Anda di halaman 1dari 35

PENGERTIAN HUKUM

1. Pengertian Hukum

Pada umumnya, pengertian hukum dapat diartikan sangat beragam sebagai berikut:

1. Hukum diartikan sebagai produk keputusan penguasa; perangkat peraturan yang


ditetapkan penguasa seperti UUD dan lain-lain.

2. Hukum diartikan sebagai produk keputusan hakim; putusan-putusan yang


dikeluarkan hakim dalam menghukum sebuah perkara yang dikenal dengan
jurisprudence (yurisprudensi).

3. Hukum diartikan sebagai petugas/pekerja hukum; hukum diartikan sebagai sosok


seorang petugas hukum seperti polisi yang sedang bertugas. Pandangan ini sering
dijumpai di dalam masyarakat tradisionil.

4. Hukum diartikan sebagai wujud sikap tindak/perilaku; sebuah perilaku yang tetap
sehingga dianggap sebagai hukum. Seperti perkataan: “setiap orang yang kos,
hukumnya harus membayar uang kos”. Sering terdengar dalam pembicaraan
masyarakat dan bagi mereka itu adalah aturannya/hukumnya.

5. Hukum diartikan sebagai sistem norma/kaidah; kaidah/norma adalah aturan yang


hidup ditengah masyarakat. Kaidah/norma ini dapat berupa norma kesopanan,
kesusilaan, agama dan hukum (yang tertulis) uang berlakunya mengikat kepada
seluruh anggota masyarakat dan mendapat sanksi bagi pelanggar.

 2. Pengertian hukum Bisnis

A.  Pengertian Hukum Bisnis

            Sistem perekonomian dan kegiatan bisnis yang sehat seringkali bergantung


pada sistem perdagangan/bisnis/usaha yang sehat sehingga masyarakat membutuhkan
seperangkat aturan yang dengan pasti dapat diberlakukan untuk menjamin terjadinya
sistem perdagangan/bisnis tersebut.

Aturan-aturan hukum itu dibutuhkan karena :

1. Pihak-pihak yang terlibat dalam persetujuan bisnis itu membutuhkan sesuatu yang
lebih daripada sekadar janji serta iktikad baik saja.

2. Adanya kebutuhan untuk menciptkan upaya-upaya hukum yang dapat digunakan


seandainya salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya, tidak memenuhi
janjinya.
Disinilah peran hukum bisnis tersebut.

            Istilah hukum bisnis sebagai terjemahan dari istilah “business law”. Hukum
Bisnis (Business Law) = hukum yang berkenaan dengan suatu bisnis. Dengan kata lain
hukum binis adalah suatu perangkat kaidah hukum (termasuk enforcement-nya) yang
mengatur tentang tatacara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industri atau
keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa
dengan menempatkan uang dari para entrepreneunr dalam risiko tertentu dengan
usaha tertentu dengan motif (dari entrepreneur tersebut) adalah untuk mendapatkan
keuntungan. (Munir Fuady, 2005 : 2).

            Sedangkan menurut DR. Johannes Ibrahim, SH, M.Hum, dkk, dalam bukunya
HUKUM BISNIS : dalam persepsi manusia modern, hlm. 27” hukum bisnis adalah
seperangkat kaidah-kaidah hukum yang diadakan untuk mengatur serta menyelesaikan
pesoalan-pesoalan yang timbul dalam aktivitas antar manusia khususnya dalam bidang
perdagangan.

            Dari penjelasan-penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa hukum bisnis


penting/perlu diketahui/dipelajari oleh pelaku ekonomi/bisnis karena setiap
aktivitas/kegiatan bisnis selalu diatur oleh hukum.Untuk itu para pelaku bisnis/ekonomi
perlu mengetahui/mempelajarinya agar bisnisnya bisa berjalan dengan lancar sehingga
tidak melanggar hukum atau melakukan bisnis yang illegal yang menyebabkan kerugian
baik pelaku bisnis itu sendiri (produsen) maupun masyarakat (konsumen).Sebab
bagaimanapun juga hukum dibuat dengan tujuan untuk mengatur pergaulan hidup
masyarakat agar tertib, aman, tentram dan damai.

B. Fungsi Hukum Bisnis

1. Sebagai sumber informasi yang berguna bagi praktisi bisnis,


2. Untuk memahami hak-hak dan kewajibannya dalam praktik bisnis,
3. Agar terwujud watak dan perilaku aktivitas dibidang bisnis yang berkeadilan, wajar,
sehat dan dinamis (yang dijamin oleh kepastian hukum).

C.    Ruang Lingkup Hukum Bisnis

Secara garis besar yang merupakan ruang lingkup dari hukum bisnis, antara lain
sebagai berikut :

1. Kontrak bisnis
2. Bentuk-bentuk badan usaha (PT, CV, Firma)
3. Perusahaan go publik dan pasar modal
4.Jual beli perusahaan
5. Penanaman modal/investasi (PAM/PMDN)
6. Kepailitan dan likuidasi
7.Merger, konsolidasi dan akuisisi
8.Perkreditan dan pembiayaan
9.Jaminan hutang
10.Surat-surat berharga
11.Ketenagakerjaan/perburuhan
12.Hak Kekayaan Intelektual, yaitu Hak Paten (UU No. 14 tahun 2001,
Hak   Merek UU No. 15 tahun 2001, Hak Cipta (UU No. 1 19 tahun 2002),
Perlindungan Varietas Tanaman (UU No. 29 tahun 2000), Rahasia Dagang (UU
No. 30 tahun 2000 ), Desain Industri, (UU No. 31 tahun 2000), dan Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu (UU No. 32 tahun 2000).
13. Larangan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat

14. Perlindungan konsumen (UU No.8/1999)


15.Keagenan dan distribusi
16.Asuransi (UU No. 2/1992)
17.Perpajakan
18.Penyelesaian sengketa bisnis
19. Bisnis internasional
20. Hukum pengangkutan (dart, laut, udara)
21.  Alih Teknologi – perlu perlindungan dan jaminan kepastian hukum bagi
pemilik teknologi maupun pengguna teknologi seperti mengenai bentuk dan cara
pengalihan teknologi asing ke dalam negeri.
22. Hukum perindustrian/industri pengolahan.
23. Hukum Kegiatan perusahan multinasional (ekspor – inport)
24. Hukum Kegiatan Pertambangan
25. Hukum Perbankan (UU No. 10/1998) dan surat-surat berharga
26.Hukum Real estate/perumahan/bangunan
27.Hukum Perjanjian internasional/perdagangan internasional.
28. Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang (UU No. 15 tahun 2002)

D. Sumber Hukum Bisnis

            Yang dimaksud dengan sumber hukum bisnis disini adalah dimana kita bisa
menemukan sumber hukum bisnis itu.Yang mana nantinya sumber hukum tersebut
dijadikan sebagai dasar hukum berlakunya hukum yang dipakai dalam menjalankan
bisnis tersebut.

1. Sumber Hukum Materil

Sumber hukum yang berdasarkan materi yang menjadi hukum. Berbicara sumber
hukum sesungguhnya sangatlah luas, sebab segala sesuatu yang menjadi materi atau
bahan baku hukum dapat disebut dengan sumber hukum. Pakar ekonomi mengatakan
upaya manusia memenuhi kebutuhan hidupnya adalah sumber hukum secara
materil.Peristiwa sehari-hari sebagai hasil interaksi manusia satu dengan lainnya
adalah sumber hukum materil.

2. Sumber Hukum Formil

Sumber hukum yang dilihat dari cara pembentukannya yang terdiri atas:

Undang-undang

UU dalam artian materil adalah semua peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
yang bersifat mengikat

UU dalam artian formil adalah UU yang dibuat oleh pemerintah (eksekutif) yang
bekerjasama dengan DPR (legislatif).

Selain itu, beberapa sumber hukum yang tidak disahkan oleh DPR yakni Kitab UU
Hukum Dagang (KUHD) yang berasal dari Wetboek van Koophandel (WuK) Belanda.
Kitab UU Hukum Perdata (KUHPerdata) yang berasal dari BurgerlijkWetboek
(BW) Belanda. Beberapa UU yang telah dibuat oleh DPR yang menjadi sebagian KUHD
dan KUHPerdata tidak berlaku lagi, seperti:

i. UU No. 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-pokok Agraria

ii. UU No. 4 Tentang Hak Tanggungan

iii. UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

iv. UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Asuransi

Kebiasaan.

