Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara harfiah kata bisnis berasal dari istilah Inggris “business” yang berarti
kegiatan usaha. Menurut Richard Burton Simatupang kata bisnis sering diartikan
sebagai keseluruhan kegiatan usaha uang dijalankan oleh orang atau badan
secara teratur dan terus menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-
barang atas jasa-jasa maupun fasilitas untuk diperjualbelikan, dipertukarkan atau
disewagunakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan.
Adapun kegiatan bisnis secara umum dapat dibedakan 3 bidang usaha yaitu :
1. Bisnis dalam arti kegiatan perdangan (commerce), yaitu keseluruhan
kegiatan jual beli yang dilakukan oleh orang-orang dan badan-badan, baik
di dalam negeri maupun diluar negeri ataupun antara Negara tujuan
memperoleh keuntungan.
2. Bisnis dalam arti kegiatan industry (Industry) yaitu kegiatan memproduksi
atau menghasilkan barang-barang yang nilainya lebih berguna dari
asalnya.
3. Bisnis dalam arti kegiatan jasa-jasa (service), yaitu kegiatan yang
menyediakan jasa-jasa yang dilakukan baik oleh orang maupun badan.
Semua kegiatan-kegiatan dalam bisnis tentu memerlukan aturan dan peraturan
yang mengatur tata cara melakukan kegiatan dalam bisnis demi kepentingan
para pihak dalam berbisnis. Dari penjelasan diatas, muncul suatu pertanyaan,
kenapa hukum itu diperlukan dalam bisnis. Sehingga untuk mengatur segala
kegiatan-kegiatan dalam bisnis maka diciptakan suatu hukum yang mengaturnya
yaitu hukum ekonomi dan bisnis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Hukum Ekonomi?
2. Apa saja sumber Hukum Bisnis?
3. Jenis Ruang Lingkup apa saja yang terkandung dalam Hukum Ekonomi?
4. Apa saja aspek hukum dalam kegiatan Ekonomi?
5. Apa saja hukum Bisnis?
6. Apa saja macam-macam perjanjian?
7. Apa saja Kontrak Bisnis

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Hukum Ekonomi?
2. Untuk mengetahui apa saja sumber Hukum Bisnis?
3. Untuk mengetahui jenis ruang lingkup apa saja yang terkandung dalam
Hukum Ekonomi?
4. Untuk mengetahui apa saja aspek hukum dalam kegiatan Ekonomi?
5. Untuk mengetahui apa saja hukum Bisnis?
6. Untuk mengetahui apa saja macam-macam perjanjian?
7. Untuk mengetahui apa saja Kontrak Bisnis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Ekonomi


Pengertian ekonomi menurut kamus adalah ilmu mengenai asas-asas
produksi distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti hal
keuangan, perindustrian dan perdagangan. Menurut asal bahasanya, sebagian
sumber menyebutkan bahwa asal kata Ekonomi adalah dari bahasa Yunani
“Oikos” dan “Nomos”, kata tersebut secara terpisah berarti rumah tangga (oikos)
dan ilmu (nomos). Ilmu Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam memilih dan menciptakan kemakmuran.
Hukum Ekonomi adalah suatu hubungan sebab akibat atau pertalian
peristiwa ekonomi yang saling berhubungan satu dengan yang lain dalam
kehidupan ekonomi sehari-hari dalam masyarakat. Selain itu hukum ekonomi
lahir disebabkan oleh semakin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan
perekonomian.
Hukum Ekonomi adalah hukum yang berkaitan dengan berbagai aktivitas
ekonomi, sehingga ruang lingkup pengertiannya luas meliputi semua persoalan
berkaitan dengan hubungan antara hukum dan kegiatan-kegiatan ekonomi.
Sunaryati Hartono (1988 : 41) membedakan hukum ekonomi Indonesia ke dalam
dua macam, yaitu:
o Hukum ekonomi pembangunan, yaitu seluruh peraturan dan pemikiran
hukum mengenai cara-cara peningkatan dan pengembangan kehidupan
ekonomi (misalnya, hukum perusahaan dan hukum penanaman modal).
o Hukum ekonomi sosial, yaitu seluruh peraturan dan pemikiran hukum
mengenai cara-cara pembagian hasil pembangunan ekonomi secara adil
dan merata, sesuian dengan hak asasi manusia (misalnya, hukum
perburuhan).
Hukum dibagi ke dalam dua kategori yaitu hukum privat yang mengatur
kepentingan pribadi dan hukum publik yang mengatur kepentingan umum.
Hukum ekonomi pembahasannya meliputi kedua kategori tersebut. Ruang
lingkup hukum ekonomi lebih luas dari pada hukum dagang karena hukum
dagang hanya meliputi hukum privat (perdata) saja.
Salah satu ciri penting hukum ekonomi adalah adanya keterlibatan
negara dalam pengaturan berbagai kegiatan perdagangan, industri, dan

