Kabupaten Pasuruan mengirim surat pemberitahuan kepada Pengurus.
Bila tidak ada keberatan dinas Koperasi segera mengeluarkan keputusan pembubaran dan selanjutnya
Membentuk Tim Penyelesai Memberitahukan pembubaran ke Kreditur oleh tiem penyelesai tagihan
mansimal 3 bulan Tim Penyelesai membuat Berita Acara Penyelesaian Pengumuman Pembubaran
Koperasi oleh Menteri koperasi dalam berita Negara Republik Indonesia
Apabila ada anggota yg keberatan maka dilakukan peninjauan ulang apakah surat keberatan tsb
bisa diterima atau ditolak dengan jangka waktu selama 15 hari sampai dengan 1 bulan.
1. Memutuskan Pembubaran
2. Menunjuk tim Penyelesai
Dinas Menerbitkan Keputusan Pembubaran Koperasi. Pengumuman Pembubaran oleh Menteri dalam
Berita Negara Republik Indonesia
Koperasi ataupun perusahaan pada umumnya memerlukan modal dalam jumlah dan peristiwa
tertentu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usahanya, yaitu:
52
1. Pada waktu didirikan dan hendak memulai usaha koperasi memerlukan modal dala m jumlah
minimum tertentu,
2. Pada waktu melakukan perluasan usaha memerlukan tambahan modal,
3. Pada waktu mengalami kesulitan yang hanya dapat diatasi dengan menambah modal.
Mekanisme dan cara penghimpunan modal pada koperasi tidak sama dengan cara penghimpunan modal
pada perusahaan pada umumnya. Pada koperasi tidak ada ketentuan yang mengharuskan adanya
minimum modal pada waktu didirikan, kecuali untuk Koperasi Simpan Pinjam (KSP) atau Unit Simpan
Pinjam (USP). Adanya ketentuan seperti itu tidak menggembirakan dan banyak ditentang oleh
kalangan KSP atau USP, karena dianggap memberatkan. Kebiasaan penghimpunan simpanan berangsur
secara berkala menyulitkan mekanisme penambahan modal yang diperluk an pada waktu tertentu.
Simpanan pokok merupakan syarat keanggotaan yang dibayar waktu masuk menjadi anggota, yang
umumnya dalam jumlah kecil. Simpanan wajib dibayar secara berkala, bulanan atau musiman,
memakan waktu lama untuk mencapai jumlah tertentu.
Selain itu juga disebabkan karena umumnya anggota koperasi tidak mempunyai kemampuan untuk
menyimpan dalam jumlah yang besar.
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh
anggota kepada Koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat
diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
b. Simpanan wajib;
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar
oleh anggota kepada Koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat
diambil kembali selama yang ber sangkutan masih menjadi anggota.
c. Dana cadangan;
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang
dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian Koperasi bila diperlukan
d. Hibah.
53
Menurut Riyanto bahwa: “Modal Koperasi ada 2 (dua) yaitu: Modal sendiri adalah modal yang berasal
dari perusahaan itu sendiri (cadangan laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik
(modal saham, modal peserta), dan yang dimaksud dengan modal asing adalah modal yang berasal
dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan
merupakan u tang yang harus dibayar kembali”.
(1) Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam satu tahun
buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun
buku yang bersangkutan.
(2) Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding
dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan Koperasi, serta
digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari Koperasi, sesuai
dengan keputusan Rapat Anggota.
(3) Besarnya pemukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.
SHU = TR – TC
Dimana SHU adalah Sisa Hasil Usaha, TR (total revenue) adalah total pendapatan koperasi dalam satu
periode dan TC (total cost) adalah total biaya koperasi dalam satu periode yang sama. Berdasarkan
persamaan tersebut akan ada tiga kemungkinan yang terjadi, yaitu:
1. Total pendapatan koperasi lebih besar dari total biaya-biaya koperasi sehingga terdapat sisa
hasil usaha yang surplus.
2. Total pendapatan koperasi lebih kecil dari total biaya-biaya koperasi sehingga terdapat sisa
hasil usaha yang defisit.
3. Total pendapatan koperasi sama dengan total biaya-biaya koperasi sehingga terdapat selisih hasil
usaha yang nihil atau berimbang.
Pendapatan koperasi adalah penerimaan koperasi atas kontribusi anggota koperasi bagi pengeluaran
biaya-biaya koperasi, maka apabila SHU Surplus berarti kontribusi anggota koperasi pada pendapatan
koperasi melebihi kebutuhan akan biaya riil koperasi.
Surplus tersebut dikembalikan oleh koperasi kepada para anggotanya. Apabila SHU Defisit berarti
kontribusi anggota koperasi terhadap pengeluaran untuk biaya koperasi lebih kecil dari pendapatan
koperasi. Apabila SHU Nihil atau Berimbang, maka koperasi harus memperbaiki kinerjanya agar dapat
meningkatkan pendapatannya untuk memperoleh SHU Surplus. Koperasi harus bekerja keras dan
melaksanakan kegiatannya secara efisien baik internal maupun sumber dayanya.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
54
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis Koperasi !
D. GLOSARIUM
Koperasi berasal dari kata co dan operation yang mengandung arti bekerja sama untuk
mencapai tujuan.
55
YAYASAN
( MODUL 7 )
Yayasan merupakan suatu badan hukum adalah suatu kenyataan, Undang-Undang No. 28 Tahun 2004
tentang perubahan UndangUndang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (Undang-Undang Yayasan)
telah memberikan kepastian hukum dan landasan hukum bagi perkembangan yayasan di Indonesia,
dengan landasan hukum tersebut dimaksudkan agar Yayasan tidak salah kelola yang dapat merugikan
tidak saja bagi Pendiri namun bagi pihak ketiga ataupun pihak yang berkepentingan.
Yayasan merupakan badan hukum apabila akta pendiriannya telah mendapat pengesahan dari
Menteri Hukum dan HAM RI. Ketentuan ini secara tegas telah diatur dalam Pasal 11 Ayat 1 UU
Yayasan. Oleh karena Yayasan merupakan badan hukum, maka Yayasan tersebut dapat melakukan
perbuatan hukum yang dalam hal ini diwakili oleh organ Yayasan. Dalam hal akta pendirian belum
mandapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM RI, maka akta pendirian tersebut merupakan
ikrar dari Pendiri Yayasan untuk (besama-sama) mendirikan Yayasan. Begitu juga apabila Yayasan yang
100belum mendapat pengesahan dari menteri Hukum dan HAM dalam melakukan perikatan dengan
pihak lainnya, maka perikatan tersebut dianggap dilakukan oleh para Pendiri secara pribadi dan tidak
mengikat Yayasan.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, istilah Yayasan adalah badan atau organisasi yang bergerak
di bidang sosial, keagamaan dan pendidikan yang bertujuan tidak mencari keuntungan. Beberapa
pakar hukum juga memberikan definisi tentang Yayasan diantaranya: Menurut Munir Fuady bahwa:
“Yang dimaksud dengan yayasan adalah suatu badan hukum yang tidak mempunyai anggota, yang
terdiri atas kekayaan yang disisihkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan-tujuan yayasan, yaitu
tujuannya dalam bidang-bidang sebagai berikut:
a. Sosial
b. Keagamaan
c. Kemanusiaan”.
Menurut Utrecht, yang di maksud dengan Yayasan ialah: “Tiap-tiap kekayaan yang tidak merupakan
kekayaan orang atau kekayaan badan dan yang diberi tujuan tertentu.” Sementara menurut Paul
Scholten, yang di maksud dengan Yayasan adalah: “Suatu badan hukum yang dilahirkan oleh suatu
pernyataan sepihak. Pernyataa n itu harus berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk suatu tujuan
tertentu, dengan penunjukan bagaimanakah kekayaan itu diurus dan digunakan”.
Berdasarkan pengertian Yayasan ini, Yayasan diberikan batasan yang jelas dan diharapkan masyarakat
dapat memahami bentuk dan tujuan pendirian Yayasan tersebut, sehingga tidak terjadi kekeliruan
persepsi tentang Yayasan dan tujuan diberikannya Yayasan yang bergeraknya terbatas di bidang
sosial, keagamaan dan kemanusiaan sehingga tidak dipakai sebagai kendaraan untuk mencari
keuntungan. Munir Fuady menyataka bahwa: “Karena yayasan merupakan badan hukum, maka
terhadap tindakan yang dilakukan untuk dan atas nama yayasan, hanya yayasan dan sebatas harta
benda yayasanlah yang dapat dimintakan tanggung jawabnya”.
56
Pengertian Yayasan menurut Pasal 1 ayat(1) dalam UU Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
adalah: “Badan Hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai
tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.”
Undang-undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 Jo Nomor 28 tahun 2004, Pasal 1 ayat (1) dengan tegas
menyebutkan bahwa, ”Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang
tidak mempunyai anggota.” Walaupun Undang-undang ini tidak secara tegas menyatakan Yayasan
adalah badan hukum non profit/nirlaba, namun tujuannya yang bersifat sosial, keagamaan dan
kemanusiaan itulah yang m enjadikan Yayasan sebagai suatu badan hukum non profit/nirlaba.
Menurut Munir Fuady bahwa: “Proses pendirian yayasan dilakukan melalui 4 (empat) tahap sebagai
berikut”:
Dapat saja yayasan dibuat berdasarkan surat wasiat dari orang yang sudah meninggal dunia. Jika
seseorang meninggal dunia dan mempunyai harta, sedangkan dia ingin agar harta tersebut
diabadikan untuk kepentingan kepentingan kemanusiaan, maka dia dapat berwasiat agar harta
tersebut dikelola oleh suatu yayasan. Jika ada wasiat seperti itu, para ahli waris wajib mengikuti
wasiat tersebut dalam arti memproses berdirinya yayasan yang demikian.
Suatu yayasan didirikan dengan suatu akta notaries yang disebut dengan akta pendirian yayasan.
Jika yayasan dibuat berdasarkan suatu surat wasiat, maka jika para ahli waris atau penerima
wasiat tidak memproses pendirian yayasan, atas permintaan yang berkepentingan, pengadilan
dapat memerintahkan para ahli waris atau penerima wasiat tersebut untuk , memproses pendirian
yayasan.
c. Tahap Pengesahan
Terhadap akta pendirian yang telah dibuat oleh notaries tersebut, yang di dalamnya terdapat
anggaran dasar yayasan, harus dimintakan pengesahannya kepada yang berwenang, dalam hal
ini adalah pengesahan dari Menteri Kehakiman. Setelah pengesahan diberikan, barulah yayasan
tersebut memperoleh statusnya sebagai suatu badan hukum, dengan tanggung jawab sebatas harta
yang disisihkan sebagai harta yayasan terseb ut.
d. Tahap Pengumuman
Akta pendirian yayasan yang telah disahkan oleh menteri haruslah diumumkan dalam tambahan
berita Negara Republik Indonesia. Maka sejak saat diumumkan dalam tambahan berita Negara ini,
pihak pengurus yayasan dibebaskan dari tanggung jawab secara pribadi atas kerugian yang
diderita oleh yayasan.
Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo UndangUndang Nomor 28 Tahun 2004
tentang Yayasan, belum ada keseragaman tentang cara mendirikan Yayasan. Pendirian Yayasan
hanya didasarkan pada kebiasaan dalam masyarakat, karena belum ada peraturan perundang-undangan
57
yang mengatur tentang tata cara mendirikan Yayasan. Menurut Chaidir Ali bahwa: “Di dalam hukum
perdata disyaratkan pada 2 (dua) aspek, yaitu “:
1. Aspek Material, yang terdiri dari satu, harus ada suatu pemisahan kekayaan, dua, suatu tujuan
yang jelas, tiga, adanya organisasi (nama, susunan dan badan pengurus)
2. Aspek Formal, yaitu pendirian yayasan dengan akta otentikSetelah berlakunya Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2001 jo UndangUndang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, maka suatu
yayasan dapat didirikan dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang. Ada tiga
tahap yang perlu diperhatikan dalam pendirian yayasan yaitu:
a. Proses Pendirian Yayasan
Di dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2004 telah dicantumkan dengan jelas syarat untuk didirikannya yayasan yaitu:
1. Didirikan oleh 1(satu) orag atau lebih
2. Ada kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pendirinya
3. Harus dilakukan dengan akta notaris dan di buat dalam Bahasa Indonesia
4. Harus memperoleh pengesahan Menteri
5. Diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
6. Tidak boleh memakai nama yang telah dipakai secara sah oleh Yayasan lain, atau
bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaam
7. Nama Yayasan harus didahului dengan kata Yayasan
Pengesahan akta Pendirian sebelum Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang –
Undang Nomor 28 Tahun 2004, tidak ada aturan yang mewajibkan yayasan melakukan
pengesahan akta pendiriannya kepada Menteri Kehakiman pada saat itu untuk memperoleh
status badan hukum yayasan. Akibatnya banyak yayasan tidak mengesahkan akta
pendirian yayasannya tersebut sehingga yayasan tersebut belum menjadi badan hukum.
Syarat mutlak untuk diakui sebagai badan hukum, yayasan harus mendapat pengesahan dari
pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia.
Namun setelah Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang – Undang Nomor
28 Tahun 2004 maka pembuatan akta pendirian yayasan dihadapan notaris harus mendapat
pengesahan yang dilakukan oleh Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia guna
memperoleh status badan hukum. Pengesahan akta pendirian ini merupakan kewajiban
hukum bagi pendiri yayasan. Tanpa ada pengesahan, bukan sebuah lembaga yayasan
namanya. Karena yang disebut yayasan, sesuai dengan pengertian Undang – Undang
Yayasan, adalah mutlak badan hukum. Oleh karena itu, tidak ada alasan sama sekali bagi
pendiri untuk tidak mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian kepada Menteri
karena segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh pengurus atas nama yayasan
sebelum yayasan memperoleh status badan hukum menjadi tanggung jawab pengurus
secara tanggung renteng.
58
c. Proses Pengumuman Yayasan sebagai Badan Hukum
Proses pengumuman yayasan sebagai badan hukum pada saat sebelum adanya Undang
– Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang –Undang Nomor 28 Tahun 2004, dilakukan
oleh pengurus yayasan, namun belum ada aturan – aturan yang memaksa untuk
mengumumkan yayasan tersebut sebagai badan hukum. Sehingga masyarakat tidak dapat
mengetahui kegiitan apa yang dilakukan oleh yayasan tersebut. Yayasan tidak bersifat
transparan pada saat itu .
Dalam ketentuan Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang – Undang Nomor 28 Tahun
2004, pengumuman dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia, bukan lagi dilakukan
oleh pengurus yayasan. Hal ini dikarenakan pada masa lalu banyak yayasan yang dengan sengaja
tidak mengajukan permohonan untuk menjadi badan hukum juga tidak melakukan pengumuman pada
Lembaran Berita Negara Republik Indonesia. Setelah yayasan memperoleh status badan hukum,
selanjutnya akta pendirian yang telah disahkan oleh Menteri Huku m dan Hak Azasi Manusia wajib
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Maksud dan tujuan pengumuman
tersebut, agar pendirian sebuah yayasan diketahui oleh masyarakat.
Menurut Munir Fuady bahwa: “Sebagaimana hanya dengan suatu perseroan terbatas, maka suatu
yayasan juga memiliki beberapa organ yayasan yang mirip -mirip dengan organ PT. Adapun yang
merupakan organ-organ dari suatu yayasan adalah sebagai berikut:
a. Pembina
Organ Pembina dalam suatu yayasan mirip dengan pemegang saham dalam suatu perseroan
terbatas. Kewenangan dari Pembina yayasan ini merupakan keseluruhan kekuasaan yayasan
yang tidak tercakup ke dalam kewenangan organ pengurus atau organ pengawas.
Adapun yang merupakan kewenangan organ Pembina dari suatu yayasan yang terpenting adalah sebagai
berikut :
Pembina dari suatu yayasan wajib menyelenggarakan rapat Pembina sekurangkurangnya 1 (satu) kali
dalam setahun yang disebut dengan rapat tahunan.
b. Pengurus
Organ pengurus dalam suatu yayasan mirip dengan Direksi dalam suatu perseroan terbatas.
Yakni organ yang melaksanakan tugas-tugas kepengurusan (eksekutif) dari suatu yayasan.
Anggota Pengurus diangkat, diberhentikan dan diganti oleh rapat Pembina sesuai dengan
anggaran dasar yayasan. Susunan pengurus yayasan sekurang-kurangnya terdiri dari :
1) Seorang Ketua
59
2) Seorang Sekretasi
3) Seorang Bendahara
c. Pengawas
Organ pengawas dalam suatu yayasan mirip dengan organ komisaris dalam suatu perseroan
terbatas. Yakni organ yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasehat
kepada pengurus dalam menjalankan tugas-tugas kepengurusannya. Setiap yayasan wajib
mempunyai sekurang kurangnya 1 (satu) orang pengawas. Pengangkatan, pemberhentian
dan pergantian pengawas dilakukan berdasarkan keputusan rapat Pembina menurut tata cara
yang diatur dalam anggaran dasar dari yayasan tersebut.
Sebagai sebuah organisasi dalam hukum, segala tindakan dari yayasan diwakilkan oleh organ-organ
pengurusnya, apa yang diputuskan oleh organ tersebut adalah keputusan dari yayasan. Tidak ada
keharusan bagi pendiri untuk menjadi Pembina, tetapi hanya disinilah Undang-Undang memberikan
ruang bagi Pendiri Yayasan untuk dapat berkecimpung dalam Yayasan. Pembina Yayasan diberikan
kedudukan yang cukup tinggi. Kewenangan yang dimaksud diatur dalam Pasal 28 Ayat 2 yang meliputi:
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan tidak mengatur ketentuan mengenai
tanggung jawab atas tindakan para Pendiri sebelum diberikan pengesahan oleh Menteri Hukum dan
HAM RI. Kemudian pemerintah menambahkan aturan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004
tentang Yayasan, namun tanggung jawab untuk tindakan tersebut terletak pada Pengurus sebagaimana
diatur dalam Pasal 13 A yaitu: “Perbuatan hukum yang dilakukan oleh Pengurus atas nama Yayasan
sebelum Yayasan memperoleh status badan hukum menjadi tanggung jawab Pengurus secara
tanggung renteng.”
Ketentuan pembubaran badan hukum Yayasan diatur dalam Bab X, Pasal 62-68 Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Beberapa alasan yang dapat membubarkan Yayasan yaitu:
1. Jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar berakhir. Untuk suatu yayasan yang
ditetapkan jangka waktu berdirinya, maka yayasan tersebut akan secara otomatis bubar jika
jangka waktu yang sudah ditetapkan berakhir.
2. Tujuan Yayasan yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah tercapai atau tidak tercapai.
3. Putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap berdasakan alasan:
a. Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan
b. Tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit
c. Harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi utang setelah pernyataan pailit
dicabut
Dalam hal yayasan bubar sebagaimana di maksud dalam nomor 1 dan 2 maka pembina menunjuk
likuadator untuk membereskan kekayaan yayasan. Dalam hal tidak ditunjuk likuidator, maka
60
Pengurus bertindak selaku likuidator. Dalam hal Yayasan bubar, Yayasan tidak dapat melakukan
perbuatan hukum, kecuali untuk membereskan kekayaan dalam proses likuidasi. Dalam hal yayasan
sedang dalam proses likuidasi, untuk semua surat keluar dicantumkan frasa “dalam likuidasi” di belakang
nama yayasan.
Pembubaran yayasan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan rapat pembina yang dihadiri
paling sedikit ¾ (tiga per empat) dari jumlah anggota pembina dan disetujui paling sedikit ¾ (tiga per
empat) dari jumlah pembina yang hadir . Dalam hal yayasan bubar karena putusan pengadilan,
maka pengadilan juga menunjuk likuidator.
Dengan demikian, pihak ketiga yang akan melakukan perbuatan hukum dengan yayasan tersebut atau
penjualan atas asset-asset yayasan dapat tetap dilakukan melalui perantaraan likuidator yayasan di
maksud.
Dalam hal pembubaran yayasan karena pailit, maka berlaku peraturan perundang - undangan di bidang
kepailitan. Ketentuan mengenai penunjukan, pengangkatan, pemberhentian sementara,
pemberhentian, wewenang, kewajiban, tugas dan tanggung jawab serta pengawasan terhadap
pengurus berlaku juga bagi likuidator. Likuidator atau kurator yang ditunjuk untuk melakukan
pemberesan kekayaan Yayasan yang bubar atau dibubarkan, paling lambat 5 (lima) hari terhitung sejak
tanggal penunjukan wajib mengumumkan pembubaran Yayasan dan proses likuidasinya dalam surat
kabar harian berbahasa Indonesia.
Likuidator atau kurator dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
proses likuidasi berakhir, wajib mengumumkan hasil likuidasi dalam surat kabar harian berbahasa
Indonesia. Likuidator atau kurator dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
proses likuidasi berakhir wajib melaporkan pembubaran Yayasan kepada Pembina. Dalam hal laporan
mengenai pembubaran Yayasan dan pengumuman hasil likuidasi tidak dilakukan, bubarnya Yayasan
tidak berlaku bagi pihak ketiga.
Begitu banyak yayasan yang sudah berdiri sebelum diberlakukannya Undang –Undang Yayasan, mau
tidak mau yayasan – yayasan yang telah lama berdiri sebelum adanya Undang – Undang Yayasan ini
harus mengikuti ketentuan terkait peralihan status sebagaimana yang dijabarkan dalam Pasal 71 Undang
– Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 adalah sebagai berikut :
1. Yayasan yang sudah ada sebelum Undang – Undang Yayasan berlaku tetap diakui sebagai badan
hukum jika telah didaftarkan dipengadilan negeri dan diumumkan dalam tambahan berita negara
Republik Indonesia atau didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan
kegiatan dari instansi terkait.
2. Artinya yayasan tersebut tetap diakui sebagai badan hukum tetapi wajib menyesuaikan
anggaran dasarnya dengan Undang – Undang Yayasan paling lama 3 tahun sejak tanggal efektif
undang – undang ini berlaku yaitu tanggal 6 Oktober 2005 atau sampai 6 Oktober 2008, yayasan
itu wajib menyesuaikan anggaran dasarnya.
3. Apabila anggaran dasar telah disesuaikan, penyesuaian tersebut harus diberitahukan kepada
Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia paling lama 1 (satu) tahun sejak penyesuaian anggaran
dasar itu dilakukan. Untuk yayas an yang diakui sebagai badan hukum tetapi tidak menyesuaikan
anggaran dasarnya dalam masa 3 (tiga) tahun, yakni paling lambat 6 Oktober 2008 dapat
dibubarkan berdasarkan putusan pengadilan ataspermohonan kejaksaan atau pihak yang
61
berkepentingan. Penyesuaian anggaran dasar dimaksudkan agar yayasan mengikuti kaidah –
kaidah yang ada pada Undang – Undang tersebut, karena didalam anggaran dasar akan
memuat penerapan undang – undang tersebut.
4. Yayasan yang telah didirikan dan tidak memenuhi kriteria sebagai badan hukum (tidak pernah
mendaftarkan ) dapat memperoleh status badan hukum dengan cara menyesuaikan anggaran
dasarnya, dan mengajukan permohonan kepada Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia dalam
jangka waktu paling lambat 1 tahun terhitung sejak 6 Oktober 2005.
5. Terhitung sejak tanggal 6 Oktober 2008, Departemen Hukum Dan Hak Azasi Manusia hanya
menerima pemberitahuan yayasan yang sudah menyesuaikan anggaran dasarnya sebelum
tanggal 6 Oktober 2008 .
6. Dalam pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang –
Undang tentang Yayasan perubahan Anggaran Dasar Yayasan yang diakui sebagai bada hukum
menurut ketentuan Undang – Undang dilakukan oleh organ yayasan sesuai dengan Anggran
Dasar Yayasan yang bersangkutan. Pemberitahuan perubahan Anggaran Dasar Yayasan
sebagaimana dimaksud dan telah disesuaikan dengan Undang – Undang disampaikan kepada
Menteri oleh Pengurus yayasan atau kuasanya melalui Notaris yang membuat akta perubahan
Anggaran Dasar Yayasan
7. Pasal 71 ayat (2) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 mengatur tentang kedudukan
yayasan yang telah didirikan sebelum Undang – Undang ini berlaku tetapi yayasan itu belum
diakui sebagai badan hukum. Yayasan yang belum diakui sebagai badan hukum ini dapat
memperoleh status badan hukum dengan cara menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan
ketentuan Undang – Undang dan mengajukan permohonan status badan hukum kepada
Menteri paling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 ini
mulai berlaku yaitu tanggal 6 Oktober 2006.
8. Menurut ketentuan Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008, yayasan yang
telah didirikan sebelum berlakunya Undang – Undang dan belum diakui sebagai badan hukum
dan tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana Pasal 71 ayat (2) Undang – Undang, harus
mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian untuk memperoleh status badan hukum
kepada menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia oleh pendiri atau kuasanya melalui notaris
yang membuat akta pendirian yayasan. Isi premise Akta Pendiriannya disebutkan asal usul
pendirian yayasan termasuk kekayaan yayasan yang bersangkutan. Perbuatan hukum yang
dilakukan yayasan sebelum memperoleh status badan hukum menjadi tanggung jawab pribadi
anggota organ yayasan secara tanggung renteng.
9. Bila ketentuan ini tidak dipenuhi, yayasan yang telah didirikan tetapi belum memenuhi
ketentuan Pasal 71 ayat (3) atau yayasan yang tidak pernah mendaftarkan, maka akibat
hukumnya yang terjadi adalah yayasan – yayasan tersebut sebagai subyek hukum menjadi
hilang dan yayasan tersebut ti dak boleh menggunakan kataYayasan” di depan namanya, dan
diberi kesempatan untuk membubarkan diri atau melikuidasi kekayaan Yayasan serta
menyerahkan sisa hasil likuidasi sesuai dengan ketentuan yang ada pada Pasal 68 Undang –
Undang Nomor 16 Tahun 2004 hal ini tentu saja mempunyai akibat hukum bagi perjanjian –
perjanjian yang ditandatangani maupun harta kekayaan yang dimiliki maupun yang dikuasai.. Hal
lain yang dapat dilakukan adalah membatalkan akta pendirian yang belum didaftarkan di
pengadilan jika ya yasan tersebut belum melaksanakan kegiatan usaha.
62
10. Bila batas waktu penyesuaian anggaran dasar yayasan yaitu tanggal 6 Oktober 2008 telah
lawat, oleh Undang – Undang maka yayasan tersebutdapat dibubarkan dan tidak dapat
menggunakan kata yayasan didepan namanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008. Apabila yayasan ingin melanjutkan kegiatannya
harus mendirikan yayasan baru dengan memakai nama yayasan lama yang dalam status
“Yayasan dalam likuidasi” dan setelah dilikuidasi sisa hasil likuidasi diserahkan kepada yayasan
yang
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
D. GLOSARIUM
Aspek Material, yang terdiri dari satu, harus ada suatu pemisahan kekayaan, dua, suatu tujuan yang jelas,
tiga, adanya organisasi (nama, susunan dan badan pengurus)
Likuidator adalah orang yang ditunjuk atau diangkat menjadi penyelenggara likuidasi
Likuidasi adalah Pembubaran perusahaan sebagai badan hukum yang meliputi pembayaran kewajiban
kepada para kreditor dan pembagian harta yang tersisa kepada para pemegang saham”
63
PERSEROAN TERBATAS (PT)
( MODUL 8 )
Wicaksono, Frans Satrio mengatakan bahwa: “Perseroan terbatas merupakan salah satu pilar
pembangunan perekonomian nasional . Perseroan terbatas merupakan badan hukum yang didirikan
berdasarkan perjanjian untuk melakukan kegiatan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan
dengan prinsip-prinsip keadilan dalam berusaha”.
Menurut Abbdulkadir Muhammad bahwa: “Istilah Perseroan menunjuk kepada cara menentukan
modal, yaitu terbagi dalam saham, dan istilah “terbatas” menunjuk kepada batas tanggung jawab
pemegang saham, yaitu sebatas jumlah nominal saham yang dimiliki”.
Menurut Abbdulkadir Muhammad bahwa: “Konsep perseroan terbatas dirumuskan dalam Pasal 1
angka 1 UU No. 40 Tahun 2007 yang memberikan pengertian bahwa perseroan terbatas, yang selanjutnya
disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham
dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya. Istilah “perseroan” menunjuk pada cara mene ntukan modal, yaitu terbagai dalam
saham,sedangkan istilah “terbatas” menunjuk pada batas tanggung jawab pemegang saham, yaitu
hanya sebatas jumlah nominal saham yang dimiliki”.
Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, perseroan terbatas yang
selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya. Yahya Harahap bahwa: “Hukum perseroan terbatas pada masa lalu disebut
Naamloze Vennootschap (company limited by shares)”. Pada mulanya hukum tersebut diatur dalam
Pasal 36 hingga Pasal 56 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Menurut C.S.T. Kansil, dan Christine S.T. Kansi bahwa : “Perseroan Terbatas adalah suatu bentuk
perseroan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan modal perseroan tertentu
yang terbagi-bagi atas saham-saham, dalam mana pemegang saham (persero) ikut serta dengan
mengambil satu saham atau lebih dan melakukan perbuatan-perbuatan hukum dibuat oleh nama
bersama, dengan tidak bertanggung jawab sendiri untuk persetujuan-persetujuan persero itu (dengan
tanggung jawab yang semata-mata terbatas pada modal yang mereka setorkan)”.
Berdasarkan pengertian tersebut maka untuk dapat disebut sebagai perusahaan perseroan menurut
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 maka harus memenuhi unsurunsur sebagai berikut:
64
a. Berbentuk badan hukum
b. Didirikan atas dasar perjanjian
c. Melakukan kegiatan usaha
d. Modal dasar yang terbagi-bagi atas saham
e. Memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 serta
peraturan pelaksanaannya.
Eksistensi Perseroan Terbatas sebagai badan hukum di dalam peraturan hukum yang berlaku di
Indonesia dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas, bahwa: “Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan
adalah badanhukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkanperjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yangseluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan
yangditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanannya”.
Kemudian Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 menyatakan bahwa: “Perseroan
memperoleh status badan hukum padatanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai
pengesahan badanhukum perseroan”.
Secara definitif, istilah Perseroan Terbatas menurut H.M.N Purwosutjipto, bahwa: “Perseroan Terbatas
adalah Persekutuan yang berbentuk badan hukum, badan hukum ini tidak disebut “persekutuan” tetapi
“perseroan sebab, modal badan hukum terdiri dari sero-sero atau saham-saham.Istilah “terbatas”
tertuju pada tanggung jawab persero atau pemegang saham yang luasnya terbatas pada nilai-nilai
nominal semua saham yang dimilikinya.”
Pendapat lain, antara lain Ali Rido berpendapat, bahwa: “Perseroan Terbatas adalah suatu bentuk
perusahaan yang berbentuk badan hukum yang menjalankan perusahaan, didirikan dengan suatu
perbuatan hukum bersama oleh beberapa orang dengan modal tertentu yang terbagi atas saham-
saham dimana para anggota dapat memiliki satuatau lebih saham dan tanggung jawab terbatas sampai
dengan bagian saham yang dimiliki.”
Dari pengertian Perseroan Terbatas dalam Pasal 1 UUPT, dapat disimpulkan bahwa ciri - ciri Perseroan
Terbatas adalah sebagai berikut :
Dalam hukum Indonesia dikenal bentuk-bentuk usaha yang dinyatakan sebagai badan hukum dan
bentuk-bentuk usaha yang bukan badan hukum.
Bentuk usaha yang merupakan badan hukum adalah: Perseroan Terbatas, Yayasan dan Koperasi.
Sedangkan bentuk usaha yang Bukan Badan Hukum adalah sebagai berikut : Usaha Perseorangan,
Firma, Commanditaire Vennotschap (CV), Persekutuan Perdata (Maatschap).
Perbedaan yang mendasar antara badan usaha badan hukum dan badan usaha bukan Badan Hukum
adalah dalam badan usaha badan hukum terdapat pemisahan harta kekayaan dan pemisahan tanggung
jawab secara hukum antara pemilik badan usaha badan hukum dengan badan hukum tersebut
sendiri. Sedangkan dalam badan usaha bukan badan hukum secara prinsip tidak ada pemisahan
65
harta kekayaan dan pemisahan tanggung jawab secara hukum antara pemilik dan badan usaha itu
sendiri.
Perseroan Terbatas harus didirikan berdasarkan perjanjian, maka Perseroan Terbatas minimal harus
didirikan oleh paling sedikit 2 (dua) pihak.
Fungsi didirikannya suatu Perseroan Terbatas adalah untuk melakukan kegiatan usaha. Dalam mendirikan
Perseroan Terbatas harus dibuat Anggaran Dasar Perseroan Terbatas yang didalamnya tertulis maksud,
tujuan dan kegiatan usaha yang akan dilakukan oleh Perseroan Terbatas.
Salah satu karakteristik dari Perseroan Terbatas adalah modal yang terdapat didalamnya terbagi
atas saham. Suatu Pihak yang akan mendirikan Perseroan Terbatas harus menyisihkan sebagian
kekayaannya menjadi kekayaan/aset dari Perseroan Terbatas. Kekayaan yang disisihkan oleh pemilik
tersebut menjadi modal dari Perseroan Terbatas yang dinyatakan dalam bentuk saham yang
dikeluarkan oleh Perseroan Terbatas tersebut
5. Harus Memenuhi Persyaratan yang Ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 serta
Peraturan Pelaksananya.Undang-Undang Perseroan Terbatas sampai saat ini adalah dasar hukum
yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas di Indonesia. Namun sehubungan dengan
PerseroanTerbatas harus diperhatikan pula peraturan pelaksana yang terkait dengan Undang-
Undang Perseroan Terbatas.
Perseroan Terbatas mempunyai jenis-jenis Perseroan yang terbagi menurut modal atau saham dan orang
yang ikut dalam Perseroan tersebut, sebagaimana berikut dibawah ini:
1. Perseroan Terbuka Perseroan terbuka adalah Perseroan yang terbuka untuk setiap orang.
Seseorang dapat ikut serta dalam modalnya dengan membeli satu/ lebih surat saham
lazimnya tidak tertulis atas nama.
2. Perseroan Tertutup Perseroan Tertutup ialah perseroan dimana tidak setiap orang dapat ikut
serta dalam modalnya dengan membeli satu atau bebe rapa saham. Suatu kriteria untuk
dapat mengatakan adanya perseroan tertutup ialah bahwa surat sahamnya seluruhnya
dikeluarkan atas nama PT. Dalam akta pendirian sering dimuat ketentuannya yang mengatur
siapa -siapa yang diperkenankan ikut dalam modal. Yang sering terjadi ialah bahwa yang
diperkenankan membeli surat saham ialah hanya orangorang yang mempunyai hubungan
tertentu, misalnya hubungan keluarga.