Hukum kebiasaan merupakan sumber hukum tertua.Namun tidak semua kebiasaan


dapat dijadikan hukum kebiasaan. Suatu kebiasaan dapat menjadi hukum apabila suatu
perbuatan yang berulang-ulang dilakukan dalam waktu yang lama terhenti (longa-
constituedo)

Traktat

Traktat adalah perjanjian internasional yang bersifat bilateral, regional maupun yang
bersifat multilateral.

Yuriprudensi

Memutuskan satu perkara hukum dengan merujuk kepada putusan hakim terdahulu
pada kasus yang sama.

Doktrin
Pendapat para ahli tentang satu kasus hukum yang diakui kepakarannya secara
academik maupun scientifik.Dalam hukum bisnis misalnya pendapat Richard Postner,
Thomas Ulen, Prof. Dr. Mariam DarusBadrul Zaman, Prof. ErmanRajagukuk dan lain-
lain

Asas-Asas Hukum Bisnis        

            Banyak pendapat ahli hukum tentang asas hukum. Kata “asas” diambil dari
bahasa arab“asasun” yang berarti dasar. Beberapa pendapat ahli hukum barat dalam
mengartikan asas hukum antara lain. CW. Paton mengartikan asas hukum “adalah
alam pikiran yang dirumuskan secara luas yang menjadi dasar adanya norma hukum
positif.” Bellefrodmengartikan asas hukum sebagai norma dasar yang dijabarkan dari
hukum positif dan oleh ilmu hukum tidak berasal dari aturan yang lebih umum.Asas
hukum umum itu pengendalian hukum positif dalam suatu masyarakat.Van
EikemaHommes berpendapat asas hukum bukanlah hukum yang konkrit tetapi adalah
dasar-dasar umum atau petunjuk yang berlaku. Dengan kata lain asas hukum adalah
dasar-dasar petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.

       The LiengGiemengartikan asas hukum adalah suatu dalil umum yang dinyatakan
dalam istilah umum tanpa menyarankan cara-cara khusus mengenai pelaksanaanya
yang diterapkan pada serangkaian perbuatan untuk menjadi petunjuk yang tepat bagi
perbuatan itu.P. Scoltenmengatakan asas hukum adalah kecendrungan yang
diisyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum, merupakan sifat-sifat umum
dengan segala keterbatasannya, namun harus tetap ada.

            Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa asas hukum yang juga
disebut dengan “prinsip hukum” bukanlah peraturan hukum konkrit melainkan pikiran
dasar yang masih bersifat “umum” yang merupakan latar belakang dari peraturan
konkrit yang terdapat dalam setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan
perundang-undangan dan putusan hakim yang menjadi hukum positif.

Beberapa karakter dan sifat asas hukum:

Asas hukum merupakan fikiran dasar atau latar belakang yang terdapat dalam
peraturan konkrit

Asas hukum bersifat sangat umum dan luas

Asas hukum umumnya tidak tertuang dalam bentuk norma hukum konkrit, hanya
sebagian kecil saja asas hukum yang tertuang langsung dalam norma hukum konkrit.

Asas hukum berakar pada kenyataan masyarakat dan berlandaskan pada nilai-nilai
yang tumbuh dalam masyarakat.
Asas hukum berfungsi sebagai pedoman dalam pembentukan norma hukum positif

Asas hukum bersifat dinamis, berkembang mengikuti perasaan hukum dan nilai-nilai
dalam masyarakat.

Terdapat beberapa contoh asas hukum yang umum:

1. Setiap orang tahu peraturan

2. Jika ragu-ragu dalam mengambil keputusan, hendaklah hakim mengambil keputusan


yang lebih menguntungkan terdakwa (In Dubio Pro Reo)

3. Asas praduga tak bersalah (Presumption of Innocence)

4. Hukum yang lebih spesifik (khusus) mengenyampingkan hukum yang bersifat


umum (lex specialist derogate lexgeneralis).

5. Hukum yang lama (lebih dahulu) dikesampingkan oleh hukum yang baru (datang
belakangan) (lexpasterioriorederogatlex priori)

Dalam hukum bisnis, terdapat beberapa asas yang menjadi dasar dalam hukum yang
bersifat teknis.Asas ini berasal dari Buku III KUH Perdata tentang perikatan.Asas
hukum kontrak adalah prinsip yang harus dipegang bagi para pihak yang ingin
mengikatkan diri ke dalam hubungan kontrak. Terdapat beberapa asas penting dalam
hukum perjanjian hukum kontrak antara lain:

1.Asas Kebebasan Berkontrak(PartijOtonomie, Freedom of contract).

Bahwa setiap orang dapat secara bebas memilih kepada siapa saja mengikatkan diri
dan dalam hal atau bidang apa saja melakukan kontrak. Asas ini merupakan karakter
hukum perikatan yang bersifat terbuka.Artinya ketentuan-ketentuan yang terdapat
dalam hukum yang terdapat dalam Buku III KUHPerdata tentang perikatan dapat
dikesampingkan para pihak melalui kesepakatan yang dibuat dalam perjanjian/kontrak.

Batasan dan rambu kebebasan dalam berkontrak meliputi 4 hal yakni:

Kontrak harus memenuhi syarat sah kontrak

Kontrak bukan hal yang dilarang oleh UU

Tidak bertentang dengan kebiasaan yang berlaku

Dilaksanakan dengan i’tikad baik

Rambu ini dapat dilihat dalam Pasal 1254 KUHPerdata:


“Semua syarat yang bertujuan melakukan sesuatu yang tidak mungkin terlaksana,
sesuatu yang bertentangan dengan kesusilaan baik, atau sesuatu yang terlarang dari
Undang-undang adalah batal dan berakibat segala sesuatu yang digantungkan
padanya tidak berkekuatan hukum”

2. Asas Keseimbangan.

Kedudukan para pihak dalam perjanjian atau harus pada posisi yang seimbang. Asas
ini terdapat pada Pasal 1321 KUHPerdata:

“Tidak ada kata sepakat jika kesepakatan itu terjadi karena kekhilafan atau terjadi
dengan paksaan atau penipuan.”

3. Asas Konsensuil.

Suatu kontrak telah sah dan mengikat ketika tercapai kata sepakat dan terpenuhinya
syarat sah kontrak. Dengan kata lain, hanya ada satu kata sepakat dari para pihak yang
melakukan perjanjian tanpa diikuti oleh perbuatan hukum lain. Adapun syarat sah
perjanjian terdapat pada Pasal 1320 KUHPerdata:

1. Kesepakatan para pihak

2. Cakap untuk melakukan suatu perikatan

3. Terdapat satu hal tertentu

4. Terdapat suatu sebab yang halal

Kesepakatan para pihak dan kecakapan para pihak (Point 1 dan 2) untuk melakukan
suatu perikatan disebut dengan syarat subjektif.Jika syarat subjektif tidak terpenuhi
maka dapat mengakibatkan suatu persetujuan dapat dibatalkan.Yang dimaksud dengan
dapat dibatalkan tidak batal dengan sendirinya, pembatalan terhadap perjanjian
diperlukan tindakan gugatan hukum untuk membatalkannya melalui pengadilan.Namun
semua perbuatan hukum yang dilakukan sebelum penetapkan pembatalan atas
perjanjian masih tetap sah.

Sedangkan pada terdapat satu hal tertentu dan sebab yang halal (Poin 3 dan 4) disebut
dengan syarat objektif. Jika syarat objektif tidak terpenuhi maka akan berakibat
perjanjian yang bersangkutan batal demi hukum. Yang dimaksud dengan batal demi
hukum berarti perjanjian tersebut batal dengan sendirinya tanpa perlu tindakan
pembatalan.Dalam kondisi ini hukum menganggap tidak pernah terjadi perjanjian antar
pihak.Misalnya perjanjian jual beli Narkoba, maka perjanjian tersebut dianggap tidak
pernah ada dan tidak mempunyai akibat hukum dari perjanjian antar pihak.
Namun, asas konsensuil tidak berlaku bagi perjanjian yang dibuat mengharuskan
adanya syarat formal, perjanjian menjadi batal jika tidak terpenuhinya syarat formal
tersebut.Misalnya, dalam perjanjian jual beli benda tidak bergerak seperti tanah
diharuskan dengan akta notaris/PPAT.Demikian juga hibah atas benda tidak bergerak
misalnya tanah harus dilakukan berdasarkan akta notaris/PPAT.

4. Asas Keterbukaan.

Segala perjanjian yang terjadi tidak terkait dengan nama yang ada ataupun ditentukan
dalam KHUPerdata. Dalam hukum perjanjian dapat dibagi dua yakni perjanjian
nominaan dan innominat.

