Anda di halaman 1dari 7

RESUME MATERI

Mata Kuliah :

HUKUM BISNIS

Di Buat Oleh :

Alifah Ayu Wardani : 19.11.1001.1011.332

Irwan Eko Setiawan : 18.11.1001.1011.108

Egi Prasetyo .W. : 19. 1001.1011. 273

Akhmad Rifaldi : 19. 11.1001.1011.232

Sandy Ferdana : 19. 11.1001.1011.340

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

SAMARINDA

2021
BAB I DEFINISI HUKUM BISNIS

Hukum bisnis mencakup dalam “hukum dagang” Istilah hukum bisnis sebagai
terjemahan dari istilah "business law". Hukum Bisnis (Business Law) ialah hukum yang
berkenaan dengan suatu bisnis Dengan kata lain hukum bisnis adalah suatu perangkat kaidah
hukum (termasuk enforcement-nya) yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan urusan atau
kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran
barang atau jasa yang menempatkan uangnya dalam resiko tertentu dan untuk
mempromosikan usaha tertentu dengan motif untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
Hukum bisnis adalah seperangkat kaidah-kaidah hukum yang diadakan untuk mengatur serta
menyelesaikan pesoalan-pesoalan yang timbul dalam aktivitas antar manusia khususnya dalam
bidang perdagangan. Jenis –jenis perdagangan dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Menurut pekerjaan yang diulakukan pedagang


 Perdagangan mengumpulkan (eksportir)
 Perdagangan menyebutkan (Importir)
2. Menurut jenis barang yang diperdagangkan
 Perdagangan barang yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan jasmanai
manusia.
 Perdagangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rohani manusia
(kesenian)
 Perdagngan uangf dan kertas-kertas berharga.
3. Menururt daerah tempat peerdagangan dilakukan
 Perdagngan dalam negeri
 Pedagangan internasional (ekspor impor)
 Perdagngan meneruskan (perdagangan transito)

BAB II FUNGSI HUKUM BISNIS

Ada beberapa fungsi hukum bisni yang perlu diketahui bagi para pengusaha yaitu :

1. Dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi pelaku bisnis.


2. Dapat memberikan penjelasan mengenai hak dan kewajiban di dalam praktik bisnis.
3. Mewujudkan aktivitas bisnis dengan disertai watak dan perilaku pelaku bisnis.
Dengan begitu, akan tercipta kegiatan bisnis yang sehat, dinamis, dan berkeadian
karena dijamin oleh kepastian hukum.
4. Memberikan ilmu kepada para pelaku bisnis agar dapat memahami berbagai hak serta
kewajiban yang harus dilakukannya dalam kegiatan berbisnis.

BAB III RUANG LINGKUP HUKUM BISNIS


Hukum bisnis memiliki ruang lingkup yang cukup luas dan telah diatur di dalam Undang-
Undang. Pada umumnya, ruang lingkup hukum bisnis mencakup beberapa hal seperti bentuk
badan usaha (PT, Firma, CV), kegiatan jual beli (termasuk ekspor dan impor), investasi atau
penanaman modal, ketenagakerjaan, pembiayaan, jaminan utang dan surat berharga, hak
kekayaan intelektual, asuransi, dan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan bisnis

Secara garis besar yang ruang lingkup dari hukum bisnis antara lain sebagai berikut :

1. Kontrak bisnis
2. Bentuk-bentuk badan usaha (PT, CV, Firma)
3. Perusahaan go publik dan pasar modal
4. Jual beli perusahaan
5. Penanaman modal atau investasi (PAM/PMDN)
6. Kepailitan dan likuidasi
7. Merger, konsolidasi dan akuisisi
8. Perkreditan dan pembiayaan
9. Jaminan hutang
10. Ketenagakerjaan / perburuhan
11. Hak Kekayaan Intelektual
12. Larangan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
13. Perlindungan konsumen (UU No.8 / 1999)
14. Keagenan dan distribusi
15. Asuransi (UU No. 2/1992)
16. Perpajakan
17. Penyelesaian sengketa bisriis
18. Hukum perindustrian/industri pengolahan.
19. Hukum Kegiatan perusahan naultinasional (eksporinport)
20. Hukum Kegiatan Pertambangan
21. Hukum Perbankan (UU No. 10/ 1998) dan suratsurat berharga
22. Hukum Real estate/ perumahan/ bangunan
23. Hukum Perjanjian internasional/perdagangan internasional.
24. Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang (UU No. 15 tahun 2002)

