A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai asal usul hukum dagang, sejarah
hukum dagang, berlakunya hukum dagang di Indonesia, hubungan KUHD dengan
KUHPerdata. Anda harus mampu :
1.1 Menjelaskan tentang asal usul hukum dagang.
1.2 Menjelaskan sejarah hukum dagang.
1.3 Menjelaskan berlakunya hukum dagang di Indonesia dan sumber hukum dagang
1.4 Menjelaskan hubungan KUHD dengan KUHPerdata.
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Menjelaskan tentang asal usul hukum dagang.
Hukum dagang merupakan jenis khusus dari hukum perdata. Karena itu hubungan
hukum, tindakan atau perbuatan hukum dagang juga merupakan hubungan hukum,
tindakan atau perbuatan hukum keperdataan. Istilah dagang atau niaga (atau istilah
sekarang adalah bisnis) adalah terjemahan dari istilah “handel” dalam bahasa Belanda
yang dapat diartikan sebagai dagang, niaga atau perniagaan, atau istilah sekarang
menyebutnya bisnis, sehingga “handels recht” diartikan sebagai hukum dagang, hukum
niaga atau hukum perniagaan, atau biasa disebut juga sebagai hukum bisnis.
Atas dasar ini, maka sumber utama dari hukum dagang ini adalah Wetboek v.
Koophandel yang kita kenal sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Suatu hal
yang sangat penting mengetahui bahwa hukum dagang atau hukum perniagaan itu
merupakan bagian khusus dari hukum perdata, karena tidak mungkin kita mempelajari
hukum dagang tanpa mengetahui pengertian-pengertian keperdataan yang tercakup dalam
sumber hukumnya yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
1
Dimulai ketika jaman romawi, hubungan antar warga diatur dalam Corpus Juris
Civilis, yaitu karya perundang-undangan yang diprakarsai oleh Kaisar Justianus.
Perkembangan masyarakat yang sangat cepat, termasuk untuk Kaum pedagang,
bermunculan kota-kota dagang di kawasan benua eropa, Sehingga ketentuan Corpus Juris
Civilis, dirasakan tidak lagi mencukupi, sehingga perlu Hukum yang mengatur untuk
Kaum Pedagang.
Menurut Farida Hasyim bahwa : ”Hukum Dagang timbul karena adanya kaum
1
pedagang. Hukum Dagang adalah hukum perdata khusus bagi kaum pedagang”.
Menurut Pasal 2 (lama) KUHD yang berbunyi : Pedagang adalah mereka yang
melakukan perbuatan perniagaan sebagai pekerjaannya sehari-hari. Yang dimaksud
1
Farida Hasyim, Hukum Dagang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm, 2
2
dengan perbuatan perniagaan menurut pasal3 (lama) KUHD adalah perbuatan pembelian
barang-barang untuk dijual lagi.
Atas perintah Napoleon, hukum yang berlaku bagi pedagang dibukukan dalam
sebuah buku Code De Commerce (tahun 1807). Disamping itu, disusun kitab-kitab
lainnya, yakni:
Kedua buku itu dibawa dan berlaku di negeri Belanda dan akhirnya dibawa ke Indonesia.
Pada 1 Januari 1809 Code de Commerce (Hukum Dagang) berlaku di negeri Belanda
yang pada waktu itu menjadi jajahannya.
Hukum Dagang merupakan hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang
turut melakukan perdagangan untuk memperoleh keuntungan . atau hukum yang
mengatur hubungan hukum antara manusia dan badan-badan hukum satu sama lainnya
dalam lapangan perdagangan. Sistem hukum dagang menurut arti luas dibagi 2 yaitu
tertulis dan tidak tertulis tentang aturan perdagangan. Pada dasarnya Hukum dagang dan
hukum perdata adalah dua hukum yang saling berkaitan. Hal ini dapat dibuktikan di
dalam Pasal 1 dan Pasal 15 KUH Dagang.
