Anda di halaman 1dari 17

ANALISA RESUME HUKUM DAGANG DAN HUKUM

BISNIS DI INDONESIA

Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Hukum Bisnis”

Oleh :

Amanda Putri, Timy Putri Utami, Via Wildiansyah, Shilvie Karlina


66160072, 66160075, 66160086, 66160034

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi
Universitas Bina Sarana Informatika
Bandung
2018
ANALISA RESUME HUKUM DAGANG DAN HUKUM
BISNIS DI INDONESIA

ABSTRAK
Dunia Bisnis atau Perdagangan mungkin sudah tidak asing di telinga kita
karena tanpa disadari kitapun ikut andil dalam prosesnya, baik sebagai konsumen,
sebagai penjual, sebagai investor, atau sebagai peserta asuranis, dll.

Namun, sebuah kegiatan bisnis tersebut pasti memiliki landasan-landasan


hukum yang mengaturnya sedemikian rupa agar terjadi proses yang teratur dan
diinginkan. Aturan-aturan itu dapat kita temukan dalam Hukum Dagang dan
Hukum Bisnis yang ada, khususnya di Indonesia.

Makalah ini menjelaskan apa itu hukum dagang dan hukum bisnis,
bagaimana asal mula terbentuknya hukum dagang dan hukum bisnis di Indonesia,
dan apa saja fungsinya.

Kata Kunci : Hukum Bisnis, Hukum Dagang


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Krisis ekonomi Indonesia pada tahun 1998 berdampak sangat buruk terhadap
perkenomian negara kita. Hampir diseluruh sektor termasuk sektor industri
baik industri besar maupun industri kecil merasakan dampak dari krisis
ekonomi tersebut. Tidak sedikit pelaku hukum bisnis yang terpaksa gulung
tikar karena tidak mampu bertahan dengan krisis ekonomi yang mendalam.
Akibatnya, Banyak perusahaan yang melakukan efisiensi dan restrukturisasi
alias Pemutusan Hubungan Kerja (PHK massal). Harga bahan baku meningkat
tajam sementara produksi barang dan jasa tidak laku sehingga membuat sektor
ekonomi mikro dan makro sulit untuk bertahan.
Saat sekarang ini, perekonomian Indonesia telah berangsur-angsur
pulih. Bisnis di Indonesia mulai menggeliat dan berkembang pesat. Beberapa
jenis usaha dan bisnis yang dulunya sulit berkembang, saat ini malah tumbuh
subur dan menjamur, terutama sektor telekomunikasi, waralaba dan
pembiayaan.
Untuk menata dan membenahi pengelolaan transaksi sehingga lebih
teratur maka pemerintah mengeluarkan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD), di dalamnya diatur berbagai macam ketentuan khusus yang mengatur
dunia usaha. Apa pengertian Hukum Dagang dan Hukum Bisnis, bagaimana
sejarah munculnya KUHD, bagaimana sistematika Hukum Dagang dan Hukum
Bisnis dan lain sebagainya akan kami sajikan dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Hukum Dagang dan Hukum Bisnis?
2. Bagaimana Resume Hukum Dagang dan Hukum Bisnis di Indonesia?
3. Bagaimana Fungsi Hukum Dagang dan Hukum Bisnis di Indonesia?

C. Tujuan
1. Mengatahui Hukum Dagang dan Hukum Bisnis
2. Mengetahui Resume Hukum Dagang dan Hukum Bisnis di Indonesia
3. Mengetahui Fungsi Hukum Dagang dan Hukum Bisnis di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hukum Dagang dan Hukum Bisnis