BAB IV SUMBER HUKUM BISNIS


Terdapat 2 (dua) sumber hukum yang berlaku di Indonesia yaitu sumber hukum materiil
dan sumber hukum formil. Sumber hukum materiil yaitu hukum yang dilihat dari segi isinya dan
berasal dari faktor-faktor yang menentukan isi hukum yakni kondisi sosial-ekonomi, agama, dan
tata hukum negara lain. Sedangkan sumber hukum formil merupakan sumber hukum yang
berkaitan dengan prosedur atau cara pembentukannya dan secara langsung dapat digunakan
untuk menciptakan hukum. Kedua sumber hukum di atas merupakan dasar terbentuknya
hukum bisnis atau hukum yang digunakan dalam menjalankan bisnis . Sumber utama hukum
bisnis adalah hukum perdata dan hukum dagang. Hubungan hukum perdata dan hukum dagang
yang berkaitan ialah permasalahan kontrak dalam bisnis dan organisasi bebrapa jenis
perusahaan. Dalam KUHD pasal 1 menyatakan bahwa Ktab Undang-Undang Hukum Perdata
berlaku juga bagi hal-hal yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang namun tidak
diatur secara khusus tentang hal-hal yang menyimpang. Dengan demikian KUHD memiliki
kedudukan sebagai Lex Specialist dan KUHPer sebagai Lex Generalis. Keterkaitan KUHD dengan
KUHPer dapat dilihat pada pasal 1319 KUHPer yang menyatakan bahwa “Semua perjanjian
kontrak baik perjanjian bernama ataupun tidak bernama tunduk pada ketentuan-ketentuan
umum yang termaut dalam perikatan (perjanjian) yang timbul dari perjanjian yang termaut
dalam buku III KUHPer yang mengatur tentang perikatan (Verbintenis).

Sumber hukum bisnis menurut pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata menyatakan bahwa semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagimereka yang
membuatnya. Dari bunyi pasal tersebut diatas sangat jelas terkandung 3 asas yaitu :

1. Asas kontrak (perjanjian) itu sendiri yang menj adi sumber hukum utama, dimana
masing-masing pihak terikat untuk tunduk kepada kontrak yang telah disepakati.
2. Asas kebebasan berkontrak, dimana para pihak bebas untuk membuat dan menentukan
isi dari kontrak yang mereka sepakati.

Adapun sumber hukum bisnis di luar perundang-undangan menurut ahli hukum Munir Fuady
yaitu :

1. Perjanjian.
2. Traktat.
3. Jurisprudensi
4. Kebiasaan
5. Pendapat sarjana hukum (doktrin)
6. Perlindungan Konsumen
7. Anti monopoli atau persaingan tidak sehat

. BAB V HUBUNGAN HUKUM PERDTA DAN HUKUM DAGANG DALAM HUBUNGAN BISNIS
Secara umum dapat dikatakan bahwa KUH Perdata dan KUHD adalah merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Prof. Subekti, SH dalam bukunya PokokPokok
Hukum Perdata bahwa hukum perdata adalah segala hukum pokok yang mengatur
kepentingan-kepentingan perseorangan. Hukum perdata berhubungan dengan pelaku bisnis
atau usaha sebagai orang yang melakukan kegiatan bisnis tersebut yang mempunyai hak dan
kewajiban yang diatur oleh hukum. Hukum perdata juga mengatur tentang benda, barang atau
jasa yang dijadikan objek kegiatan bisnis atau ekonomi tersebut. Selain itu hukum perdata juga
mengatur tentang perikatan atau perjanjian dimana dalam melakukan kegiatan bisnis tersebut
selalu diawali adanya perjanjian terlebih dahulu dan juga mengatur tentang pembuktian (alat
bukti) sebagai bukti bahwa telah terjadi kegiatan bisnis tersebut. Hukum dagang berhubungan
dengan adanya pengaturan kegiatan bisnis, contohnya adanya kewajiban membuat pembukuan
bagi pengusaha, surat berharga, pedagang perantara, tentang hukum perusahaan (CV dan
Finn), pengangkutan, asuransi, dll.

