Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian hukum Dagang

Hukum Dagang sejatinya adalah Hukum Perikatan yang timbul dari

lapangan perusahaan. Istilah perdagangan memiliki akar kata dagang. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dagang diartikan sebagai pekerjaan

yang berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk memperoleh

keuntungan.

Istilah lain yang disejajarkan dengan pemahaman awal mengenai

Hukum Dagang adalah perusahaan dan perniagaan. Pengertian perusahaan

dapat ditemukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang sementara

pengertian perusahaan tidak ditemukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang. Pengertian perbuatan perniagaan diatur dalam Pasal 2 – 5 Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang.

Pasal 2 – 5 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang di Belanda telah

dihapus melalui Undang-Undang 2 Juli 1934 (Stb Nomor 347 Tahun 1934)

yang mulai berlaku 1 Januari 1935 yang menentukan bahwa seluruh title 1

Buku I W.v.K yang memuat Pasal 2 – 5 tentang pedagang dan perbuatan

perdagangan dihapuskan dan diganti dengan istilah Perusahaan dan Perbuatan

Perusahaan.
2

Perdagangan atau perniagaan pada umumnya adalah pekerjaan membeli

barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang tersebut di

tempat lain atau pada waktu yang berikutnya dengan maksud memperoleh

keuntungan. Perdagangan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang

berkaitan dengan dagang (perihal dagang) atau jual beli atau perniagaan

(daden van koophandel) sebagai pekerjaan sehari-hari.

Dalam jaman modern saat ini, perdagangan adalah pemberian perantaraan

kepada produsen dan konsumen untuk membeli dan menjualkan barang-

barang yang memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan.

Pemberian perantaraan kepada produsen dan konsumen meliputi berbagai

macam pekerjaan, yaitu :

1. Pekerjaan sebagai perantara, misalnya makelar, komisioner, pedagang

keliling dan sebagainya.

2. Pembentukan badan usaha, seperti Perseroan Terbatas, Perseroan

Firma, Perseroan Komanditer dan sebagainya guna memajukan

perdagangan.

3. Pengangkutan untuk kepentingan lalu lintas niaga, baik di darat, laut

dan udara.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa pengertian

Hukum Dagang, yaitu :

1. Hukum Dagang adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia

yang turut melakukan perdagangan untuk memperoleh keuntungan.


3

2. Hukum Dagang adalah hukum yang mengatur hubungan antara

manusia dan badan-badan hukum satu sama lainnya dalam lapangan

perdagangan.

3. Hukum Dagang adalah aturan-aturan hukum yang mengatur

hubungan orang yang satu dengan yang lainnya, khususnya dalam

perniagaan.

4. Hukum Dagang adalah Hukum Perdata khusus.

Selain itu, pengertian Hukum Dagang menurut para ahli adalah

sebagai berikut :

1. Achmad Ihsan mendefinisikan Hukum Dagang sebagai hukum yang

mengatur masalah perdagangan, yaitu masalah yang timsbul karena

tingkah laku manusia dalam perniagaan.

2. H.M.N. Purwosutjipto mendefinisikan Hukum Dagang sebagai

hukum yang mengatur perikatan di dalam lapangan perusahaan.

3. CST. Kansil, menyamakan Hukum Dagang dengan Hukum

Perusahaan sehingga Hukum Perusahaan adalah hukum yang

mengatur tingkah laku manusia yang turut melakukan perdagangan

dalam usahanya memperoleh keuntungan.

4. Sunaryati Hartono menyamakan Hukum Dagang dengan Hukum

Ekonomi, yaitu keseluruhan peraturan, putusan pengadilan dan

Hukum Kebiasaan yang menyangkut pengembangan kehidupan

ekonomi.
4

5. Munir Fuadi mengartikan Hukum Bisnis sebagai suatu perangkat

kaidah hukum yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan urusan

kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan produksi

atau pertukaran barang atau jasa yang menempatkan uang dalam

risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan topik adalah untuk

mendapatkan keuntungan tertentu.