2
Ibid
3
Ibid
3
Belanda, yang dibuat atas dasar azas konkordansi ( pasal 131 I.S.). Wetboek van
Koophandel Belanda itu berlaku mulai tanggal 1 Oktober 1838 dan 1 Januari 1842 (di
Limburg). Selanjutnya Wetboek van Koophandel Belanda itu juga meneladan dari Code
du Commerce Prancis 1808, tetapi anehnya tidak semua lembaga hukum yang diatur
dalam Code du Commerce Prancis itu diambil alih oleh Wetboek van Koophandel
Belanda. Ada beberapa hal yang tidak diambil, misalnya mengenai peradilan khusus
tentang perselisihan-perselisihan dalam lapangan perniagaan.4
JENIS-JENIS PERDAGANGAN
Perdagangan atau perniagaan atau bisnis pada umumnya, ialah pekerjaan membeli
barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu di tempat lain
atau pada waktu yang berikut dengan maksud memperoleh keuntungan. Dalam zaman
modern ini perdagangan adalah pemberian perantaraan kepada produsen dan konsumen
untuk membelikan dan menjualkan barang-barang yang memudahkan dan memajukan
pembelian dan penjualan. Jenis-jenis perdagangan dibagi menjadi tiga, yaitu5
1. Menurut pekerjaan yang dilakukan pedagang
4
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta Djambatan,
2007), hlm, 9
5
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989
hal, 301
4
a. Perdagangan dalam negeri
b. Perdagangan internasional yaitu perdagangan ekspor dan perdagangan
impor
c. Perdagangan meneruskan (perdagangan transito)
Menurut Soesilo Prajogo yang dimaksud Hukum Dagang adalah “Pada hakekatnya
sama dengan hukum perdata hanya saja dalam hukum dagang yang menjadi objek adalah
perusahaan dengan latar belakang dagang pada umumnya, termasuk wesel, cek,
pengangkutan, asuransi dan kepailitan.6 Dalam hukum dagang itu sendiri terdapat
undang-undang yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan hukum dagang
disertai dengan sanksi-sanksi yang diarahkan pada para pelanggar aturan hukum dagang
itu sendiri.
Menurut Zainal Asikin bahwa: “Sejak abad pertengahan eropa (1000/ 1500) yang
terjadi di Negara dan kota-kota di Eropa dan pada zaman itu di Italia dan perancis selatan
telah lahir kota-kota sebagai pusat perdagangan (Genoa, Florence, vennetia, Marseille,
Barcelona dan Negara-negara lainnya ) . tetapi pada saat itu hukum Romawi (corpus
yuris civilis ) tidak dapat menyelsaikan perkara-perkara dalam perdagangan , maka
dibuatlah hukum baru di samping hukum Romawi yang berdiri sendiri pada abad ke-16
yang disebut hukum pedagang (koopmansrecht). Karena bertambah pesatnya hubungan
dagang maka pada abad ke-17 diadakan kodifikasi dalam hukum dagang oleh mentri
keuangan dari raja Louis XIV (1613-1715) yaitu Corbert dengan peraturan
(ORDONNANCE DU COMMERCE) 1673. Dan pada tahun 1681 disusun
ORDONNANCE DE LA MARINE yang mengatur tenteng kelautan.”7
6
Soesilo Prajogo, Kamus Hukum, Wacana Intelektual, Jakarta, 2007, hal, 199
7
Zainal Asikin, Hukum Dagang, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hlm, 1
5
Pada saat itu Nederlands menginginkan adanya hukum dagang tersendiri yaitu KUHD
belanda , dan pada tahun 1819 direncanakan dalam KUHD ini ada 3 kitab dan tidak
mengenal peradilan khusus . lalu pada tahun 1838 akhirnya di sahkan . KUHD Belanda
berdasarkan azas konkordansi KUHD belanda 1838 menjadi contoh bagi pembuatan