Perjanjian nominaat adalah perjanjian yang telah diatur dalam KUHPerdata. Dengan
kata lain bentuk-bentuk perjanjian yang sudah diatur dan telah “biasa” dilakukan.
Seperti perjanjian jual beli, sewa menyewa, perjanjian untung-untungan (asuransi)

Perjanjian innominaat adalah perjanjian yang tidak terdapat dalam KUHPerdata,


biasanya perjanjian dalam bentuk atau model baru sesuai dengan perkembangan
zaman. Seperti perjanjian leaseing (sewa-beli), factoring untuk anjak piutang yang
masih menggunakan SK Menteri, Franchising dan lain sebagainya..

Persoalan nama perjanjian tidaklah begitu penting, namun yang terpenting adalah isi
perjanjian yang berupa pasal atau klausula yang disusun para pihak. Karenanya, hal
yang paling penting diperhatikan dalam perjanjian adalah kata-kata yang digunakan
haruslah jelas sehingga tidak menimbulkan multitafsir dan salah pengertian.

Pasal 1342 KUHPerdatamenjelaskan:

Jika kata atau kalimat suatu perjanjian telah jelas, maka tidak diperkenankan untuk
menyimpang dari isi perjanjian tersebut dengan jalan penafsiran.

Pasal 1343 KUHPerdatamenyebutkan:

Jika kata-kata suatu persetujuan mempunyai berbagai macam tafsir, maka harus
ditelusuri maksud kedua pihak yang membuat persetujuan tersebut, dari pada
mengikuti kata atau kalimat yang belum jelas.

5. Asas I’tikad baik

I’tikad baik adalah asas yang mendasari aktivitas kontrak. Sebab tanpa i’tikad baik
kontrak akan berpeluang terjadinya wanprestasi. Dalam KUHPerdata disebutkan “setiap
persetujuan/perjanjian harus dilaksanakan dengan i’tikad baik.[4]I’tikad baik dapat
dibedakan atas:
I’tikad baik dalam pengertian subjektif. Hal ini tekait dengan sikap jujur, amanah dalam
melakukan perbuatan hukum

I’tikad baik dalam pengertian objektif. Hal ini didasarkan pada norma kepatutan yang
disepakati dalam komunitas masyarakat

6. Asas Pacta Sun Sevanda

Secara sederhana bahwa “janji itu mengikat”.Perjanjian yang dilakukan para pihak
menjadikan para pihak terikat dengan kontrak itu seperti Undang-undang.[5] Perikatan
atau kontrak hanya mengikat para pihak yang melakukannya. Kontrak yang dibuat
layaknya seperti Undang-undang bagi para pihak. Perikatan tidak dapat menimbulkan
kerugian para pihak ketiga dan sebaliknya pihak lain tidak dapat mengambil manfaat
dari perjanjian.

Namun ada beberapa hal yang dikecualikan yakni jika perikatan itu minta ditetapkan
untuk pihak ketiga. Pasal 1317 KUHPerdata“dibolehkan untuk meminta ditetapkan
dalam suatu perjanjian untuk kepentingan pihak ketiga, atau suatu perikatan yang
dinuat untuk dirinya, atau pemberian yang diberikan kepada orang lain.Barang siapa
yang telah membuat perjanjian untuk kepentingan orang lain, maka tidak boleh ditarik
kembali jika pihak ketiga telah menyatakan kehendaknya untuk mempergunakannya.”

Misalkan si A menjual tanah kepada si B dengan suatu perjanjian bahwa selama satu
tahun tanah itu masih boleh tinggal dan dipergunakan dalam pertanian oleh si C.
Jadinya sifatnya adalah tambahan dalam perjanjian.

Aatau dalam contoh lain sebuah kontrak yang dilakukan oleh para pihak dengan
jaminan oleh pihak ketiga. Si A meminjam uang kepada si B namun dengan jaminan si
C. Atau dalam hal asuransi, Si Anak akan menerima jaminan tanpa ikut dalam
perjanjian yang dibuat oleh ayahnya.

7. Asas Obligatoir

Kontrak yang dibuat para pihak hanya pada tataran menimbulkan hak dan kewajiban
saja, belum sampai pada penyerahan barang yang diperjanjian (atau lainnya) yang
akan dibuatkan suatu kontrak baru nantinya. Asas ini berbeda dengan sistem hukum
Prancis atau Adat yang mana suatu kontrak yang telah dibuat tidak perlu lagi membuat
kontrak baru berkenaan dengan penyerahan barang karena kontrak yang dibuat secara
otomatis meliputi.
PRINSIP BISNIS

Adanya Kegiatan Ekonomi

Adanya Keuntungan Yang Menjanjikan

Adanya Kesepakatan Para Pihak

Adanya Jaminan Keamanan bagi Pelaksanaan Bisnis

Dasar Diperlukannya Hukum Bagi Kegiatan Bisnis

Untuk memberikan Kepastian Hukum

Untuk Memberikan Kesebandingan Hukum

Untuk Melindungi Kepentingan Para Pihak

Pengertian Hukum Bisnis adalah norma-norma atau aturan yang tertulis maupun yang
tidak tertulis yang mengatur tentang kepentingan
Hukum Bisnis dibagi dalam beberapa bidang, diantaranya:

1. Hukum Bisnis bidang ekonomi

- Hukum Dagang

- Hukum Asuransi

- Hukum Investasi

2 . Hukum Bisnis bidang keuangan

- Hukum Perbankan

- Hukum Pasar Modal

3. Hukum Bisnis bidang jasa

- IPAR

- HAKI

- CPM

Pemahaman Hukum Bisnis merupakan aturan konkrit mengenai kepentingan yang


paling mendasar dari hukum bisnis. Kita dapat pahami bahwa hukum bisnis adalah
adanya dua (2) subyek hukum yang melakukan hubungan dengan tujuan untuk
memenuhi kepentingannya masing-masing pihak. Aturan-aturan perilaku yang dapat
diberlakukan/diterapkan untuk mengatur hubungan-hubungan antar manusia dan
antara manusia dan masyarakatnya.

Hukum Bisnis adalah seperangkat kaidah-kaidah hukum yang diadakan untuk mengatur


dan menyelesaikan persoalan-persoalan dalam aktivitas atas manusia di bidang
perdagangan (dalam arti trade and commerce).

Hukum Bisnis atau Business Law (dalam bahasa Inggris), BestuurRechts (dalam


bahasa Belanda), menurut penulis adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan hukum,
baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang mengatur hak dan kewajiban yang timbul
dari perjanjian-perjanjian maupun perikatan-perikatan yang terjadi dalam praktik bisnis.

I.            C. Fungsi Hukum Bisnis

MenurutAmirizal (1996: 9), salah satu fungsi hukum bisnis adalah sebagai sumber
informasi yang berguna bagi praktisi bisnis, untuk memahami hak-hak dan kewajiban-
kewajibannya dalam praktik bisnis, agar terwujud watak dan perilaku aktivitas di bidang
bisnis yang berkeadilan, wajar, sehat, dan dinamis (yang dijamin oleh kepastian
hukum).

I.            D. Asas Hukum Bisnis

Dalam praktik bisnis yang menjadi sumber dari kontrak meliputi dua aspek pokok:

1.    Aspek kontrak (perjanjian) itu sendiri, yang menjadi sumber hukum utama, di mana
masing-masing pihak terikat untuk tunduk kepada kontrak yang telah disepakatinya;

2.    Aspek kebebasan berkontrak, di mana para pihak bebas untuk membuat dan
menentukan isi dari kontrak yang mereka sepakati.

Hukum Bisnis merupakan peraturan-peraturan yang mengatur kegiatan bisnis agar


bisnis dijalankan secara adil.Salah satu fungsi hukum bisnis adalah sebagai sumber
informasi yang berguna bagi praktisi bisnis, untuk memahami hak-hak dan
kewajibannya dalam praktik bisnis agar terwujud watak dan perilaku aktivitas di bidang
bisnis yang adil, wajar, sehat, dinamis, dan bermanfaat yang dijamin oleh kepastian
hukum.

2. PENGERTIAN EKONOMI & HUKUM EKONOMI

Hukum Ekonomi merupakan suatu Hukum atau ilmu hukum adalah suatu sistem aturan
atau adat yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa,
pemerintah yang memiliki otoritas melalui lembaga atau institusi hukum yang dibuat
dengan tujuan untuk mengatur kegiatan perekonomian indonesia.dalam kinerja
perekonomian yg sehat.seperti persaingan sehat,perluasan perdagangan dan lain-lain.