Munir Fuady selanjutnya menjelaskan bahwa istilah Hukum Dagang

atau Hukum Perniagaan merupakan istilah dengan cakupan yang

amat tradisional dan sempit. Pada prinsipnya kedua istilah tersebut

hanya mengikuti topik-topik yang terdapat dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Dagang. Padahal sangat banyak topik Hukum Bisnis

yang tidak diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang,

misalnya mengenai Perseroan Terbatas, kontrak bisnis, Pasar Modal,

merger dan akuisisi, kredit, Hak atas Kekayaan Intelektual,

perpajakan, Hukum Bisnis Internasional dan lain-lain.

Cakupan Hukum Ekonomi sangat luas, berkaitan dengan adanya

pengertian ekonomi dalam arti makro dan mikro, ekonomi

pembangunan dan ekonomi sosial, ekonomi manajemen dan

akuntansi dan lain-lain.

Oleh karena itu dalam praktik dikenal istilah Hukum Dagang,

Hukum Perniagaan dan Hukum Ekonomi.


5

6. Ridwan Halim menyatakan bahwa Hukum Dagang adalah hukum

yang mengatur hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang

berkenaan dengan urusan dagang.

7. Andi Hamzah menyatakan bahwa Hukum Dagang adalah

keseluruhan dari aturan hukum mengenai perusahaan dalam lalu

lintas perdagangan seperti diatur dalam W.v.K dan beberapa

perundang-undaangan tambahan.

8. Fockema Andra menyebutkan bahwa Hukum Dagang adalah

keseluruhan dari aturan hukum mengenai perusahaan dalam lalu

lintas perdagangan, sejauh mana diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Dagang dan beberapa undang-undang tambahan.

9. Tirtaamijaya menyatakan bahwa Hukum Dagang adalah suatu

hukum sipil yang istimewa.

10. Van Kan berpendapat bahwa Hukum Dagang adalah suatu tambahan

Hukum Perdata, yaitu suatu tambahan yang mengatur hal-hal

khusus.

B. Sejarah Hukum Dagang

1. Sejarah Hukum Dagang di Dunia

Perkembangan Hukum Dagang sebenarnya telah dimulai sejak abad

pertengahan di Eropa, di mana saat itu di Italia dan Perancis telah lahir kota-
6

kota yang merupakan pusat perdagangan, seperti Genoa, Florence,

Vennetia, Merseile, Barcelona dan lain-lain. Namun pada saat itu, Hukum

Romawi (Curpus Iuris Civilis) tidak dapat menyelesaikan perkara-perkara

dalam bidang perdagangan sehingga dibuatlah Hukum Romawi yang

berdiri sendiri pada abad ke-16 dan ke-17 yang berlaku bagi golongan

pedagang yang disebut sebagai Hukum Pedagang (Koopmansrecht).

Pada  Tahun 1807 Kaisar Napoleon di  Perancis  mengkodifikasikan   

2 (Dua) Kitab Undang Undang  Hukum, yaitu    :

a. Kitab Undang Undang Hukum Perdata Perancis (Code Civil des 

Francais)

b. Kitab Undang Undang Hukum Dagang Perancis (Code  Du 

Commerce)      

Kebetulan pada saat itu Belanda   dijajah oleh  Perancis  ( 1809- 

1813) sehingga  hukum Perancis  itu diberlakukan di Belanda  sesuai

dengan Asas Konkordansi I  (Concordantie  Beginsel ).

Perkembangan perdagangan yang semakin pesat menyebabkan

diadakannya kodifikasi Hukum Dagang pada abad ke-17, yaitu Ordonnance

du Commerce) tahun 1673. Kemudian pada tahun 1897 disusun

Ordonnance de la Marine yang khusus mengatur tentang kelautan.

Selanjutnya, di Belanda disusun Code De Commerce (Kitab Undang-

Undang Hukum Dagang Belanda) yang disahkan pada tahun 1838.


7

Pada tanggal 1  Oktober  1838 Belanda  berhasil  membuat

membuat  BURGERLIKE WET BOEK ( KUH-PERDATA)   DAN  WET

BOEK VAN KOOPHANDEL ( KUH-DAGANG). Kemudian karena saat itu

(tahun 1838)   Indonesia sedang dijajah oleh  Belanda    maka  Burgerlike

Wetboek dan Wetboek Van Kophandel diberlakukan di Indonesia (Hindia

Belanda)  sejak tahun 1848 yang diterjemahkan dengan nama   Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)  dan Kitab Undang-

Undang Hukum Dagang (KUHD).