KUHD di Indonesia pada tahun 1848 . dan pada akhir abad ke-19 Molengraaff
merancang UU kepailitan sebagai buku III di KUHD Nederlands menjadi UU yang
berdiri sendiri (1893 berlaku 1896).Dan sampai sekarang KUHD Indonesia memiliki 2
kitab yaitu , tentang dagang umumnya dan tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib
dari pelayaran.”8
Lebih lanjut Zainal Asikin menyebutkan bahwa: “Pada Tahun 1807 Kaisar
Napoleon di Perancis mengkodifikasikan 2 Kitab Undang Undang Hukum :
1. Kitab Undang Undang Hukum Perdata Perancis (Code Civil des Francais)
2. Kitab Undang Undang Hukum Dagang Perancis ( Code Du Commerce)
Kebetulan pada saat itu Belanda dijajah oleh Perancis ( 1809- 1813) sehingga
hukum Perancis itu diberlakukan di Belanda sesuai dengan Asas Konkordansi I
(Concordantie Beginsel L). Tapi pada tanggal 1 Oktober 1838 Belanda berhasil
membuat BURGERLIKE WET BOEK ( KUH-PERDATA) DAN WET BOEK
VAN KOOPHANDEL ( KUH-DAGANG).”9
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dibagi dalam 2 (dua) buku, yaitu buku
pertama tentang dagang pada umumnya dan buku kedua tentang hak-hak dan kewajiban
yang terbit dari pelayaran. Jika dicermati secara saksama, dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang tidak ada definisi apa yang dimaksud dengan Hukum Dagang. Mungkin
pembentuk Undang-Undang beranggapan rumusan atau definisi Hukum Dagang
diserahkan kepada pendapat atau doktrin dari para sarjana.10
8
Ibid
9
Ibid, hlm, 1-2
10
Farida Hasyim, Op.Cit, hal, 7
6
Untuk memahami makna hukum dagang, berikut dikutip rumusan Hukum Dagang
yang dikemukakan oleh para sarjana, yaitu sebagai berikut :11
1. Hukum Dagang adalah hukum yang mengatur soal-soal perdagangan, yaitu soal-soal
yang timbul karena tingkah laku manusia dalam perdagangan
2. Hukum Dagang adalah bagian dari hukum perdata pada umumnya, yakni yang
mengatur masalah perjanjian dan perikatan-perikatan yang diatur dalam Buku III
BW. Dengan kata lain, Hukum Dagang adalah himpunan peraturan-peraturan yang
mengatur seseorang dengan orang lain dalam kegiatan perusahaan yang terutama
terdapat dalam kodifikasi Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata.
Hukum Dagang dapat pula dirumuskan sebagai serangkaian kaidah yang mengatur
tentang dunia usaha atau bisnis dan dalam lalu lintas perdagangan.
3. Hukum Dagang (Handelsrecht) adalah keseluruhan dari aturan hukum mengenai
perusahaan dalam lalu lintas perdagangan, sajauh mana diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang dan beberapa undang-undang tambahan. Di Belanda Hukum
Dagang dan Hukum Perdata dijadikan dalam 1 (satu) buku, yaitu Buku II dalam BW
baru Belanda.
4. Hukum Dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan
perusahaan.
5. Hukum Dagang adalah hukum bagi para pedagang untuk memperoleh keuntungan
yang sebesar-besarnya.
Pada mulanya WvK itu terdiri atas tiga buku, kemudian menjadi dua buku setelah
peraturan kepailitan (pailisemen) tidak lagi diatur dalam WvK, tetapi diatur tersendiri
11
Ibid, hal, 7-8
7
dalam peraturan pemerintah tahun 1905 dan berlaku pada tanggal 1 November 1906.
Sejak peraturan baru ini diadakan, tidak hanya seorang pedagang yang dapat dijatuhkan
pailit tetapi setiap orang.