Hukum ekonomi lahir disebabkan oleh semakin pesatnya pertumbuhan dan


perkembangan perekonomian.Diseluruh dunia hukum berfungsi untuk mengatur dan
membatasi kegiatan-kegiatan ekonomi, dengan harapan pembangunan perekonomian
tidak mengabaikan hak-hak dan kepentingan masyarakat. Tujuan Hukum Dalam
menjalankan fungsinya sebagai sarana pengendali dan perubahan sosial, hukum
memiliki tujuan untuk menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, damai, adil yang
ditunjang dengan kepastian hukum sehingga kepentingan individu dan masyarakat
dapat terlindungi.

A. Pengertian Ekonomi

Ekonomi bersal dari kata yunani(oikos) yang berarti keluarga, rumah tangga dan
(nomos) berarti peraturan, aturan, hukum.

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan
menciptakan kemakmuran.

B. Pengertian Hukum Ekonomi

Kata “ekonomi” sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti “keluarga,


rumah tangga” dan νόμος (nomos), atau “peraturan, aturan, hukum,” dan secara garis
besar diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen rumah tangga.”

Jadi, Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan
menciptakan kemakmuran.Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan
antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang
jumlahnya terbatas.

Hukum ekonomi adalah suatu huungan sebab akibat5 atau pertalian peristiwa ekonomi
yang saling berhubungan satu dengan yang lain dalam kehidupan ekonomi sehari-hari
dalam masyarakat.

Menurut Sunaryati Hartono, hukum ekonomi adalah penjabaran hukum ekonomi


pembangunan dan hukum ekonomi social, sehingga hukum ekonomi tersebut
mempunyai 2 aspek yaitu :

a. Aspek pengaturan usaha-usaha pembangunan ekonomi


b. Aspek pengaturan usaha-usaha pembagian hasil pembangunan ekonomi secara
serta merata diantara seluruh lapisan masyarakat.

Hukum Ekonomi di bedakan menjadi 2,yaitu :

1.  Hukum ekonomi pembangunan

Adalah yang meliputi pengaturan dan pemikiran hukum mengenai cara-cara


peningkatan dan pengembangan kehidupan ekonomi Indonesia secara Nasional.

2.  Hukum Ekonomi sosial

Adalah yang menyangkut pengaturan pemikiran hukum mengenai cara-cara


pembangian hasil pembangunan ekonomi nasional secara adil dan martabat
kemanusiaan (hak asasi manusia) manusia Indonesia.

Hukum ekonomi menjadi tersebar dalam berbagai peraturan undang undang yang
bersumber pada pancasila dan UUD 1945.Sementara itu, hukum ekonomi menganut
azas, sebagai berikut :

a)  Azas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME.

b) Azas manfaat.

c)  Azas demokrasi pancasila.

d)  Azas adil dan merata.

e)  Azas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam kehidupan.

f)  Azas hukum.

g)  Azas kemandirian.

h) Azas Keuangan.

i)  Azas ilmu pengetahuan.

j)  Azas kebersamaan, kekeluargaan, keseimbangan, dan kesinambungan dalam


kemakmuran rakyat.

k) Azas pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

l) Azas kemandirian yang berwawasan kenegaraan.


Dengan demikian, dalam era globalisasi membuat dunia menjadi satu sehingga batas-
batas Negara dalam pengertian ekonomi dan hukum menjadi kabur. Oleh karena itu,
pertimbangan tentang apa yang berkembang secara internasional menjadi begitu
penting untuk dijadikan dasar-dasar hukum ekonomi.

3.PENGERTIAN EKONOMI & HUKUM DAGANG

Pengertian Hukum Dagang

Perdagangan atau Perniagaan pada umumnya adalah pekeerjaan membeli barang dari
suatu tempat dan suatu waktu dan menjual barang tersebut di tempat dan waktu
lainnya untuk memperoleh keuntungan.Hukum dagang adalah hukum yang mengatur
soal-soal perdagangan, yang timbul karena tingkah laku manusia dalam
perdagangan.Pada zaman yang modern ini perdagangan adalah pemberian
perantaraan antara produsen dan konsumen untuk membelikan dan menjualkan
barang-barang yang memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan.

Hukum Dagang (juga dikenal sebagai hukum bisnis, yang meliputi juga hukum
perusahaan) adalah badan hukum yang mengatur transaksi bisnis dan komersial.Hal ini
sering dianggap sebagai cabang dari hukum perdata dan menangani permasalahan
dari kedua hukum perdata dan hukum publik.

Hukum dagang sejatinya adalah hukum perikatan yang timbul dari lapangan


perusahaan.Istilah perdagangan memiliki akar kata dagang. Dalam kamus besar
Bahasa Indonesia (KBBI) istilah  dagang diartikan sebagai pekerjaan yang
berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan.
Istilah dagang dipadankan dengan jual beli atau niaga. Sebagai suatu konsep, dagang
secara sederhana dapat diartikan sebagai perbuatan untuk membeli barang dari suatu
tempat untuk menjualnya kembali di tempat lain atau membeli barang pada suatu saat
dan kemudian menjualnya kembali pada saat lain dengan maksud untuk memperoleh
kuntungan. Perdagangan berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan dagang
(perihal dagang) atau jual beli atau perniagaan (daden van koophandel) sebagai
pekerjaan sehari-hari.

Ada isitlahlain yang perlu untuk dijajarkan dalam pemahaman awal mengenai hukum
dagang, yaitu pengertian perusahaan dan pengertian perniagaan. Pengertian
perniagaan dapat ditemukan  dalam kitab undang-undang hukum dagang sementara
istilah perusahaan tidak. Pengertian perbuatan perniagaan diatur dalam pasal 2 – 5
kitab undang-undang hukum dagang.  Dalam pasal-pasal tersebut, perbuatan
perniagaan diartikan sebagai perbuatan membeli barang untuk dijual lagi dan beberapa
perbuatan lain yang dimasukkan dalam golongan perbuatan perniagaan tersebut.
Sebagai kesimpulan dapat dinyatakan bahwa pengertian perbuatan perniagaan
terbatas pada ketentuan sebagaimana termaktub dalam pasal 2- 5 kitab undang-
undang hukum dagang sementara pengertian perusahaan tidak ditemukan dalam kitab
undang-undang hukum dagang.

Hukum dagang ialah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut melakukan
perdagangan untuk memperoleh keuntungan.atau hukum yang mengatur hubungan
hukum antara manusia dan badan-badan hukum satu sama lainnya dalam lapangan
perdagangan . Sistem hukum dagang menurut arti luas dibagi 2 : tertulis dan tidak
tertulis tentang aturan perdagangan.

Hukum Dagang Indonesia terutama bersumber pada :

1) Hukum tertulis yang dikofifikasikan :

a. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek van Koophandel


Indonesia (W.v.K)

b. Kitab Undang-Undang Hukum Sipil (KUHS) atau BurgerlijkWetboek Indonesia (BW)

2) Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, yaitu peraturan perundangan khusus


yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan (C.S.T. Kansil,
1985 : 7).

Sifat hukum dagang yang merupakan perjanjian yang mengikat pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian.

Pada awalnya hukum dagang berinduk pada hukum perdata.Namun, seirinbg


berjalannya waktu hukum dagang mengkodifikasi(mengumpulkan) aturan-aturan
hukumnya sehingga terciptalah Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang
sekarang telah berdiri sendiri atau terpisah dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata).

Antara KUH Perdata dengan KUH Dagang mempunyai hubungan yang erat. Hal ini
dapat dilihat dari isi Pasal 1KUH Dagang, yang isinya

sebagai berikut:

Adapun mengenai hubungan tersebut adalah special derogate legigenerali artinya


hukum yang khusus: KUHDagang mengesampingkan hukum yang umum: KUHperdata.

Prof. Subekti berpendapat bahwa terdapatnya KUHD disamping KUHS sekarang ini
dianggap tidak pada tempatnya.Hali ini dikarenakan hukum dagang relative sama
dengan hukum perdata. Selain itu “dagang” bukanlah suatu pengertian dalam hukum
melainkan suatu pengertian perekonomian.Pembagian hukum sipil ke dalam KUHD
hanyalah berdasarkan sejarah saja, yaitu karena dalam hukum romawi belum terkenal
peraturan-peraturan seperti yang sekarang termuat dalah KUHD, sebab perdagangan
antar Negara baru berkembang dalam abad pertengahan.

1.  SISTEM EKONOMI GLOBAL, HUKUM PERUSAHAAN, DENGAN BISNIS MODERN

1.Sistem Perekonomian Global

Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk


mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi
di negara tersebut. Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem
ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya. Dalam
beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi. Sementara
dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah.Kebanyakan
sistem ekonomi di dunia berada di antara dua sistem ekstrim tersebut.