3. Perseroan Publik. Perseroan Publik terdapat pada Pasal 1 angka 8 UUPT, yang berisi
Perseroan Publik adalah Perseroan yang memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan
modal disetor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
66
Menjelaskan Tentang Pendirian Perseroan Terbatas (PT)
Untuk mendirikan Perseroan terbatas, harus dipenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh UU No. 40
Tahun 2007. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :
Ada lima Prosedur yang harus dilalui oleh suatu perseroan. Kelima prosedur tersebut adalah:
67
Menurut Pasal 1 angka 4 Undang-undang No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
RUPS adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau
anggaran dasar. RUPS dalam hal ini terdiri dari para pemegang saham yang menanamkan
modalnya di Perseroan tersebut.Pemegang saham (shareholder) adalah para penyetor modal
Perseroan dengan tanpa dibebani tanggung jawab kepengurusan Perseroan.Kepengurusan suatu
Perseroan akan dilakukan oleh direksi dan komisaris.
1. Menyetujui perbuatan hukum Perseroan yang dilakukan oleh semua Direksi, semua Komisaris
dan semua pendiri atas nama Perseroan yang dihadiri oleh semua pemegang saham.pasal 14
ayat (4);
2. Menetapan perubahan Anggaran Dasar,pasal 19 ayat (1);
3. Menyetujui laporan tahunan termasuk pengesahan laporan keuangan serta laporan tugas
pengawasan Komisaris,pasal 69 ayat (1);
4. Menetapkan pembagian tugas dan wewenang antaranggota Direksi, pasal 92 ayat (1);
5. Memberi persetujuan Direksi untuk :
1) mengalihkan kekayaan Perseroan; atau
2) menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan;
3) persetujuan ini diperlukan apabila lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan
bersih Perseroan dalam1 (satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain
maupun tidak, pasal 102 ayat (1);
6. Menggangkat Komisaris, pasal 111 ayat (1).
b. Direksi
Pasal 1 angka 5 UU PT menyebutkan Direksi suatu Perseroan berwenang dan bertanggung jawab penuh
atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan
serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar. Tugas direksi Perseroan dijelaskan dalam Pasal 92 ayat (1), (2) dan Pasal 97 Ayat (2) UU PT yaitu
menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam undang-
undang dan/atau anggaran dasar dengan iktikadbaik dan penuh tanggung jawab. Saat direksi mewakili
Perseroan baik di dalam maupundi luar pengadilan disebut sebagai tugas representasi sedangkan saat
direksi mengurus Perseroan dengan menjalankan kepemimpinan Perseroan, disebut sebagai tugas
manajemen.
Direksi adalah organ yang Undang-Undang berikan hak dan kewajiban diberikan tugas
melakukan/melaksanakan kegiatan pengurusan dan perwakilan untuk dan atas nama perseroan, dan
bagi kepentingan perseroan, dibawah pengawasan Dewan Komisaris. Mengenai hal ini, dinyatakan oleh
Gunawan Widjaya, bahwa: “Walaupun demikian, organ perseroan itu sendiri adalah juga sesuatu
yang fiktif. Untuk menjadikannya suatu hal yang konkrit, maka organ-organ tersebut dilengkapi dengan
anggota yang merupakan orang-orang yang memiliki kehendak, yang akanmenjalankan perseroan
tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian perseroan. Dengan demikian berarti pada
dasarnya perseroan juga dijalankan oleh orang perorangan yang duduk dan menjabat sebagai pengurus
Perseroan (Direktur) yang berada dalam satu wadah/organ yang dikenal dengan nama Direksi.”
68
Menurut Gunawan Widjaya bahwa : “Direksi merupakan salah satu organ Perseroan yang vital, yang
bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan dan tujuan Perseroan serta
mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan (pasal 98 ayat (1) UUPT). Dalam hal
ini, ada dua kewenangan Direksi, yaitu pengurusan dan perwakilan. Pengurusan berbicara soal
hubungan internal antara pengurus dan orang yang hartanya berada dalam pengurusan pengurus, maka
perwakilan berbicara soal hubungan eksternal, yaitu hubungan antara pengurus dan harta kekayaan yang
diurus oleh pengurus tersebut, dengan pihak ketiga dengan siapa suatu perbuatan hukum dilakukan
oleh pengurus dalam kapasitasnya sebagai pengurus harta kekayaan milik orang lain”.
Tanggung jawab Direksi pada Perseroan Terbatas menurut UUPT diatur dalam beberapa ketentuan,
yaitu :
1. Pasal 92 ayat (1), Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan
sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
2. Pasal 97 ayat (1) menyatakan, Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1). Ayat (2) pasal ini menyatakan, pengurusan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 97 ayat (1), wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Ayat (3) menyebutkan, setiap anggota Direksi
bertanggung jawab secarapribadi atas kerugian Perseroan, apabila yang bersangkutan
bersalah atau lalai menjalankantugasnya sesua i dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2). Pada ayat (4) dalam hal Direksi terdiri dari 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, maka
tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi
setiap anggota Direksi Ayat (5), menyatakan anggota
Direksi tidak dapat dipertanggung-jawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
apabila dapat membuktikan :
Menurut Munir fuadi bahwa : ”Tanggung jawab dalam suatu perseroan terbatas pada prinsipnya sebatas
atas harta yang ada dalam perseroan tersebut. Itu pula sebabnya disebut terbatas (limited), yakni terbatas
dari segi tanggung jawabnya. Dengan demikian, pada prinsipnya pihak pemegang saham, direksi,
komisaris tidak pernah bertanggung jawab secara pribadi. Artinya jika ada gugatan dari pihak
manapun, pihak pemegang harta pribadi dari pemegang saham, direksi atau komisaris pada prinsipnya
tidak boleh ikut disita”
Munir Fuadi melanjutkan bahwa : ” Namun prinsip tanggung jawab terbatas tersebut tidak berlaku
dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Persyaratan perseroan terbatas sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi
2. Pemegang Saham yang bersangkutan, baik langsung atau tidak langsung dengan itikad buruk
memanfaatkan perseroan terbatas semata -mata u ntuk kepentingan pribadi
69
3. Pemegang saham dari perseroan terbatas terlibat dalam perbuatan melawan hukumyang
dilakukan oleh perseroan
4. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung atau tidak langsung secara melawan hukum
menggunakan kekayaan perseroan, yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak
cukup untuk melunasi hutang perseroan terbatas tersebut.
5. Direksi akan bertanggung jawab secara pribadi jika dia bersalah atau lalai dalam menjalankan
tugasnya selaku direksi.
6. Komisaris akan bertanggung jawab secara pribadi jika dia bersalah atau lalai dalam menjalankan
tugasnya selaku komisaris”.
c. Komisaris
Pegertian Komisaris menurut Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Perseroan Terbatas adalah organ
perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan khusus serta memberikan
nasehat kepada direksi dalam menjalankan Perseroan Terbatas. Pasal 114 mengatur tentang tugas dan
tanggung jawab komisaris antara lain :
Pengawasan yang dilakukan untuk mengontrol tindakan Direksi, apakah semua tindakan yang
telah dilakukannya tidak merugikan perseroan ataukah tidak bertentangan dengan akta
pendirian/anggaran dasar dan undang-undang, serta apakah segala sesuatu yang telah
ditentukan di dalam RUPS telah dijalankan. Apabila Direksi dalam tindakannya bertentangan
dengan anggaran dasar atau undang-undang atau RUPS maka dapat diberhentikan untuk
sementara, namun apabila dapat membuktikan bahwa mereka tidak bersalah, maka dapat
diangkat kembali
70
Berdasarkan uraian di atas, maka ketiga organ perseroan yaitu RUPS, Direksi dan Dewan komisaris
mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda. Secara garis besar, maka fungsi organ-organ tersebut
terbagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1. Fungsi Legislatif, yaitu fungsi untuk membuat kebijakan sehubungan dengan jalannya suatu
perseroan. fungsi ini dilakukan oleh RUPS.
2. Fungsi Eksekutif, yaitu fungsi untuk menjalankan kegiatan perseroan sehari- hari sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. fungsi ini dilakukan oleh Direksi.
3. Fungsi Yudikatif, yaitu fungsi untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya suatu perseroan.
fungsi ini dijalankan oleh Dewan komisaris.
Perbedaan fungsi dari tiap-tiap organ tersebut tidak berarti menimbulkan hubungan yang bersifat
subordinatif, yaitu hubungan yang sifatnya atasan dan bawahan, tetapi tiap-tiap organ tersebut
mempunyai kedudukan yang sifatnya paralel dan tidak menyebabkan yang satu berada di bawah yang
lainnya
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
D. GLOSARIUM
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang
tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang
ini dan/atau anggaran dasar.
Direksi adalah organ yang Undang-Undang berikan hak dan kewajiban diberikan tugas
melakukan/melaksanakan kegiatan pengurusan dan perwakilan untuk dan atas namaperseroan, dan
bagi kepentingan perseroan, dibawah pengawasan Dewan Komisaris.
Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan khusus
serta memberikan nasehat kepada direksi dalam menjalankan Perseroan Terbatas.
71
MODAL DAN SAHAM PERSEROAN TERBATAS (PT)
( MODUL 9 )
Modal sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk kelangsungan hidup suatu perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasional perusahaan suatu perusahaan. Modal sangat menentukan
perkembangan dan pertumbuhan usaha perusahaan. Modal sangat berperan sebagai sumber
pendanaan perusahaan yang menggambarakan perusahaan dalam memenuhi dapat didanai oleh
modal sendiri secara keseluruhan atau didanai dengan modal sendiri dan ditambah dengan modal
berasal dari pinjaman. Pasal 31 Undang-Undang Persroan Terbatas (PT) menentukan bahwa: “Modal
dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham
Perseroan mempunyai kekayaan sendiri terpisah dari kekayaan masing–masing pemegang saham
perseroan. Termasuk dalam harta kekayaan perseroan terbatas adalah modal, yang terdiri dari:
1. Modal perseroan atau modal dasar, yaitu jumlah maksimum modal yang disebut dalam akta
pendirian.Ketentuan modal dasar diatur pada pasal 31-32 UU No.40 Tahun 2007. Modal dasar
perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham.(Pasal 31 (1)).Modal dasar paling sedikit
Rp.50.000.000,00 (Pasal 32 ayat 1).
2. Modal yang disanggupkan atau ditempatkan diatur pada pasal 33 UU No. 40 Tahun 2007. Paling
sedikit 25% dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 harus ditempatkan dan disetor
penuh (Pasal 33 ayat 1).
3. Modal yang disetor, yakni modal yang benar-benar telah disetor oleh para pemegang saham pada
kas perseroan. Diatur pada pasal 34 UU No.40 tahun 2007. Penyetoran atas modal saham dapat
dilakukan dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk lainnya (Pasal 34 ayat 1). Penyetoran atas
modal saham selanjutnya diatur pada pasal 34 ayat 2 dan 3.
4. Perubahan atas besarnya jumlah modal perseroan harus mendapat pengesahan dari Menteri
Kehakiman, sesudah itu didaftarkan dan kemudian diumumkan seperti biasa.
Menurut Faridah Hasyim bahwa : ”Dalam PT dikenal tiga jenis modal, yakni :
1. Modal Dasar
Modal Dasar yakni jumlah modal yang disebutkan dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas. Dalam
Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas, disebutkan modal dasar minimal Rp.
50.000.000
2. Modal Ditempatkan
Modal ditempatkan, yakni sebagian dari modal dasar perseroan yang telah disetujui untuk diambil
oleh para pendiri. Dalam Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang PT disebutkan minimal 25 % dari
modal dasar harus disetujui oleh pendiri.
3. Modal Disetor
Modal Disetor yakni modal yang benar-benar ada dan disetor penuh dan dapat dibuktikan
dengan bukti penyetoran yang sah, seperti yang terdapat dalam Pasal 33 ayat (2) Undang-Undang
PT Dalam Pasal 43 disebutkan modal tidak harus dalam bentuk uang tunai:
72
1) boleh dalam bentuk lain, penilaian penyetoran modal saham ditentukan berdasarkan
nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar atau oleh para ahli yang tidak terafilisi
dengan perseroan.
2) Penyetoran dalam bentuk benda tidak bergerak harus diumumkan dalam satu surat kabar
atau lebih dalam jangka waktu 14 hari setelah akta pendirian ditandatangani”.
1. Modal Dasar
Pasal 31 ayat (1) UUPT menyebutkan modal dasar adalah seluruh nominal saham yang ada dalam
PT sebagaimana yang disebutkan dalam Anggaran Dasar Perseroan. Modal dasar ini menunjukkan
sampai seberapa besar Perseroan dapat menerbitkan saham, baik yang diterbitkan seluruhnya pada
saat pendirian PT atau diterbitkan di kemudian hari bi la para pemegang saham existing ingin
menaikkan modal atau dikarenakan akan masuk pemegang saham baru. Nominal saham dalam
Perseroan biasanya ditentukan dari: “ jumlah saham dikalikan dengan harga per lembar saham”
Sebagai ilustrasi adalah sebagai berikut A dan B sepakat untuk mendirikan PT dan menyepakati jumlah
saham dalam PT nantinya adalah 100 lembar. Adapun per lembar saham nantinya akan mereka
hargai senilai Rp 1 juta. Maka modal dasar dalam Perseroan tersebut adalah: 100 x Rp 1 juta = Rp 100
juta. Dari jumlah Rp 100 juta tersebut kemudian dapat ditentukan apakah A dan B ingin mengambil bagian
seluruhnya atau ada hanya sebagian saja. Bila A dan B memutuskan untuk mengambil sebagian saja.
Misalnya total saham yang diambil oleh A dan B adalah Rp 70 juta, maka nilai Rp 70 juta kemudian
dapat disebut sebagai Modal Ditempatkan/Modal Disetor. Adapun sisa Rp 30 juta yang belum diambil
bagian akan disimpan dan disebut Saham Dalam Portepel. Bila suatu saat PT membutuhkan modal
tambahan, maka Rp 30 juta tersebut dapat diambil bagian/dibayarkan oleh pemegang saham existing
atau pemegang saham baru.
2. Modal Ditempatkan
UUPT tidak secara spesifik mendefinisikan Modal Ditempatkan, adapun merujuk pada pendapat Yahya
Harahap dalam bukunya yang berjudul Hukum Perseroan Terbatas, Modal Ditempatkan adalah jumlah
saham yang diambil oleh para pendiri/pemegang saham. Adapun terhadap saham yang diambil
tersebut dapat sudah dibayarkan atau belum dibayarkan oleh pendiri/pemegang saham kepada PT.
Melanjutkan kisah A dan B diatas maka jumlah Modal Ditempatkan adalah senilai Rp 70 juta. Jumlah Rp
70 juta tersebut dapat sudah dibayarkan secara lunas maupun tidak kepada Perseroan, namun apabila
merujuk pada Pasal 33 ayat (1) UUPT, setidaknya 25% dari Modal Dasar Perseroan harus disetor atau
ditempatkan Maka, untuk memenuhi ketentuan Pasal 33 ayat (1) UUPT tersebut, A dan B bisa memilih:
3. Modal Disetor
73
Bila pada Modal Ditempatkan masih ada saham yang belum dilunasi oleh Para Pemegang Saham/Pendiri,
maka dalam konsep Modal Disetor, seluruh saham yang diambil bagian harus sudah dil unasi
pembayarannya oleh
Para Pemegang Saham/Pendiri. Adapun ketentuan Modal Disetor mengikuti ketentuan Pasal 33 ayat
(1) UUPT. Lebih lanjut dalam Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 2016 tentang
Perubahan Dasar Perseroan Terbatas diatur bahwa bukti penyetoran/pelunasan atas Modal
Disetor/Modal Ditempatkan tersebut wajib disampaikan secara elektronik dalam waktu paling lama 60
(enam puluh) hari kerja terhitung sejak Akta Pendirian PT ditandatangani.
Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling diminati investor karena memberikan
tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seorang
atau sepihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan
modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset
perusahaan, dan berhak hadir dalam rapat umum pemegang saham (RUPS)
Di dalam Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Perseroan Terbatas (PT) mengatakan bahwa: “Seluruh saham
yang telah dikeluarkan harus disetor penuh pada saat pengesahan PT dengan bukti penyetoran yang sah.
Pasal 48 Undang-Undang Perseroan Terbatas (PT) menyatakan bahwa: Saham perseroan dikeluarkan atas
nama pemiliknya. Hal ini berarti saham PT merupakan saham atas nama (Op Naam), yaitu saham yang
nama pemiliknya tercantum dalam sertifikat saham. Menurut Pasal 56, pemindahan hak atas nama
tersebut dilakukan dengan akta pemindahan hak.
Kemudia Pasal 52 Undang-Undang Persseroan Terbatas (PT) mengatur hak pemegang saham, yaitu:
a) Hak pemegang saham untuk mengajukan gugatan terhadap perseroan ke Pengadilan Negeri
apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan
wajar akibat keputusan RUPS, Direksi dan/atau Dewan Komisaris. (Pasal 61)
b) Hak pemegang saham untuk meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan wajar
bila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham
atau perseroan, berupa:
1) Perubahan anggaran dasar
2) Pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50%
kekayaan bersih perseroan
3) Penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan
Menurut Husnan Suad bahwa: “Pengertian saham adalah Saham adalah secarik kertas yang
menunjukkan hak pemodal yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari
prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut, dan berbagai kondisi yang
memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya”.
74
Menurut Darmadji dan Fakhruddin bahwa: “Pengertian saham adalah Saham (stock) merupakan
tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan
terbatas.Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut”.
Saham merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal luas di masyarakat. Menurut
Darmadji dan Fakhrudin, ada beberapa jenis saham yaitu:
1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau kalim, maka saham terbagi atas:
a. Saham biasa (common stock), yaitu merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling
junior terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi.
b. Saham preferen (preferred stock), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan
antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga
obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti ini yang dikehendaki oleh investor
2. Dilihat dari cara peralihannya, saham dibedakan menjadi :
a. Saham atas unjuk (bearer stock),artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar
mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain.
b. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama
pemiliknya, di mana cara peralihannyaharus melalui prosedur tertentu.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangannya, maka saham dapat dikategorikan menjadi:
a. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki
reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan
konsisten dalam membayar deviden.
b. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham biasa dari suatu emiten yang memiliki
kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada
tahun sebelumnya.
c. Saham pertumbuhan (growth stock-well known), yaitu saham-saham dari emiten yang
memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang
mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock lesser known, yaitu saham
dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock.
d. Saham spekulatif (speculative stocks), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara
konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi memungkinkan penghasilan
yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
e. Saham sklikal (counter cyclical stocks), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi
makro maupun situasi bisnis secara umum
Menurut Munir Fuadi bahwa : ” Karena pada prinsipnya yang harus membiayai perusahaan adalah pihak
pemegang saham, setidak-tidaknya pada saat awal berdirinya perusahaan tersebut, yakni dengan jalan
menyetor saham, maka pihak pemegang saham dalam praktek sering disebut juga dengan istilah pemilik
perusahaan. Pada saat mendapat pengesahan anggaran dasar dari yang berwenang, maka modal
ditempatkan sudah harus disetor semua berjumlah minimal 25 % dari modal dasar yaitu minimal 25 %
dari Rp. 20.000.000”.
Munir Fuadi melanjutkan bahwa : ” Hak-hak pemegang saham adalah sebagai berikut :
75
2. Hak untuk menerima Deviden
3. Hak Untuk menerima sisa kekayaan dalam proses likuidasi”.
Lebih lanjut Munir Fuadi menyebutkan bahwa : ” Klasifikasi Saham dari suatu perseroan adalah
sebagai berikut :
1. Saham Biasa
2. Saham dengan hak suara yang ;
a. Khusus
b. Bersyarat
c. Terbatas
d. Tanpa hak suara
3. Saham yang setelah jangka waktu tertentu dapat
a. Ditarik kembali
b. Ditukar dengan klasifikasi saham yang lain
4. Saham Yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk mendapatkan
a. Pembagian dividen secara kumulatif
b. Pembagian dividen secara nonkumulatif”.
5. Saham yang memberikan terlebih dahul kepada pemegangnya daripada pemegang saham
lainnya atas pembagian dividen dan sisa kekayaan perseroan dalam likuidasi.”
Saham adalah bukti telah dilakukan penyetoran penuh modal yang diambil bagian oleh para pemegang
saham dalam Perseroan Terbatas. Saham dalam Perseroan Terbatas tersebut dikelompokan berdasarkan
karateristik yang sama, yang disebut klasifikasi saham. Pasal 53 ayat (1) Undang-undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan, Anggaran Dasar Perseroan menetapkan lebih
dari satu klasifikasi saham.
Saham Biasa
Berdasarkan Pasal 53 ayat (3) UUPT, setiap saham dalam klasifikasi yang sama memberikan kepada
pemegangnya hak yang sama, jika terdapat lebih dari satu klasifikasi saham maka Anggaran Dasar
menetapkan salah satu diantaranya sebagai saham biasa. Saham biasa adalah saham yang
mempunyai hak suara untuk mengambil keputusan dalam RUPS mengenai segala hal yang berkaitan
dengan pengurusan Perseroan, mempunyai hak untuk menerima dividen yang dibagikan, dan menerima
sisa kekayaan hasil likuidasi.
Hak Suara
Hak suara yang dimiliki oleh pemegang saham biasa dapat dimiliki juga oleh pemegang saham
klasifikasi lain.
Klasifikasi Saham
Klasifikasi saham yang dimaksud pada Pasal 53 ayat (3) UUPT tersebut, antara lain:
76
3) Saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan klasifikasi
saham lain;
4) Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen lebih dahulu
dari pemegang saham klasifikasi lain atass pembagian dividen secara kumulatif atau non
kumulatif;
5) Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari
pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan Perseroan dalam likuidasi.
Bermacam-macam klasifikasi saham tidak selalu menunjukkan bahwa klasifikasi tersebut masing-
masing berdiri sendiri, terpisah satu sama lain, tetapi dapat merupakan gabungan dari 2 (dua)
klasifikasi saham atau lebih.
Jenis-jenis saham
a. Saham/Sero Atas Nama, yaitu nama persero ditulis di atas surat sero setelah didaftarkan
dalam buku Perseroan Terbatas sebagai persero.
b. Saham/Sero Pembawa, yaitu suatu saham yang di atas surat tidak disebutkan nama
perseronya.
Ditinjau dari hak-hak persero, saham/sero dapat pula dibagi sebagai berikut:
a. Saham/Sero Biasa
Sero yang biasanya memperoleh keuntungan (dividen) yang sama sesuai dengan yang ditetapkan
oleh rapat umum pemegang saham.
b. Saham/Sero Preferen
Sero preferen ini selain mempunyai hak dan dividen yang sama dengan sero biasa, juga
mendapat hak lebih dari sero biasa.
c. Saham/Sero Kumulatif Preferen
Sero kumulatif preferen ini mempunyai hak lebih dari sero preferen. Bila hak tersebut tidak
bisa dibayarkan pada tahun sekarang, maka dibayarkan pada tahun berikutnya
Menurut Anoraga dan Pakarti bahwa: “dari berbagai saham di bursa efek indonesia dikenal dua
jenis saham, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferen stock)”.
77
saham preferen merupakan saham yang memiliki hak -hak istimewa. Hak untuk mendapatkan
deviden pada saat perusahaan dilikuidasi terlebih dahulu daripada saham biasa. Menurut
Fakhruddin dan Hadianto bahwa: “Saham preferen adalah saham yang memiliki karakteristik
gabungan antara saham biasa dan obligasi. Klaim atas laba dan aktiva perusahaan serta dapat
ditukarkan dengan saham biasa merupakan persamaan antara saham preferen dan obligasi.
Ciri-ciri saham preferen adalah :
1) Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden.
2) Tidak memiliki hak suara,
3) Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus.
4) Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah
kreditur apabila perusahaan dilikuidasi.
1. Nilai buku
Nilai buku adalah nilai asset yang tersisa setelah dikurangi kewajiban perusahaan jika
dibagikan. Nilai buku hanya mencerminkan berapa besar jaminan atau seberapa besar aktiva
bersih untuk saham yang dimiliki investor.
2. Nilai pasar
Nilai pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran saham di pasar
modal atau disebut juga dengan harga pasar sekunder. Nilai pasar tidak lagi dipengaruhi oleh
emiten atau pihak pinjaman emisi, sehingga boleh jadi harga inilah yang sebenarnya mewakili
nilai suatu perusahaan.
3. Nilai intrinsic
Nilai intrinsik adalah nilai saham yang menentukan harga wajar suatu saham agar saham
tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya sehingga tidak terlalu mahal. Perhitungan
nilai intrinsik ini adalah mencari nilai sekarang dari semua aliran kas di masa mendatang baik yang
berasal dari dividen maupun capital gain.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
D. GLOSARIUM
Modal Dasar yakni jumlah modal yang disebutkan dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas
Modal Ditempatkan adalah jumlah saham yang diambil oleh para pendiri/pemegang saham
Modal Disetor adalah seluruh saham yang diambil bagian harus sudah dilunasi pembayarannya oleh
Para Pemegang Saham/Pendiri.
Saham/Sero Atas Nama, yaitu nama persero ditulis di atas surat sero setelah didaftarkan dalam buku
Perseroan Terbatas sebagai persero.
78
Saham/Sero Pembawa, yaitu suatu saham yang di atas surat tidak disebutkan nama perseronya.
Saham biasa (common stocks) adalah saham yang tidak mendapatkan hak istimewa
Saham Preferen ( preffered stocks) saham preferen merupakan saham yang memiliki hak-hak istimewa.
79
MERGER
( MODUL 10 )
Merger atau penggabungan usaha merupakan salah satu bentuk restrukturisasi perusahaan yang
memiliki daya tarik yang cukup kuat dalam lingkaran dunia usaha dan para pengusaha. Proses merger ini
melibatkan berbagai aspek, diantaranya aspek hukum yang bahkan mengiringi proses merger dari
permulaan proses hingga akhir proses.
Dengan demikian pengaruh yang timbul atas tindakan penggabunganperseroan terbatas dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu pengaruh-pengaruhyang bersifat yuridis dan pengaruh-
pengaruh yang bersifat non yuridis.Pengaruh yang bersifat yuridis dapat terjadi atau timbul baik terhadap
institusi ataulembaga maupun terhadap pendukung institusional, sedangkan pengaruh yangbersifat non
yuridis adalah setiap dampak yang timbul karena adanya perbuatanhukum penggabungan perusahaan.
Dewi Nurjanah menulis bahwa: “Dunia bisnis telah memasuki masa kebebasan dan keterbukaan di
akhir abad ke-20. Tidak ada lagi jarak atau halangan yang selama ini membatasi semua aktivitas bisnis,
khususnya aktivitas antar-daerah dan antar-negara.
Perubahan signifikan dalam lingkungan bisnis seperti globalisasi, deregulasi, kemajuan teknologi serta
fragmentasi pasar telah menciptakan persaingan yang sangat ketat (fierce competition). Respon
perusahaan-perusahaan terhadap meningkatnya persaingan sangat beragam. Sebagian perusahaan
memilih untuk memfokuskan sumber daya ekonomi yang dimiliki pada segmen tertentu yang lebih kecil,
sebagian tetap bertahan dengan strategi usaha yang dilakukan sebelumnya dan sebagian menggabungkan
diri dengan perusahaan lainnya menjadi satu perusahaan yang lebih besar di dalam pasar. Strategi yang
dipilih terakhir ini merupakan bagian upaya restrukturisasi untuk menciptakan sinergi”.
Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup
dan mengembangkan perusahaan. Ikatan akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) Indonesia Nomor 12 (PSAK No.22) mendefinisikan penggabungan badan
usaha sebagai bentuk penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas
ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain ataupun memperoleh kendali
atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Jenis penggabungan usaha dapat dibedakan menjadi dua yaitu
akuisisi dan penyatuan pemilikan (merger)
Pengertian penggabungan usaha secara umum adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang
terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau
memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain.
Penggabungan usaha dapat berupa pembelian saham suatu perusahaan oleh perusahaan lain, atau
pembelian aktiva neto suatu perusahaan. Secara teori penggabungan usaha dapat berupa merger,
akuisisi, dan konsolidasi. Istilah merger berasal dari kata merge yang dalam Bahasa Indonesia berarti
menggabungkan atau memfusikan
Joni Emirzon menyatakan bahwa ada beberapa ahli hukum bisnis Indonesia memberikan pengertian
merger sebagai berikut:
80
a. Barcelius Ruru mengartikan merger sebagai penggabungan usaha dari dua atau lebih perusahaan
yang bergabung ke dalam salah satu perusahaan yang telah ada sebelumnya.
b. Kartini Muliadi merngartikan merger sebagai transaksi dua atau lebih perseroan
menggabungkan usaha mereka berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada sehingga
hanya satu perseroan saja yang tinggal.
Secara yuridis pengertian merger dapat kita lihat dalam ketentuan Pasal 1 angka (1) Peraturan
Pemerintah Nomo 57 Tahun 2010 Tentang Penggabungan Atau Peleburan badan Usaha dan
Pengambilalihan Saham Perusahaan Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Yang Tidak Sehat, yang mengartikan merger sebagai berikut:“Penggabungan adalah
perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Badan Usaha atau lebih untuk menggabungkan diri
dengan Badan Usaha lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari badan
Usaha yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Badan Usaha yang menerima
penggabungan dan selanjutnya status Badan Usaha yang menggabungkan diri berakhir karena
hukum”.
Selanjutnya peraturan di bidang pasar modal di bidang merger dan kosolidasi yang tertuang dalam
Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-52/PM/1997 tanggal 26 Desember 1997 yang memberi arti
kepada merger perusahaan, yang dalam peraturan tersebut disebut dengan istilah “penggabungan
usaha” sebagai sesuatu “perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk
menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang
menggabungkan diri menjadi bubar”.
Menurut Joni Emirzon bahwa: “pada dasarnya ada kesamaan dalam unsure-unsur perngertian merger
yaitu:
1. Merger atau penggabungan perusahaan adalah salah satu cara penyatuan perusahaan,
disamping peleburan perusahaan (konsolidasi) dan pengambilalihan perusahaan (akuisisi).
2. Merger melibatkan dua pihak, yaitu satu perusahaan yang menerima penggabungan dan satu
atau lebih perusahaan yang menggabungkan diri.
3. Perusahaan yang menerima penggabungan akan menerima pengambilalihan seluruh saham,
harta kekayaan, hak, kewajiban, dan ut ang perusahaan yang menggabungkan diri”.
Menjelaskan Tentang Tata Cara Merger Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas
Mengenai prosedur dan tata cara penggabungan, peleburan dan pengambilalihan perseroan yang tidak
diatur di dalam UUPT 2007 tetap mengacu kepada peraturanpelaksanaan yaitu Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburandan Pengambilalihan Perseroan Terbatas. Di
dalam ketentuan peraturan pemerintah tersebut tata cara penggabungan, peleburan dan
pengambilalihan diatur di dalam BAB II mulai dari Pasal 7 sampai dengan Pasal 19 UUPT 2007. Di samping
itu apabila yang melakukan penggabungan perusahaan adalah bank, maka perlu pula mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai merger, akuisisi,dan konsolidasi
di lingkungan perbankan.
Sedangkan ketentuan mengenai penggabungan (merger) suatu perseroan terbatas menurut UUPT 2007
diatur dalam BAB VIIImulai Pasal 122 sampai dengan Pasal 134 UUPT 2007. Berdasarkan ketentuan Pasal
81
122 UUPT 2007 penggabungan dan peleburan mengakibatkan perseroan yang menggabungkan atau
meleburkan diri berakhir karena hukum. Sebagai contoh terjadinya penggabungan (merger) : PT. A
adalah perusahaan yang akan melakukan penggabungan (merger), PT. B adalah perusahaan target
atau sasaran penggabungan (merger). Setelah kedua perseroan terbatas tadi melakukan
penggabungan (merger) PT.A berakhir karena hukum.
Adapun proses hukum (prosedur) dan tata cara yang harus dilalui olehperseroan yang hendak melakukan
merger (penggabungan) menurut UUPT 2007 adalah sebagai berikut:
Sehubungan dengan itu, menurut M. Yahya Harahap, cara mengambil keputusan RUPS dalam rangka
penggabungan perseroan yang harus diterapkan dan ditegakkan :
82
1. Prioritas pertama, didahulukan dan diupayakan keputusan diambil dengan cara musyawarah
untuk mufakat, sehingga dapat menghasilkan keputusan RUPS yang disetujui bersama oleh
pemegang saham yang hadir atau diwakili dalam RUPS;
2. Namun, apabila gagal mengambil keputusan dengan cara musyawarahuntuk mufakat yang
digariskan Pasal 87 ayat [1] UndangUndangPerseroan Terbatas dimaksud, baru diterapkan
dan ditegakkan ketentuanyang ditetapkan Pasal 89 ayat [1] Undang-Undang Perseroan
Terbatas,yakni keputusan RUPS sah apabila disetujui paling sedikit ¾ (tigaperempat) bagi dari
jumlah suara yang dikeluarkan.
Jika RUPS pertama tidak mencapai atau gagal mencapai kuorum, dapatdiadakan RUPS kedua dengan
kuorum kehadiran paling sedikit 2/3 (dua pertiga)bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara,
hadir atau diwakili dalam RUPS.Sedang keputusan sah jika disetujui paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian
darijumlah suara yang dikeluarkan. Sekiranya RUPS kedua ini gagal karena tidakmencapai kuorum,
dapat lagi diadakan RUPS ketiga dengan jalan perseroanmengajukan permohonan kepada Ketua
Pengadilan Negeri agar ditetapkan kuorumRUPS ketiga
Setelah masing-masing RUPS menyetujui rancangan penggabungan yang diajukan, maka rancangan
penggabungan dituangkan dalam sebuah Akta Penggabungan yang dibuat di hadapan notaris dan
dalam Bahasa Indonesia.
Adapun hal-hal yang harus diberitahukan kepada menteri tentang perubahan anggaran dasar ini
diatur lebih lanjut didalam Pasal 12 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia No : M.01-HT.01.10 Tahun 2007 tentangT ata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan
Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar, Penyampaian Pemberitahuan Perubahan
Anggaran Dasardan Perubahan Data Perseroan :
(1) Akta perubahan anggaran dasar Perseroan yang harus diberitahukan kepada Menteri adalah
perubahan anggaran dasar di luar ketentuan Pasal 8 ayat (2).
(2) Perubahan data Perseroan yang harus diberitahukan kepada Menteri meliputi:
a. perubahan nama pemegang saham dan jumlah saham yangdimilikinya;
b. perubahan nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
c. perubahan alamat lengkap Perseroan;
d. pembuatan Perseroan;
e. berakhirnya status badan hukum karena hukum akibat penggabungan, peleburan,
pemisahan murni, danf. telah berakhirnya proses likuidasi.
83
(3) Pemberitahuan akta perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan
perubahan data Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan oleh Notaris
selaku kuasa direksi kepada Menteriatau Pejabat yang Ditunjuk.