2. Sejarah Hukum Dagang di Indonesia

Berdasarkan asas konkordansi, di Indonesia diberlakukan Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang Belanda. Pada tahun 1906, dengan

dijadikannya rancangan Molengraaf menjadi Undang-Undang Kepailitan

yang berdiri sendiri di luar Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, maka di

Indonesia juga Kitab Undang-Undang Hukum Dagang hanya terdiri dari 2

(dua) kitab, yiatu Kitab I tentang Dagang pada Umumnya dan Kitab UU

tentang Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban yang Tertib dari Pelayaran.

C. Perbandingan antara Hukum Dagang, Hukum Perdata, Hukum Bisnis

dan Hukum Ekonomi

1. Perbandingan antara Hukum Dagang dan Hukum Perdata

Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antara

perseorangan yang dalam segala usahanya untuk memenuhi kebutuhannya.


8

Salah satu bidang dari Hukum Perdata adalah Hukum Perikatan. Perikatan

adalah suatu perbuatan hukum yang terletak dalam bidang hukum harta

kekayaan, antara 2 (dua) pihak yang masing-masing berdiri sendiri, yang

menyebabkan pihak yang satu mempunyai hak atas sesuatu prestasi

terhadap pihak yang lain, sementara pihak yang lain berkewajiban

memenuhi prestasi tersebut. Hukum Dagang sejatinya berada pada

lapangan Hukum Perikatan, yang khusus timbul dari lapangan perusahaan.

Perikatan dalam lingkup ini ada yang bersumber dari perjanjian ada pula

yang bersumber dari undang-undang.

Dapat dikatakan bahwa Hukum Dagang adalah Hukum Perikatan yang

timbul khusus dari lapangan perusahaan Hukum Perdata diatur dalam KUH

Perdata dan Hukum Dagang diatur dalam KUH Dagang. Hal ini

menunjukkan bahwa Hukum Perdata merupakan hukum umum (lex

generalis) dan Hukum Dagang merupakan hukum khusus (lex specialis),

hubungan keduanya dapat disimpulkan sebagai lex specialis derogat lex

generalis (hukum yang bersifat khusus mengesampingkan hukum yang

bersifat umum). Adagium ini dapat dilihat dari Pasal 1 KUH Dagang yang

menyebutkan bahwa :

“Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, seberapa jauh dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang tidak khusus diadakan

penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang disinggung dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang”.


9

2. Perbandingan antara Hukum Dagang dengan Hukum Bisnis

Hukum Bisnis adakah kaidah hukum yang di dalamnya mengatur

segala macam tata pelaksanaan kegiatan dagang, kegiatan industri dan atau

keuangan yang berhubungan dengan pertukaran barang atau produksi.

Hukum bisnis berkaitan dengan tata dagang yang lebih modern dengan sifat

open transaction, baik yang menyangkut pertukarang barang atau pun jasa.

Ruang lingkup cakupan hukum bisnis antara lain Jual Beli, Pasar Modal,

Likuidasi dan Kepailitan, Investasi Modal, Hak Kekayaan Intelektual, Anti-

Monopoli, Asuransi, Merger dan Akuisasi, Perkereditan, Surat Berharga dan

masih banyak lagi lainnya.

3. Perbandingan antara Hukum Dagang dengan Hukum Ekonomi

Hukum ekonomi memiliki cakupan yang sangat luas. Kajiannya

meliputi semua peraturan dan pemikiran hukum yang berkaitan dengan

ekonomi baik itu yang bersifat publik maupun privat, mulai dari

perencanaan, penataan, perlindungan, pembangunan hingga kepentingan

ekonomi dari masyarakat termasuk aspek aspek bisnisnya.  Oleh sebab itu,

Hukum Ekonomi bisa dikatakan sebagai induk yang menaungi berbagai segi

hukum dari kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya hukum dagang dan

hukum bisnis.
10

BAB II

SUMBER HUKUM DAGANG

Sumber-sumber Hukum Dagang adalah tempat di mana dapat ditemui

peraturan-peraturan mengenai Hukum Dagang. Beberapa sumber Hukum

Dagang yaitu :

A. Hukum Tertulis yang Dikodifikasi

1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau   Wetboek van

Koophandel (WvK),

KUHD mengatur berbagai perikatan yang berkaitan dengan

perkembangan lapangan Hukum Perusahaan, sebagai peraturan yang telah

terkodifikasi, KUHD masih memiliki berbagai kekurangan dan kekurangan

tersebut diatur dengan peraturan perundang-undangan yang lain.