Sebelum tahun 1938, hukum dagang hanya mengikat pedagang saja, dan pedagang
sajalah yang dapat melakukan perbuatan dagang. Misalnya menandatangani aksep wesel
atau mengadakan pailit. Namun, sejak tahun 1938, perusahaan dapat melakukan
perbuatan dagang. Dengan demikian, artinya menjadi lebih luas, maka WvK berlaku bagi
setiap pengusaha.12
Selanjutnya Wetboek van Koophandel Belanda itu juga meneladan dari Code du
Commerce Orancis 1808, tetapi anehnya tidak semua lembaga hukum yang diatur dalam
Code du Commerce Prancis itu diambil alih oleh Wetboek van Koophandel Belanda. Ada
beberapa hal yang tidak diambil, misalnya mengenai peradilan khusus tentang
perselisihan-perselisihan dalam lapangan perniagaan .
12
Ibid, hal,8
13
H.M.N. Purwosutjipto, Op.Cit
8
Pada awalnya KUHD (sebelum 1 Januari 1935) berlaku secara objektif dan
subjektif bagi pedagang. Pedagang secara objektif diartikan sebagai kegiatan membeli
barang dan dijual kembali. Pedagang secara subjektif, yaiut siapa saja yang melakukan
tindakan perdagangan sebagai pekerjaan sehari-hari. Setelah tanggal 1 Januari 1935
terjadi perubahan istilah pedagang menjadi perusahaan yaitu tindakan yang terus menerus
dan untuk mencari keuntungan. Dengan demikian, hukum dagang ini berlakunya adalah
bagi mereka yang menjalankan usaha yaitu yang disebut pengusaha atau pelaku usaha. 14
1. KUHD
2. KUHS
14
Zainal Asikin, Op, Cit, hal. 7
15
Farida Hasyim, Hukum Dagang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm, 23
9
3. Kebiasaan
a. Ps 1339 KUHS : Suatu perjanjian tidak saja mengikat untuk apa yang
semata-mata telah diperjanjikan tetapi untuk apa yang sudah menjadi
kebiasaan
b. Ps 1347 KUHS : hal-hal yang sudah lazim diperjanjikan dalam suatu
perjanjian, meskipun tidak secara tegas diperjanjikan harus dianggap juga
tercantum dalam setiap perjanjian semacam itu
4. Yurisprudensi
5. Traktat
6. Doktrin
16
C.S.T. Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia. Aksara Baru. Jakarta, 1985
10
peraturan-peraturan seperti yang sekarang termuat dalah KUHD, sebab perdagangan
antar Negara baru berkembang dalam abad pertengahan.
Pada awalnya hukum dagang berinduk pada hukum perdata. Namun, seiring
berjalannya waktu hukum dagang mengkodifikasi (mengumpulkan) aturan-aturan
hukumnya sehingga terciptalah Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ( KUHD )
yang sekarang telah berdiri sendiri atau terpisah dari Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata ( KUHPer ).
Antara KUHperdata dengan KUHdagang mempunyai hubungan yang erat. Hal ini
dapat dilihat dari isi Pasal 1KUhdagang, yang isinya sebagai berikut: Adapun mengenai
hubungan tersebut adalah special derogate legi generali artinya hukum yang khusus:
KUHDagang mengesampingkan hukum yang umum: KUHperdata. Hubungan antara
KUHD dengan KUH perdata adalah sangat erat, hal ini dapat dimengerti karena memang
semula kedua hukum tersebut terdapat dalam satu kodefikasi. Pemisahan keduanya
hanyalah karena perkembangan hukum dagang itu sendiri dalam mengatur pergaulan
internasional dalam hal perniagaan
Hukum Dagang merupakan bagian dari Hukum Perdata, atau dengan kata lain
Hukum Dagang meruapkan perluasan dari Hukum Perdata. Untuk itu berlangsung asas
Lex Specialis dan Lex Generalis, yang artinya ketentuan atau hukum khusus dapat
mengesampingkan ketentuan atau hukum umum. KUHPerdata (KUHS) dapat juga
dipergunakan dalam hal yang daitur dalam KUHDagang sepanjang KUHD tidak
mengaturnya secara khusus.