(4) Dalam hal perubahan data perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)memerlukan izin
dari instansi terkait pemberitahuan kepada Menteri atauPejabat yang Ditunjuk disampaikan
paling lambat 14 (empat belas) hariterhitung sejak tanggal izin tersebut diterbitkan.
(5) Pengumuman hasil penggabunganPasal 133 ayat (1) UUPT 2007 mensyaratkanbagi direksi
perseroan yang menerima penggabungan wajib mengumumkan hasilpenggabungan dengan cara:
a. diumumkan dalam 1 (satu) surat kabar atau lebih;
b. dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggalberlakunya penggabungan.
Pengumuman dimaksudkan agar pihak ketiga yang berkepentingan mengetahui bahwa telah dilakukan
Penggabungan, Peleburan, atau Pengambilalihan.Dalam hal ini pengumuman wajib dilakukan dalam
jangka waktu paling lambat 30(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal:
a) persetujuan menteri atas perubahan anggaran dasar dalam hal terjadi Penggabungan;
b) pemberitahuan diterima menteri baik dalam hal terjadi perubahan anggaran dasar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) maupunyang tidak disertai perubahan anggaran dasar.
Pengaturan tentang merger atau penggabungan ini, dari apa yang dijabarkan diatas tentang prosedur
dan tata cara merger, baik menurut UUPT 1995 maupun UUPT 2007, terdapat beberapa perbedaan,
antara lain :
Menurut Munir Fuady bahwa: “ Merger dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis, yaitu: Menurut
jenis usahanya, merger dapat dikatagorikan ke dalam empatbagian sebagai berikut :
1. Merger horizontal.
Adalah merger di antara dua atau lebih perusahaan dimana semua perusahaan tersebut bergerak
pada bidang bisnis (line of business) yang sama atau dapatlah dikatakan terjadinya fusi/ merger
horizontal yaitu apabila dua atau lebih perusahaan yang sebagian besar mempunyai pasar
pembelian dan pasar penjualan yang sama-sama berlebu rmenjadi satu, seperti misalnya antara
perusahaan kelapa sawit. Sementara itu, untuk merger horizontal khusus apabila dilakukan dalam
84
satu kelompok usaha, ada dua perusahaan dalam satu kelompok, yang disebut dengan sister
company. Saham mereka sama-sama dipegang oleh satu perusahaan holding. Namun kemudian
setelah merger horizontal, perusahaan holding memegang saham pada anak perusahaan hasil
merger yang telah bersatu. Dan dalam proses merger horizontal ini, khususnya apabila dipilih
merger tanpa likuidasi, tindakan -tindakan yuridis minimal yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Semua aktiva dan passiva dialihkan dari anak perusahaan yang satu terhadap anak perusahaan
lain (kecuali aktiva yang harus dibayarkepada pemegang saham minoritas yang tidak setuju
merger).Kecuali dipilih model merger dengan likuidasi.
b) Anak perusahaan satu menghentikan kegiatannya, kemudian dibubarkan tanpa likuidasi.
c) Pemegang saham minoritas yang tidak setuju merger dapat memilih antara menjadi
pemegang saham dalam anak perusahaan atau meminta kompensasi harga saham yang sedang
dipegangnya tanpa menjadi pemegang saham pada anak perusahaan hasil merger.
2. Merger vertical
Merger vertikal adalah suatu gabungan di antara dua perusahaan atau lebih dengan mana yang satu
bertindak sebagai suplier bagi yang lainnya. Atau dapat dikatakan fusi/ merger vertikal ini terjadi
apabila perusahaan bersatu dengan perusahaan lainnya, yang mengerjakan lebih lanjut barang-
barang yang dibuat oleh perusahaan yang pertama. Misalnya kerjasama antara pabrik pemintalan
benang dan pabrik tekstil.
3. Merger kon-generik
Yang dimaksud dengan merger kon-generik adalah merger diantara 2(dua) atau lebih perusahaan
yang saling berhubungan tetapi bukan terhadap produk yang sama seperti pada merger horizontal
dan bukan pula antara perusahaan hulu dengan hilir seperti dalam merger vertika.
4. Merger konglomerat
Merger konglomerat adalah penggabungan dua perseroan atau lebih yang tidak memiliki kesamaan
bidang usaha. Sehingga aktivitas bisnis tidak berkaitan sama sekali antara perseroan yang
menggabungkan diri dengan perseroan yang menerima penggabung
“Alasan penggabungan perseroan ini biasanya dikarenakan perseroankekurangan modal ataupun karena
manajemen yang lemah yang membuat mereka tidak mampu bersaing.
Sedangkan perusahaan tempat mereka bergabung berdaya saing kuat dan berkedudukan monopoli atau
sebagai kelompok konglomerasi. Karena itulah perusahaan ini berposisi sebagai penerima
penggabungan, sehingga menjadilebih besar dan kuat sementara perusahaan yang menggabungkan
diri menjadi bubar. Jadi, Merger atau penggabungan ini dilakukan bertujuan untuk mencapai hal-
halsebagai berikut” :
85
Sri Redjeki Hartono mengatakan bahwa: “Tujuan penggabungan suatu perusahaan adalah untuk
kemajuan dari masing-masing perusahaan dan secara tidak langsung adalah untuk dan demi keuntungan
dan kepentingan orang-orang (pemilik) yang berada di belakang nama perusahaan yang bersangkutan.
Di samping itu tujuan untuk memperluas usaha secara optimal, memperkokoh keadaan pasar baik
untuk pembelian maupunpenjualan dan memperoleh kedudukan keuangan yang lebih kuat”.
Menurut Kwik Kian Gie bahwa: “Penggabungan usaha, baik merger ataupun akuisisi memiliki manfaat
sebagai berikut”:
Merger atau penggabungan usaha merupakan salah satu bentuk restrukturisasi perusahaan yang
memiliki daya tarik yang cukup kuat dalam lingkaran dunia usaha dan para pengusaha. Proses merger ini
melibatkan berbagai aspek, diantaranya aspek hukum yang bahkan mengiringi proses merger dari
permulaan proses hingga akhir proses.
Dengan demikian pengaruh yang timbul atas tindakan penggabunganperseroan terbatas dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu pengaruh-pengaruhyang bersifat yuridis dan pengaruh-
pengaruh yang bersifat non yuridis.Pengaruh yang bersifat yuridis dapat terjadi atau timbul baik terhadap
institusi ataulembaga maupun terhadap pendukung institusional, sedangkan pengaruh yangbersifat non
yuridis adalah setiap dampak yang timbul karena adanya perbuatanhukum penggabungan perusahaan.
Pengertian penggabungan tersebut sebelumnya secara khusus disebutkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun1998 mengenai Penggabungan, Peleburan,dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas.
Peraturan Pemerintah ini mengartikan Penggabungan adalah perbuatan hukumyang dilakukan oleh
satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan
selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
86
Berakhirnya eksistensi dari perseroan yang menggabungkan diri dapat terjadi baik tanpa terlebih dahulu
dilakukan likuidasi atau melalui likuidasi. Dalam hal penggabungan perseroan dilakukan tanpa likuidasi,
maka akibat hukum dari penggabungan tersebut diatur didalam Pasal 122 ayat (3) Undang-Undang
PerseroanTerbatas 2007 .Seperti halnya dengan pranata hukum lainnya, maka pranata hukum dalam
melakukan merger perusahaan juga oleh hukum dilarang dilakukan jika merugikan pihak-pihak
lainnya. Oleh karena itu, didalam pelaksanaan merger, harus diperhatikan batasan-batasan hukum yang
tidak boleh dilanggar agar kepentingan pihak lain yang terkait dapat dilindungi. Dan hal ini menjadi tugas
sektor hukum untuk menjaga keadilan/ kesebandingan dengan melindungi pihak yang lemah/ kecil.
Pada prinsipnya menurut Penjelasan Pasal 126 ayat (1) menegaskan bahwa penggabungan (merger)
:
Merger Perseroan Terbatas ini juga menimbulkan dampak bagi pemegang saham, sebagaimana hal ini
disebutkan didalam Pasal 122 ayat (3) butir b U ndang-Undang Perseroan Terbatas Tahun 2007 bahwa
pemegang saham perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri karena hukum, menjadi
pemegang saham perseroan yang menerima penggabungan atau perseroan hasil peleburan. Di dalam
Undang-Undang Perseroan
Terbatas Tahun 2007 tegas dikatakan bahwa tindakan merger tidak boleh merugikan hakhak dari
pemegang saham minoritas., UUPT 2007 mempunyai asumsi bahwa pelaksanaan merger tersebut
dilakukan untuk kepentingan pemegang saham mayoritas dengan pertimbangan bahwa apabila
merger dilakukan dengan merugikan kepentingan pemegang saham mayoritas, maka tentunya
pemegang saham mayoritas tidak akan setuju dalam RUPS untuk melakukan merger tersebut, sehingga
dengan demikian merger tidak dapat dilaksanakan atau pihak pemegang saham mayoritas dapat
menghentikan merger tersebut, dengan mengganti Direksi yang dianggap tidak kooperatif dengan
pemegang saham mayoritas. Kewenangan -kewenangan yang demikian hanya dimiliki oleh pemegang
saham mayoritas dan tidak dimiliki oleh pemegang saham minoritas.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
2. Sebutkan dan jelaskan tentang tata cara Penggabungan (Merger) menurut UU PT!
87
3. Sebutkan dan jelaskan Jenis-jenis Penggabungan (Merger) !
D. GLOSARIUM
Merger konglomerat adalah penggabungan dua perseroan atau lebihyang tidak memiliki kesamaan
bidang usaha.
Merger kon-generik adalah merger diantara 2(dua) atau lebih perusahaan yang saling berhubungan tetapi
bukan terhadap produk yang sama seperti pada merger horizontal dan bukan pula antara perusahaan
hulu dengan hilir seperti dalam merger vertika.
Merger vertikal adalah suatu gabungan di antara dua perusahaan atau lebih dengan mana yang satu
bertindak sebagai suplier bagi yang lainnya
Merger horizontal. Adalah merger di antara dua atau lebih perusahaan dimana semua perusahaan
tersebut bergerak pada bidang bisnis (line of business) yang sama atau dapatlah dikatakan terjadinya
fusi/ merger horizontal yaitu apabila dua atau lebih perusahaan yang sebagian besar mempunyai pasar
pembelian dan pasar penjualan yang sama-sama berlebu rmenjadi satu, seperti misalnya antara
perusahaan kelapa sawit
88
KONSOLIDASI dan AKUISISI
( MODUL 11 )
”Antara konsolidasi dan merger sering kali dipersamakan sehingga dalam praktik, kedua istilah itu sering
dipertukarkan dan dianggap sama artinya, namun sebenarnya terdapat perbedaan pengertian antara
konsolidari dan merger. Dalam merger penggabungan antara dua atau lebih badan usaha tidak membuat
badan usaha yang bergabung menjadi lenyap.
Sedangkan konsolidasi adalah penggabungan antara dua atau lebih badan usaha yang
menggabungkan diri saling melebur menjadi satu dan membentuk satu badan usaha yang baru. Oleh
karena itu, konsolidasi sering kali disebut dengan peleburan”.
Sedangkan menurut Farida Hasyim bahwa: ”Konsolidasi (Peleburan usaha) adalah penggabungan dari
dua perusahaan atau lebih dengan cara mendirikan perusahaan baru dan melikuidasi perusahaan-
perusahaan yang ada”.
Dalam PP No.57 Tahun 2010 Konsolidasi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua badan
usaha atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu badan usaha baru yang karena
hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari badan usaha yang meleburkan diri dan status badan usaha
yang meleburkan diri berakhir karena hukum.
Dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Merger diartikan sebagai
penggabungan perusahaan, sedangkan Konsolidasi diartikan sebagai peleburan perusahaan. Secara
hukum, keduanya memiliki perbedaan pokok, sebagai berikut :
1. Dalam Merger, status badan hukum yang dipertahankan adalah perusahaan yang menerima
penggabungan (bukan perusahaan baru), sedangkan status badan hukum perusahaan yang
bergabung kemudian dibubarkan tanpa melalui likuidasi.
2. Dalam Konsolidasi, status badan hukum perusahaan yang meleburkan diri menjadi bubar
tanpa melalui likuidasi, dan kemudian membentuk badan hukum perusahaan yang benar-
benar baru.
1. Ada dua atau lebih perusahaan yang meleburkan diri untuk membentuk perusahaan baru.
2. Perusahaan yang meleburkan diri, bubar demi hukum tanpa likuidasi.
3. Perusahaan baru hasil peleburan harus mendapatkan status badan hokum yang baru dari
menhukham
4. Rancangan konsolidasi dan konsep akta konsolidasi wajib disetujui RUPS di masing-masing
perseroan.
5. Konsep akta konsolidasi yang telah disetujui RUPS dituangkan dalam akta konsolidasi yang dibuat
di hadapan notaris dalam bahasa Indonesia.
89
6. Salinan akta konsolidasi dilampirkan pada pengajuan permohonan untuk mendapatkan keputusan
Menhukham mengenai pengesahan badan hukum perseroan hasil peleburan.
7. Perseroan hasil konsolidasi memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya
keputusan Menhukham mengenai perusahaan yang meleburkan diri bubar demi hukum tanpa
proses likuidasi.
8. Aktiva dan pasiva perusahaan yang meleburkan diri demi hokum akan beralih ke dalam perusahaan
baru hasil konsolidasi berdasarkan titel umum.
1. Direksi PT yang akan meleburkan diri menyusun usulan rencana Konsolidasi. Usulan rencana
konsolidasi wajib disetujui komisaris masing-masing PT.
2. Usulan rencana konsolidasi dijadikan bahan menyusun rancangan konsolidasi yang disusun
bersama oleh direksi PT yang akan melakukan peleburan.
3. Ringkasan atas rancangan konsolidasi wajib diumumkan direksi dalam dua surat kabar harian dan
diumumkan secara tertulis kepada karyawan PT yang akan melakukan peleburan paling lambat
14 hari sebelum pemanggilan RUPS.
4. Rancangan konsolidasi dan konsep akta konsolidasi wajib disetujui RUPS masing-masing. Konsep
akta konsolidasi yang telah disetujui RUPS dituangkan dalam akta konsolidasi yang dibuat
dihadapan notaris dalam bahasa Indonesia. Akta konsolidasi yang sudah disahkan notaris
selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar pembuatan akta pendirian PT hasil peleburan.
5. Direksi PT yang meleburkan diri wajib mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian PT hasil
peleburan kepada Menkumham paling lambat 14 hari sejak tanggal keputusan RUPS.
6. Menkumham memberikan pengesahan paling lama 60 hari setelah permohonan diterima. PT
yang meleburkan diri dianggap bubar terhitung sejak tanggal akta pendirian PT hasil peleburan
disahkan oleh Menkumham.
7. Setelah mendapat pengesahan Menkumham, akta pendirian PT hasil peleburan wajib dimasukkan
dalam daftar perusahaan serta diumumkan dalam tambahan berita Negara RI.
Akuisisi perusahaan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengambilalihan perusahaan dengan
cara membeli saham mayoritas perusahaan sehingga menjadi pemegang saham pengendali. Dalam
peristiwa akuisisi, pihak peusahaan yang melakukan akuisisi dan yang diakuisisi tetap hidup sebagai
badan hukum yang terpisah. Akuisisi dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah acquisition atau
take over yang berarti sebuah perusahaan mengambilalih kontrol modal saham atas perusahaan
lain. Kata acquisition berasal dari acquire yang berarti mendapatkan sesuatu atau keuntungan atau usaha
sendiri.
”Dalam bahasa Indonesia istilah akuisisi perusahaan disebut dengan istilah pengambilalihan
perusahaan. Yang dimaksudkan adalah mengambil alih kepentingan pengontrol terhadap suatu
perusahaan , yang dilakukan biasanya dengan mengambil alih mayoritas saham atau mengambil alih
sebagian besar aset-aset perusahaan. Berbeda dengan merger dan konsolidasi di mana hasilnya
akan ada perusahaan yang lenyap sebagai akibatnya, maka akibat dari tindakan akuisisi tidak ada
90
perusahaan yang lenyap. Baik perusahaan yang mengambil alih maupun perusahaan yang diambil alih
tetap eksis setelah tindakan akuisisi terjadi”.
Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan suatu perusahaan, seperti merger dan konsolidasi”
Akuisisi merupakan salah satu strategi eksternal yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
melakukan ekspansi usaha tanpa perlu memulai usaha dari awal. Akuisisi dilakukan melalui pembelian
seluruh atau sebagian dari kepemilikan suatu perusahaan.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1998 tentang pengabungan, peleburan dan
pengambilalihan Perseroan Terbatas dimana pengertian akuisisi adalah sebagai perbuatan hukum
yang dilakukan oleh badan hukum atau perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau
sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan berlaihnya pengendalian terhadap
perseorangan tersebut.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 57 tahun 2010 tentang penggabungan, peleburan,
dan pengambilalihan saham perusahaan yang dapat mengakibatmenkan terjadinya praktik monopoli
dan persaingan usaha tidak mendefinisikan akuisisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
Pelaku Usaha untuk mengambilalih saham badan usaha yang mengakibatkan beralihnya pengendalian
atas badan usaha tersebut. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (11)
yang menjelaskan bahwa definisi akuisisi adalah "Pengambilaliahan adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh badan hukum atau orang perorangan untuk mengambil alih saham Perseroan yang
mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut."
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.22 menyatakan bahwa akuisisi adalah bentuk
pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi (acquirer), sehingga akan
mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih (acquiree) tersebut. Kendali
perusahaan yang dimaksud adalah kekuatan untuk:
Menurut Gunawan Widjaja bahwa: “Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan dan kontrol
menajemen oleh satu perusahaan terhadap perusahaan yang lain. Sedangkan merger hanya
pengambilalihan sebuah perusahaan tanpa diikuti pengambilalihan kontrol manajemennya”,
Sedangkan menurut Iswi Hariyanti bahwa: “Dalam dunia hukum dan bisnis, yang dimaksud dengan
akuisisi adalah setiap perbuatan hukum untuk mengambilalih seluruh atau sebagian besar saham dan
atau aset dari perusahaan lain”.
Perusahaan yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi secara
independen tetapi telah terjadi pengalihan oleh pihak pengakuisisi. Beralihnya kendali berarti
pengakuisisi memiliki mayoritas saham- saham berhak suara (voting stock) yang biasanya ditunjukan
atas kepemilikan lebih dari 50 persen saham berhak suara tersebut. Dimungkinkan bahwa walaupun
memiliki saham kurang dari jumlah itu pengakuisisi juga dapat dinyatakan sebagai pemilik suara
mayoritas jika anggaran dasar perusahaan yang diakuisisi menyebutkan hal yang demikian. Namun
91
dapat juga pemilik dari 51 persen belum dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika dalam anggaran
dasar perusahaan menyebutkan lain. Akuisisi memunculkan hubungan antara perusahaan induk
(pengakuisisi) dan perusahaan anak (terakuisisi) dan selanjutnya kedua memiliki hubungan afiliasi.
1. Ada perusahaan yang mengambil alih (perusahaan pengakuisisian da nada perusahaan yang
diambilalih (perusahaan yang diakuisisi perusahaan target).
2. Akuisisi bisa dilakukan terhadap saham atau asset milik perusahaan target.
3. Akuisisi saham hanya dapat dilakukan terhadap perusahaan target berbentuk PT sebab
kepemilikannya diwujudkan dalam bentuk saham.
4. Akuisisi asset dapat dilakukan terhadap perusahaan perseorangan (UD dan PD), persekutuan (CV dan
firma), badan hokum (PT dan Koperasi).
5. Pihak pengakuisisi berbentuk perseroan terbatas sebelum melakukan akuisisi harus lebih dahulu
mendapat persetujuan dari RUPS perusahaan pengakuisisi.
6. Akuisisi saham berbeda dengan pembelian saham biasa karena dalam akuisisi saham jumlah
saham yang dibeli relative banyak sehingga dapat mengubah posisi pemegang saham moyoritas atau
pemegang saham pengendali.
7. Perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi sama-sama tetap hidup. Namun, ada pula
akuisisi yang diikuti dengan merger sehingga perusahaan yang diakuisisi digabungkan dan kemudian
bubar demi hokum tanpa likuidasi.
8. Akuisisi terhadap saham perusahaan perbankan harus mendapat persetujuan Bank Indonesia,
sedangkan akuisisi terhadap saham perusahaan terbu ka harus mendapat persetujuan Bapepam-LK.
1. Pihak yang akan mengakuisisi PT menyampaikan maksud dan tujuannya kepada direksi PT yang akan
diakuisisi. Pihak pengakuisi dapat berbentuk PT, koperasi yayasan, CV, Firma, atau Perorangan.
2. Direksi PT yang akan diakuisisi dan pihak pengakuisisi masing-masing menyusun usulan rencana
akuisisi. Usulan rencana akuisisi wajib mendapat persetujuan komisaris PT yang akan diakuisisi
atau lembaga serupa dari pihak pengakuisisi.
3. Usulan rencana akuisisi digunakan sebagai bahan penyusunan rancangan akuisisi yang disusun secara
bersama-sama antara direksi PT yang akan diakuisisi dengan pihak pengakuisisi. Ringkasan
rancangan akuisisi wajib diumumkan direksi PT pengakuisisi dalam dua surat kabar harian serta
diberitahukan secara tertulis kepada karyawan PT pengakuisisi paling lambat 14 hari sebelum
pemanggilan RUPS.
4. Rancangan akuisisi wajib disetujui RUPS dari PT yang akan diakuisisi. Rancangan akuisisi juga
harus disetujui oleh pemegang kekuasaan dari pihak pengakuisisi. Apabila pihak pengakuisisi
berbentuk PT, rancangan akuisisi harus disetujui RUPS. Pada pihak pengakuisisi berbentuk koperasi,
rancangan akuisisi harus disetujui rapat anggota koperasi. Jika pihak pengakuisisi berbentuk yayasan
maka rancangan akuisisi harus disetujui rapat dewan Pembina yayasan. Untuk pihak pengakuisisi
berbentuk CV dan Firma, rancangan akuisisi harus disetujui oleh para sekutu atau pemilik CV dan
Firma.
5. Rancangan akuisisi yang telah disetujui selanjutnya dituangkan dalam akta akuisisi yang dibuat di
hadapan notaris dan ditulis dalam Bahasa Indonesia. Akta akuisisi yang sudah disahkan notaris
selanjutnya didaftarkan kepada Menkumham
92
6. Apabila akuisisi PT diikuti perubahan AD yang membutuhkan persetujuan Menkumham, akuisisi
dianggap mulai berlaku sejak tanggal persetujuan AD oleh Menkumham. Apabila akuisisi PT disertai
perubahan AD yang tidak memerlukan persetujuan Menkumham, akuisisi dianggap mulai berlaku
sejak tanggal pendaftaran akta akuisisi dalam daftar perusahaan. Di sisi lain, apabila akuisisi PT tidak
mengakibatkan perubahan AD, akuisisi dianggap mula i berlaku sejak tanggal penandatanganan
akta akuisisi di hadapan notaris.
1. Akuisisi Horizontal Akuisisi horizontal yaitu suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan lain yang
memiliki produk atau jasa yang sama atau daerah pemasaran yang sama, dengan tujuan untuk
memperbesar pangsa pasar atau membunuh pesaing.
2. Akuisisi Vertikal Akuisisi dalam bentuk integrasi vertikal yaitu suatu bentuk akuisisi dimana suatu
perusahaan mengakuisisi perusahaan lain yang bergerak dalam tahapantahapan produksi yang
sama.
3. Akuisisi Konglomerat Akuisisi terhadap perusahaan yang tidak terkait baik secara horizontal maupun
vertikal.
4. Akuisisi Eksternal Akuisisi yang terjadi antara dua atau lebih perusahaan, masingmasing dalam grup
yang berbeda, atau tidak dalam grup yang sama.
5. Akuisisi Internal Kebalikan akuisisi eksternal, dalam akuisisi internal perusahaanperusahaan yang
melakukan akuisisi masih dalam satu grup usaha.
6. Akuisisi Saham Akuisisi perusahaan dimana yang diakuisisi atau dibeli adalah saham nya
perusahaan target, baik dengan uang tunai, maupun dibayar dengan sahamnya pengakuisisi atau
perusahaan lainnya. Untuk dapat disebut transaksi akuisisi, maka saham yang dibeli tersebut
haruslah paling sedikit 51% (simple majority), atau paling tidak setelah akuisisi tersebut, pihak
pengakuisisi memegang saham paling tidak 51%. Sebab jika kurang dari presentase tersebut,
perusahaan target tidak bisa dikontrol, karenanya yang terjadi hanya jual beli saham biasa saja.
7. Akuisisi Aset Pengakuisisian terhadap aset perusahaan target dengan atau tanpa ikut mengasumsi
atau mengambil alih seluruh kewajiban perusahaan target terhadap pihak ketiga.
8. Akuisisi Kombinasi Kombinasi antara akuisisi saham dengan akuisisi aset.
9. Akuisisi Bertahap Akuisisi yang tidak dilaksanakan sekaligus, misalnya dengan pembelian
convertible bonds oleh perusahaan pengakuisisi, maka tahap pert ama perusahaan pengakuisisi
mendrop dana ke perusahaan target lewat pembelian bonds yang kemudian ditukar dengan
equity. Jika kinerja perusahaan target semakin baik, hak opsi ada pada pemilik convertible
bonds, yang adalah perusahaan pengakuisisi.
10. Akuisisi Strategis Akuisisi perusahaan yang dilakukan dengan latar belakang untuk meningkatkan
produktivitas perusahaan, sebab dengan akuisisi diharapkan dapat meningkatkan sinergi usaha,
mengurangi risiko (karena diversivikasi), memperluas pangsa pasar, meningkatkan efisiensi, dsb.
11. Akuisisi Finansial Akuisisi yang dilakukan untuk meningkatkan keuntungan finansial sematamata
dalam waktu sesingkat -singkatnya. Bersifat spekulatif, dengan keuntungan yang diharapkan lewat
pembelian saham/aset yang murah tetapi dengan income perusahaan target yang tinggi
93
“Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan akuisisi yaitu
motif ekonomi dan motif non-ekonomi”. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan
yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Di sisi
lain, motif non-ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut,
tetapi didasarkan pada keinginan subyektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajeman perusahaan”.
1. Motif Ekonomi Akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah mencapai
peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu, seluruh aktivit as dan keputusan yang diambil oleh
perusahaan harus diarahkan mencapai tujuan ini. Implementasi program yang dilakukan oleh
perusahaan harus melalui langkahlangkah konkrit misalnya melalui efisiensi produksi, peningkatan
penjualan, pemberdayaan dan peningkatan produktivitas sumber daya manusia.
2. Motif Sinergi Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan akuisisi adalah
menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah akuisisi yang lebih
besar daripada penjumlahan nilai masingmasing perusahaan sebelum akuisisi. Sinergi dihasilkan
melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan
yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang
lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan jika mereka bekerja
sendiri.
3. Motif Diversivikasi Diversivikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui
akuisisi. Diversivikasi dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk
mengamankan posisi bersaing (competitive advantage). Akan tetapi jika melakukan diversivikasi
yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang
mendukung kompetensi ini (core competence). Disamping memberikan manfaat seperti transfer
teknologi dan pengalokasian modal, diversivikasi juga membawa kerugian yaitu adanya subsidi
silang.
4. Motif Non-Ekonomi Aktivitas akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja
tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat nonekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif
non-ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan
Akuisisi memberikan banyak manfaat. Hal ini dijelaskan dari beberapa literatur manajemen. Beberapa
manfaat yang mungkin dihasilkan dari proses akuisisi menurut David antara lain:
1. Meningkatkan efisiensi melalui sinergi yang tercipta diantara perusahaan yang diakuisisi
2. Memperluas portofolio jasa yang ditawarkan yang akan berakibat pada bertambahnya sumber
pendapatan bagi perusahaan
3. Memperkuat daya saing perusahaan, dan lain sebagainya.
Namun selain manfaat yang mungkin dihasilkan, menurut David perlu juga diperhatikan
kemungkinan risiko yang akan muncul sebagai hasil dari akuisisi yaitu:
a. Seluruh kewajiban masing-masing perusahaan akan menjadi tanggungan perusahaan hasil akuisisi,
termasuk kewajiban pembayaran dan penyerahan produk kepada vendor yang masih terhutang
b. Beban operasional, terutama dalam jangka pendek, akan semakin meningkat sebagai akibat dari
proses penggabungan usaha
94
c. Perbedaan budaya (corporate culture), sistem dan prosedur yang diterapkan di masing-masing
perusahaan selama ini akan memerlukan penyesuaian dengan waktu yang relatif lama, dan
sebagainya.
Keberhasilan suatu akuisisi sangat bergantung pada ketepatan analisis dan penelitian yang
menyeluruh terhadap faktor-faktor penyelaras atau kompatibilitas antara organisasi yang akan
bergabung. Kinerja keuangan pada perusahaan hasil akuisisi merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih akan bergabung.
Harianto menyebutkan bahwa: “Kelebihan Akuisisi dan kekurangan akuisisi adalah sebagai berikut”:
1. Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang saham sehingga
jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan
tidak menjual kepada pihak Bidding firm.
95
2. Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung dengan pemegang
saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga tidak diperlukan
persetujuan manajemen perusahaan.
3. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan, akuisisi saham
dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat (hostile takeover).
4. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan mayoritas suara
pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham
minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi
1. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui pengambilalihan tersebut,
maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit
dua per tiga ( sekitar 67% ) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
2. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi merger.
3. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum dibalik nama
sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
D. GLOSARIUM
Perbedaan budaya (corporate culture), sistem dan prosedur yang diterapkan di masingmasing
perusahaan selama ini akan memerlukan penyesuaian dengan waktu yang relatif
Motif Diversivikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui
akuisisi
96
PERLINDUNGAN KONSUMEN
( MODUL 12 )
Pengertian perlindungan konsumen di kemukakan oleh berbagai sarjana hukum salah satunya Az.
Nasution mendefinisikan bahwa: “perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum yang memuat
asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur hubungan dan juga mengandung sifat yang
melindungi kepentingan konsumen”.
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen.
Menurut Husni Syawali bahwa: “Setiap orang pada suatu waktu, dalam posisi tunggal/sendiri maupun
berkelompok bersama orang lain, dalam keadaan apapun pasti menjadi konsumen untuk suatu produk
barang dan/atau jasa tertentu. Keadaan universal ini pada beberapa sisi menunjukkan adanya
kelemahan pada konsumen, sehingga konsumen tidak mempunyai kedudukan yang aman. Oleh
karena itu, secara mendasar konsumen juga membutuhkan perlindungan hukum yang bersifat
universal”.
Selanjutnya Husni Syawali menyatakan bahwa: “Perlindungan terhadap konsumen sangatlah penting,
mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan dan tekonologi yang merupakan motor penggerak bagi
produktifitas dan efisiensi produsen atas barang dan/atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai
sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, baik langsung atau tidak
langsung maka konsumenlah yang pada umumnya merasakan dampaknya”.
a. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur keterbukaan akses dan
informasi, serta menjamin kepastian hukum;
b. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh pelaku usaha;
c. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa;
d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktek usaha yang menipu dan menyesatkan;
e. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan, dan pengaturan perlindungan konsumen
dengan bidang-bidang perlindungan pada bidang-bidang lainnya.
Menurut Munir Fuady bahwa: “Para konsumen merupakan golongan yang rentan dieksploitasi oleh
pelaku usaha. Karena itu diperlukan seperangkat aturan hukum untuk melindungi konsumen”.
Selanjutnya Munir Fuady menyatakan bahwa: “Yang dimaksud konsumen adalah pengguna akhir (end
user) dari suatu produk, yaitu setiap pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan”.
Lebih lanjut Munir Fuady menyatakan bahwa: “Yang dimaksud dengan produsen atau pelaku usaha
adalah setiap perorangan atau badan usaha yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum Negara Indonesia, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melalui
97
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai kegiatan ekonomi tentang perlindungan
konsumen ini diatur oleh seperangkat aturan hukum di bidang perlindungan konsumen”.
Menurut Pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keamanan, dan keselamatan
konsumen, serta kepastian hukum. Menurut Ahmadi Mirubahwa: “Perlindungan konsumen
diselenggarakan sebagi usaha bersama berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam pembangunan
nasional, yaitu ”:
1) Asas Manfaat
Asas manfaat mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan
konsumen harus memberikan manfaat sebesarbesarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku
usaha secara keseluruhan.
2) Asas Keadilan
Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal
dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan
melaksanakan kewajibannya secara adil.
3) Asas Keseimbangan
Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen,
pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil dan spritual.
4) Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen
Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas
keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan
barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan
5) Asas Kepastian Hukum
Asas kepastian hukum dimaksudkan agar, baik pelaku usaha maupun konsumen menaati dan
memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin
kepastian hukum. Menurut
Munir Fuadi bahwa: “Yang merupakan asas dari perlindungan konsumen adalah sebagai berikut”:
Menurut Pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Perlindungan Konsumen bertujuan:
98
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-
haknya sebagai konsumen;
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan
keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga
tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;
6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi
barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
1. Hak Konsumen
Menurut Janus Sidalabok bahwa: “Hak-hak konsumen itu terdiri dari”:
a. Hak konsumen sebagai manusia (yang perlu hidup);
b. Hak konsumen sebagai subyek hukum dan warga negara (yang bersumber dari undang-
undang/ hukum); dan
c. Hak konsumen sebagai pihak-pihak dalam kontrak (dalam hubungan kontrak dengan
konsumen-pelaku usaha)
Selanjutnya Janus Sidalabok menyebutkan bahwa: “Masyarakat Ekonomi Eropa menetapkan hak-hak
dasar konsumen (warga masyarakat Eropa) yang perlu mendapat perlindungan di dalam perundang-
undangan negara-negara Eropa, yaitu” :
Menurut Pasal 4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, hak konsumen adalah:
a. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/ atau
jasa;
99
b. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/ atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi
serta jaminan yang dijanjikan;
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/
atau jasa;
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/ atau jasa yang digunakan;
e. Hak untuk memdapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan
konsumen secara patut;
f. Hak untuk memdapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak se suai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya
2. Kewajiban Konsumen
Menurut Pasal 5 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, kewajiban konsumen adalah:
1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang
dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan;
2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut
a: “Yang dimaksud dari masing-masing kewajiban konsumen tersebut adalah sebagai berikut” :
1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang
dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan;
Adapun kewajiban konsumen membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan merupakan
hal penting mendapat pengaturan. Adapun pentingnya kewajiban ini karena sering pelaku usaha
menyampaikan peringatan secara jelas pada label suatu produk, namun konsumen tidak membaca
peringatan yang telah disampaikan kepadanya.