3
keuangan. Berbeda dengan hukum dagang yang kaidahnya dibuat oleh publik
yang berbentuk perundang-undangan di bawah undang-undang, seperti
peraturan pemerintah, Surat Keputusan Bersama, Peraturan Menteri.

B. Sumber Hukum Bisnis


Yang dimaksud dengan sumber hukum bisnis Business Law disini
adalah dimana kita bisa menemukan sumber hukum bisnis itu.Yang mana
nantinya sumber hukum tersebut dijadikan sebagai dasar hukum berlakunya
hukum yang dipakai dalam menjalankan bisnis tersebut. Sumber hukum bisnis
yang utama/pokok (1338 ayat 1 KUHPerdata) adalah:
 Asas kontrak (perjanjian) itu sendiri yang menjadi sumber hukum
utama, dimana masing-masing pihak terikat untuk tunduk kepada
kontrak yang telah disepakati. (kontrak yg dibuat diberlakukan sama
dgn UU),
 Asas kebebasan berkontrak, dimana para pihak bebas untuk
membuat dan menentukan isi dari kontrak yang mereka sepakati.
Secara umum sumber hukum bisnis (sumber hukum
perundangan) tersebut adalah:
 Hukum Perdata (KUHPerdata)
 Hukum Dagang (KUHDagang)
 Hukum Publik (pidana Ekonomi/KUHPidana)
 Peraturan Perundang-undangan diluar KUHPerdata, KUHPidana,
KUHDagang
Atau menurut Munir Fuady, sumber-sumber hukum bisnis adalah :
1. Perundang-undangan, yaitu peraturan hukum yang berlaku, seperti:
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan lain sebagainya.
2. Perjanjian, yaitu kesepakatan yang dibuat oleh para pihak dalam
transaksi bisnis. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa perjanjian
atau kontrak berlaku sebagai Undang-Undang terhadap para pihak yang
membuatnya.
3. Traktat, yaitu ketentuan dalam hubungan dan hukum internasional, baik
berupa kesepakatan antara para pemimpin negara di dunia, peraturan
dalam hukum internasional, pedoman yang dibuat oleh lembaga-lembaga
dunia, dan lain sebagainya yang diberlakukan di Indonesia.
4. Jurisprudensi, yaitu keputusan hukum yang biasanya menjadi pedoman
dalam merumuskan atau menjadi pertimbangan dalam penyusunan
peraturan atau keputusan hukum berikutnya.
5. Kebiasaan, yaitu kebiasaan yang dilakukan oleh pelaku bisnis pada
umumnya.

4
6. Doktrin, yaitu pendapat pakar atau ahli hukum yang berkaitan dengan
hukum bisnis. Doktrin biasa pula disebut dengan pendapat para sarjana
hukum.
 Hukum Perdata (KUHPerdata), misalnya hukum perjanjian (kontrak),
hak-hak kebendaan, sebagai sumber terjadinya bisnis.
 Hukum Publik (Pidana Ekonomi/Bisnis), misalnya kejahatan-
kejahatan di bidang ekonomi/bisnis : Penyeludupan, illegal logging,
korupsi, dll
 Hukum Dagang (KUH Dagang), misalnya kewajiban pembukuan,
perusahaan persekutuan (Firma, CV), asuransi, pengangkutan, surat
berharga, pedagang perantara, keagenan/distributor, dll).
 Peraturan perundang-undangan diluar KUHPerdata dan
KUHDagang, misalnya kepailitan, perlindungan konsumen, anti
monopoli/persaingan tidak sehat, penanaman modal (PMA/PMDN),
pasar modal (go public), Perseroan Terbatas, likuidasi, akuisisi,
merger, pembiayaan, hak kekayaan intelektual (cipta, merek, paten),
penyelesaian sengketa bisnis/arbitrase, perdagangan intenasional
(WTO).