Menurut Munir Fuadi Hukum Dagang adalah “segala perangkat aturan
tata cara pelaksanaan kegiatan perdagangan, industri, atau keuangan yang
dihubugkan dengan produksi atau kegiatan tukar menukar barang.” Sedangkan
menurut Ahmad Ihsan Hukum dagang adalah “Hukum dagang merupakan
pengaturan masalah perdagangan yang timbul diakibatkan tingkah laku
manusia dalam perdagang(1)
Menurut Abdul R.Saliman, dkk “Hukum Bisnis atau Business Law/
Bestuur Rechts adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan hukum, baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis, yang mengatur hak dan kewajiban yang
timbul dari perjanjian-perjanjian maupun perikatan-perikatan yang terjadi
dalam praktek bisnis”. Sedangkan menurut Munir Fuadi, pengertian hukum
binis adalah “suatu perangkat atau kaidah hukum termasuk upaya
penegakannya yang mengatur mengenai tata cara pelaksanaan urusan atau
kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi
atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para
enterpreneur dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif untuk
mendapatkan keuntungan.” (2)
Oleh sebab itu banyak ahli yang berpendapat bahwa Hukum Bisnis adalah
hukum dagang yang diperluas karena ia tak hanya mencakup persoalan jual
beli tetapi hal lain seperti Jual Beli, Pasar Modal, Likuidasi dan Kepailitan,
Investasi Modal, Hak Kekayaan Intelektual, Anti-Monopoli, Asuransi, Merger
dan Akuisasi, Perkereditan, Surat Berharga dan masih banyak lagi lainnya.

B. Tujuan, Fungsi Dan Kegiatan Hukum Dagang dan Hukum Bisnis


(3) Hukum yang diberlakukan memiliki tujuan yang dikenal dengan tujuan
hukum. Menurut L.J. Van Apeldroorn, tujuan hukum yaitu mengatur pergaulan
hidup secara damai. Selain memiliki tujuan, hukum juga memiliki fungsi.
Fungsi hukum mengacu pada tujuan hukum. beberapa fungsi hukum di
antaranya hukum sebagai sarana penyelesaian pertikaian, pencapaian keadilan
lahir batin dan sebagai sarana pembaharuan masyarakat.

Dari tujuan hukum tersebut maka tujuan hukum bisnis dan hukum dagang
pun dalam suatu perusahaan mengacu pada tujuan hukum. Tujuan dari hukum
bisnis dan hukum dagang adalah adanya keadilan, ketertiban, dan kepastian
hukum bagi pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.

Fungsi Hukum Bisnis

1) Sebagai sumber informasi yang berguna bagi praktisi bisnis,


2) Untuk memahami hak-hak dan kewajibannya dalam praktik bisnis,
3) Agar terwujud watak dan perilaku aktivitas dibidang bisnis yang
berkeadilan, wajar, sehat dan dinamis (yang dijamin oleh kepastian
hukum).

Kegiatan Bisnis
Berikut ini adalah beberapa kegiatan bisnis.
1) Usaha sebagai kegiatan perdagangan (commerce), yaitu seluruh
kegiatan jual beli yang dilakukan oleh perorangan dan badan hukum.
Kegiatan perdagangan ini bisa dilakukan di dalam dan di luar negeri.
Tujuan dari usaha perdagangan ini untuk mendapatkan keuntungan.
Contohnya adalah dealer, agen, grosir, toko dan lain sebagainya.
2) Usaha sebagai kegiatan industri, yaitu kegiatan yang memproduksi,
menghasilkan barang atau jasa yang berguna bagi masyarakat.
Contohnya industri pertaniain, perkebunan, pertambangan, pabrik
semen, pakaian dan sebagainya.
3) Usaha sebagai kegiatan melaksanakan jasa, yaitu kegiatan
melaksanakan jasa atau mnyediakan jasa yang dilakukan secara
perorangan atau badan usaha. Contohnya jasa perhotelan. Konsultan,
asuransi, pariwisata, pengacara, akuntan dan sebagainya.

Dari beberapa kegiatan bisnis yang diungkapkan diatas, maka dapat


disimpulkan pengertian hukum bisnis secara sederhana, yakni sebagai
peraturan yang dibuat untuk mengatur kegiatan bisnis. Agar kegiatan itu
dijalankan dengan adil.