2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
Menyangkut kewajiban konsumen beritikad baik hanya tertuju pada transaksi pembelian barang
dan/atau jasa. Hal ini tentu saja disebabkan karena bagi konsumen, kemungkinan untuk dapat
merugikan produsen mulai pada saat melakukan transaksi dengan produsen. Berbeda dengan
pelaku usaha kemungkinan terjadinya kerugian bagi konsumen dimulai sejak
barangdirancang/diproduksi oleh produsen (pelaku usaha).
3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
Kewajiban konsumen membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati dengan pelaku usaha,
adalah hal yang sudah biasa dan sudah semestinya demikian.
4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
Kewajiban lain yang perlu mendapat penjelesan lebih lanjut adalah kewajiban mengikuti upaya
penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. Kewajiban ini dianggap sebagai
hal baru, sebab sebelum diundangkannya UUPK hampir tidak dirasakan adanya kewajiban secara
100
khusus seperti ini dalam perkara perdata, sementara dalam kasus pidana tersangka/terdakwa
lebih banyak dikendalikan oleh aparat kepolisian dan/atau kejaksaan. Menurut Ahmadi Miru
bahwa: “Adanya kewajiban seperti ini diatur dalam UUPK dianggap tepat, sebab kewajiban ini
adalah untuk mengimbangi hak konsumen untuk mendapatkan upaya penyelessaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut”.
Menurut Pasal 1 angka 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi
101
Menurut Wahyu Sasongko bahwa: “Penyelenggaraan perlindungan konsumen oleh pemerintah harus
Selain lembaga pemerintah yang menangani perlindungan konsumen, terdapat juga lembaga
perlindungan konsumen nonpemerintah, yaitu Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
Di Indonesia LSM di bidang perlindungan yang telah eksis sejak orde baru hingga saat ini adalah
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Menurut undang-undang, pengertian Badan
Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), yaitu: “Badan Perlindungan Konsumen Nasional adalah
badan yang dibentuk untuk membantu upaya pengembangan perlindungan konsumen”. Sedangkan
lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat mempunyai pengertian, yaitu : “Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat adalah lembaga non-Pemerintah yang terdaftar dan
diakui oleh Pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan konsumen”.
Dasar berdirinya BPKN selain UUPK adalah Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2001 tentang Badan
Perlindungan Konsumen Nasional. Namun demikian, operasional BPKN baru terlaksana pada 5
Oktober 2004, sesuai Keppres Nomor 150 Tahun 2004. BPKN yang dibentuk Pemerintah merupakan
lembaga independen yang berfungsi memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam
upaya mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia. Untuk menjalankan fungsinya, BPKN
mempunyai tugas sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 ayat (2) PP No. 57 Tahun2001 tentang
Berdasarkan tugas tersebut, BPKN diharapkan dapat menjadi lembaga perlindungan konsumen yang
mengelola kepentingan dan hak-hak konsumen, mengingat BPKN bertanggungjawab langsung terhadap
presiden.
“Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat, juga tak kalah berperan dalam menangani
perlindungan konsumen. Walaupun Lembaga Perlindunga Konsumen Swadaya Masyarakat dikatakan
sebagai Lembaga non Pemerintah, tatapi bukanlah Lembaga Perlindunga Konsumen Swadaya
Masyarakat yang selama ini diketahui “independen”, mengingat Lembaga Perlindunga Konsumen
102
Swadaya Masyarakat yangdimaksud dalam undang - undang ini harus didaftarkan dan mendapat
pengakuan pemerintah, dengan tugastugas yang masih diatur dengan Peraturan Pemerintah”. Tugas
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat sebagaimana tercantum dalam Pasal 3
Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2001 tentang Lembaga Perlindunga Konsumen Swadaya
Masyarakat meliputi kegiatan:
a. Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan kewajiban dan
kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.
b. Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya.
c. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan konsumen.
d. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan atau
pengaduan konsumen.
e. Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap pelaksanaan
perlindungan konsumen.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
D. GLOSARIUM
103
BADAN USAHA MILIK NEGARA
( MODUL 13 )
Menjelaskan tentang Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Filosofi dibentuknya Badan Usaha
Milik Negara adalah karena berdasarkan pada bunyi ketentuan UUD 1945 Pasal 33 khususnya ayat
(2) dan (3) yang mengandung maksud bahwa; cabang-cabang produksi penting bagi Negara yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Kemudian bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Menurut Munir Fuadi bahwa : ”Badan Usaha Milik Negara atau yang sering disingkat dengan BUMN,
merupakan bentuk usaha di bidang tertentu yang umumnya menyangkut dengan kepentingan umum,
dimana peran pemerintah di dalamnya relatif besar, minimal dengan menguasai mayoritas pemegang
saham. Eksistenti dari Badan Usaha Milik Negara adalah sebagai konsekuensi dan amanah dari konstitusi
di mana hal - hal yang penting atau cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara”.
Pengertian BUMN berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2005 adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan negara yang dipisahkan . Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Dan dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep -
117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 BUMN wajib menerapkan Good Corporate Governace secara
konsisten dan berkelanjutan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini dengan tetap
memperhatikan ketentuan, dan norma yang berlaku serta anggaran dasar BUMN.
Menurut Sentosa Sembiring bahwa: “Dengan mencermati ketentuan diatas, hal yang pertama yang
kiranya perlu dikemukakan disini adalah secara yuridis formal yang menyangkut BUMN diatur dalam
satu undang-undang tersendiri. Yang kedua adalah BUMN dalam menjalankan kegiatan mengacu
pada ketentuan internal yang ditetpkan ketika BUMN didirikan yakni anggaran dasar. Pada umumnya
dalam anggaran dasar perusahaan dijelaskan yang berkaitan dengan modal, pengelolaan dan
penggunaan dana. Ketiga BUMN selain tunduk pada UU BUMN juga tunduk pada peraturan
perundang - undangan lainnya”.
Dalam penjelasan pasal 3 UU BUMN dikemukakan; Yang dimaksud dengan peraturan perundang-
undangan lainnya adalah ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 termasuk perubahannya jika
ada dan peraturan pelaksanaannya serta peraturan perundang-undangan sektoral yang mengatur
bidang usaha BUMN dan swasta yang dikeluarkan oleh departemen/lembaga nondepartemen.
Andi Sri Rezky Wulandari mengatakan bahwa: “Di Indonesia, Badan Usaha Milik Negara adalah
badan usaha yang sebagian atau seluruh kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia.
Yang berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat.
Pada beberapa BUMN di Indonesia, Pemerintah telah melakukan perubahan mendasar pada
kepemilikannya dengan membuat BUMN tersebut menjadi perusahan terbuka(TBK) yang sahamnya
bisa dimiliki oleh masyarakat (publik)”.
104
Menjelaskan Tentang Sejarah BUMN
Menurut Ibrahim.Y bahwa: “Sejarah Perusahaan Perseroan di Indonesia dapat ditemukan dalam
sejarah pembentukan perusahaanperusahaan negara oleh pemerintah. Perusahaan negara telah
lama dikenal sejak masuknya Belanda di Indonesia, adanya VOC dapat dijadikan bukti keterlibatan negara
dalam kegiatan ekonomi sejak Indonesia memproklamirkan kemerdekaan hingga sekarang, Badan
Usaha Negara telah memainkan Peranan penting dalam pembangunan dan perekonomian Negara”
Lahirnya beberapa Badan Usaha Milik Negara di Negara Republik Indosia ini, merupakan tulang
punggung Negara, hal ini beberapa perusahaan strategis mayoritas menjadi pionir untuk membangun
negeri ini, sebut saja misalnya dari penerangan dikuasai oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN),
Transportasi penumpang laut dilayani oleh perusahaan Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) serta
Angkutan Sungai dan Penyeberangan (ASDP), dibidang bahan bakar dilayani PT. Pertambangan
Minyak Negara (Pertamina) dan PT. Perusahan Gas Negara (PGN).
Haryo Budi Wibowo mengatakan bahwa: “Sebagaimana yang dikemukan ole Badan Usaha Milik
Negara atau yang disingkat BUMN merupakan unit usaha yang sebagaian besar atau seluruh
modalnya berasal dari keuangan Negara yang dipisahkanuntuk membuat suatu produk atau jasa
yang sebesar-besarnya ditunjukan untuk kemakmuran rakyat. Pengertian keuangan Negara yang
dipisahkan, diartikan secara normatif bahwa keuangan tersebut telah dipisahkan dari keuangan Negara
yang bersifat Murni.
Mendiskusikan ikut sertanya Negara dalam mengelola suatu Badan Usaha Negara saat ini masih cukup
hangat dibicarakan oleh berbagai pihak. Tampaknya keberadaan negara dalam badan usaha bukanlah
suatu hal yang baru. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasrun Yasabari, jika ditilik dari sjarah
bangsa ini, terlihat bahwa keterlibatan negara dalam kegiatan ekonomi bukanlah suatu yang baru.
105
Hal ini terlihat ketika lahirnya Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC) melakukan kegiatannya
(1602-1709) di negeri ini (dulu lebih dikenal dengan Hindia Belanda) VOC merupakan trust yang dibentuk
oleh pemerintah Belanda untuk mengatasi kegagalan dari sejumlah perusahaan Belanda yang bersaing
keras dan akhirnya hancur berantakan.
Adanya campur tangan Belanda dalam VOC merupakan bukti keterlibatan negara dalam bidang
perekonomian. Pendapat senada dikemukakan oleh M. Natzir Said sebelum Perang Dunia II pada zaman
Nederlandsch Indie telah dikenal perusahaan negara yang diatur dalam Indische Comptbiliteeitswet
staatblad (Stbl.) 1925 No. 106 jo. 448 (ICW) dan yang diatur dalam Indische Bedrijvenwet Stb. 1927 No.
419 (IBW). Selanjutnya dikemukakan jauh sebelum lahirnya perusahaan, baik yang diatur dalam ICW
maupun IBW sudah dikenal sudah dikenal perusahaan-perusahaan pemerintah (Governments
Bedrijven) yang merupakan bagian dari suatu usaha jawatan, seperti rumah gadai yang dibentuk dengan
kroonordonantie Stb 1903 No.402. Pada tahun 1960, Pemerintah Indonesia menerbitkan UU No. 19
Perpu tahun 1960, Lembaran Negara RI tahun 1960 No. 59, tambahan Lemaran Negara Tahun 1960
No. 1989 tentang Perusahaan Negara. Oleh karena itu tidak berkelebihan jika disebut tahun 1960
sebagai era baru dalam perusahaan negara di Indonesia.
Keberadaan perusahaan-perusahaan negara di Indonesia dapat dilihat dari beberapa periode, yaitu
periode pertama periode sebelum kemerdekaan, periode kedua tahun 1945-1960, periode ketiga
tahun 1960-1969, periode keempat tahun 1969-2003. Pada periode berikutnya tahun 2003 sampai
sekarang. Pada periode pertama, periode sebelum kemerdekaan, perusahaan-perusahaan negara
dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda yang melakukan usaha untuk kepentingan pemerintah Belanda.
Sesuai ketentuan Undang-undang No. 19 Perpu tahun 1960 tahun 1960 ditegaskan bahwa
Perusahaan Negara adalah perusahan dalam bentuk apapun yang modalnya untuk seluruhnya
merupakan kekayaan negara Ripublik Indonesia, kecuali ditentukan lain dengan atau berdasarkan
undang-undang. Selanjutnya dalam perkembangan diterbitkannya PERPU No. 1 tahun 1969 tentang
Bentuk-bentuk Usaha Negara kemudian ditetapkan menjadi UU No. 9 tahun 1969 tentang Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), yang mana BUMN dibagi dalam 3 bentuk sebagai berikut;
Sebagai tindak lanjut dari bentuk 3 BUMN Pemerintah mengeluarkan PP Republik Indonesia No.3
tahun 1983 tentang tata cara pembinaan dan pengawasan Persahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan
Umum (Perum), dan Perusahaan Perseroan(Persero) serta PP Republik Indonesia No. 13 tahun 1998
tentang Perusahaan Umum (Perum).
Sejak tahun 2003 terjadi perubahan yang cukup mendasar dalam pengelolaan BUMN. Hal ini ditandai
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara t anggal 19
juni 2003 (Lembaran Negara Ripublik Indonesia tahun 2003 Nomor 70; Tambahan Lembaran Negara
Negara Republik Indonesia Nomor 4297), untuk selanjutnya disebut UUBUMN. Adapun alasan
diterbitkan Undang-Undang ini dijelaskan dalam pertimbangan atau konsidereans yang
mengemukakan sebagai berikut:
106
a. Bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi dalam
perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi;
b. Bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan
perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;
c. Bahwa pelaksanaan peran Badan Usaha Milik Negara dalam perekonomian nasional untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat belum optimal;
d. Bahwa untuk mengoptimalkan peran Badan Usaha Milik Negara, pengurusan dan pengawasannya
harus dilakukan secara profesional;
e. Bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur Badan Usaha Milik Negara sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan perekonomian dan dunia usaha yang semakin pesat,
baik secara nasional maupun internasional;
Lebih lanjut dalam penjelasan umum UU BUMN disebutkan : Untuk dapat mengoptimalkan perannya
dan mampu mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang semakin
terbuka dan kompetitif, BUMN perlu menumbuhkan budaya korporasi dan profesionalisme antara lain
melalui pembenahan pengurusan dan pengawasannya. Pengurusan dan pengawasan BUMN harus
dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata-kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).
Peningkatan efisiensi dan produktifitas BUMN harus dilakukan melalui langkahlangkah restrukturisasi
dan privatisasi. Restrukturisasi sektoral dilakukan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif
sehingga tercapai efisiensi dan pelayanan yang optimal. Sedangkan restrukturisasi perusahaan yang
meliputi penataan kembali bentuk badan usaha, kegiatan usaha, organisasi, manajemen, dan
keuangan.
Privatisasi bukan semata-mata dimaknai sebagai penjualan perusahaan, melainkan menjadi alat dan
cara pembenahan BUMN untuk mencapai beberapa sasaran sekaligus, termasuk didalamnya adalah
peningkatan kinerja dan nilai tambah perusahaan, perbaikan struktur keuangan dan manajemen,
penciptaan struktur industri yang sehat dan kompetitif, pemberdayaan BUMN yang mampu bersaing
dan berorientasi global, penyebaran kepemilikan oleh publik serta pengembangan pasar modal
domestik.
Dengan dilakukannya privatisasi BUMN, bukan berarti kendali atau kedaulatan negara atas BUMN
yang bersangkutan menjadi berkurang atau hilang karena sebagaimana dinyatakan di atas, negara tetap
menjalankan fungsi penguasaan melalui regulasi sektoral dimana BUMN yang diprivatisasi
melaksanakan kegiatan usahanya. Dari latar belakang diterbitkannya UU No. 19 tahun 2003 tentang
BUMN, terlihat bahwa pembentuk undang-undang mengharapkan agar BUMN dikelolan secara
profesional..
Sebagaimana disebutkan dalam pasal 2 Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN bahwa
maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah sebagai berikut:
107
c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;
d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta
dan koperasi;
e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,
koperasi, dan masyarakat.
1. Fungsi BUMN yang pertama yaitu untuk menyediakan berbagai barang dan jasa.
2. Fungsi BUMN yang kedua sebagai alat pemerintah untuk menata kebijakan perekonomian
Indonesia
3. Fungsi BUMN yang ketiga ialah untuk membuka lapangan pekerjaan baru
4. Fungsi BUMN yang keempat yaitu digunakan sebagai penghasil devisa Negara
5. Fungsi BUMN yang kelima adalah untuk membantu pengembangan usaha kecil koperasi.
6. Fungsi BUMN yang keenam ialah sebagai pendorong aktivitas masyarakat di berbagai lapangan usaha.
7. Fungsi BUMN yang selanjutnya yaitu untuk mengelolah cabang-cabang produksi SDA (Sumber
Daya Alam) untuk masyarakat.
8. Fungsi BUMN yang terakhir ialah untuk menjadi pelopor terhadap pembangunan sektor-sektor
usaha yang belum diminati oleh pihak swasta.
Manfaat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) –BUMN dalam fungsi dan peranannya memiliki berbagai
macam manfaat-manfaat yang diberikan kepada negara dan rakyat indonesia. Manfaat Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam memperoleh kebutuhan hidup berupa barang
dan jasa
2. Membuka dan memperluas lapangan pekerjaan bagi penduduk angkatan kerja
3. Mencegah monopoli pihak swasta dipasar dalam pemenuhan barang dan jasa
4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas dalam komiditi ekspor berupa penambah devisa baik migas
maupun non migas.
5. Mengisi kas negara yang bertujuan memajukan dan mengembangkan perekonomian negara.
Modal BUMN merupakan dan berasal dari kekayaan kekayaan yang dipisahkan Sebagaimana disebutkan
dalam pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Sedangkan Pasal 4 ayat
(3) menyebutkan yang dimaksud dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara adalah modal negara
dalam rangka pendirian BUMN atau perseroan terbatas yang dananya berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Menurut M Shidqon Prabowo bahwa: “Maksud ketentuan ini adalah pemisahan kekayaan negara
untuk dijadikan penyertaan modal negara ke dalam modal BUMN hanya dapat dilakukan dengan cara
penyertaan langsung negara ke dalam modal BUMN tersebut, sehingga setiap penyertaan tersebut
perlu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Modal BUMN sebagian atau seluruhnya dipunyai oleh Negara melalui penyertaan langsung. Dapat
disimpulkan bahwa sumber modal dari BUMN berdasar ketentuan dalam UU BUMN adalah berupa :
108
1. Penyertaan Negara semata bila sebuah BUMN merupakan badan usaha yang seluruh modalnya
dimiliki oleh Negara, atau
2. Penyertaan Negara dan swasta bila sebuah BUMN merupakan badan usaha yang sebagian modalnya
dimiliki oleh Negara.
Pada prinsipnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.19 tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara Pasal 5, bahwa Pengurusan BUMN dilakukan oleh Direksi. Direksi bertanggung jawab
penuh atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN serta mewakili BUMN, baik di
dalam maupun di luar pengadilan.
Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan
perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi,
kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran.
M Shidqon Prabowo menyatakan bahwa: “Direksi selaku organ BUMN yang ditugaskan melakukan
pengurusan, tunduk pada semua peraturan yang berlaku terhadap BUMN dan tetap berpegang pada
penerapan prinsip-prinsip good corporate governenceyang meliputi”:
a. Transparansi
Yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan
dalammengungkapkan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.
b. Kemandirian
Yaitu keadan bahwa perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
c. Akuntabilitas
Yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertangungjawaban organ sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif.
d. Pertanggung-jawaban
Yaitu kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
e. Kewajaran
Yaitu kesusaian dalampengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat, yang tidak merugikan kepentingan masyarakat dan Negara
Adapun untuk pengawasan Badan Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.19
tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara Pasal 6 menyebutkan bahwa Pengawasan BUMN
dilakukan oleh Komisaris dan Dewan Pengawas. Komisaris dan Dewan Pengawas bertanggung jawab
penuh atas pengawasan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN. Dalam melaksanakan tugasnya,
Komisaris dan Dewan Pengawas harus mematuhi Anggaran Dasar BUMN dan ketentuan peraturan
perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi,
kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran.
Selanjutnya pada pasal 7 Undang-Undang No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
menegaskan bahwa Para anggota Direksi, Komisaris dan Dewan Pengawas dilarang mengambil
109
keuntungan pribadi baik secara langsung maupun tidak langsung dari kegiatan BUMN selain penghasilan
yang sah. Lebih lanjut disisi lain dalam Undang-Undang No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Negara
pasal 8 diatur bahwa Anggota Direksi, Komisaris, dan Dewan Pengawas tidak berwenang mewakili
BUMN,apabila :
a. Terjadi perkara di depan pengadilan antara BUMN dan anggota Direksi atau Komisaris atau
Dewan Pengawas yang bersangkutan; atau
b. Anggota Direksi atau Komisaris atau Dewan Pengawas yang bersangkutanmempunyai kepentingan
yang bertentangan dengan kepentingan BUMN.
Menurut M Shidqon Prabowo bahwa: “Dalam anggaran dasar ditetapkan yang berhak mewakili
BUMN apabila terdapatkeadaan sebagaimana dimaksud diatas. Dalam hal anggaran dasar tidak
menetapkan yang berhak mewakili BUMN, RUPS mengangkat 1 (satu) orang atau lebih pemegang
saham untuk mewakiliPersero, dan Menteri mengangkat 1 (satu) orang atau lebih untuk mewakili
Perum”
Bagaimana setatus karyawan BUMN? Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara ini, sepertinya status karyawan BUMN, dalam hal tertentu mengacu pada
ketentuan pegawai negri sipil, misalnya menggunakan istilah eselonisasi bahkan sistim penggajiannya
sebagaian BUMN masih menggunakan standar pegawai negeri sipil, atau dalam hal lain masih terkesan
birokrasi, yang menempatkan beberapa pejabat seperti birokrat, padahal disisi lain sebagaimana
tuntutan persaingan bisnis dengan perusahaan swasta atau bahkan globalisasi ekonomi, sehingga
sangat membutuhkan teknokrat-teknokrat ekonomi yang kreatif dan inovatif.
Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara pasal 87
menegaskan bahwa Karyawan BUMN merupakan pekerja BUMN yang pengangkatan, pemberhentian,
kedudukan, hak dan kewajibannya ditetapkan berdasarkan perjanjian kerja bersama sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan di bidang ketenagakerjaan. Karyawan BUMN dapat
membentuk serikat pekerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Lebih lanjut M
Shidqon Prabowo mengatakan bahwa: “Serikat pekerja wajib memelihara keamanan dan ketertiban
dalam perusahaan, serta meningkatkan disiplin kerja. Dengan status karyawan BUMN seperti ini, bagi
BUMN tidak berlaku lagi segala ketentuan eselonisasi jabatan yang berlaku sebagaimana ketentuan
bagi pegawai negeri sipil”.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
110
D. GLOSARIUM
Normatif adalah berpegang teguh pada norma, aturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC) adalah persekutuan dagang asal Belandayang memiliki
monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia yang Didirikan pada tanggal 20 Maret1602.
Staatsblad adalah saat periode colonial disebut Het Staatsblad van Nederlandsch-Indie atau periode
transisi disebut Het Staatsblad van Indonesie dengan penyebutan singkat
Trust adalah peleburan dari beberapa badan usaha menjadi satu perusahaan baru, sehingga akan
membentuk dan mendapatkan kekuasaan yang besar dan monopoli.
111
BENTUK-BENTUK BADAN USAHA MILIK NEGARA
( MODUL 14 )
a. Pengertian Persero
Pengertian Persero dijelaskan dalam pasal 1 angka 2 UU BUMN sebagai berikut: Perusahaan
Perseroan (Persero) adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam
saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara
Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
Sentosa Sembiring menyatakan bahwa: “Dari pengertian persero diatas dapat diketahui bahwa bentuk
hukum badan usaha persero adalah perseroan terbatas. Hal ini berarti ketentuan tentang perseroan
terbatas berlaku juga untuk persero”.
Sebagaimana juga dijelaskan dalam pasal 11 UU BUMN yang menegaskan: Terhadap Persero berlaku
segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas. Yang cukup menarik dalam perusahaan perseroan ini adalah masalah modal.
Dalam UU BUMN disebutkan, modal ada kemungkinan seluruhnya atau sebagian besar (minimal 51%)
dimiliki oleh negara.
Berdasarkan UU BUMN pasal 12 disebutkan bahwa maksud dan tujuan persero adalah sebagai
berikut:
1) Menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat
2) Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan
Dalam penjelasan pasal 12 UU BUMN disebutkan: Persero sebagai salah satu pelaku ekonomi
nasional dituntut untuk dapat memenuhi permintaan pasar melalui penyediaan barang dan/atau jasa
yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat baik di pasar dalam negeri maupun internasional. Dengan
demikian dapat meningkatkan keuntungan dan nilai Persero yang bersangkutan sehingga akan
memberikan manfaat yang optimal bagi pihak-pihak yang terkait.
Dengan demikian, dapat meningkatkan keuntungan dan nilai persero yang bersangkutan sehingga
akan memberikan manfaat yang optimal bagi pihak -pihakyang terkait. Dari ketentuan diatas dapat
diketahui bahwa persero sebagai salah satu pelaku ekonomi. Sebagai pelaku ekonomi berarti badan
usaha ini harus mampu bersaing dengan badan usaha lainnya dalam menghasilkan produk-produknya.
Menurut Andi Sri Rezky Wulandari bahwa: “Jika dicermati secara seksama pengertian persero, kiranya
tidak berkelebihan jika dikemukakan, perusahaan perseroan mempunyai karakteristik sebagai
berikut”:
112
1. Tujuan usahanya memupuk keuntungan
2. Status usahanya badan hukum perdata
3. Hubungan hukum usahanya diatur oleh hukum perdata
4. Modal dipisahkan dari kekayaan negara
5. Tidak memiliki fasilitas negara
6. Dipimpin oleh suatu direksi
7. Peranan negara sebagai pemegang saham
8. Status karyawan sebagai karyawan perusahaan BUMN.
Sebagaimana tercantum dalam pasal 13 UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN disebutkan bahwa
Organ persero adalah rapat umum pemegang saham, direksi, dan komisaris.
Menurut M Shidqon Prabowo bahwa: “Bagi persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara,
menteri yang ditunjuk mewakili Negara selaku pemegangsaham dalam setiap keputusan tertulis yang
berhubungan dengan persero merupakan keputusan RUPS. Bagi persero dan perseroan terbatas yang
sahamnya dimiliki Negara 100%, menteri selaku pemegang saham dan keputusannya diambil
bersama-sama pemegang saham dalam RUPS”.
113
2. Direksi
Salah satu organ yang cukup penting dalam BUMN adalah Direksi. Disebutkan demikian karena
direksilah yang menjalankan kegiatan seharihari persero. Untuk itu, maju atau mundurnya suatu
perusahaan perseroan, peran direksi sangat penting, Didalam pasal 1 angka 9 UU BUMN dijelaskan:
Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas pengurusan BUMN untuk kepentingan
dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Seperti halnya dalam perseroan terbatas pada umumnya, dalam perseroanpun direksi diangkat oleh
RUPS. Hanya saja pada perusahaan perseroan ada kekhususan, yakni dalam hal saham dipegang
oleh negara seluruhnya, direksi diangkat oleh Menteri BUMN selaku kuasa pemegang saham. Hal ini
dijelaskan dalam pasal 15 UU BUMN:
Lebih lanjut dalam pasal 29 UU BUMN disebutkan bahwa: “Anggota komisaris sewaktu-waktu dapat
diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya. Persyaratan dapat diangkat
menjadi komisaris harus memiliki kualifikasi tertentu. tepatnya dalam Pasal 28 UU BUMN menyebutkan
sebagai berikut”:
114
1) Anggota Komisaris diangkat berdasarkan pertimbangan integritas, dedikasi,memahami
masalah-masalah manajemen perusahaan yang berkaitan dengan salah satufungsi manajemen,
memiliki pengetahuan yang memadai di bidang usaha Perserotersebut, serta dapat
menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya.
2) Komposisi Komisaris harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkanpengambilan
keputusan dapat dilakukan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapatbertindak secara
independen.
3) Masa jabatan anggota Komisaris ditetapkan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembaliuntuk 1
(satu) kali masa jabatan.
4) Dalam hal Komisaris terdiri atas lebih dari seorang anggota, salah seorang anggotaKomisaris
diangkat sebagai komisaris utama
5) Pengangkatan anggota Komisaris tidak bersamaan waktunya dengan pengangkatananggota
Direksi, kecuali pengangkatan untuk pertama kalinya pada waktu pendirian.
Dalam penjelasan pasal 12 UU BUMN disebutkan bahwa: “ Persero sebagai salah satu pelaku
ekonomi nasional dituntut untuk dapat memenuhi permintaan pasar melalui penyediaan barang
dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat baik di pasar dalam negeri maupun
internasional. Dengan demikian dapat meningkatkan keuntungan dan nilai Persero yang bersangkutan
sehingga akan memberikan manfaat yang optimal bagi pihak-pihak yang terkait”.
Dengan demikian, dapat meningkatkan keuntungan dan nilai persero yang bersangkutan sehingga akan
memberikan manfaat yang optimal bagi pihak -pihak yang terkait. Dari ketentuan diatas dapat
diketahui bahwa persero sebagai salah satu pelaku ekonomi. Sebagai pelaku ekonomi berarti badan
usaha ini harus mampu bersaing dengan badan usaha lainnya dalam menghasilkan produkproduknya.
115
c. Karakteristik Perusahaan Perseroan
Jika dicermati secara seksama pengertian persero, kiranya tidak berkelebihan jika dikemukakan,
perusahaan perseroan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Sekalipun posisi menteri cukup penting dalam perum, tidsk berarti ia juga turut serta menjalankan
kegiatan operasional perum. Dalam pasal 39 UU BUMN disebutkan: Menteri tidak bertanggung jawab
atas segala akibat perbuatan hukum yang dibuat Perum dan tidak bertanggung jawab atas kerugian
Perum melebihi nilai kekayaan negara yang telah dipisahkan ke dalam Perum, kecuali apabila
Menteri i:
1. Baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perum semata-mata
untuk kepentingan pribadi;
2. Terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Perum; atau
3. Langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perum.
Sedangkan kewenangan menteri selaku organ Perum dijabarkan dalam pasal 38 UU BUMN,
sebagai beriku t:
1) Menteri memberikan persetujuan atas kebijakan pengembangan usaha Perum yang
diusulkan oleh Direksi.
2) Kebijakan pengembangan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diusulkan oleh
Direksi kepada Menteri setelah mendapat persetujuan dari Dewan Pengawas.
116
3) Kebijakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan sesuai dengan maksud dan
tujuan Perum yang bersangkutan.
2. Direksi Perum
Berdasarkan pasal 1 angka 9 UU BUMN disebutkan bahwa Salah satu organ yang cukup
penting dalam BUMN dijelaskan Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas
pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik di dalam
maupun di luar pengadilan. Mencermati tugas yang diemban oleh direksi cukup berat, maka
yang dapat diangkat menjadi direksi Perum harus memenuhi kualifikasi tertentu, tepatnya
dalam Pasal 45 UU BUMN menyebutkan sebagai berikut:
1) Yang dapat diangkat sebagai anggota Direksi adalah orang perseorangan yang mampu
melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota
Direksi atau Komisaris atau Dewan Pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan suat
perseroan atau Perum dinyatakan pailit atau orang yang tidak pernah dihukum karena
melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara.
2) Selain kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) anggota Direksi diangkat berdasarkan
pertimbangan keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman, jujur, perilaku yang baik,
serta dedikasi yang tinggi untuk memajukan dan pengembangkan Perum.
3) Pengangkatan anggota Direksi dilakukan melalui mekanisme uji kelayakan dan kepatutan.
4) Calon anggota Direksi yang telah dinyatakan lulus uji kelayakan dan kepatutan wajib
menandatangani kontrak manajemen sebelum ditetapkan pengangkatannya sebagai
anggota Direksi.
5) Masa jabatan anggota Direksi ditetapkan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali
untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
6) Dalam hal Direksi terdiri atas lebih dari seorang anggota, salah seorang anggota Direksi
diangkat sebagai direktur utama.
Sedangkan yang mengangkat direksi Perum adalah menteri, tepatnya dinyatakan dalam pasal 44 UU
BUMN, sebagai berikut; Pengangkatan dan pemberhentian Direksi ditetapkan oleh Menteri sesuai
dengan mekanisme dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Dewan Pengawas
Memiliki pengetahuan yang memadai di bidang usaha Perum Berdasarkan pasal 1 angka 8 UU
BUMN disebutkan bahwa Dewan Pengawas adalah organ Perum yang bertugas melakukan
pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan
Perum . Jika diperhatikan dewan pengawas sebgaiamana yang dijabarkan dalam ketentuan
diatas, tampak bahwa makna daripengawas ini hampir sama dengan komisaris dalam persero.
Satu hal yang dapat diambil disini adalah tugas yang dilakukan oleh dewan pengawas bukanlah
pekerjaan yang ringan. Disebut demikian karena berhasil tidaknya kegiatan yang dilakukan oleh
direksi dalam mencapai tujuan yang dibebankan kepadanya, juga sangat dipengaruhi oleh
pengawasan yang dilkukan oleh dewan pengawas. Oleh karena itu untuk dapat diangkat
menjadi dewan pengawas pun harus memiliki kualifikasi tertentu. tepatnya dalam Pasal 57
UU BUMN menyebutkan sebagai berikut:
1) Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas adalah orang perseorangan yang
mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi
anggota Direksi atau Komisaris atau Dewan Pengawas yang dinyatakan bersalah
117
menyebabkan suatu perseroan atau Perum dinyatakan pailit atau orang yang tidak pernah
dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara.
2) Selain kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), anggota Dewan Pengawas diangkat
berdasarkan pertimbangan integritas, dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen
perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi manajementersebut, serta dapat
menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya.
3) Komposisi Dewan Pengawas harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
pengambilan keputusan dapat dilakukan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat
bertindak secara independen.
4) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
5) Dalam hal Dewan Pengawas terdiri atas lebih dari seorang anggota, salah seorang
anggota Dewan Pengawas diangkat sebagai ketua Dewan Pengawas.
6) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas tidak bersamaan waktunya dengan
pengangkatan anggota Direksi, kecuali pengangkatan untuk pertama kalinya pada waktu
pendirian.
Yang berhak mengangkat dewan pengawas adalah menteri. Tepatnya pasal 56 UU BUMN disebutkan:
Pengangkatan dan pemberhentian anggota Dewan Pengawas ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan
mekanisme dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
118
dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
b. Tujuan Dibentuknya Badan Layanan Umum
Berdasarkan UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendahaaraan Negara (PBN) pasal 68 tujuan
dibentuknya BLU adalah sebagai berikut :
1) Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakatdalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
2) Kekayaan Badan Layanan Umum merupakan kekayaan negara/daerah yang tidakdipisahkan
serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakankegiatan Badan Layanan
Umum yang bersangkutan.
3) Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum pemerintah pusat dilakukan oleh MenteriKeuangan
dan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang bertanggung jawab atasbidang
pemerintahan yang bersangkutan.
4) Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum pemerintah daerah dilakukan oleh
pejabatpengelola keuangan daerah dan pembinaan teknis dilakukan oleh kepala satuan
kerjaperangkat daerah yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yangbersangkutan
c. Pengelolaan Badan Layanan Umum
Berdasarkan UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendahaaraan Negara (PBN) pasal 69 disebutkan :
1) Setiap Badan Layanan Umum wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan.
2) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Badan Layanan
Umumdisusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja
dananggaran serta laporan keuangan dan kinerja Kementerian
Negara/Lembaga/pemerintahdaerah.
3) Pendapatan dan belanja Badan Layanan Umum dalam rencana kerja dan anggaran tahunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikonsolidasikan dalamrencana kerja dan
anggaran Kementerian Negara/Lembaga/pemerintah daerah yangbersangkutan.