BAB VI HUKUM PERJANJIAN ATAU KONTRAK BISNIS

Di dalam dunia bisnis, seringkali orang melupakan betapa pentingnya perjanjian atau
kontrak yang harus dibuat sebelum melakukan bisnis itu sendiri. Agar transaksi yang mengikat
para pihak maka perlu dituangkan dalam suatu perjanjian (kontrak) secara tertulis, dengan
tujuan agar apabila suatu saat ada hal-hal yang tidak diharapkan terjadi atau salah satu
melakukan wanprestasi

BAB VII PENGERTIAN KONTRAK/PERJANJIAN

Dalam dunia bisnis dan hukum yang mengatur tentang kontrak disebut hukum kontrak
(hukum perjanjian) . Menurut Pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Hubungan
antara orang tersebut adalah suatu hubungan hukum dimana hak dan kewajiban di antara para
pihak tersebut dij amin oleh hukum. Menurut Subekti, suatu perjankjian adalah suatu peristiwa
dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal. Sedangkan menurut J.Satrio perjanjian adalah sekelompok atau
sekumpulan perikatan-perikatan yang mengikat para pihak dalam perjanjian yang
bersangkutan. Selanjutnya menurut Salim HS (doktrin teori lama) yang disebut perjanjian
adalah perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.

BAB VIII PELAKU BISNIS (SUBYEK) DALAM PERJANJIAN


Pelaku (subjek) dalam perjanjian tentu pelaku bisnis atau pelaku usaha itu sendiri.
Menurut hukum pelaku bisnis disebut subjek hukum (orang/ manusia maupun badan hukum).
Subjek hukum adalah sesuatu yang menurut hukum dapat memiliki hak dan kewajiban yang
memiliki kewenangan untuk bertindak/berbuat, seperti bertindak/ berbuat melakukan
perjanjian jual.

BAB IX BENTUK PERJANJIAN

suatu perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu dan dapat dibuat secara
lisan, namun dalam praktiknya sekarang ini pada umumnya perjanjian dibuat secara tertulis
bahkan dibuat dihadapan Notaris, Jika perjanjian tidak dibuat secara tertulis maka perjanjian
tersebut batal demi hukum. Namun demikian apapun jenis perjanjian disarankan oleh hukum
harus tertulis. Hal ini dalam rangka sangat bermanfaat untuk dijadikan bukti bilamana terjadi
sengketa dikemudian hari.

BAB X ASAS – ASAS DALAM PERJANJIAN/KONTRAK

Menurut pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagimereka yang membuatnya. Dari bunyi pasal
tersebut diatas sangat jelas terkandung 3 asas :

1. Asas konsensualisme (the principle of Consensualism) adalah perjanjian itu telah terjadi
jika telah ada konsensus antara pihak-pihak antara pihak pihak yang mengadakan
kontrak.
2. Asas kebebasan berkontrak (the principle of the binding force of contract),artinya
seseorang bebas untuk mengadakan perjanjian, bebas mengenaiapa yang diperjanjikan,
bebas pula menentukan bentuk kontraknya.
3. Asas Pact Sunt Servanda (principle of freedom of contract). Artinyakontrak itu
merupakan undangundang bagi para pihak yang membuatnya (Kontrak /perjanjian
mengikat pihak-pihak yang mengadakannya/ membuatnya atau setiap perjanjian harus
ditaati).

BAB XI PENTINGNYA HUKUM BISNIS BAGI PELAKU BISNIS


Dalam melakukan bisnis, hukum bisnis sangat berperan penting dalam mengatur jalan
bisnis agar lancar, tertib dana man sehingga tidak ada pihak – pihak yang dirugikan akibat
adanya kegiatan bisnis tersebut.Contoh undang-undang hukum bisnis adalah Undang-undang
perlindungan konsumen (UU No. 8 Tahun 1999) yang menyebutkan bahwa pengusaha wajib
mencantumkan label halal dan kadaluarsa pada setiap produk yang dikeluarkan. Contoh
hukum yang mengatur dibidang bisnis yaitu :

 Hukum perusahaan (PT,CV, Firma)


 Hukum Ketenagakerjaan
 Hukum Hak Kekayaan dan Intelektual
 Hukum Perjanjian
 Hukum Perbankan, Investasi dan teknologi

Maka dengan demikian aturan-aturan hukum di atas sangat diperlukan dalam dunia bisnis,
dikarenakan pihak-pihak yang terlibat dalam persetujuan atau perjanjian bisnis membutuhkan
sesuatu yang lebih dari janji dan itikad baik. Hukum dalam bisnis dapat dipergunakan
seandainya salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya, tidak memenuhi janjinya. Maka
saai itulah hukum bisnis dipergunakan sebagaimana mestinya.

Anda mungkin juga menyukai