C. Ruang Lingkup Hukum Ekonomi


Ruang Lingkup Hukum Ekonomi. Berdasarkan klasifikasi internasional,
ruang lingkup hukum ekonomi meliputi :
 Hukum ekonomi pertanian, termasuk juga norma-norma mengenai
pertanian, perburuan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
 Hukum ekonomi pertambangan.

 Hukum ekonomi industri dan industri pengolahan.

 Hukum ekonomi bangunan.

 Hukum ekonomi perdagangan, termasuk juga norma-norma menganai


perhotelan dan pariwisata.

 Hukum ekonomi prasarana, termasuk juga gas, listerik, air, dan jalan.

 Hukum ekonomi jasa-jasa, profesi dokter, advokat, asisten rumah tangga,


dan tenaga kerja.

 Hukum ekonomi angkutan.

5
 Hukum ekonomi pemerintahan, termasuk juga pertahanan dan
keamanan.

Menurut Prof. Sunaryati Hartono, SH, hukum ekonomi dibedakan menjadi


2, yakni:

1. Hukum Ekonomi Pembangunan

Adalah yang mencangkup pengaturan dan pemikiran hukum


mengenai cara-cara peningkatan dan pengembangan kehidupan
ekonomi Indonesia secara nasional dan berencana. Bidang-
bidang Hukum ekonomi pembangunan mencangkup aspek-aspek:
tanah, bentuk-bentuk usaha, PMA, kredit dan bantuan LN,
pengkreditan bank, paten, marek dan transfer of know how,
asuransi, ekspor-impor, pertambangan, perumahan, pengankutan,
perburuhan dan perjanjian internasional.

2. Hukum Ekonomi Sosial

Adalah yang menyangkut peraturan dan pemikiran hukum seluruh


peraturan yang mengatur cara-cara pembagian hasil
pembangunan ekonomi secara adil dan merata sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusia (HAM) Indonesia (Distribusi yang
adil dan merata). Bidang hukum ekonomi sosial meliputi: obat-
obatan, kesehatan dan keluarga berencana, perumahan, bencana
alam, transmigrasi, pertanian, bentuk-bentuk usaha rakyat,
bantuan dan pendidikan bagi usaha kecil, perburuhan, pendidikan,
penderita cacat, orang-orang miskin, orang tua pensiun. Menurut
Internasional Standard of Industrial Classification (ISIC), membagi
hukum ekonomi atas 10 bidang, yaitu: hukum ekonomi pertanian,
hukum ekonomi pembangunan, hukum ekonomi industri, hukum
ekonomi perdagangan, hukum ekonomi ulility, hukum ekonomi
angkutan, hukum ekonomi jasa-jasa, hukum ekonomi pemerintah
dan hukum ekonomi lainnya.

D. Aspek Hukum Dalam Kegiatan Ekonomi

6
Aspek Hukum Ekonomi. Aspek hukum ekonomi meliputi semua yang
berpengaruh dalam kegiatan ekonomi antara lain adalah :
 Pelaku dari kegiatan ekonomi, yang jelas mempengaruhi kejadian dalam
kegiatan ekonomi.
 Komoditas ekonomi, yang merupakan awal dari suatu kegiatan ekonomi.

 Aspek-aspek lain yang mempengaruhi hukum ekonomi, seperti kurs mata


uang, kondisi politik, hukum, dan lain-lain.

Menurut Sunaryati Hartono, hukum ekonomi adalah penjabaran hukum


ekonomi pembangunan dan hukum ekonomi social, sehingga hukum ekonomi
tersebut mempunyai 2 aspek yaitu :

 Aspek pengaturan usaha-usaha pembangunan ekonomi


 Aspek engaturan usaha-usaha pembagian hasil pembangunan
ekonomi secara serta merata diantara seluruh lapisan masyarakat.

E. Asas Hukum Bisnis

Asas-asas hukum ekonomi Indonesia :


 Asas manfaat
 Asas keadilan dan pemerataan yang berperikemanusiaan.
 Asas keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam perikehidupan.
 Asas kemandirian yang berwawasan kebangsaan.
 Asas usaha bersama atau kekeluargaan
 Asas demokrasi ekonomi.
 Asas membangun tanpa merusak lingkungan.