C. Sumber-Sumber Hukum Dagang dan Hukum Bisnis di Indonesia


(4) Pada dasarnya sumber Hukum Dagang dan Hukum Bisnis di Indonesia
memiliki dasar sumber yang sama yaitu :
1. Perundang-Undangan Undang-undang adalah peraturan negara yang
dibentuk oleh alat perlengkapan negara yang berwenang dan mengikat
masyarakat. Produk hukum tertulis yang sengaja diciptakan oleh pihak
yang berwenang untuk mengatur kehidupan masyarakat, termasuk dibidang
ekonomi dan bisnis.
Sumber hukum perudangan dapat dibagi menjadi :

a. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek van


Koophandel Indonesia (WvK)
KUHD mengatur berbagai perikatan yang berkaitan dengan
perkembangan lapangan hukum perusahaan. Sebagai peraturan yang telah
terkodifikasi, KUHD masih terdapat kekurangan dimana kekurangan
tersebut diatur dengan peraturan perundang-undangan yang lain.
KUHD Indonesia dibawa oleh orang Belanda ke tanah air kita
sekitar satu abad yang lalu. Pada awalnya KUHD hanya berlaku bagi
orang Eropa yang berada di Indonesia berdasarkan asas konkordansi.
Kemudian diberlakukan pula bagi orang-orang timur asing, namun tidak
diberlakukan seluruhnya untuk orang Indonesia (hanya bagian tertentu
saja).
KUHD yang mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 1 Mei 1848
terbagi atas dua kitab dan 23 bab. Kitab I terdiri atas 10 dan kitab 2 terdiri
dari 13 bab.
Hukum Dagang (KUH Dagang), misalnya kewajiban pembukuan,
perusahaan persekutuan (Firma, CV), asuransi, pengangkutan, surat
berharga, pedagang perantara, keagenan/distributor, dll).
b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
KUH Perdata di adakan di Indonesia pada tanggal 1 Mei 1948
berdasarkan asas konkordansi. KUH Perdata yang ada di Indonesia berasal
dari KUH Perdata Netherlands yang dikodifikasikan pada tanggal 5 Juli
1830 dan mulai berlaku di Netherlands pada tanggal 31 Desember 1830.
KUH Perdata Belanda ini berasal atau bersumber dari KUH
Perdata Perancis dan Code Civil ini bersumber pula pada kodifikasi hukum
Romawi Corpus Iuris Civilis dari Kaisar Justinianus (527-565).
Bagian-bagian dari KUH Perdata yang mengatur tentang Hukum
Dagang ialah sebagian besar dari Kitab III dan sebagian kecil dari Kitab II.
Hal-hal yang diatur dalam Kitab III KUH Perdata ialah mengenai
perikatan-perikatan umum dan perikatan-perikatan yang dilahirkan dari
persetujuan juga undang-undang seperti:

1) Persetujuan jual beli (contract of sale),


2) Persetujuan sewa menyewa (contract of hire),
3) Persetujuan pinjaman uang (contract of loan).

Hukum Perdata (KUHPerdata), misalnya hukum perjanjian (kontrak), hak-


hak kebendaan, sebagai sumber terjadinya bisnis.

Sumber hukum bisnis yang utama/pokok (Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata)


adalah :
1) Asas kontrak (perjanjian) itu sendiri yang menjadi sumber hukum
utama, dimana masing-masing pihak terikat untuk tunduk kepada
kontrak yang telah disepakati. (kontrak yg dibuat diberlakukan sama
dgn UU)
2) Asas kebebasan berkontrak, dimana para pihak bebas untuk membuat
dan menentukan isi dari kontrak yang mereka sepakati

c. Peraturan Perundang-Undangan
Selain KUHD dan KUHPerdata, masih terdapat beberapa peraturan
perundang-undangan lain yang mengatur Hukum Dagang dan Hukum
Bisnis, diantaranya :

1. UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,


2. UU No. 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas (PT),
3. UU No. 7 Tahun 1987 Tentang Hak Cipta,
4. UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat,
5. UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
6. UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal (Go Public),
7. UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (PMA/PMDN)
8. UU No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
9. UU No. 37 Tahun  2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang,
10. Hukum Publik (Pidana Ekonomi/Bisnis), misalnya kejahatan-
kejahatan di bidang ekonomi/bisnis : Penyeludupan, illegal logging,
korupsi. 
11. PP No 28 Tahun 1999 Tentang Merger, Konsolidasi Dan Akuisisi
Bank,

2. Kebiasaan
Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan tidak terputus dan
sudah diterima oleh masyarakat pada umumnya serta pedagang pada
khususnya, dapat dipakai juga sebagai sumber hukum pada Hukum Dagang.
Hal ini sesuai dengan Pasal 1339 KUH Perdata bahwa perjanjian tidak saja
mengikat yang secara tegas diperjanjikan, tetapi juga terikat pada kebiasaan-
kebiasaan yang sesuai dengan perjanjian tersebut. Contohnya tentang
pemberian komisi, jual beli dengan angsuran, dan sebagainya.

3. Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah putusan-putusan Hakim atau Pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap dan dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai
Pengadilan kasasi, atau putusan Mahkamah Agung sendiri yang sudah
berkekuatan hukum tetap.

4. Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional diadakan dengan tujuan agar pengaturan tentang
persoalan Hukum Dagang dapat diatur secara seragam oleh masing-masing
hukum nasional dari negara-negara peserta yang terikat dalam perjanjian
internasional tersebut. Untuk dapat diterima dan mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat maka perjanjian internasional tersebut harus diratifikasi oleh
masing-masing negara yang terikat dalam perjanjian internasional tersebut.

Macam perjanjian internasional :

1) Traktat yaitu perjanjian bilateral yang dilakukan oleh dua negara saja.
Contohnya: traktat yang dibuat oleh Indonesia dengan Amerika yang
mengatur tentang pemberian perlindungan hak cipta yang kemudian
disahkan melalui Keppres No.25 Tahun 1989,
2) Konvensi yaitu perjanjian yang dilakukan oleh beberapa negara.
Contohnya Konvensi Paris yang mengatur tentang merek.

5. Perjanjian Yang Dibuat Para Pihak


Berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata disebutkan perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Dalam hal ini, persetujuan, perjanjian ataupun kesepakatan memegang peranan
bagi para pihak. Contohnya dalam pasal 1477 KUH Perdata yang menentukan
bahwa selama tidak diperjanjikan lain, maka penyerahan terjadi di tempat
dimana barang berada pada saat terjadi kata sepakat. Misalkan penyerahan
barang diperjanjikan dengan klausula FOB (Free On Board) maka penyerahan
barang dilaksanakan ketika barang sudah berada di atas kapal.
6. Doktrin
Pendapat sarjana hukum (doktrin) adalah pendapat seseorang atau
beberapa orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum.
Doktrin ini dapat menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan
putusannya.
Misalnya hakim dalam memeriksa perkara atau dalam pertimbangan
putusannya dapat menyebut doktrin dari ahli hukum tertentu. Dengan demikian
hakim dianggap telah menemukan hukumnya melalui sumber hukum yang
berupa doktrin tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sejarah Hukum Dagang di Indonesia

(5) Pada tahun 1819 pemerintahan Netherland menginginkan adanya hukum


dagang sendiri dalam usul KUHD Belanda lalu direncanakanlah sebuah KUHD
yang berisi tiga kitab, tetapi didalamnya tidak mengakui lagi pengadilan istimewa
yang menyelesaikan masalah – masalah yang ada di perdagangan melainkan
masalah – masalah perdagangan ini diselesaikan di pengadilan biasa.