4) Pendapatan yang diperoleh Badan Layanan Umum sehubungan dengan jasa layananyang
diberikan merupakan Pendapat an Negara/Daerah.
5) Badan Layanan Umum dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari masyarakat ataubadan
lain.
6) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dapat digunakanlangsung
untuk membiayai belanja Badan Layanan Umum yang bersangkutan.
7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum diatur
dalamperaturan pemerintah.
119
7) Pegawai dapat terdiri PNS maupun bukan PNS.
8) BLU bukan subjek pajak.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
D. GLOSARIUM
Persero adalah BUMN yang bentuk usahanya adalah perseoran terbatas atau PT. Bentuk persero
semacam itu tentu saja tidak jauh berbeda sifatnya dengan perseroan terbatas / PT swasta yakni
sama-sama mengejar keuntungan yang setinggi-tingginya / sebesar-besarnya.
120
Integritas adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilainilai,
metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan.
Dedikasi adalah sebuah pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu usaha
yang mempunya itujuan yang mulia.
121
PERTEMUAN KE 15:
URUSAN PERUSAHAAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
Tujuan utama dari suatu perusahaan bersifat profit oriented, yaitu mencapai laba yang
prosedur yang baik. Dibutuhkan manajemen yang kompeten meliputi perencanaan dan
perusahaan untuk mengetahui apakah tindakan telah sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
226
aslinya dalam bahasa belanda handelszaak adalah segala macam urusan, baik yang
perusahaan”.
122
dengan “usaha perniagaan”.
urusan perusahaan karena cakupan pengertiannya lebih luas, melingkupi segala objek
yang ada dalam lingkungan perusahaan, baik berupa harta kekayaan perusahaan maupun
usaha perusahaan.
sesuatu, yang berwujud benda maupun yang bukan benda, yang termasuk dalam
lingkungan perusahaan tertentu, misalnya gedung -gedung, mebel, alat-alat kantor, mesinmesin. Buku-
buku, barang-barang dagangan, piutang, nama perusahaan, merek, patent,
goodwill, utang, relasi, langganan, rahasia perusahaan dan lain-lain. Urusan perusahaan
Urusan perusahaan adalah segala harta kekayaan dan usaha yang terdapat
bersifat produktif menimbulkan nilai lebih, dari keadaan awal yang lebih sedikit
lalu berkembang menjadi keadaan akhir yang lebih ban yak. Dikatakan masalah
pajak ataupun penyusutan karena sifat barang yang menjadi rusak, aus, busuk,
H.M.N. Purwosutjito, Pengertian Pokok hukum dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2007, hal. 23
123
Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Jilid l, Dian Rakyat, Jakarta, 1977, hal. 31.
227
atau menguap. Oleh karena itu kekayaan perusahaan sebagai modal usaha harus
tinggi, kreatif, dan produktif, baik dari segi berfikir maupun cara mengelola
produktif, tidak kreatif, dan mismanajemen, diusahakan dapat niali lebih, modal
usaha yang adapun akan menjadi habis (rugi). Di sini arti penting sumber daya
Urusan perusahaan yang berupa harta kekayaan adalah segala benda yang
kesatuan. Mengenai kesatuan urusan perusahaan ini dari sudut yuridis ada
124
5
Dari segi hukum urusan perusahaan yang berupa usaha perusahaan terdiri
atas perbuatan hukum dan produk yang dihasilkannya. Setaip perbuatan hukum
228
perbuatan hukum tersebut dapat berupa benda dan bukan benda. Perbuatan hukum
dan produk bukan benda tidak dapat dialihkan (dijual) kepada pihak lain, karena
tidak ada aturan hukum yang mengaturnya. Karena merupakan satu kesatuan
jika perusahaan tersebut dijual. Dalam hal ini yang mempunyai arti penting adalah
jual-beli. Hal ini disebabkan karena peraturan yang mengatur jual -beli urusan perusahaan
ini tidak ada keseragaman. Peraturan jual beli tetap misalnya tanah, adalah berbeda
dengan peraturan jual-beli benda bergerak, misalnya mesin, mebel. Perlu dipahami
bahwa dalam system hokum barat, perbuatan jual-beli terdiri dari dua macam perjanjian,
yatu pertama,. Perjanjian jual-beli yang sifatnya obligator (yaitu perjanjian jual-beli yang
belum memindahkan hak milik, tetapi baru meletakan hak-hak dan kewajibankewa.jiban kepada
kedua belah pihak secara timbale balik. Kedua, perjanjian penyerahan
125
6
a. Yang berwujud: Tanah, Kapal terdaftar, gedung di atas tanah milik dan lainlain.
229
2) Benda Bergerak
a. Yang berwujud : Mesin-mesin, Mebil, Mobil, Alat Telekomunikasi, Bukubuku, barang dagangan
dan lain-lain.
dan lain-lain
3) Yang bukan benda : Utang, langganan, rahasia perusahaan, relasi, dan lain-lain
Kekayaan adalah benda milik orang atau perusahaan, mempunyai nilai ekonomi,
diakui dan dilindungi oleh hukum, serta dapat dialihkan kepada pihak lain. Pasal 499
KUHPdt menyatakan bahwa benda meliputi barang dan hak. Barang adalah benda
berwujud sedangkan hak adalah benda yang tidak berwujud. Setiap pemilik benda adalah
Pemilik benda dapat berupa manusia pribadi (milik pribadi) dapat pula berupa
badan hukum (milik pemerintah atau swasta/perusahaan). Benda yang memiliki nilai
ekonomi yang dikatakan kekayaan apabila tidak memiliki nilai ekonomi bukan kekayaan
Karena benda memiliki nilai ekonomi maka dapat dialihkan kepada pihak lain, baik
karena perjanjian maupun karena undang- undang. Karena perjanjian (sewa menyewa,
jual beli). Karena undang-undang (warisan, ganti rugi untuk kepentingan umum).
Orang pemilik benda dapat berupa manusia pribadian dan dapat pula berupa
badan hukum.Apabila pemilik benda adalah manusia pribadi, miliknya itu disebut milik
pribadi, milik pribadi dapat berupa milik satu orang, dapat pula milik bersama
126
(sosial).Apabila pemilik benda adalah badan hukum, miliknya itu disebut milik badan
230
hukum.Milik badan hukum dapat berupa milik negara (pemerintah) dan dapat pula milik
bergerak disebut tak bertuan (res nullius), sedangkan benda tidak bergerak dimiliki oleh
negara.
Setiap benda mempuanyai nilai ekonomi, yaitu nilai kebutuhan yang diukur
dengan sejumlah uang.Apabila benda tidak mempunyai nila i ekonomi, benda tersebut
bukan kekayaan. Nilai ekonomi merupakan nilai baku bagi kehidupan manusia. Makin
banyak benda milik seseorang, makin tinggi pula jumlah nilai ekonominya sehingga
orang itu dikatakan orang kaya. Karena memiliki nilai ekonomi, benda dapat dialihkan
Baik benda maupun hak yang melekat di atasnya diakui dan dilindungi oleh
hukum berdasarkan bukti yang sah. Diakui oleh hukum artinya masyarakat menghargai
dan tidak akan mengambil, menunggu, atau merugikan benda milik orang. Dilindungi
oleh hukum artinya hukum mencegah dengan ancaman hukuman apabila ada pihak lain
yang akan mengambil, menunggu, atau merugikan benda milik orang. Apabila benar benar telah
terjadi kerugian atas milik orang, pihak yang merugikan itu berhak menuntut
hukum atas benda milik orang karena adanya bukti yang sah, yaitu bukti yang
dikeluarkan oleh pihak yang berwenang atau oleh pemerintah berdasarkan peraturan
hukum yang berlaku.Bukti tersebut menyatakan bahwa yang menguasai benda itu adalah
benar memiliknya.Di samping itu, dalam pasal 1977 ayat (1) BW juga diakui bahwa
setiap orang yang menguasai benda bergerak dianggap sebagai pemilik nya.
Karena benda itu memiliki nilai ekonomi, maka setiap benda memiliki orang
dapat dialihkan kepada pihak lain, baik karena perjanjian maupun karena undang-undang.
127
231
kepada pihak lain, dan pihak lain itu setuju menerima pengusaan tersebut, misalnya pada
jual beli dan sewa menyewa. Pengaliahan karena undang-undang artinya ketentuan
Klasifikasi Kekayaan
1. Benda Bergerak
Benda bergerak terdiri atas benda berwujud (kendaraan, komputer, televisi, lemari
besi dll). Sedangkan benda bergerak yang tidak berwujud berupa hak (piutang,
Benda Tidak Bergerak yang Berwujud (tanah, rumah, gedung, pabrik, tanaman
dll). Sedangkan benda Tidak Bergerak dan Tidak Berwujud (Hak Guna
Kekayaan Perusahaan terdiri atas: Modal Perusahaan berupa uang tunai Inventaris
perusahaan berupa barang dan hak Produk usaha perusahaan berupa keuntungan (nilai
lebih) berupa uang dan barang serta piutang (tagihan) perusahaan. Klasifikasi ini
dengan benda tidak bergerak. Setiap jenis benda tersebut di atas dapat dialihkan (dijual)
kepada pihak lain menurut ketentuan undang-undang yang mengaturnya, antara lain
a. Komputer dapat dijual dan dialihkan (diserahkan) kepada pembelian dari tangan
232
c. Hak cipta dapat dialihkan kepada penerbit buku dengan perjanjian tertulis
128
(Undang-Undang Nomor 19 Tunan 2002 tentang Hak Cipta).
pembeli dengan cara akta otentik balik nama di muka PPAT dan didaftarkan di
c. Produk usaha perusahaan berupa keuntungan (nilai lebih) berupa uang dan
sosial.
hak milik. Adapun bentukbentuk penyerahan bagi urusan perusahaan antara lain diatur
dalam Pasal 612 dan 613 KUHPerdata dapat dirinci sebagai berikut :
233
c. Tidak perlu diserahkan, bila benda tersebut sudah ada dalam penuasaan si
2. Penyerahan piutang atas nama atau benda bergerak tak bertubuh, dilakukan dengan
cara membuat sebuah akta otentik atau di bawah tangan ( cessie) yang disetujui oleh
debitur.
3. Penyerahan piutang atas pembawa (aan toonder), cukup diserahkan secara fisik (hand
by hand), sedang penyerahan piutang atas pengganti (aan order) harus dilakukan
129
dengan cara andosemen dan penyerahan fisik.
4. Penyerahan benda tetap (benda tak bergerak) dilakukan dengan balik nama benda
seluruh urusan perusahaan untuk mendapat uang dengan cara khusus yang disebut
barang yang difidusiakan tidak diserahkan secara fisik kepada kreditur tetapi barang
tersebut masih tetap ditangan (dikuasai) oleh debitur, sedangkan yang diserahkan hanya
akta Fiduser (fidusia). Penyerahan ini merupakan pengecualian dari pasal 1150 -1152
KUHPerdata, hal ini sesuai dengan keputusan HR (HoogRaght) arrest 25 januari 1928
H.M.N. Purwosutjipto,Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1, Djambatan, Jakarta, 2003,
hal.17
234
benda, maka pengalihan kekayaan perusahaan juga mengikuti cara penyerahan benda
bergerak dan tidak bergerak berdasarkan klasifikasi yang telah dikemukakan di atas.
Berikut ini dibahas beberapa cara penyerahan benda. Menurut ketentuan Pasal 612
b. Penyerahan kunci gudang tempat barang itu berada, misalnya perdagang beras
kendaraan bermotor diatur secara khusus dengan cara balik nama di kontor sistem
130
14 Tahun 1992 tetang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Penyerahan tersebut dilakukan
dengan akta balik nama yang dibuat oleh pejabat samsat disertai pembayaran bea balik
nama oleh pihak pembeli kendaraan bermotor yang bersangkutan. Kantor samsat adalah
sistem administrasi manunggal di bawah satu atap, yang terdiri atas unsur kepolisian,
unsur pemerintah daerah (pemda), dan unsur lalu lintas angkutan jalan (LLAJ).
a. Penyerahan secara cessie bagi piutang atas nama (on name) Yaitu dengan cara
membuat akta otentik atau tidak otentik yang menyatakan pengalihan atas hak
atas piutang tersebut, kemudian surat piutang dan akta cessie diserahkan kepada
pihak yang menerima penyerahan hak tersebut, contohnya surat saham atas nama.
235
b. Penyerahan dari tangan ke tangan bagi piutang atas tunjuk (to bearer) Yaitu pihak
yang satu penyerahkan dan pihak yang menerima surat piutang tersebut, cara ini
c. Penyerahan secara endosemen bagi piutang atas pengganti (to order) Yaitu
dengan cara membuat pernyataan pengalihan hak tagih atas piutang dan ditanda
Pengalihan benda tidak bergerak berupa tanah, gedung, rumah, dan semua yang
pemerintah Nomor 34 Tahun 1997, yaitu dengan cara balik nama berdasarkan akta
otentik, yang dibuat di muka Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), kemudian didaftarkan
di Bagian Pendaftaran Tanah Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) setempat guna
diberikan sertifikatnya. Pengalihan benda tidak bergerak berupa kapal terdaftar dilakukan
April 1970 No. 4/3/4, yaitu dengan cara balik nama berdasarkan akta otentik yang dibuat
diterbitkan sertifikatnya.
131
merupakan suatu kesatuan). Dasar hokum yang secara spesifik mengatur penjualan
urusan perusahaan secara En Bloc tidak ada, tetapi dijadikan rujukannya adalah pasal
1537 KUH Perdata yang memperbolehkan harta warisan tanpa rincian, dan Pasal 1533
KUH Perdata, yang menentukan bahwa penjualan piutang berikut segal yang melekat
padanya seperti jaminan (borgtocht), hak istimewa, hak hipotik, dll. Meskipun urusan
perusahaan dapat dijual secara en bloc, tetapi tidak dapat diserahkan secara en bloc,
sebab setiap benda itu memiliki cara-cara penyerahan sendiri-sendiri, yang dapat
ketangan, atau jika yang diperjual belikan itu berupa hasil bumi yang diletakan di
236
2. Penyerahan surat piutang atas nama atau benda tidak bertubuh lainnya, dilaksanakan
dengan cessie yaitu dengan cara membuat akta otentik atau akta dibawah tangan,
yang khusus dibuat untuk memindahtangankan piutang atau benda tidak bertubuh itu
dengan ketentuan penyerahan atas kebendaan itu harus diberitahukan, serta diakui
atau disetujui terlebih dahulu oleh pihak debitur. Pasal 613 ayat (1) (2) KUH Perdata.
3. Penyerahan surat piutang atas pembawa (aan toonder) cukup penyerahan dari t angan
ke tangan atas surat itu, sedangkan penyerahan surat piutang atas pengganti (aan
order) dilakukan dengan penyerahan surat secara fisik disertai endosemen. Pasal 613
4. Penyerahan benda tetap tidak berwujud berupa tanah tidak cukup dilakukan
penyerahan dari tangan ke tangan saja, tetapi harus dilakukan dengan cara
5. Penyerahan benda bergerak khusus, misalnya kendaraan bermotor dan lain-lain diatur
MenjelaskanTentang Goodwill
132
1. Dari Segi Ekonomi
yang timbul dalam hubungan antara perusahaan dan pelanggan serta kemungkinan
perkembangan yang akan datang. Goodwill dapat diperhitungkan bersama dengan urusan
237
Selanjutnya
pernyataan ini jelas bahwa dari segi ekonomi goodwill adalah benda tidak berujud hasil
kemajuan perusahaan yang digambarkan sebagai nilai lebih. Oleh karena itu, goodwill
dicatat dalam pembukuan sebagai keutungan atau laba. Keutungan atau laba ini ad alah
sahamnya dijualbelikan dengan harga mahal di pasar modal. Goodwill merupakan sumber
nilai lebih yang bukan berasal dari modal uang, melainkan dari kegiatan pelayanan (jasa),
133
2. Dari Segi Hukum
Goodwill adalah salah satu unsur urusan perusahaan yang termasuk dalam
kelompok benda bergerak tidak berwujud yang bersifat imateriil. Dengan demikian,
beliau menganggap goodwill itu benda bergerak tidak berwujud sama dengan hak
kekayaan intelektual, seperti hak cipta, hak paten, dan hak merek yang dapat
dialihkan kepada pihak lain. Pendapat beliau ini mungkin dapat dibenarkan jika
Ibid
238
dilihat dari segi ekonomi.Akan tetapui, dari segi hukum, goodwill tidak mungkin
usaha.
Goodwill merupakan salah satu unsure dari urusan perusahaan, yang termasuk
kedalam benda bergerak tidak bertubuh atau benda yang berifat immaterl, yang terjadi
karena :
c. Pelayanan yang baik kepada para pelanggan sehingga adanya hgubungan yang
baik antara perusahaan dan para pelanggan, yang akhirnya para langganan (relasi)
Goodwill ini baru ada pada perusahaan yang berkembang baik, sehingga
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
134
3. Jelaskan tentang Kekayaan Perusahaan !
D. GLOSARIUM
239
Goodwill adalah benda ekonomi tidak berujud yang timbul dalam hubungan antara
E. DAFTAR PUSTAKA
2007
PERTEMUAN KE 16:
PERUSAHAAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai Pengertian Pengertian Wajib Daftar
Perusahaan, Dasar Hukum Wajib Daftar Perusahaan, Perusahaan yang Wajib Didaftarkan
dan Tidak Wajib Didaftarkan, Arti Penting Pendaftaran/ Tujuan, Sifat, dan manfaat,
135
1.1 Menjelaskan tentang Pengertian Wajib Daftar Perusahaan
1.3 Menjelaskan tentang Perusahaan yang Wajib Didaftarkan dan Tidak Wajib
Didaftarkan
1.4 Menjelaskan tentang Arti Penting Pendaftaran/ Tujuan, Sifat, dan manfaat
1.7 Menjelaskan tentang Pengalihan Dokumen Perusahaan dan Tata Cara Pengalihan
Perusahaan
B. URAIAN MATERI
Keberadaan daftar perusahaan bagi dunia usaha begitu penting dalam hal untuk
mencegah dan menghindari praktek-praktek usaha yang tidak jujur, seperti: persaingan
curang, penyelundupan. Bagi pengusaha sendiri, pendaftaran perusahaan ini akan lebih
241
dianggap sebagai kebutuhan dan bukan sebagai kewajiban semata -mata. Untuk itu
sehingga perusahaan tersebut akan mendapat kepercayaan dari masyarakat dan akan
Hal ini seperti yang disebutkan dalam Bab II dan pasal 2 Undang-Undang No.3
tahun 1982: “Daftar perusahaan bertujuan mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat
secara benar dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang
yang tercantum dalam daftar perusahaan dalam rangka menjamin kepastian usaha.
yang sering dipakai dalam beberapa perundang-undangan, namun tidak ada satu pasalpun
136
yang memberikan pengertian perusahaan secara jelas. Sejak dikel uarkannya . UndangUndang No.
3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, secara resmi pengertian
DaftarPerusahaa”.
Perusahaan, menyatakan bahwa perusahaan adalah bahwa setiap bentuk hukum yang
menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan didirikan,
bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Indonesia, untuk tujuan memperoleh
keuntungan dan atau laba. Menurut pasal 1 UU No.3 tahun 1982 Tentang Wajib Daftar
memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal, 7.
242
137
Tujuan Pembelajaran 1.3:
Didaftarkan
Menurut Undang-Undang No.3 Tahun 1982 tentan Wajib daftar Perusahaan Pasal
5 menyebutkan bahwa:
(2) Pendaftaran wajib dilakukan oleh pemilik atau pengurus perusahaan yang
bersangkutan atau dapat diwakilkan kepada orang lain dengan memberikan surat
243
(3) Apabila perusahaan dimiliki oleh beberapa orang, para pemilik berkewajiban untuk
(4) Apabila pemilik dan atau pengurus dari suatu perusahaan yang berkedudukan di
Adapun yang didaftar ialah segala macam perusahaan yang ada di Negara
1. Koperasi
2. Badan Hukum
3. Persekutuan
4. Perusahaan Perseorangan
138
Pemrintah Pengganti Undang-Undang No.1 Tahun 1969 (Lembaran Negara Tahun
244
memperoleh keuntungan dan laba yang benar-benar hanya sekedar untuk memenuhi
terdekat, tidak memerlukan izin usaha dan tidak berbentuk badan hukum atau
persekutuan.
Menurut Undang-Undang No.3 Tahun 1982 tentan Wajib daftar Perusahaan Pasal
Pasal 2
Daftar Perusahaan bertujuan mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara benar
dari suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang
yang tercantum dalam Daftar Perusahaan dalam rangka menjamin kepastian berusaha.
Pasal 3
Pasal 4
(1) Setiap pihak yang berkepentingan, setelah memenuhi biaya administrasi yang
ditetapkan oleh Menteri, berhak memperoleh keterangan yang diperlukan dengan cara
mendapatkan salinan atau petikan resmi dari keterangan yang tercantum dalam Daftar
Perusahaan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang untuk itu dari kantor
pendaftaran perusahaan.
139
245
(2) Setiap salinan atau petikan yang diberikan berdasarkan ketentuan ayat (1) pasal ini
1. Sebagai sumber informasi resmi bagi semua pihak yang berkepentingan, untuk
sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang identitas perusahaan / badan usaha.
2. Sebagai pencegah dan untuk menghindari praktek-praktek usaha yang tidak jujur,
karena dengan adanya daftar perusahaan dapat dicegah dan dihindari timbulnya
masyarakat.
3. Sebagai alat untuk mendidik pengusaha agar tetap dalam tindakan menjalankan
usahanya bersifat jujur dan terbuka, karena keterangan yang diberikan adalah sesuai
iklim dunia usaha yang sehat. Karena dengan daftar perusahaan akan mempermudah
Bagi Pemerintah
246
memberikan bimbingan, pembinaan dan pengawasan atas dunia usaha serta upaya
140
3. Mendasarkan investasi pada perkiraan yang jelas;
terdapat di dua tempat, yaitu di Pasal 7 sampai 12 KUHD dan UU No. 8 Tahun 1997
tidak menjelaskan makna dari pembukuan tersebut. Namun, dalam Pasal 6 KUHD secara
catatan atau pembukuan mengenai kekayaan dan semua hal mengenai perusahaannya,
sehingga dari catatan itu setiap waktu dapat diketahui hak -hak dan kewajibannya.
Ayat (1) : Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap
dan terus menerus dan tujuannya adalah mmemperoleh keuntungan atau laba, baik yang
247
diselengarakan oleh perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hokum, yang
Ayat (2) : Dokumen perusahaan adalah data, catatan, dan atau keterangan yang dibuat
dan atau diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis di
atas kertas atau sarana lain maupun terekam dalam bentuk corak apapun yang dapat
Ayat (3) : Jadwal retensi adalah jangka waktu penyimpanan dokumen perusahaan yang
disusun dalam suatu daftar sesuai dengan jenis dan nilai kegunaannya dan dipakai
Pasal 2 disebutkan bahwa : Dokumen perusahaan terdiri dari dokumen keuangan dan
dokumen lainnya. Dokumen keuangan terdiri dari catatan, bukti pembukuan dan data
pendukung administrasi keuangan yang merupakan bukti adanya hak dan kewajiban serta
141
kegiatan usaha suatu perusahaan.
Catatan yang dimaksud di atas adalah terdiri dari neraca tahunan, perhitungan rugi
laba perusahaan tahunan, catatan transaksi harian, atau setiap tulisan yang berkaitan
dengan kegiatan usaha perusahaan. Sedangkan bukti pembukuan yang dimaksud adalah
terdiri dari warkat-warkat (dokumen tertulis yang bentuk dan penggunaannya ditetapkan
menurut aturan tertentu dan merupakan bukti transaksi, contoh : cek, giro) yang
digunakan sebagai dasar yang mempengaruhi perubahaan kekayaan, utang dan modal.
Orang atau perusahaan tersebut wajib menyimpannya selama jangka waktu yang
ditentukan, yakni 30 tahun untuk catatan tersebut, dan 10 tahun untuk surat -surat,
telegram-telegram yang diterimanya serta turunan dari surat -surat atau telegram yang
248
“dokumen perusahaan adalah data atau setiap tulisan yang berisi keterangan yang
mempunyai nilai guna bagi perusahaan meskipun tidak terkait secara langsung dengan
dokumen keuangan”.
yang terdiri daari neraca tahunan, perhitungan laba rugi tahunan, rekening jurnal
transaksi harian, atau setiap tulisan yang berisi keterangan mengen ai hak dan kewajuban
serta hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha suatu perusahaan.
Catatan yang berkaitan dengan neraca tahunan, perhitungan laba rugi tahunan
atau tulisan lain yang menggambarkan neraca laba rugi, menurut pasal 9 UUDP wajib
142
perusahaan yang bersangkutan. Kemudian dalam hal peraturan perusahaan perundang undangan
yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan di bidang tertentu tidak
menentukan lain, maka catatan tersebut wajib dibuat paling lambat enam bulan terhitung
dinyatakan bahwa : “Setiap perusahaan harus/wajib membuat dan menyimpan setiap jenis
dokumen untuk menjamin kepastian hukum dan melindungi kepentingan para pihak
249
dalam suatu hubungan hukum”. Di dalam Pasal 12 ayat (4) d isebutkan bahwa : “Dalam
hal dokumen perusahaan yang dialihkan ke dalam mikrofilm atau media lainnya adalah
naskah asli yang mempunyai kekuatan pembuktian otentik dan masih mengandung
kepentingan hukum tertentu, pimpinan perusahaan wajib tetap menyimpan na skah asli
tersebut”. Di dalam Pasal 15 ayat (1) disebutkan bahwa : “Dokumen perusahaan yang
telah dimuat dalam mikrofilm atau media lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (1) dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah”.
Walaupun ada kata kewajiban untuk membuat catatan dan menyimpan doikumen
perusahaan, baik dalam KUHD atau UUDP tidak mengatur adanya sanksi yang jelas,
sehingga kewajiban itu menjadi kewajiban yang tidak mempunyai sanksi. Makna
kewajiban atau diwajibkan itu jika tidak mempunyai sanksi akan mempunyai makna
"boleh diadakan boleh tidak", "boleh dilakukan boleh tidak". Karena jika tidak dilakukan
tidak akan memberikan sanksi apapun. Namun jika itu dilakukan akan memberikan
manfaat bagi yang melaksanakan, karena hakim dapat melihat catatan atau dokumen itu
Penggunaan kata wajib dalam UUDP ini sebenarnya lebih dimaksudkan untuk
setiap saat dapat diketahui keadaan kekayaan, utang, modal, hak dan kewajiban serta
143
penggunaan kata "tidak memaksa" untuk pengusaha dalam mengadakan catatan tersebut,
perusahaan yang membuatnya (catatan atau dokumen perusahaan). Karena itulah Pasal
22 KUHD menentukan, bahwa orang tidak dapat memaksa seseorang untuk membuka
pembukuannya, kecuali :
250
Tentang pengalihan bentuk dokumen dan legalisasi ini di atur dalam UU No. 8
Tahun 1997 Pasal 12 dan Penjelasannya serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 88 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pengalihan Dokumen Perusahaan Ke Dalam
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan sej ak dokumen tersebut dibuat
perlu tetap disimpan karena mengandung nilai tertentu demi kepentingan perusahaan
UUDP. Dalam Pasal 11 UUDP menentukan bahwa dokumen perusahaan dapat dialihkan
ke dalam micro film atau media lainnya. Micro film adalah film yang memuat rekaman
bahan tertulis, tercetak, dan tergambar dalam ukuran yang sangat kecil. Sedangkan yang
dimaksud dengan media lainnya adalah penyimpanan informasi yang bukan kertas dan
144
mempunyai tingkat keamanan tinggi dan menjamin keaslian dokumen yang dialihkan
misalnya CD, Harddisk, Flashdisk, dan media penyimpanan lainnya. Dalam mengalihkan
dokumen yang perlu tetap disimpan karena mengandung nilai tertentu demi kepentingan
251
persiapan dan penelitian dari berbagai aspek atas dokumen perusahaan yang akan
dialihkan. Persiapan dan penelitian dari berbagai aspek sebelum melakukan pengalihan
meliputi :
2. Aspek teknis, misalnya pemilihan pertelaan yang digunakan untuk mengalihkan jenis
3. Aspek administratif, misalnya perlu dibentuk suatu organisasi tersendiri atau tidak,
pengalihan dokumen.
b. Microfilm atau media lainnya tetap dalam keadaan baik untuk dapat disimpan
berlaku; dan
c. Dokumen hasil pengalihan dapat dibaca atau dicetak kembali di atas kertas
145
Menjelaskan Tentang Legalisasi Pengalihan Dokumen dan Pemusnahan Dokumen
Perusahaan
Ada hal penting lain, jika perusahaan melakukan pengalihan dokumen asli
perusahaan ke dalam bentuk mikrofilm atau media lainnya, yaitu harus di Legalisasi.
252
Legalisasi ini bertujuan untuk menerangkan dan menyatakn bahwa isi daripada dokumen
perusahaan yang ada di dalam mikrofilm atau media lainnya itu sesuai dengan aslinya.
Legalisasi dokumen yang dilakukan oleh pemimpin perusahaan harus disertai pejabat
yang ditunjuk di lingkungan perusahaan dan dibuatkan berita acara. Berita acara tersebut
sekurang-kurangnya memuat :
aslinya;
dalam bentuk mikrofilm atau media lainnya dapat segera dilaksanakan kecuali ketentuan
lain oleh pimpinan perusahaan berdasarkan pasal 12 ayat 3 dan 4 U ndang-Undang No.8
perusahaan atau pejabat lain yang ditunjuk, bertanggungjawab atas segala kerugian
simpan, atau
146
karena mempunyai nilai guna baik yang berkaitan dengan kekayaan, hak, dan
253
disaksikan oleh 2 orang pejabat dari perusahaan yang bersangkutan. Pengalihan dokumen
perusahaan yang telah dilegalisasi merupakan alat bukti hukum yang sah. Keabsahan ini
telah memperoleh dukungan hukum dari Undang-Undang No.11 Tahun 2018 tentang
informasi elektronik merupakan alat bukti hukum yang sah. Selain legalisasi hasil
pengalihan, hasil cetak dari hasil pengalian itupun, untuk keperluan tertentu, dapat
dilakukan legalisasi.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengertian Pengertian Wajib Daftar Perusahaan !
3. Jelaskan tentang Perusahaan yang Wajib Didaftarkan dan Tidak Wajib Didaftarkan !
254
147
5. Jelaskan tentang Pengertian Dokumen Perusahaan !
D. GLOSARIUM
Microfilm (film yang memuat rekaman bahan tertulis, tercetak, dan tergambar dalam ukuran
E. DAFTAR PUSTAKA
2006
Daftar Perusahaan.
Undan
PERTEMUAN KE 16:
PERUSAHAAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai Pengertian Pengertian Wajib Daftar
148
Perusahaan, Dasar Hukum Wajib Daftar Perusahaan, Perusahaan yang Wajib Didaftarkan
dan Tidak Wajib Didaftarkan, Arti Penting Pendaftaran/ Tujuan, Sifat, dan manfaat,
1.3 Menjelaskan tentang Perusahaan yang Wajib Didaftarkan dan Tidak Wajib
Didaftarkan
1.4 Menjelaskan tentang Arti Penting Pendaftaran/ Tujuan, Sifat, dan manfaat
1.7 Menjelaskan tentang Pengalihan Dokumen Perusahaan dan Tata Cara Pengalihan
Perusahaan
B. URAIAN MATERI
Keberadaan daftar perusahaan bagi dunia usaha begitu penting dalam hal untuk
mencegah dan menghindari praktek-praktek usaha yang tidak jujur, seperti: persaingan
curang, penyelundupan. Bagi pengusaha sendiri, pendaftaran perusahaan ini akan lebih
241
dianggap sebagai kebutuhan dan bukan sebagai kewajiban semata -mata. Untuk itu
sehingga perusahaan tersebut akan mendapat kepercayaan dari masyarakat dan akan
Hal ini seperti yang disebutkan dalam Bab II dan pasal 2 Undang-Undang No.3
tahun 1982: “Daftar perusahaan bertujuan mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat
secara benar dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang
149
berkepentingan mengenai identitas, data serta keterangan lainnya tentang perusahaan
yang tercantum dalam daftar perusahaan dalam rangka menjamin kepastian usaha.
yang sering dipakai dalam beberapa perundang-undangan, namun tidak ada satu pasalpun
yang memberikan pengertian perusahaan secara jelas. Sejak dikel uarkannya . UndangUndang No.
3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, secara resmi pengertian
DaftarPerusahaa”.
Perusahaan, menyatakan bahwa perusahaan adalah bahwa setiap bentuk hukum yang
menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan didirikan,
bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Indonesia, untuk tujuan memperoleh
keuntungan dan atau laba. Menurut pasal 1 UU No.3 tahun 1982 Tentang Wajib Daftar
memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal, 7.
242
150
Administrasi Wajib Daftar Perusahaan.
Didaftarkan
Menurut Undang-Undang No.3 Tahun 1982 tentan Wajib daftar Perusahaan Pasal
5 menyebutkan bahwa:
(2) Pendaftaran wajib dilakukan oleh pemilik atau pengurus perusahaan yang
bersangkutan atau dapat diwakilkan kepada orang lain dengan memberikan surat
243
(3) Apabila perusahaan dimiliki oleh beberapa orang, para pemilik berkewajiban untuk
(4) Apabila pemilik dan atau pengurus dari suatu perusahaan yang berkedudukan di
Adapun yang didaftar ialah segala macam perusahaan yang ada di Negara
1. Koperasi
2. Badan Hukum
3. Persekutuan
4. Perusahaan Perseorangan
151
b. Perusahaan yang tidak wajib didaftarkan
244
memperoleh keuntungan dan laba yang benar-benar hanya sekedar untuk memenuhi
terdekat, tidak memerlukan izin usaha dan tidak berbentuk badan hukum atau
persekutuan.
Menurut Undang-Undang No.3 Tahun 1982 tentan Wajib daftar Perusahaan Pasal
Pasal 2
Daftar Perusahaan bertujuan mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara benar
dari suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang
yang tercantum dalam Daftar Perusahaan dalam rangka menjamin kepastian berusaha.
Pasal 3
Pasal 4
(1) Setiap pihak yang berkepentingan, setelah memenuhi biaya administrasi yang
152
ditetapkan oleh Menteri, berhak memperoleh keterangan yang diperlukan dengan cara
mendapatkan salinan atau petikan resmi dari keterangan yang tercantum dalam Daftar
Perusahaan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang untuk itu dari kantor
pendaftaran perusahaan.
245
(2) Setiap salinan atau petikan yang diberikan berdasarkan ketentuan ayat (1) pasal ini
1. Sebagai sumber informasi resmi bagi semua pihak yang berkepentingan, untuk
sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang identitas perusahaan / badan usaha.
2. Sebagai pencegah dan untuk menghindari praktek-praktek usaha yang tidak jujur,
karena dengan adanya daftar perusahaan dapat dicegah dan dihindari timbulnya
masyarakat.