11
KUHper merupakan Hukum perdata umum sedangkan KUHD merupakan hukum perdata
khusus ,maka hubungan kedua ini berlaku adegium “ Lex specialis derogat lex generali (
hukum khusus menyampingkan hukum umum ) , adegium ini dirumuskan dalam UU
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 KUHD yang berbunyi : KUHPerdata seberapa jauh
dan padanya dalam kitab ini tidak khusus diadakan penyimpangan-penyimpangan
berlaku juga hal-hal yang dibicarakan dalam kitab ini.17
1. Van Kan beranggapan bahwa hukum dagang adalah suatu tambahan hukum
perdata yaitu suatu tambahan yang mengatur hal-hal yang khusus,. KUHper
memuat hukum perdata dalam arti sempit sedangkan KHUD memuat
penambahan yang mengatur hal-hal khusus hukum perdata dalam arti sempit.
2. Van Apeldoorn menganggap hukum dagang suatu bagian istimewa dari lapangan
hukum perikatan yang tidak dapat ditetapkan dalam Kitab III KUHperdata.
3. Sukardono menyatakan bahwa pasal 1 KUHD memilihara kesatuan antara hukum
perdata umum dan hukum perdata Dagang sekedar KUHD tidak khusus
menyimpang dari KUHPerdata.
4. Tirtamijaya menyatakan bahwa hukum dagang adalah suatu hukum perdata yang
istimewa.
5. Soebekti, terdapatnya KUHD disamping KHUPer sekarang ini dianggap tidak
pada tempatnya oleh karena itu sebenarnya hukum dagang tidak lain dari pada
hukum perdat
17
Ibid, hlm, 6
18
H.M.N. Purwosutjipto, Op.Cit, hal,6
12
Adagium ini dirumuskan dalam undang-undang sebagai yang tercantum dalam
pasal 1 KUHD yang berbunyi : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, seberapa jauh
dalam Kitab Undang-Undang ini (KUHD) tidak khusus diadakan penyimpangan-
penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang disinggung dalam Kitab ini (KUHD).
Bahwa hubungan antara KUHPerdata dan KUHD sebagai hukum umum dan hukum
khusus dapat dibuktikan lagi dari pasal-pasal 1319, 1339, 1347, KUHPerdata dan pasal
15, 396 KUHD dan lain-lain.19
Menurut Zainal Asikin bahwa dalam Pasal 1 KUHD ditetapkan bahwa Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dalam
Kitab ini. Dengan merujuk Pasal 1 di atas jelaslah berlaku asas lex specialis derogate lex
generalis yang mempunyai arti peraturan yang khusus akan mengesampingkan peraturan
umum. KUHD merupakan suatu Lex Specialis terhadap KUHPerdata yang berposisi
sebagai Lex Generalis. Karena sebagai Lex Specialis kalau dalam KUHD terdapat
ketentuan mengenai hal yang sama diatur juga dalam KUHPerdata maka ketentuan dalam
KUHD itulah yang berlaku.20
19
Ibid
20
Zainal Asikin, Op,Cit, hal, 7
13
mengatur hal yang sama dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menjadi tidak
berlaku.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Mengapa dalam hukum dagang yang diperdagangkan hanya benda bergerak ?
2. Hukum dagang yang ada di Indonesia adalah turunan dari Negara Belanda tentunya
yang sudah di konkordansi. Apa yang dimaksud dengan konkordansi ?
3. Apa dasar hukum bangsa Indonesia masih menggunakan KUHD sampai sekarang ?
4. Mengapa KUHD disebut sebagai hukum Lex specialis derogat lex generalis ?
D. GLOSARIUM
Ordonnance Du Commerce / Code Du Commerce adalah Kitab Undang Undang
Hukum Dagang Perancis
Code Civil des Francais adalah Kitab Undang Undang Hukum Perdata Perancis
Concordantie adalah Hukum yang berlaku bagi golongan Eropa harus dipersamakan
E. DAFTAR PUSTAKA
14
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta,
2007
15