Usulan KUHD Belanda ini kemudian disahkan menjadi KUHD Belanda tahun
1838. Lalu pada akhirnya berdasarkan asas konkordansi atau bisa disebut juga
asas keselarasan yaitu pemberlakuan hukum negeri asal kolonial ke daerah koloni/
daerah jajahan. Maka KUHD belanda ini kemudian menjadi contoh bagi
pembuatan KUHD indonesia 1848.

Sumber : Youtube. Elvita Trisnawati, Sejarah Hukum Perdata di Indonesia

Singkatnya dulu kerajaan Romawi pernah menjajah Perancis, lalu Perancis


menjajah Belanda, dan kemudian Belanda menjajah Indonesia. Maka berdasarkan
asas konkordansi Romawi membawa hukumnya untuk diterapkan kepada Prancis,
lalu Prancis membawa hukumnya untuk diterapkan kepada Belanda, dan pada
akhirnya Belanda membawa hukumnya untuk diterapkan di Indonesia atau Hindia
Belanda yang berlaku pada 1 Mei 1848.
Pada abad 19, prof. Molengraaf merencanakan suatu undang-undang
kepailitan yang akan menggantikan buku III dari KUHD Netherland. Rancangan
molengraaf ini berhasil dijadikan undang – undang kepailitan tahun 1893 yang
berlakunya pada 1896.

Dan berdasarkan asas konkordansi, perubahan diadakan juga di Indonesia pada


tahun 1906, pada tahun itulah kitab III KUHD Indonesia diganti dengan peraturan
kepailitan yang berdiri sendiri di luar KUHD. sehingga semenjak tahun 1906
KUHD Indonesia hanya terdiri dari dua Kitab saja, yakni 
Kitab I : "Tentang Dagang Umumnya" dan,
Kitab II : "Tentang Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban yang Tertib dari
Pelayaran".

Pada awalnya hukum dagang berinduk pada hukum perdata, tetapi seiring
perkembangan zaman hukum dagang di ubah sedemikian rupa sehingga terbentuk
lah KUHD yang sekarang terpisah dari KUHPer.

KUHP dan KUHD sebenarnya memiliki hubungan yang tidak bisa di pisahkan
yaitu KUHP adalah hukum umum dan KUHD hukum khusus artinya adalah
ketentuan yang ada dalam KUHP  berlaku juga terhadap masalah – masalah yang
tidak di atur oleh KUHD dan begitu sebaliknya.

B. Perkembangan Hukum Bisnis di Indonesia


Sesuai dengan pengertian hukum dagang menurut Munir Fuadi yang
berbunyi “segala perangkat aturan tata cara pelaksanaan kegiatan perdagangan,
industri, atau keuangan yang dihubugkan dengan produksi atau kegiatan tukar
menukar barang.” Dapat disimpulkan bahwa hukum dagang adalah hukum
yang cakupannya sempit karena hanya meliputi persoalan dagang atau jual beli
saja.
Atas penyimpulan tersebut dapat kita lihat bahwa hukum dagang tidak lagi
selaras dengan semakin majunya teknologi perkembangan zaman dikarenakan
tidak disebutkannya tata dagang yang lebih modern dengan sifat open
transaction baik itu yang menyangkut pertukarang barang atau pun jasa.
Adapun contoh cakupan hukum bisnis antara lain Jual Beli, Pasar Modal,
Likuidasi dan Kepailitan, Investasi Modal, Hak Kekayaan Intelektual, Anti-
Monopoli, Asuransi, Merger dan Akuisasi, Perkereditan, Surat Berharga dan
masih banyak lagi lainnya.