Pengertian sistem ekonomiadalah cara yang dilakukan oleh suatu Negara Sistem
perekonomian untuk mengatur ekonominya untuk mencapaitujuan.

Ekonomi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, yang
berasal dari kata oikos dan nomos. Kegiatan Ekonomi adalah Produksi,konsumsi,
dan distribusi. Untuk mengatur kegiatan ekonomi agar dapat berjalan teratur diperlukan
sistem ekonomi, yang terdiri dari

1. Sistem Ekonomi Kapitalis : warga negara memiliki hak seluas-luasnya untuk


melakukan kegiatan ekonomi tanpa campur tangan pemerintah

2. Sistem EkonomiSosialis : sistem ekonomi yang terpusat pada pemerintah dan rakyat


tak memiliki hak sama sekali dalam hal kepemilikan aset Negara

3. Sistem EkonomiCampuran :kombinasi antara kapitalis dan sosialis.

Dari ketiga Sistem Ekonomi yang ada, pada masa kini perekonomian global lebih
mengarah ke  Sistem ekonomi Kapitalis karena telah mengarah pada ciri-ciri kapitalis.
Alasan yang mendasari adalah Pihak Swasta diberikan kebebasan yang sebesar –
besarnya untuk mengembangkan dan memperluas usahanya tanpa dibatasi
pemerintah.

Dalam sudut pandang yang lain, orang yang mempunyai modal dapat melakukan apa
saja, dengan kata lain uang adalah segalanya. Kita dapat melihat fakta yang ada bahwa
yang menguasai dunia adalah orang – orang yang memiliki banyak uang. Yang kaya
akan semakin kaya, dan yang miskin akan bertambah kemikinannya. Itulah sisi terburuk
dan terkejam dari Sistem ekonomi Global yang kapitalis.
Selain itu ekploitasi sumber daya alam yang sebesar – besarnya tanpa memikirkan efek
jangka panjang merupakan ciri sistem ekonomi kapitalis. Dalam sistem ekonomi
kapitalis hanya mengejar keuntungan saja.

Sistem ekonomi mengalami perkembangan, mulai dari sistem ekonomi tradisonal,


modern hingga kapitalis pada zaman sekarang. Perkembangan itu di pengaruhi oleh
pola pikir manusia yang semakin lama manusia ingin bebas dan tidak mau dibatasi,
sama seperti kegiatan ekonomi yang mereka lakukan. Manusia semakin ingin untuk
terlepas dari aturan – aturan pemerintah, oleh sebab itu sistem kapitalis mengalami
perkembangan yang pesat.

Sebagian besar negara di seluruh dunia menggunakan sistem eekonomi kapitalis,


sekalipun negara tersebut mengatakan bahwa sistem ekonominya adalah campuran,
namun faktanya menggunakan sistem ekonomi kapitalis.

Dengan keadaan yang mendukung tersebutlah, sistem ekonomi yang sangat dipercaya,
diagung-agungkan dan dipakai adalah sistem ekonomi kapitalis, yang berkuasa akan
semakin berkuasa, dan yang lemah akan tetap lemah.

2.   Hukum Perusahaan

Hukum perusahaan adalah salah satu bidang kajian dalam ilmu hukum yang sangat
komprehensif.Hal ini disebabkan karena Hukum Perusahaan mengatur persoalan
mengenai perseroran terbatas sebagai lembaga ekonomi yang memiliki tingkat
fleksibilitas tinggi.Lembaga ini dapat mewadahi aktivitas ekonomi yang memiliki
bentangan kompleksitas dari yang sangat sederhana yang melibatkan sedikit orang
sampai dengan kompleksitas yang sangat tinggi yakni yang melibatkan ratusan bahkan
puluhan ribu orang.

Secara umum, hukum perusahaan berkaitan  erat dengan pengaturan mengenai


korporasi. Korporasi adalah subjek hukum buatan yang diciptakan yang diciptakan oleh
negara untuk menjalankan kegiatan suatu perusahaan. Dengan demikian, yang menjadi
perhatian utama dalam hukum perusahaan adalah korporasi terutama pada aspek
subjek hukum  dan penyelenggaraan perusahaan.

Dalam hukum perusahaan, korporasi merupakan subjek hukum yang tidak dapat


diinderai dan tidak berwujud yang bersifat terpisah dari pemiliknya. Dalam menjalankan
perusahaan korporasi dapat membuat perjanjian (contracts), membeli atau menjual
barang, menuntut atau dituntut oleh pengadilan, membuat perjanjian sewa menyewa
dan membayar pajak sesuai dengan pengaturan dalam hukum perusahaan serta tetap
harus tunduk pada hukum pidana. Hutang-hutang korporasi menjadi hutang-hutang
perusahaan dan bukan hutang pribadi dari para pemiliknya (pemegang saham).

Jenis-Jenis Korporasi Dalam Hukum Perusahaan

Dalam hukum perusahaan, korporasi  dapat dibedakan berdasarkan


kepemilikannya,yakni :

Korporasi milik negara (state corporation)

Korporasi milik swasta (private corporation)

Korporasi campuran, dimana modalnya berasal dari unsur negara dan swasta.

Selain itu, hukum perusahaan juga membedakan korporasi dari orientasi usahanya,
yakni:

Korporasi yang berorientasi pada keuntungan (profit oriented)

Korporasi yang tidak berorientasi pada keuntungan (non-profit oriented)

Dilihat dari cakupan kepemilikannya, hukum perusahaan membedakan korporasi


menjadi:

Korporasi terbuka

Korporasi tertutup

Hukum perusahaan juga membedakan korporasi berdasarkan jaringan usaha yang


dikembangkan, sebagai berikut:

Korporasi nasional (local)

Korporasi Multinasional (transnasional)

LINGKUP HUKUM PERUSAHAAN

Dengan mengacu kepada undang-undang wajib daftar perusahaan, maka perusahaan


didefinisikan sebagai “setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang
bersifat tetap, terus-menerus, dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah
negara Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba”.

1.Bentuk Usaha

Bentuk usaha adalah organisasi usaha atau badan usaha yang menjadi wadah
penggerak setiap jenis usaha, yang disebut bentuk hukum per¬usahaan.
          Bentuk hukum perusahaan persekutuan dan badan hukum sudah diatur dengan
undang-undang, yaitu:  Firma (Fa) dan Persekutuan Komanditer (CV) di atur dalam
KUHD, Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995,
Koperasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, Perusahaan Umum
(Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero) diatur dalam Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1969.

2. Jenis Usaha

Jenis usaha adalah berbagai macam usaha di bidang perekonomian, yang meliputi
bidang perindustrian, bidang perdagangan, bidang jasa, dan bidang keuangan
(pembiayaan). Usaha adalah setiap tindakan, perbuat¬an, atau kegiatan apa pun dalam
bidang perekonomian, yang dilakukan oleh setiap pengusaha dengan tujuan
memperoleh keuntungan dan atau laba. Pengusaha adalah setiap orang perseorangan,
persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu jenis perusahaan. Suatu
kegiatan dapat disebut usaha dalam arti hukum perusahaan apabila memenuhi unsur-
unsur berikut ini:

a.Dalam bidang perekonomian;

b.Dilakukan oleh pengusaha;

c. Tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.

3.Bisnis Modern

          Dalam bisnis, kita harus mengenal tentang kebutuhan konsumen. Hal ini
merupakan hal yang mutlak mengingat dari konsumenlah kita akan bisa mendapatkan
keuntungan dari bisnis yang dijalankan. Selain itu, konsumen merupakan komponen
penting yang akan menentukan apakah sebuah bisnis bisa terus berjalan secara
kontinyu atau hanya berumur sesaat saja.

          Dalam pemahaman bisnis modern, ada enam hal pokok yang penting.
Kesemuanya memiliki keterkaitan yang saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan
satu sama lainnya. Dan apabila kita ingin meraih kesuksesan dari sebuah bisnis, kita
harus memahami dan menjalankan keenam komponen tersebut.

Keenam komponen dalam menjalankan bisnis modern tersebut diantaranya adalah :

1.kepuasan pelanggan (costumer satisfaction)

2.pelayanan yang unggul (service excellent)

3.kemampuan

4.efisiensi
5.transparansi/kejujuran

6.persaingan yang sehat.

Ciri-ciri dari bisnis modern ialah adanya spesialisasi.saling


ketergantungan (interdependence) dan produksi massal.