KUH Dagang yang mulai berlaku di Indoneia pada 1 Mei 1848 terbagi

atas dua Kitab dan 23 Bab. Di dalam KUHD jelas tercantum bahwa

implementasi dan pengkhususan dari cabang-cabang hukum dagang

bersumber pada Kitab Undang-undang Hukum Dagang. Isi pokok daripada

KUHD Indonesia adalah :

a. Kitab pertama berjudul Tentang Dagang Umumnya, yang terdri

dari 10 (sepuluh) bab.


11

b. Kitab kedua berjudul Tentang Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban

yang Terbit dari Pelayaran, terdiri dari 13 (tiga belas) bab.

2. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) atau  Burgerlijk

Wetboek (BW), Buku III tentang Perikatan.

Berdasarkan ketentuan dalamSesuai pasal 1 KUHD, KUH Perdata

menjadi sumber hukum dagang sepanjang KUHD tidak mengatur hal-hal

tertentu dan hal-hal tertentu tersebut diatur dalam KUH Perdata khususnya

buku III. Dapat dikatakan bahwa KUH Perdata mengatur pemeriksaan

secara umum atau untuk orang-orang pada umumnya. Sedangkan KUHD

lebih bersifat khusus yang ditujukan untuk kepentingan pedagang.

B. Hukum Tertulis yang Tidak Dikodifikasi

Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan yaitu peraturan perundangan

khusus yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan

diantaranya adalah :

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas;

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan

Berjangka Komoditi;
12

5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan

dan lain-lain.

C. Kebiasaan

Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus, tidak terputus dan sudah

diterima oleh masyarakat pada umumnya serta pedagang pada khususnya,

dapat dipakai juga sebagai sumber hukum pada Hukum Dagang. Kebiasaan

tersebut antara lain diatur dalam :

1. Pasal 1339 KUH Perdata yang menyatakan bahwa perjanjian tidak

saja mengikat yang secara tegas diperjanjikan, tetapi juga terikat pada

kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan perjanjian tersebut. Misalnya

tentang pemberian komisi, jual beli dengan angsuran, dan sebagainya.

2. Pasal 1338 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa perjanjian yang

dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya. Dalam hal ini, persetujuan, perjanjian ataupun

kesepakatan memegang peranan bagi para pihak. Contohnya dalam

pasal 1477 KUH Perdata yang menentukan bahwa selama tidak

diperjanjikan lain, maka penyerahan terjadi di tempat dimana barang

berada pada saat terjadi kata sepakat. Misalkan penyerahan barang

diperjanjikan dengan klausula FOB (Free on Board) maka penyerahan

barang dilaksanakan ketika barang sudah berada di atas kapal.

3. Pasal 1347 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa hal-hal yang

sudah lazim diperjanjikan dalam suatu perjanjian, meskipun tidak


13

secara tegas diperjanjikan harus dianggap juga tercantum dalam setiap

perjanjian semacam itu.

D. Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional diadakan dengan tujuan agar pengaturan tentang

persoalan Hukum Dagang dapat diatur secara seragam oleh masing-masing

hukum nasional dari negara-negara peserta yang terikat dalam perjanjian

internasional tersebut. Untuk dapat diterima dan mempunyai kekuatan hukum

yang mengikat maka perjanjian internasional tersebut harus diratifikasi oleh

masing-masing negara yang terikat dalam perjanjian internasional tersebut.

Perjanjian internasional tersebut diantaranya adalah :

1. Traktat, baik traktat bilateral maupun traktat multilateral.

2. Konvensi yaitu perjanjian yang dilakukan oleh beberapa negara.

Anda mungkin juga menyukai