Anda di halaman 1dari 3

Name : Dimas Abimanyu Sasono

NIM : 2010622019
Class : Magister Hukum Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Jawaban UTS Hukum Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

1. Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan


demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan
usaha dan kepentingan umum dengan tujuan untuk :

a. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional


sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;
b. mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha
yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang
sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha
kecil;
c. mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan
d. terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

2. Pasar menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik


Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Pasal 1 ayat 9 Pasar adalah
lembaga ekonomi di mana para pembeli dan penjual baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat melakukan transaksi perdagangan barang dan
atau jasa. Dan yang menjadi struktur pasar itu sendiri keadaan pasar yang
memberikan petunjuk tentang aspek-aspek yang memiliki pengaruh penting
terhadap perilaku pelaku usaha dan kinerja pasar, antara lain jumlah penjual dan
pembeli, hambatan masuk dan keluar pasar, keragaman produk, sistem
distribusi, dan penguasaan pangsa pasar.

3. Pentingnya pendekatan-pendekatan rule of reason dan per se illegal dalam


persaingan usaha, antara lain:

 Rule of reason
Pendekatan rule of reason adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh
lembaga otoritas persaingan usaha untuk membuat evaluasi mengenai
akibat perjanjian atau kegiatan usaha tertentu, guna menentukan apakah
suatu perjanjian atau kegiatan tersebut bersifat menghambat atau
mendukung persaingan Oleh karenanya, pendekatan ini digunakan
sebagai penyaring untuk menentukan apakah mereka menimbulkan
praktek monopoli atau persaingan usaha yang tidak sehat atau tidak.
 Per se illegal
Pendekatan per se illegal menyatakan setiap perjanjian atau kegiatan
usaha tertentu sebagai ilegal, tanpa pembuktian lebih lanjut atas dampak
yang ditimbulkan dari perjanjian atau kegiatan usaha tersebut. Kegiatan
yang dianggap sebagai per se illegal biasanya meliputi penetapan harga
secara kolusif atas produk tertentu, serta pengaturan harga penjualan
kembali. 

Jenis Perilaku yang digolongkan sebagai per se illegal adalah perilaku-


perilaku dalam dunia usaha yang hampir selalu bersifat anti persaingan,
dan hampir selalu tidak pernah membawa manfaat sosial. Pendekatan per
se illegal ditinjau dari sudut proses administratif adalah mudah. Hal ini
disebabkan karena metode ini membolehkan pengadilan untuk menolak
melakukan penyelidikan secara rinci, yang biasanya memerlukan waktu
lama dan biaya yang mahal guna mencari fakta di pasar yang
bersangkutan

4. Perjanjian Horizontal adalah suatu perjanjian tertulis ataupun tidak tertulis antara
beberapa pelaku usaha untuk mengendalikan produksi, atau pemasaran barang
atau jasa sehingga diperoleh harga tinggi. Perjanjian vertikal adalah perjanjian
yang bertujuan untuk menguasai beberapa unit usaha yang termasuk dalam
rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu. Integrasi vertikal bisa
dilakukan dengan strategi penguasaan unit usaha produksi ke hulu dimana
perusahaan memiliki unit usaha hingga ke penyediaan bahan baku maupun ke
hilir dengan kepemilikan unit usaha hingga ke distribusi barang dan jasa hingga
ke konsumen akhir

5. Monopoli: Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan


atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Pelaku usaha patut
diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud apabila :

a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substansinya; atau
b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan
usaha barang dan atau jasa yang sama; atau
c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai

Monopsoni: Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau


menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai
penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal sebagaimana dimaksud :
apabila satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih
dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
Oligopoli: Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain
untuk secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Pelaku usaha patut diduga
atau dianggap secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa, sebagaimana dimaksud apabila 2 (dua) atau 3
(tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75%
(tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Oligopsoni: Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha


lain yang bertujuan untuk secara bersama-sama menguasai pembelian atau
penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang dan atau
jasa dalam pasar bersangkutan, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Pelaku usaha patut diduga
atau dianggap secara bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan
pasokan sebagaimana dimaksud apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau
kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen)
pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Anda mungkin juga menyukai