Produksi massal, barang dihasilkan dalam jumlah besar akan terus menerus dalam
berbagai ukuran sehingga mudah dipilih oleh konsumen. Produsen membuat barang
untuk orang-orang yang tidak dikenal.Oleh sebab itu, produsen harus mengetahui
sclera konsumen agar produksi yang dibuilt secara massal mudah di pasarkan.Dengan
adanva produksi massal dan barangnya dijual di pasar.akan timbul keuntungan, baik
bagi bisnis itu sendiri maupun bagi masvarakat dan negara.

3.   .HUKUM PERBURUHAN DAN HUKUM CYBER LaW DUNIA MAYA

1.Hukum Perburuhan

Hukum Perburuhan adalah seperangkat aturan dan norma baik tertulis maupun tidak
tertulis yang mengatur pola hubungan Industrial antara Pengusaha, disatu sisi, dan
Pekerja atau buruh disisi yang lain.

Hukum Perburuhan diulas agar kita memahami posisi buruh dan majikan dalam suatu
hubungan kerja, karena hubungan kerja pada dasarnya akan memuat hak dan
kewajiban kedua belah pihak.

Hak dan kewajiban kedua belah pihak termuat dalam syarat-syarat kerja.Syarat-syarat
kerja adalah petunjuk yang harus ditata / diatur oleh pihak buruh maupun majikan
dalam suatu hubungan kerja serta dituangkan dalam PERJANJIAN KERJA.

Unsur dari hukum perburuhan adalah:

· Serangkaian peraturan,

· Peraturan mengenai suatu kejadian,

· Adanya orang yang bekerja pada orang lain,

· Adanya balas jasa yang berupa upah.


Syarat kerja hukum perburuhan meliputi:

-Upah

-Jam Kerja & Lembur

-Cuti

-Waktu Istirahat

-Pekerja Perempuan

-Perlindungan

-Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

2.Hukum Cyber Law ( dunia maya )

Cyberlaw adalah sebuah hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia maya), yang
umumnya diasosiasikan dengan Internet.Cyberlaw dibutuhkan karena dasar atau
fondasi dari hukum di banyak negara adalah “ruang dan waktu”.Sementara itu, Internet
dan jaringan komputer mendobrak batas ruang dan waktu ini.

Cyber law adalah hukum yang diaplikasikan pada dunia maya , yang umumnya
berkaitan dengan internet, cyber law merupakan aspek hukum yang ruang lingkupnya
meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan subjek hokum yang mengunakan
teknologi internet yang dimulai pada saat online dan memasuki dunia maya dan
melintasi berbagai Negara serta menembus ruang dan waktu.

Indonesia mempunyai Inisiatif untuk membuat “cyberlaw” sudah dimulai sejak sebelum
tahun 1999.Baru terwujud pada sekitar tahun 2008, yaitu dengan diundangkannya
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Undang-Undang ini memberikan amanah atau tanggungjawab kepada Pemerintah
Indonesia  terhadap segala hal yang berkaitan dengan pemanfaatan teonologi informasi
dan komunikasi. Termasuk akhir akhir ini telah terjadi berbagai perbutan melawan
hokum di dunia maya bak yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia maupun
Warga Negara Asing.Hal ini merupakan fenomena cyber criem yang sangat
menguatirkan mengingat tindakan penipuan, pembobolan rekening nasabah bank,
terorisme, carding, hacking dan penyebaran informasi destruktif telah menjadi bagian
aktifitas pelaku kejahatan di dunia maya.

Fenomena kejahatan di dunia maya (cyber criem) baik yang dilakukan WNI maupun
WNA , menuntut terhadap para penegakkan hokum di samping melakukan penegakan
hukum atas kasus-kasus tersebut dengan perangkat peraturan perundang-undangan
yang telah tersedia juga para penegak hokum harus memahami tentang pemanfataan
alat-alat teknologi informasi dan komunikasi.

Persoalan yang mendasar bahwa aparat penegak hukum di Indonesia masih kurang
perhatian , masih belum serius dan kemungkinan juga belum bisa memahami bahwa
sebenarnya setiap saat baik yang kecil maupun yang besar telah terjadi perbuatan  
kejahatan atau perbuatan melawan hukum di dunia maya (cyber criem)

Wilayah Hukum Cyber Law

Cyber Law tidak akan berhasil jika wilayah yuridiksi hukum diabaikan. Karena
pemetaan yang mengatur cyber space menyangkut juga hubungan antar kawasan ,
antar wilayah dan antar Negara.sehingga pemetaan yuridiksimutlaq diperlukan.

Mengenai yuridiksi terdapat tiga yuridiksi, yaitu : (1) Yuridiksi legislative di bidang
pengaturan, (2) Yuridiksi judicial, yaitu kewenangan Negara untuk mengadili atau
kewenangan menerapkan hukumnya., dan  (3) Yuridiksi eksekutif, yaitu kewenangan
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang dibentuknya.

Undang-Undang Ini berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum
sebagaimana diatur dalam undang-unang ini, baik yang berada di wilayah hokum
Indonesia, maupun di luar wilayah hokum Indonesia, yang memiliki akibat hokum di
wilayah hokum Indonesia, dan/atau di luar wilayah hokum Indonesia dan merugikan
kepentingan Indonesia. (Pasal 2 UU NO :11/2008).

Cyber law ini  memiliki jangkauan yuridiksi tidak semata-mata untuk perbuatan hokum
yang berlaku di Indonesia dan/atau dilakukan oleh warganewgaraIndonesia, tetapi juga
berlaku untuk perbuatan hokum yang dilakukan di luar wilayah hokum Indonesia baik
oleh warga Negara Asing atau badan huum Indonesia maupun badan hokum asing
yang memiliki akibat hokum di Indonesia, mengingat bahwa pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi dapat bersifat lintas territorial atau universal.

Ruang Lingkup Cyber Law

Jonathan Rosenoer dalam Cyber law, the law of internet mengingatkan tentang ruang
lingkup dari cyber law diantaranya :
Hak Cipta (Copy Right)

Hak Merk (Trademark)

 Pencemaran nama baik (Defamation)

 Fitnah, Penistaan, Penghinaan (Hate Speech)

Serangan terhadap fasilitas komputer (Hacking, Viruses, Illegal Access)

Pengaturan sumber daya internet seperti IP Address, domain name

Kenyamanan Individu (Privacy)

Prinsip kehati-hatian (Duty care)

Tindakan kriminal biasa yang menggunakan TI sebagai alat

Isu prosedural seperti yuridiksi, pembuktian, penyelidikan dll

Kontrak / transaksi elektronik dan tanda tangan digital

Pornografi

Pencurian melalui Internet

Perlindungan Konsumen

Pemanfaatan internet dalam aktivitas keseharianseperti ecommerce, e-government, e-


education dll

3.Hukum Perusahaan

            Hukum yang mengatur tentang seluk beluk bentuk hukum perusahaan ialah
Hukum Perusahaan. Hukum Perusahaan merupakan pengkhususan dari beberapa bab
dalam KUH Perdata dan KUHD (Kodifikasi) ditambah dengan peraturan perundangan
lain yang mengatur tentang perusahaan (hukum tertulis yang belum dikodifikasi).
Sesuai dengan perkembangan dunia perdagangan dewasa ini, maka sebagian dari
hukum perusahaan merupakan peraturan-peraturan hukum yang masih baru.Apabila
hukum dagang (KUHD) merupakan hukum khusus (lexspecialis) terhadap hukum
perdata (KUH Perdata) yang bersifat lexgeneralis, demikian pula hukum perusahaan
merupakan hukum khusus terhadap hukum dagang.

A. Unsur-Unsur Perusahaan
Berdasarkan definisi-definisi perusahaan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dikatakan yang menjadi unsur-unsur perusahaan yaitu :

Badan usaha

Badan usaha yang menjalankan kegiatan perekonomian itu mempunyai bentuk hukum
tertentu, seperti Perusahaan Dagang (PD), Firma (Fa), Persekutuan Komanditer (CV),
Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan Umum (Perum), Perusahaan Perseroan
(Persero) dan Koperasi. Hal ini dapat diketahui melalui akta pendirian perusahaan yang
dibuat di muka notaris, kecuali koperasi yang akta pendiriannya dibuat oleh para pendiri
dan disahkan oleh pejabat koperasi.

2.    Kegiatan dalam bidang perekonomian

Kegiatan ini meliputi bidang perindustrian, perdagangan, perjasaan, pembiayaan yang


dapat dirinci sebagai berikut :

Perindustrian meliputi kegiatan, antara lain eksplorasi dan pengeboran minyak,


penangkapan ikan, usaha perkayuan, barang kerajinan, makanan dalam kaleng, obat-
obatan, kendaraan bermotor, rekaman dan perfilman, serta percetakan dan penerbitan.