3. Sebagai alat untuk mendidik pengusaha agar tetap dalam tindakan menjalankan
usahanya bersifat jujur dan terbuka, karena keterangan yang diberikan adalah sesuai
iklim dunia usaha yang sehat. Karena dengan daftar perusahaan akan mempermudah
Bagi Pemerintah
246
memberikan bimbingan, pembinaan dan pengawasan atas dunia usaha serta upaya
153
menciptakan iklim usaha yang sehat dan tertib
terdapat di dua tempat, yaitu di Pasal 7 sampai 12 KUHD dan UU No. 8 Tahun 1997
tidak menjelaskan makna dari pembukuan tersebut. Namun, dalam Pasal 6 KUHD secara
catatan atau pembukuan mengenai kekayaan dan semua hal mengenai perusahaannya,
sehingga dari catatan itu setiap waktu dapat diketahui hak -hak dan kewajibannya.
Ayat (1) : Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap
dan terus menerus dan tujuannya adalah mmemperoleh keuntungan atau laba, baik yang
247
diselengarakan oleh perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hokum, yang
Ayat (2) : Dokumen perusahaan adalah data, catatan, dan atau keterangan yang dibuat
dan atau diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis di
atas kertas atau sarana lain maupun terekam dalam bentuk corak apapun yang dapat
Ayat (3) : Jadwal retensi adalah jangka waktu penyimpanan dokumen perusahaan yang
disusun dalam suatu daftar sesuai dengan jenis dan nilai kegunaannya dan dipakai
154
sebagai pedoman pemusnahan dokumen perusahaan.
Pasal 2 disebutkan bahwa : Dokumen perusahaan terdiri dari dokumen keuangan dan
dokumen lainnya. Dokumen keuangan terdiri dari catatan, bukti pembukuan dan data
pendukung administrasi keuangan yang merupakan bukti adanya hak dan kewajiban serta
Catatan yang dimaksud di atas adalah terdiri dari neraca tahunan, perhitungan rugi
laba perusahaan tahunan, catatan transaksi harian, atau setiap tulisan yang berkaitan
dengan kegiatan usaha perusahaan. Sedangkan bukti pembukuan yang dimaksud adalah
terdiri dari warkat-warkat (dokumen tertulis yang bentuk dan penggunaannya ditetapkan
menurut aturan tertentu dan merupakan bukti transaksi, contoh : cek, giro) yang
digunakan sebagai dasar yang mempengaruhi perubahaan kekayaan, utang dan modal.
Orang atau perusahaan tersebut wajib menyimpannya selama jangka waktu yang
ditentukan, yakni 30 tahun untuk catatan tersebut, dan 10 tahun untuk surat -surat,
telegram-telegram yang diterimanya serta turunan dari surat -surat atau telegram yang
248
“dokumen perusahaan adalah data atau setiap tulisan yang berisi keterangan yang
mempunyai nilai guna bagi perusahaan meskipun tidak terkait secara langsung dengan
dokumen keuangan”.
yang terdiri daari neraca tahunan, perhitungan laba rugi tahunan, rekening jurnal
transaksi harian, atau setiap tulisan yang berisi keterangan mengen ai hak dan kewajuban
155
serta hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha suatu perusahaan.
Catatan yang berkaitan dengan neraca tahunan, perhitungan laba rugi tahunan
atau tulisan lain yang menggambarkan neraca laba rugi, menurut pasal 9 UUDP wajib
perusahaan yang bersangkutan. Kemudian dalam hal peraturan perusahaan perundang undangan
yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan di bidang tertentu tidak
menentukan lain, maka catatan tersebut wajib dibuat paling lambat enam bulan terhitung
dinyatakan bahwa : “Setiap perusahaan harus/wajib membuat dan menyimpan setiap jenis
dokumen untuk menjamin kepastian hukum dan melindungi kepentingan para pihak
249
dalam suatu hubungan hukum”. Di dalam Pasal 12 ayat (4) d isebutkan bahwa : “Dalam
hal dokumen perusahaan yang dialihkan ke dalam mikrofilm atau media lainnya adalah
naskah asli yang mempunyai kekuatan pembuktian otentik dan masih mengandung
kepentingan hukum tertentu, pimpinan perusahaan wajib tetap menyimpan na skah asli
tersebut”. Di dalam Pasal 15 ayat (1) disebutkan bahwa : “Dokumen perusahaan yang
telah dimuat dalam mikrofilm atau media lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (1) dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah”.
Walaupun ada kata kewajiban untuk membuat catatan dan menyimpan doikumen
perusahaan, baik dalam KUHD atau UUDP tidak mengatur adanya sanksi yang jelas,
sehingga kewajiban itu menjadi kewajiban yang tidak mempunyai sanksi. Makna
kewajiban atau diwajibkan itu jika tidak mempunyai sanksi akan mempunyai makna
"boleh diadakan boleh tidak", "boleh dilakukan boleh tidak". Karena jika tidak dilakukan
tidak akan memberikan sanksi apapun. Namun jika itu dilakukan akan memberikan
manfaat bagi yang melaksanakan, karena hakim dapat melihat catatan atau dokumen itu
156
Penggunaan kata wajib dalam UUDP ini sebenarnya lebih dimaksudkan untuk
setiap saat dapat diketahui keadaan kekayaan, utang, modal, hak dan kewajiban serta
penggunaan kata "tidak memaksa" untuk pengusaha dalam mengadakan catatan tersebut,
perusahaan yang membuatnya (catatan atau dokumen perusahaan). Karena itulah Pasal
22 KUHD menentukan, bahwa orang tidak dapat memaksa seseorang untuk membuka
pembukuannya, kecuali :
250
Tentang pengalihan bentuk dokumen dan legalisasi ini di atur dalam UU No. 8
Tahun 1997 Pasal 12 dan Penjelasannya serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 88 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pengalihan Dokumen Perusahaan Ke Dalam
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan sej ak dokumen tersebut dibuat
perlu tetap disimpan karena mengandung nilai tertentu demi kepentingan perusahaan
157
UUDP. Dalam Pasal 11 UUDP menentukan bahwa dokumen perusahaan dapat dialihkan
ke dalam micro film atau media lainnya. Micro film adalah film yang memuat rekaman
bahan tertulis, tercetak, dan tergambar dalam ukuran yang sangat kecil. Sedangkan yang
dimaksud dengan media lainnya adalah penyimpanan informasi yang bukan kertas dan
mempunyai tingkat keamanan tinggi dan menjamin keaslian dokumen yang dialihkan
misalnya CD, Harddisk, Flashdisk, dan media penyimpanan lainnya. Dalam mengalihkan
dokumen yang perlu tetap disimpan karena mengandung nilai tertentu demi kepentingan
251
persiapan dan penelitian dari berbagai aspek atas dokumen perusahaan yang akan
dialihkan. Persiapan dan penelitian dari berbagai aspek sebelum melakukan pengalihan
meliputi :
2. Aspek teknis, misalnya pemilihan pertelaan yang digunakan untuk mengalihkan jenis
3. Aspek administratif, misalnya perlu dibentuk suatu organisasi tersendiri atau tidak,
pengalihan dokumen.
b. Microfilm atau media lainnya tetap dalam keadaan baik untuk dapat disimpan
158
daluwarsa suatu tuntutan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku; dan
c. Dokumen hasil pengalihan dapat dibaca atau dicetak kembali di atas kertas
Perusahaan
Ada hal penting lain, jika perusahaan melakukan pengalihan dokumen asli
perusahaan ke dalam bentuk mikrofilm atau media lainnya, yaitu harus di Legalisasi.
252
Legalisasi ini bertujuan untuk menerangkan dan menyatakn bahwa isi daripada dokumen
perusahaan yang ada di dalam mikrofilm atau media lainnya itu sesuai dengan aslinya.
Legalisasi dokumen yang dilakukan oleh pemimpin perusahaan harus disertai pejabat
yang ditunjuk di lingkungan perusahaan dan dibuatkan berita acara. Berita acara tersebut
sekurang-kurangnya memuat :
aslinya;
dalam bentuk mikrofilm atau media lainnya dapat segera dilaksanakan kecuali ketentuan
lain oleh pimpinan perusahaan berdasarkan pasal 12 ayat 3 dan 4 U ndang-Undang No.8
perusahaan atau pejabat lain yang ditunjuk, bertanggungjawab atas segala kerugian
159
1. Pemusnahan dokumen perusahaan dilakukan sebelum habis jangka waktu wajib
simpan, atau
karena mempunyai nilai guna baik yang berkaitan dengan kekayaan, hak, dan
253
disaksikan oleh 2 orang pejabat dari perusahaan yang bersangkutan. Pengalihan dokumen
perusahaan yang telah dilegalisasi merupakan alat bukti hukum yang sah. Keabsahan ini
telah memperoleh dukungan hukum dari Undang-Undang No.11 Tahun 2018 tentang
informasi elektronik merupakan alat bukti hukum yang sah. Selain legalisasi hasil
pengalihan, hasil cetak dari hasil pengalian itupun, untuk keperluan tertentu, dapat
dilakukan legalisasi.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengertian Pengertian Wajib Daftar Perusahaan !
160
2. Sebutkan Dasar Hukum Wajib Daftar Perusahaan !
3. Jelaskan tentang Perusahaan yang Wajib Didaftarkan dan Tidak Wajib Didaftarkan !
254
D. GLOSARIUM
Microfilm (film yang memuat rekaman bahan tertulis, tercetak, dan tergambar dalam ukuran
E. DAFTAR PUSTAKA
2006
Daftar Perusahaan.
Undan
161
PERTEMUAN KE 17:
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai pengertian surat berharga, dasar
hukum Surat Berharga, penggolongan surat berharga, jenis-jenis surat berharga, fungsi
surat berharga, dasar hukum yang mengikat antara penerbit dan pemegang surat
1.6 Menjelaskan tentang dasar hukum yang mengikat antara penerbit dan pemegang surat
berharga
B. URAIAN MATERI
Mengenai pengertian atau definisi surat berharga tidak terdapat dalam peraturan
perundang-undangan, oleh karena itu dalam tulisan ini akan diambil pendapat dari para
sarjana. Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sebagai pelaksanaan
pemenuhan suatu prestasi, yang berupa pembayaran sejumlah uang. Tetapi pembayaran
di sini tidak menggunakan mata uang melainkan dengan alat pembayaran lain yaitu surat
berharga. Dari definisi yang dikemukakan di atas, maka dapat diketahui bahwa surat
berharga pada dasarnya adalah suatu surat yang diterbitkan oleh penerbitnya sebagai
pelaksanaan prestasi yang berupa pembayaran sejumlah uang dari suatu perikatan yang
terjadi sebelummya.
256
Menurut Djoko Imbawani Atmadjaja bahwa: “Salah satu klausula dalam suatu
transaksi dagang tidak lepas dari masalah pembayaran. Pembayaran dalam hukum
162
perdata merupan salah satu unsur yang menyebaban suatu perikatan itu berlahir. Secara
umum pembayaran dalam suatu perikatan perdata adalah penyerahan prestasi, atau yang
lebih sempit adalah penyerahan suatu sejumlah uang sebagai kewajiban pembeli sesuai
Menurut Zainal Asikin bahwa: “Hukum Surat berharga adalah sebuah dokumen
yang diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran
sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat bayar kepada pihak -pihak yang memegang
surat tersebut, baik pihak yang diberikan surat berharga oleh penerbitnya ataupun pihak
pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit atau setiap derivative dan surat
berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang
Asikin mengatakan bahwa: “Surat berharga adalah sepucuk surat yang bernilai uang,
serta memberikan hak kepada pemegangnya atas apa yang tercantum di dalamnya. Dan
H.M.N Purwosutjipto bahwa: “Surat berharga adalah surat bukti tuntutan hutang,
pembawa hak dan mudah dijualbelikan. Hal ini mengandung beberapa unsur, seperti”:
1. Surat bukti tuntutan hutang ialah perikatan yang harus ditunaikan oleh
163
Djoko Imbawani Atmadjaja, Hukum Dagang Indonesia, (Sejarah, Pengertian, Dan Prinsip -Prinsip
Ibid.
Ibid.
H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1990, hal. 5.
257
2. Pembawa hak ialah pemegang hak untuk menuntut sesuatu kepada debitur yang
berarti bahwa hak tersebut melekat pada akta surat berharga, seolah - olah
maka harus diberi bentuk kepada pengganti (aan order) atau bentuk kepada
haruslah dalam surat itu tercantum nilai yang sama dari perikatan dasarnya.
Perikatan dasar inilah yang menjadi causa diterbitkannya surat berharga tersebut.
Dengan kata 8 lain bahwa sepucuk surat itu disebut surat berharga karena di
melainkan menggunakan alat bayar lain. Alat bayar itu suatu surat yang di
164
untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang tersebut.”.
bahwa: “Surat berharga itu terpakai untuk surat-surat yang bersifat seperti uang
tunai, jadi yang dapat dipakai untuk melakukan pembayar an. Ini berarti pula
Simanjuntak, Emmy Pangaribuan, Hukum Dagang Surat-Surat Berharga, Penerbit Seksi Hukum Dagang
Muhammad, Abdulkadir, Hukum Dagang Tentang Surat Berharga, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003,
hal.5.
258
Pengaturan surat berharga terbagi menjadi 2 (dua) yaitu surat berharga yang
diatur di dalam KUHD dan surat berharga yang diatur di luar KUHD. Surat berharga
yang diatur, surat sanggup, promese, serta kuitansi-kuitansi atas tunjuk. Sistematika
1. Wesel, yang diatur dalam Buku I Titel keenam bagian pertama sampai dengan
2. Surat sanggup diatur dalam Buku I Titel keenam dalam bagian tiga belas KUHD.
3. Cek diatur dalam Buku I Titel ketujuh dalam bagian kesepuluh KUHD.
4. Kwitansi-kwitansi atas tunjuk diatur dalam Buku I Titel ketujuh dalam bagian
kesebelas KUHD.
Jadi pengaturan surat berharga itu semua ada di dalam Buku I Titel 6 dan 7
KUHD.
165
Menurut Kingkin Wahyuningdiah bahwa: “Surat berharga, tidak hanya terdapat
dalam KUHD. Akibat dari perkembangan masyarakat dan kebutuhan praktis dunia
Projodikoro, Wirjono, Hukum Wesel, Cek dan Aksep di Indonesia, Penerbit Sumur Bandung. Bandung,
Wahyuningdiah, Kingkin, Dimensi Hukum Surat Berharga, Unila, Bandar Lampung, 2007, hal. 26.
259
Oleh karena itu, berdasarkan pengelompokan diatas, dapat dikatakan bahwa surat
bilyet giro merupakan jenis surat berharga yang tidak diatur di dalam KUHD, namun
bilyet giro tumbuh dan berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di zaman
modern yang lebih mengutamakan hal-hal bersifat praktis dalam menjalankan lalu lintas
1. Menurut isi perikatan dasarnya, menggolongkan surat atas tunjuk dan atas
166
sertifikat deposito, simpanan giro dan cek.
b. Surat berharga pada lembaga keuangan non bank, misalnya : efek (pasar
asuransi
260
Pengaturan Surat berharga terdapat dalam Kitab Undang Undang Hukum Dagang
dan Peraturan Perundang-undangan lainnya. Jenis Surat Berharga yang diatur dalam
1. Surat wesel
sejumlah uang kepada orang yang ditunjuk atau penggantinya pada tanggal
10
11
c. Surat wesel memiliki nama orang atau pihak yang harus membayar
(tertarik).
167
f. Surat wesel memiliki nama orang atau pihak sebagai penerima
pembayaran.
10
11
261
wesel itu.
h. Surat wesel memiliki tanda tangan dari orang atau pihak yang
2. Surat sanggup
memuat kata “askep” atau promes dalam mana penerbit menyanggupi untuk
membayar sejumlah uang kepada orang yang disebut dalam surat sanggup itu
12
sebagai berikut:
atas itu.
pembayaran.
168
surat sanggup.
f. Surat sanggup memiliki tanda tangan dari orang atau pihak yang
12
262
c. untuk membayar.
surat sanggup.
3. Cek
membayarkan suatu jumlah uang tertentu kepada orang tertentu atau yang
13
berikut:
b. Cek memiliki perintah tak bersyarat untuk membayar suatu jumlah uang
tertentu.
169
c. Cek memilki nama atau pihak yang harus membayar
f. Cek memilki tanda tangan dari orang atau pihak yang mengeluarkan cek
itu.
13
263
Sifat dari surat promes atas unjuk adalah atas tunjuk (aan toonder) artinya
siapa saja yang memegang surat itu dan setiap saat memperlihatka nnya
14
Jenis surat berharga yang diatur di Peraturan Perundang Undangan lain di luar
1. Bilyet Giro
kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama
atau pada bank lainnya. Dengan demikian pembayaran dana billet giro
tidak dapat dilakukan dengan uang tunai dan tidak dapat dipindahkan
melalui endosemen”.
15
2. Commercial Paper
170
Menurut Rachmadi Usman bahwa:
14
Emirzon Joni, Hukum Surat Berharga dan Perkembangannya Di Indonesia, PT. Prenhallindo, Jakarta,
2002, hal. 88
15
Imam Prayogo Suryohadibroto dan Djoko Prakoso, Surat Berharga Alat Pembayaran Dalam
264
16
sistem diskonto.
Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai
pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi. Tetapi pembayaran itu tidak dilakukan dengan
menggunakan mata uang, melainkan dengan menggunakan alat bayar lain yang berupa
surat yang didalamnya mengandung suatu perintah kepada pihak ketiga untuk membayar
171
Menurut Farida Hasyim bahwa: Surat berharga mempunyai tiga fungsi yaitu”:
17
atau sederhana);
16
Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2001, hal.92.
17
Farida Hasyim, Hukum Dagang, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 233
265
berharga adalah untuk berbagai pemenuhan prestasi berupa pembayaran sejumlah uang.
Meskipun telah disebutkan bahwa surat wesel, cek adalah dapat diperjualbelikan dengan
mudah, tetapi dilakukan hanya apabila terjadi insiden saja.Namun demikian, tidak harus
selalu begitu atau bersifat mutlak karena tujuan penerbitannya bukanlah untuk
diperjualbelikan”.
18
Menjelaskan Tentang Dasar Hukum Yang Mengikat Antara Penerbit dan Pemegang
Surat Berharga
Menurut Farida Hasyim bahwa: “ Pada mulanya apa yang disebut hak dan
kewajiban di dalam lalu lintas perdagangan adalah ditimbulkan oleh ad anya transaksi
perdagangan. Pihak yang satu berhak atas penyerahan barang dan pihak lainnya berhak
atas pembayaran. Pihak yang satu berkewajiban untuk menyerahkan barang dan pihak
19
Dasar mengikat para pihak yang terlibat dalam penerbitan surat berharga adalah :
172
1. Teori Dasar
a. Teori Kreasi
18
Ibid
19
266
b. Teori Kepatutan
cara yang lazim, yang diakui oleh masyarakat dan dilindungi oleh
hukum.
tidak jujur. Maka dari itu, harus ada pernyataan persetujuan dari
c. Teori Perjanjian
173
Sebab surat berharga mengikat penerbitnya karena penerbit telah
perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak, yaitu penerbit yang
267
tertentu, teori ini bisa diterima karena masih tetap didasarkan pada
perjanjian.
d. Teori Penunjukan
perjanjian/perikatan.
2. Perikatan Dasar
Awal terbitnya surat berharga tidak akan terlepas dari perjanjian atau
selalu didahului dengan suatu transaksi atau perbuatan hukum antara para
174
pihak dengan kata lain adanya perikatan dasar. Perikatan tersebut
268
berikut:
1. Nama surat
4. Hari gugur
5. Tempat pembayaran
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
175
Berharga !
269
6. Dasar Hukum yang mengikat antara Penerbit dan Pemegang Surat Berharga
D. GLOSARIUM
Invoice (faktur)
“Commercial Paper adalah surat berharga tanpa jaminan spesifik yang diterbitkan oleh
perusahaan bukan bank, diperdagangkan melalui bank atau perusahaan efek, berjangka
E. DAFTAR PUSTAKA
1990
Imam Prayogo Suryohadibroto dan Djoko Prakoso, Surat Berharga Alat Pembayaran
Abdulkadir Muhammda, Hukum Dagang Tentang Surat Berharga, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2003
Projodikoro, Wirjono, Hukum Wesel, Cek dan Aksep di Indonesia, Penerbit Sumur
176
Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Gramedia Pustaka
270
2007
Zain
PERTEMUAN 18:
HUKUM KEPAILITAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
menjelaskan :
B. URAIAN MATERI
TujuanPembelajaran 1.1:
Istilah pailit
berasal dari bahasa Belanda yaitu Faiyit yang mempunyai arti ganda
177
sebagai kata benda dan sebagai kata sifat. Istilah Faiyit sendiri berasal
kemacetan pembayaran.
272
Perdata (KUH Pdt) yaitu seluruh harta dari kekayaan Debitor menjadi
bersama-sama.
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UUKPKPU) adalah sita umum atas
semua kekayaan Debitor pailit yang
178
Kepailitan juga diartikan sebagai suatu proses dimana:
membayarutangnya.
peraturan kepailitan.
Martias gelar Iman Radjo Mulano, Pembahasan Hukum; Penjelasan-Penjelasan IstilahIstilah Hukum
Belanda Indonesia untuk Studi dan Praktik, (Medan: PD. Sumut,1969)
273
Niaga atas permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh Debitor itu
179
berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek van
III Bab VII tentang Keadaan Nyata-Nyata Tidak Mampu yang berlaku
1906 Nomor 348) yang berlaku bagi semua orang, baik pedagang
274
UUK-PKPU ini mempunyai cakupan lebih luas baik dari segi norma,
180
Cakupan yang lebih luas tersebut diperlukan karena adanya
ketentuan yang selama ini berlaku belum memadai sebagai sarana hukum
dan efektif.
antara lain diatur secara tegas mengenai batasan dalam pengertian utang
hukum masyarakat
Tahun 2004
275
Kreditorlainnya.
jawab terhadapKreditor.
181
atau kecilnya piutangmasing-masing.
TujuanPembelajaran 1.2:
1. Pihak PemohonPailit
yaitu Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak
membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan
Kreditornya.
276
berikut:
ia memiliki lebih dari satu Kreditor dan tidak membayar salah satu
utang Kreditornya yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Tanpa
182
pernyataan pailit tersebut.
dirinya karena landasan bagi keduanya adalah Pasal 2 Ayat (1) UUKPKPU. Selain itu, UUK-PKPU juga
mengatur mengenai pihak- pihak
tertentu, yaitu:
(1) Kejaksaan
277
utang kepada Badan Usaha Milik Negara atau badan usaha lain
kepentingan umum.
183
Adapun tata cara pengajuan permohonan pernyataan pailit
(3) Bapepam
278
Bapepam.
184
pernyataan pailit apabila Debitor merupakan Perusahaan Asuransi,
(5) Likuidator
kepailitan.
4. Pihak DebitorPailit
279
telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Debitor yang mengajukan sendiri
membayar salah satu utang Kreditornya yang telah jatuh waktu dan
5. Hakim Niaga
185
Perkara kepailitan diperiksa oleh hakim majelis (tidak boleh
oleh hakim tunggal), baik untuk tingkat pertama maupun untuk tingkat
Panitera atau seorang Panitera pengganti dan Juru Sita (Pasal 301 ayat
(3) UUK-PKPU).
6. Hakim Pengawas
7. Kurator
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis: Kepailitan, Raja Grafindo
280
813
Adapun
186
a. Orang perorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki
mengusulkan Kurator yang berbeda tetapi tetap saja kata akhir pada
281
8. Panitia Kreditor
187
adalah pihak yang mewakili pihak Kreditor sehingga Panitia Kreditor
Kreditor.
putusan pernyataanpailit.
Kreditorsementara.
TujuanPembelajaran 1.3:
permohonan pernyataan pailit tersebut. Berdasarkan Pasal 2 Ayat (1) UUKPKPU yang menyatakan bahwa
Debitor yang mempunyai dua atau lebih
Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh
waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik
282
188
Debitor dapat dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga apabila
bagi para Kreditor dan hasil penjualan harta Debitor harus dibagikan
kepada Kreditor sesuai dengan jumlah piutangnya, kecuali jika dia ntara
pembagiannya.
10
10
Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja, Pedoman Menangani Perkara Kepailitan, Raja
283
189
lama 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal putusan atas permohonan
pernyataan pailitdiucapkan.
baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara
langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang
oleh Debitor, bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk
3. Salah satu utang telah jatuh waktu dan dapat ditagih serta tidak dapat
dibayar.
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Dalam Penjelasan Pasal 2 Ayat
(1) UUK-PKPU yaitu kewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh
apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa
apabila dalam sidang pengadilan terbukti bahwa ada satu utang yang
telah jatuh waktu dan dapat ditagih serta tidak dapat dibayar oleh Debitor
284
TujuanPembelajaran 1.4:
190
Penyelesaian perkara kepailitan dapat dilakukan dengan adanya
sukarela, atau oleh pihak-pihak lain yang telah ditentukan oleh UUK-PKPU
11
pailit pada Pengadilan Niaga diatur dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 11
Undang-Undang Kepailitan.
a. Tahap PendaftaranPermohonan
Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 6 ayat (1) UUKPKPU, Pemohon mengajukan
permohonan pernyataan pailit kepada
12
11
12
191
Jono, Hukum Kepailitan, Sina Grafika, Jakarta, 2007, hal. 87.
285
berdasarkan alasan yang cukup seperti adanya surat keterangan sakit dari
192
8 ayat (6) UUK-PKPU).
286
TujuanPembelajaran 1.5:
bagi Debitor dan Kreditor. Akibat hukum dari putusan pernyataan pailit itu
diatur dalam Pasal UK-PKPU yaitu meliputi seluruh kekayaan Debitor pada
saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh
dimasukkan ke dalam harta pailit namun Debitor yang dinyatakan pailit itu
juga berlaku bagi istri atau suaminya yang menikah atas dasar persatuan
ketentuan ini tidak berlaku bagi harta bawaan dari istri atau suami dan harta
persekutuan tersebut maka utang utang yang tidak dibayar oleh persekutuan
13
Apabila CV mengalami
193
komplementer karena sekutu komplementer merupakan sekutu pengurus
13
Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009, hal. 26.
287
disetorkansaja.
14
perusahaan karena Kurator yang akan mengambil alih perusahaan itu dengan
2) Ada kemungkinan Debitor Pailit akan dapat membayar utangutangnya secara penuh;
194
Apabila dalam masa pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit itu
14
288
pembatalan putusan itu adalah tetap sah dan mengikat Debitor. Setelah
pembayaran biaya kepailitan dan imbalan jasa Kurator tersebut, Kurator dapat
eksekusi. Terhadap penetapan biaya dan pemberesan ini tidak dapat diajukan
TujuanPembelajaran 1.5:
195
tidak sampai dinyatakan pailit. Dalam hal permohonan PKPU dan
maka atas permohonan PKPU harus diputus terlebih dahulu dan harus
289
pengadilan, semua sitaan yang telah diletakkan gugur, dan dalam hal
Seluruh proses PKPU tidak boleh melebihi jangka waktu 270 hari
diucapkan. Apabila lewat dari jangka waktu tersebut belum dicapai dan
Niaga, maka upaya hukum yang dapat dilakukan jika para pihak
a) Kasasi
196
pemeriksaan kembali perkara tersebut, tetapi hanya terbatas
menerapkan hukum.
290
15
197
16
15
Lilik Mulyadi, Perkara Kepalitan dan PKPU Teori dan Praktik, Alumni, Bandung,
16
291
dapat diterima.
pokok perkara
198
tepat dalam penerapan hukum atau karena alasan-alasan
dapat membatalkan putusan atau penetapan pengadilanpengadilan dari semua lingkungan peradilan
karena:
292
199
hukum materil yang dapat dilihat dari penerapan hukum
293
Hakim itu.
17
b) Peninjauan Kembali
18
ayat (2) huruf a UU No. 4 Tahun 1998, bukti baru harus berupa
buktitertulis.
200
menyampaikan bukti pendukung yang menjadi dasar pengajuan
17
18
294
D. GLOSARIUM
menerima sesuatu dari kreditur yang dijanjikan debitur untuk dibayar kembali
pada masa yang akan datang. Pemberian pinjaman kadang memerlukan juga
yang memiliki tagihan kepada pihak lain (pihak kedua) atas properti atau
mengembalikan properti yang nilainya sama atau jasa. Pihak kedua ini disebut
201
beberapa perusahaan) atau sering juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk
persekutuan untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih dengan
suatu persekutuan yang didirikan oleh seorang atau beberapa orang yang
mempercayakan uang atau barang kepada seorang atau beberapa orang yang
E. DAFTAR PUSTAKA
295
Istilah-Istilah Hukum Belanda Indonesia untuk Studi dan Praktik , PD. Sumut,
Medan, 1969.
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja,Seri Hukum Bisnis: Kepailitan, Raja Grafindo
202
Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009.
Lilik Mulyadi, Perkara Kepalitan dan PKPU Teori dan Praktik, Alumni,
Bandung, 201
PERTEMUAN 19:
HUKUM PENGANGKUTAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. URAIAN MATERI
TujuanPembelajaran 1.1:
kata dasar “angkut” yang berarti angkat dan bawa, muat dan bawa atau
pembawaan barang atau orang, pemuatan dan pengiriman barang atau orang,
barang atau orang yang diangkut. Jadi, dalam pengertian pengangkutan itu
tersimpul suatu proses kegiatan atau gerakan dari satu tempat ke tempat la in”.
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara, Penerbit PT.
203
Citra Aditya Bakti, Bandung, 1881, hal. 19.
297
sebagai berikut”:
a. Pelaku, yaitu orang yang melakukan pengangkutan, pelaku ini ada yang
berupa badan usaha, seperti perusahaan pengangkutan, dan ada pula yang
derek.
Suatu barang akan terjadi nilai harga yang berbeda, sangat tergantung
pada dimana lokasi teritorial itu berada. Oleh karena itu peran jasa transportasi
mempengaruhi nilai harga suatu barang. Oleh karena itu bagi kepentingan
yang kontinu dan tinggi dengan biaya angkutan yang rendah. Untuk semua itu
204
keamanan, juga mengatur hubungan-hubungan keperdataan antara pedagang
Ibid, hal.20.
298
dengan konsumen, pedagang satu sama lainnya dan pedagang dengan para
didarat itu diadakan dengan petugas. Yang berkepentingan dengan barangbarang muatan sedangkan
apa yang diartikan dengan pengangkutan
berikut:
Menurut Siregar Muhtaruddin Pengangkutan adalah Segala kegiatankegiatan yang dilakukan untuk
memindahkan orang ataupemegang dan
barang atau muatan dari suatu tempat tujuan. Dengan demikian dapat
orang.
yangditentukan.
205
tersebut,dengan adanya pengangkutan maka dapatlah diadakan pemindahan
barang dari suatu tempat ke tempat yang lainnya dimana barang-barang itu
299
mereka yang menggunakan jasa tersebut. Selain faktor tersebut diatas maka
terjadi pemindahan yang lebih cepat dari tempat yang satu ke tempat yang
dari perjanjian pengangkutan adalah perjanjian timbal balik, artinya masingmasing pihak mempunyai
kewajiban-kewajiban sendiri-sendiri. Pihak
atau orang dari suatu tempat ketempat tujuan tertentu dengan selamat,
206
kegiatan atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Pengangkutan
300
TujuanPembelajaran 1.2:
207
dan dijiwai oleh semangat kekeluargaan.
301
international.
penyelenggaraan pengangkutan.
208
k) Asas kebangsaanadalahpenyelenggaraan pengangkutan harus dapat
Indonesia.
a. Asas Konsensual
bahwa perjanjian itu sudah terjadi atau sudah ada harus dibuktikan
302
b. Asas Koordinatif
atau sejajar, tidak ada pihak yang mengatasi atau membawahi yang lain.
pemberian kuasa.
c. Asas Campuran
perjanjian pengangkutan.
d. Asas Retensi
biaya pemiliknya.
209
e. Asas Pembuktian dengan dokumen
karcis/tiket penumpang.
303
TujuanPembelajaran 1.3:
para subjek hukum yang terkait pendukung hak dan kewajiban dalam
hubungan hukum pengangkutan. Mengenai siapa saja yang menjadi pihakpihak dalam pengangkutan
ada beberapa pendapat yang dikemukakan para
ahli.
unsur, yaitu pengirim barang, pihak penerima barang, dan barangnya itu
sendiri.
orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat. Sebaliknya
lawan dari pihak pengangkut ialah pengirim yaitu pihak yang mengikatkan
muatan.
210
perjanjian sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan. Mereka itu adalah
sebagai berikut:
Zainal Asikin, Hukum Dagang, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2016, Hal.163
304
a. Pengangkut (Carrier)
devinisi pengirim secara umum. Akan tetapi dilihat dari pihak dalam
untuk mmembayar pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak
c. Penumpang (passanger)
211
anak-anak dapat membuat perjanjian pengangkutan menurut kebiasaan
pihak orang tua atau walinya. Berdasarkan kebiasaan itu juga pihak
305
masyarakat.
d. Penerima
Pihak penerima barang yakni sama dengan pihak pengirim dalam hal
Namun adakalanya pihak pengirim barang juga adalah juga pihak yang
hukum pengangkut
e. Ekspeditur
212
ia sendirilah yang bertindak sebagai pihak pengangkut. Hal ini Nampak
(vrachtloon) dari pihak pengangkut jumlah biaya dan provisi sebagai upah
306
213
kekapal mempunyai kedudukan yang penting. Di samping itu
307
tersebut.
dalam bidang bongkar muat barang dan/atau hewan dari dan kekapal”.
di dalam ruang kapal yang terbatas itu sesuai dengan sifat barang,
menimbulkan kerusakan.
persyaratan :
perkembangan teknologi;
214
308
dari gudang pelabuhan yang berada di bawah pengawasan Dinas Bea dan
Cukai”.
TujuanPembelajaran 1.4:
perburuhan, dimana para pihak tidak sama tinggi yakni, majikan mempunyai
yang khusus untuk itu dan oleh syarat-syarat yang diperjanjikan, dan jika itu
tidak ada oleh kebiasaan, maka adalah dua macam persetujuan dengan mana
pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk melakukan pekerjaan bagi pihak
pekerjaan.
a. Pelayanan berkala
sebab pelayanan itu tidak bersifat tetap, hanya kadangkala saja, bila
215
Ibid, hal. 167
309
b. Pemborongan
Seperti yang ditentukan dalam Pasal 1601 (b) KUH Perdata yang
suatu persetujuan bagi pihak yang lain, dengan menerima suatu harga
yang ditentukan.
c. Campuran
diserahkan kepadanya untuk diangkut (Pasal 466, 468 ayat (1) KUHD).
d. Penyimpanan
Dalam pasal 468 ayat (1) KUHD dan pasal 346 KUHD ditentukan.
meninggal selama perjalanan, yang berada di kapal dan dari barangbarang itu harus dibuatnya atau
disuruh membuatnya suatu daftar
e. Pemberi kuasa
diperlukan untuk itu dan jika perlu untuk itu menghadap di muka Hakim
310
216
(3) menentukan, Dalam hal keadaan yang mendesak ia diperbolehkan
menjual barang muatan atau sebagian dari itu, atau guna membiayai
jaminan.