Dasar hukum ekonomi Indonesia :


 UUD 1945
 TAP MPR
 Undang-undang
 Peraturan pemerintah
 Keputusan presiden
 Sk menteri
 Peraturan daerah

7
F. Macam-Macam Perjanjian
 Perjanjian adalah suatu perbuatan, di mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Dari ketentuan pasal
1313 KUH Perdata tersebut, dapat dikatakan bahwa suatu perjanjian
selalu merupakan perbuatan hukum bersegi banyak, di mana untuk itu
diperlukan kata sepakat dari para pihak. Ketentuan-ketentuan umum
tentang perjanjian diatur dalam bab II, sedangkan ketentuan khusus
tentang perjanjian diatur dalam bab V sampai dengan XVIII ditabah bab
VII A Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).
Untuk dapat dikatakan sebagai suatu perjanjian haruslah memenuhi
unsur-unsur perjanjian, yaitu :

1. Unsur Essentialia yaitu bagian-bagian dari perjanjian yang tanpa itu


perjanjian tidak mungkin ada. Misalnya, harga adalah unsur
essentialia bagi perjanjian jual beli.

2. Unsur Naturalia yaitu bagian-bagian yang oleh undang-undang


ditentukan sebagai peraturan-peraturan yang bersifat mengatur.
Misalnya, penanggungan (vrijwaring).

3. Unsur Accidentalia yaitu bagian-bagian yang oleh para pihak


ditambahkan dalam perjanjian, di mana undang-undang tidak
mengaturnya. Misalnya, jual beli rumah beserta alat-alat rumah
tangga.

Perjanjian yang dibuat oleh dua orang akan menimbulkan perikatan antara dua
orang yang membuatnya. Dari perjanjian-perjanjian yang timbul dalam
masyarakat, dapat dibedakan menjadi berbagai macam perjanjian, yaitu :
1. Dilihat dari segi prestasi yang ditimbulkannya, perjanjian dapat dibedakan
menjadi :

 Perjanjian sepihak, yaitu perjanjian, di mana hanya terdapat kewajiban


pada salah satu pihak saja.
 Perjanjian timbal balik, yaitu perjanjian yang menimbulkan kewajiban
pokok kepada kedua belah pihak.

8
2. Dilihat dari segi pembebanan yang ditimbulkan, perjanjian dapat dibedakan
menjadi :

 Perjanjian cuma-cuma, yaitu perjanjian, di mana salah satu pihak


mendapatkan keuntungan dari pihak lain secara cuma-cuma.
 Perjanjian atas beban, yaitu perjanjian di mana terhadap prestasi pihak
yang satu terdapat prestasi pihak yang lain. Antara kedua prestasi
tersebut terdapat hubungan hukum satu dengan yang lain.

3. Dilihat dari segi kesepakatan, perjanjian dapat dibedakan menjadi :

 Perjanjian konsensuil, yaitu perjanjian yang terjadi dengan kata


sepakat.
 Perjanjian riil, yaitu perjanjian, di mana selain diperlukan kata sepakat
juga diperlukan penyerahan barang.

 Perjanjian formil, yaitu perjanjian yang dituangkan dalam bentuk


tertentu.

4. Dilihat dari segi hasil persetujuan, perjanjian dapat dibedakan menjadi :

 Perjanjian comutatif, yaitu perjanjian di mana terdapat keuntungan yang


dinikmati oleh yang berhak.
 Perjanjian aleatoir, yaitu perjanjian di mana terhadap suatu prestasi
yang dijanjikan dengan atau tanpa syarat.

5. Dilihat dari segi pokok kelanjutan, perjanjian dapat dibedakan menjadi :


 Perjanjian principiil atau primer, yaitu perjanjian pokok.
 Perjanjian accessoir atau sekunder, yaitu perjanjian ikutan dari perjanjian
pokok.

6. Dilihat dari segi bentuknya, perjanjian dapat dibedakan menjadi :


 Perjanjian bernama, yaitu perjanjian, di mana oleh undang-undang telah
diatur secara khusus.
 Perjanjian tidak bernama, yaitu perjanjian yang tidak diatur secara
khusus oleh undang-undang.