Perdagangan meliputi kegiatan, antara lain jual beli ekspor impor, bursa efek, restoran,
toko swalayan, valuta asing, dan sewa menyewa.

Perjasaan meliputi kegiatan, antara lain transportasi, perbankan, perbengkelan, jahit


busana, konsultasi, dan kecantikan.

3.    Terus menerus

Kegiatan dalam bidang perekonomian itu dilakukan secara terus menerus, artinya
sebagai mata pencaharian, tidak insidental, dan bukan pekerjaan sambilan.

4.    Bersifat tetap

Bersifat tetap artinya kegiatan itu tidak berubah atau berganti dalam waktu singkat,
tetapi untuk jangka waktu yang lama. Jangka waktu tersebut ditentukan dalam akta
pendirian perusahaan atau surat ijin usaha, misalnya 5 (lima) tahun, 10 (sepuluh) tahun,
atau 20 (dua puluh) tahun.

5.    Terang-terangan
Terang-terangan artinya ditujukan kepada dan diketahui oleh umum, bebas
berhubungan dengan pihak lain, diakui dan dibenarkan oleh pemerintah berdasarkan
undang-undang. Bentuk terang-terangan ini dapat diketahui dari akta pendirian
perusahaan, nama dan merek perusahaan, surat izin usaha, surat izin tempat usaha,
dan akta pendaftaran perusahaan.

6.    Keuntungan dan atau laba

Istilah keuntungan atau laba adalah istilah ekonomi yang menunjukkan nilai lebih (hasil)
yang diperoleh dari modal yang diusahakan (capital gain).Setiap kegiatan menjalankan
perusahaan tentu menggiinakan modal, dengan modal perusahaan diharapkan
keuntungan dan atau laba dapat diperoleh karena tujuan utama dari perusahaan adalah
memperoleh keuntungan.

7.    Pembukuan

Menurut ketentuan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang
Dokumen Perusahaan ditentukan, setiap perusahaan wajib membuat catatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dalam
Pasal 5 ditentukan, catatan terdiri dari dari neraca tahunan, perhitungan laba rugi
tahunan, rekening, jurnal transaksi harian, atau setiap tulisan yang berisi keterangan
mengenai kewajiban dan hak-hak lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha suatu
perusahaan.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa subjek hukum perusahaan bisa berupa
perorangan atau badan hukum, objeknya bisa berupa benda berwujud atau benda
immaterial, dan hubungan hukumnya berasal dari perikatan karena perjanjian atau
undang-undang

D. Sumber-sumber Hukum Perusahaan

Setidaknya ada empat sumber hukum bisnis pada aspek hukum dalam ekonomi, yaitu
perundang-undangan, kontrak perusahaan, yurisprudensi, dan kebiasaan.Berikut
masing-masing penjelasannya.

1. Perundang-undangan

Perundang-undangan dalam hal ini meliputi undang-undang peninggalan Hindia


Belanda di Indonesia pada masa lampau, namun masih dianggap berlaku dan sah
hingga saat ini berdasarkan atas peralihan UUD 1945, misalya ketentuan-ketentuan
yang terdapat dalam KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang) ,KUH Perdata.
Selain itu juga perundang-undangan yang termaktub mengenai perusahaan di
Indonesia, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang terus dilaksanakan dan
dikembangkan hingga saat ini.

Perundang-undangan lain yang menjadi sumber hukum:

Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

PP No. 15 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan,

Undang-undang No. 32 Tahun 2007 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi,

Undang-undang No. 33dan 34 Tahun 1964 tentang Asuransi Kecelakaan Jasa Raharja,

Undang-undang No. 5 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing,

Undang-undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri,

Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,

Undang-undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan,

Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,

Undang-undang No.7 Tahun 1987 tentang Penyempurnaan Undang-undang No.6


Tahun       1982,

Undang-undang No.14 Tahun 2001 tentang Paten

Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek,

Lain-lain.

1.     Kontrak Perusahaan

Kontrak perusahaan atau yang biasa juga disebut dengan perjanjian selalu ditulis dan
dianggap sebagai sumber utama hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dalam
suatu kesepakatan.Apabila saat tertentu terjadi perselisihan antara pihak-pihak terkait,
dalam hal ini saat kontrak perusahaan masih berlaku, maka penyelesaian dapat
dilakukan melalui perdamaian, arbitase, atau pengadilan umum sekali pun jika tidak
ditemui penyelesaian yang jelas. Tentunya kontrak perusahaan ini yang akan
memberikan pertimbangan tertentu sekaligus secara jelas akan mempengaruhi
putusan. Karena secara jelas semua menyangkut kontak dan ketentuannya telah
tercantum dalam kontrak tersebut.

2.    Yurispudensi
Yurisprudensi adalah sumber hukum perusahaan yang dapat diikuti oleh pihak-pihak
terkait. Hal ini akan mengisi kekosongan hukum, terutama jika terjadi suatu sengketa
terkait pemenuhan hak dan kewajiban. Secara otomatis, yurisprudensi ini akan
memberikan jaminan perlindungan atas kepentingan pihak-pihak, terutama bagi mereka
yang berusaha di Indonesia.

3.    Kebiasaan

Kebiasaan merupakan sumber hukum khusus yang tidak tertulis secara


formal.Kebiasaan sebagai sumber hukum dapat diikuti pengusaha tatkala peraturan
mengenai pemenuhan hak dan kewajiban tidak tercantum dalam undang-undang dan
perjanjian.Karena itulah kebiasaan yang telah berlaku dan berkembang di kalangan
pengusaha dalam menjalankan perusahaan dengan lazim menjadi panutan untuk
mencapai tujuan sesuai kesepakatan. Kebiasaan yang biasanya dapat menjadi acuan
bagi perusahaan adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1)      Perbuatan yang bersifat perdata

2)      Mengenai hak serta kewajiban yang harus dipenuhi

3)      Tidak bertentangan dengan undang-undang atau sumeber hukum lainnya

4)      Diterima oleh semua pihak secara sukarela  karena telah dianggap sebagai hal
yang logis dan patuh

5)      Menerima dari berbagai akibat hukum yang dikehendaki oleh semua pihak

BISNIS MODERN

                Hukum Bisnis Modern meliputi hukum dan perundang-undangan yang


mengatur aspek-aspek terselenggaranya bisnis dalam masyarakat modern.

CIRI-CIRI BISNIS MODERN

(1)   Spesialisasi :bergerak dalam memproduksi barang-barang tertentu misalnya


membuat sepatu, tekstil, onderdil mobil, dll.
(2)   Interdependence : karena bisnis bergerak dalam bidang tertentu suatu perusahaan
bergantung kegiatannya pada perusahaan lain.

Misalnva pedagang besar.Bergantung usahanva kepada para produsen, dan dia


bergantung pula kepada perusahaan angkutan yang mengangkut barang. Dia juga
sangat mernbutuhkan sarana telepon, pos. dan listrik yang dikerjakan oleh sektor lain.

(3)   Produksi masal : barang-barang dihasilkan dalam jumlah besar dan terus menerus
dalam berbagai ukuran sehingga mudah dpilih oleh konsumen.Produsen membuat
barang untuk orang-orang yang tidak dikenal. Oleh sebab itu, produsen harus
mengetahui sclera konsumen agar produksi yang di built secara massal mudah di
pasarkan. Dengan adanva produksi massal dan barangnya lake di pasar. akan timbul
keuntungan. baik bagi bisnis itu sendiri maupun bagi masyarakat dan negara. Tenaga
kerja akan lebih banyak tertampung. pendapatan karyawan makin meningkat. demikian
pula pendapatan masvarakat bertambah, dan standar hidup juga makin membaik.
Kemudian muncul pertanyaan. mengapa bisa demikian.

Untuk itu perlu adanya 2 kunci:

·       Produksi: usaha menciptakan barang dan jasa yang menambah kegunaan


(utility) :

Ada 4 kegunaan yang timbul dari produksi :

- Form utilityyaitu mengubah bentuk barang menjadi barang baru, mis : karetmenjadi
ban mobil.

- Place utilityyaitu kegunaan adanya perpindahan tempat.

      misalnva barang, berpindah tempat dari sate kota ke kota lain. mail dari desa ke
kota. ricraszing diangkut dari daerah pedalaman ke kota besar, akan meningkat
kegunaannya. karena di kota orang banyak rnembutuhkan beras. dan harganya akan
lebih meningkat dibandingkan dengan harga di desa di mana beras dihasilkan.
- Time utilityyaitu kegunaan karena adanya tenggang waktumis: payung lebih banyak
dan meningkat di musin hujan.Misalnya pakaian musim dingin akan lebih meningkat
kegunaannya pada musim dingin dibandingkan dengan musim panas. Demikian pula di
negara kita, kegunaan payung akan lebih banyak dan men ingkat pada musim hujan.