C. GLOSARIUM
serta memperkenalkan produk namun tidak punya alas hak atau title terhadap
produk.
Cargo atau kargo adalah semua (goods) yang dikirim melalui udara
(pesawatterbang), laut (kapal), atau darat (truk container) yang biasanya untuk
D. DAFTAR PUSTAKA
Jakarta, 2014.
311
217
Rineka Cipta, Jakarta, 2003.
PERTEMUAN KE 20:
HUKUM INVESTASI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai Pengertian Hukum Investasi, Dasar,
Asas-asas dan Tujuan Hukum Investasi, Manfaat, Jenis-jenis, Peran Investasi dalam
1.2 Mampu menjelaskan tentang Dasar, Asas-asas dan Tujuan Hukum Investasi
B. URAIAN MATERI
bisnis, terminology penanaman modal dapat berarti penanaman modal yang dilakukan
secara langsung oleh investor lokal (domestik investor), investor asing (foreign direct
Investment, FDI) dan penanaman modal yang dilakukan secara tidak langsung oleh pihak
asing (foreign Indirect Investment, FII). FII dikenal dengan istilah penanaman modal
dalam bentuk portofolio yakni pembelian efek lewat Lembaga Pasar Modal (capital
market), yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
313
Menurut Andi Sri Rezky Wulandari bahwa: “Untuk mengetahui, apakah ada
perbedaan makna antara penanaman modal dengan investasi, berikut dikutip berbagai
1. Dalam kamus istilah keuangan dan investasi digunakan istilah Investment (investasi)
218
yang mempunyai arti : “penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui
sarana yang menhasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi
ke resiko yang dirancang untuk mendapatkan modal. Investasi dapat pula berarti
sarana) atau menunjuk ke investasi suatu usaha atau waktu seseorang yang ingin
berarti penempatan dana-dana kapital dalam suatu perusahaan selama jangka waktu
yang relative panjang, supaya memperoleh suatu hasil yang teratur dengan maksimum
keamanan”
makna yakni: “Pertama, Investasi berarti pembelian saham, obligasi dan benda-benda
tidak bergerak, setelah dilakukan analisa akan menjamin modal yang dilekatkan dan
memberikan hasil yang memuaskan. Kedua, dalam teori ekonomi investasi berarti
4. Dalam disuatu kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan investasi berarti
pertama, penanaman uang atau modal perusahaan atau proyek untuk tujuan
Andi Sri Rezky Wulandari, Buku Ajar Hukum Dagang, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2014, hal. 139.
314
modal, investasi yang berarti penanaman modal yang biasanya dilakukan untuk
jangka panjang misalnya berupa pengadaan aktiva tetap perusahaan atau membeli
219
6. Dalam pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman
modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing
rakyat”.
8. Menurut T. Mulya Lubis: “tidak hanya terdapat dalam Undang-undang, tetapi dalam
hukum dan aturan lain yang diberlakukan berikutnya yang terkait dengan masalah masalah investasi
asing”. (other the subsequent law and regulations coming into force
9. Menurut H. Salim HS: “Keseluruhan kaidah hukum yang mengatur hubungan antara
investor dengan penerima modal, bidang-bidang usaha yang terbuka untuk investasi,
serta mengatur tentang prosedur dan syarat-syarat dalam melakukan investasi dalam
suatu Negara”.
Dari berbagai pengertian investasi seperti yang telah dikutip diatas, tampak
bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antara investasi dengan penanaman modal.
Makna dari investasi atau penanaman modal adalah kegiatan yang dilakukan oleh
digunakan untuk melakukan suatu usaha dengan harapan pada suatu waktu tertentu
merupakan istilah-istilah yang dikenal. Istilah investasi lebih popular dalam kegiatan
dunia usaha, sedangkan istilah penanaman modal lebih banyak digunakan dalam
pengertian yang lebih luas karena dapat mencakup baik investasi langsung (direct
315
220
investasi langsung.
Undang-undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Modal Asing (UUPMA) dan Undang
Undang Nomor 6 tahun 1968 tentang Modal dalam Negeri (UUPMDN), selanjutnya pada
Penanaman Modal. UU ini memiliki beberapa pasal yang secara jelas mengatur hukum
sebagai berikut;
a) Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menurut UUD ini,
dijelaskan bahwa ada tujuan yang dilakukan untuk membuat perekonomian negara
Indonesia agar lebih baik lagi yakni melalui pembangunan ekonomi nas ional yang
Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/ 1998. Adapun isi amanat tersebut
adalah guna melaksanakan aturan atau kebijakan investasi (penanaman modal), maka
modal. Ini dilakukan untuk mengolah segala potensi ekonomi menjadi kinerja
ekonomi yang riil atau nyata. Adapun modal tersebut bisa datang dari dalam atau luar
negeri.
316
d) Untuk membuat Indonesia ikut serta dalam kerjasama di dunia internasional maka
harus ada iklim investasi atau penanaman modal. Iklim investasi ini sudah seharusnya
bersifat promotif, adil, kondusif serta efisien. Selain itu, iklim ini juga harus tetap
221
memperhatikan kepentingan ekonomi nasional.
No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pembentuk Undang-Undang ini kala itu
menyadari risiko dan konsekuensi dari sebuah investasi yang harus tunduk pada
hukum, korupsi, dan perselisihan perburuhan muncul untuk memudarkan daya tarik
investasi ke Indonesia, ketika di Negara lain bersinar cerahuntuk investasi, sepert i Cina
untuk kelompok yang sama. Terlihat jelas bahwakemajuan teknologi berdampak kepada
luasnya bidang usaha dan bisnis, artinya aliran dana modal akan cepat berpindah dari satu
tempat lainnya. Modal akan cepat berhenti pada tempat yang investasinya kondusif.
Salah satu dari parameter kondosif tersebut adalah kepastian hukum. Artinya, apakah
pelaku usaha dalam menjalankan usaha atau bisnisnyaakan dijamin oleh peraturan
menciptakan iklim investasi yang kompetitif dengan negara-negara lain yang juga tengah
khususnya yang berbasis ekoitas. Foreign Direct Investment atau biasa disingkat FDI
yang merupakan sumber modal swasta yang penting bagi negra -negara berkembang baik
Ibid, hal.144.
M Shidqon Prabowo dan Pujiono, Buku Ajar Hukum Dagang, Rangkang Education, Yogyakarta, 2016,
hal. 159.
317
222
b. Asas-Asas Hukum Investasi
yang menjiwai norma yang ada dalam undaang-undang tersebut. Pembentuk Undangundang sendiri
sepertinya berusaha untuk menangkap nilai-nilai yang hidup dalam
menjadikan norma universal yang diakomodasikan ke dalam hukum nasional. Hal ini
Penanaman Modal (UUPA) pasal 3 ayat (1) serta penjelasannya, sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan asas kepastian hukum adalah asas dalam Negara
sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang investasi.
b) Asas keterbukaan.
Yang dimaksud dengan asas keterbukaan adalah asas yang terbuka terhadap
hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak
c) Asas akuntabilitas.
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan investasi harus
Yang dimaksud dengan asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal
318
peraturan perundang-undangan, baik antara investor dalam negeri dan investor asing
maupun antara investasi dari satu negara asing dan investasi dari negara asing.
e) Asas kebersamaan.
223
Yang dimaksud dengan asas kebersamaan adalah asas yang mendorong peran
kesejahteraan rakyat.
Yang dimaksud dengan asas efisiensi berkeadilan adalah asas yang mendasari
untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif dan berdaya saing.
g) Asas berkelanjutan.
Yang dimaksud dengan asas berkelanjutan adalah asas yang secara terencana
kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini
i) Asas kemandirian.
Yang dimaksud dengan asas kemadirian adalah asas investasi yang dilakukan
dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri
319
adalah asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dan
Penanaman Modal (UUPA) pasal 3 ayat (2) bahwa pada dasarnya tujuan
224
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
menggunakan dana yang berasal,baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri; dan
Tidak hanya itu, Investasi memiliki tujuan yang real dalam segala sektor dalam
kehidupan pribadi atau kelompok penanam modal ataupun juga dalam masyarakat.
2. Bertujuan membentuk suatu dana khusus, seperti dana kepentingan ekspansi atau
320
yang dihasilkan
Tujuan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan dari asset yang menjadi
objek investasi. Selain itu menurut Fahmi dan Hadi menyatakan bahwa: : Dalam bidang
225
2. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan atau keuntungan
perekonomian suatu bangsa, sehingga Negara yang bersangkutan yang paling utama
kontra adanya investasi asing, secara teoritis dapat dikatakan bahwa kehadiran investasi
bermanfaat cukup luas (multiplier effect), adapun manfaat infestasi tersebut adalah
sebagai berikut:
Fahmi, Irham, dan Hadi, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Alfabeta, Bandung, 2011, hal. 7
321
know how) serta memberikan residu baik berupa peralatan maupun alih teknologi
tersebut.
226
h. Memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena bila investor berasal
1. Investasi yang terdorong yaitu investasi yang tidak diadakan akibat penambahan
2. Investasi otonomi yaitu investasi yang dilaksanakan ata u diadakan secara bebas,
Keuangan” yaitu :
1. Investasi Lancar Investasi lancar adalah investasi yan g dapat segera dicairkan dan
Sadono, Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal.108.
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, PSAK No.2, Salemba Empat, Jakarta,2009, hal.
13.02.
322
investasi lancar.
Sedangkan menurut Abdul Halim bahwa: “Investasi dibagi menjadi dua jenis,
yaitu”:
227
8
1. Investasi pada financial assets. Investasi ini dapat dibedakan lagi menjadi dua.
Pertama investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar uang, misalnya
berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan
lainnya. Kedua investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar modal,
2. Investasi pada real asset. Investasi ini diwujudkan dalam bentuk pembelian asset
dan lainnya.
Apabila kita cermati secara sekasama, maka apayang dicita-citakan oleh the
Founding Fathers kita sangatlah mulia dan sungguh menakjubkan, yaitu bagaimana
Dasar 1945. Tetapi demikian, kita menyadari bahwa ini tidaklah semudah yang dikira.
Semua membutuhkan kerja yang sangat keras dari berbagai pihak. Sarana yang dicapai
Abdul Halim, Analisis Investasi, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat , Jakarta, 2003, hal. 2.
323
Apabilahanya mengandalkan modal dan sumber dana dari Pemerintah, tentu tidak akan
mencukupi. Maka diperlukan sumber dana lain, yang mana salah satunya adalah melaui
penanaman modal. Maka dari itu diharapkan pranata hukum penanaman modal yang
jelas bagi investor. Peran investasi cukup signifikan dalam membangun perekonomian.
Tidak mengherankan jika di berbagai Negara maju berusaha secara maksimal agar
negaranya dapat menjadi tujuan investasi asing. Dari sisi investor, adanya keterbukaan
pasar di era globalisasi yang membuka peluang untuk berinvestasi di berbagai negara.
228
Dimana tujuannya sangat jelas, adalah untuk mencari untung sebanyak-banyaknya.
Sedangkan bagi negara penerima modal, tujuannya adalah agar adanya partisipasi dari
dikemukakan oleh Sumantoro : “ bahwa motif dari investor dalam menanamkan modal
adalah mencari untung. Untuk itu, perlu dicari hubungan antara motif investor mencari
untung dengan tujuan negara penerima modal yakni usaha untuk mencapai tujuannegara
penerima modal yakni usaha untuk mencapai tujuan pembangunan nasionalnya. Agar
investor mau menyediakan sarana dan prasarana serta fasilitas lainnya. Sebagai
tercapai tujuan pembangunan nasional. Dengan pendekatan ini, maka peran investor
dapat diarahkan ke prioritas pembagunan. Dengan pendekatan semacam ini, maka teori
pembanguanan merupakan satu proses kerja sama dan bukan masalah ketergantungan
terlalu ketat dalam menentukan syarat penanaman modal investor, mungkin saja para
324
investor tidak akan datang lagi bahkan bagi investor yang sudah adapun akan
dalam menyikapi arus globalisasi yang terus merambah ke berbagai bidang tersebut,
229
Dengan kata laindalam perspektif, dunia bisnis tidak lagi mengenal sekat-sekat atau
batas negara.
Tidak kalah pentingnya, ikut andil dalam perubahan kebijakan investasi asing
terutama di bidang jasa keuangan. Menyikapi hal tersebut, maka beberapa negara
Menurut Andi Sri Rezky Wulandari bahwa: “Era globalisasi dan liberalisasi
perdagangan mewarnai mellenium baru, yaitu abad 21. Dunia ibarat sebuah dusun
menyebabkan arus informasi semakin mudah dan lancar mengalir diantara individuindividu atau
kelompok. Batas negara dan geografis sudah tidak signifikan lagi. Ha l ini
menyebabkan konsumen sebagai pemakai mulai terdidik dan banyak menuntut, antara
lain:
10
4) Layanan khusus
10
Andi Sri Rezky Wulandari, Buku Ajar Hukum Dagang, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2014, hal. 143
325
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
230
2. Sebutkan asas-asas hukum Investasi!
D. GLOSARIUM
Foreign Direct Investment atau FDI adalah suatu media atau sebagai alat di dalam
The Founding Fathers adalah julukan bagi 68 orang tokoh Indonesia yang
berperan dalam perumusan bentuk atau format negara yang akan dikelola setelah
kemerdekaan.
pelaksana) yang merupakan satu kesatuan tak terpisahkan dan memiliki keterkaitan satu
dengan yang lain serta memiliki batas-batas yang jelas untuk mencapai satu tujuan.
Multiplier Effect adalah hasil kali pertambahan tiap pos pendapatan nasional atau
326
Investor adalah orang perorangan atau lembaga baik domestik atau non domesti k yang
melakukan suatu investasi (bentuk penanaman modal sesuai dengan jenis investasi yang
dimana dunia dapat dianalogikan menjadi sebuah desa yang sangat besar dan luas.
E. DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, Analisis Investasi, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat , Jakarta, 2003.
231
Andi Sri Rezky Wulandari, Buku Ajar Hukum Dagang, Mitra Wacana Media, Jakarta,
2014.
Fahmi, Irham, dan Hadi, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Alfabeta, Bandung,
2011
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, PSAK No.2, Salemba Empat,
Jakarta,2009
M Shidqon Prabowo dan Pujiono, Buku Ajar Hukum Dagang, Rangkang Education,
Yogyakarta, 2016
Sad
PERTEMUAN KE 21 :
PASAR MODAL
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai Pengertian Pasar Modal, Instrumen
Pasal Modal, Sumber Hukum dan Perkembangan Pasar Modal, Manfaat Pasar Modal,
B. URAIAN MATERI
Menurut Nasrudin bahwa: “Pasar modal adalah bagian dari pasar keuangan
3. Lembaga pembiayaan lainnya seperti sewa beli (leasing), anjak piutang (factoring),
232
Sehingga pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit atau bagian dari pasar
keuangan. Pasar modal sering disebut sebagai pasar tempat dilakukannya penawara n
berbeda dengan pasar uang yang merupakan tempat diperdagangkannya dana jangka
Nasrudin dan Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Kencana , Jakarta, 2004, hal. 13.
328
pendek.
mempertemukan pemilik dana (supplier of funds) dengan pengguna dana (user of funds)
untuk tujuan investasi jangka menengah (middle-term investment) dan jangka panjang
dana (perusahaan terbuka) menyerahkan surat bukti kepemilikan berupa efek. Pasar
melakukan transaksi atas suatu komoditas atau jasa. Pengertian modal (capital) dapat
modal adalah seluruh kegiatan yang mempertemukan penawaran dan permintaan atau
menyatakan bahwa: “Pasar modal berarti suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang
baik utang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana-dana jangka panjang yang
merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang yang
Abdulbasith Anwar yang mengutip pernyataan Hugh T. Patrick dan U Tun Wai
233
4
Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum) Buku Kesatu, cet. II, Citra Aditya
Bakti,Bandung,
Hugh T. Patrick dan U Tun Wai, ”Stock and Bond Issues and Capital Market in Less Developed Countries”,
dikutip oleh Abdulbasith Anwar, Manajemen dan Usahawan Indonesia No. 9, Tahun XIX (September
1990): 12.
329
deposito berjangka.”
umum dan perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan Efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek ” .
234
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka pasar modal dapat diartikan
sebagai pasar tempat bertemunya pemilik dana yang akan menyerahkan sejumlah
dana kepada pengguna dana untuk tujuan investasi dengan pengguna dana
yangakan memberikan surat bukti kepemilikan berupa efek kepada pemilik dana,
Pemilik dana, baik perorangan maupun suatu lembaga atau badan hukum
menginvestasikan kelebihan dana yang dimilikinya agar lebih produktif dan lebih
datang (future earning) yang memberikan nilai tambah atas dana yang
modal.
330
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang
keinginan setiap manusia, sehingga upaya -upaya untuk mencapai hal tersebut
2. Mengurangi tekananinflasi
Faktor inflasi tidak pernah dapat dihindari dalam kehidupan ekonomi, yang
efektif .
235
tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajaka
tertentu.
Hal ini sejalan dengan fungsi pasar modal dari segi ekonomi yang
menfasilitasi berpindahnya dana dari pemilik dana yang kelebihan dana kepada
Objek yang diperjualbelikan di pasar modal adalah hak kepemilikan atas suatu
perusahaan (modal) dan surat pernyataan utang perusahaan dalam bentuk berbagai
Huda dan Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Kencana, Jakarta, 2007, hal. 8-9.
331
instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang. Yang menjadi objek transaksi dalam
pasar modal, yang dalam terminologi pasar keuangan disebut efek, selain saham dan
Nasarudin menyatakan bahwa: “Secara umum dari seluruh instrumen pasar modal
(principal) pada saat jangka waktu yang telah disepakati para pihak jatuh
236
rate) ataupun secara perhitungan bunga biasa (interest bearing). Dalam
dibedakan menjadi: obligasi atas unjuk (bearer bond) dan obligasi atas
nama (registered bond). Jenis obligasi dilihat dari segi jaminan yang
diberikan, yaitu:
(unsecuredbond/debenture).
332
1. Obligasi dengan bunga tetap yaitu obligasi yang memberikan bunga tetap
untuk setiap periode tertentu dan pada waktu jatuh tempo jangka waktu
pemegangobligasi.
2. Obligasi dengan buga tidak tetap dimana bunga ditetapkan dengan cara
yang berbeda-beda, ada yang dikalikan dengan indeks atau dengan tingkat
suku bunga deposito, bahkan dengan tingkat suku bunga yang berlaku di
luar negeri seperti LIBOR (London Inter Bank Offer Rate) atau SIBOR
237
3. Obligasi tanpa bunga (zerro coupon) dimana pemegang obligasi tidak
selisih antara harga pembelian dengan nilai obligasi pada saat jatuh tempo
untuk memberikan bunga secara mengambang, misalnya 1% diatas rata rata tingkat suku bunga
deposito berjangka pada bank pemerintah atau
dikaitkan dengan indeks harga tertentu, seperti klausula emas, perak, valuta asing,
333
(convertible bond) dimana dalam jangka waktu tertentu pemegang obligasi diberi
hak untuk menukarkan obligasi yang dimilikinya dengan saham (common stock)
(tiga) golongan yaitu: obligasi jangka pendek dengan jangka waktu kurang dari 1
tahun, obligasi jangka menengah dengan jangka waktu diatas satu tahun sampai
lima tahun dan obligasi jangka panjang dengan jangka waktu lebih dari lima
tahun.
238
serta kedalam modal suatu perusahaan yakni menjadi pemegang saham
modal dasar.
Selain itu juga mendapat keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual,
yaitu jika harga jual lebih tinggi dari hargabeli.Jenis saham berdasarkan
cara peralihannya dikenal saham atas unjuk (bearer stock) yang sangat
mudah dialihkan dan saham atas nama (registered stock) yaitu saham yang
334
istimewa ini dikenal dengan nama saham dwiwarna karena dimiliki oleh
239
Adalah efek yang merupakan pengembangan dari efek utama
(saham dan obligasi) yang telah dipasarkan terlebih dahulu, efek ini
IX.A.10, yaitu:
”Efek yang memberikan hak kepada pemegangnya atas efek utama yang
335
tersebut dinilai dengan efek yang kemudian diperjual belikan. Sekuriti aset
adalah suatu proses dimana suatu aset dijadikan piutang atau t agihan yang
”Efek Beragun Aset (EBA) adalah efek yang diterbitkan oleh Kontrak
Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang portofolionya terdiri dari aset
keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, sewa
240
apartemen, efek bersifat utang yang dijamin pemerintah, Sarana
keuangan setara dan aset keuangan lain yang berkaitan dengan aset
keuangan tersebut.”
Efek Beragun Aset ada 2 (dua) macam, yaitu: Efek Beragun Aset
bersifat utang dan Efek Beragun Aset Arus Kas Tidak Tetap adalah Efek
Receipt, antara lain berupa: bukti right, option, warrant dan lain-lain.
336
Pemegang bukti right tidak memperoleh deviden karena right bukan bukti
kepemilikan atassaham.
benda yang diberikan sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui dan
241
dimiliki oleh salah satu pihak untuk membeli atau menjual kepada pihak
lain atas sejumlah efek pada harga dan dalam waktu tertentu. Dikenal 2
(dua) tipe opsi yaitu call option dan put option. Call option adalah opsi
mendapatkan keuntungan dari selisih harga beli dengan harga jual dan
menurunnya nilai earning per share karena saham terdilusi. Waran dalam
emisi obligasi diterbitkan dengan maksud untuk menarik minat para calon
pembeli obligasi.
Abdurrahman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, Pradnya Paramita, Jakarta, 1991, hal.
756.
337
242
2. Surat BerhargaKomersial
3. Saham
4. Obligasi
5. Tanda BuktiUtang
pasar modal itu sendiri dengan mengacu kepada kaidah hukum yang berlaku secara
umum. Dalam kaidah hukum dikenal perintah, yang mau tidak mau harus dijalankan atau
ditaati dan larangan, yang bersifat memaksa dan mengikat, serta k ebolehan atau
pelaku pasar, lembaga dan pihak lain yang terlibat, dalam melakukan kegiatan di pasar
modal serta dapat memberikan kepastian hukum, perlindungan hukum dan memberikan
rasa keadilan. Dengan kepatuhan dari seluruh pihak terkait maka akan menciptakan
integritas dan menjaga kredibilitas pasar modal itu sendiri. Latar belakang kegiatan pasar
modal yang berlandaskan kepercayaan, akan terjamin dengan adanya peraturan yang
mendukung kegiatantersebut.
338
periode besar,yaitu:
a. Sebelum Kemerdekaan
& Koff yang kemudian menjadi PT. Perdanas yaitu perusahaan yang
komoditi dan sekuritas pada tahun 1878, merupakan cikal bakal lahirnya
243
kegiatan pasar modal Indonesia. Sedangkan sebelum tahun1878, sejauh ini
tidak ada catatan lengkap tentang transaksi dalam kegiatan pasar modal
Indonesia”.
Tokyo(1878)”.
10
Dunia ke-II, pada Tanggal 10 Mei 1940, Bursa Efek Jakarta ditutup,
tutup. Padahal saat itu di Jakarta terdapat lebih dari 250 jeni s saham
11
10
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, cet. I, Yayasan Sad Satria Bhakti, Jakarta, 2000,
hal.59.
11
244
339
b. Sesudah Kemerdekaan
Modal. Kondisi ini tentu saja tidak dapat memenuhi kebutuhan para
sebagai dasar hukum kegiatan pasar modal hingga akhir tahun 1995
karena sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan pasar modal saat itu.
12
245
12
340
deregulasi dibidang pasar modal yaitu: Paket Desember 1987 atau Pakdes,
Paket Oktober 1988 atau Pakto, Paket Desember 1988 atau Pakdes II dan
juga investor asing untuk ikut serta dalam kegiatan pasar modal di
hari pada hal sebelumnya jika terjadi fluktuasi harga diluar harga pa sar
wajar
makapasarlangsungdicutolehpemerintah.Akantetapipembatasantetapdiberl
13
pembenahan diri agar standar regulasi yang ada sesuai dengan praktek
kegiatan pasar modal internasional. Oleh karena itu Bapepam -LK harus
246
(dua) Peraturan Pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah Nomor: 45 Tahun
13
Indra Surya, “Sejarah dan Organisasi Pasar Modal” (disampaikan pada pemberian materi
341
14
Pemilikan Saham Efek oleh Pemodal Asing, dengan batas maksimal 85%
dari modaldisetor.
Permodalam PerusahaanEfek.
Menurut Zainal Asikin bahwa: “Manfaat pasar modal dapat dilihat dari 3 sudut
pandang, yaitu dari sudut pandang Investor, sudut pandang Pemerintah, dan sudut
15
247
a. Bagi Investor
14
15
Zainal Asikin, Hukum Dagang, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2016. Hal.322
342
b. Bagi Pemerintah
daerah akan membuka peluang kerja dan kesempatan kerja sehingga akan
transaksi baik pada saat pembelian maupun pada saat penjualan sahamnya.
248
dengan transaksi saham akan:
7. Alternativ investasi
343
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
D. GLOSARIUM
Financial asset adalah investasi berupa valas, deposito berjangka, saham dan obligasi
Financial market adalah mekanisme pasar yang memungkinkan bagi seorang atau
koporasi untuk dengan mudah dapat melakukan transaksi penjualan dan pembelian dalam
pemiliknya.
Bearer bond adalah obligasi yang tidak didaftarkan, pemegang bearer bonds harus
E. DAFTAR PUSTAKA
Nasrudin dan Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta, Kencana 2004.
Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum) Buku Kesatu, cet. II, Citra Aditya
249
Bakti, Bandung 2001.
Hugh T. Patrick dan U Tun Wai, ”Stock and Bond Issues and Capital Market in Less
344
Huda dan Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Jakarta, Kencana,2007.
Jakarta, 1991.
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, cet. I, Yayasan Sad Satria Bhakti,
Jakarta, 2000.
Indra Surya, Sejarah dan Organisasi Pasar Modal,Disampaikan pada pemberian materi
Zainal Asikin,
PERTEMUAN KE 22 :
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Pengertian Jual Beli Perusahaan, Jenis
Syarat dan Penyerahan Barang, Tata Cara Pembayaran dalam Jual Beli Perusahaaan,
B. URAIAN MATERI
250
“Jual beli perusahaan yaitu suatu perjanjian jual beli sebagai perbuatan perusahaan, yaitu
perdagangan (perniagaan) yang disebutkan dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 KUHD
sudah dicabut oleh Stb Nomor 276 Tahun 1938 dan diganti dengan istilah pe rusahaan.
Zeylemaker, dalam HMN Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia , Hukum Jual Bali
346
arti perbuatan jual beli sebagai inti konsep perdagangan dan juga terjemahan tersebut
memberi kesan bahwa yang diperjualbelikan itu adalah perusahaan. Jual Beli Perniagaan
merupakan sinonim dari jual beli perdagangan,tetapi istilah perdagangan lebih umum
1. Unsur Subjek
2. Unsur Objek
251
diukur dengan uang
3. Unsur peristiwa
4. Unsur tujuan
Menurut HMN Purwosutjipto Jual beli perusahaan adalah perjanjian jual beli
yang bersifat khusus. Kekhususannya, terdapat di dalam beberapa hal sebagai berikut:
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010, hal. 459.
347
a. Jual beli perusahaan adalah suatu perbuatan perusahaan. Perbuatan seperti ini,
merupakan perbuatan yang sudah direncanakan lebih dulu mengenai untung ruginya
perusahaan bukan untuk keperluan diri sendiri, sebagai konsumen, tetapi untuk
kepentingan perusahaan.
b. Para pihak dalam perjanjian, salah satu atau kedua-duanya pengusaha, yaitu orang atau
badan hukum yang menjalankan perusahaan. Para pihak belum tentu tinggal di kota
yang sama, malah sering kali tinggal di negara yang berbeda. Pada umumnya, para
252
barang-barang yang tidak untuk dipakai sendiri atau bukan untuk kepentingan
konsumsi pribadi, tetapi untuk dijual lagi kepada pihak lain atau untuk kepentingan
d. Pengangkutan merupakan sarana yang biasa dilakukan pada saat penjual menyerahkan
barang-barangnya kepada pembeli. Pengangkutan ini bisa melalui darat, per airan
darat, udara dan laut. Karena barang-barang yang diangkut berjumlah banyak dan
berat maka yang sering digunakan adalah pengangkutan laut. Menurut HMN
jual beli perdata , yaitu jual beli yang diatur di dalm KUHPER. Dalam perjanjian jual beli
penyerahan barang. Dalam pandangan Djoko Imbawani Atmadja,, Jual Beli Perusahaan
ini disebut dengan istilah “Perjanjian Jual Beli Perniagaan” . Djoko Imbawani Atmadja,
mengatakan bahwa perjajian jual beli perniagaan memiliki ciri yang khusus,
HMN Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia , Hukum Jual Bali Perusahaan, Jjilid
348
Kekhususannya terletak pada “keterikatan” para pihak bukan berdasarkan undangundang, tetapi
para pihak terikat karena adanya perjanjian atau kontrak yakni mereka
para pihak terikat oleh perjanjian atau kontrak yang mereka buat.
253
Menurut Djoko Imbawani Atmadja bahwa: “Dalam kegiatan bisnis terdapat beberapa
Loco price. Dengan syarat Loco price, berarti harga ditentukan sampai dengan
penyerahan di tempat barang disimpan dan keadaan seperti aslinya. Dalam hal ini, ongkos
Free on board (FoB) price. Dengan syarat FoB price, berarti semua biaya sampai barang
tersebut tuntas dimuat di atas kapal. Dengan syarat FoBini, sudah terhitung biaya yang
ke kapal.
Ost and Freight (C & F) price. Dengan syarat C&F price, maka penentuan harga barang
berdasarkan semua biaya dalam syarat FoB ditambah dengan ongkos pengangkutan laut
(freight), dari pelabuhan muat sampai ke pelabuhan tujuan barang, sesuai dengan yang
Cost Insurance and Freight (CIF) price. Dengan syarat ini, perhitungan harga merupakan
semua biaya yang tersebut dalam C&F ditambah dengan premi asuransi ( insurance
premium).
Djoko Imbawani Atmadja, Hukum Dagang Indonesia, Sejarah, Pengertian dan Prinsip-PrinsipHukum
349
Free on Quay (F o Q), Free alongside Ship (Fas), Free alongside Rail (FaR). Syarat FoQ
menentukan di kade pelabuhan muat; syarat FaS harga termasuk pengangkutan sampai
diserahkan disamping kapal yang akan memuat barang; FaR harga barang sampai dengan
Franco gudang pembeli. Dengan syarat ini, penentuan harga diperhitungkan sejak biaya
254
Selanjutnya Djoko Imbawani Atmadja bahwa: “Pada umumnya, yang lebih disukai
bagi penjual (eksportir) yaitu dengan syarat FoB, karena tidak dibebani biaya risiko
angkutan dan asuransi, surat muat (bill of lading) lebih mudah didapat, kemudian
pembayaran bisa dicairkan. Lain halnya, bagi pembeli,lebih suka menggunakan syarat
Kansil menjelaskan bahwa: “Jual beli secara umum diatur KUH Perdata,
sedangkan jual beli perdagangan internasional tidak diatur dalam KUH Perdata maupun
Oleh karena dalam perjanjian jual beli para pihak bebas untuk menentukan sendiri apa
yang diinginkan berdasarkan persetujuan para pihak sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 1338 KUH Perdata, demikian pula mengenai cara pembayaran, seperti yang diatur
dalam Pasal 1513 KUH Perdata yang mengatakan bahwa “kewajiban utama si pembeli
adalah membayar harga pembelian pada waktu dan tempat sebagaimana ditetapkan di
dalam persetujuan”. Sehingga pada dasarnya pembayaran dalam perjanjian jual beli dapat
C.S.T Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia-Aspek Hukum Dan Ekonomi-bagian 2, Pradnya Paramita,
350
pembayaran kredit.
255
pembayaran tunai.
Pembayaran dalam Jual Beli Perusahaan atau dalam jual beli perniagaan,
khususnya ekspor- impor, jarang sekali digunakan pembayaran secara tunai. Pembayaran
dalam jual beli perniagaan, termasuk ekspor-impor dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya adalah:
bentuk cara pembayaran non L/C yang dikenal dalam berbagai kontrak bisnis,
melalui port of loading. Barang yang dikirim tersebut sudah tercatat atas nama
importir. Advance payment juga biasanya dilakukan hanya dalam transaksi dagang
10
barang termasuk ongkos angkut, asuransi dan semua biaya yang disepakati dalam
10
Andi Susilo, Panduan Pintar Ekspor Impor, TransMedia, Jakarta, 2013, hal, 99-102
351
256
kontrak bisnis mereka. Dengan pengiriman harga tersebut, maka importir telah
tidak ada lagi biaya tambahan yang harus dibayar oleh importir. Cara ini dikenal
11
2. Letter of Credit
12
Pada
telah sesuai dengan perjanjian atau kontrak yang telah dibuat. Dalam L/C
L/C tidak boleh dicampuradukkan oleh ketiga kontrak lainnya sebab akan terjadi
Namun, di dalam Surat Edaran Bank Indonesia dinyatakan bahwa UCP boleh
memang merupakan sistem pembayaran idela terutama bagi para pemula dalam
kegiatan ekspor-impor, hanya saja L/C yang dipergunakan oleh Indonesia tidak
257
11
Tata Cara pembayaran Transaksi Dalam Kontrak Bisnis diakses pada tanggal 15 November 2013
12
Ginting, Ramlan. Transaksi Bisnis dan Perbankan Internasional, Salemba Empat, Jakarta, 2007, hal.12.
352
dipercaya oleh kaum asing. Keadaan tersebut dipicu akibat adanya reses
kepercayaan asing seiring peristiwa krisis moneter pada tahun 1997. Peristiwa ini
1. Revocable L/C
Revocable L/C dimaksudkan pada jenis L/C yang dapat diubah atau
dibatalkan setiap saat oleh applicant (importir) atau bank importir tanpa
risiko kerugian pada eksportir karena tidak terjaminnya pembaya ran wesel
2. Irrevocable L/C
Jenis irrevocable L/C ini merupakan jenis L/C yang tidak dapat
dibatalkan oleh pihak manapun baik oleh importir, eksportir termasuk bank
3. Straight L/C
Jenis L/C yang mengatur kewajiban issuing bank/ bank penerbit L/C
kepada eksportir untuk membayar wesel dan jatuh tempo hanya pada issuing
bank. Jika ada nominated bank (bank atas tunjuk yang melakukan akseptasi
4. Negotiation L/C
L/C yang memberikan hak kepada issuing bank untuk memberi kuasa
258
kepada nominated bank untuk melakukan negosiasi antar pembeli dan penjual.