Di Indonesia sendiri sumber hukum bisnis yang utama/pokok (1338 ayat 1


KUHPerdata) adalah :
1) Asas kontrak (perjanjian) itu sendiri yang menjadi sumber hukum
utama, dimana masing-masing pihak terikat untuk tunduk kepada
kontrak yang telah disepakati. (kontrak yg dibuat diberlakukan
sama dengan UU)
2) Asas kebebasan berkontrak, dimana para pihak bebas untuk
membuat dan menentukan isi dari kontrak yang mereka sepakati.

Dalam pelaksanaan Hukum Dagang yang kurang selaras dengan


perkembangan zaman tersebut, Hukum dagang berangsur-angsur mengalami
perubahan-perubahan yang menjadi dasar hukum dari hukum bisnis di
Indonesia yang tertulis sebagai berikut:
1. KUH Dagang yang belum banyak di ubah.
2. KUH dagang yang sudah banyak berubah.
3. KUH Dagang yang sudah diganti dengan Perundang-undangan yang baru.
4. KUH Perdata yang belum banyak diubah.
5. KUH Perdata yang sudah banyak berubah.
6. KUH Perdata yang sudah diganti dengan Perundag-undangan yang baru.
7. Perundang-undangan yang tidak terikat dengan KUH Dagang maupun
KUH Perdata.

Berikut ini penjelasan dari masing-masing kategori tersebut :


1. KUH Dagang yang belum banyak di ubah
Masih banyak ketentuan dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya belum
berubah yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis, tentu
sudah banyak dari ketentuan tersebut yang sudah usang dimakan zaman.
Ketentuan-ketentua dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya masih
berlaku adalah pengaturan tentang hal-hal sebagai berikut:
a. Keagenan dan distributor (makelar dan komisioner)
b. Surat berharga (wesel, cek dan aksep)
c. Pengangkutan laut

2. KUH Dagang yang sudah banyak berubah


Disamping itu, masih ada ketentuan dalam KUH Dagang yang pada
prinsipnya masih berlaku, akan tetapi telah banyak berubah yang mengatur
tentang berbagai aspek dari hukum bisnis. Ketentuan-ketentuan dalam KUH
Dagang yang pada prinsipnya masih berlaku, tetapi telah banyak berubah
adalah pengaturan tentang hal-hal berikut:
a. Pembukuan Dagang
b. Asuransi

3. KUH Dagang yang sudah diganti dengan Perundang-undangan yang baru


Selanjutnya, ada juga ketentuan dalam KUH Dagang yang telah dicabut dan
diganti dengan perundang-undangan yang baru sehingga secara yuridis
formal tidak berlaku lagi. Yakni ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang
berbagai aspek dan hukum bisnis berupa:
a. Perseroan Terbatas
b. Pembukuan Perseroan
c. Reklame dan penuntutan kembali dalam kepailitan

4. KUH Perdata yang belum banyak diubah


Kemudian, masih ada ketentuan dalam KUH Perdata yang pada prinsipnya
belum berubah yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis.
Ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata yang pada prinsipnya masih
berlaku adalah pengaturan tentang hal-hal sebagai berikut:
a. Kontrak
b. Jual Beli
c. Hipotik (atas Kapal)
5. KUH Perdata yang sudah banyak berubah
Disamping itu, masih ada ketentuan dalam KUH Perdata yang pada
prinsipnya masih berlaku, tetapi telah banyak berubah yang mengatur
tentang berbagai aspek dari hukum bisnis. Ketentuan-ketentuan dalam KUH
Perdata yang pada prinsipnya masih berlaku, tetapi telah banyak berubah
adalah pengaturan tentang Perkreditan (Perjanjian Pinjam-meminjam)

6. KUH Perdata yang sudah diganti dengan Perundang-undangan yang baru


Selanjutnya, ada juga ketentuan dalam KUH Perdata yang telah dicabut dan
diganti dengan perundang-undangan yang baru sehingga secara yuridis
formal tidak berlaku lagi. Yakni ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang
berbagai aspek dari hukum bisnis berupa:
a. Hak tanggungan (dahulu hipotik atas tanah)
b. Perburuhan