9
 Perjanjian campuran, yaitu petrjanjian yang mengandung berbagai unsur
dari berbagai perjanjian yang sulit dikualifikasikan sebagai perjanjian
bernama atau tidak bernama. Untuk menyelesaikan persoalan tersebut,
maka dapat dilihat dari 3 teori : a. Teori Absorptie. Menurut teori ini
ditetapkan ketentuan-ketentuan perundang-undangan dari perjanjian
yang dalam perjanjian campuran tersebut paling menonjol. b. Teori
Combinatie. Menurut teori ini perjanjian dibagi-bagi dan kemudian atas
masing-masing bagian tersebut diterapkan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku untuk bagian-bagian tersebut. c. Sui Generis.
Menurut teori ini, ketentuan-ketentuan dari perjanjian-perjanjian yang
terdapat dalam perjanjian campuran diterapkan secara analogis.

Selain dari macam-macam perjanjian tersebut, masih terdapat pula macam-


macam perjanjian yang lain, yaitu :

1. Perjanjian liberatoire, yaitu perjanjian yang dibuat atas dasar kata


sepakat para pihak menghapuskan perikatan yang telah ada. Perjanjian
liberatoire diatur dalam ketentuan pasal 1440 sampai dengan pasal 1442
KUH Perdata.
2. Perjanjian dalam hukum keluarga. Bentuk perjanjian ini merupakan
perjanjian yang mempunyai sifat-sifat khusus.

3. Perjanjian kebendaan, yaitu perjanjian untuk menyerahkan, menimbulkan,


mengubah, atau menghapuskan hak-hak kebendaan. Perjanjian
kebendaan diatur dalam Buku II KUH Perdata.

4. Perjanjian mengenai pembuktian, yaitu perjanjian yang dibuat oleh para


pihak untuk menentukan dan mempergunakan alat-alat bukti yang akan
digunakan dalam suatu proses. Dapat juga ditentukan mengenai
kedudukan hukum yang akan dipilih.

G. Kontrak Bisnis
Pengertian Kontrak
Kontrak atau contracts (dalam bahasa Inggris) dan overeenkomst (dalam
bahasa Belanda) dalam pengertian luas sering juga di namakan dengan istilah

10
perjanjian. Kontrak adalah dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk
melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu, biasanya secara tertulis.
Para pihak yang bersepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan, berkewajiban
untuk menaati dan melaksanakanya, sehingga perjanjian tersebut menimbulkan
hubungan hukum yang di sebut perikatan (verbintenis).
Kontrak merupakan perjanjian yang bentuknya tertulis. Dalam suatu kontrak
bisnis, ikatan kesepakatan dituangkan dalam dalam suatu perjanjian yang
bentuknya tertulis.
Kontrak merupakan perjanjian yang bentuknya tertulis. Dalam suatu kontrak
bisnis, ikatan kesepakatan dituangkan dalam dalam suatu perjanjian yang
bentuknya tertulis. Hal ini untuk kepentingan kelak, jika di kemudian hari terjadi
sengketa berkenaan dengan kontrak itu sendiri, maka para pihak dapat
mengajukan kontrak tersebut sebagai salah satu alat bukti.
Kontrak di Indonesia diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) Buku III tentang Perikatan. Perikatan dapat lahir dari perjanjian
dan undang-undang. Perjanjian itu sendiri meliputi perjanjian yang bentuknya
tertulis (kontrak) dan perjanjian lisan. Dari uraian singkat tersebut terlihat bahwa
kontrak dengan perikatan memiliki kaitan, yaitu bahwa kontrak merupakan salah
satu sumber dari perikatan.

Asas-asas dalam Kontrak Bisnis

Asas dimaknai sebagai hal-hal mendasar yang menjadi latar belakang


lahirnya suatu norma atau aturan atau kaidah. Sebelum membuat suatu aturan
biasanya ditentukan dahulu asasnya yang bersifat filosofis. Asas merupakan
dasar latar belakang lahirnya suatu norma, aturan atau kaidah. Salah satu asas
terpenting dalam kontrak bisnis adalah Asas Kesepakatan. Asas ini memiliki
makna yaitu kesepakatan merupakan pangkal tolak dari mulai berlakunya suatu
kontrak atau mulai mengikatnya suatu kontrak bagi para pihak. Asas ini tersirat
dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata jo. Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata.

Kesepakatan juga merupakan salah satu syarat sahnya kontrak,


termasuk kontrak bisnis. Suatu Kontrak harus memenuhi empat syarat supaya
kontrak sah secara hukum, yang diatur Pasal 1320 KUHPerdata, yakni 1) Adanya
kesepakatan kedua belah pihak; 2) Kecakapan untuk melakukan perbuatan
hukum; 3) Adanya Obyek; dan 4) Adanya kausa yang halal.