5. Acceptance L/C
353
kepada eksportir.
6. Confirmed L/C
Jenis Confirmed L/C yang dapat menunjuk bank koresponden untuk menjamin
7. Unconfirmed L/C
Jenis L/C yang dapat meminta issuing bank menunjuk advising bank
untuk meneruskan L/C kepada eksportir melalui banknya. Advising bank dalam
8. Restricted L/C
Jenis L/C yang menegaskan bahwa issuing bank menunjuk satu bank
9. Transferable L/C
L/C untuk meminta nominated bank memindahkan seluruh atau sebagian nilai
Jenis L/C yang dibuka oleh bank atas permintaan dan instruksi dari
importir berdasarkan Master L/C yang diterima bank lain, dan importir dalam
hal ini bertindak secara merangkapa sebagai eksportir dari master L/C. Jaminan
atas L/C yang dibuka ialah Master L/C, hasil negoisasi wesel master L/C yang
akan digunakan untuk membayar ke negotiating bank atas back to back L/C.
354
259
Jenis L/C yang dapat direalisir secara berulang-ulang dalam jangka
waktu dan jumlah tertentu dengan syarat/kondisi sama atau dapat diperbaharui/
tersebut.
kondisi khusus yang memberikan kuasa kepada confirming bank atau bank
13
menggunakan jasa bank untuk melaksanakan penagihan atas harga suatu barang
13
Andi Susilo,Op.Cit
355
260
Drawee. Setelah Drawee melakukan pembayaran atau melaksanakan amanat
kepada collection bank atau presenting bank, maka collecting bank akan
meneruskan kembali kepada remitting bank. Remitting bank inilah yang akan
(ICC) menerbitkan Uniform Rules for Collection (URC), yang terakhir di revisi
pada tahun 1995 tercatat dengan nomor publikasi 522 (URC 522). Berdasarkan
URC 522 cara pembayaran dengan collection dapat terjadi dengan dua metode,
impor setelah adanya pembayaran penuh dari importir. Sedangkan dalam document
ekspor setelah importir telah melakukan akseptasi atas time draft/ time bill of
exchange
yang aman dibandingkan dengan metode open account, terutama pada Document
eksportir, tidak seperti pada open account yang melakukan tindakan pengiriman
barang terlebih dahulu, dan importir memiliki akses melihat barang yang dikirim
14
14
Ibid
356
Meski kurang berisiko dari open account atau sistem pembayaran lainnya,
261
namun menurut Rimsky Judisseno K ada beberapa hal yang patut diwaspadai
15
melampaui jangka
terlebih dahulu melakukan pengiriman barang, baru setelah itu importir membayar
harga melalui perintah transfer bank ke rekening eksportir. Dalam open account
nama pemilik barang yang tercantum dalam dokumen ekspor sudah ata s nama
bank. Namun, demikian penyerahan dokumen tersebut kepada bank hanya sebatas
sebagai kurir.
menguntungkan bagi importir, karena melalui sistem ini importir terlebih dahulu
melihat barang yang dikirimkan oleh eksportir.19 Importir dapat melihat dan
15
Rimsky Judisseno K, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
357
Keuntungan lain adalah importir memiliki waktu yang cukup longgar untuk
262
16
5. Konsinyasi.
Konsinyasi sebenarnya merupakan variasi lain dari cara pembayaran dengan open
barang. Kalau pada open account importir mengirimkan barang kepada importir
importir berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga. Cara pembayaran
seperti ini cenderung mengandung risiko yang sangat besar bagi eksportir.
Kemungkinan terjadinya wanprestasi sangat besar dan dalam keadaan tertentu sulit
b. Importir telah berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga, akan
c. Bila importir telah menjual barang tersebut kepada pihak ketiga pada saat
16
Tata Cara pembayaran Transaksi Dalam Kontrak Bisnis diakses pada tanggal 15 November 2013
358
konsinyasi seperti ini dilengkapi dengan klausula yang tegas tentang ganti rugi
263
atau sanksi dalam hal terjadinya wanprestasi. Pengenalan yang baik tentang
berbagai bentuk klausula ganti rugi akan sangat membantu menghindari kerugian.
konsinyasi.
Mengingat risiko dalam kontrak konsinyasi, maka umumnya kontrakkontrak konsinyasi jarang
dipergunakan, kecuali oleh pihak-pihak yang telah lama
para pihak telah berulang kali melakukan transaksi atau kerjasama bisnis lainnya.
negeri, karena cara ini banyak diminati importir. Sementara itu bagi importir,
17
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
2. Hukum dagang yang ada di Indonesia adalah turunan dari Negara Belanda
3. Apa dasar hukum bangsa Indonesia masih menggunakan KUHD sampai sekarang
4. Mengapa KUHD disebut sebagai hukum Lex specialis derogat lex generalis ?
17
Ibid
359
D. GLOSARIUM
tentang penerbitan dan penggunaan letter of credit .UCP digunakan oleh para bankir dan
264
Master L / Cadalah L / C yang dibuka atau yang diterbitkan oleh pengimpor sebagai
Open Account adalah sistem pembayaran dimana belum dilakukan pembayaran apa -apa
oleh importir kepada eksportir sebelum barang dikapalkan atau tiba dan diterima importir
E. DAFTAR PUSTAKA
2010.
Djoko Imbawani Atmadja, Hukum Dagang Indonesia, Sejarah, Pengertian dan PrinsipPrinsip Hukum
Dagang, Setara Press, Malang, 2011.
Jakarta, 2007.
HMN Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia , Hukum Jual Bali
Bandung: 1980.
Tata Cara pembayaran Transaksi Dalam Kontrak Bisnis diakses pada ta nggal 15
November 2013.
PERTEMUAN KE 23:
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
mampu :
265
1.1 Menjelaskan tentang Pengertian Alernatif Dispute Resolution (ADR)
B. URAIAN MATERI
Menurut Huala Adolf bahwa: “Dalam suatu hubungan hukum atau perikatan
selalu dimungkinkan terjadi perselisihan di antara para pihak yang pada akhirnya
menimbulkan sengketa. Sengketa dapat bermula dari berbagai sumber potensi sengketa.
Sumber potensi sengketa dapat berupa masalah perbatasan, sumber daya alam, kerusakan
sektor yang mengalami perkembangan paling pesat dewasa ini sehingga sektor
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal, 1.
361
perdagangan dapat dikatakan sebagai sektor yang sangat rawan bagi timbulnya sengketa
di antara para pihak. Sengketa dapat terjadi setiap saat disebabkan oleh keadaan yang
sekilas tampak tidak berarti dan kecil sehingga terabaikan atau tanpa diperhitungkan
sebelumnya. Sengketa secara umum dapat berkenaan dengan hak -hak, status, gaya hidup,
reputasi, atau aspek lain dalam kegiatan perdagangan atau tingkah laku pribadi antara
lain:
1. Kenyataan yang mungkin timbul akibat kredibilitas para pihak itu sendiri, atau
dari data yang diberikan oleh pihak ketiga termasuk penjelasan-penjelasan tentang
2. Masalah hukum yang pada umumnya akibat dari pendapat atau tafsiran
penyelesaian sengketa yang diberikan oleh para ahli hukum yang terkait;
266
3. Akibat perbedaan teknis termasuk perbedaan pendapat dari para ahli teknik dan
penyelesaian sengketa alternatif atau Alternative Dispute Resolution (ADR), yang dalam
Penyelesaian Sengketa, Alternative Dispute Resolution adalah suatu pranata penyeles aian
Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase & Alternatif Penyelesaian Sengketa Suatu Pengantar, PT. Fikahati
362
kekeluargaan, perdamaian dan sebagainya. ADR mempunyai daya tarik khusus karena
bahwa ADR pertama-tama adalah merupakan suatu eksperimen untuk mencari modelmodel:
267
Berdasarkan konsep tersebut maka dapat dinyatakan bahwa ADR merupakan
mereka di luar pengadilan, dalam arti di luar mekanisme ajudikasi standar konvensional.
Oleh karena itu, meskipun masih berada dalam lingkup atau sangat erat dengan
masih merupakan ADR. Eva Achjani Zulfa mengemukakan dalam bukunya Philip D.
Bostwick yang menyatakan bahwa ADR merupakan serangkaian praktek dan teknikteknik hukum
yang ditujukan untuk:
Barda Nawawi Arief, Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, PT. Citra Aditya
Eva Achjani Zulfa, Keadilan Restoratif di Indonesia, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,
2009, hal. 1.
363
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli
adalah penyelesaian sengketa melalui jalur non pengadilan yang pada umumnya
ditempuh melalui cara-cara perundingan yang dipimpin atau diprakarsai oleh pihak ketiga
268
Tujuan Pembelajaran 1.2:
dikembangkan, baik di Barat seperti Amerika Serikat dan Norwegia maupun di Timur
seperti Jepang dan Cina, baik karena alasan-alasan praktis maupun kebudayaan”.
sengketa alternatif ini nampaknya semakin meluas ke berbagai negara di dunia, baik
negara tempat pertama kali penyelesaian sengketa alternatif dikembangkan, sudah mulai
gerakan ini adalah memberikan respon terhadap perjuangan hak-hak sipil. Pada tahun
Erman Rajagukguk, Arbitrase dalam Putusan Pengadilan, Chandra Pratam, Jakarta, 2000, hal. 103.
Stephen B. Goldberg (selanjutnya disebut Stephen B. Goldberg I), Dispute Resolution Negasiation,
Mediation and Other Processes, Little Brown and Company, Boston-Toronto-London, 1992, hal. 3-4.
364
mediator untuk membantu menyelesaikan sengketa hak-hak sipil yang berskala luas di
dalam masyarakat.
di AS telah meluas secara sangat signifikan. Pada tanggal 12 Februari 1980 bertepatan
dengan hari lahir Abraham Lincoln, Presiden Jimmy Carter menandatangani Dispute
269
7
Perkembangan
alternatif telah dilakukan dalam sistem hukum, para hakim sering meminta pihak - pihak
yang bersengketa untuk berparti-sipasi dalam summary jury trial. Dalam sejumlah
ber-bagai bentuk pelayanan. Para pensiun hakim sering bertindak sebagai pihak netral
pendapat antara pihak yang sangat populer secara global yang merupakan alternatif
dalam menyelesaikan sengketa selain daripada melalui pengadilan (li tigasi). ADR
dianggap suatu konsep yang sesuai dengan kodratnya manusia terutama kalangan bisnis,
yaitu penyelesaian masalah secara win win (semua pihak merasa happy). Akan tetapi
tidak semua sengketa dapat diselesaikan melalui ADR, hukum positif masing -masing
negara menetapkan batasan sengketa yang dapat diselesaikan melalui ADR. Misalnya
Indonesia membatasi sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase seperti
M. Yahya Harahap, Perlawanan Terhadap Eksekusi Grose Akta Serta Putusan Pengadilan dan Arbitrase
dan Standar Hukum Eksekusi, Citra Bhakti, Jakarta, 1993, hal. 193.
365
memberikan alternatif atau menawarkan pilihan-pilihan bagi para pihak untuk memilih
bagaimana bentuk (pranata hukum) yang cocok untuk menyelesaikan sengketa yang
270
sedang mereka hadapi. Pranata hukum yang ada dalam ADR tidak berarti cocok untuk
semua jenis dan sifat sengketa. Beberapa pakar, diantaranya Prof Priyatna Abdurrasyid
menyatakan bahwa: “Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR) dapat mencapai hasil yang
lebih baik daripada sistem pengadilan. Ada dua alasan, Pertama, jenis perselisihan
membutuhkan cara pendekatan yang berlainan dan para pihak yang bersengketa
Kedua, mediasi dan bentuk APS lainnya melibatkan partisipasi yang lebih intensif dan
langsung dalam usaha penyelesaian dari semua pihak dan akibatnya dikatakan bahwa
APS merupakan suatu cara penyelesaian perselisihan yang bukan lagi alternative”.
3. Keputusan Non-judicial.
7. Hemat waktu.
8. Hemat biaya.
11. Tingkatan yang lebih tinggi untuk melaksanakan kontrol dan lebih mudah
memperkirakan hasil.
Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase & Alternatif Penyelesaian Sengketa, Suatu pengantar , Fikahati Anesk
366
12. Kesepakatan-kesepakatan yang lebih baik daripada sekedar kompromi atau hasil
271
yang diperoleh dari cara penyelesaian kalah/ menang.
penyelesaian sengketa di atas merupakan suatu faktor yang penting sebagai bahan
bahwa faktor yang menjadi esensi alasan perlunya alternatif penyelesaian sengketa yaitu:
Belajar dari praktik APS di Indonesia, Singapura dan Ameriksa sebagai contoh,
lingkungan, kondisi dan insentif yang diberikan oleh negara, dukungan lembaga yudikatif
dan parlemen, dunia usaha, perbaikan kelembagaan APS, dan penyadaran masyarakat.
1. Lingkungan, kondisi dan insentif yang berikan oleh Negara/pemerintah, antara lain:
M. Yahya Harahap, Alternative Dispute Resolution (ADR) Merupakan Jawaban Penyelesaian Sengketa
Perdagangan Internasional masa Depan, (Salatiga : makalah, Seminar Nasional Hukum Bisnis, FH.
UKSW,
367
272
d. mengeluarkan lebih banyak peraturan/petunjuk yang mewajibkan atau
Mediation.
b. memberikan insentif atau sweetener kepada nasabah yang bersedia memilih dan
menjalankan APS;
masyarakat.
368
5. Penyadaran masyarakat:
a. sosialisasi dan promosi oleh pemerintah, dunia usaha, lembaga APS dan advokat,
273
baik sendiri maupun bersama-sama, secara terus menerus kepada masyarakat
profesi.
Konflik, sengketa, pelanggaran atau pertikaian antara atau terkait dua individu
atau lebih dewasa ini telah dan akan terus menjadi fenomena biasa dalam masyarakat.
Situasi itu akan semakin merepotkan dunia hukum dan peradilan apabila semua konflik,
sengketa atau pertikaian itu diproses secara hukum oleh peradilan. Dalam kaitan itu
resolution yang tidak membuat masyarakat tergantung pada dunia hukum yang terbatas
kapasitasnya, namun tetap dapat menghadirkan rasa keadilan dan penyelesaian masalah.
Mekanisme tersebut sebenarnya telah memiliki dasar hukum dan telah memiliki preseden
serta pernah dipraktikkan di Indonesia walau jarang disadari. Mekanisme tersebut juga
dengan ADR. Sejak Agustus 1999 silam, Indonesia bahkan sudah memiliki UndangUndang No. 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar
pengadilan dengan cara (i) konsultasi; (ii) negosiasi; (iii) mediasi; (iv) konsiliasi; dan (v)
369
arbitrase. Sementara ADR lain tak banyak ditafsirkan dan dijabarkan lebih jauh.
274
alternatif di Indonesia, yaitu
sengketa yang efisien dan reliable merupakan faktor penting bagi pelaku ekonomi
masyarakat tersebut;
pengadilan (tribunal) apabila sifatnya pilihan (optional), maka akan terjadi proses
370
kepercayaan masyarakat;
pengadilan”.
10
275
Pengenyampingan untuk tidak mempergunakan proses hukum via litigasi bahwa
diperkirakan akan lebih tepat apabila dalam kondisi, alasan dan atau perbuatan tertentu,
pengadilan, yang secara garis besar dibedakan atas 2 yakni pertama: Penyelesaian
1) Arbitrase
merupakan suatu pengadilan swasta, yang sering juga disebut dengan “pengadilan
11
10
Santoso, Mas Achmad. Perkembangan ADRD Indonesia, Makalah Disampaikan dalam Lokakarya Hasil
Penelitian Teknik Mediasi Tradisional, Diselenggarakan The Asia Fondation Indonesia Centre for
Environmental
Law, kerjasama dengan Pusat Kajian Pihak Penyelesaian Sengketa Universitas Andalas. Di Sedona Bumi
Minang,
27 November, 1999
11
Munir Fuady, Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis), Citra Aditya Bakti,
371
276
sepak bola di atas, sekilas tampak benar, tetapi tidak tepat. Benar, oleh karena
Indonesia adalah peradilan negara yang diatur dengan Undang -Undang” (Pasal 2
ayat (3). Hal itu berarti, kedudukan arbitrase sebagai peradilan swasta benar, oleh
12
2) Konsultasi
patient with doctor; client with lawyer. Deliberation of persons on some subject.
13
14
3) Negosiasi
12
Ibid
13
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, West Publishing Co., St. Paul, 1989, p.286.
14
Marwan, M , dan Jimmy P, Kamus Hukum , Reality Publisher, Surabaya, 2009, hal. 378.
277
372
15
Istilah
4) Mediasi
diartikan oleh M. Marwan dan Jimmy P. sebagai berikut : “Negosiasi adalah suatu
proses penyelesaian sengketa secara damai yang melibatkan bantuan pihak ketiga
16
sengketa berupa negosiasi untuk memecahkan masalah melalui pihak luar yang
netral dan tidak memihak, yang akan bekerja dengan pihak yang bersengketa
secara memuaskan kedua belah pihak. Pihak ketiga yang netral tersebut disebut
dengan mediator”.
17
5) Konsiliasi
18
15
278
Henry Campbell Black, Black’s, Op.Cit, hal. p.394.
16
17
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis. Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra Aditya Bakti,
18
373
memecahkan masalah melalui pihak luar yang netral dan tidak memihak yang
akan bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu menemukan solusi
19
6) Penilaian Ahli
Penilaian ahli, merupakan bentuk pendapat ahli yang dapat dipahami dan
diterima oleh para pihak yang bersengketa. Dalam Hukum Acara, dikenal sebagai
saksi ahli, yakni suatu kesaksian berdasarkan keahlian dari seseorang atau lebih
“Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara
Penilaian ahli sebagai bagian dari cara atau proses penyelesaian sengketa
berbeda secara prinsipil dengan keterangan ahli, oleh karena keterangan ahli
279
penyelesaian sengketa baik melalui pengadilan maupun di luar pengadilan
19
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra Aditya Bakti,
374
melalui arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa hanya terbatas pada objek
keperdataan, seperti dalam Perjanjian atau Akad Kredit, Perjanjian atau Akad
tidak ada klausul dan kemudian timbul sengketa, tentunya akan diselesaikan
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengertian Alernatif Dispute Resolution (ADR)
D. GLOSARIUM
referee = wasit
Arbitration = Arbitrase
280
conflicting opinion = Perbedaam Pendapat
375
E. DAFTAR PUSTAKA
Barda Nawawi Arief, Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, PT.
2000
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, West Publishing Co., St. Paul, 198
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2008,
hal, 1.
Munir Fuady, Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis), Citra Aditya
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis. Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra
Pengadilan dan Arbitrase dan Standar Hukum Eksekusi, Citra Bhakti, Jakarta, 1993
Fondation Indonesia Centre for Environmental Law, kerjasama dengan Pusat Kajian
281
Pihak Penyelesaian Sengketa Universitas Andalas. Di Sedona Bumi Minang, 27
November, 1999
376
Negasiation, Mediation and Other Processes, Little Brown and Company, BostonToronto-London,
1992
PERTEMUAN KE 24 :
ARBITRASE
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Pengertian Arbitrase, Sejarah Arbitrase,
1.1 PengertianArbirase.
B. URAIAN MATERI
C.
Menurut Subekti bahwa: “Kata arbitrase berasal dari kata arbitrare (latin),
282
Sedangkan meurut Sudargo Gautama bahwa: “Pengertian arbitrase
R. Subekti, kumpulan karangan hukum perikatan, Arbitrase, dan peradilan, Alumni,Bandung, 1980, hal. 1
378
No. 30 Tahun 1999 menentukan bahwa pengertian Arbitrase adalah cara penyelesaian
suatu sengketa perdata diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase
yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Kata Arbitrase berasal dari
bahasa latin yaitu “arbitrare”. Arbitrase juga dikenal dengan sebutan atau istilah lainnya
yang memiliki maksud yang sama, misalnya perwasitan atau Arbitrage (Belanda),
kesemuanya memiliki arti yang sama yaitu kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu
salah pengertian tentang arbitrase karena seolah-olah seorang arbiter atau suatu majelis
arbitrase dalam menyelesaikan suatu sengketa tidak mengindahkan norma -norma hukum
dilakukan berdasarkan persetujuan bahwa pihak bersengketa akan tunduk dan mentaati
keputusan yang diberikan oleh hakim atau para hakim yang mereka pilih atau mereka
tunjuk secara langsung. Oleh karena itu arbitr ase disebut sebagai suatu peradilan
perselisihan mereka tentang hak-hak pribadi yang dapat mereka kuasai sepenuhnya,
diperiksa dan diadili oleh hakim yang adil yang tidak memihak ke pada salah satu pihak
yang berselisih, serta menghasilkan keputusan yang mengikat bagi kedua belah pihak ”.
283
4
hakim partikelir yang tidak terikat dengan berbagai formalitas, ce pat dalam memberikan
keputusan, karena dalam instansi terakhir serta mengikat, yang mudah untuk dilaksanakan
M.Yahya Harahap, Arbitrase : Ditinjau dari RV, Peraturan Prosedur BANI, ICSID, UNCITRAL,
Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award, Sinar Grafika, Jakarta, 2003.
hal. 60.
Sudargo Gautama, Arbitrase Dagang Internasional, Penerbit Alumni, Bandung, 1979. hal. 5
379
“Arbitrase adalah salah satu mekanisme alternatif penyelesaian sengketa – aps yang
merupakan bentuk tindakan hukum yang diakui oleh undang-undang di mana salah satu
sepakatannya dengan satu pihak lain atau lebih kepada satu orang (arbiter) atau lebih
(arbiter – arbiter – majelis) ahli yang professional, yang akan bertindak sebagai hakim /
peradilan swasta yang akan menerapkan tata cara hukum negara yang berlaku atau
menerapkan tata cara hukum perdamaian yang telah disepakati bersama oleh para pihak
284
Menurut M. Yahya Harahap bahwa: “Peran arbitrase sebagai upaya penyelesaiaan
sengketa dagang yang bersekala internasional, di mulai pada penghujung abad ke -18,
yang ditandai dengan lahirnya jay Treaty pada tanggal 19 November 1794. Perjanjian ini
terjadi antara Amerika dan Inggris. Dengan perjanjian ini,terjadi tata cara perubahan
ini sengketa dagang di lakukan melalui saluran diplomatik, berubah cara karekternya
,menjadi arbitrase internasional yang di dasarkan pada tata cara yang di atas prinsip
Gunwam Wijaja menyatakan bahwa: “Dengan Jay Treaty dicapai kesepakatan untuk
membentuk suatu institusi yang membentuk Mixed Commission yang berfungsi untuk
menyelesaikan sengketa dagang secara hukum. Institusi ini berkembang dan menjadi
cikal bakal arbitrase nasional dan internasional. Pada zaman Hindia Belanda, arbitrase di
Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, PPH Newsleter Kajian Hukum
M. Yahya Harahap, Beberpa Tinjauan Mengenai Sistem Perdilan dan PenyelesaianSengketa, Citra
380
sepakati oleh para pedagang baik oleh eksportir maupun importir serta pengusaha
lainnya. Adatiga badan arbitrase tetap yang di bentuk oleh pemerintah belanda yaitu”:
285
internasional atau konvensi, di antaranya:
The 1958 New York Konvention (Konvensi New York) yangdi tanda tangani pada
1976
sudah di kenal dalam peraturan perundang undangan sejak berlakunya hukum acara
perdata Belanda, yaitu sejak mulai berlaakunya Rvyang di atur dalam pasal 615 sampai
pasal 651. Di Indonesia minat untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase mulai
sejalan dengan arah globalisasi, di mana penyelesaian sengketa di luar pengadilan telah
Gunwam Wijaja dan Akhmad Ynai, Seri Hukum bisnis Hukum Arbitrase, Raja Grafindo Persada 2000,
Jakarta, hal. 13
381
menjadi pilihan pelaku bisnis untuk menyelesaikan sengketa bisnis mereka. Selain
karakteristik cepat,efisien dan tuntas, arbitrase menganut prinsip win-win solution, dan
Biaya arbitrase juga lebih terukur, karena prosesnya lebih cepat. Keunggulan lain
286
arbitrase adalah putusannya yang serta merta (final) dan mengikat (binding), selain
sifatnya yang rahasia (confidential) di mana proses persidangan dan putusan arbitrase
tidak dipublikasikan. Berdasarkan asas timbal balik putusan –putusan arbitrase asing
putusan arbitrase Indonesia yang melibatkan perusahaan asing akan dapat dilaksanakan di
luar negeri.
sektor perdagangan, industri dan keuangan, melalui arbitrase dan bentuk-bentuk alternatif
Konstruksi, Pelayaran/maritim, Lingkungan Hidup, Penginderaan Jarak Jauh, dan lainlain, dalam
lingkup peraturan perundang-undangan dan kebiasaan internasional.
mediasi, konsiliasi dan pemberian pendapat yang mengikat sesuai dengan Peraturan
Prosedur BANI atau peraturan prosedur lainnya yang disepakati oleh para pihak yang
berkepentingan.
Penyelesaian Sengketa. Aturannya terdapat dalam Bab VI pasal 65 sampai dengan pasal
pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase asing (internasional) seperti yang diatur
dalam Konvensi New York 1958. Pasal 65 UU No. 30 Tahun 1999 menetapkan bahwa
382
287
Menjelaskan tentang Unsur-unsur, Ruang Lingkup, Asas-asas, Syarat-syarat
Arbitrase
a. Unsur-Unsur Arbitrase
semua jenis sengketa dibidang keperdataan. Dalam hal ini tentunya yang bisa
menyangkut hak pribadi yang sepenuhnya dapat dikuasai oleh para pihak. Adapun
yang dimaksud dengan hak pribadi adalah hak-hak yang untuk menegakanya tidak
bersangkut paut dengan ketertiban atau kepentingan umum, misalnya proses -proses
mengenai perceraian, status anak, pengakuan anak, penetapan wali, pengampuan, dan
lain-lain.
10
Objek sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketasengketa tertentu
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 Ayat (1) UU No. 30 Tahun
1999, bahwa sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase h anya sengketa di
10
Ibid
383
bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
288
Munir Fuady menyatakan bahwa: “Perdagangan menurut kamus hukum,
yang berasal dari kata “dagang”, berarti perbuatan yang berkaitan dengan menjual
dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan. Barang yang menjadi objek
perdagangan pada umumnya adalah barang bergerak berwujud dan tidak berwujud.
sekolah, rumah tangga dan rumah sakit. Barang bergerak tidak berwujud dapat berupa
surat-surat berharga yang dijualbelikan di pasar modal, hak kekayaan intelektual, dan
piutang-piutang lainnya”.
11
janji atau kesalahpahaman dalam suatu hubungan perdagangan antara pedagang yang
satu dengan pedagang lainnya. Secara yuridis, ruang lingkup sengketa perdagangan
yang dapat diselesaikan melalui lembaga arbitrase menurut Penjelasan dalam Pasal 66
1. Perniagaan,
keduanya
2. Perbankan,
3. Keuangan,
11
Munir Fuady, Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis), Citra Aditya Bakti,
384
289
moneter sejalan dengan waktu dan juga menghitung resiko dalam
4. Penanaman modal,
5. Industri, dan
Hak kekayaan intelektual (HaKI) adalah hak yang timbul bagi hasil
olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang
bahwa : “Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa
adalah sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan
12
c. Asas-Asas Arbitrase
berikut:
13
12
Bambang Sutiyoso, Hukum Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Gama Media,Yogyakarta,
290
2008, hal. 114-116
13
Asyhadie, Zaeni dan Sudiarto, H. Mengenali Arbitrase ( Salah Satu Alternatif Penyelesaian Sengketa
385
secara musyawarah, baik antara arbiter dengan para pihak maupun antara
industri dan/atau hak-hak pribadi yang dapat dikuasai sepenuhnya oleh para
pihak bersengketa.
4. Asas final dan binding adalah putusan arbitrase yang bersifat akhir dan tidak
d. Syarat-syarat arbitrase
berlangsungnya suatu arbitrase adalah perjanjian dari para pihak untuk menyelesaikan
Undang-Undang No.30 Tahun 1999, Pasal 1 ayat (3) tentang Arbitrase dan Aternatif
dijalankan tanpa adanya perjanjian arbitrase di antara para pihak yang bersengketa,
14
15
291
Perjanjian arbitrase harus
dalam suatu perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh para piha k, sebagaimana
14
15
M. Yahya Harahap, Arbitrase Ditinjau dari: Reglemen Acara Perdata (Rv), Prosedur BANI,
International Centre for the Settlement of Investment Dispute (ICSID), UNICITRAL Arbitration Rules,
Convention
on the Recognition and Enforcement of Foreing Arbitral Award, PERMA No. 1 Tahun 1990 , Pustaka
Kartini,
386
disebutkan dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Pasal 9 ayat (1) tentang
suatu perjanjian arbitrase tidak akan hapus karena berakhirnya atau batalnya
perjanjian pokok. Selain itu, perjanjian arbitrase juga tidak akan hapus oleh keadaan
meninggalnya para pihak, bangkrutnya salah satu pihak, novasi, insolvensi salah satu
pihak, pewarisan, dan pengalihan perjanjian kepada pihak ketiga atas persetujuan
292
Penyelesaian Sengketa
6. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 1990 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Arbitration Rules
387
Arbitrase sebagai salah satu instrumen penyelesaian sengketa para pihak di luar
lembaga pengadilan telah berkembang sangat baik. Dalam prakteknya terdapat 2 (dua)
macam arbitrase, yaitu arbitrase ad-hoc dan arbitrase institusional. Kedua jenis arbitrase
tersebut diatur dalam RV dan UU No. 30 Tahun 1999. Di Indonesia, definisi lembaga
arbitrase dijabarkan dalam ketentuan Pasal 1 angka 8UU No. 30 Tahun 1999 yaitu badan
yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan mengenai
sengketa tertentu, lembaga tersebut juga memberikan pendapat yang mengikat mengenai
1. Arbitrase Ad-hoc
16
Pembentukan
293
arbitrase ad-hoc dilakukan setelah sengketa terjadi. Ciri pokok arbitrase
ad-hoc adalah penunjukan para arbiternya secara perorangan oleh masingmasing pihak yang
bersengketa sesuai dengan kesepakatan para pihak.
Arbitrase ad-hoc tidak memiliki aturan tata cara sendiri, baik mengenai
manapun.
17
yang berlaku.
18
2. Arbitrase Institusional
16
Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
17
Ibid
18
388
19
294
Pada umumnya arbitrase institusional
Ulama Indonesia (MUI) dan telah berganti nama menjadi Badan Arbitrase
(BAKTI).
20
a. Kelebihan Arbitrase
21
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani menjelaskan bawah: “Di bawah ini keuntungan
menggunakan Arbitrase yang dikemukakan oleh para ahli sekaligus dari tinjauan
19
A. Rahmat Rosyadi dan Ngatino, Arbitrase dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif, Citra Aditya
20
in Indonesia, Buletin Triwulan Arbitrase Indonesia Nomor 7 Tahun 2009, Published by: BANI Arbitration
Center,
Jakarta, hlm. 25, diunduh pada www.bani-arb.org pada tanggal 1 Oktober 2012
21
295
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis, PT. Raja grafindo persada,Jakarta, 2009, , hal.213-214.
389
dalam “Tinjauan terhadap Arbitrase Dagang Secara Umum dan Arbitrase Dagang di
22
antara lain:
administratif;
dilaksanakan.
antara lain:
296
pengadilan akan memakan waktu yang lama dan ongkos yang besar
22
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Arbitrase, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 11 -14.
390
antara mereka
nelah pihak”.
23
b. Kelemahan
di antaranya “:
24
1. ADR belum dikenal secara luas, baik oleh masyarakat awam, maupun
297
3. Lembaga ADR tidak mempunyai kewenangan melakukan eksekusi
23
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis, Raja grafindo persada, Jakarta, 2009, hal. 213-214
24
391
mekanisme extra judicial, ADR hanya dapat bertumpu di atas etika bisnis,
sebagai berikut”:
25
putusan tersebut.
298
3. Pada prakteknya pengakuan dan pelaksanakan keputusan arbitraseasing
perkara arbitrase.
25
392
cara.
Putusan arbitrase tidak bisa diadakan upaya banding, akan tetapi bisa diajukan
Negeri, terhitung palinglama 30 hari sejak hari penyerahan dan pendaftaran putusan
arbitrase kepada Panitera Pengadilan Negri sebagaimana diatur dalam Pasal 71 Undang undang No.30
tahun 1999 tentang Arbitrase dan alternatif Penyeslesaian Sengketa.
26
terhadap putusan Arbitrase apabila tersebut diduga mengandung unsur -unsur sebagai
berikut:
299
dijatuhkan, diakui palsu ataudinyatakan palsu;
3. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak
dalam pemeriksaansengketa.
26
Mudakir Iskandar Syah, Penyelesaian Sengketa diluar pengadilan Via Arbitrase, Calpulis, Yogjakarta,
2016, hal. 60
393
dan alternatif Penyeslesaian Sengketa, Ketua Pengadilan Negeri diberi wewenang untuk
memeriksa tuntutan pembatalan jika diminta oleh parapihak, dan mengatur akibat dari
Pengadilan Negeri dapat memutuskan bahwa setelah diucapkan pembatalan, arbiter yang
samaatau arbiter lain akan memeriksa kembali sengketa bersangkutan atau menentukan
D. SOAL LATIHAN/TUGAS
E. GLOSARIUM
Jay Treaty adalah perjanjian 1795 antara Amerika Serikat dan Inggris yang mencegah
perang, diselesaikan masalah yang tersisa sejak Perjanjian Paris tahun 1783.
Mixed Commission adalah pengadilan gabungan yang dibentuk oleh pemerintah Inggris
dengan perwakilan Belanda, Spanyol atau Portugis menyusul perjanjian yang disepakati
300
Internasional Chember Of Commerce ( ICC )adalah sebuah organisasi nirlaba
arbitrase internasional yang didirikan pada tahun 1966 untuk penyelesaian sengketa
hukum dan konsiliasi antara investor internasional yang didirikan pada tanggal 16
Februari 1968.
394
oleh Majelis Umum PBB oleh Resolusi 2205 (XXI) 17 Desember 1966 untuk
F. DAFTAR PUSTAKA
A. Rahmat Rosyadi dan Ngatino, Arbitrase dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif,
Media,Yogyakarta, 2008
Munir Fuady, Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis), Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2003
Bandung, 1980.
301
Sudargo Gautama, kontrak dagang internasional, Alumni, Bandung,1976.
Zaini Asyhadie, Hukum Bisni Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, PT. Raja
302