7. Perundang-undangan yang tidak terkait dengan KUH Dagang maupun KUH


Perdata
Banyak juga ketentuan perundang-undangan Indonesia yang mengatur
berbagai fase dari hukum bisnis yang tidak terikat, baik dengan KUH
Dagang maupun dengan KUH Perdata. Ketentuan yang tidak terikat dengan
KUH Perdata atau KUH Dagang tersebut adalah ketentuan-ketentuan
tentang hal-hal berikut:
a. Perusahaan Go Public dan pasar modal
b. Penanaman modal asing
c. Kepailitan dan likuidasi
d. Akusisi dan merger
e. Pembiayaan
f. Hak atas kekayaan intelektual (HAKI)
g. Anti monopoli
h. Perlindungan konsumen
i. Penyelesaian sengketa bisnis
j. Bisnis internasional
C. Fungsi Hukum Dagang dan Hukum Bisnis
Sebuah hukum dibuat dengan tujuan untuk mengatur suatu hal, tidak terkecuali
dengan hukum dagang dan hukum bisnis di Indonesia yang berfungsi mengatur
beberapa hal sesuai yang telah tercantum pada landasan teori, seperti :
1) Sebagai sumber informasi yang berguna bagi praktisi bisnis,
Disini dimaksudkan bahwa segala peraturan dan tata tertib yang
menyangkut soal pendirian, ketentuan, perjanjian, dll yang menyangkut
soal kegiatan ekonomi dapat dilihat berdasarkan KUHper dan KUHD yang
berlaku sebagai informasi tersebut.
2) Untuk memahami hak-hak dan kewajibannya dalam praktik bisnis,
Sebagai pihak yang terlibat dalam kegiatan bisnis tentu kita memiliki hak
dan kewajiban, hak dan kewajiban tersebut telah diatur oleh hukum
dagang dan hukum bisnis.
3) Agar terwujud watak dan perilaku aktivitas dibidang bisnis yang
berkeadilan, wajar, sehat dan dinamis (yang dijamin oleh kepastian
hukum).
Kesimpulan

1. Hukum Dagang termasuk ke dalam hukum ekonomi yang cakupannya


tradisional dan sempit karena hanya meliputi persoalan dagang atau jual beli
saja. Hukum dagang tidak melingkupi apa apa yang ada di luar dunia usaha
atau bisnis dalam lintas perdagangan. Seperti yang telah disebutkan di atas
seperti, jual beli saham, asuransi, investasi modal, hak kekayaan intelektual,
dsb.
Dari kesimpulan tersebut dapat diartikan bahwa Hukum Bisnis adalah
Hukum Dagang yang diperluas karena ia tak hanya mencakup persoalan jual
beli saja namun hal lainnya yang bersangkutan dengan kegiatan ekonomi. 

2. Sesuai pembahasan di atas dapat kita lihat bahwa hukum dagang di Indonesia
tidak dapat dilepaskan dari hukum dagang yang telah dibawa oleh Belanda atas
dasar asas konkordansi.
Seiring perkembangan zaman hukum dagang yang telah ditetapkan
berangsur-angsur mengalami perubahan dikarenakan adanya penyesuaian
hukum dengan kemajuan zaman, dan beralih menjadi Hukum Bisnis yang
cakupannya lebih luas.

3. Segala sesuatu dibuat berdasarkan tujuan dan fungsinya, tidak terkecuali


Hukum dagang dan Hukum Bisnis, yang pada dasarnya dapat kita simpulkan
memiliki fungsi untuk
1) Sebagai sumber informasi yang berguna bagi praktisi bisnis,
2) Untuk memahami hak-hak dan kewajibannya dalam praktik bisnis,
3) Agar terwujud watak dan perilaku aktivitas dibidang bisnis yang
berkeadilan, wajar, sehat dan dinamis (yang dijamin oleh kepastian
hukum).

Anda mungkin juga menyukai