11
Syarat-syarat sahnya Kontrak Bisnis.

Suatu Kontrak harus memenuhi empat syarat supaya kontrak sah


secara hukum. Keempat syarat syahnya Kontrak Bisnis di atur dalam
Pasal 1320 KUHPerdata. Oleh karena empat syarat tersebut merupakan
ketentuan yang memaksa dalam arti harus dipenuhi, jika tidak maka
terdapat sanksi hukum yaitu kontrak tersebut tidak sah secara hukum.

Subjek dan Objek Kontrak Bisnis

Kontrak dilakukan oleh dua orang atau lebih. Para pihak yang terlibat
dalam kontrak dinamakan subjek kontrak. Subjek kontrak bisnis sering
dinamakan debitor dan kreditor. Kreditor merupakan pihak yang berhak
menuntut sedangkan debitor merupakan pihak yang berkewajiban
memenuhi tuntutan. Kewajiban debitor untuk memenuhi tuntutan kreditor
merupakan objek. Perjanjian yang sering juga dinamakan dengan istilah
prestasi. Menurut Pasal 1234 KUHPerdata, prestasi ini dapat berupa
memberi sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu. Sesuatu di
sini tergantung dari maksud dan tujuan para pihak mengadakan hubungan
hukum.

Prestasi dari suatu kontrak harus memenuhi tiga syarat yakni:

a. Harus di perkenankan, artinya tidak boleh bertentangan dengan


undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.
b. Harus mungkin dilaksanakan, artinya mungkin dilaksanakan
menurut kemampuan manusia.

c. Harus tertentu atau dapat ditentukan, artinya objek kontraknya


harus terang dan jelas.

BAB III

PENUTUP

12
A. Kesimpulan

Bahwa setiap kegiatan ekonomi memerlukan kepastian hukum dalam


mengatur setiap kegiatan ekonomi, agar memberikan kelancaran dalam setiap
jalannya kegiatan ekonomi. Dengan kelancaran kegiatan ekonomi dapat
memberikan hasil yang maksimal dan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi. Kepastian hokum yang jelas , tegas dan adil menciptakan kegiatan
ekonomi yang selaras dengan perkembangan perekonomian, sehingga
memberikan pertumbuhan perekonomian yang sesuai dengan yang diharapkan.
Kegiatan ekonomi manusia sebagai salah satu kegiatan sosial
manusia juga perlu diatur dengan hukum agar sumber daya ekonomi,
pemanfaatan dan kegiatannya dapat berjalan dengan baik dengan
mempertimbangkan sisi keadilan bagi para pelaku ekonomi.
Pembangunan ekonomi yang dibarengi dengan pembangunan
hukum, maka akan terbentuk tatanan perekonomian yang sesuai dengan
prinsip-prinsip dasar dalam perekonomian Negara. Sehingga
pembangunan ekonomi bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia
secara merata sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945
maupun Pancasila. Maka untuk itu diperlukan pembangunan hukum yang
Progresif yang lebih menyentuh nilai-nilai keadilan yuridis, keadilan
sosiologis maupun keadilan filosofis.

DAFTAR PUSTAKA

13
Hukum bisnis, “http://www.docstoc.com/docs/120004204/Hukum-Bisnis-
%28PDF%29” ,
Definisi hukum bisnis, “shandyhumam.blogspot.com/2012/05/definisi-
hukum-bisnis.html”
Penegertian hukum bisni, : “http://id.shvoong.com/law-and-
politics/commercial-law/2289048-pengertian-hukum-bisnis-hukum-
dagang/#ixzz2F8XSU6Qv”,
https://www.maxmanroe.com/10-etika-dalam-berbisnis-sudahkah-anda-
memilikinya.html
https://khaerianadiprabowo.wordpress.com/2012/03/27/pengertian-bisnis-
dan-hukum-bisnis/
http://www.dunsarware.com/2015/08/pengertian-bisnis-fungsi-bisnis-
tujuan.html
http://www.gajimu.com/main/tips-karir/langkah-yang-dibutuhkan-untuk-
membuka-usaha-sendiri
Santiago, Faisal.2012. Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta:Mitra Wacana Media

14

Anda mungkin juga menyukai