- Possesion utilityyaitu kegunaan meningkat karena adanya perpindahan hak milik


dariprodusen ke pembeli. Misalnya, makanan di restoran akan makin meningkat
kegunaannya apabila makanan itu berpindah atau dibeli oleh pembeli karena para
penjual makanan itu sendiri tidak sanggup memakan semua makanan tersebut. Bagi
dia, nilai fisik makankan itu sendiri tidak ada yang ada iaiahnikaitukarnya, yaitu bila
makanan itu ditukar dengan uang atau dijual.

·       Produktivitas (hasil guna) pada penjual: perbandingan antara hasil produksi


dengan pengorbanan yangdikeluarkan untuk menghasilkan barang

(4)   Penggunaan Komputer

HUKUM PERBURUHAN

SEJARAH HUKUM PERBURUHAN

            Pada awalnya hukum perburuhan termasuk dalam hukum perdata yang diatur
dalam BAB VII A buku III KUHP tentang perjanjian kerja. Setelah Indonesia merdeka,
hukum perburuhan di Indonesia mengalami perubahan dan penyempurnaan yang
akhirnya terbit UU No.1 tahun 1951 tentang berlakunya UU No.12 tahun 1948 tentang
kerja, UU No.22 tahun 1957 tentang penyelesaian perselisihan perburuhan, UU No.14
tahun 1969 tentang pokok-pokok ketenagakerjaan dan lain-lain.
PENGERTIAN HUKUM PERBURUHAN

            Pengaturan Hukum Perburuhan terdapat dalam undang-undang No.13 Tahun


2003 tentang ketenagakerjaan.

1. Menurut Prof. Imam Supomo adalah suatu himpunan peraturan, baik tertulis maupun
tidak, yang berkenaan dengan suatu kejadian dimana seseorang bekerja pada orang
lain dengan menerima upah.

2. Menurut Molenaar : Hukum yang pada pokoknya mengatur hubungan antara majikan
dan buruh, buruh dengan buruh dan antara penguasa dengan penguasa.

3. Menurut Levenbach : Sebagai sesuatu yang meliputi hukum yang berkenaan dengan
hubungan kerja, dimana pekerjaan itu dilakukan dibawah pimpinan.

4. Menurut Van Esveld : Hukum perburuhan tidak hanya meliputi hubungan kerja yang
dilakukan dibawah pimpinan, tetapi termasuk pula pekerjaan yang dilakukan atas dasar
tanggung jawab sendiri.

5. Menurut Imam Soepomo : Himpunan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis
yang berkenaan dengan kejadian seseorang bekerja pada orang lain enggan menerima
upah.

Unsur dari hukum perburuhan adalah:

·Serangkaian peraturan,

·Peraturan mengenai suatu kejadian,

·Adanya orang yang bekerja pada orang lain,

·Adanya balas jasa yang berupa upah.

Hubungan Kerja:

• Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara majikan dengan
pekerja/buruhnya.

• Perjanjian tersebut tertulis.

• Dasar perjanjian kerja :

   1. Kesepakatan,

   2. Kecakapan melakukan perbuatan hukum,


   3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan,

   4. Pekerjaan yang diberikan tidak bertentangan dengan UU, ketertiban umum &
kesusilaan.

            ( Hal tersebut diatas sesuai dengan pasal 1320 BW )   

Perjanjian Kerja Memuat:

• Nama, alamat perusahaan dan jenis usaha,

• Identitas pekerja,

• Jabatan dan jenis pekerjaan,

• Tempat pekerjaan,

• Besarnya upah,

• Hak & kewajiban Pengusaha & Pekerja,

• Jangka waktu berlakunya perjanjian tersebut,

• Waktu & tempat perjanjian dibuat,

• Tanda tangan para pihak.

Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu

• Perjanjian tersebut harus tertulis,

• Tidak disyaratkan adanya masa percobaaan,

• Hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu/musiman

• Jangka waktunya paling lama 2 (tiga) tahun, dan dapat diperpanjang 1(satu) kali untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun.

Perjanjian Kerja Berakhir

• Pekerja meninggal dunia,

• Berakhir jangka waktu perjanjian,


• Adanya putusan Pengadilan/putusan lembaga penyelesaian perselisihan perburuhan,

• Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja.

Perlindungan, Pengupahan Dan Kesejahteraan

• Pengusaha dilarang mempekerjakan anak,

• Pengecualian bagi anak yang berumur 13 th s.d 15 th melakukan pekerjaan ringan


dengan syarat : paling lama 3 jam, izin dari orang tua, dilakukan siang hari tidak
mengganggu waktu sekolah, menerima upah, keselamatan dan kesehatan kerja, ada
hubungan kerja.

• Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut


keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun
dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 s.d 07.00.

Waktu Kerja

Pengusaha wajib melakukan ketentuan waktu kerja yaitu :

• 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu, apabila 6 hari kerja dalam 1 minggu,

• 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu, apabila 5 hari kerja dalam 1 minggu,

Kelebihan jam kerja:

• Adanya persetujuan pekerja/buruh,

• Paling lama 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu,

• Kelebihan jam kerja/lembur, Pengusaha wajib membayar upah lembur.

• Besarnya upah lembur ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Cuti:

• Pengusaha wajib memberikan waktu istirahat dan cuti kepada Pekerja/Buruh,

• Waktu Istirahat antara jam kerja selama minimal ½ jam setelah bekerja 4 jam
berturut2,

• Istirahat mingguan adalah 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu dan 2 hari untuk 5
hari kerja dalam 1 minggu,
• Cuti tahunan : minimal 12 hari, setelah Pekerja/Buruh bekerja selama 12 bulan
berturut2,

• Istirahat panjang minimal 2 bulan dan dilakukan pada tahun ke tujuh dan kedelapan
masing-masing 1 bulan bagi Pekerja/Buruh yang telah bekerja selama 6 tahun berturut-
turut.

Cuti Lain:

• Pengusaha wajib memberikan kesempatan kepada Pekerja yang melaksanakan


ibadah yang diwajibkan oleh agamanya,

• Pekerja/Buruh perempuan diberikan cuti haid pada hari pertama dan kedua,

• Cuti Hamil di berikan kepada Pekerja/Buruh perempuan 1 ½ bulan sebelum


melahirkan dan 1 ½ bula sesudah melahirkan,

• Cuti Keguguran kandungan diberikan selama 1 ½ bulan atau sesuai dengan surat
keterangan dokter.

Perlindungan Bagi Pekerja

• Keselamatan dan kesehatan kerja,

• Moral dan kesusilaan,

• Perlakukan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

Pengupahan

• Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha sesuai dengan perjanjian kerja.

• Pekerja/buruh memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak


bagi kemanusiaan,

• Upah yang diberikan kepada Pekerja harus sesuai dengan upah minimum,

• Upah tidak dibayarkan apabila pekerja tidak melakukan pekerjaan, kecuali :

a.   Pekerja sakit,

b.   Pekerja perempuan sakit pada hari pertama dan kedua masa haid,

c. Pekerja menikah, menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anak dll,

d. Pekerja mejalankan tugas negara,


e. Pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan agama,

f. Pekerja melaksanakan hak istirahat,

g. Pekerja melaksanakan tugas serikat pekerja,

h. Pekerja melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.

·Upah dibayarkan kepada Pekerja Yang sakit adalah :

a. 4 bln pertama, dibayar 100% dari upah,

b. 4 bln kedua, dibayar 75% dari upah,

c. 4 bln ketiga, dibayar 50% dari upah,

d. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% dari upah sebelum PHK.

Pemutusan Hubungan Kerja adalah Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal


tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan
Pengusaha.Apabila terjadi Pemutusan Hubungan Kerja, maka Pengusaha diwajibkan
membayar uang pesangon, penghargaan masa kerja serta uang penggantian hak.
( sesuai dg pasal 156 UU No. 13 tahun 2003 )

Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja dengan alasan sbb :

• Melakukan penipuan/penggelapan barang/ uang milik perusahaan,

• Memberikan keterangan palsu,

• Mabuk, menggunkan/mengdarkan narkoba atau lainnya,

• Melakukan perbuatan asusila/perjudian,

• Menyerang, mengancam, menganiaya teman/pengusaha,

• Mempengaruhi teman/pengusaha untuk melakukan hal yang bertentangan dengan


UU,

• Merusak barang dalam keadaan bahaya,

• Membocorkan rahasia perusahaan,

• Melakukan tindakan lain yang membahayakan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai